Karakteristik Kepemimpinan Lokal dan Pemberdayaan Petani Subak di Bali

(1)

PEMBERDAYAAN PETANI SUBAK DI BALI

SONDANG FITRIANI PAKPAHAN

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

(3)

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

 

 

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakteristik Kepemimpinan Lokal dan Pemberdayaan Petani Subak di Bali adalah benar karya saya dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2013

Sondang Fitriani Pakpahan


(4)

ABSTRAK

SONDANG FITRIANI PAKPAHAN. Karakteristik Kepemimpinan Lokal dan Pemberdayaan Petani Subak di Bali. Dibimbing oleh LALA M KOLOPAKING.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif dalam pemberdayaan petani Subak di Bali. Ketua Subak Kepaon dalam memimpin dipengaruhi oleh aspek budaya. Adapun aspek budaya tersebut berdasarkan Tri Hita Karana sesuai dengan filosofis agama Hindu. Aspek budaya ini mempengaruhi aspek kepemimpinan ketua Subak Kepaon. Aspek kepemimpinan yang dimiliki ketua Subak Kepaon untuk memberdayakan petani Subak Kepaon tidak cukup hanya dengan mengandalkan pengetahuan irigasi yang sesuai dengan aspek budaya. Adapun karakteristik yang dimiliki ketua Subak Kepaon seperti halnya intelegensi, kemampuan berkomunikasi, dan keteladanan belum sepenuhnya mampu membuat petani Subak Kepaon menjadi berdaya. Adapun karakteristik kepemimpinan ketua Subak Kepaon yang mampu memberdayakan petani Subak Kepaon dalam berpendapat hanya intelegensi. Intelegensi itu sendiri hanya mampu memberdayakan beberapa petani penggarap sementara petani pemilik penggarap tidak demikian. Maka dapat dikatakan bahwa karakteristik ketua Subak Kepaon belum mampu memberdayakan petani Subak. Kata kunci: aspek budaya, aspek kepemimpinan, karakteristik kepemimpinan ketua subak, pemberdayaan petani subak

ABSTRACT

SONDANG FITRIANI PAKPAHAN. Local Leadership Characteristics and Empowerment Subak Farmer in Bali. Guided by LALA M Kolopaking.

This study aimed to analyze the characteristics of effective local leadership in empowering farmers Subak in Bali. The Chairman of Kepaon Subak in the lead is influenced by cultural aspects. The cultural aspect is based Tri Hita Karana

according to philosophical Hinduism. The cultural aspects affect aspects of leadership chairman Kepaon Subak. Aspects of leadership which is owned chairman Kepaon Subak to empower farmers Kepaon Subak not enough just to rely on the knowledge of irrigation in accordance with the cultural aspects. The characteristics of chief Kepaon Subak as intelligence, ability to communicate, and ideals have not been fully able to make Kepaon Subak farmers become empowered. The leadership characteristics of chief Kepaon Subak that can empower Kepaon Subak farmers in argue is intelligence only. Intelligence itself is only able to empower a peasant farmer while tenant farmer owner is not the case. It can be said that the characteristic of chief Kepaon Subak has not been able to empower farmers .

Keywords: cultural aspects, aspects of leadership, leadership characteristics chairman Subak, Subak farmer empowerment


(5)

PEMBERDAYAAN PETANI SUBAK DI BALI

SONDANG FITRIANI PAKPAHAN

Skripsi

sebagai syarat untuk mendapatkan gelar

Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

                         

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(6)

(7)

Nama : Sondang Fitriani Pakpahan

NIM : I34090018

Disetujui Oleh

Dr Ir Lala M. Kolopaking, MS Pembimbing

Diketahui Oleh

Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS Ketua Departemen


(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan PenyertaanNya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak Februari 2013 hingga Mei 2013 ini adalah Kepemimpinan Lokal, dengan judul Karakteristik Kepemimpinan Lokal dan Pemberdayaan Petani Subak di Bali.

Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Lala M. Kolopaking, MS selaku dosen pembimbing yang telah sabar dan banyak memberikan masukan, saran selama penulisan dan penelitian skripsi ini. Terimakasih juga diucapkan kepada Bapak Wayan Mardia sebagai Ketua Subak Kepaon yang membantu dan menemani penulis dalam mencari data. Selain itu, penulis juga sangat berterimakasih kepada Bapak Yayak yang membantu dalam pengurusan izin penelitian penulis. Tak lupa juga ucapan terimakasih diucapkan setulus hati kepada keluarga Kak Gustaria Pakpahan dan Abang Jhonpenri Purba yang membantu mencarikan tempat tinggal dan kepada P3MI yang juga menyambut kedatangan saya ketika pertama kali tiba di Denpasar. Terimakasih juga diucapkan kepada Keluarga Besar Mbok Kadek yang telah membantu penulis baik dalam hal bantuan material maupun nonmaterial. Ucapan terimakasih juga diucapkan kepada seluruh petani Subak Kepaon yang telah bersedia meluangkan waktunya bagi penulis. Penulis juga menyampaikan hormat dan terimakasih kepada Bapak Robin Pakpahan dan Ibu Sarmeni Girsang yang senantiasi mendukung dan mendoakan, serta kepada adik tercinta Feriancen, Citra, Evri atas doa, kasih sayang dan dukungannya. Tak lupa kepada M.Rangga Husein dan Septiana Nurhanifah, teman satu bimbingan dan seperjuangan, Mona Lusia Manihuruk, Bonita Wenas, Melisa A Siregar, Lorenza, Vici N.K Muham, Aldha Hermianty, Lansa Sofiasilmy, Karina Heza Pratama, Melisa Anjani, teman SKPM 46, K’Desni, Damayanti Elisabeth, Seffriwati, Elyzzabeth, Novelyn, Debora, Karin, Agnes, Happy, Yane, Vivi, Vina, Melisa A Samosir, Sinta, Suhani, Naomi teman sekosan Wisma Jenius, Teman-teman PMK 46 dan KPP serta pihak-pihak yang mendukung, memotivasi serta membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga hasil karya tulis yang saya buat bermanfaat bagi orang lain.

Bogor, Oktober 2013


(9)

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 6

Kegunaan Penelitian 6

Tinjauan Pustaka 7

Konsep Kepemimpinan 7

Definisi Kepemimpinan 7

Teori Kepemimpinan 7

Pendekatan Teori Kepemimpinan 7

Definisi Teori Kepemimpinan Sifat 8

Berbagai Teori Kepemimpinan Sifat 8

Aspek kepemimpinan 9

Konsep Kepemimpinan Lokal 10

Karakteristik Kepemimpinan 10

Karakteristik Kepemimpinan Lokal 12

Karakteristik Kepemimpinan Lokal yang Efektif 12

Subak 16

Konsep Pemberdayaan Masyarakat 16

Kerangka Pemikiran 18

Hipotesis Penelitian 19

Definisi Operasional 20

PENDEKATAN LAPANGAN 23

Metode Penelitian 23

Lokasi dan Waktu Penelitian 23

Penentuan Responden Penelitian 23

Teknik Pengumpulan Data 24

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 24

GAMBARAN UMUM DESA PEMOGAN 27

Kondisi Geografis 27

Kondisi Ekonomi 28

Kondisi Pendidikan 29

Struktur Sosial Masyarakat 30

Pola Kebudayaan Masyarakat 30

Karakteristik Responden 31

ASPEK BUDAYA YANG MEMPENGARUHI KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN LOKAL KETUA SUBAK KEPAON

35

Pola Pikir Pembagian Air Irigasi 35


(10)

ANALISIS ASPEK KEPEMIMPINAN DENGAN KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN LOKAL YANG EFEKTIF

41 Hubungan Motif ketua Subak dengan Intelegensi, Kemampuan Berkomunikasi, dan Keteladanan

41 Hubungan Pengetahuan ketua Subak dengan Intelegensi, Kemampuan Berkomunikasi, dan Keteladanan

46 Hubungan Keterampilan ketua Subak dengan Intelegensi, Kemampuan Berkomunikasi, dan Keteladanan

51 ANALISIS ASPEK KEPEMIMPINAN DENGAN INDIKATOR

PEMBERDAYAAN PADA PETANI SUBAK DI BALI

57 Hubungan Motif ketua Subak dengan Kemampuan Berpendapat, Bertanggung jawab dalam Pranata & Sumber-sumber Masyarakat, dan Mengambil Keputusan Sendiri

57

Hubungan Pengetahuan ketua Subak dengan Kemampuan Berpendapat, Bertanggung jawab dalam Pranata & Sumber-sumber Masyarakat, dan Mengambil Keputusan Sendiri

61

Hubungan Keterampilan ketua Subak dengan Kemampuan Berpendapat, Bertanggung jawab dalam Pranata & Sumber-sumber Masyarakat, dan Mengambil Keputusan Sendiri

66

KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN LOKAL YANG EFEKTIF DALAM PEMBERDAYAAN PETANI SUBAK DI BALI

71 Hubungan Intelegensi dengan Kemampuan Berpendapat,

Bertanggung jawab dalam Pranata & Sumber-sumber Masyarakat, dan Mengambil Keputusan Sendiri

71

Hubungan Kemampuan Berkomunikasi dengan Kemampuan Berpendapat, Bertanggung jawab dalam Pranata & Sumber-sumber Masyarakat, dan Mengambil Keputusan Sendiri

77

Hubungan Keteladanan dengan Kemampuan Berpendapat,

Bertanggung jawab dalam Pranata & Sumber-sumber Masyarakat, dan Mengambil Keputusan Sendiri

82

SIMPULAN DAN SARAN 89

Simpulan 89

Saran 91

DAFTAR PUSTAKA 93

LAMPIRAN 96

RIWAYAT HIDUP 136

         


(11)

1 Ciri atau sifat pemimpin yang berhasil dalam memimpin 11 2 Notions of effective leadership 13 3 Karakteristik kepemimpinan dari beberapa ringkasan pustaka 14

4 Luas wilayah Desa Pemogan menurut penggunaan tanah 27

5 Jumlah responden petani Subak Kepaon berdasarkan jenis pekerjaan di luar sektor pertanian sawah

31

6 Luas lahan sawah petani Subak Kepaon 32

7 Jumlah dan persentase motif ketua Subak Kepaon 42

8 Jumlah dan persentase karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif pada ketua Subak Kepaon

42 9 Hubungan motif ketua Subak Kepaon dengan karakteristik

kepemimpinan lokal yang efektif

43 10 Hasil uji korelasi Rank Spearman motif ketua subak dengan

karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif beserta variabel variabelnya

44

11 Jumlah dan persentase pengetahuan ketua Subak Kepaon 47 12 Jumlah dan persentase karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif

pada ketua Subak Kepaon

47 13 Hubungan pengetahuan ketua Subak Kepaon dengan karakteristik

kepemimpinan lokal yang efektif

48 14 Hasil uji korelasi Rank Spearman pengetahuan ketua subak dengan

karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif beserta variabel variabelnya

49

15 Jumlah dan persentase keterampilan ketua Subak Kepaon 52 16 Jumlah dan persentase karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif

pada ketua Subak Kepaon

52 17 Hubungan keterampilan ketua Subak Kepaon dengan karakteristik

kepemimpinan lokal yang efektif

53 18 Hasil uji korelasi Rank Spearman keterampilan ketua subak dengan

karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif beserta variabel variabelnya

54

19 Jumlah dan persentase motif ketua Subak Kepaon 58

20 Jumlah dan persentase indikator pemberdayaan pada petani Subak Kepaon

58 21 Hubungan motif ketua Subak Kepaon dengan indikator pemberdayaan

pada petani Subak Kepaon

59 22 Hasil uji korelasi Rank Spearman motif ketua subak dengan indikator

pemberdayaan masyarakat pada petani Subak Kepaon beserta variabel variabelnya

60

23 Jumlah dan persentase pengetahuan ketua Subak Kepaon 61 24 Jumlah dan persentase indikator pemberdayaan pada petani Subak

Kepaon

62 25 Hubungan pengetahuan ketua Subak Kepaon dengan indikator

pemberdayaan pada petani Subak Kepaon

63 26 Hasil uji korelasi Rank Spearman pengetahuan ketua subak dengan 64


(12)

indikator pemberdayaan masyarakat pada petani Subak Kepaon beserta variabel variabelnya

