Kajian Penilaian Harga Saham Subsektor Perbankan dengan Menggunakan Analisis Teknikal dan Fundamental

(1)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Krisis ekonomi tahun 2008 sangat mempengaruhi perekonomian dunia. Banyak hal yang menyebabkan terjadinya krisis ekonomi tahun 2008, di antaranya penumpukan hutang nasional Amerika Serikat yang mencapai angka 8,98 triliun dollar sedangkan PDB hanya 13 triliun dollar, penerapan program pengurangan pajak korporasi sebesar 1,35 trilyun dollar yang berdampak positif terhadap pengurangan pendapatan negara. Selain itu kebangkrutan institusi finansial akibat dari kerugian surat berharga properti Subprime Mortgage yang berimbas sistemik terhadap bangkrutnya perusahaan lain seperti Merryl Lynch, Goldman Sachs, Northern Rock,UBS, dan Mitsubishi UFJ (Kompas 27 Januari 2008).

Tabel 1. Peringkat Global Competitive Index

sumber : The Global Competitiveness Report 2010-2011 (2011)

Dalam keadaan dunia yang dilanda krisis ekonomi global, perekonomian Indonesia justru mengalami pertumbuhan. Selama tahun 2009, perekonomian Indonesia relatif terinsulasi dari dampak krisis finansial global. Sampai triwulan III, pertumbuhan PDB tercatat sebesar 4,2 persen kemudian meningkat pada tahun 2010 menjadi 6,1 persen. Catatan positif perekonomian Indonesia pada tahun 2010 membuat peringkat Global Competitiveness Index 2010-2011 yang dikeluarkan oleh World Economic


(2)

Forum meningkat menjadi peringkat 44, naik sepuluh peringkat dari tahun sebelumya. Peringkat layak investasi Indonesia menurut S&P juga mengalami peningkatan dari BB menjadi BBB. Kenaikan peringkat layak investasi ini menunjukkan semakin dipercayanya pasar modal Indonesia di mata global (www.ekonomi.kompasiana.com, Catatan Perekonomian Indonesia 2010).

Kondisi pasar modal Indonesia sempat mengalami tekanan seiring dengan merembetnya gelombang krisis keuangan global pada semester II tahun 2008. Para investor mulai menarik dana mereka yang berada di

emerging market, termasuk Indonesia sebagai salah satu emerging market. Akan tetapi relatif terjaganya stabilitas makro yang tercermin dari respons BI Rate yang memadai dalam pengendalian inflasi, pencapaian pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, ditambah dengan laporan keuangan emiten yang cukup baik dengan pertumbuhan laba yang tinggi ternyata mampu menahan pelemahan IHSG.

Bursa Efek Indonesia memperdagangkan berbagai macam saham yang dikelompokkan ke dalam sembilan sektor yaitu pertanian, pertambangan, industri pasar, aneka industri, perdagangan dan jasa, konsumsi, properti, infrastruktur, keuangan, dan manufaktur. Empat puluh lima saham di antaranya terdaftar dalam indeks LQ 45. Indeks LQ 45 merupakan suatu forum yang di dalamnya berisi perusahaan-perusahaan yang saham-sahamnya memiliki tingkat likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi. Tujuan dari indeks LQ45 adalah sebagai sarana yang objektif dan terpercaya bagi analisis keuangan, manajer investasi, investor dan pemerhati pasar modal lainnya dalam mengawasi pergerakan harga dari saham-saham yang aktif diperdagangkan.

Ada beberapa penilaian sebelum saham suatu emiten masuk dalam jajaran LQ 45 yaitu harus berada di top 95 persen dari total rata-rata tahunan nilai transaksi saham di pasar reguler dan harus berada di top 90 persen dari rata-rata tahunan nilai kapitalisasi pasar. Syarat lainnya adalah saham emiten yang bersangkutan harus merupakan urutan tertinggi yang mewakili sektornya dengan kapitasilasi pasar serta merupakan urutan tertinggi


(3)

berdasarkan kapitalisasi frekuensi (www.bisnis-jabar.com. Saham BJBR masuk LQ 45.).

Donny Susatio Adjie, Head of Institutional Marketing PT Danareksa Investment Management, membenarkan investor lebih menyukai reksadana saham dengan underlying asset saham LQ45. Menurutnya investor masih trauma dengan kejadian reksadana saham yang memiliki underlying asset di luar saham LQ45 yang nilai dana kelolaannya turun drastis dan tidak memberikan imbal hasil akibat krisis pada 2008 (www.indonesiafinancetoday.com, Reksa Dana Saham Masih Andalkan LQ45).

Saham yang dianalisis pada penelitian ini adalah saham lima (5) perusahaan sektor perbankan yang selama tiga tahun berturut-turut masuk ke dalam perhitungan indeks LQ 45. Alasan dipilihnya sektor perbankan karena saat ini sektor perekonomian Indonesia masih bertumpu pada institusi perbankan melalui kredit yang diberikan kepada masyarakat. Hal ini tentunya menarik untuk melihat bagaimana perbankan yang sudah emiten menjalankan berbagai kebijakan pemerintah akibat krisis global dan tidak mengesampingkan tanggung jawabnya terhadap investor, yang tentunya berbagai kebijakan pemerintah ini dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan terkait dengan harga saham perusahaan . Saham lima perusahaan perbankan yang dianalisis dalam penelitian ini adalah adalah saham PT Bank Central Asia (BBCA), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Indonesia Tbk (BMRI), dan BDMN Indonesia Tbk (BDMN).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pergerakan harga saham perbankan yang termasuk dalam perhitungan indeks LQ 45 selama periode Februari 2010-Januari 2011?

2. Bagaimana kondisi perbankan selama tahun 2008-2010 yang terdaftar dalam indeks LQ 45 periode Februari 2010-Januari 2011?


(4)

3. Bagaimanakah nilai intrinsik saham perbankan yang terdaftar dalam indeks LQ 45 selama periode Februari 2010-Januari 2011? 1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Membandingkan pergerakan harga saham perusahaan-perusahaan perbankan periode Februari 2010 - Januari 2011 yang terdaftar dalam indeks LQ 45 dengan menggunakan analisis teknikal.

2. Menganalisis kondisi perusahaan-perusahaan perbankan periode Februari 2010-Januari 2011 yang terdaftar dalam indeks LQ 45 dengan menggunakan analisis fundamental selama tiga tahun terakhir.

3. Membandingkan nilai intrinsik saham perusahaan-perusahaan perbankan periode Februari 2010-Januari 2011 yang terdaftar dalam indeks LQ 45 dengan menggunakan analisis fundamental. 1.4. Manfaat Penelitian

Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi : 1. Dunia pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan dunia saham baik peramalan pergerakan harga saham maupun nilai intrinsik saham.

2. Investor

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan bagi investor saham dalam pengambilan keputusan yang tepat dalam melakukan opsi pembelian maupun penjualan saham.

3. Pihak-pihak yang ingin melakukan kajian lebih dalam mengenai analisis teknikal dan fundamental, diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi dan landasan bagi penelitian selanjutnya.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

 Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia dengan mengambil data saham harian perbankan yang terdaftar dalam indeks LQ 45 periode Februari 2010-Januari 2011 di antaranya PT Bank Central Asia Tbk


(5)

(BBCA), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Indonesia Tbk (BMRI), dan PT Bank Danamon Tbk. (BDMN).

Analisis saham dilakukan dengan menggunakan analisa teknikal dan fundamental. Analisis teknikal yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan Simple Moving Average (SMA) dan

Moving Average Envelope (MAE), sedangkan analisis fundamental menggunakan Dividend Discounted Model untuk mendapatkan nilai intrinsik dan perbandingan harga saham perusahaan.


(6)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pasar Modal

Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksadana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Oleh karena itu pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya. Instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar modal merupakan instrumen jangka panjang (jangka waktu lebih dari 1 tahun) seperti saham, obligasi, waran, right, reksa dana, dan berbagai instrumen derivatif seperti option, futures, dan lain-lain (www2.idx.co.id, 26 Juni 2011).

Menurut Undang-undang Pasar Modal no 8 tahun 1995, pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Selanjutnya definisi pasar modal menurut Kamus Pasar Uang dan Modal adalah pasar konkret atau abstrak yang mempertemukan pihak yang menawarkan dan yang memerlukan dana jangka panjang, yaitu jangka satu tahun ke atas. Abstrak dalam pengertian pasar modal adalah transaksi yang dilakukan melalui mekanisme over the counter (OTC) (Siamat, 2005).

2.2. Saham

Saham adalah surat bukti atau tanda kepemilikan bagian modal pada suatu perseroan terbatas (Siamat, 2005). Terdapat beberapa jenis saham yang dapat dipilih oleh investor, di antaranya :


(7)

a) Saham atas unjuk (bearer stock), adalah saham yang tidak ditulis nama pemiliknya, agar mudah dipindah-tangankan dari investor ke investor lain.

b) Saham atas nama (registered srock) adalah saham yang ditulis dengan jelas siapa pemiliknya, di mana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu yaitu dengan dokumen peralihan dan kemudian nama pemiliknya dicatat dalam buku perusahaan yang khusus membuat daftar nama pemegang saham. Apabila terjadi kehilangan, pemegang saham tersebut dengan mudah mendapat pergantiannya.

2.2.2 Berdasarkan manfaat yang diperoleh pemegang saham, dibedakan menjadi :

a) Saham biasa (common stock), merupakan suatu sertifikat atau piagam yang memiliki fungsi sebagai bukti pemilikan suatu perusahaan dengan berbagai aspek-aspek penting bagi perusahaan.

b) Saham preferen (preferen stock) merupakan bentuk gabungan antara obligasi dan saham. Saham preferen sama dengan obligasi karena jumlah dividennya tetap selama masa berlaku dari saham, mewakili klaim atas laba dan aktiva sebelumnya, memiliki hak tebus dan dapat dipertukarkan dengan saham biasa.

Keuntungan yang dapat diperoleh investor dari menanamkan saham adalah investor berhak menerima dividen dan capital gain. Dividen adalah bagian keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham.

Capital gain adalah keuntungan dari hasil jual beli saham, yaitu berupa selisih antara nilai jual yang lebih tinggi daripada nilai beli saham. Perbedaan antara harga jual dan beli saham disebabkan oleh perubahan permintaan dan pernawaran terhadap saham tersebut.

2.3. Indeks LQ 45

LQ45 merupakan suatu forum yang di dalamnya berisi perusahaan-perusahaan yang sahamnya memiliki tingkat likuiditas dan kapitalisasi pasar


(8)

yang tinggi. Tujuan dari indeks LQ45 adalah menyediakan sarana yang obyektif dan terpercaya bagi analisis keuangan, manajer investasi, investor dan pemerhati pasar modal lainnya dalam memonitori pergerakan harga dari saham-saham yang aktif diperdagangkan. Perusahaan-perusahaan masuk dalam daftar LQ 45 harus memiliki berbagai kriteria yang harus dipenuhi, antara lain :

1. Masuk dalam ranking 60 besar dari total transaksi saham di pasar regular (rata–rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir).

2. Ranking berdasar kapitalis pasar (rata – rata kapitalisasi pasar selama 12 bulan terakhir).

3. Telah tercatat di BEJ minimum 3 bulan.

4. Keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhannya, frekuensi dan jumlah hari perdagangan transaksi pasar reguler.

Indeks LQ45 dihitung mundur hingga tanggal 13 Juli 1994 sebagai Hari Dasar, dengan Nilai Dasar 100. Untuk seleksi awal digunakan data pasar Juli 1993 – Juli 1994. Hasilnya, ke 45 saham tersebut meliputi 72 persen total kapitalisasi pasar dan 72,5 persen dari nilai transaksi di pasar reguler.

2.4. Analisis Teknikal

Analisis teknikal adalah analisis sekuritas dengan menggunakan grafik harga dan volume historis. Analisis sekuritas yang dimaksud adalah pergerakan grafik harga (atau volume) saham, obligasi, option, future dan instrumen keuangan lain.

