Produksi dan Morfometrik Ayam Persilangan Pelung Ras Pedaging dengan Sentul Kampung dan Resiprokalnya Umur 0-12 Minggu.

PRODUKSI DAN MORFOMETRIK AYAM PERSILANGAN
PELUNG RAS PEDAGING DENGAN SENTUL KAMPUNG
DAN RESIPROKALNYA UMUR 0-12 MINGGU

FANDES TRISMAN

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Produksi dan
Morfometrik Ayam Persilangan Pelung Ras Pedaging dengan Sentul Kampung
dan Resiprokalnya Umur 0-12 Minggu adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Fandes Trisman
NIM D14110079

ABSTRAK
FANDES TRISMAN. Produksi dan Morfometrik Ayam Persilangan Pelung Ras
Pedaging dengan Sentul Kampung dan Resiprokalnya Umur 0-12 Minggu.
Dibimbing oleh RUDI AFNAN dan CECE SUMANTRI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji performa produksi dan
morfometrik ayam persilangan pelung ras pedaging dengan sentul kampung serta
resiprokalnya pada umur 0-12 minggu. Pakan diberikan secara ad libitum. Pakan
komersial berupa crumble diberikan pada anak ayam umur 0-3 minggu. Ayam
persilangan umur 4 minggu diberi pakan campuran 80% crumble dan 20% dedak
padi, 60% crumble dan 40% dedak padi untuk ayam umur 5-12 minggu.
Rancangan yang digunakan yaitu uji T dan Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Peubah yang diamati terdiri dari bobot badan, pertambahan bobot badan,

konsumsi pakan, konversi pakan dan mortalitas. Ukuran tubuh berupa panjang
shank, lebar dada, lingkar dada, panjang punggung dan panjang paruh. Hasil yang
diperoleh menunjukkan bobot badan, pertambahan bobot badan, konsumsi pakan,
konversi pakan, lebar dada, panjang punggung, panjang paruh dan volume tubuh
ayam PBSK dan SKPB adalah sama. Panjang shank dan lingkar dada ayam PBSK
dan SKPB berbeda. Ayam PBSK dan SKPB memiliki potensi yang baik dalam
meningkatkan produksi daging ayam lokal.
Kata kunci: ayam PBSK, ayam SKPB, morfometrik, produktivitas

ABSTRACT
FANDES TRISMAN. Production and Morphometry of Reciprocal Crossing
between Pelung-Meat type and Sentul-Kampung chickens age 0-12 Weeks.
Supervised by RUDI AFNAN dan CECE SUMANTRI.
This research aimed to explore the production and morphometry of
reciprocal crossed between pelung-broiler (PB) and sentul-kampung (SK)
chickens age 0-12 weeks old. Commercial starter feed was offered at the age of 03 weeks, 80% commercial starter feed + 20% rice hull at the age of 4 weeks and
60% commercial starter feed + 40% rice hull at the age of 5-12 weeks. Feed was
ad libitum. The research used completly randomized design (RAL). Productive
traits measured were body weight, growth rate, feed intake, feed conversion and
mortality. Morphometry traits measured were length of shank, back, beak, width

of breast and girth of breast. Body weight, growth rate, feed intake, feed
conversion, width of breast, back, beak and volume of the body were not
significant. Meanwhile, length of shank and girth of breast differed. PBSK and
SKPB can be developed as meat type chickens.
Key words: PBSK chicken, SKPB chicken, morphometry, productivity