27 Jumlah dan persentase keterampilan ketua Subak Kepaon 66 28 Jumlah dan persentase indikator pemberdayaan masyarakat pada petani

Subak Kepaon

67 29 Hubungan keterampilan ketua Subak Kepaon dengan indikator

pemberdayaan pada petani Subak Kepaon

68 30 Hasil uji korelasi Rank Spearman keterampilan ketua subak dengan

indikator pemberdayaan masyarakat pada petani Subak Kepaon beserta variabel variabelnya

69

31 Jumlah dan persentase intelegensi ketua Subak Kepaon 72 32 Jumlah dan persentase indikator pemberdayaan pada petani Subak

Kepaon

72 33 Hubungan intelegensi ketua Subak Kepaon dengan indikator

pemberdayaan pada petani Subak Kepaon

73 34 Hasil uji korelasi Rank Spearman intelegensi ketua subak dengan

indikator pemberdayaan pada petani Subak Kepaon beserta variabel-variabelnya

74

35 Jumlah dan persentase kemampuan berkomunikasi ketua Subak Kepaon

77 36 Jumlah dan persentase indikator pemberdayaan pada petani Subak

Kepaon

78 37 Hubungan kemampuan berkomunikasi ketua Subak Kepaon dengan

indikator pemberdayaan pada petani Subak Kepaon

79 38 Hasil uji korelasi Rank Spearman kemampuan berkomunikasi ketua

subak dengan indikator pemberdayaan pada petani Subak Kepaon beserta variabel-variabelnya

80

39 Jumlah dan persentase keteladanan ketua Subak Kepaon 82 40 Jumlah dan persentase indikator pemberdayaan pada petani Subak

Kepaon

83 41 Hubungan keteladanan ketua Subak Kepaon dengan indikator

pemberdayaan pada petani Subak Kepaon

84 42 Hasil uji korelasi Rank Spearman keteladanan ketua subak dengan

indikator pemberdayaan pada petani Subak Kepaon beserta variabel-variabelnya

85

         


(13)

1 Kerangka pemikiran 19 2 Persentase penduduk Desa Pemogan berdasarkan mata pencaharian di

Desa Pemogan, Provinsi Bali 2011

28 3 Persentase penduduk berdasarkan tingkat pendudukan di Desa

Pemogan

29 4 Jumlah dan persentase aspek motif ketua Subak Kepaon menurut

petani Subak Kepaon di Bali

45 5 Jumlah dan persentase aspek pengetahuan ketua Subak Kepaon

menurut petani Subak Kepaon di Bali

50 6 Jumlah dan persentase aspek keterampilan ketua Subak Kepaon

menurut petani Subak Kepaon di Bali

55 7 Jumlah dan persentase intelegensi ketua Subak Kepaon menurut petani

Subak Kepaon di Bali

75 8 Jumlah dan persentase kemampuan berkomunikasi ketua Subak

Kepaon menurut petani Subak Kepaon di Bali

81 9 Jumlah dan persentase keteladanan ketua Subak Kepaon menurut

petani Subak Kepaon di Bali

86

 

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peta Desa Pemogan, Kecamatan Denpasar Selatan, Kabupaten Denpasar, Provinsi Bali

96

2 Kerangka sampling 97

3 Daftar responden 101

4 Jumlah responden berdasarkan status kepemilikan sawah dan nama munduk sawahnya

103

5 Luas lahan sawah petani Subak Kepaon 106

6 Panduan wawancara mendalam 108

7 Catatan harian 110

8 Dokumentasi 113

9 Hasil Crosstab (tabulasi silang dengan SPSS 16.0) 115

10 Hubungan motif ketua Subak Kepaon dan intelegensi ketua Subak Kepaon

122 11 Hubungan motif ketua Subak Kepaon dan kemampuan

berkomunikasi ketua Subak Kepaon

122 12 Hubungan motif ketua Subak Kepaon dan keteladanan ketua Subak

Kepaon

123 13 Hubungan pengetahuan ketua Subak Kepaon dan intelegensi ketua

Subak Kepaon

123 14 Hubungan pengetahuan ketua Subak Kepaon dan kemampuan

berkomunikasi ketua Subak Kepaon

124 15 Hubungan pengetahuan ketua Subak Kepaon dan keteladanan ketua 124


(14)

Subak Kepaon

16 Hubungan keterampilan ketua Subak Kepaon dan intelegensi ketua Subak Kepaon

125 17 Hubungan keterampilan ketua Subak Kepaon dan kemampuan

berkomunikasi ketua Subak Kepaon

125 18 Hubungan keterampilan ketua Subak Kepaon dan keteladanan ketua

Subak Kepaon

126 19 Hubungan motif ketua Subak Kepaon dan kemampuan berpendapat 126 20 Hubungan motif ketua Subak Kepaon dan bertanggung-jawab dalam

pranata & sumber-sumber masyarakat

127 21 Hubungan motif ketua Subak Kepaon dan mengambil keputusan

sendiri

127 22 Hubungan pengetahuan Subak Kepaon dan kemampuan berpendapat 128 23 Hubungan pengetahuan Subak Kepaon dan bertanggung-jawab

dalam pranata & sumber-sumber masyarakat

128 24 Hubungan pengetahuan Subak Kepaon dan mengambil keputusan

sendiri

129 25 Hubungan keterampilan Subak Kepaon dan kemampuan

berpendapat

129 26 Hubungan keterampilan Subak Kepaon dan bertanggung-jawab

dalam pranata & sumber-sumber masyarakat

130 27 Hubungan keterampilan Subak Kepaon dan mengambil keputusan

sendiri

130 28 Hubungan motif ketua Subak Kepaon dan intelegensi ketua Subak

Kepaon

131 29 Hubungan motif ketua Subak Kepaon dan kemampuan

berkomunikasi ketua Subak Kepaon

131 30 Hubungan motif ketua Subak Kepaon dan keteladanan ketua Subak

Kepaon

132 31 Hubungan pengetahuan ketua Subak Kepaon dan intelegensi ketua

Subak Kepaon

132 32 Hubungan pengetahuan ketua Subak Kepaon dan kemampuan

berkomunikasi ketua Subak Kepaon

133 33 Hubungan pengetahuan ketua Subak Kepaon dan keteladanan ketua

Subak Kepaon

133 34 Hubungan keterampilan ketua Subak Kepaon dan dan intelegensi

ketua Subak Kepaon

134 35 Hubungan keterampilan ketua Subak Kepaon dan kemampuan

berkomunikasi ketua Subak Kepaon

134 36 Hubungan keterampilan ketua Subak Kepaon dan keteladanan ketua

Subak Kepaon


(15)

PENDAHULUAN

Latar belakang

Kepemimpinan merupakan sebuah fenomena yang universal. Kepemimpinan merupakan hal menarik yang dibicarakan orang-orang dari waktu ke waktu. Kajian tentang kepemimpinan sebagai ilmu (leardership as a science) telah mengundang kepedulian para ahli ilmu-ilmu perilaku dan terutama ahli manajemen secara lebih besar sejak Perang Dunia II (Danim 2004). Kepemimpinan dibutuhkan oleh setiap manusia, mengingat adanya keterbatasan dan kelebihan pada manusia itu sendiri sehingga harus ada yang memimpin. Kepemimpinan dapat dikaji dari tiga sudut pandang yaitu : (1) pendekatan sifat atau karakteristik bawaan lahir; (2) pendekatan gaya atau tindakan dalam memimpin; dan (3) pendekatan kontingensi (Wibowo 2011). Para teoritisi berpendapat bahwa kepemimpinan yang efektif pada umumnya menggunakan salah satu pendekatan yaitu berdasarkan ciri-ciri ideal yang menjadi idaman setiap orang yang menduki jabatan pimpinan (Siagian 2010). Seseorang yang menduduki suatu jabatan pimpinan tertentu, dipastikan bahwa orang tersebut memiliki hanya sebagian saja dari ciri yang bersifat ideal. Maka dari itu, ciri-ciri ideal tersebut perlu diusahakan secara terus-menerus selama seorang tersebut menjadi seorang pemimpin.

Seiring dengan perkembangan zaman maka mulai muncul sejumlah tokoh pemimpin dengan ciri khas yang dimilikinya dalam memimpin sebuah kota atau daerahnya. Hal ini tentu saja menjadi hal yang semakin banyak diperbincangkan. Adapun salah satu sosok pemimpin tersebut yang saat ini banyak menjadi pusat perhatian adalah mantan Walikota Solo yaitu Joko Widodo. Beliau berhasil menjadikan kota Solo beserta masyarakatnya memiliki jati diri serta mandiri hal ini banyak diungkapkan lewat media dan sejumlah buku yang menuliskan tentang beliau. Masyarakat kota Solo mampu memiliki City Branding yang cukup baik dari segi ekonomi, budaya, dan pariwisata dan pelayanan publik yang benar-benar melayani masyarakat yang dibuat oleh kepemimpinan inovasi ala Jokowi. Solo sangat kaya dengan potensi budaya, dan sektor ekonomi yang kuat pula. Adapun potensi budaya yang dimiliki oleh masyarakat Solo yaitu memiliki batik, acara festival dan karnaval. Sementara potensi dalam sektor ekonomi yaitu banyaknya pasar tradisional yang menjadi tumpuan perdagangan. Selain itu adanya industri,

mall modern, perhotelan, restoran skala internasional, dan bank membuat kota Solo menjadi kota yang mandiri serta memiliki ketahanan dalam sektor ekonomi. Inovasi yang paling membuat jokowi berbeda dengan pemimpin di daerah lain justru terletak pada inovasi pola pikir (mindset) terlebih dahulu. Selain berhasil dalam memimpin ternyata beliau juga memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan pemimpin di daerah lain. Beliau memiliki keteladanan yang dekat dengan rakyat, memberikan inovasi dengan kepintaran yang dimilikinya, serta memilih strategi kepemimpinan dengan menggunakan empat pilar utama berbasis entrepreneur

dalam memimpin kota Solo (Suwiknyo 2012).

Semenjak tahun 1950-an sampai saat ini, di negara-negara yang sedang berkembang dapat diidentifikasi adanya pendekatan yang secara silih berganti menjadi arus utama dalam pelaksanaan pembangunan masyarakat (Soetomo


(16)

2011). Adapun pendekatan dalam pelaksanaan pembangunan masyarakat sampai masa kini yaitu pendekatan dengan arah pemberdayaan. Kepemimpinan itu sendiri tentu memiliki peran dalam pembangunan masyararakat. Kehadiran pemimpin tentunya mampu menggerakkan pengikutnya untuk lebih baik dan mampu mencapai tujuan. Pemimpin yang berhasil dalam mencapai tujuannya tentu dapat menjadikan pengikutnya menjadi masyarakat yang berdaya. Maksudnya masyarakat yang berdaya disini dapat dijelaskan oleh pendapat Kartasastima (1996) dalam Prasojo (2006) yang menjelaskan bahwa pemberdayaan masyarakat terkait dengan keberdayaan masyarakat, yaitu kemampuan individu dalam masyarakat dan membangun keberdayaan masyarakat yang bersangkutan. Keberdayaan masyarakat adalah unsur-unsur yang memungkinkan suatu masyarakat bertahan, mengembangkan diri, dan mencapai tujuan. Sesuai dengan pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa elemen penting dari pemberdayaan adalah partisipasi.

