Respon Fisiologis dan Kinerja Ayam Sentul Umur 9-12 Minggu pada Kandang Bersuhu Netral dan Tinggi

RESPON FISIOLOGIS DAN KINERJA AYAM SENTUL
UMUR 9-12 MINGGU PADA KANDANG
BERSUHU NETRAL DAN TINGGI

ANGGI PUTRA

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Respon Fisiologis dan
Kinerja Ayam Sentul Umur 9-12 Minggu pada Kandang Bersuhu Netral dan
Tinggi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta

dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, November 2013
Anggi Putra
NIM D14090115

ABSTRAK
ANGGI PUTRA. Respon Fisiologis dan Kinerja Ayam Sentul Umur 9-12 Minggu
pada Kandang Bersuhu Netral dan Tinggi dibimbing oleh RUDI AFNAN dan
AHMAD YANI.
Ayam sentul adalah salah satu jenis ayam lokal yang berasal dari Kabupaten
Ciamis yang dapat menghasilkan telur dan daging. Suhu adalah salah satu faktor
yang dapat memberikan pengaruh terhadap respon fisiologis, tingkah laku, dan
kinerja ayam sentul. Sebanyak masing-masing 48 ekor ayam sentul jantan dan
betina ditempatkan pada dua kandang bersuhu netral dan panas, yang terdiri atas
empat sekat untuk jantan dan empat sekat untuk betina, setiap sekat terdiri atas
enam ekor ayam. Penelitian dilakukan dengan dua perlakuan suhu yaitu 23 oC dan
30 oC untuk jantan dan betina. Data yang diperoleh dari kinerja adalah konsumsi
pakan, pertambahan bobot badan, konversi pakan, dan mortalitas. Data dari
respon fisiologis adalah suhu rektal, dan data dari tingkah laku adalah panting.

Rancangan percobaan menggunakan RAL pola faktorial. Data dianalisis ragam
dan dilanjutkan dengan Uji Tukey. Hasil penelitian menunjukkan bahwa performa
ayam pada suhu 30 oC tidak berbeda nyata terhadap ayam pada suhu 23 oC.
Terdapat perbedaan yang nyata pada suhu rektal ayam pada kandang bersuhu 23
o
C dan 30 oC. Terdapat perilaku panting pada kandang 30 oC, dan tidak ada angka
mortalitas pada ayam yang dipelihara pada kedua suhu ini.
Kata kunci: ayam sentul, perilaku panting, respon fisiologis

ABSTRACT
ANGGI PUTRA. Physiological Response and Performance of Sentul Chicken at
9-12 Weeks Age with Normal and High Temperature Pens. Supervised by RUDI
AFNAN and AHMAD YANI.
Sentul chicken is one of Indonesian native chicken from district of Ciamis
which produced eggs and meat. Temperature may influence the physiological
response, performance, and behavior of sentul chicken. Sentul chickens consisted
of 48 males and females each were placed into two different room temperatures,
i.e., neutral and hot. Each house was devided into four pens for male and female.
Each pen consisted of six chickenswhich were raised at 23 oC and 30 oC.
Variables measured were feed consumption, body weight gain, feed conversion,

and mortality. Rectal temperature and panting were measured. Data were
subjected to analysis of variance and any differences were continued to Tukey test.
The result showed that rectal temperature was significantly affected by house
temperature. Performance of chickens at temperature 30 oC was the same with
chickens at temperature 23 oC. Panting behavior was observed only in house with
heat treatment. There was no mortality in both housing temperature.
Keywords: panting behavior, physiological response, sentul chicken

RESPON FISIOLOGIS DAN KINERJA AYAM SENTUL
UMUR 9-12 MINGGU PADA KANDANG
BERSUHU NETRAL DAN TINGGI

ANGGI PUTRA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan


DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Respon Fisiologis dan Kinerja Ayam Sentul Umur 9-12 Minggu
pada Kandang Bersuhu Netral dan Tinggi
Nama
: Anggi Putra
NIM
: D14090115