PRODUKSI DAN MORFOMETRIK AYAM PERSILANGAN
PELUNG RAS PEDAGING DENGAN SENTUL KAMPUNG
DAN RESIPROKALNYA UMUR 0-12 MINGGU

FANDES TRISMAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas karunia, rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini
dengan judul Produksi dan Morfometrik Ayam Persilangan Pelung Ras Pedaging
dengan Sentul Kampung dan Resiprokalnya Umur 0-12 Minggu. Shalawat serta
salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW yang telah menjadi
teladan bagi keluarga, syuhada serta ummatnya yang senantiasa berada di jalan Allah.
Penyusunan skripsi ini dilakukan untuk mengkaji performa produksi dan
perbandingan morfometrik keturunan kedua (F2) persilangan ayam pelung ras
pedaging dengan sentul kampung dan resiprokalnya pada umur 0-12 minggu.
Penelitian ini merupakan usaha untuk mendapatkan informasi performa produksi
dan ukuran tubuh ayam persilangan pelung ras pedaging dengan sentul kampung
serta resiprokalnya. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan kombinasi
genetik yang baik dari jenis ayam tersebut sehingga menghasilkan ayam yang
memiliki mutu genetik baik.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Rudi Afnan SPt MSc Agr,

Prof Dr Ir Cece Sumantri MAgr Sc, Dr Epi Taufik SPt MSi MVPH, Iyep Komala
SPt dan Ibu Dr Ir Sri Darwati MSi atas waktu, saran, serta bimbingan yang telah
diberikan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah (Usman), ibu
(Yuhendris) dan seluruh keluarga atas segala doanya. Selain itu, penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dadang, tim penelitian Hasyim, Candra,
Wafi, Pandi, Ariesta, Salva, Asep, Indah. Serta Atnis, Tanto, Jurik, Wildan,
Ikhsan, Dwiki, Yaher, Arum, Gres, Nawal, Maulita, Uus, Fero, anak-anak
kandang, dan teman-teman IPTP 48 atas semangat, bantuan dan dukungannya.
Semoga hasil penelitian ini bermanfaat dan memberikan informasi bagi semua
pihak yang membutuhkannya.

Bogor, Agustus 2015
Penulis

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Tujuan Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Bahan
Alat
Prosedur
Pemeliharaan
Pemberian Pakan
Analisis Data
Peubah
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum
Mortalitas
Bobot Badan
Pertambahan Bobot badan
Konsumsi Pakan
Konversi Pakan
Ukuran Tubuh
SIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP

vii
viii
viii
1
1
1
2
2
2
2
3
3
3
3
3
4
5

5
5
6
8
10
11
12
16
17
19

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Hasil analisis proksimat pakan yang digunakan

2
Rataan suhu dan kelembaban kandang pemeliharaan
5
Jumlah kematian ayam PBSK dan SKPB umur 0-12 minggu
5
Rataan dan simpangan baku bobot badan ayam umur 0-4 minggu
6
Rataan dan simpangan baku bobot badan ayam umur 5-12 minggu
7
Rataan dan simpangan baku pertambahan bobot badan ayam umur 0-4
minggu
8
7. Rataan dan simpangan baku pertambahan bobot badan ayam umur 5-12
minggu
9
8. Rataan dan simpangan baku konsumsi pakan ayam umur 0-4 minggu 10
9. Rataan dan simpangan baku konsumsi pakan ayam umur 5-12 minggu 10
10. Rataan dan simpangan baku konsumsi pakan ayam umur 0-4 minggu 11
11. Rataan dan simpangan baku konsumsi pakan ayam umur 5-12 minggu 12
12. Rataan dan simpangan baku panjang shank ayam PBSK dan SKPB

13
13. Rataan dan simpangan baku lebar dada ayam PBSK dan SKPB
13
14. Rataan dan simpangan baku lingkar dada ayam PBSK dan SKPB
14
15. Rataan dan simpangan baku panjang punggung ayam PBSK dan SKPB 15
16. Rataan dan simpangan baku panjang paruh ayam PBSK dan SKPB
15
17. Rataan dan simpangan baku volume tubuh ayam PBSK dan SKPB
16

DAFTAR GAMBAR
1. Bagian-bagian kerangka ayam yang diamati
2. Kurva bobot badan ayam PBSK dan SKPB umur 0-4 minggu
3. Kurva bobot badan ayam PBSK dan SKPB umur 5-12 minggu