Adapun hasil penelitian lain menurut Subudi et al. (2011) bahwa peranan pemimpin Puri dalam memimpin rakyatnya di daerah Bali mampu memberdayakan rakyatnya. Hal ini terlihat dengan modal sosial, ekonomi, dan simbolik yang digunakan oleh pemimpin Puri Desa Adat Ubud Bali dalam hal pariwisata. Kepemimpinan Puri mampu membuat Desa Adat Ubud Bali menjadi desa pariwisata ekonomi berbasis budaya (spiritual). Karakteristik yang dimiliki oleh pemimpin Puri ini yaitu kepemimpinan yang berbasis kearifan lokal. Selain itu kepemimpinan puri memberikan pelayanan sepenuh hati kepada rakyat dengan bantuan materi maupun non materi. Ditambah lagi kepemimpinan Puri ini berperan dalam menciptakan artefak dari budaya lokal menjadi global dengan modal simbolik Puri berupa kekuasaan yang kemudian menimbulkan rasa hormat masyarakat terhadap kepemimpinan Puri. Artefak budaya lokal menjadi global disini maksudnya yaitu segala bentuk kebendaan yang ada pada masyarakat Desa Ubud mampu dijadikan sebagai modal simbolik untuk menarik wisatawan yang berkunjung. Hal ini membuat artefak lokal seperti hasil lukisan yang berhasil dijual kepada wisatawan asing. Kepemimpinan Tetua Puri Desa Ubud ini berdasarkan kearifan lokal yang sangat kharismatik, visioner, serta partisipasi membuatnya berhasil menjadikan masyarakat Ubud memiliki kehidupan yang lebih baik.

Sesuai dengan pemaparan mengenai kepemimpinan di daerah Solo dan Bali maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik seorang pemimpin tiap daerah itu berbeda. Hal itu tergambar lewat karakteristik yang dimiliki oleh pemimpin di daerah Solo dengan daerah Bali. Karakteristik kepemimpinan yang dinilai efektif pada kedua daerah tersebut tentunya jelas berbeda. Meskipun karakteristik yang dimiliki oleh seorang pemimpin berbeda antara daerah yang satu dengan daerah lainnya, namun keefektifan dalam hal memimpin untuk memberdayakan masyarakatnya paling tidak ada aspek budaya yang mempengaruhi. Hal itu terlihat dari kultural masyarakat Solo maupun masyarakat Bali. Karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif dalam memberdayakan masyarakatnya yang berbeda di setiap daerah justru hal yang menarik untuk diteliti lebih lanjut.

Wilayah studi dalam penelitian ini yaitu kawasan irigasi sawah di Bali tepatnya daerah Subak Kepaon di Desa Pemogan, Kecamatan Denpasar selatan, Kabupaten Denpasar, Provinsi Bali. Irigasi sawah di Bali ini dapat terlihat dari kelembagaannya yaitu Subak. Subak merupakan suatu kelembagaan tradisional


(17)

yang bersifat otonom yang mengatur pengairan pertanian di Bali. Disamping itu, ada juga yang mengatakan bahwa Subak adalah organisasi kemasyarakatan yang mengatur pengairan sawah dalam bercocok tanam padi di Bali (Budiarto 2012). Subak Kepaon merupakan salah satu Subak yang terdapat pada kota Denpasar. Subak kepaon termasuk salah satu Subak yang melakukan pemberdayaan terhadap petani dengan operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi (Purbawijaya 2012). Penelitian tentang pemberdayaan Subak Kepaon yang telah dilakukan sebelumnya ini mampu memberikan akses kepada petani dalam mengembangkan potensi yang dimiliki sehingga lebih berdaya. Hal itu dapat dilihat dari dimensi pembinaan petani agar mencapai kemandirian, adanya perhatian/intervensi pemerintah dalam pertanian dengan cara keterlibatan pemerintah untuk memberikan akses petani dalam peningkatan pendapatan petani.

Pemberdayaan petani Subak Kepaon selain melibatkan adanya peran pemerintah namun tidak dapat dilupakan bahwa peran ketua Subak juga berperan dalam Subak Kepaon. Peran ketua Subak Kepaon dalam memimpin tentu sesuai dengan konteks lokal daerah Bali. Maka dapat dikatakan bahwa pada Subak Kepaon masih melibatkan kepemimpinan lokal dalam memberdayakan petani. Hal inilah yang kemudian melatarbelakangi untuk dilakukannya penelitian mengenai kepemimpinan lokal dalam pemberdayaan masyarakat, khususnya petani. Secara keseluruhan, penelitian ini menarik untuk diteliti dalam hal melihat bagaimana seorang pemimpin lokal dapat memberdayakan suatu masyarakat, khususnya pada petani di Bali.

Masalah Penelitian

Desa Pemogan merupakan desa yang memiliki beberapa Subak di Denpasar. Adapun salah satu Subak tersebut adalah Subak Kepaon yang merupakan kawasan irigasi di Bali yang memberdayakan Subak agar para petani lebih mandiri dalam hal irigasi padi di sawah. Kehadiran pemberdayaan masyarakat merupakan antitesis dari perspektif pertumbuhan, sehingga pendekatan yang digunakan cenderung kebalikan dari perspektif pertumbuhan. Pemberdayaan masyarakat itu sendiri memberikan wewenang dalam hal pengambilan keputusan dan pengelolaan sumberdaya kepada masyarakat. Agar masyarakat mampu menjalankan wewenang yang diberikan dengan baik diperlukan kapasitas dan kemampuan untuk melakukannya. Oleh sebab itu unsur utama dari pemberdayaan masyarakat disamping pemberian wewenang juga peningkatan kapasitas masyarakat (Soetomo 2011). Dalam hal pemberdayaan itu sendiri tentunya adanya orang yang diberdayakan dan ada orang yang memberdayakan. Hal ini terkait dengan seorang pemimpin dengan yang dipimpin. Seorang pemimpin yang mampu memberdayakan orang yang dipimpinnya tentulah dapat dilihat dari karakteristik yang dimilikinya. Karakteristik yang dimiliki oleh seorang pemimpin dengan pemimpin lainnya jelas berbeda. Hal ini disebabkan oleh adanya faktor budaya dimana dia memimpin. Kepemimpinan antara suatu daerah dengan daerah yang lain juga akan ditemui perbedaan. Maka dari itu adapun pertanyaan penelitian kualitatif adalah apa saja aspek budaya yang dapat mempengaruhi karakteristik kepemimpinan lokal pada ketua Subak Kepaon.


(18)

Keefektifan pemimpin akan dapat terjadi jika saja pemimpin dengan yang dipimpin sama-sama mau berinteraksi dan memiliki kesepakatan dalam mencapai tujuan bersama. Keefektifan itu sendiri bisa dilihat dari apa saja yang sudah dimiliki oleh seorang pemimpin. Hal itu bisa saja seperti pengetahuan, kemampuan, motif, visi, dan misi. Adapun keefektifan pemimpin itu dapat dicapai dengan adanya suatu aspek kepemimpinan sesuai dengan hasil penelitian (Dewi 2009). Aspek kepemimpinan merupakan aspek dasar yang harus dimiliki atau dipenuhi oleh seorang pemimpin. Demikian halnya dalam suatu lembaga tradisional seperti Subak, tentunya juga diharapkan pemimpinnya mampu memiliki beberapa hal yang menjadi syarat dalam memimpin. Karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif adalah seorang pemimpin dengan karakteristik yang dimilikinya mampu mendorong orang yang dipimpinnya menjadi lebih baik dalam mencapai tujuan. Adapun karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif sesuai dengan persamaan beberapa literatur menurut Suwiknyo (2012), Oktaviani (2007), Suwirta dan Hermawan ( 2012), Purbaningrum (2011), Suharnomo (2004) yaitu memiliki intelegensi/kecerdasan, memiliki kemampuan berkomunikasi, serta adanya keteladanan. Beberapa karakteristik ini akan dilihat nantinya pada pemimpin ketua subak di Desa Pemogan. Keefektifan dalam kepemimpinan ditentukan oleh aspek kepemimpinan, selain itu karakteristik juga merupakan hal yang harus diusahakan oleh seorang pemimpin. Hal itu menggambarkan bahwa dalam mencapai keefektifan tentunya diperlukan juga memiliki karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif. Pada Subak Kepaon itu sendiri selain penting memperhatikan aspek kepemimpinan juga perlu mengupayakan karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif. Maka dari itu, yang akan diteliti yaitu bagaimana aspek kepemimpinan dengan karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif.

Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu hal yang memungkinkan masyarakat memiliki daya atau kekuasaan yang diperoleh dari orang yang memiliki daya. Pemberdayaan masyarakat itu sendiri dapat dilihat dari indikatornya. Indikator pemberdayaan itu sendiri merupakan suatu gejala atau ciri yang menunjukkan bahwa suatu masyarakat sudah berdaya. Begitu juga halnya pada petani Subak di Bali akan dilihat apakah mereka sudah memiliki indikator sebagai petani yang berdaya. Adapun indikator pemberdayaaan itu sendiri seperti halnya menurut Suhendra (2006) yaitu kemampuan berpendapat, bertanggung jawab dalam pranata dan sumber-sumber masyarakat, serta mengambil keputusan sendiri. Pada ketiga indikator pemberdayaan masyarakat ini akan dilihat apakah hal ini sudah mampu menunjukkan keberdayaan petani Subak di Bali. Aspek kepemimpinan merupakan penentu keefektifan. Seperti halnya dalam penelitian sebelumnya Dewi (2009) yang mengungkapkan bahwa aspek kepemimpinan merupakan hal yang dimiliki oleh seorang pemimpin demi keefektifan. Aspek kepemimpinan itu sendiri dapat juga menentukan keberdayaan suatu masyarakat. Hal ini tergambar pada penelitian sebelumnya bahwa aspek kepemimpinan yang ada pada seorang pemimpin juga mempengaruhi kemampuannya untuk memberdayakan sekelompok orang yang dipimpin. Demikian halnya dengan aspek kepemimpinan yang dimiliki oleh ketua Subak Kepaon juga diharapkan mampu memberdayakan petani Subak Kepaon. Untuk itu, maka akan diteliti bagaimana aspek kepemimpinan ketua Subak Kepaon dengan indikator pemberdayaan masyarakat pada petani Subak Kepaon di Bali.


(19)

Kemampuan berdaya memiliki arti yang sama dengan kemandirian masyarakat. Adapun kemandirian tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak, serta mengendalikan apa yang mereka lakukan. Keberdayaan masyarakat dapat diwujudkan melalui partisipasi aktif masyarakat yang difasilitasi dengan adanya pelaku pemberdayaan. Sasaran utama pemberdayaan masyarakat adalah mereka yang lemah dan tidak memiliki daya, kekuatan atau kemampuan mengakses sumberdaya. Kemandirian masyarakat tentu dapat dicapai melalui proses pembelajaran. Masyarakat yang mengikuti proses pembelajaran pada akhirnya secara bertahap akan memperoleh daya, kekuatan atau kemampuan dalam proses pengambilan keputusan secara mandiri (Widjajanti 2011). Sesuai dengan penjelasan diatas bahwa keberdayaan dapat diwujudkan dengan difasilitasi oleh pelaku pemberdayaan. Pelaku pemberdayaan disini adalah seorang pemimpin. Selain itu menurut Suradisastra (2008) bahwa kepemimpinan merupakan salah satu celah masuk yang penting dalam memberdayakan, menata dan mempertahankan kelangsungan hidup kelembagaan petani. Jelas bahwa dalam pemberdayaan dibutuhkan peran kepemimpinan. Peran kepemimpinan bisa dilihat dari karakteristiknya dalam memberdayakan. Akhirnya pemimpin dengan karakteristik tertentu yang dinilai efektif akan mampu memberdayakan masyarakatnya. Maka dari itu, akan dibahas dalam penelitian terkait dengan karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif dalam pemberdayaan petani Subak Kepaon di Bali.


(20)

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengkaji karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif dalam hal pemberdayaan masyarakat. Sementara tujuan khususnya yaitu : 

1. Mengidentifikasi aspek budaya yang dapat mempengaruhi karakteristik kepemimpinan lokal pada ketua Subak Kepaon

2. Menganalisis aspek kepemimpinan ketua Subak Kepaon dengan karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif

3. Menganalisis aspek kepemimpinan ketua Subak Kepaon dengan indikator pemberdayaan masyarakat

4. Menganalisis karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif dalam pemberdayaan petani Subak Kepaon di Bali

   

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi mengenai kepemimpinan lokal. Dalam hal ini khususnya karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif dalam hal pemberdayaan masyarakat. Melalui penelitian ini, terdapat juga beberapa hal yang ingin penulis sumbangkan pada berbagai pihak, yaitu:

1. Akademisi, dimana penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti yang ingin mengkaji lebih lanjut mengenai karakteristik kepemimpinan lokal dalam hal pemberdayaan masyarakat.