Analisis teknikal ini menawarkan pengembangan teknik perdagangan saham berdasarkan pengalaman dan pergerakan serta volume perdagangan masa lalu, dengan membuat suatu tren atau pola atas grafik historis. Analisa teknikal mempunyai tiga prinsip dasar pemikiran, yaitu :

a. Market Price Discount Everything

Yaitu harga yang tercermin dari chart atau grafik telah menggambarkan semua faktor yang mempengaruhi pasar


(9)

b. Price Move in Trend

Yaitu pergerakan harga tidak bergerak secara acak melainkan berlangsung dalam satu pola (trend) tertentu dan akan terus berlangsung sampai ada tanda-tanda bahwa pola pergerakan ini berhenti dan berbalik arah.

c. History Repeat It self

Yaitu ada kecenderungan kuat bahwa perilaku para investor dan pelaku pasar di masa lalu adalah sama dengan masa kini dalam menyikapi berbagai informasi yang mempengaruhi pasar.

Ada beberapa grafik yang sering digunakan dalam melakukan analisis teknikal suatu saham, antara lain :

1. Grafik Garis (Line Chart)

Grafik garis merupakan grafik yang paling sederhana yang menghubungkan titik-titik, di mana titik-titik tersebut mencerminkan harga penutupan sekuritas pada suatu hari. Keuntungan dari grafik garis terletak pada kesederhanaanya. Grafik ini menampilkan gerakan harga sekuritas yang jelas dan mudah dimengerti. Berikut adalah contoh grafik garis (line chart).

  Gambar 1. Grafik Garis (Line chart)(http://www.forexrealm.com) 2. Grafik Batang (Bar Chart)

Grafik ini menampilkan harga pembukaan, harga tertinggi, harga terendah, dan harga penutupan sekuritas pada suatu hari. Dalam gambar 2 bagian paling atas dari setiap batang vertikal mencerminkan harga tertinggi untuk suatu periode, dan bagian paling bawah mencerminkan harga terendah untuk periode tersebut. ”Tick” penutup ditampilkan di sebelah kanan untuk menunjukkan harga penutup untuk periode tersebut sedangkan harga pembuka


(10)

ditunjukkan oleh ”tick di sebelah kiri. Berikut adalah contoh dari grafik batang (bar chart).

  Gambar 2. Grafik Batang (Bar Chart) (http://www.forexrealm.com) 3. Grafik Lilin (Candlestick Chart)

Grafik lilin merupakan grafik berbentuk lilin yang dapat menggambarkan 4 titik harga, yaitu harga pembukaan, harga tertinggi, harga terendah, dan harga penutupan dari suatu saham selama periode tertentu. Ada dua macam warna batang lilin, yaitu lilin berwarna terang yang menunjukkan kecenderungan harga naik karena harga pembukaan lebih rendah dibanding harga penutupan dan lilin berwarna gelap yang menunjukkan harga turun karena harga pembukaan lebih tinggi dibading harga penutupan. Berikut adalah contoh dari grafik lilin (candlestick chart).

Gambar 3. Grafik Lilin (Candlestick Chart) (http://www.seputarforex.com) 2.5. Pembentukan Tren

Tren sebenarnya adalah arah pergerakan harga pasar saham. Investor harus menyadari kemana arah pergerakan saham saat ini. Tren


(11)

mencerminkan perubahan harapan investor yang konsisten. Berdasarkan arah pergerakannya, pembentukan tren dapat dibagi menjadi 3, yaitu :

1. Uptrend

Uptrend artinya adalah harga saham cenderung bergerak naik. Pada kondisi ini, sentimen dari kebanyakan investor sedang dalam kondisi positif.

2. Downtrend

Downtrend memiliki arti harga saham yang cenderung bergerak turun. Jika pasar menunjukkan downtrend, sebaiknya pasar melakukan posisi beli agar terhindar dari kerugian.

3. Sideways trend

Sideways trend artinya pergerakan harga saham stagnan (hanya naik dan turun pada kisaran harga tertentu)

Berikut ini adalah contoh dari pembentukan tren :

Gambar 4. Pembentukan Tren (http://www.seputarforex.com) 2.6. Analisis Fundamental

Analisis fundamental merupakan analisis yang berdasarkan faktor pengaruh perekonomian, keamanan, politik, keuangan, kebijakan pemerintah, dan hal eksternal yang berhubungan dengan negara tempat indeks itu berlangsung atau indeks lain yang berhubungan dan berdampak pada penawaran dan permintaan (Tan, 2008). Analisis fundamental bertujuan untuk memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi


(12)

harga saham di masa depan dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Tahapan yang dilakukan untuk melakukan analisis fundamental adalah sebagai berikut :

1. Analisis Ekonomi/Pasar

Dalam melakukan analisis fundamental, penilaian terhadap kondisi ekonomi dan keadaan berbagai variabel utama seperti laba yang diperoleh dan tingkat bunga perlu dilakukan. Apabila resesi diperkirakan terjadi atau perekonomian sedang menuju ke arah resesi harga saham akan sangat terpengaruh oleh situasi tersebut.

2. Analisis Industri

Setelah melakukan analisis ekonomi investor harus mengetahui taksiran di mana ia akan menanamkan modalnya. Oleh karena itu taksiran tentang seberapa besar risiko suatu industri, bagaimana pertumbuhan industri tersebut merupakan variabel-variabel yang penting untuk diperoleh bagi analisis saham. Suatu industri yang mempunyai kepekaan lebih tinggi dari pasar mengindikasikan bahwa industri tersebut mempunyai risiko pasar yang tinggi.

3. Analisis Perusahaan

Dalam melakukan analisis fundamental analis perlu memahami variabel-variabel yang mempengaruhi nilai intrinsik saham. Untuk menaksir nilai intrinsik saham dapat digunakan dua metode yaitu Dividend Discounted Model (DDM) dan Price Earning Ratio (PER). Data-data yang dibutuhkan dalam menggunakan metode analisis tersebut disajikan berdasarkan atas prinsip-prinsip akuntansi yang umum diterima, karena itu langkah pertama yang harus dilakukan adalah memahami laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Ada dua laporan keuangan yang utama yaitu neraca dan laporan rugi laba. Neraca menunjukkan posisi kekayaan, kewajiban finansial, dan modal sendiri pada waktu tertentu, sedangkan laporan rugi


(13)

laba menunjukkan berapa penjualan yang diperoleh perusahaan pada periode waktu tertentu (Husnan, 2001).

2.7. Penelitian Terdahulu

Marta (2010) melakukan penelitian mengenai penilaian harga saham pertanian dengan menggunakan analisis teknikal. Perusahaan yang diambil sampel di antaranya PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT london Sumatera Plantation Tbk (LSIP), PT Sumalindo Lestari Jaya Tbk (SULI), PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA), PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk (UNSP). Analisis teknikal yang digunakan bertujuan untuk menentukan saat yang tepat bagi investor kapan saat membeli, menjual, maupun menyimpan saham. Selain itu untuk mengetahui kapan harus melakukan cut loss agar terhindar dari kerugian yang lebih besar. Analisis teknikal yang dilakukan menggunakan pendekatan Simple Moving Average dan Moving Average Envelopes.

Alamsyah (2010) melakukan penelitian mengenai penilaian harga saham pertambangan dengan menggunakan analisis teknikal dan fundamental. Penelitian ini mencoba untuk menganalisis pergerakan harga saham pada empat perusahaan pertambangan di antaranya adalah PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA), dan PT Timah Tbk (TINS). Analisis teknikal dilakukan dengan menggunakan pendekatan Simple Moving Average (SMA) dan Moving Average Envelopes (MAE). Analisis fundamental pada penelitian ini menggunakan pendekatan Dividend Discounted Model (DDM) dan Capital Asset Pricing Model (CAPM). Melalui analisis fundamental secara umum kinerja keempat perusahaan tersebut tergolong baik kecuali kinerja PT Timah Tbk (TINS) yang cenderung kurang memuaskan.


(14)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Pasar modal merupakan suatu sarana yang mempertemukan masyarakat yang kelebihan modal dengan perusahaan yang membutuhkan modal. Investor dapat melakukan investasi di pasar modal dengan melakukan pembelian yang diperdagangkan di pasar modal, salah satunya adalah saham. Saham tidak hanya menawarkan keuntungan yang tinggi bagi para investor melalui capital gain maupun dividen, akan tetapi juga membawa resiko yang sangat tinggi pula.

Investor yang melakukan investasi saham khususnya di sektor perbankan tentu akan melakukan penilaian harga saham untuk meminimalisasi resiko rugi yang ada. Penilaian harga saham ini dapat dilakukan menggunakan analisis teknikal dan fundamental. Analisis teknikal digunakan oleh para investor untuk menentukan strategi yang tepat kapan akan membeli, menjual atau menyimpan saham. Analisis teknikal ini dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan di antaranya adalah Simple Moving Average dan Moving Average Envelopes. Hasil dari analisis teknikal ini berupa peramalan pergerakan harga saham yang akan terjadi selanjutnya.

Metode penilaian harga saham lain yang dapat digunakan adalah analisis fundamental yang digunakan oleh investor sebagai dasar untuk melakukan pembelian saham dan cenderung untuk keputusan jangka panjang. Dalam penelitian ini analisis fundamental dilakukan melalui pendekatan Dividend Discounted Model. Dari kedua model pendekatan ini investor dapat mengetahui nilai intrinsik dari suatu saham yang kemudian akan dibandingkan dengan harga yang berlaku di pasaran apakah

undervalued atau overvalued.

Analisis teknikal dan fundamental akan menghasilkan suatu informasi yang digunakan oleh investor sebagai dasar dalam melakukan keputusan untuk berinvestasi. Berikut adalah kerangka pemikiran untuk penelitian ini.


(15)

Gambar 5. Kerangka Pemikiran Penelitian 3.2. Metode Penelitian

3.2.1 Pengumpulan Data

Penelitian dilakukan di PT Bursa Efek Indonesia yang berlokasi di Jl. Jend. Sudirman Kav 52-53 Jakarta 12190. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data time series harian dari bulan Februari 2010 sampai Januari 2011.

DDM Investor

Penilaian harga saham

Analisis teknikal Analisis fundamental :

1. Analisis ekonomi

makro

2. Analisis Industri

3. Analisis Perusahaan

Simple Moving Average

Moving average envelope

Pergerakan Nilai Saham

Nilai Intrisik Saham

Rekomendasi Strategi

Keputusan Investasi


(16)

3.2.2 Pengolahan dan analisis data

Pengolahan data dilakukan dengan perangkat lunak Microsoft Excel. Analisis yang dilakukan adalah analisis teknikal dan fundamental. Analisis teknikal yang digunakan adalah dengan pendekatan Simple Moving Average dan Moving Average Envelope. Sedangkan analisis fundamental yang digunakan adalan Dividen Discounted Model (DDM).

A. Analisis teknikal

Analisis teknikal yang digunakan adalah Simple Moving Average dan Moving Average Envelopes.

1. Simple Moving Average

Simple Moving Average dihitung dari penjumlahan harga saham x hari sebelumnya dibagi dengan x hari.

SMA (5) = (P5 + P4 + P3 + P2 + P1) / 5 ... (1) Keterangan:

SMA (5) : Rata-rata bergerak sederhana 5 hari perdagangan sebelumnya.

P5 : Harga saham 5 hari sebelumnya P4 : Harga saham 4 hari sebelumnya P3 : Harga saham 3 hari sebelumnya P2 : Harga saham 2 hari sebelumnya P1 : Harga saham 1 hari sebelumnya

Sinyal beli : grafik saham memotong ke atas grafik SMA Sinyal jual : Grafik saham memotong ke bawah grafik SMA.

2. Moving Average Envelopes

Pendekatan Moving Average Envelopes menggunakan batas atas dan bawah. Menurut Sulistiawan dan Liliana (2007) ketepatan dari penggunaan satu moving average (MA) dapat ditingkatkan kemampuannya dengan penggunaan grafik MA ini yang menggambarkan batas atas dan bawah dari tren grafik saham.