Disetujui oleh

Dr Rudi Afnan, SPt MScAgr
Pembimbing I

Ahmad Yani, STP MSi
Pembimbing II


Diketahui oleh

Prof Dr Ir Muladno, MSA
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret-April 2013 ini
adalah respon fisiologis dan kinerja, dengan judul Respon Fisiologis dan Kinerja
Ayam Sentul Umur 9-12 Minggu pada Kandang Bersuhu Netral dan Tinggi.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Rudi Afnan, SPt MScAgr
dan Bapak Ahmad Yani, STP MSi selaku pembimbing. Terima kasih kepada
Bapak Dr Ir Asep Sudarman, MRurSc dan Ibu Dr Ir Rukmiasih, MS sebagai
dosen penguji pada ujian sidang saya, dan terima kasih kepada ibu Dr Ir Sri
Darwati, MSi sebagai dosen panitia pada ujian sidang saya. Ungkapan terima
kasih juga disampaikan kepada ayah (Husin Kadri), ibu (Ernawati), adik (Akbar

dan Dea), serta seluruh keluarga besar atas do’a dan kasih sayangnya. Terima
kasih kepada Lusia dan Devin atas kerjasamanya selama penelitian. Terima
kasih kepada keluarga besar IPTP 46 dan khususnya anak-anak kandang ABC
(Syekh, Fajar, Ubay, Waluyo, Arifin, Al, Listy, dan Monica) yang telah
memberikan dukungan dan bantuan selama penulisan karya ilmiah ini. Terima
kasih kepada Ike, Rini, Ajeng, Winda, Adam, Cakra, dan seluruh anggota
D’Ransum Percussion. Terima kasih kepada Arsy Annasla Disa yang telah
menemani dan memberikan dukungan selama ini. Terima kasih kepada seluruh
teman kosan (Dimas, Erwin, Yayan, dan Rian), dan terima kasih atas bantuan
dari semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga Allah SWT
selalu membalas amal baiknya dan semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, November 2013
Anggi Putra

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Alat
Bahan
Prosedur
Analisis Data
Peubah yang Diamati
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Suhu Rektal
Tingkah Laku Panting
Konsumsi Pakan
Pertambahan Bobot Badan
Konversi Pakan
Mortalitas
SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP

vi

1
1
1
2
2
2
2
2
3
3
4
5
5
5
7
8
9
10
11
12

12
14

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7

Komposisi pakan starter komersial untuk ayam pedaging
Kondisi iklim mikro rata-rata harian kandang
Suhu rektal ayam sentul umur 9-12 minggu selama penelitian
Persentase jumlah ayam sentul yang mengalami panting
Rataan konsumsi pakan ayam sentul selama penelitian
Pertambahan bobot badan ayam sentul selama penelitian
Konversi pakan ayam sentul selama penelitian


2
5
6
7
9
10
11

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ayam sentul merupakan salah satu ayam dari 32 rumpun ayam asli Indonesia
yang berasal dari Kabupaten Ciamis Jawa Barat. Ayam sentul dipelihara oleh
masyarakat Ciamis secara semi intensif dan dijadikan sebagai komoditas
penghasil telur dan daging untuk meningkatkan penghasilan dari masyarakat
(Iskandar et al. 2004). Ayam sentul merupakan tipe ayam lokal yang bersifat
dwiguna yaitu dapat menghasilkan telur dan daging. Ayam sentul mampu
menghasilkan 100 butir telur per tahun, lebih tinggi daripada ayam kampung yang
mampu menghasilkan 70 butir per tahun. Pertumbuhan bobot badan ayam sentul
juga lebih baik daripada ayam kampung, pada umur 10 minggu dapat mencapai
bobot badan satu kilogram, sedangkan ayam kampung hanya berkisar pada bobot