2. Masyarakat, diharapkan dengan penelitian ini menjadikan masyarakat semakin teliti dalam hal memilih seorang pemimpin dengan sejumlah karakteristik yang dinilai cukup efektif.

3. Pemimpin, baik itu pemimpin formal maupun informal seperti pemerintah, tokoh masyarakat, dan lainnya diharapkan menjadi sebuah masukan ketika menjabat sebagai pemimpin untuk mengusahakan sejumlah karakteristik yang efektif dalam pemberdayakan masyarakat.

       


(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Kepemimpinan Definisi Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan fenomena yang sangat kompleks sehingga sangat sulit untuk membuat rumusan menyeluruh tentang pengertian kepemimpinan. Adapun beberapa pengertian kepemimpinan menurut para ahli seperti Farland (1987) dalam Danim (2011) mengatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses yang mana pemimpin dilukiskan akan memberikan perintah atau pengaruh, bimbingan atau proses mempengaruhi pekerjaan orang lain dalam memilih dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Disisi lain menurut Gibson, Ivancevich, dan Donelly (2000) dalam Wibowo (2011) mendefinisikan kepemimpinan sebagai karakteristik seseorang, terutama berkaitan dengan sebutan pemimpin yaitu agen perubahan atau seorang yang mampu mempengaruhi orang lain lebih dari orang lain yang mempengaruhinya. Berdasarkan definisi kepemimpinan tersebut maka dapat memberi gambaran yang lebih luas mengenai kepemimpinan. Adapun rumusan yang dapat disimpulkan dari definisi diatas bahwa kepemimpinan adalah setiap perbuatan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk memberi arah kepada individu atau kelompok yang tergabung pada suatu wadah tertentu demi mencapai tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya (Danim 2011).

Teori Kepemimpinan

Teori kepemimpinan adalah suatu generalisasi satu seni perilaku pemimpin dan konsep-konsep kepemimpinannya. Teori kepemimpinan pada umumnya berusaha untuk memberikan penjelasan dan interpretasi mengenai pemimpin dan kepemimpinan dengan mengemukakan beberapa segi, antara lain: latar belakang sejarah pemimpin dan kepemimpinan serta sebab-musabab munculnya pemimpin. Adapun yang menjadi latar belakang sejarah pemimpin dan kepemimpinannya muncul seiring dengan adanya peradaban manusia. Masa peradaban itu semenjak zaman nabi-nabi dan nenek moyang yang berkumpul bersama-sama untuk mempertahankan eksistensi hidupnya dalam menantang kebuasan binatang serta alam di sekitarnya. Sejak saat itulah terjadi kerjasama atarmanusia, dan ada unsur kepemimpinan (Kartono 2011).

Menurut Kartono (2011) bahwa yang ditunjuk menjadi seorang pemimpin pada saat itu adalah pribadi yang paling kuat, paling cerdas, dan paling berani. Maka dari itu dapat dinyatakan bahwa pemimpin dan kepemimpinan dimana dan kapan saja diperlukan khususnya pada zaman modern sekarang dan masa yang akan datang.

Pendekatan Teori Kepemimpinan

Secara teoritisi ada tiga macam pendekatan dalam studi kepemimpinan yaitu : pendekatan kesifatan (traits theories), pendekatan perilaku (behaviours theories) dan pendekatan situasional (contingency theories). Teori sifat (trait theory) muncul tahun 1920-an dari penelitian serius melalui serangkaian tes-tes psikologi yang berusaha melakukan identifikasi karakteristik umum effective leaders. Teori


(22)

sifat berpendapat bahwa pemimpin dilahirkan bukan diciptakan. Dalam perspektif teori ini yang ditonjolkan adalah sifat-sifat yang melekat pada diri seseorang. Adapun pemimpin seperti Hitler, Sukarno, Mahatma Gandhi dipelajari secara khusus mengenai karakteristik-karakteristik sifat yang mereka miliki sehingga menjadikan mereka sebagai pemimpin yang menonjol (Suharnomo 2004).

Definisi Teori Kepemimpinan Sifat

Teori awal tentang sifat ini dapat ditelusuri kembali pada zaman Yunani Kuno dan zaman Roma. Pada waktu itu, orang percaya bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukannya dibuat. Teori “The Great Man” menyatakan bahwa seseorang yang dilahirkan sebagai pemimpin ia akan menjadi pemimpin apakah ia mempunyai sifat atau tidak mempunyai sifat sebagai pemimpin. Contohnya ialah Napoleon, Ia dikatakan mempunyai kemampuan alamiah sebagai pemimpin besar pada setiap situasi. Sebuah kenyataan yang dapat diterima bahwa sifat-sifat kepemimpinan itu tidak seluruhnya dilahirkan, tetapi dapat juga dicapai lewat suatu pendidikan dan pengalaman. Maka dari itu, perhatian terhadap kepemimpinan dialihkan kepada sifat-sifat umum yang dipunyai oleh pemimpin, tidak lagi menekankan apakah pemimpin itu dilahirkan atau dibuat. Adapun sejumlah sifat-sifat seperti fisik, mental, kepribadian menjadi pusat perhatian untuk diteliti di sekitar tahun 1930-1950an. Dari beberapa hal sifat kecerdasan kelihatannya selalu nampak pada setiap penelitian dengan suatu derajat konsistensi yang tinggi. Ketika dikombinasikan dengan penelitian tentang sifat-sifat fisik, kesimpulannya adalah bahwa pemimpin-pemimpin itu hendaknya harus lebih besar dan cerdas dibandingkan dengan yang dipimpin (Thoha 1991).

“…Teori kepemimpinan sifat adalah suatu pandangan atau pendapat yang menyatakan bahwa efektivitas seorang pemimpin banyak ditentukan oleh sifat-sifat atau karakter yang dimiliki oleh pemimpin tersebut…” (Marianti 2009).

Teori kepemimpinan sifat membedakan pemimpin dari nonpemimpin dengan memusatkan perhatian pada kualitas dan karakteristik pribadi seseorang. Individu-individu seperti Margaret Thatcher dan Nelson Mandela dikenal sebagai pemimpin yang memiliki karisma, bersemangat, dan berani (Robbins dan Judge 2007 dalam Marianti 2009).

Berbagai Teori Kepemimpinan Sifat

Ada berbagai pendapat dan hasil penelitian mengenai sifat-sifat seorang pemimpin yang dianggap efektif. Berikut beberapa pendapat dari penulis/peneliti seperti yang dijelaskan dalam penelitian (Marianti 2009):

1. Pendapat Daniel Goleman (1995)

Goleman mengatakan bahwa karakter pemimpin yang dianggap efektif adalah seorang yang memiliki Emotional Intelligence (EI) yang tinggi. Komponen utama dari EI adalah empati. Apabila seorang pemimpin memiliki empati yang tinggi dapat membaca reaksi orang lain dan merasakan kebutuhan orang lain. Hasil riset yang dilakukan oleh Goleman mengenai Emotional Intellegence menyatakan bahwa Emotional


(23)

Intelligence terdiri atas lima dimensi yaitu: kesadaran diri, manajemen diri, motivasi diri, empati, dan kemampuan sosial.

2. Pendapat Rue dan Byars (1999)

Rue dan Byars mengatakan bahwa karakteristik tertentu diinginkan dalam banyak situasi kepemimpinan yaitu: percaya diri, memiliki kekuatan mental dan fisik, antusias, rasa tanggung-jawab, memiliki empati dan hubungan baik dengan sesama.

3. Pendapat Jugde, Bono, Ilies, dan Gerthardt (2002)

Usaha-usaha penelitian berusaha memisahkan karakteristik pemimpin berujung dengan kegagalan. Suatu terobosan baru telah terjadi ketika para peneliti mulai mengelompokkan kepribadian seseorang menjadi lima hal, yang dikenal sebagai kerangka kepribadian lima besar atau “The Big five Model”. Ciri-ciri ini dengan mudah digunakan untuk memprediksi kemampuan kepemimpinan seseorang. Judge, Bono, Ilies, dan Gerthadrt mengatakan bahwa ada lima faktor utama kepribadian seseorang (Robbins dan Judge 2007 : 98) yaitu: keterbukaan, dimensi ini menunjukkan kegemaran seseorang dalam melakukan hubungan dengan orang lain. Orang yang terbuka cenderung memiliki sifat gemar berteman dengan orang lain, menunjukkan sikap yang tegas dan ramah. Orang yang tertutup cenderung pendiam, pemalu, dan bersikap tenang; keramahan, dimensi ini menunjukkan pada sifat seseorang yang suka menghargai orang lain; kehati-hatian atau kesungguhan, dimensi ini mengukur tingkat kemampuan seseorang untuk bisa dipercaya; stabilitas emosi, dimensi ini menunjukkan kemampuan seseorang menghadapi tekanan; keterbukaan terhadap pengalaman, dimensi ini menunjukkan sikap seseorang yang berkaitan dengan kesenangan terhadap hal-hal baru. Berdasarkan teori kepribadian “The Big Five Model”, orang yang memiliki skor yang tinggi pada sifat atau karakter keterbukaan, keramahan, kehati-hatian, stabilitas emosi yang positif, dan keterbukaan terhadap pengalaman, adalah orang yang memiliki kemampuan untuk memimpin dengan efektif.

4. Pendapat Yulk (2006) dan Sidle (2007)

Yulk dan Sidle mengatakan bahwa bukti-bukti menunjukkan ada empat sifat yang dimiliki oleh kebanyakan pemimpin (tetapi tidak semua pemimpin) yang sukses (Hellriegel dan Slocum 2009 : 207) yaitu: kepandaian, kematangan/kedewasaan dan keluasan, dorongan prestasi, integritas.

Aspek Kepemimpinan

Keefektifan pemimpin sangat bergantung pada bagaimana interaksi antara pemimpin dengan bawahan yang dipimpin dan situasi yang berlangsung. Menjadi pemimpin yang efektif tidak dapat terjadi dengan seketika, namun butuh proses yang panjang. Menurut Locke (1991) dalam Dewi (2009) ada 4 aspek kepemimpinan yang efektif yaitu 1) motif ; 2) pengetahuan, keterampilan, dan kemauan; 3) visi; 4) penerapan visi. Locke menjelaskan bahwa motif yaitu keinginan yang dapat mendorong seseorang untuk bertindak. Inti penyebab alasan/motives kepemimpinan menurut Locke dalam Soliha dan Hersugondo


(24)

(2008) adalah dorongan/drive yang terdiri dari: prestasi, ambisi, energi, dan inisiatif, serta motivasi kepemimpinan yang terdiri dari personalized power motive

and socialized power motive.

Berdasarkan hasil observasi dan kajian tampak ambisi merupakan salah satu dorongan yang dapat diprediksi mempengaruhi keberhasilan seorang pemimpin. Pada bagian kedua tentang pengetahuan, keterampilan, dan kemauan. Locke berpendapat bahwa pengetahuan tentang teknologi sangat diperlukan, keterampilan dalam berkomunikasi dan membina hubungan dengan bawahan. Kualitas keputusan dan solusi pemecahan masalah sangat tergantung dari tingkat intelegensi seorang pemimpin. Selain pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan perlu dimiliki oleh seorang pemimpin namun penting juga untuk memiliki visi. Visi ini yang kemudian akan memberikan pedoman pada sebuah lembaga/organisasi dengan segala aktivitasnya untuk bergerak kearah tujuan yang telah disepakati secara resmi. Berdasarkan penjelasan aspek kepemimpinan maka hal yang dapat dipilih pada sebuah lembaga/organisasi yang masih bersifat tradisional seperti Subak yaitu motif, pengetahuan, dan keterampilan. Sementara untuk visi, dan penerapan visi itu sendiri belum ada pada Subak selaku organisasi pengairan yang bersifat tradisional.