4
6
7


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keragaman ayam lokal di Indonesia masih sangat tinggi dan berpotensi
besar sebagai ayam tipe pedaging, petelur dan hias. Ayam lokal menyebar di
seluruh wilayah Indonesia dengan ciri-ciri fenotipik tertentu yang kemudian
menjadi karakteristik atau ciri khusus ayam tersebut. Ayam lokal bagi masyarakat
pedesaan
merupakan komoditi andalan yang berpotensi dan berpeluang
dikembangkan di masa depan, baik secara ekonomi maupun sosial.
Pengelolaannya mudah, tidak memerlukan banyak biaya atau modal dan tempat
secara khusus. Beberapa keunggulan lain dari ayam lokal adalah mempunyai
kemampuan bertahan dan berkembang biak dengan baik meskipun kondisi
kualitas pakan yang rendah serta tahan terhadap penyakit. Ayam lokal perlu
dipertahankan melalui pemurnian dan pemanfaatan secara optimal sebagai
penyedia protein hewani (Sulandari et al. 2007).
Ayam kampung merupakan ayam asli Indonesia yang belum banyak
mengalami perbaikan mutu genetik. Ayam kampung memiliki daya tahan yang
relatif lebih baik dibandingkan dengan ayam bangsa modern. Kelemahan dari
ayam kampung adalah produktivitas telur yang rendah dan pertumbuhan tubuh
lambat. Berat badan ayam kampung mencapai 700-800 gram pada umur 3 bulan
dan produksi telur mencapai 135 butir tahun-1 (Iskandar et al. 2004). Ayam pelung
merupakan ayam khas Cianjur, Jawa Barat yang dikenal memiliki kokok merdu
dan panjang. Nataamijaya (2005) menyatakan ayam pelung merupakan salah satu
ayam lokal yang memiliki keunggulan berupa ukuran badan lebih besar dan
pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan ayam kampung. Bobot badan dewasa
jantan dapat mencapai 5.4 kg dan bobot betina dapat mencapai 4.5 kg (Sulandari
et al. 2007). Ayam sentul merupakan ayam lokal di Kabupaten Ciamis Jawa Barat.
Ayam sentul mempunyai sifat yang lebih unggul dibandingkan dengan ayam
kampung karena pertumbuhan yang relatif cepat serta produksi telur yang tinggi.
Nataamijaya (2005) menyatakan ayam sentul mampu bertelur sampai sebanyak 26
butir periode-1. Pertambahan bobot hidup ayam sentul cukup tinggi, yaitu
70.30±16.87 g hari-1 (Nurhayati 2001).
Peningkatan produktivitas ayam lokal tidak cukup hanya dengan perbaikan
pakan dan manajemen pemeliharaan, tetapi perlu peningkatan mutu genetik
dengan cara persilangan. Ukuran maupun bentuk tubuh setiap jenis ayam
memiliki ciri khas masing-masing. Ukuran tubuh dapat digunakan untuk mengkaji
peningkatan produktivitas ternak. Hasil penelitian ini diharapkan mampu
menghasilkan ayam siap potong selama 12 minggu pemeliharaan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji performa produksi dan
morfometrik ayam persilangan pelung ras pedaging dengan sentul kampung dan
resiprokalnya pada umur 0-12 minggu.

2
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mengkaji performa produksi dan perbandingan morfometrik
keturunan kedua (F2) ayam persilangan pelung ras pedaging dengan sentul
kampung dan resiprokalnya pada umur 0-12 minggu. Penelitian ini merupakan
usaha untuk mendapatkan informasi performa produksi dan ukuran tubuh ayam
persilangan pelung ras pedaging dengan sentul kampung serta resiprokalnya.
Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan kombinasi genetik yang baik dari
jenis ayam tersebut sehingga menghasilkan ayam yang memiliki mutu genetik
baik.