(17)

Batas atas dan bawah ditentukan dengan menggunakan persentase tertentu dari MA yang digunakan. Contohnya SMA (30)-10 persen, menunjukkan penggunanaan batas atas sebesar 10persen lebih tinggi dan lebih rendah 10persen untuk batas bawah. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

Batas atas = MA x 1.1 ... (2) Batas bawah = MA x 0.9

Sinyal beli dapat dilakukan ketika:

1. Grafik harga saham memotong ke atas grafik MA, atau 2. Grafik harga saham memotong ke atas grafik batas

bawah.

Sinyal jual adalah kebalikan dari kondisi di atas, yaitu: 1. Grafik harga saham memotong ke bawah grafik MA. 2. Grafik harga saham memotong ke bawah grafik batas

atas.

B. Analisis Fundamental

1. Dividend Discounted Model

Dividend discounted model merupakan model penghitungan harga saham yang dilakukan dengan cara menilai tunai semua cash flow yang akan diterima di masa datang.

Rumus present value-nya adalah:

... (3) 1 ... (4) Untuk rumus tahun ke 2adalah:

... (5) Keterangan:

= nilai estimasi saham D1 = dividen tunai

Pn = harga saham (n=1,2,3....) k = tingkat return yang diharapkan


(18)

D0 = nilai dividen terakhir

Dengan DDM investor akan menghitung perbedaan harga untuk saham yang sama dengan model yang sama pula. Model ini dapat digunakan selain untuk menentukan nilai intrinsik juga menentukan harga akhir suatu saham. Keputusan seorang investor ditentukan oleh nilai intrinsik yang diperoleh dengan mendiskontokan dividen dengan harga pasar sekarang suatu saham.

2. Capital Asset Pricing Model

Tahapan untuk menghitung tingkat keuntungan yang diharapkan adalah sebagai berikut:

1. Tingkat pengembalian masing-masing saham

Rit = ... (6) keterangan:

Rit = tingkat pengembalian saham perusahaan bulan ke t Pit = harga saham bulan ke t

Pit-1 = harga saham bulan sebelumnya Dt = dividen pada bulan ke t

2. Tingkat pengembalian pasar bulanan adan tingkat pengembalian rata-rata pasar

Rmt = ... (7) E(Rm)= ∑ ... (8)

Rmt = tingkat pengembalian pasar pada bulan ke t IHSGt = IHSG bulan ke t

IHSGt-1 = IHSG bulan sebelumnya

N = jumlah pengamatan dalam satu kuartal 3. Risiko (beta)

βi = ... (9)

σim = ∑ R R R R ... (10)

σ2 m = ∑


(19)

σim = kovarian tingkat pengembalian saham i dengan tingkat pengembalian pasar.

σ2

m = varian tingkat pengembalian pasar. 4. Tingkat bunga bebas risiko (Rf)

Rf memakai data BI rate selama 3 tahun 5. Masukan ke persamaan CAPM

E(Ri) = Rf + [E(Rm) – Rf]βiσ2m ... (11) E(Ri) = tingkat pengembalian rata-rata yang diharapkan


(20)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 PT Bank Central Asia, Tbk. (BBCA) A. Informasi Umum Perusahaan

PT Bank Central Asia, Tbk mulai beroperasi pada tanggal 21 Februari 1957. BBCA melakukan penawaran saham publik perdana pada tahun 2000 dan menjadi pelopor dalam menawarkan produk kredit kepemilikan rumah dengan suku bunga tetap, yang berhasil meraih respon positif dari pasar.

B. Pemegang saham

PT Bank Central Asia, Tbk. melakukan penawaran saham publik perdana pada tahun 2000. Pemegang saham terbesar BBCA adalah masyarakat sebesar 49,91 persen. Beberapa pemegang saham utama lainnya adalah FarIndo Investments (Mauritius) Ltd qualitate qua (qq) (47,15%), Anthony Salim (1,76%), dan sisanya dibeli kembali oleh BBCA.

C. Ringkasan Keuangan

BBCA berhasil mencapai peningkatan kinerja keuangan yang memuaskan, tercermin dari peningkatan total aktiva sebesar 14,9 persen menjadi 324,4 triliun rupiah pada 31 Desember 2010 dengan didukung oleh tingginya pertumbuhan kredit di semua segmen nasabah.0Pada tahun 2010 BBCA berhasil membukukan laba bersih sebesar 8,5 triliun rupiah meningkat sebesar 24,6 persen dari tahun 2009 yang sebesar 6,8 triliun rupiah, sedangkan pada tahun 2008 laba bersih BBCA mencapai 5,8 triliun rupiah.08

4.1.2 PT Bank Negara Indonesia, Tbk. (BBNI) A. Informasi Umum Perusahaan

Didirikan pada tahun 1946, PT Bank Negara Indonesia Tbk. adalah bank pertama yang dimiliki sepenuhnya oleh Pemerintah Indonesia. Pada awalnya BBNI berfungsi sebagai bank sentral Republik


(21)

Indonesia yang baru merdeka sebelum menjadi bank komersial di tahun 1955, dengan total aktiva senilai 227,5 triliun rupiah, BBNI adalah bank terbesar ke-4 di Indonesia berdasarkan jumlah aktiva. BBNI melayani basis nasabah korporasi, komersial dan individu melalui jaringan pelayanan yang luas mencakup 1.071 cabang domestik dan 5 cabang luar negeri, 4.003 unit ATM, serta layanan perbankan internet dan SMS.

B. Pemegang saham

Penawaran Umum Saham Perdana (IPO) PT Bank Bank Negara Indonesia dilakukan pada tahun 1996 dan tercatat sebagai bank BUMN pertama yang melakukan IPO (initial public offering) dengan menjual sahamnya sebesar 25 persen di Bursa Efek Indonesia. Pemegang saham terbesar di PT Bank Negara Indonesia Tbk. adalah pemerintah sebesar 76,36 persen dan sisanya dimiliki oleh publik.

C. Ringkasan Keuangan

PT Bank Negara Indonesia, Tbk. pada tahun 2010 mencatat laba bersih sebesar 4,1 triliun rupiah atau tumbuh sebesar 65,1 persen dari tahun 2009 yang mencapai 2,5 triliun rupiah, sedangkan untuk tahun 2008 laba bersih BBNI tercatat sebesar 1,2 triliun rupiah.

4.1.3 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk. (BDMN) A. Informasi Umum Perusahaan

BDMN didirikan pada tahun 1956 sebagai Bank Kopra Indonesia. Di tahun 1976, nama tersebut kemudian diubah menjadi Bank Danamon Indonesia. Di tahun 1988, BDMN menjadi bank devisa dan setahun kemudian mencatatkan diri sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta (sekarang menjadi Bursa Efek Indonesia).

BDMN merupakan salah satu institusi finansial terbesar di Indonesia. Sebagai bank universal, BDMN telah mengembangkan beragam bisnis perbankan, dari perbankan mikro melalui BDMN Simpan Pinjam, perbankan ritel hingga perbankan UKM & komersial, dan perbankan korporasi, serta layanan pembiayaan otomotif, asuransi


(22)

umum dan pembiayaan barang konsumtif melalui Adira Finance, Adira Insurance dan Adira Kredit.

B. Pemegang saham

PT Bank Danamon Indonesia, Tbk. menjadi perusahaan publik pada tahun 1989. Komposisi pemegang saham BDMN. sebesar 67,42 persen dimiliki oleh PT Asia Financial (Indonesia) PTE, Ltd dan 32,58 persen dimiliki oleh publik.

C. Ringkasan Keuangan

Di akhir 2010, BDMN berhasil membukukan pertumbuhan laba bersih sebesar 88 persen menjadi 2.883 miliar rupiah dari 1.532 miliar rupiah di 2009, terutama didorong peningkatan pendapatan bunga bersihdan pendapatan operasional lainnya, sedangkan untuk tahun 2008 BDMN membukukan laba bersih yang hampir sama dengan tahun 2009 yaitu 1,53 triliun rupiah.

4.1.4 PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk. (BBRI) A. Informasi Umum Perusahaan

PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk. awal mulanya didirikan oleh Raden Aria Wiriatmaja pada tanggal 16 Desember 1895 dengan nama De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden. Setelah beberapa kali mengalami perubahan nama seperti Syomin Ginko pada masa pendudukan Jepang, pada 22 Februari 1946 Pemerintah Indonesia mengubah lembaga ini menjadi Bank Rakyat Indonesia (BRI) dengan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1946, dan BRI menjadi bank pertama yang dimiliki Pemerintah Republik Indonesia.

PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk. merupakan salah satu bank terbesar dan tertua di Indonesia. Saat ini, BBRI berkantor pusat di Gedung BRI I, Jl. Jendral Sudirman Kav.44-46, Jakarta 10210, Indonesia.


(23)

B. Pemegang saham

PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk mencatatkan dirinya di Bursa Efek Indonesia sejak tanggal 10 November 2003 dengan porsi kepemilikan 56,67 persen dikuasai oleh pemerintah dan 43,23 persen dimiliki oleh masyarakat.

C. Ringkasan Keuangan

PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk. membukukan laba bersih sebesar 11,5 triliun pada tahun 2010 meningkat dari pencapaian tahun 2009 sebesar 7,3 triliun rupiah sedangkan untuk tahun 2008 laba bersih BBRI tercatat sebesar 5,9 triliun rupiah.

4.1.5 PT Bank Mandiri, Tbk. (BMRI) A. Informasi Umum Perusahaan

PT Bank Mandiri Tbk. didirikan pada tanggal 2 Oktober 1998 sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank milik pemerintah yaitu Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia, digabungkan ke dalam BBRI.

B. Pemegang saham

PT Bank Mandiri Tbk. melakukan penawaran saham perdana di Bursa Efek Indonesia sejak tanggal 13 Juli 2003. Sampai dengan 31 Desember 2010 kepemilikan saham terbesar dimiliki oleh Pemerintah Indonesia sebesar 66,68 persen dan sisanya oleh publik sebesar 33,32 persen. Bank Mandiri dimiliki oleh 19.250 pemegang saham. Jumlah pemegang saham tersebut terdiri dari 18.177 pemegang saham domestik dan 1073 pemegang saham asing serta 44persen dari total pemegang saham yang tercatat tersebut merupakan pegawai PT Bank Mandiri Tbk.

C. Ringkasan Keuangan

PT Bank Mandiri Tbk. berhasil membukukan kinerja keuangan yang positif pada tahun 2010, BMRI berhasil meningkatkan Laba per saham tahun 2010 sebesar 28,4 persen dari 342 rupiah pada tahun 2009


(24)

menjadi 439 rupiah. Total laba operasional BMRI mencapai 13.737 miliar rupiah, sementara laba bersih tumbuh 28,8 persen mencapai 9.218 miliar rupiah.

4.2. Analisis teknikal

4.2.1 Simple Moving Average A. PT Bank Central Asia, Tbk.

Selama periode Februari 2010 – Januari 2011 pergerakan saham BBCA menunjukkan berbagai aktivitas tercatat sebanyak satu sinyal golden cross atau bullish dan 2 sinyal dead cross atau bearish.

Gambar 6. Simple Moving Average BBCA Periode Februari 2010-Januari 2011

Pada triwulan II yaitu periode dari bulan Mei – Juli tercatat satu titik golden cross yaitu pada tanggal 2 Juni 2010 pada harga 5450. Garis merah pada Gambar 6 yang merupakan MA (5) memotong ke atas garis biru yang merupakan MA (23) dan ditunjukkan oleh panah berwarna biru.

Grafik terus menunjukkan kenaikan pada triwulan III, sehingga disarankan kepada para investor untuk mempertahankan saham BBCA pada triwulan III. Akan tetapi pada triwulan IV grafik saham BBCA mengalami tren menurun tercatat satu sinyal jual atau dead cross pada tanggal 18 November pada harga 6850, maka kegiatan membeli saham tersebut dapat dihentikan dan beralih untuk menjual saham tersebut.


(25)

B. PT Bank Negara Indonesia, Tbk.

Gambar 10 menunjukkan bahwa pada awal Februari-April tren sedang dalam keadaan naik. Pada tanggal 10 Maret merupakan titik golden cross yang merupakan sinyal bagi para investor untuk melakukan pembelian saham pada harga 1920.