Konsep Kepemimpinan Lokal

Pemimpin menurut Etzioni (1985) dapat dibagi menjadi dua yaitu formal dan informal. Menurutnya pemimpin informal adalah seorang individu yang mampu mengendalikan bawahan berdasarkan kekuatan pribadi, sedangkan seorang yang sekaligus memiliki kekuasaan posisional dan kekuatan pribadi disebut pimpinan formal. Berangkat dari uraian diatas maka menurut Barlan (2011) bahwa pemimpin itu adalah seseorang yang memiliki tujuan dan dapat mempengaruhi orang lain. Sementara menurut Barlan (2011) sendiri dalam penelitiannya bahwa yang dimaksud dengan pemimpin lokal adalah individu yang memiliki tujuan atau maksud yang ditunjukkan dalam bentuk tindakan yang mempengaruhi masyarakat sekitarnya.

Karakteristik kepemimpinan

Karakter seseorang mulai ada semenjak dia mulai banyak berpikir. Perubahan karakter merupakan proses evolusi. Sebuah perilaku seseorang yang dapat diamati merupakan indikasi dari karakternya. Seseorang dengan karakter yang baik menunjukkan dorongan (drive), energi, tekad, disiplin diri, kemauan, dan syarat yang kuat. Disisi lain, seseorang dengan karakter lemah tidak menunjukkan sifat-sifat tersebut. Menjadi seorang pemimpin yang efektif secara  alami hanya memerlukan seseorang untuk berhenti berusaha menjadi orang lain. Apabila diidentifikasi ditemukan karakteristik tertentu yang secara alamiah dimiliki oleh pemimpin yang efektif (Danim dan Suparno 2012 ).

Kepemimpinan itu ada pada diri pemimpin/manajer. Dari aspek karakteristik dibedakan antara karakteristik pemimpin (leader) dengan karakteristik manajer. Luthan (2002 : 576) dalam Thoyib (2005) menegaskan bahwa karakteristik pemimpin di abad XXI adalah: Innovates (menciptakan sesuatu yang baru); An original (asli dari pemimpin); Develops (mengembangkan); Focuses on people


(25)

(terkonsetrasi pada manusia); Inspires trust (menghidupkan rasa percaya); Long-range perspective (memiliki perspektif jangka panjang); Ask what and why (ia menanyakan apa dan mengapa); Eye on the horizon (berpandangan sama dengan sesamanya); Originates (memiliki keaslian); Challenges the status quo (menentang kemapanan); Own person (mengakui tanggung jawab ada pada pemimpin); Does the right thing (mengerjakan yang benar). 

Thoyib (2005) mengatakan bahwa seorang pemimpin itu memiliki karakteristik yang selalu berupaya untuk menciptakan hal yang baru. Gagasan atau ide yang dimiliki merupakan dari diri sendiri tidak meniru orang lain. Berupaya untuk mengembangkan segala sesuatu yang dilakukannya. Percaya pada bawahan dan berupaya untuk menyalakan rasa kepercayaan pada anggotanya. Memiliki gagasan dan pemikiran dalam perspektif jangka panjang. Bertanya pada bawahannya dengan apa dan mengapa?. Menentang kemapanan, tidak cukup puas dengan apa yang ada. Bertanggungjawab atas apa yang dilakukan oleh anak buahnya. Terakhir yang sangat penting adalah pemimpin itu sendiri melakukan hal yang benar.

Selain menurut pendapat Thoyib (2005) diatas, adapun menurut penelitian Suharnomo (2004) tentang karakteristik kepemimpinan adalah seperti yang diuraikan dibawah ini dalam bentuk Tabel 1.

Tabel 1 Ciri atau sifat pemimpin yang berhasil dalam memimpin

Sifat atau Karakteristik Pengertian

Intelegensia (Kepintaran) Pemimpin pada umumnya relatif lebih cerdas dari rata-rata pengikutnya. Mempunyai motivasi dan keinginan

berprestasi dari dalam

Bahwa pemimpin mempunyai dorongan yang besar untuk dapat menyelesaikan sesuatu

Kematangan dan keluasan pandangan sosial

Bahwa secara emosi pemimpin pada umumnya lebih matang, sehingga mampu mengendalikan keadaan yang kritis. Mereka umumnya juga

mempunyai keyakinan dan kepercayaan pada diri sendiri.

Mempunyai kemampuan mengadakan hubungan antar manusia

Pemimpin itu tahu bahwa untuk mencapai sesuatu mereka amat tergantung dengan orang lain, oleh sebab itu mereka selalu ingin dapat mengerti orang lain.

Sumber: Keith Davis (1972) dalam Suharno (2004)  

 

Karakteristik seorang pemimpin dari tabel diatas menunjukkan sebuah sosok kesempurnaan yang dijadikan persyaratan untuk memimpin tersebut tentu sangatlah sulit dipenuhi oleh kebanyakan orang.

Disisi lain menurut Suwirta dan Hermawan (2012) bahwa tipe ideal pemimpin bagi bangsa Indonesia dimasa yang akan datang adalah seorang dengan karakteristik sebagai berikut: memiliki asal usul baik, berpendidikan, beragama


(26)

Islam, memiliki integritas pribadi yang baik, berpikiran maju dan modern, punya komitmen pada kehidupan demokrasi, memiliki visi dan kebijakan yang jelas, serta otoritasnya mampu mensinergikan seluruh potensi bangsa untuk mencapai kemajuan, kesejahteraan, kemerdekaan agar sejajar dengan bangsa-bangsa lain. Karakteristik kepemimpinan lokal

Seorang pemimpin memiliki sifat yang berbeda dengan yang bukan pemimpin. Seorang pemimpin lokal juga tentunya memiliki karakter tersendiri untuk mengembangkan daerahnya. Sesuai dengan karakteristik kepemimpinan yang telah dipaparkan sebelumnya. Maka karakteristik kepemimpinan lokal juga berbeda dengan karakterisitik kepemimpinan pada umumnya. Adapun salah satu contoh yang dapat dilihat seperti pada karakteristik Jokowi yang sangat rendah hati yang mengimplementasikan empat pilar entrepreneur dalam memimpin kota Solo. Adapun karakteristiknya yang merakyat, membuat kejutan inovasi dan lainnya dinilai efektif dalam mengembangkan kota Solo (Suwiknyo 2012). Sementara menurut Oktaviani (2007) adapun karakteristik kepemimpinan kepala desa yang berpengaruh dalam pembangunan desanya yaitu dilihat dari keterampilan berkomunikasi, umur, pendidikan dan pengalaman, dan naluri untuk prioritas. Disisi lain, menurut Rais (1986) bahwa karakteristik kepala desa yang berpengaruh dalam perencanaan pengembangan pedesaan adalah faktor umur, tingkat pendidikan, pengalaman kerja, status sosial, status ekonomi, ambisi atau keinginan untuk tetap menjadi kepala desa, kemampuan berkomunikasi.

Hal yang lain terkait dengan karakter juga terlihat pada karakter kepemimpinan yang hanya mengandalkan kekuasannya seperti halnya pada seorang raja. Raja yang dianggap sebagai seorang dengan karakter yang dimilikinya baik itu buruk atau tidak terkadang harus diterima begitu saja. Hal ini terlihat dari hasil penelitian yang diungkapkan oleh Kartodirdjo (1984) bahwa Kepemimpinan yang hanya mengandalkan sifat yang dianggap warisan dan bawaan lahir terkadang justru tidak mampu untuk membuat pengikutnya menjadi lebih baik. Hal yang paling mendasar adalah bahwa si pemimpin tadi dengan kekuasaan dan sikapnya terkadang justru tidak mencerminkan hal yang diinginkan oleh pengikutnya. Jelas terlihat bahwa karakteristik kepemimpinan lokal yang ada tiap daerah sangat berbeda. Hal ini mengingat kondisi masyarakatnya juga berbeda baik secara budaya dan strukturnya. Selain itu, ada juga karakteristik kepemimpinan lokal yang disukai dan tidak disukai oleh pengikutnya.

Karakteristik Kepemimpinan Lokal yang Efektif

Diyakini bahwa pada sebuah organisasi tentunya akan mengalami perubahan-perubahan yang akan mempengaruhi kehidupan organisasi tersebut. Pada sebuah hasil penelitian oleh Purnama (2005) mengungkapkan beberapa  ide/gagasan dari sejumlah tokoh mengenai kepemimpinan efektif. Hal itu dijelaskan lewat Tabel 2 dibawah ini. 


(27)

Tabel 2 Notions of Effective Leadership

Nama tokoh Definisi kepemimpinan efektif

Plato Effective leaders are philoshoper-king

Machavelli Effective leaders are power-wielders,

individuals who employ manipulation, exploitation, and deviousness to achieve their own ends.

Weber Effective leaders have have charisma

-that special spiritual power or personal quality that gives an individual influence over large number numbers of people.

Taylor Effective leaders view management as

a science.

DePree Effective leaders view management as

a art.

Drucker Effective leaders are able to carry out

the functions of management : planning, organizing, directing, and measuring.

Appley Effective leaders have mastered the art

of getting things done through others.

McGregor Effective leaders understand the human

side of enterprise.

Likert Effective leaders are able to establish

effective management systems.

Blake and Mouton lacocca Effective leaders choose a leadership

style that reflects a concern for both production and people.

Bradford and Cohen Effective leaders focus on the

three”Ps”, people, product, and profit -in that order.

Block Effective leaders are develop people.

Kantar Effective leaders are empower others

Bennis and Nanus Effective leaders are change masters.

Burns Effective leaders have vision and are

able to translate the vision into action

Deming Effective leaders are able to lift

followers into their better selves.

Effective leaders help others do quality work.

Sumber: Hitt, William D. (1993) dalam Purnama (2005) “ The Model of Leader : A Fully Functioning Person” , Leadership & Organization Development Journal, Vol. 14 No. 7.

   

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa pada kepemimpinan dalam organisasi diperlukannya sebuah kepemimpinan yang efektif. Demikian halnya dalam kepemimpinan dalam daerah atau kepemimpinan lokal. Kepemimpinan yang


(28)

memiliki karakteristik efektif sangat dibutuhkan untuk pemberdayaan masyarakat. Kepemimpinan lokal itu sendiri tadinya bertujuan untuk mengembangkan daerahnya. Berdasarkan penjabaran tentang karakteristik kepemimpinan lokal sebelumnya, maka dibawah ini disajikan tabel tentang persamaan karakteristik kepemimpinan dari beberapa ringkasan pustaka. Lihat Tabel 3.

Tabel 3 Karakteristik kepemimpinan dari beberapa ringkasan pustaka No Judul Ringkasan Karakteristik

Kepemimpinan Lokal

Karakteristik kepemimpinan yang hampir sama pada beberapa ringkasan pustaka 1 Jokowi pemimpin yang

rendah hati

Karakteristik yang digunakan Jokowi untuk memimpin kota Solo adalah menggunakan empat pilar utama

Entrepreneurship” yaitu : kejutan inovasi; pemimpin berbasis keteladanan; membangun kepercayaan rakyat; dan prinsip-prinsip kebijakan ekonomi. Pemimpin yang berbasis keteladanan, membangun kepercayaan masyarakat, serta kepintaran dalam membuat kejutan inovasi

2 Pola Kepemimpinan Kepala Desa dan pengaruhnya terhadap pembangunan desa (Kasus desa

Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

Karakteristik

kepemimpinan kepala desa yang berpengaruh dalam pembangunan desanya yaitu dilihat dari Keterampilan

berkomunikasi dengan rakyat, Umur, Pendidikan dan pengalaman, dan Naluri untuk prioritas

Komunikasi yang mampu

membangun kepercayaan rakyat, pendidikan yang baik dalam memimpin              


(29)

Tabel 3 Karakteristik kepemimpinan dari beberapa ringkasan pustaka (lanjutan) No Judul Ringkasan Karakteristik

Kepemimpinan Lokal

Karakteristik

kepemimpinan yang hampir sama pada beberapa ringkasan pustaka

3 Masalah karakter bangsa dan figur kepemimpinan di Indonesia : perspektif sejarah

Karakteristik bagi bangsa Indonesia dimasa yang akan datang adalah seorang yang asal usulnya baik, berpendidikan/memiliki intelegensi, beragama,memiliki integritas,berpikiran maju, memiliki visi,punya komitmen pada kehidupan demokrasi. Memiliki pendidikan/intelegensi

4 Komunikasi dan

identitas kepemimpinan: studi tentang kepemimpinan BJ Habibie Karakteristik yang dimiliki oleh BJ Habibie ketika menjadi pemimpin yaitu: memiliki

kecerdasan dan interaksi yang luas,memiliki kharisma dan kredibilitas

Mempunyai

kecerdasan, memiliki interaksi yang luas dalam hal ini melibatkan kemampuan berkomunikasi. 5 Trait Theory, persepsi

kesempurnaan manusia dan krisis figur pemimpin : model substitusi kepemimpinan alternatif

Karakter atau sifat pemimpin yang dapat berhasil memimpin menurut (Keith Davis, 1972) yaitu memiliki

intelegensia (kepintaran), mempunyai motivasi dan keinginan berprestasi, kematangan dan keluasan pandangan sosial, serta kemampuan mengadakan hubungan antar manusia.