800-900 gram.
Lingkungan adalah salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi
produktivitas unggas, karena unggas adalah hewan bersifat homeotermis yang
mempertahankan suhu tubuh walaupun suhu lingkungan berubah-ubah.
Pemeliharaan ayam pada suhu lingkungan tinggi dapat menjadi salah satu
penyebab tingginya angka kematian dan penurunan produktivitas ayam (St-Pierre
et al. 2003). Suhu lingkungan tinggi akan menyebabkan terjadinya stres panas
pada ayam sehingga dapat menyebabkan gangguan pada pertumbuhan ayam
(Mashaly et al. 2004). Tingkat stres yang berlebih, akan mempengaruhi banyak
aspek dalam tubuh ternak, diantaranya adalah terjadinya penurunan konsumsi
pakan, peningkatan konsumsi air minum, dan tingginya nilai konversi pakan.
Austic (2000) menambahkan pemeliharaan ayam pada suhu diatas 30 oC akan
menyebabkan penurunan bobot badan hingga 25%.
Jenis kelamin adalah salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat stres pada
ayam (Al-Fataftah dan Abu-Dieyeh 2007), hal ini disebabkan karena jenis
kelamin jantan biasanya memiliki volume tubuh yang lebih besar sehingga lebih
rendah daya tahan terhadap panas dibandingkan dengan betina yang volume
tubuhnya lebih kecil (Soeharsono 2008). Selain itu, luas permukaan tubuh juga
dapat berpengaruh terhadap panas tubuh karena semakin kecil ternak maka luas
permukaan tubuhnya relatif lebih besar, sehingga panas yang diradiasikan dari
dalam tubuh akan lebih banyak, begitu juga pada ternak muda yang lebih tahan
panas dibandingkan dengan ternak tua (Soeharsono 2008). Data tentang respon
fisiologis dan kinerja dari ayam sentul terhadap suhu tinggi belum banyak
didapatkan sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mempelajari pengaruhnya
terhadap produktivitas ayam sentul.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh kandang dengan suhu netral
dan tinggi terhadap respon fisiologis (suhu rektal dan tingkah laku panting) dan
kinerja (konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, konversi pakan, dan
mortalitas) pada ayam sentul umur 9-12 minggu.

2
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan ayam sentul jantan dan betina, serta kandang
dengan suhu berbeda. Pengamatan meliputi respon fisiologis (suhu rektal dan
tingkah laku panting), serta produktivitas (konsumsi pakan, pertambahan bobot
badan, konversi pakan, dan mortalitas).

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 4 minggu sejak tanggal 11 Maret - 7
April 2013. Penelitian ini dilaksanakan di Kandang B Laboratorium Lapang,
Fakultas Peternakan IPB.
Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu kandang tertutup dengan
ukuran 3 x 3 meter beserta tempat pakan dan minum, termometer ruangan,
pemanas ruangan, Air Conditioner (AC), paranet, dan lampu. Peralatan yang
digunakan untuk mengukur respon fisiologis ayam adalah termometer rektal,
kamera digital untuk mengambil video tingkah laku panting, dan peralatan untuk
mengukur kinerja ayam adalah timbangan.
Bahan
Ternak
Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam sentul umur 9-12
minggu sebanyak 96 ekor. Ayam tersebut terdiri atas 48 ekor ayam jantan dan 48
ekor ayam betina.
Pakan
Pakan yang digunakan adalah pakan starter komersial untuk ayam pedaging.
Kandungan komposisi bahan pakan yang digunakan ditampilkan dalam Tabel 1.
Tabel 1 Komposisi pakan starter komersial untuk ayam pedaging*
Zat Makanan
Jumlah
Kadar air (maksimal)
13 %
Protein kasar
21.0 – 23.0 %
Lemak (minimal)
5.0 %
Serat kasar (maksimal)
5.0 %
Abu (maksimal)
7.0 %
Kalsium (minimal)
0.9 %
Fosfor (minimal)
0.6 %
Energi Metabolis (kkal/kg)
2 900 – 3 000
Sumber: *Label ransum starter BR-511 untuk ayam pedaging

3
Prosedur
Persiapan kandang
Kandang dan peralatan disiapkan seminggu sebelum penelitian. Kandang
yang digunakan terdiri atas 2 unit kandang tertutup. Kandang tersebut masingmasing bersuhu netral P1 (23 oC) dan bersuhu tinggi P2 (30 oC) mulai pukul
08.00-16.00 dengan menggunakan AC pada kandang P1 dan kandang P2
menggunakan 2 buah pemanas yang dihidupkan secara bergantian setiap 4 jam.
Setiap kandang terdiri dari 8 petak anak kandang, dengan 4 petak untuk jantan dan
4 petak untuk betina.
Pemeliharaan
Sebanyak 6 ekor ayam sentul ditempatkan pada tiap sekat. Bobot badan
awal ayam ditimbang sebelum diberikan perlakuan. Rataan bobot badan awal
ayam sentul jantan sebesar 593.65±60.93 g dengan koefisien keragaman 10%,
sedangkan rataan bobot badan ayam pada betina sebesar 565.83±75.31 g dengan
koefisien keragaman 13%. Pakan diberikan sesuai kebutuhan konsumsi harian
ayam.
Pada umur ke-9 minggu diberikan 47 g/ekor/hari, umur ke-10 minggu
diberikan 57 g/ekor/hari, umur ke-11 minggu diberikan 62 g/ekor/hari, umur ke12 minggu diberikan 67 g/ekor/hari. Air minum diberikan ad libitum. Pakan
diberikan 3 kali dalam sehari dengan proporsi yang sama yaitu pagi (07.00-08.00),
siang (12.00-13.00), dan sore (16.00-17.00). Pemanas dan AC mulai dihidupkan
pukul 06.30, sehingga diharapkan pada pukul 08.00 suhu kandang sudah
mencapai suhu yang diinginkan.
Analisis Data
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak
Lengkap pola Faktorial. Model matematis dari rancangan ini menurut Mattjik dan
Sumertajaya (2002) adalah sebagai berikut:
Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + €ijk
Keterangan:
Yijk = nilai pengamatan pada faktor suhu ke-i dan jenis kelamin ke-j, serta pada ulangan ke-k.
µ
= nilai rataan umum
αi
= pengaruh faktor suhu ke-i ( i = 23 oCdan 30 oC )
βj
= pengaruh jenis kelamin ke-j ( j = jantan dan betina )
(αβ)ij = pengaruh interaksi terhadap faktor suhu ke-i pada jenis kelamin ke-j
€ijk = pengaruh galat percobaan faktor suhu ke-i dengan jenis kelamin ke-j dan pada ulangan ke-k