Gambar 7. Grafik Simple Moving Average BBNI Periode Februari 2010-Januari 2011

Pada triwulan II grafik cenderung mengalami tren mendatar atau

sideways trend, setidaknya sampai dengan akhir Juni. Pada awal Juli grafik menunjukkan tren yang menaik atau uptrend disarankan kepada investor untuk tidak menjual saham BBNI pada masa periode ini.

Gambar 12 menunjukkan uptrend pada triwulan III akan tetapi tidak ada perpotongan antara garis MA (5) dan MA (23), maka disarankan bagi para investor agar mempertahankan sahamnya setelah pembelian terakhir yang dilakukan pada tanggal 10 Maret.

Pada triwulan IV yang merupakan periode dari November 2010-Januari 2011 satu kali sinyal bearish yaitu pada tanggal 15 Desember. Tanggal 15 Desember merupakan tanggal yang menjadi sinyal untuk menghentikan pembelian saham BBNI pada level 3800.


(26)

C. PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.

Berdasarkan grafik di bawah ini selama periode Februari 2010-Januari 2011 terjadi 3 sinyal beli atau bullish dan 2 kali sinyal bearish. Pada triwulan I terjadi satu kali bullish yaitu pada tanggal 20 April pada harga 5500.

Pada triwulan II grafik saham menunjukkan satu kali sinyal jual yaitu pada tanggal 7 Mei pada harga 4950 dan satu kali sinyal beli tertanggal 15 Juni pada harga 5150, setelah itu tepatnya selama triwulan III harga saham terus bergerak naik hingga mencapai harga 6900 pada 26 Oktober 2010.

Pada grafik di bawah ini dapat kita lihat kondisi uptrend yang terjadi selama triwulan III hingga mencapai level 6700 hingga akhir triwulan III, sehingga sebaiknya investor tidak melakukan penjualan saham terlebih dulu.

Harga saham yang ditunjukkan oleh grafik selama periode Februari hingga Oktober sejauh ini mengalami lonjakan harga yang cukup signifikan. Dibuka pada level harga 4650 pada awal Februari hingga mencapai harga tertinggi yaitu 6900 pada akhir Oktober, hal itu disebabkan semakin baiknya minat beli investor terhadap harga saham BDMN sehingga harga saham bisa terus merangkak naik.

Triwulan IV tren harga saham kembali menunjukkan penurunan. Terdapat dua sinyal bearish yaitu pada tanggal 23 November di level 6550. Walaupun pada triwulan IV tren menunjukkan penurunan akan tetapi pada triwulan ini juga terdapat satu kali sinyal bullish tertanggal 20 Januari pada tingkat harga 5850.


(27)

Gambar 8. Grafik Simple Moving Average BDMN Periode Februari 2010-Januari 2011

D. PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk.

Harga saham BBRI selama periode Februari hingga Januari 2011 mengalami pergerakan harga yang cukup signifikan. Harga saham BBRI berhasil mencapai titik tertinggi pada level harga 12500. Pada triwulan I harga terdapat sinyal beli pada tanggal 11 Maret pada harga 7500. Melihat kecenderungan tren yang naik maka disarankan kepada investor untuk melakukan pembelian saham pada triwulan ini.

Pada Triwulan kedua terlihat garis MA (5) memotong dari atas garis MA (23) yang berarti bahwa terjadi titik dead cross yang menandakan harga saham mulai mengalami penurunan. Hal itu terbukti pada tanggal 11 Mei terjadi dead cross pada harga 8400. namun kemudian harga saham BBRI dalam keadaan tren menaik yang akhirnya mencapai titik golden cross pada tanggal 3 Juni pada kisaran harga 8850.


(28)

Gambar 9. Grafik Simple Moving Average BBRI Periode Februari 2010-Januari 2011

Dalam kondisi tren mendatar atau sideways trend penggunaan moving average sebagai indikator kurang tepat. Moving average dapat digunakan secara tepat dalam memprediksi sinyal jual atau sinyal beli dalam kondisi downtrend atau uptrend. Pada Triwulan III terjadi sinyal jual di level 9200 pada tanggal 4 Agustus.

Sinyal beli terjadi pada tanggal 25 Agustus pada harga 9800 dan harga terus mengalami kenaikan hingga mencapai overbought pada harga 12500 per lembar saham. Kondisi overbought terjadi ketika harga dinilai sudah terlalu mahal oleh karena itu harga saham mengalami penurunan yang merupakan akibat resistance para investor.

Resistance ini menandakan bahwa minat jual sangatlah besar sehingga harga suatu saham dapat tertahan dan cenderung akan turun. Hal ini terbukti pada tanggal 23 November garis MA (5) memotong garis MA (23) ke bawah yang menandakan sinyal jual pada harga 11600 dan akhirnya pada tanggal 11 Januari 2011 BBRI melakukan stock split 2:1

E. PT Bank Mandiri, Tbk.

Dari data harga saham yang terlihat dari grafik, sepanjang bulan Februari hingga Januari 2011 harga saham BMRI diwarnai oleh 3 titik goden cross dan 3 titik dead cross. Tercatat pada triwulan I terjadi satu


(29)

titik golden cross yaitu pada tanggal 9 Maret pada harga 4625, harga terus meningkat hingga triwulan II.

Pada triwulan II terdapat satu sinyal jual yang terjadi pada tanggal 11 Mei dan sinyal beli pada tanggal 4 Juni. Kondisi uptrend masih terjadi pada triwulan II hingga akhir triwulan III investor disarankan untuk mempertahankan saham hingga grafik SMA (5) memotong ke bawah grafik SMA (23) yang menjadi tanda dari sinyal jual

Gambar 10. Grafik Simple Moving Average BMRI Periode Februari 2010-Januari 2011

Selama triwulan IV tren menunjukkan penurunan, saham mencapai titik tertingginya pada level 7250 pada tanggal 22 November. Tercatat dua titik dead cross yaitu pada tanggal 25 November pada level 6950 dan pada tanggal 11 Januari pada harga 5800. Perpotongan antara dua grafik MA tetap terjadi yang menandakan sinyal beli pada tanggal 5 Januari pada level 6850 akan tetapi investor sebaiknya tidak melakukan pembelian saham karena kondisi downtrend sedang terjadi pada pasar saham Mandiri.

4.2.2 Moving Average Envelopes A. PT Bank Central Asia, Tbk.

Selama triwulan I dengan menggunakan analisis Moving Average Envelopes menghasilkan dua sinyal beli dan dua sinyal jual. Sinyal beli pertama terjadi pada tanggal 15 Februari pada level 4550 dan di jual


(30)

pada level 4875 pada tanggal 25 Februari. Sinyal beli kedua terjadi pada tanggal 4 Maret pada level 4950 dan dijual pada level 5450 pada tanggal 18 Maret.

Gambar 11. Grafik Moving Average Envelopes BBCA Periode Februari 2010-Januari 2011

Pada triwulan II juga terjadi dua sinyal beli dan sinyal jual. Sinyal beli yang pertama terjadi pada tanggal 7 mei pada harga 4950 dan sinyal jual terjadi pada tanggal 1 Juni pada level 5300. Sinyal beli yang kedua terjadi pada tanggal 16 Juni pada level 5650 dan sinyal jual terjadi pada tanggal 1 Juli pada level 5700.

Tidak banyak yang terjadi pada triwulan III karena grafik menunjukkan tren yang mendatar, satu kali sinyal beli dan satu kali sinyal jual terjadi pada triwulan ini. Sinyal beli terjadi pada tanggal 5 Agustus pada level 5950 dan sinyal jual terjadi pada tanggal 16 September pada level 6350.

Tren menurun atau dapat kita sebut dengan downtrend terjadi pada triwulan IV BBCA. Terjadi satu kali sinyal beli yang terjadi pada tanggal 13 Januari pada level 5900, akan tetapi pada kondisi ini grafik dalam keadaan tren yang menurun sehingga tidak disarankan untuk membeli saham BBCA pada kondisi ini karena dikhawatirkan saham akan terkoreksi sampai dibawah level 5900.


(31)

B. PT Bank Negara Indonesia, Tbk

Selama periode Februari-April tren naik ditunjukkan oleh grafik saham BBNI. Terjadi satu kali sinyal beli pada tanggal 8 Maret pada level 1900 dan satu kali sinyal jual pada level 2300 di tanggal 30 Maret 2010. Pada triwulan yang kedua kondisi grafik saham BBNI berada dalam keadaan sideways trend akan tetapi pada tanggal 7 Juli terjadi sinyal beli pada level 2425 dan sinyal jual juga terjadi pada tanggal 14 Juli di level 2675.

Gambar 12. Grafik Moving Average Envelopes BBNI Periode Februari 2010-Januari 2011

Pada triwulan yang ketiga grafik menunjukkan perpotongan ke atas antara garis close yang merupakan harga aktual saham dengan garis MA (5) yang merupakan sinyal beli. Terdapat dua kali sinyal beli dan dua kali sinyal jual pada triwulan ini. Sinyal beli yang pertama terjadi pada tanggal 3 September pada level 3500 dan investor disarankan menjualnya pada tanggal 17 September di level 3800. Sinyal beli yang kedua terjadi pada tanggal 24 September di level 3725, sedangkan sinyal jual terjadi pada tanggal 19 Oktober pada level 3900. Selama triwulan IV hanya terjadi satu kali sinyal beli dan satu kali sinyal jual. Sinyal beli terjadi pada tanggal 24 November pada level 3825, sedangkan sinyal jual terjadi pada tanggal 8 Desember pada level 4075.


(32)

C. PT Bank Danamon Indonesia,Tbk.

Dari bulan Februari 2010 sampai dengan Januari 2011 hanya terdapat empat kali sinyal beli dan empat kali sinyal jual. Hal ini disebabkan oleh tren harga saham yang cenderung mengalami

sideways trend sehingga penggunaan moving average menjadi kurang tepat. Sinyal beli pertama terjadi pada awal Februari yaitu pada tangal 10 Februari di level 4675, sedangkan sinyal jual terjadi pada triwulan II tanggal 5 Mei pada level 5350.

Pada triwulan III terjadi dua kali sinyal beli dan dua kali sinyal jual. Sinyal beli yang pertama terjadi pada tanggal 6 September di level 5350 sedangkan sinyal jual terjadi pada tanggal 22 September di level 5700. Sinyal beli yang kedua terjadi pada tanggal 20 Oktober di level 6050, sedangkan untuk menjual saham disarankan pada level 6700 yaitu pada tanggal 29 Oktober.

Gambar 13. Grafik Moving Average Envelopes BDMN Periode Februari 2010-Januari 2011

Harga saham BDMN mulai mengalami penurunan pada triwulan IV, pada triwulan ini terdapat satu kali sinyal beli dan satu kali sinyal jual. Sinyal beli terjadi pada level 6050 di tanggal 21 Desember 2010 dan sinyal jual terjadi pada tanggal 27 Januari di level 6150. Sinyal beli yang dihasilkan cenderung palsu karena ternyata harga saham


(33)

BDMN masih terus terkoreksi sampai di level 5100 pada tanggal 10 Januari.

D. PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk.

Pada Triwulan I terdapat dua sinyal beli dan dua sinyal jual, sinyal beli terjadi pada saat garis close yang merupakan harga saham aktual memotong ke atas garis MA (5) atau garis MA-5% sedangkan sinyal jual terjadi pada saat garis close memotong ke bawah garis MA (5) atau garis MA+5%. Sinyal beli terjadi pada tanggal 11 Februari di level 7300 dan sinyal jual terjadi pada tanggal 6 April di level 8750. Sinyal beli yang kedua terjadi tanggal 12 April di level 8150 dan pada tanggal 22 April merupakan sinyal jual di level 8750.

Harga saham BBRI cenderung mendatar pada saat triwulan II. Meski begitu terdapat dua sinyal jual dan satu sinyal beli. Sinyal jual terjadi pada tanggal 4 Mei pada level 9050 dan 13 Juli pada level 9800, sedangkan sinyal beli terjadi pada tanggal 25 Mei di level 7700.