Memiliki kepintaran, memiliki kemampuan mengadakan hubungan antar manusia (kemampuan berkomunikasi).

Sumber: Suwiknyo (2012), Oktaviani (2007), Suwirta dan Hermawan (2012), Purbaningrum (2011), Suharnomo (2004).

Sesuai dengan Tabel 3 maka terlihat bahwa dalam karakteristik kepemimpinan ditemui adanya kesamaan. Dari beberapa karakteristik kepemimpinan pada umumnya dengan karakteristik kepemimpinan lokal yang ada pada tabel ditemukan kesamaan. Hal ini kemudian dapat dijadikan sebagai


(30)

karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif. Pada akhirnya, karakteristik yang memiliki kesamaan itu dapat dijadikan pedoman untuk menilai kepemimpinan dalam pemberdayaan masyarakat. Adapun karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif sesuai dengan tabel yaitu memiliki intelegensi, kemampuan berkomunikasi dan keteladanan. Maka karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif ini akan dilihat apakah sudah cukup dalam memberdayakan masyarakat.

Subak

Subak merupakan organisasi yang masih eksis di beberapa wilayah di Bali mengenai pembagian air di areal sawah tradisional. Organisasi Subak memiliki 4 elemen seperti halnya lahan pertanian (sawah), sumber air, anggota Subak, dan pura Subak. Keempat hal yang disebutkan diatas adalah hal yang menjadi syarat mutlak untuk organisasi Subak (Martiningsih 2012). Sistem Subak berpijak pada prinsip aliran air dari atas dengan topografi persawahan yang berbukit dan distribusi air yang berkeadilan antar petani penggarap lahan (sawah). Alur distribusi ini diatur oleh seorang pemuka adat yang juga adalah seorang petani di Bali. Pada dasarnya Subak masih menggunakan teknologi yang tradisional dan berkearifan lokal. Peran manusia dalam pendistribusian air untuk keperluan irigasi persawahan masih didominasi oleh tenaga, kemampuan, kearifan dan sikap adil dari masyarakat yang dipimpin oleh pemangku adat (Budiarto 2012).

Konsep Pemberdayaan Masyarakat

Sejak era 1950-an sampai saat ini, di negara-negara yang sedang berkembang dapat diidentifikasi adanya pendekatan yang secara silih berganti menjadi arus utama dalam pelaksanaan pembangunan masyarakat. Pada perkembangan terakhir, pemberdayaan masyarakat telah menempatkan dirinya sebagai pendekatan yang banyak dianut dan mewarnai berbagai kebijakan pembangunan masyarakat. Pendekatan ini dalam banyak hal dapat dilihat sebagai operasionalisasi dari perspektif atau paradigma pembangunan yang berpusat pada rakyat. Pemberdayaan masyarakat sendiri hadir akibat proses pembangunan yang hanya memikirkan perspektif pertumbuhan sehingga menjadikan masyarakat sebagai obyek pembangunan dan hal ini tidak mampu membuat pembangunan yang ada menjawab kebutuhan masyarakat (Soetomo 2011). Pemberdayaan sebagai proses mengembangkan, memandirikan, menswadayakan, memperkuat posisi tawar menawar masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan-kekuatan penekan di segala bidang dan sektor kehidupan.

Menurut Erman (2003) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa pemberdayaan itu sendiri diharapkan dapat dicapai dengan adanya adanya suatu

power sharing. Power sharing disini maksudnya semacam pembagian daya. Pembagian daya yang dimaksudkan adalah baik pihak Pemda maupun masyarakat saling berbagi khususnya dalam pelaksanaan program pembangunan. Maka dari itu, dengan dilakukannya pembangunan yang pendekatannya berbasis kerakyatan maka kegiatan kajian ini akan membentuk program partisipatif. Sesuai dengan  hasil pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa untuk memberdayakan


(31)

masyarakat tentunya terkait dengan kepemimpinan lokal yang efektif. Maksudnya disini adalah kepemimpinan lokal yang mampu untuk menggunakan kekuasaannya untuk saling berinteraksi dengan masyarakat dan menjadikan masyarakat sebagai subyek pembangunan. Pada akhirnya kepemimpinan lokal yang efektif dengan menjadikan masyarakat sebagai subyek pembangunan akan mampu memberdayakan masyarakat.  

Sementara menurut Sudibyo (2006) dalam pemberdayaan memerlukan sikap yang dimiliki kaum penguasa untuk memberikan tuntunan pada masyarakat dengan hal yang sangat sederhana yang dapat dilihat yaitu: didengarkan pendapatnya, keamanan lingkungan, dan kesejahteraan hidup. Disisi lain menurut Adisasmita (2006) dalam Zamhariri (2008) bahwa pemberdayaan masyarakat adalah upaya pemanfaatan dan pengolahan sumberdaya manusia secara efektif yang dapat dilihat dari: (a) aspek masukan atau input (SDM, dana, sarana/peralatan, data, rencana, dan teknologi; (b) dari aspek proses (pelaksanaan, monitoring, dan pengawasan); dan (c) dari aspek keluaran atau output (pencapaian sasaran, efektivitas, dan efisien). Pemberdayaan dapat juga diartikan maknanya untuk menghidupkan kembali tatanan nilai, budaya, dan kearifan lokal dalam membangun jati dirinya sebagai masyarakat. Misalnya, menghidupkan kembali gotong royong dan tolong menolong pada masyarakat Indonesia terutama di daerah perkotaan merupakan wujud dari pemberdayaan masyarakat.

Fokus pemberdayaan itu dapat bersifat individu maupun komunitas. Pemberdayaan juga menekankan pada proses, bukan hanya pada hasil (output) dari proses tersebut. Oleh sebab itu ukuran keberhasilan menurut Anwas (2013) yaitu seberapa besar partisipasi atau keberdayaan yang dilakukan oleh individu ataupun masyarakat. Disamping itu menurut penelitian Anwas (2013) bahwa petani sayuran lebih dinamis dibandingkan dengan petani padi. Selain itu secara budaya masing-masing petani memiliki kekhasan dan budaya masing-masing. Keragaman ini yang membuat agen perubahan dalam hal ini pemimpin perlu memahami petani sebagai kliennya. Apabila pemimpin telah memahami karakteristik petani sebagai kliennya maka hal itu kemudian menjadi acuan dalam merencanakan dan melaksanakan pemberdayaan.

Adapun indikator pemberdayaan masyarakat menurut Suhendra (2006) adalah: kemampuan berpendapat, bertanggung jawab dalam pranata & sumber-sumber yang ada di masyarakat, dapat berjalannya “bottom up planning”, kemampuan dan aktivitas ekonomi, kemampuan menyiapkan hari depan keluarga, kemampuan menyiapkan pendapat dan aspirasi tanpa adanya tekanan. Selain indikator pemberdayaan diatas menurut Kartasasmita (2003) bahwa pemberdayaan itu bukan hanya menyangkut masalah penguatan individu sebagai anggota masyarakat akan tetapi perlunya pranata-pranata. Hal yang teramat penting adalah adanya peningkatan partisipasi masyarakat dalam mengambil keputusan yang menyangkut dirinya. Mengambil keputusan sendiri dapat dikatakan sebagai hal yang diperlukan dalam pemberdayaan. Maka dari itu, selain hal yang disebutkan sebelumnya maka mengambil keputusan sendiri juga termasuk indikator pemberdayaan masyarakat.


(32)

Kerangka Pemikiran

Kepemimpinan merupakan gejala universal yang banyak dibicarakan dari waktu ke waktu. Kepemimpinan lokal hadir seiring dengan perkembangan zaman. Kepemimpinan lokal antara suatu daerah dengan daerah lain berbeda. Perbedaan kepemimpinan di setiap daerah paling tidak dipengaruhi oleh aspek budaya. Aspek budaya tentunya mempengaruhi karakteristik kepemimpinan lokal. Demikian halnya pada ketua Subak Kepaon tentunya ada aspek budaya yang mempengaruhi karakteristiknya dalam memimpin. Aspek budaya ini yang kemudian akan ditemukan dilapangan yang dapat mempengaruhi karakteristik ketua Subak Kepaon.

Disamping itu, penentu keefektifan kepemimpinan ditentukan oleh aspek kepemimpinan. Aspek kepemimpinan dapat menentukan karakteristik pemimpin lokal. Adapun aspek kepemimpinan yang digunakan dalam penelitian ini menurut Locke (1991) dalam Dewi (2009) yaitu motif, pengetahuan, dan keterampilan. Aspek kepemimpinan ini kemudian dilihat hubungannya dengan karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif pada ketua Subak Kepaon. Aspek kepemimpinan juga dapat menentukan berdayanya suatu kelompok atau komunitas oleh seorang pemimpin. Pemberdayaan itu sendiri meliputi pihak yang perlu diberdayakan dan adanya kepedulian oleh orang yang ingin memberdayakan. Hal itu dapat dilihat dari karakteristik yang dimiliki oleh pemimpin yang ingin memberdayakan pihak yang kurang berdaya tadi. Pemberdayaan masyarakat itu sendiri dapat dilihat dari indikatornya. Aspek kepemimpinan yang ada pada ketua Subak Kepaon kemudian dilihat kaitannya dengan indikator pemberdayaan masyarakat pada petani Subak Kepaon.

Sementara untuk pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari indikatornya seperti menurut Suhendra (2006) yaitu kemampuan berpendapat, bertanggung jawab dalam pranata & sumber-sumber masyarakat, dan mengambil keputusan sendiri. Untuk memberdayakan petani Subak Kepaon tentunya diperlukan memiliki sejumlah karakteristik yang efektif pada ketua Subak Kepaon. Adapun karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif menurut kumpulan beberapa literatur seperti Suwiknyo (2012), Oktaviani (2007), Suwirta dan Hermawan (2012), Purbaningrum (2011), dan Suharnomo (2004) yaitu intelegensi, kemampuan berkomunikasi, dan keteladanan. Karakteristik inilah yang digunakan dalam menilai keberhasilan ketua Subak Kepaon dalam memberdayakan petani Subak Kepaon. Adapun bagan kerangka analisis dapat dilihat seperti pada Gambar 1.