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Pemuliaan dan
Genetika Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Waktu penelitian dari
bulan September sampai Desember 2014.
Bahan
Ayam yang digunakan pada penelitian adalah anak ayam umur sehari
(DOC) dari hasil persilangan 2 ekor ayam jantan pelung ras pedaging (PB) dengan
18 ekor ayam betina sentul kampung (SK) dan 1 ekor ayam jantan sentul
kampung (SK) dengan 2 ekor ayam betina pelung ras pedaging (PB). Bahan lain
yang dibutuhkan adalah pakan komersial berbentuk crumble fase starter, dedak
padi, vitachick, dan sekam. Hasil analisis proksimat pakan yang digunakan pada
penelitian ini disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Hasil analisis proksimat pakan yang digunakan
Jenis Pakan
Konsentrat
Pakan 1
Pakan 2
Dedak padi *
(fase starter)
(80% K + 20 % D) (60 % K + 40 % D)
Bahan kering
89.10
88.23
87.96
Protein kasar
20-22
13.80
19.03
17.42
Lemak kasar
4-8
8.20
5.98
6.46
Serat kasar
4
11.20
5.19
6.61
Abu
8
13.00
5.06
5.33
Beta-N
52.97
52.14
Ca
0.90-1.20
0.84
1.39
1.13
P
0.70-1.00
0.72
0.89
0.79
GE(kkal/gr)
4 080
4 002
Keterangan : * = NRC (1994), K= Konsentrat, D= dedak padi, Pakan 1 dan 2 = hasil analisa
Laboratorium Ilmu dan Teknolgi Pakan Fakultas Peternakan IPB (2015).
Analisis (%)

3
Alat
Peralatan yang digunakan adalah 2 unit kandang ukuran 1.5 m x 1 m x 0.5
m yang dibagi menjadi 4 sekat setiap kandangnya. Delapan unit kandang bersekat
tersebut terbuat dari bambu dengan ukuran 1.5 m x 0.5 m x 1.5 m, tempat minum
dan tempat pakan, lampu serta wing band.
Peralatan lain yang digunakan adalah timbangan digital OSUKA dengan
ketelitian 0.5 gram, timbangan duduk kapasitas 5 kg, jangka sorong dengan
ketelitian 0.05 mm dan pita ukur dengan ketelitian 1 mm.
Prosedur
Pemeliharaan
Kandang dipersiapkan dan dibersihkan terlebih dahulu, kemudian lantai
kandang diberi alas sekam. Setiap kandang dilengkapi tempat pakan dan tempat
minum. Pemeliharaan ayam persilangan dilakukan sejak umur 0-4 minggu di
kandang bersekat tanpa pemisahan jantan dan betina, tetapi dipisah menurut
rumpun persilangan. Setelah ayam berumur 4 minggu, ayam dipisah lagi
berdasarkan jenis kelamin yaitu jantan dan betina. Awal pemeliharaan anak ayam
umur sehari (DOC) diberi nomor pada bagian sayap (wing band). Pemberian
vitachick selama 2 minggu sejak anak ayam berumur sehari (DOC), selanjutnya
diberikan setelah penimbangan dan pengukuran setiap 1 minggu sekali. Air
minum diberikan ad libitum.
Pemberian pakan
Pakan komersial berupa crumble diberikan pada anak ayam umur 0-3
minggu. Ayam persilangan umur 4-12 minggu diberi pakan campuran crumble
dan dedak padi. Pakan diberikan ad libitum. Komposisi pakan yang diberikan
sebagai berikut :
Ayam berumur 0-3 minggu = 100% crumble
Ayam berumur 4 minggu
= 80% crumble dicampur dengan 20% dedak.
Ayam berumur 5-12 minggu = 60% crumble dicampur dengan 40% dedak.
Analisis Data
Penelitian ini menggunakan dua rancangan percobaan. Uji T digunakan
untuk mengetahui perbedaan rataan bobot badan, pertambahan bobot badan,
konsumsi pakan, dan konversi pakan ayam umur 0-4 minggu. Rancangan Acak
Lengkap (RAL) digunakan untuk menganalisis penelitian saat ayam berumur 5-12
minggu. Rumus uji T adalah sebagai berikut (Walpole 1993) :
̅̅̅
Keterangan :

x1
x2
µ1
µ2

̅̅̅



= rataan sampel 1
= rataan sampel 2
= rataan populasi 1
= rataan populasi 2



s1 = simpangan baku 1
s2 = simpangan baku 2
n1 = jumlah sampel 1
n2 = jumlah sampel 2