Gambar 14. Grafik Moving Average Envelopes BRI Periode Februari 2010-Januari 2011

Triwulan III dimulai dengan sinyal beli yang terjadi pada tanggal 4 Agustus pada level 9200 sinyal jual yang pertama terjadi pada tanggal 17 September di level 10400. Kemudian pada tanggal 21 Oktober terjadi satu kali lagi sinyal beli di level 10700 dan setelah itu satu sinyal jual pun terjadi pada tanggal 27 Oktober di level 11450


(34)

Triwulan IV harga saham sudah mulai mengalami penurunan. Di tanggal 11 Januari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. melakukan stock split 2:1 hal ini membuat harga saham turun drastis yang dapat dilihat pada gambar 40. Kebijakan stock split juga akan mempengaruhi earning per share karena jumlah saham beredar merupakan pembagi dalam perhitungan Earning Per Share (EPS). E. PT Bank Mandiri, Tbk.

Gambar 15 menunjukkan periode dari bulan Februari sampai dengan April 2010 yang merupakan triwulan I dari PT bank Mandiri Tbk. Pada grafik dapat kita lihat bahwa harga saham Bank Mandiri dalam tren yang meningkat pada bulan Februari-Maret, setelah itu tren dalam keadaan mendatar pada akhir Maret sampai dengan April. Terdapat satu sinyal beli dan satu sinyal jual pada triwulan ini. Sinyal beli terjadi pada tanggal 8 Februari di level 4375 sedangkan sinyal jual terjadi pada tanggal 22 Maret di level 5229.

Gambar 15. Grafik Moving Average Envelopes Mandiri Periode Februari 2010-Januari 2011

Pada triwulan yang kedua terdapat dua sinyal beli dan dua sinyal jual. Sinyal beli terjadi pada tanggal 27 Mei di level 5050 sedangkan sinyal jual terjadi pada tanggal 4 Juni di level 5550. Sinyal beli yang kedua terjadi pada tanggal 11 Mei di level 5200, sedangkan sinyal jual


(35)

yang kedua terjadi pada tanggal 21 Juni di level 5850. Sama halnya dengan triwulan sebelumnya, pada triwulan III terdapat dua sinyal beli dan dua sinyal jual. Sinyal beli yang terjadi pada tanggal 2 September di level 5900 yang sebaiknya dijual pada level 6600 di tanggal 20 September. Sinyal beli yang kedua terjadi pada tanggal 23 September di level 6300 sedangkan sinyal jual yang kedua terjadi pada tanggal 30 September di level 7200. Triwulan IV grafik dalam keadaan mendatar dan cenderung menurun pada akhir periode sehingga disarankan kepada investor untuk menahan pembelian saham pada periode ini. 4.2.3 Peramalan Pergerakan Harga Saham

A. Simple Moving Average

1. PT Bank Central Asia, Tbk.

Grafik saham BBCA pada periode Februari-April 2011 menunjukkan kenaikan harga saham sama seperti periode Februari-April 2010, akan tetapi belum terdapat sinyal beli atau titik golden cross pada kuartal I.

Gambar 16. Harga saham Bank BCA periode Februari-Juni 2011

Pada kuartal II terdapat sinyal jual yaitu pada tanggal 9 Mei di level 7200 dan sinyal beli pada tanggal 20 Juni di level 7250. Pergerakan saham BBCA pada kuartal II bulan Juli diperkirakan


(36)

akan mengalami tren mendatar atau sideways trend sama seperti tahun 2010.

2. PT Bank Negara Indonesia, Tbk.

Pada kuartal I tahun 2011 terdapat satu titik golden cross atau sinyal beli yaitu pada tanggal 28 Maret di level 3.775. Pergerakan harga pada kuartal I ini cenderung mengalami kenaikan atau

uptrend. Pada bulan Mei-Juni 2011 grafik menunjukkan tren yang menurun, terdapat satu sinyal jual pada kuartal ini yaitu pada tanggal 6 Mei di level 3900 dan satu sinyal beli pada tanggal 28 Juni di level 3775.

Harga saham pada bulan Juli 2010 mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan di mana sebelumnya harga berada dalam kondisi stagnan, hal itu pula yang terjadi pada kuartal II 2011 harga cenderung mengalami penurunan akan tetapi terdapat sinyal beli pada kuartal II 2010 sehingga dapat diprediksi harga akan naik pada bulan Juli 2011.

Gambar 17. Harga saham BBNI periode Februari-Juni 2011 3. PT Bank Danamon, Tbk.

Gambar 18. menunjukkan pergerakan harga saham Bank BDMN selama periode Februari-April 2011. Dapat kita lihat pergerakan harga saham Bank BDMN cenderung dalam keadaan


(37)

mendatar dan pada pertengahan April harga saham mulai mengalami penurunan. Terdapat satu sinyal jual yaitu pada tanggal 15 April di level 6450.

Penurunan harga saham yang terjadi pada kuartal I 2011 berlanjut hingga tanggal 9 Mei 2011, akan tetapi secara keseluruhan harga saham Bank BDMN selama periode Mei-Juni berada dalam tren yang mendatar. Terdapat satu sinyal beli dan satu sinyal jual yang terjadi pada periode ini, akan tetapi sinyal beli ini terjadi pada saat harga cenderung turun atau pada saat downtrend sehingga cenderung menimbulkan sinyal palsu.

Bulan Juli diprediksi harga saham akan mengalami kenaikan harga sama seperti kuartal II 2010, harga saham mengalami penurunan sampai pertengahan Juni dan kemudian merangkak naik pada bulan Juli 2010.

Gambar 18. Harga saham BDMN periode Februari-Juni 2011

4. PT Bank Rakyat Indonesia,Tbk.

Setelah sempat melakukan stock split pada tanggal 11 Januari 2011 saham BBRI mulai merangkak naik menuju level 6500 pada kuartal I tahun 2011, hal serupa juga terjadi pada kuartal I 2010 setelah sebelumnya sempat berada dalam tren medatar harga saham


(38)

BBRI mulai merangkak naik pada pertengahan Maret 2010 hal ini menunjukan History repeat it self .

Pada kuartal II 2011 saham BBRI berada dalam kondisi mendatar atau sideways tren, terdapat dua sinyal jual dan dua sinyal beli pada periode Mei-Juni 2010. Sinyal beli yang pertama terjadi pada tanggal 6 Juni di level 6350 dan sinyal beli yang kedua terjadi pada tanggal 27 Juni di level 6400, sedangkan sinyal jual yang pertama terjadi pada tanggal 10 Mei di level 6150 dan sinyal jual yang kedua terjadi pada tanggal 15 Juni di level 6400. Bulan Juni 2011 diperkirakan harga akan naik, hal ini sesuai dengan yang terjadi pada kuartal II 2010 setelah sempat berada dalam tren mendatar saham BBRI naik secara perlahan pada awal Juli 2010 dan ditutup di level 9900.

Gambar 19. Harga saham BBRI periode Februari-Juni 2011 5. PT Bank Mandiri, Tbk.

Tren menaik atau uptrend terjadi pada kuartal I 2011, terdapat satu sinyal beli pada periode ini yang terjadi pada tanggal 28 Maret di level 6200. Sedangkan pada periode Mei-Juni terdapat satu sinyal jual yaitu pada tanggal 8 Juni. Saham Bank Mandiri diprediksi akan mengalami kenaikan pada bulan Juli 2011, sehingga disarankan kepada investor untuk membeli saham Bank


(39)

Mandiri atau menahan penjualan saham sampai grafik MA (5) memotong ke bawah grafik MA (23).

Gambar 20. Harga saham BMRI periode Februari-Juni 2011 B. Moving Average Envelopes

1. PT Bank Central Asia, Tbk.

Selama periode Februari-April 2011 grafik harga saham BBCA berada dalam kondisi uptrend sama seperti pergerakan harga triwulan I 2010 , pada periode ini tercatat 3 sinyal beli dan 3 sinyal jual. Sinyal beli yang pertama terjadi pada tanggal 11 Februari di level 5950 dan kemudian sinyal jual terjadi pada tanggal 25 Februari di level 6100. Kemudian harga mulai bergerak naik dan terjadi sinyal beli pada tanggal 28 Februari di level 6300, yang kemudian dijual pada tanggal 11 Maret di level 6800 karena harga mulai mengalami penurunan.

Harga kembali bergerak naik pada pertengahan Maret yang akhirnya menghasilkan sinyal beli di tanggal 21 Maret di level 6700 dan sinyal jual yang terakhir berada pada level 7400 di tanggal 29 April.


(40)

Gambar 21. Harga saham BBCA periode Februari-Juni 2011

Pergerakan harga saham pada Mei-Juni 2011 cenderung berada dalam keadaan mendatar atau sideways trend sehingga penggunaan Moving Average sulit untuk dilakukan contohnya saja pada tanggal 25 Mei yang ditunjukkan oleh panah berwarna kuning terjadi suatu sinyal beli ketika harga sudah mulai bergerak turun, maka sinyal beli tersebut cenderung menghasilkan suatu sinyal palsu. Pada pertengahan bulan Juni harga mulai merangkak naik dan terjadi satu sinyal beli pada tanggal 14 Juni di level 7000 dan diperkirakan harga akan terus bergerak naik setidaknya sampai dengan akhir Juli.

2. PT Bank Negara Indonesia, Tbk.

Selama periode Februari-April 2011 terjadi 2 sinyal beli dan 2 sinyal jual. Sinyal beli terjadi pada tanggal 11 Februari dan 23 Maret di level 3425 dan 3650, sedangkan sinyal jual terjadi pada tanggal 8 Maret di level 3800 dan pada tanggal 11 April di level 3950. Pergerakan harga saham pada triwulan I 2011serupa dengan pergerakan harga saham pada triwulan I 2010, harga saham bergerak menaik secara perlahan sebelum akhirnya berada pada kondisi sidewaystrend sampai Juni 2010.

Pada triwulan II 2011 pergerakan harga saham BBNI cenderung mengalami penurunan, meskipun terdapat sinyal beli


(41)

yang terjadi pada tanggal 27 Mei, akan tetapi terjadi pada saat harga sedang mengalami penurunan sehingga cenderung menghasilkan suatu sinyal palsu. Perpotongan grafik saham dengan grafik moving average kembali terjadi dan menghasilkan suatu sinyal beli yang terjadi pada tanggal 21 Juni di level 3125. Harga saham pada bulan Juli 2011 diperkirakan akan mengalami peningkatan sehingga disarankan kepada investor untuk membeli saham pada tanggal tersebut.

  Gambar 22. Harga saham BBNI periode Februari-Juni 2011 3. PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.

Kondisi pergerakan harga saham Bank BDMN selama periode Februari-April berada dalam trend mendatar atau sideways trend, hampir menyerupai kondisi yang terjadi pada triwulan I 2010. Terdapat satu sinyal beli dan satu sinyal jual pada periode ini. Sinyal beli terjadi pada tanggal 16 Februari di level 6350 sedangkan sinyal jual terjadi pada tanggal 18 Februari di level 6650.


(42)

Gambar 23. Harga saham BDMN periode Februari-Juni 2011

Triwulan II 2011 pergerakan saham Bank BDMN terdapat satu titik golden cross yang terjadi pada tanggal 26 Mei di level 5950 dan satu sinyal jual yang terjadi pada tanggal 6 Juni di level 6100.

4. PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk. (persero)

Kondisi uptrend ditunjukkan oleh pergerakan harga saham BBRI selama triwulan I 2011. Terdapat 4 sinyal beli dan 4 sinyal jual pada periode ini. Kondisi ini serupa dengan pergerakan harga saham BBRI triwulan I 2010 sehingga pergerakan harga saham BRI tahun 2010 dapat digunakan untuk melakukan peramalan pergerakan harga saham BRI tahun 2011. Sinyal beli terjadi pada tanggal 10 Februari di level 4550 dan dijual pada tanggal 22 Februari di level 4750. Sinyal beli yang kedua terjadi pada tanggal 1 Maret di level 4900 dan dijual pada tanggal 7 Maret dilevel 5300, sinyal beli yang ketiga terjadi di level 5100 pada tanggal 21 Maret dan dijual pada tanggal 4 April di level 5800. Sinyal beli yang terakhir terjadi pada tanggal 14 April di level 6100 dan sinyal jual kemudian terjadi pada tanggal 21 April di level 6500.