(33)

Keterangan :

Berhubungan

Diteliti secara kualitatif

Gambar 1 Analisis karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif dalam pemberdayaan masyarakat

Hipotesis

Hipotesis yang dapat ditarik dari penelitian diantaranya :

1. Terdapat hubungan antara aspek budaya dengan karakteristik kepemimpinan ketua Subak Kepaon

2. Terdapat hubungan antara aspek kepemimpinan dengan karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif

3. Terdapat hubungan antara aspek kepemimpinan dengan indikator pemberdayaan petani Subak di Bali

4. Terdapat hubungan antara karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif dengan pemberdayaan petani Subak di Bali

   

Indikator Pemberdayaan masyarakat pada petani Subak:

- Kemampuan berpendapat

- Bertanggung jawab dalam Pranata & Sumber-sumber Masyarakat

- Mengambil keputusan sendiri

Aspek

Kepemimpinan: - Motif

- Pengetahuan - Keterampilan

Karakteristik

Kepemimpinan lokal yang Efektif:

- Intelegensi - Kemampuan

Berkomunikasi - Keteladanan

  Aspek


(34)

Definisi Operasional

1. Aspek kepemimpinan adalah syarat yang memuat unsur penentuan seorang pemimpin yang efektif. Diukur dengan tiga variabel dengan menggunakan skala ordinal. Skor untuk masing-masing variabel jika dikategorikan tinggi adalah “3”, jika dikategorikan sedang adalah “2” dan jika dikategorikan rendah adalah “1”. Untuk masing-masing variabel, pengkategorian untuk masing-masing adalah sebagai berikut:

a. Motif disini adalah hal yang mendorong ketua Subak untuk bekerja dengan sadar sebagai pemimpin lokal. Hal ini dapat dilihat dari faktor internal yang mempengaruhi motif ketua Subak dalam bekerja. Motif diukur berdasarkan skor total yang didapat dari pertanyaan, skor 1 untuk jawaban “Tidak” dan skor 2 untuk jawaban “Ya”. Oleh karena itu, motif dibedakan ke dalam skala ordinal yaitu :

Tinggi : jika menjawab ya sebanyak ≥ 4 pertanyaan Sedang : jika menjawab ya sebanyak ≥ 2-3 pertanyaan Rendah : jika menjawab ya sebanyak < 2 pertanyaan

b. Pengetahuan disini adalah pengetahuan tentang organisasi dan teknologi. Pemahaman organisasi dapat dilihat dari pengetahuan seorang pemimpin mengenai subak, sementara untuk teknologi adalah pengetahuan mengenai hal-hal teknis dalam hal sistem subak. Responden akan ditanyakan mengenai tingkat pengetahuan yang dimiliki pemimpin Subak. Pengetahuan diukur berdasarkan skor total yang didapat dari pertanyaan, skor 1 untuk jawaban “Tidak” dan skor 2 untuk jawaban “Ya”. Oleh karena itu, pengetahuan dibedakan ke dalam skala ordinal yaitu:

Tinggi : jika menjawab ya sebanyak ≥ 4 pertanyaan Sedang : jika menjawab ya sebanyak ≥ 2-3 pertanyaan Rendah : jika menjawab ya sebanyak < 2 pertanyaan

c. Keterampilan yaitu keahlian dalam hubungan manusia sesuai dengan pendapat (Locke 1991) dalam Dewi (2009). Hal itu dapat dilihat dari kemampuan yang dimiliki secara interpersonal seperti keterampilan mendengarkan, serta memelihara hubungan dengan bawahan, teman sejawat, dan pihak eksternal lainnya. Responden akan ditanyakan mengenai keterampilan yang dimiliki oleh pemimpin Subak. Keterampilan diukur berdasarkan skor total yang didapat dari pertanyaan, skor 1 untuk jawaban “Tidak” dan skor 2 untuk jawaban “Ya”. Oleh karena itu, keterampilan dibedakan ke dalam skala ordinal yaitu:

Tinggi : jika menjawab ya sebanyak ≥ 4 pertanyaan Sedang : jika menjawab ya sebanyak ≥ 2-3 pertanyaan Rendah : jika menjawab ya sebanyak < 2 pertanyaan

Maka, pengkategorian aspek kepemimpinan adalah sebagai berikut:

Tinggi : jika skor total ketiga variabel berjumlah 7-9 Sedang : jika skor total ketiga variabel berjumlah 4-6 Rendah : jika skor total ketiga variabel berjumlah 1-3


(35)

2. Karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif adalah karakteristik yang dimiliki oleh seorang pemimpin yang mampu mencapai tujuan sebuah organisasi yang dipimpinnya. Skor untuk masing-masing variabel jika dikategorikan tinggi adalah “3”, jika sedang adalah “2”, jika rendah adalah “1”. Untuk masing-masing variabel, pengkategorian untuk masing-masing adalah sebagai berikut:

a. Memiliki intelegensi adalah kemampuan berupa kepandaian yang dimiliki seorang pemimpin untuk melihat dan memahami dengan baik dan mengerti sebab akibat suatu kejadian (Kartono 2011). Intelegensi itu dapat dilihat dari pengalaman yang dimiliki oleh seorang pemimpin dalam hal pengetahuan. Intelegensi diukur berdasarkan skor total dari pernyataan, skor “5” untuk jawaban sangat setuju, skor 4 untuk jawaban setuju, skor 3 untuk jawaban ragu-ragu, skor 2 untuk jawaban tidak setuju, skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju dari setiap pernyataan. Oleh karena itu, intelegensi dibedakan ke dalam skala ordinal yaitu:

Tinggi : jika skor total pernyataan berjumlah ≥ 25 Sedang : jika skor total pernyataan berjumlah ≥ 13-24 Rendah : jika skor total pernyataan berjumlah 1-12

b. Kemampuan berkomunikasi yaitu mampu menjalin hubungan antar manusia dengan baik. Hal itu dapat dilihat dari kemampuan berpikir, menulis, membaca, dan berbicara (Thamrin 2010). Kemampuan berkomunikasi diukur berdasarkan skor total dari pernyataan, skor “5” untuk jawaban sangat setuju, skor 4 untuk jawaban setuju, skor 3 untuk jawaban ragu-ragu, skor 2 untuk jawaban tidak setuju, skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju dari setiap pernyataan. Oleh karena itu, kemampuan berkomunikasi dibedakan ke dalam skala ordinal yaitu:

Tinggi : jika skor total pernyataan berjumlah ≥ 25 Sedang : jika skor total pernyataan berjumlah ≥ 13-24 Rendah : jika skor total pernyataan berjumlah 1-12

c. Keteladanan yaitu mampu menunjukkan kejujuran, dedikasi kepada tugas, disiplin kerja dan berbagi nilai-nilai hidup lainnya yang bersifat positif (Siagian 2010). Keteladanan diukur berdasarkan skor total dari pernyataan, skor “5” untuk jawaban sangat setuju, skor 4 untuk jawaban setuju, skor 3 untuk jawaban ragu-ragu, skor 2 untuk jawaban tidak setuju, skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju dari setiap pernyataan. Oleh karena itu, keteladanan dibedakan ke dalam skala ordinal yaitu:

Tinggi : jika skor total dari pernyataan berjumlah ≥ 25 Sedang : jika skor total dari pernyataan berjumlah ≥ 13-24 Rendah : jika skor total dari pernyataan berjumlah 1-12 Maka, pengkategorian untuk karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif berdasarkan akumulasi skor sebagai berikut :

Tinggi : jika skor total dari ketiga variabel adalah 7-9 Sedang : jika skor total dari ketiga variabel adalah 4-6 Rendah : jika skor total dari ketiga variabel adalah 1-3


(36)

3. Indikator pemberdayaan masyarakat adalah suatu hal yang menunjukkan suatu pemberdayaan masyarakat dapat tercapai. Skor untuk masing-masing variabel jika dikategorikan tinggi adalah “3”, jika dikategorikan sedang adalah “2” dan jika dikategorikan rendah adalah “1”. Untuk masing-masing variabel, pengkategorian untuk masing-masing adalah sebagai berikut:

a. Kemampuan berpendapat yaitu kemampuan yang dimiliki untuk berani memberitahukan aspirasi, ide, atau gagasan mengenai sesuatu hal. Kemampuan berpendapat dapat dilihat dari tindakannya untuk memberikan pendapat saat diadakan rapat. Kemampuan menyiapkan pendapat diukur berdasarkan skor total dari setiap pernyataan, skor 1 untuk “Tidak” dan skor 2 untuk “Ya”. Oleh karena itu kemampuan berpendapat dikategorikan ke dalam skala ordinal sebagai berikut:

Tinggi : jika menjawab ya sebanyak ≥ 4 pertanyaan Sedang : jika menjawab ya sebanyak ≥ 2-3 pertanyaan Rendah : jika menjawab ya sebanyak < 2 pertanyaan

b. Bertanggung jawab dalam pranata dan sumber-sumber masyarakat yaitu sejumlah tata aturan yang ada pada awig-awig dan segala jenis sumber-sumber masyarakat yang harus dilaksanakan. Bertanggung jawab dalam pranata dan sumber-sumber masyarakat diukur berdasarkan skor total dari setiap pernyataan, skor 1 untuk “Tidak” dan skor 2 untuk “Ya”. Oleh karena itu bertanggung jawab dalam pranata dan sumber-sumber masyarakat dikategorikan ke dalam skala ordinal sebagai berikut:

Tinggi : jika menjawab ya sebanyak ≥ 4 pertanyaan Sedang : jika menjawab ya sebanyak ≥ 2-3 pertanyaan Rendah : jika menjawab ya sebanyak < 2 pertanyaan

c. Mengambil keputusan sendiri yaitu mengambil keputusan sesuai dengan kemauannya sendiri selaku petani Subak di Bali. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan dan kepercayaan diri yang dimiliki selaku petani Subak di Bali. Mengambil Keputusan sendiri diukur berdasarkan skor total dari setiap pertanyaan, skor 1 untuk “Tidak” dan skor 2 untuk “Ya”. Oleh karena itu mengambil keputusan sendiri dikategorikan ke dalam skala ordinal sebagai berikut:

Tinggi : jika menjawab ya sebanyak ≥ 4 pertanyaan Sedang : jika menjawab ya sebanyak ≥ 2-3 pertanyaan Rendah : jika menjawab ya sebanyak < 2 pertanyaan

Maka, pengkategorian untuk indikator pemberdayaan masyarakat dengan akumulasi skor sebagai berikut:

Tinggi : jika skor total dari ketiga variabel berjumlah 7-9 Sedang : jika skor total dari ketiga variabel berjumlah 4-6 Rendah : jika skor total dari ketiga variabel berjumlah 1-3


(37)

PENDEKATAN LAPANG

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif yang didukung dengan metode kualitatif. Metode pendekatan kuantitatif yang digunakan adalah teknik survei dengan instrumen kuesioner dan wawancara terstruktur. Hasil survei yang didapat kemudian menjadi dasar untuk menganalisis karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif pada ketua Subak Kepaon yang kemudian ditambah lagi melalui metode pendekatan kualitatif. Metode pendekatan kualitatif digunakan untuk menemukan informasi terkait dengan aspek budaya yang mempengaruhi karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif pada ketua Subak Kepaon. Metode pendekatan kualitatif menggunakan instrumen wawancara mendalam, observasi langsung dan studi literatur.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah explanatory research dan deskriptif. Deskriptif dimaksudkan untuk membuat penjelasan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu, sedangkan explanatory research atau penjelasan dimaksudkan untuk menjelaskan hubungan korelasi antar variabel dan menguji hubungan antarvariabel yang dihipotesiskan (Singarimbun 1989).

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Pemogan, Kecamatan Denpasar Selatan, Kabupaten Denpasar, Provinsi Bali (Lampiran 1). Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara sengaja (purposive) sesuai dengan kebutuhan penelitian. Lokasi penelitian ini dipilih dengan pertimbangan bahwa Desa Pemogan merupakan salah satu desa yang telah melakukan pemberdayaan terhadap pertanian khususnya pemberdayaan petani sawah di Bali. Pemberdayaan terhadap petani dalam penelitian sebelumnya di Desa Pemogan dilakukan dengan memanfaatkan operasional dan jaringan fisik Subak. Melalui hal inilah pada akhirnya mampu memberdayakan petani Subak khususnya petani Subak Kepaon di Bali dalam hal pengairan. Pemberdayaan petani Subak Kepaon pada Desa Pemogan melibatkan peran seorang pemimpin. Peran pemimpin yang ada dalam pemberdayaan petani Subak Kepaon di Desa Pemogan menjadi dasar dalam penentuan lokasi penelitian. Waktu penelitian dilakukan pada awal Bulan April sampai pada awal Bulan Mei. Lamanya waktu penelitian yaitu kurang lebih satu bulan.