4
Model matematika Rancangan Acak Lengkap (RAL) sebagai berikut
(Steel dan Torrie 1993) :
Yij = μ + Pi + єij
Keterangan :
Yij = nilai pengamatan
μ = nilai tengah umum
Pi = pengaruh perlakuan jenis ayam
Єij = pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i pada ulangan ke-j

Peubah
Peubah yang diukur sejak ayam berumur sehari (DOC) sampai 12 minggu,
yaitu :
1. Bobot badan (BB) dalam satuan gram per ekor per minggu.
2. Pertambahan bobot badan (g ekor-1 minggu-1) = bobot badan minggu
t – bobot badan minggu t-1
3. Konsumsi pakan (g ekor-1 minggu-1) = jumlah pemberian pakan - sisa
pakan
4. Konversi pakan = jumlah konsumsi pakan jumlah pertambahan bobot
badan-1
5. Mortalitas ayam
6. Ukuran tubuh yang diukur yaitu panjang shank, lebar dada, lingkar
dada, panjang punggung dan panjang paruh.
7. Volume tubuh ayam didapat dari pemisalan tubuh ayam berbentuk
tabung dengan rumus adalah π x r2 x t dimana r2 didapat dari ½ lebar
dada dikuadratkan dan tinggi didapat dari lingkar dada.

Keterangan: A = panjang shank; B = lebar dada; C = lingkar dada; D = panjang punggung; E =
panjang paruh.

Gambar 1 Bagian-bagian kerangka ayam yang diamati
Sumber : Waggoner dan Hutchinson (2001)

5

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum
Pengukuran suhu dan kelembaban kandang pemeliharaan dilakukan
selama penelitian, yaitu pagi hari (07.00-08.00), siang hari (12.00-13.00), sore
hari (16.00-17.00) dan malam hari (21.00-22.00). Rataan suhu dan kelembaban
disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Rataan suhu dan kelembaban kandang pemeliharaan

Waktu (WIB)
07.00-08.00
12.00-13.00
16.00-17.00
21.00-22.00
Rataan Harian

Suhu (°C)
25.58 ± 1.56
29.08 ± 1.93
26.92 ± 1.85
25.38 ± 1.55
26.74 ± 1.72

Kelembaban (%)
86.83 ± 6.55
88.17 ± 5.91
89.46 ± 4.61
86.25 ± 4.29
87.68 ± 5.34

Rataan suhu yang didapat selama penelitian adalah 26.74±1.72 0C. Suhu
tertinggi terjadi pada siang hari (12.00-13.00) dan suhu terendah pada malam hari
(21.00-22.00) seperti terlihat pada Tabel 2. Menurut Bell dan Weaver (2002),
suhu lingkungan yang ideal untuk beternak unggas pada kisaran 20-24 0C. Kisaran
suhu tersebut merupakan suhu nyaman ayam dan penggunaan energi menjadi
lebih efisien. Suhu yang tinggi akan mempengaruhi performa ayam yang
dipelihara. Ayam akan lebih banyak mengkonsumsi air minum dan menurunkan
konsumsi pakan.
Kelembaban rata-rata yang didapat selama penelitian adalah 87.68±5.34%.
Kelembaban tertinggi terjadi pada sore hari (16.00-17.00) dan terendah pada
malam hari (21.00-22.00). Menurut Bell dan Weaver (2002), kelembaban ideal
terdapat pada kisaran 60%-70%. Kelembaban yang tinggi disebabkan karena
seringnya hujan selama penelitian. Penggantian alas kandang secara rutin dan
pengaturan ventilasi udara dapat menurunkan kelembaban yang tinggi.
Kelembaban tinggi mengakibatkan kesulitan bagi ayam untuk melepaskan panas
tubuh ke lingkungan.
Mortalitas
Ayam PBSK dan SKPB yang tidak dibedakan berdasarkan jenis kelamin
(unsexed) umur 0-4 minggu tidak mengalami kematian. Total ayam yang
dipelihara yaitu PBSK sebanyak 45 ekor dan SKPB sebanyak 6 ekor. Jumlah
kematian ayam terjadi pada umur 5-12 minggu, tercatat pada ayam PBSK jantan
sebanyak 2 ekor (11 ekor) dan pada betina 3 ekor (34 ekor), sedangkan kematian
ayam SKPB hanya 1 ekor (3 ekor) pada betina. Jumlah kematian ayam PBSK dan
SKPB disajikan pada Tabel 3.
Penyebab kematian ayam umur 5-12 minggu (Tabel 3) dikarenakan curah
hujan yang tinggi selama penelitian sehingga berpengaruh terhadap suhu dan
kelembaban kandang serta perkembangan mikroorganisme patogen dan tingkah