(43)

Gambar 24. Harga saham BBRI periode Februari-Juni 2011

Pada triwulan II 2011 pergerakan harga saham BBRI berada pada kondisi mendatar sehingga sulit diprediksi kapan waktu yang tepat dalam melakukan pembelian maupun penjualan saham, akan tetapi jika kita melihat pada triwulan II 2010 kondisi serupa juga ditunjukkan pergerakan harga saham pada triwulan II 2010 sampai akhir Juni dan kemudian harga saham kembali mengalami kenaikan sampai akhir Juli 2010.

5. PT Bank Mandiri, Tbk.

Pergerakan harga saham Bank Mandiri pada triwulan I 2011 berada pada kondisi menaik atau uptrend, grafik yang ditunjukkan di atas sama dengan grafik yang ditunjukkan oleh harga saham Bank Mandiri pada triwulan yang sama tahun 2010 sehingga grafik pada triwulan I 2010 dapat digunakan dalam peramalan harga saham untuk tahun 2011.


(44)

Gambar 25. Harga saham BMRI periode Februari-Juni 2011

Pada triwulan ini terdapat 4 sinyal beli dan 3 sinyal jual. Sinyal beli pertama kali terjadi pada tanggal 10 Februari di level 5600 dan kemudian terjadi sinyal jual pada tanggal 21 Februari di level 6000. Sinyal beli yang kedua terjadi pada tanggal 28 Februari di level 5800 dan dijual pada level 6400 di tanggal 8 Maret. Pada tanggal 23 Maret grafik harga saham memotong ke atas grafik Moving Average yang menandakan sinyal beli di level 6000 dan dijual pada tanggal 1 April di level 6850 sinyal beli yang terakhir terjadi pada tanggal 20 April di level 7100

Pada triwulan II 2011 pergerakan harga saham Bank Mandiri cenderung stagnan, pergerakan saham Bank Mandiri ini sesuai dengan pergerakan harga saham pada triwulan II 2010. Pada triwulan II 2010 harga bergerak stagnan sebelum akhirnya naik pada awal Juli 2010 dan kemudian bergerak secara stagnan sampai akhir Juli 2010. Meskipun perpotongan antara grafik harga saham dan grafik MA banyak terjadi, akan tetapi kondisi pergerakan harga saham yang cenderung mendatar membuat keputusan dalam membeli maupun menjual saham sulit dilakukan.

4.3. Analisis Fundamental

Investor yang ingin berinvestasi harus mengetahui kondisi perekonomian suatu negara apakah perekonomiannya sedang berada pada kondisi yang positif atau negatif. Setelah itu investor harus menagnalisis


(45)

sektor-sektor yang dapat memberikan return yang baik sebelum menentukan di perusahaan apa ia akan menanamkan modalnya, untuk itu analsis fundamental diperlukan untuk mengamati kondisi negara tempat suatu perusahaan itu beroperasi

4.3.1 Analisis Makroekonomi

Faktor makro merupakan faktor yang berada di luar perusahaan, tetapi mempunyai pengaruh terhadap kenaikan atau penurunan kinerja perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal inilah yang menjadi pertimbangan investor dalam melakukan keputusan pembelian atau penjualan saham. Beberapa variabel ekonomi penting yang digunakan untuk menggambarkan kondisi perekonomian suatu negara adalah sebagai berikut :

A. Pendapatan Domestik Bruto

Perekonomian Indonesia pada tahun 2008 berhasil mencapai 4.954 triliun rupiah meningkat 6,1 persen dibandingkan dengan PDB tahun 2007 sebesar 3.949,3 triliun rupiah. Pertumbuhan ini didukung oleh semua komponen PDB penggunaan, yakni konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 5,3 persen, konsumsi pemerintah sebesar 10,4 persen, pembentukan modal tetap bruto sebesar 11,7 persen, serta ekspor barang dan jasa sebesar 9,5 persen. Sementara impor sebagai komponen pengurang juga meningkat sebesar 10 persen.

Dilihat dari kontribusinya terhadap PDB, pertumbuhan PDB tahun 2008 bersumber dari ekspor sebesar 4,6 persen. Nilai ekspor Indonesia pada tahun 2008 mencapai 1474,5 triliun rupiah meningkat 311,5 triliun rupiah dibandingkan tahun 2007 diikuti oleh konsumsi rumah tangga sebesar 3,1 persen, sedangkan pembentukan modal tetap bruto dan konsumsi pemerintah hanya sebesar 2,6 persen dan 0,8 persen.

Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009 cenderung melambat yang merupakan dampak dari krisis ekonomi global. Besar nilai produk domestik bruto untuk tahun 2009 mencapai 5.613,4 triliun


(46)

rupiah, tumbuh sebesar 4,5 persen dibandingkan tahun 2008. Perlambatan ekonomi Indonesia yang terjadi pada tahun 2009 disebabkan kontraksi pada sektor ekspor barang dan jasa sebesar minus 9,7 persen dan perubahan inventori yang tumbuh negatif sebesar 121,9 persen. Impor juga menurun sebesar 15 persen.

Sedangkan untuk sektor lain seperti konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 4,9 persen , konsumsi pemerintah tumbuh sebesar 15,7 persen dan pembentukan modal tetap bruto tumbuh sebesar 3,3persen (Berita Resmi Statistik No. 12/02/Th. XIII, 10 Februari 2010).

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2010 tercatat sebesar 6,1 persen. Pertumbuhan ini didukung oleh semua komponen, yaitu konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 4,6 persen atau meningkat menjadi 3642,0 triliun rupiah dari 3290,8 triliun rupiah pada tahun 2009, konsumsi pemerintah sebesar 0,3 persen, pembentukan modal tetap bruto sebesar 8,5persen, dan perubahan inventori sebesar 463,1 persen, sedangkan komponen ekspor tumbuh sebesar 14,9 persen dari 1.354,4 triliun rupiah menjadi 1.580,8 triliun rupiah dan impor tumbuh sebesar 17,3 persen.

Pertumbuhan ekonomi tahun 2010 sebesar 6,1 persen sebagian besar bersumber dari komponen ekspor, yakni 6,4 persen. Kemudian komponen konsumsi rumah tangga memberikan sumbangan sebesar 2,7 persen, pembentukan modal tetap bruto sebesar 2,0 persen, dan perubahan inventori sebesar 0,4 persen (Berita Resmi Statistik No.12/02/Th. XIV, 7 Februari 2011).

B. Nilai Tukar

Selama tahun 2008 tekanan terhadap rupiah semakin tinggi, yang dapat terlihat dari volatilitas rupiah yang tinggi dan cenderung terdepresiasi. Tekanan tersebut disebabkan oleh perkembangan krisis keuangan global, gejolak harga komoditas, dan perlambatan


(47)

ekonomi dunia yang memicu memburuknya persepsi investor dan ekspektasi pelaku pasar.

Kondisi rupiah semakin tertekan sejak akhir Triwulan III dipicu bangkrutnya lembaga keuangan terbesar AS yang mengakibatkan para investor mengalihkan dananya dari emerging market.

Di sisi lain impor yang meningkat akibat kuatnya permintaan domestik membutuhkan valas yang semakin besar. Sementara itu, neraca transaksi berjalan juga mengalami tekanan akibat jatuhnya harga komoditas dan merosotnya pertumbuhan ekonomi di negara mitra dagang. Perkembangan tersebut menyebabkan rupiah tertekan hingga mencapai level tertinggi 12.150 rupiah per dolar AS pada November 2008.

Nilai tukar selama tahun 2008 menunjukkan volatilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan cenderung terdepresiasi. Secara rata rata nilai tukar rupiah melemah 5,4 persen dari 9.140 rupiah per dolar AS pada tahun 2007 menjadi 9.666 rupiah per dolar AS pada tahun 2008. Di akhir tahun 2008, rupiah berada di level 10.900 rupiah per dolar AS atau melemah 13.8 persen dari akhir tahun sebelumnya 9.393 rupiah per dolar AS (Buku Laporan Perekonomian Indonesia 2008).

Pada awal triwulan I 2009 nilai tukar rupiah masih mendapatkan tekanan sebagai dampak dari krisis ekonomi global.Secara umum tekanan terhadap Triwulan IV 2008 dan Triwulan I 2009 dipengaruhi persepsi resiko penanaman modal di


(48)

Gambar 26. Grafik Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD Tahun 2006-2009

Nilai tukar rupiah sempat mencapai titik terendah pada level 12.020 rupiah per dolar AS pada awal Maret 2009 disertai peningkatan volatilitas. Dalam mengatasi depresiasi nilai rupiah, Pemerintah Indonesia membuat suatu kebijakan stabilisasi nilai tukar secara terukur melalui upaya menjaga kecukupan likuiditas di pasar valas. Nilai tukar rupiah kembali menguat pada Triwulan II 2009 yang dipengaruhi oleh perbaikan persepsi risiko terhadap

emerging market dan kondisi fundamental domestik yang tetap terjaga. Pada akhir tahun 2009 rupiah ditutup menguat di level 9.425 rupiah terapresiasi 18,4 persen dibandingkan akhir Maret 2009. Secara keseluruhan tahun, level rupiah akhir tahun 2009 menguat 15,7 persen dibandingkan dengan level akhir tahun 2008. Meskipun dalam tren menguat, perkembangan rupiah masih mendukung daya saing produk ekspor Indonesia (Buku Laporan Perekonomian Indonesia 2009).

Tahun 2010 ekonomi global kembali dihadapkan pada krisis fiskal Yunani yang sekali lagi menimbulkan sentimen risk aversion

aset negara-negara emerging markets. Namun optimisme pemulihan global, komitmen penyelamatan (bailout) EC-IMF terhadap Yunani, serta peningkatan peringkat utang Indonesia mampu menutupi sentimen negatif terkait Yunani tersebut, sehingga rupiah kemudian mengalami penguatan yang cukup tajam dari level 9.400 rupiah per dolar AS di awal Februari 2010


(49)

ke level di bawah 9.000 rupiah per dolar AS memasuki Mei 2010 (Buku Laporan Perekonomian 2010).

Gambar 27. Grafik Rata-Rata Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD Tahun 2008-2010

Pada awal Juni 2010 krisis akhirnya meluas ke negara GIPSI (Greek, Ireland, Portugal, Spain, Italy) yang mendepresiasi nilai tukar kembali ke level 9.400 rupiah per dolar AS, akan tetapi rupiah kembali bergerak stabil dengan kecenderungan menguat di akhir triwulan II seiring dengan meredanya kekhawatiran pelaku pasar, yang ditopang oleh berlanjutnya pemulihan ekonomi dunia. Semakin lebarnya selisih suku bunga antara negara-negara maju dan negara-negara emerging markets, serta perbaikan kondisi prospek Indonesia,

Selanjutnya nilai tukar rupiah bergerak stabil dengan kecenderungan penguatan di paruh kedua 2010. Apresiasi nilai tukar rupiah tersebut terjadi sejalan dengan berlanjutnya aliran dana ke kawasan Asia di tengah melimpahnya likuiditas global serta perbedaan respons kebijakan antara negara-negara maju dan negara-negara emerging markets. Meski diwarnai dengan berbagai koreksi, penguatan nilai tukar rupiah juga tidak terlepas dari prospek dolar AS yang sedang mengalami tekanan depresiasi.


(50)

C. Inflasi

Pada Januari 2008 inflasi tercatat sebesar 7,36 persen dan meningkat sampai 12,14 persen pada akhir September. Tekanan inflasi diakibatkan kenaikan harga minyak dunia pada tahun 2008 menyebabkan Pemerintah Indonesia menaikkan harga BBM bersubsidi, yang akhirnya berdampak padaharga komoditas, terutama komoditas pangan dan minyak, mengalami lonjakkan harga yang cukup signifikan.