Penentuan Responden Penelitian

Unit analisis penelitian ini adalah individu. Responden adalah petani Subak Kepaon yang tergabung pada Subak Kepaon. Populasi adalah Petani Subak Kepaon yang ada di Desa Pemogan dan Desa Pedungan Kecamatan Denpasar Selatan, Kabupaten Denpasar yang berjumlah 163 orang. Data populasi diperoleh dari daftar keanggotaan penerima pupuk pada Subak Kepaon yang dimiliki oleh ketua Subak di Desa Pemogan. Kerangka sampling adalah sama dengan populasi


(38)

(Lampiran 2). Penentuan responden dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik stratified random sampling dengan jumlah responden sebanyak 62 orang (Lampiran 4). Sampel yang diambil terdiri dari petani pemilik penggarap dan petani penggarap. Sampel yang dijadikan responden sebanyak 62 orang dengan menggunakan rumus Slovin menurut Husein (2005) dalam Purbawijaya (2012) seperti rumus dibawah ini.

n = 163 = 62. 1+163(0.10x0.10)

Alasan dari penggunaan rumus Slovin untuk menentukan sampel yaitu dengan asumsi kesalahan sebesar 10 persen. Dari 62 Petani Subak Kepaon yang jadi sampel terdiri dari 12 petani pemilik penggarap dan 50 petani penggarap.

Responden diambil secara acak dengan menggunakan bantuan Program MS. Excel 2007.

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data kuantitatif dilakukan melalui wawancara mendalam dengan kuesioner (Lampiran 5) kepada seluruh responden yaitu petani Subak Kepaon. Sementara pengumpulan data kualitatif dilakukan melalui observasi langsung di lapangan, wawancara mendalam, dan dokumen tertulis. Data-data yang terkumpul kemudian disusun secara sistematis dalam bentuk catatan harian tanpa adanya unsur analisis di dalamnya. Catatan harian merupakan data mentah yang nantinya dianalisis untuk penarikan kesimpulan.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui kuesioner yang diisi oleh peneliti atas dasar jawaban responden. Adapun data sekunder diperoleh dari kantor Desa Pemogan, kantor BPS, Dinas Pendapatan, buku, internet, jurnal-jurnal penelitian, skripsi, tesis, dan laporan penelitian yang ada kaitannya dengan penelitian ini. Data primer dan data sekunder saling mendukung satu sama lain dalam menyempurnakan hasil penelitian.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data kuantitatif digunakan menggunakan program komputer SPSS 16 for Windows untuk menguji hubungan antar variabel yang kemudian dianalisis dan diinterpretasikan untuk melihat fakta yang terjadi dengan menggunakan analisis Rank Spearman, serta dianalisis secara deskriptif untuk menggambarkan karakteristik kepemimpinan yang efektif pada petani Subak Kepaon di Bali.

Kemudian untuk menguji hubungan karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif pada ketua Subak Kepaon dengan indikator pemberdayaan masyarakat pada petani Subak Kepaon, dianalisis melalui analisis Rank Spearman. Analisis

Rank Spearman dengan nilai α (alpha) 5% untuk data-data ordinal, yaitu (a) aspek kunci kepemimpinan efektif (b) karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif (c) indikator pemberdayaan masyarakat. Hal tersebut berarti bila nilai probabilitas lebih kecil dari nilai α (0.05) hipotesis diterima, yang berarti terdapat hubungan


(39)

nyata antara variabel. Sebaliknya, apabila nilai probabilitas lebih besar dari nilai α (0.05) hipotesis ditolak, yang berarti tidak terdapat hubungan antara variabel.

Selain menggunakan Rank Spearman dalam analisis data maka digunakan juga tabel frekuensi dan tabulasi silang. Setelah dilakukan analisis data maka selanjutnya dilakukan interpretasi hasil pengolahan data yang mengacu pada hipotesis penelitian. Kemudian ditarik kesimpulan dari semua data yang telah diolah untuk menjawab perumusan masalah.

                                             


(40)

                                               


(41)

GAMBARAN UMUM DESA PEMOGAN

Bab ini menguraikan tentang profil lokasi penelitian yang terbagi kedalam beberapa sub bab. Sub bab yang pertama adalah mengenai kondisi geografis Desa Pemogan. Sub bab kedua mengenai struktur sosial di Desa Pemogan, yang terbagi dalam uraian mengenai pendidikan dan ekonomi. Pada sub bab ketiga diuraikan mengenai pola kebudayaan dan karakteristik responden.

Kondisi Geografis

Desa Pemogan merupakan salah satu desa yang ada pada Kecamatan Denpasar Selatan, Kabupaten Denpasar, Provinsi Bali. Desa Pemogan berbatasan langsung dengan satu kecamatan maupun dengan desa dari kecamatan yang berbeda. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Pedungan Kecamatan Denpasar Selatan, sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Selat Badung Kecamatan Kuta Utara, sebelah timur berbatasan dengan Desa Pedungan Kecamatan Denpasar Selatan, sebelah barat berbatasan dengan Desa Pemecutan Kecamatan Denpasar Barat. Desa ini terletak 5 km dari kantor Kecamatan Denpasar Selatan, 7 km dari ibu kota Kabupaten Denpasar, 7 km dari ibu kota Provinsi Bali. Desa Pemogan terletak pada ketinggian 0.5 m dari permukaan laut. Suhu udara rata-rata desa ini mencapai 24-30ºC dengan curah hujan 10 mm per tahun. Desa pemogan terdiri dari 16 Dusun yaitu adalah Dusun/Banjar Pemogan Kaja, Dusun/Banjar Pantisari, Dusun/Banjar Panti Gede, Dusun/Banjar Dalem, Dusun/Banjar Dalem Kesumasari, Dusun/Banjar Kampung Islam Kepaon, Dusun/Banjar Jaba Tengah, Dusun/Banjar Jaba Jati, Dusun/Banjar Dukuh Tangkas, Dusun/Banjar Taruna Bhineka, Dusun/Banjar Praja Raksasa, Dusun/Banjar Sakah, Dusun/Banjar Rangkansari, Dusun/Banjar Kajeng, Dusun/Banjar Gelogor Carik, Dusun/Banjar Gunung. Luas wilayah Desa Pemogan ini adalah sebesar 971 ha dimana wilayahnya berada pada dataran rendah/pantai. Umumnya lahan digunakan sebagai pemukiman dan untuk pertokoan, tetapi banyak juga yang digunakan sebagai lahan persawahan. Berikut pada Tabel 4 dijelaskan mengenai luas wilayah menurut jenis penggunaan tanah .

Tabel 4 Luas Wilayah Desa Pemogan menurut jenis penggunaan tanah tahun 2011

No Penggunaan Tanah Luas (ha)

1 Sawah 220.00

2 Tegal/huma 20.00

3 Pekarangan 454.00

4 Perkebunan 10.00

5 Kuburan 1.00

6 Lainnya 266.00

Total Luas 971.00


(1)

 

Lampiran 28 Hubungan Intelegensi ketua Subak Kepaon dan Kemampuan Berpendapat

Correlations

Intelegensi

Kemampuan Berpendapat Spearman's rho Intelegensi Correlation

Coefficient 1.000 .276

*

Sig. (2-tailed) . .030

N 62 62

Kemampuan Berpendapat

Correlation

Coefficient .276 *

1.000

Sig. (2-tailed) .030 .

N 62 62

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Lampiran 29 Hubungan Intelegensi ketua Subak Kepaon dan Bertanggung jawab dalam Pranata & Sumber-sumber Masyarakat

Correlations

Intelegensi

Bertanggung jawab dalam Pranata & Sumber-sumber

Masyarakat Spearman's rho Intelegensi Correlation

Coefficient 1.000 .156

Sig. (2-tailed) . .226

N 62 62

Bertanggung jawab dalam Pranata & Sumber-sumber Masyarakat

Correlation

Coefficient .156 1.000

Sig. (2-tailed) .226 .


(2)

Lampiran 30 Hubungan Intelegensi ketua Subak Kepaon dan Mengambil Keputusan Sendiri

Correlations

Intelegensi

Mengambil Keputusan

Sendiri Spearman's rho Intelegensi Correlation

Coefficient 1.000 -.012

Sig. (2-tailed) . .924

N 62 62

Mengambil Keputusan Sendiri

Correlation

Coefficient -.012 1.000

Sig. (2-tailed) .924 .

N 62 62

Lampiran 31 Hubungan Kemampuan Berkomunikasi ketua Subak Kepaon dan Kemampuan Berpendapat

Correlations

Kemampuan Berkomunikasi

Kemampuan Berpendapat Spearman's rho Kemampuan

Berkomunikasi

Correlation

Coefficient 1.000 -.146

Sig. (2-tailed) . .259

N 62 62

Kemampuan Berpendapat

Correlation

Coefficient -.146 1.000

Sig. (2-tailed) .259 .


(3)

 

Lampiran 32 Hubungan Kemampuan Berkomunikasi ketua Subak Kepaon dan Bertanggung jawab dalam Pranata & Sumber-sumber Masyarakat

Correlations

Kemampuan Berkomunikasi

Bertanggung jawab dalam Pranata & Sumber-sumber

Masyarakat Spearman's rho Kemampuan

Berkomunikasi

Correlation

Coefficient 1.000 .127

Sig. (2-tailed) . .326

N 62 62

Bertanggung jawab dalam Pranata & Sumber-sumber Masyarakat

Correlation

Coefficient .127 1.000

Sig. (2-tailed) .326 .

N 62 62

Lampiran 33 Hubungan Kemampuan Berkomunikasi ketua Subak Kepaon dan Mengambil Keputusan Sendiri

Correlations

Kemampuan Berkomunikasi

Mengambil Keputusan

Sendiri Spearman's rho Kemampuan

Berkomunikasi

Correlation

Coefficient 1.000 -.090

Sig. (2-tailed) . .486

N 62 62

Mengambil Keputusan Sendiri

Correlation

Coefficient -.090 1.000

Sig. (2-tailed) .486 .


(4)

Lampiran 34 Hubungan Keteladanan ketua Subak Kepaon dan Kemampuan Berpendapat

Correlations

Keteladanan

Kemampuan Berpendapat Spearman's rho Keteladanan Correlation

Coefficient 1.000 .096

Sig. (2-tailed) . .460

N 62 62

Kemampuan Berpendapat

Correlation

Coefficient .096 1.000

Sig. (2-tailed) .460 .

N 62 62

Lampiran 35 Hubungan Keteladanan ketua Subak Kepaon dan Bertanggung jawab dalam Pranata & Sumber-sumber Masyarakat

Correlations

Keteladanan

Bertanggung jawab dalam Pranata & Sumber-sumber

Masyarakat Spearman's

rho

Keteladanan Correlation

Coefficient 1.000 -.026

Sig. (2-tailed) . .839

N 62 62

Bertanggung jawab dalam Pranata & Sumber-sumber Masyarakat

Correlation

Coefficient -.026 1.000

Sig. (2-tailed) .839 .


(5)

 

Lampiran 36 Hubungan Keteladanan ketua Subak Kepaon dan Mengambil Keputusan Sendiri

Correlations

Keteladanan

Mengambil Keputusan

Sendiri Spearman's rho Keteladanan Correlation

Coefficient 1.000 -.082

Sig. (2-tailed) . .526

N 62 62

Mengambil Keputusan Sendiri

Correlation

Coefficient -.082 1.000

Sig. (2-tailed) .526 .

N 62 62

                         


(6)

RIWAYAT HIDUP

 

Penulis bernama Sondang Fitriani Pakpahan yang dilahirkan di Silau Bosar pada tanggal 16 Oktober 1990, dari pasangan Robin Pakpahan dan Sarmeni Girsang. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Pendidikan formal yang pernah dijalani penulis adalah Tk Harapan Saribudolok 1996-1997, SD Rk Swasta Donbosco 1997-2003 , SMP Negeri 1 Silimakuta 2003-2006, SMA Negeri 1 Silimakuta 2006-2009. Pada tahun 2009, penulis diterima sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) sebagai mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti pendidikan formal, penulis juga aktif dalam mengikuti berbagai macam kegiatan organisasi. Adapun macam kegiatan yang diikuti penulis yaitu Organisasi HIMASIERA (Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat) sebagai anggota divisi Research And Development (R&D) pada tahun 2010-2011, selain itu juga sebagai anggota divisi medis dalam kepanitiaan Masa Perkenalan Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Mengikuti organisasi UKM Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) IPB di Komisi Pembinaan Pemuridan. Selain itu, penulis juga mendapat kesempatan sebagai asisten praktikum Mata Kuliah Komunikasi Kelompok pada tahun ajaran 2011-2012.