6
laku agresif ayam. Hasil pengamatan suhu dan kelembaban yang didapat (Tabel 2)
terbilang tinggi dari zona nyaman ayam.
Tabel 3 Jumlah kematian ayam PBSK dan SKPB umur 0-12 minggu
Umur
Jenis
Jenis
Populasi
Jumlah Kematian
(minggu)
Ayam
Kelamin
(ekor)
(ekor)
0-4
PBSK
45
0
Unsexed
SKPB
6
0
5-12
PBSK
Jantan
11
2
Betina
34
3
SKPB
Jantan
3
0
Betina
3
1
Keterangan : pelung ras pedaging x sentul kampung (PBSK), sentul kampung x pelung ras
pedaging (SKPB).

Tarmudji (2004) menyatakan kematian dapat disebabkan oleh suhu tinggi
hingga 30% dari total populasi. Kematian juga dapat disebabkan oleh penyakit
karena ternak yang belum dewasa rentan terserang penyakit. Menurut hasil
analisis Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB, penyebab
kematian ayam akibat terserang penyakit pox atau cacar pada ayam. Menurut
Islam et al. (2008), penyakit pox atau cacar ini merupakan penyakit yang sering
menyerang ayam dan dapat menimbulkan kerugian besar. Selain itu, kematian
juga disebabkan oleh tingkah laku agresif yang menyebabkan terjadinya
pematukan terhadap ayam lain sampai terluka.
Pembersihan kandang, pemberian vitamin dan vaksinasi secara berkala
dilakukan untuk mengurangi kematian. Hal ini sesuai dengan pendapat Mansjoer
(1985), untuk menurunkan mortalitas dapat dilakukan dengan cara memperbaiki
sistem perkandangan, kualitas pakan dan vaksinasi secara teratur.
Bobot badan
Rataan bobot badan DOC ayam PBSK 33.54 g lebih rendah dibanding
ayam SKPB 35.75 g, tetapi tidak berbeda secara statistik. Hasil rataan bobot
badan ayam PBSK dan SKPB disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Rataan dan simpangan baku bobot badan ayam umur 0-4 minggu
Bobot Badan (g
)
Minggu
kePBSK n=45
SKPB n=6
0

33.54 ± 6.71 a

35.75 ± 7.33 a

1

48.80 ± 12.10 a

51.88 ± 5.62 a

2

87.80 ± 22.20 a

88.10 ± 10.70 a

3

144.80 ± 34.90 a

148.20 ± 18.10 a

4

214.90 ± 52.20 a

237.10 ± 44.10 a

Keterangan: Angka-angka pada baris yang sama diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata
(P>0.05)

7
Bobot badan yang didapat setiap minggunya terjadi peningkatan baik
ayam PBSK maupun SKPB. Pada minggu ke-4 bobot badan ayam SKPB (237 g)
lebih tinggi dibanding ayam PBSK (214 g) tetapi tidak berbeda secara statistik.
250
Bobot Badan (gram)

237.1
214.9
200
150
PBSK
SKPB

100
50

35.75
33.54

0
0

1

2

3

4

Umur (minggu)