Tabel 2. Inflasi Indonesia Tahun 2008-2011

Tahun Inflasi (%)

2008 11,06 2009 2,78 2010 6,96 2011 6,16* Sumber : www.bi.go.id (2011 ) *) sampai April

Tekanan inflasi mereda cukup signifikan pada awal Triwulan IV dan akhirnya mencapai level 11,06 persen pada akhir Desember 2008. Rendahnya tekanan inflasi di penghujung tahun 2008 juga tidak terlepas dari kebijakan pemerintah untuk menurunkan harga BBM pada Desember 2008 seiring dengan turunnya harga minyak dunia.

Data Badan Pusat Statistik menunjukkan inflasi pada awal Januari 2009 mencapai 9,17 persen. Namun karena rendahnya tekanan inflasi dari luar negeri, serta deflasi pada harga-harga barang yang ditetapkan pemerintah seperti listrik dan BBM berdampak pada penurunan inflasi menjadi 2,78 persen pada akhir 2009. Penurunan nilai inflasi ini terkait dengan penurunan di seluruh komponen dan kelompok barang.

Pada tahun 2010 pemerintah menetapkan angka inflasi tahun 2010 adalah sebesar 5 persen. Perkembangan inflasi yang meningkat tersebut tidak terlepas dari pengaruh peningkatan inflasi global, khususnya di negara-negara emerging markets, sebagai imbas meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan harga-harga


(51)

komoditas internasional. Namun, pengaruh penguatan nilai tukar rupiah pada tahun ini mampu meminimalkan dampak dari peningkatan harga-harga komoditas global tersebut.

Dari sisi domestik tekanan kenaikan inflasi muncul terutama akibat terganggunya kelancaran pasokan bahan makanan yang banyak terpengaruh oleh cuaca. Berdasarkan kelompok barang, inflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan yang meningkat menjadi 15,64 persen. Peningkatan inflasi pada bahan makanan terjadi akibat gangguan distribusi terkait dengan kondisi cuaca yang tentunya akan berimbas pada peningkatan harga bahan baku yang sangat tinggi.

Pemerintah mentargetkan inflasi tahun 2011 berada pada level 5,3 persen. Sampai dengan bulan April 2011 inflasi Indonesia mencapai level 6,16 persen. Gubernur Bank Indonesia mengatakan bahwa target inflasi Indonesia akan sulit tercapai jika pemerintah mulai melakukan penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Gubernur BI memprediksi apabila pemerintah membatasi BBM bersubsidi maka inflasi tahun 2011 dapat mencapai level 6,3-6,4 persen. (www.antaranews.com, BI: Target Inflasi Bisa Tidak Tercapai). Bank Indonesia harus tegas dalam memutuskan kestabilan nilai inflasi, karena kestabilan inflasi akan menciptakan kondisi yang stabil di dunia usaha, tentunya hal inilah yang diharapkan oleh para investor.

D. Pengangguran

Tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada Agustus 2008 mencapai 8,39 persen, mengalami penurunan dibanding pengangguran Februari 2008 sebesar 8,46 persen. Jumlah pengangur di Indonesia pada bulan Agustus 2008 menurun 33.075 atau sebesar 0,35 persen dari semester sebelumnya yang berjumlah 9.427.590 jiwa.


(52)

Tabel 3. Tingkat Pengangguran di Indonesia Tahun 2008-2011

Tahun Pengangguran

Jumlah Angkatan Kerja Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Februari

2008 9.427.590 111.480.000 8,46 Agustus

2008 9.394.515 111.950.000 8,39 Februari

2009 9.258.964 113.740.000 8,14 Agustus

2009 8.962.617 113.830.000 7,87 Februari

2010 8.592.490 116.000.000 7,41 Agustus

2010 8.319.779 116.530.000 7,14

Sumber : www.bps.go.id (2011)

Penurunan jumlah pengangguran disebabkan peningkatan penyerapan tenaga kerja pada tahun 2008. Penyerapan tenaga kerja yang tertinggi adalah pada sektor jasa kemasyarakatan yang naik 1,08 juta orang diikuti oleh sektor perdagangan 667 ribu orang dan sektor transportasi 220 ribu orang, sedangkan jumlah yang bekerja di sektor pertanian mengalami penurunan sebanyak 1,36 juta orang.

Topangan UMKM yang besar di tengah pertumbuhan ekonomi yang melambat menjadi penyangga dalam menyerap tambahan angkatan kerja. Angka pengangguran terbuka yang sedikit menurun dari 8,1 persen pada Februari 2009 menjadi 7,87 persen pada Agustus 2009. Sementara itu, jumlah angkatan kerja yang terserap oleh sektor informal pada Agustus 2009 meningkat menjadi 72,7 juta jiwa dibandingkan kondisi Agustus 2008 sebesar 71,4 juta jiwa (Berita Resmi Statistik No. 75/12/Th. XII, 1 Desember 2009).

Membaiknya kondisi perekonomian domestik memberi dampak yang positif bagi penyerapan tenaga kerja. Data ketenagakerjaan terakhir menunjukkan tingkat pengangguran yang berada dalam tren menurun, disertai adanya pergeseran struktur


(53)

tenaga kerja yang kembali kepada sektor formal, dan membaiknya kualitas pendidikan tenaga kerja. Angka pengangguran terbuka pada semester I tahun 2010 tercatat sebesar 7,14 persen, lebih rendah dibanding periode tahun sebelumnya yang sebesar 7,87 persen (Berita Resmi Statistik No. 33/05/Th. XIII, 10 Mei 2010).

Pengangguran tercatat sebanyak 8.319.779 jiwa pada Agustus 2010, menurun sebesar 3,17 persen dari Februari 2010. Jumlah penduduk yang bekerja pada Agustus 2010 mengalami kenaikan terutama di sektor industri sebesar 772 ribu orang (5,91%) dan sektor konstruksi sebesar 748 ribu orang (15,44%), sedangkan sektor-sektor yang mengalami penurunan adalah sektor pertanian sebesar 1,3 juta orang (3,11%) dan Sektor Transportasi sekitar 198 ribu orang (3,41%). Jika dibandingkan dengan Agustus 2009 hampir semua sektor mengalami kenaikan jumlah pekerja, kecuali sektor pertanian dan sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi, masing-masing mengalami penurunan jumlah pekerja sekitar 117 ribu orang (0,28%) dan 500 ribu orang (8,16%).

Sektor pertanian, perdagangan, jasa kemasyarakatan dan sektor industri secara berurutan menjadi penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja pada bulan Agustus 2010 (Berita Resmi StatistikNo. 77/12/Th. XIII, 1 Desember 2010).

E. Tingkat Bunga

Pada bulan Januari sampai April 2008 Bank Indonesia menetapkan BI rate sebesar 8,00 persen kemudian naik 25 basis point menjadi 8,25 persen pada bulan berikutnya dan akhirnya meningkat pada akhir tahun menjadi 9,25persen. Kebijakan pemerintah dalam menaikkan BI rate disebabkan oleh laju inflasi yang terjadi pada tahun 2008. Kenaikan harga minyak dunia memaksa pemerintah menaikan harga BBM bersubsidi, yang kemudian berimbas pada kenaikan harga komoditas pangan dan minyak. Inflasi tercatat meningkat dari 7,36 persen pada awal tahun 2008 menjadi 12,14 persen pada September 2008. Kenaikan BI rate


(54)

ini memicu peningkatan terhadap suku bunga SBI 3 bulan dari 7,89 persen pada awal tahun menjadi 11,08 persen pada Desember 2008. Penurunan harga-harga barang yang diatur pemerintah seperti listrik dan BBM membuat tekanan inflasi berkurang. inflasi tercatat sebesar 2,78 persen pada akhir tahun 2008 Tekanan inflasi yang berkurang membuat pemerintah menurunkan BI rate sebesar 300

basis point. Suku bunga SBI menunjukkan tren penurunan akibat dari kebijakan pemerintah menurunkan BI rate. Suku bunga SBI 3 bulan tercatat 10,6 persen kemudian menjadi 6,59 persen pada akhir tahun 2009.

Bank Indonesia menetapkan BI rate pada level 6,5 persen untuk tahun 2010. Penurunan BI rate ini mempunyai dampak yang cukup baik bagi dunia investasi, pemerintah mengharapkan dengan penurunan BI rate ini investor menyebar portofolio investasinya ke pasar modal. Sementara itu suku bunga SBI 3 bulan tercatat sebesar 6,6 persen pada januari 2010 dan turun ke menjadi 6,59 persen pada Februari 2010 dan akhirnya berada pada level 6,55 persen pada akhir Maret.

F. Pengaruh Makroekonomi Terhadap Harga Saham

Dalam nota keuangan 2010 yang dibacakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pemerintah memprioritaskan 7 kebijakan ekonomi nasional untuk membalikkan dampak krisis global di Indonesia ke arah pertumbuhan positif. Ketujuh prioritas kebijakan itu di antaranya adalah menjaga sektor riil tetap bergerak dengan salah satunya mengeluarkan kebijakan insentif fiskal untuk mendorong sektor riil tumbuh cepat, kedua mencegah terjadinya gelombang Pemutusan Hubungan Kerja seiring upaya menurunkan angka pengangguran. Ketiga, menjaga stabilitas harga, terutama bahan pokok yang dibutuhkan masyarakat dengan tetap menjaga angka inflasi dapat dipertahankan serendah mungkin. Keempat, menjaga dan meningkatkan daya beli masyarakat melalui berbagai instrumen.


(55)

Kelima, pemerintah akan memberikan perlindungan pada masyarakat miskin, melalui program Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Jaminan Kesehatan Masyarakat, Program Keluarga Harapan (PKH), beras bersubsidi, dan Bantuan Langsung Tunai bersyarat. keenam, menjaga ketahanan pangan dan energi, dan pemerintah akan tetap menjaga pertumbuhan ekonomi sekitar 4 - 4,5 persen.

Hasilnya terlihat dari pertumbuhan PDB yang mencapai 5,1 persen pada triwulan I 2010 terhadap triwulan IV 2009 dan meningkat menjadi 6,1 persen pada akhir tahun 2010. tingkat pengangguran terbuka juga mengalami penurunan pada 2010 menjadi 7,14 persen pada Agustus 2010. Pemerintah juga berhasil menahan laju inflasi pada tahun 2010 di level 6,96 persen dengan mempertahankan BI rate di level 6,5 persen.

Semua informasi positif tersebut membuat pelaku pasar optimis sehingga membuat harga saham perbankan mengalami kondisi uptrend sampai dengan triwulan III, meskipun ada saham yang mengalami tren mendatar atau sideways trend pada triwulan II seperti saham BBNI yang lebih disebabkan oleh demand pasar.

Kenaikan harga bahan pangan di Asia menimbulkan masalah inflasi yang membuat inflasi beberapa negara menembus target yang ditetapkan bank sentral seperti China (4,6% vs 4%), India (8,3% vs 7%), dan juga Indonesia (7% vs 6%). Menanggapi hal ini bank sentral China dan India melakukan pengetatan moneter berupa kenaikan suku bunga pinjaman.

Hal inilah yang tidak dilakukan oleh Bank Indonesia sehingga investor menganggap bahwa BI bakal terlambat untuk meredam inflasi pada tahun 2011 yang berimbas pada penjualan saham yang sensitif terhadap suku bunga salah satunya adalah perbankan. Penjualan saham perbankan akhirnya membuat harga saham lima bank dalam penelitian ini terkoreksi yang dapat dilihat


(56)

pada trend triwulan IV yang menunjukkan downtrend

(www.trimegah-am.com, Tinjauan pasar bulanan. Desember 2010).

Gambar 28. Trend Harga saham BBCA Triwulan I dan II 2011

Gambar 29. Trend Harga saham BBNI Triwulan I dan II 2011

Gambar 30. Trend Harga saham BDMN Triwulan I dan II 2011


(57)

Gambar 31. Trend Harga saham BBRI periode Februari 2010-Januari 2011

Gambar 32. Trend Harga saham BMRI periode Februari 2010-Januari 2011

4.3.2 Analisis Industri

Gejolak perekonomian dunia yang dimulai dari tahun 2007 tidak terlalu dirasakan oleh masyarakat Indonesia hal itu dikarenakan peran perbankan untuk menjaga stabilitas perekonomian sudah sangat baik. Pada krisis 2008 fungsi intermediasi yang dijalankan oleh bank meningkat, hal ini terbukti dalam peningkatan pemberian kredit dari 995 triliun rupiah pada tahun 2007 menjadi 1.300 triliun rupiah pada akhir 2008. Peningkatan kredit yang terjadi pada tahun 2008 diikuti oleh pertumbuhan dana pihak ketiga yang jauh lebih lambat sehingga memicu terjadinya terjadi keketatan likuiditas (Buku Laporan Perekonomian Indonesia 2008).