Persamaan antara hubungan suhu efektif dengan parameter iklim mikro yang
digunakan dalam penelitian ini menurut Yamamoto (1983):
ET = 0.35DBT + 0.65WBT
Keterangan:
ET = suhu efektif
DBT = suhu bola kering ( oC)
WBT = suhu bola basah ( oC)

Data suhu rektal, konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, dan konversi
pakan yang diperoleh dari penelitian dianalisis ragam (ANOVA). Apabila hasil

4
analisis ragam berbeda nyata, maka dilanjutkan dengan Uji Tukey. Data tingkah
laku panting dan mortalitas dianalisis deskriptif.
Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati adalah:
(1) Bobot badan awal (g/ekor)
Ayam sentul pada kandang P1 dan P2 ditimbang bobot badan awalnya
ketika berumur 9 minggu sebelum diberikan perlakuan. Penimbangan
dilakukan dengan menggunakan timbangan dan dicatat bobot badannya.
(2) Suhu rektal ( oC)
Suhu rektal diukur dengan menggunakan termometer rektal ke dalam
rektal ayam sentul selama ± 30 detik hingga angka pada termometer stabil
agar data yang didapat akurat. Pengukuran ini dilakukan pada pagi hari pukul
09.00. Pengukuran ini hanya dilakukan pada salah satu petak jantan dan betina
pada setiap kandang dan dilakukan seminggu sekali.
(3) Tingkah laku panting (%)
Ayam sentul pada kandang bersuhu netral dan tinggi dilihat persentase
jumlah ayam yang mengalami panting. Tingkah laku tersebut diamati
menggunakan kamera digital selama sepuluh menit pada salah satu sekat
jantan dan betina disetiap kandang. Pengamatan ini menggunakan sekat yang
sama dari awal hingga akhir penelitian. Pengamatan ini dilakukan pada pagi
hari pukul 08.00-09.00 dan sore hari pukul 16.00-17.00. Pengukuran
dilakukan setiap seminggu sekali.
(4) Konsumsi pakan (g/ekor/minggu)
Besarnya pakan yang dikonsumsi setiap minggu adalah selisih dari
pakan yang diberikan selama minggu tersebut dikurangi dengan sisa pakan
pada minggu tersebut. Perhitungan konsumsi pakan dilakukan seminggu
sekali.
(5) Pertambahan bobot badan (g/ekor/minggu)
Perhitungan pertambahan bobot badan dihitung dengan cara
penimbangan bobot badan per ekor pada akhir minggu dikurangi rataan bobot
badan per ekor awal minggu. Perhitungan PBB juga dilakukan seminggu
sekali.
(6) Konversi pakan
Konversi pakan dihitung dari jumlah pakan yang dikonsumsi selama
pemeliharaan dibagi dengan pertambahan bobot badan.
(7) Mortalitas (%)
Persentase jumlah ayam yang mati dibandingkan dengan jumlah ayam
awal yang dipelihara.