(58)

Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini adalah dengan melakukan kebijakan pelonggaran Giro Wajib Minimum (GWM) sebesar 55 triliun rupiah. Melalui kebijakan ini pemerintah berharap agar likuiditas bank-bank kecil tetap lancar.

Selama tahun 2008 perbankan Indonesia berhasil membukukan laba bersih sebesar 31 triliun rupiah menurun sebesar 11 persen dibandingkan dengan tahun 2007. Penurunan laba bersih perbankan disebabkan oleh kenaikan biaya operasional. Meningkatnya inflasi memaksa BI menaikkan kembali suku bunga BI ratenya. Bank Indonesia telah dua kali menaikkan suku bunganya masing-masing sebesar 25 basis poin dalam dua bulan terakhir, dari 8,0 persen menjadi 8,25 persen pada tanggal 9 Mei 2008 dan pada bulan Juni sebesar 25 basis poin sehingga mencapai 8,5 persen. Kenaikan BI rate ini mengindikasikan kenaikan suku bunga deposito yang berimbas pada naiknya biaya operasional. Tingkat kecukupan modal (CAR) perbankan pada tahun 2008 juga mengalami penurunan sebesar 2,5 persen. Sementara itu Net Interest Margin mengalami kenaikan sebesar 0,1 persen menjadi 5,8 persen.

Sektor perbankan Indonesia masih mengalami tekanan akibat krisis ekonomi global pada semester pertama 2009. Bank Indonesia merespon dengan mengeluarkan kebijakan dengan menurunkan BI rate sampai sejauh 225 basis poin selama tahun 2009. Kebijakan yang dikeluarkan BI tersebut bertujuan untuk meningkatkan kredit pada sektor riil, akan tetapi penurunan tingkat suku bunga BI tidak diikuti oleh penurunan tingkat bunga bank umum, selain karena persepsi perbankan terhadap tingginya risiko sektor riil yang masih terimbas krisis keuangan global, perbankan Indonesia menerapkan strategi suku bunga yang tinggi untuk dapat mempertahankan tingkat keuntungan. Selama tahun 2009 perbankan Indonesia membukukan laba bersih sebesar 42,215 triliun rupiah.

Pertumbuhan ekonomi dan iklim usaha yang kondusif pada tahun 2010 membuat kinerja perbankan mengalami peningkatan, tercatat


(1)

 

Lampiran 1. Tabel Tingkat inflasi 2008‐2010  Bulan Tahun  Tingkat Inflasi 

Jan-08 6.16% Feb-08 6.65% Mar-08 6.84% Apr-08 7.02% May-08 6.96%

Jun-08 6.33% Jul-08 5.67% Aug-08 5.80% Sep-08 6.44% Oct-08 6.22% Nov-08 5.05% Dec-08 4.16% Jan-09 3.91% Feb-09 3.43% Mar-09 3.81%

Apr-09 3.72 %

May-09 2.78% Jun-09 2.41% Jul-09 2.57% Aug-09 2.83%

Bulan Tahun  Tingkat Inflasi 

Sep-09 2.75% Oct-09 2.71% Nov-09 3.65% Dec-09 6.04% Jan-10 7.31% Feb-10 7.92% Mar-10 8.60% Apr-10 9.17% May-10 11.06%

Jun-10 11.68% Jul-10 11.77% Aug-10 12.14% Sep-10 11.85% Oct-10 11.90% Nov-10 11.03% Dec-10 10.38% Jan-11 8.96% Feb-11 8.17% Mar-11 7.40% Apr-11 7.36%  

           


(2)

70 

 

Lampiran 2. Tabel Tingkat Suku Bunga BI

Tanggal BI Rate

Jan-08 8.00% Feb-08 8.00% Mar-08 8.00% Apr-08 8.00% May-08 8.25%

Jun-08 8.50% Jul-08 8.75% Aug-08 9.00%

Sep-08 9.25% Oct-08 9.50% Nov-08 9.50% Dec-08 9.25% Jan-09 8.75% Feb-09 8.25% Mar-09 7.75% Apr-09 7.50% May-09 7.25%

Jun-09 7.00% Jul-09 6.75% Aug-09 6.50%

Sep-09 6.50%

Tanggal BI Rate

Oct-09 6.50% Nov-09 6.50% Dec-09 6.50% Jan-10 6.50% Feb-10 6.50% Mar-10 6.50% Apr-10 6.50% May-10 6.50% Jun-10 6.50%

Jul-10 6.50% Aug-10 6.50%

Sep-10 6.50% Oct-10 6.50% Nov-10 6.50% Dec-10 6.50% Jan-11 6.50% Feb-11 6.75% Mar-11 6.75% Apr-11 6.75% May-11 6.75%  


(3)

 

Lampiran 3. Tabel Nilai PDB Menurut Penggunaan Tahun 2008-2010, Laju Pertumbuhan dan Sumber Pertumbuhan Tahun 2010

Komponen 

Atas dasar harga berlaku  (triliun) 

Atas Dasar harga  Konstan 2000 (triliun) 

Laju  Pertumbuhan 

2010(%) 

Sumber  Pertumbuhan 

2010(%)  2008  2009  2010  2008  2009  2010 

1. Konsumsi  Rumah  tangga 

3000  3290,8  3642  1191,2  1249  1306,8 4,6  2,7 

2. Konsumsi 

pemerintah  416,9  537,6  581,9  169,3  195,8  196,4  0,3  0  3. PMTB  1370,7  1744,4  2065,2 493,8  510,1  553,4  8,5  2,0  4. Perubahan 

Inventori  Diskrepansi  statistik 

5,8    103,1 

‐7,3    ‐118,9 

21,4    7,4 

2,2    27 

‐2,1    1,1 

7,5    6,1 

 

463,1    ‐ 

0,4    ‐  5. ekspor  1475,1 1354,4  1580,8 1032,3 932,3 1071,4 14,9  6,4 6. Impor  1422,9  1197,1  1475,8 833,3  708,5  830,9  17,3  5,6 

PDB  4948,7  5603,9  6422,9 2082,5  2177,7  2310,7 6,1  6,1 

 


(4)

72 

 

Lampiran 4. Tabel Tingkat Return IHSG 

  

   

Tahun IHSG Return 3-Jan-05 1,000.88

2-Jan-06 1,171.71 0.17068 2-Jan-07 1,836.52 0.567384 1‐Dec‐08  1,223.12  -0.334 1‐Dec‐09  2,452.50  1.005118 1‐Dec‐10  3,619.09 

0.475674 R(m)

0.382264 0,0775 R(f)


(5)

Data yang dibutuhkan: 1.Laporan keuangan 2.Grafik harga saham

Proses: Analisa teknikal Analisa

fundamental

Parameter kontrol

1. Grafik saham memotong ke bawah

grafik SMA Æ sinyal jual

2. Grafik saham memotong ke atas

grafik SMA Æ sinyal beli

3. Nilai Intrinsik <harga aktual →tidak layak beli

4. Nilai intrinsik > harga aktual →layak beli

Feedback Krisis

ekonomi global mempengaruh i harga saham Perbankan

Output pergerakan harga saham Nilai intrinsik saham

Outcome: Rekomendasi strategi

Impact: Keputusan investasi Faktor berpengaruh yang

tidak dapat dikendalikan : 1. tingkat suku bunga 2. kebijakan pemerintah 3. permintaan pasar 4. tingkat inflasi

Pengumpulan Data yang dapat

dikendalikan : 1.harga saham 2.manajemen 3.volume saham 4.dividen

1. Ekonomi global 2. Pemerintah

K

e

ra

ngka Pemi

kiran K

o

n

septual

73


(6)

RINGKASAN

Christ Imanuel Abrahams, H24070070. Kajian Penilaian Harga Saham Subsektor Perbankan Kelompok LQ 45 dengan Menggunakan Analisis Teknikal dan Fundamental

(Periode Februari 2010-Januari 2011) di bawah bimbingan Abdul Kohar Irwanto

Perbankan merupakan lembaga keuangan yang paling penting dalam suatu negara. Saat ini sektor perbankan melalui kredit masih merupakan penggerak perekonomian suatu bangsa. Sumber utama pendapatan bank salah satunya berasal dari selisih antara bunga yang diberikan kepada nasabah dengan suku bunga kredit. Untuk memperluas pangsa pasar, suatu perusahaan memerlukan modal. Salah satu cara agar suatu perusahaan mendapatkan modal adalah dengan menjual kepemilikan perusahaan dalam bentuk saham. Tahun 2008 dunia digemparkan dengan krisis ekonomi global yang bersumber dari kebangkrutan sistemik lembaga keuangan di Amerika akibat jatuhnya Subprime Mortgage. Dunia tentu saja merasakan dampak krisis ini, salah satunya adalah penarikan modal oleh investor dari negara-negara emerging markets termasuk Indonesia yang membuat harga saham menjadi jatuh. Analisis terhadap harga saham diperlukan oleh investor untuk menentukan waktu yang tepat dalam melakukan jual beli saham agar dampak kerugian dapat diminimalisir atau bahkan dihindari. Bank BCA, BRI BNI Danamon dan Mandiri merupakan bank yang termasuk dalam peringkat bank yang memiliki asset terbesar yang menjadi objek penelitian ini.

Berdasarkan hal yang telah dijelaskan di atas, oleh karena itu penelitian ini dilakukan dengan tujuan 1) membandingkan pergerakan harga saham perbankan yang terdaftar dalam indeks LQ 45 dengan menggunakan analisis teknikal. 2) menggunakan analisis fundamental untuk melihat kondisi kelima emiten saham selama 3 tahun terakhir. 3) membandingkan nilai intrinsik saham perusahaan-perusahaan perbankan periode Februari 2010-Januari 2011 yang terdaftar dalam indeks LQ 45 dengan menggunakan analisis fundamental. Data yang digunakan dalam penelitian ini data sekunder berupa harga saham perbankan di Bursa Efek Indonesia, laporan tahunan kelima emiten saham, skripsi terdahulu, dan internet. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Microsoft Office Excel 2007.

Berdasarkan hasil penelitian, selama periode Februari 2010-Januari2011 Selama triwulan I yaitu periode Februari 2010-April 2010 kelima emiten kecuali Danamon mengalami tren menaik atau uptrend. Pada triwulan ini Danamon mengalami tren yang cenderung mendatar atau sideways tren. Pada triwulan II saham Bank BCA, BNI dan Danamon berada dalam kondisi mendatar sedangkan saham BRI dan Mandiri mengalami

kondisi uptrend. Pada triwulan III kondisi uptrend ditunjukkan oleh pergerakkan saham

Bank BNI, Danamon, dan Mandiri, sedangkan Bank BCA dan BNI mengalami kondisi uptrend. Kelima emiten mengalami kondisi yang cenderung menurun pada triwuan IV. Selain itu kondisi kelima emiten selama tahun 2008-2010 mengalami pertumbuhan laba bersih tiap tahunnya menyusul pemulihan ekonomi dari krisis ekonomi global

Harga aktual rata-rata saham Bank BCA yang tercatat di bursa efek adalah sebesar Rp 5914 per lembar sedangkan nilai wajar atau nilai intrinsik saham BCA adalah sebesar Rp 5942,58. Hal ini berarti saham bank BCA dijual undervalued karena harga aktual lebih kecil dari nilai intrinsik. Hal serupa juga terjadi pada keempat emiten lainnya, nilai intrinsik saham keempat emiten lainnya juga lebih tinggi daripada harga aktual rata-rata yang diperjual belikan di bursa efek. Oleh karena itu saham kelima emiten tersebut layak untuk dibeli karena diharapkan harga aktual akan melebihi nilai intrinsik kelima saham perbankan tersebut