5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Penelitian ini berlangsung di kandang tertutup (closed house) bagian B
Fakultas Peternakan IPB. Kandang ini memiliki suhu harian dan kelembaban
udara rata-rata pada mulai pukul 08.00-17.00 seperti yang ditampilkan pada Tabel
2.
Tabel 2 Kondisi iklim mikro rata-rata harian kandang
Kondisi harian kandang

P1

P2

Suhu rata-rata ( oC)
Kelembaban relatif (%)

23±0.49
91±0.21

30±0.68
81±3.37

Berdasarkan kondisi thermoneutral zone menurut Bell dan Weaver (2002)
menyatakan bahwa suhu nyaman untuk mencapai pertumbuhan optimum ayam
pedaging berkisar antara 18-23 oC. Suhu pada kandang P1 menunjukkan masih
termasuk dalam suhu nyaman ayam, sedangkan suhu pada kandang P2 sudah
tidak termasuk dalam suhu nyaman ayam untuk berproduksi optimal. Suhu efektif
adalah suhu yang dimanfaatkan oleh ternak untuk kehidupannya, faktor yang
dapat mempengaruhi suhu efektif adalah suhu dan kelembaban udara, radiasi
matahari, dan kecepatan angin (West 1994). Berdasarkan pendapat Yamamoto
(1983) tentang suhu efektif, kandang P1 memiliki suhu efektif sebesar 22.35 oC
dan P2 sebesar 28.27 oC sehingga suhu dari kedua kandang ini dapat dikatakan
berbeda. RH pada kandang P2 lebih rendah dibandingkan dengan kandang P1
diduga disebabkan kandang tersebut memiliki beberapa kelemahan selama
penelitian yaitu kusen pintu kandang yang mengalami kerusakan dan langit-langit
kandang yang sedikit berlubang.
Analisis ragam menunjukkan tidak ada interaksi antara perlakuan suhu dan
jenis kelamin terhadap suhu rektal, konsumsi pakan, pertambahan bobot badan,
dan konversi pakan. Namun, faktor suhu kandang lebih mempengaruhi kenaikan
suhu rektal dibandingkan dengan faktor perlakuan jenis kelamin, sedangkan
konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, dan konversi pakan tidak dipengaruhi
oleh kedua faktor perlakuan. Hasil analisis deskripsi menyatakan, suhu kandang
panas menyebabkan adanya tingkah laku panting pada ayam, namun perilaku
tersebut akibat suhu tinggi tidak sampai menyebabkan mortalitas pada ayam
Sentul.
Suhu Rektal
Respon fisiologis adalah suatu tanggapan dari tubuh akibat adanya suatu
rangsangan dari luar. Stres merupakan respon dari tubuh yang dapat
mempengaruhi kondisi emosional dan fisiologis terhadap stimulus yang dinilai
sebagai ancaman (Sherman dan Cohen 2006). Penyebab dari stimulus tersebut
dapat berasal dari internal maupun dari eksternal tubuh unggas yang lebih dikenal
sebagai stressor. Respon fisiologis dapat diketahui salah satunya melalui

6
pengukuran suhu rektal ayam. Suhu rektal yang menunjukkan lebih atau kurang
dari suhu rektal normal pada umumnya, menunjukkan ayam mengalami stres
akibat cekaman suhu tinggi maupun rendah.
Stres panas berpengaruh nyata terhadap respon fisiologis ayam, terutama
setelah ayam berumur lebih dari umur 3 minggu karena pada umur tersebut bulu
penutup tubuh sudah tumbuh lengkap. Ayam pada umur lebih dari 6 minggu
memerlukan suhu yang rendah karena ayam tidak memiliki kelenjar keringat dan
bulu sudah tumbuh di seluruh bagian tubuhnya sehingga dapat menghambat
pengeluaran panas baik dari metabolisme tubuh maupun dari lingkungan. Stres
panas disebabkan ketidakseimbangan antara jumlah panas yang dihasilkan tubuh
dengan jumlah panas yang dilepaskan tubuh ke lingkungan (Lin et al. 2006).
Rataan hasil pengukuran suhu rektal ayam sentul selama penelitian ditampilkan
pada Tabel 3.
Tabel 3 Suhu rektal ayam sentul umur 9-12 minggu selama penelitian
Suhu rektal ( oC)

Jenis kelamin
P1

P2

Jantan
Betina

39.00 ± 0.60
38.89 ± 0.29

39.65 ± 0.52
39.60 ± 0.32

Rataan

38.94 ± 0.45b

39.63 ± 0.41a

Rataan
39.32 ± 0.63
39.25 ± 0.47

Keterangan: Angka dengan huruf a,b pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata
(P