Gambar 2 kurva bobot badan ayam PBSK dan SKPB umur 0-4 minggu
Bobot badan ayam PBSK dan SKPB umur 5-12 minggu yang dibedakan
berdasarkan jenis kelamin. Hasil yang didapat sampai minggu ke-12 terjadi
peningkatan bobot badan yang bervariasi tetapi tidak berbeda secara statistik.
Banyak faktor yang mempengaruhi diantaranya kandungan nutrisi pakan, suhu
dan manajemen pemeliharaan. Rataan dan simpangan baku bobot badan ayam
PBSK dan SKPB disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5 Rataan dan simpangan baku bobot badan ayam umur 5-12 minggu
Minggu
ke5
6
7
8
9
10
11
12

Bobot Badan (g
PBSK
Jantan n=11
Betina n=34
315.68 ± 82.30 a 324.36 ± 77.85 a
429.82 ± 101.60 a 434.46 ± 93.59 a
591.30 ± 102.50 a 566.10 ± 115.60 a
737.00 ± 127.10 a 675.70 ± 146.00 a
881.70 ± 148.90 a 808.00 ± 179.50 a
1 026.30 ± 204.10 a 924.70 ± 203.60 a
1 172.50 ± 215.60 a 1 040.40 ± 237.30 a
1 319.80 ± 184.80 a 1 143.80 ± 239.00 a

)
SKPB
Jantan n=3
Betina n=3
388.33 ± 28.68 a
375.83 ± 23.75 a
525.33 ± 54.37 a
551.50 ± 34.65 a
702.50 ± 89.20 a
643.80 ± 34.30 a
844.30 ± 118.10 a
748.30 ± 102.90 a
1 026.70 ± 132.80 a
819.00 ± 168.30 a
1 207.50 ± 100.00 a
961.30 ± 173.60 a
1 302.30 ± 115.60 a 1 132.30 ± 204.70 a
1 418.70 ± 8.70 a 1 249.50 ± 227.70 a

Keterangan: Angka-angka pada baris yang sama diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata
(P>0.05)

Rataan bobot badan ayam pada minggu ke-12 dari yang terbesar secara
berurutan adalah SKPB jantan 1 418.70 g, PBSK jantan 1 319.80 g, SKPB betina
1 249.50 g dan PBSK betina 1 143.80 g. Hasil yang didapat lebih tinggi dibanding
penelitian Sopian (2014) terhadap persilangan sentul x kampung dengan bobot
badan jantan 1 009 g dan betina 823 g. Perbedaan bobot badan ini disebabkan oleh

8
faktor genetik yang diturunkan tetua melalui persilangan. Komposisi darah ayam
persilangan PBSK dan SKPB mengandung 25% darah ayam ras pedaging yang
memiliki pertumbuhan yang cepat. North dan Bell (1990) menyatakan persilangan
ayam yang berbobot besar dengan ayam berbobot ringan akan menghasilkan
keturunan dengan bobot diantara kedua tetuanya. Persilangan ini merupakan salah
satu cara dalam meningkatkan produktivitas ayam lokal terutama penghasil
daging.
1600
1418.70
1319.80
1249.50
1143.80

Bobot Badan (gram)

1400
1200
1000

PBSK ♂
PBSK ♀
SKPB ♂
SKPB ♀

800
600
400
200
0
5

6

7

8

9

10

11

12

Umur (minggu)

Gambar 3 kurva bobot badan ayam PBSK dan SKPB umur 5-12 minggu
Bobot badan ayam jantan dan betina terdapat perbedaan (Gambar 3).
Perbedaan bobot badan ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya nutrisi,
jenis kelamin dan hormon (Soeparno 2005). Herren (2000) menambahkan pada
jantan terdapat hormon testosteron pada testis yang berfungsi merangsang
pertumbuhan, sebaliknya pada betina terdapat hormon estrogen berpengaruh
dalam menghambat pertumbuhan.
Pertambahan Bobot badan
Pertambahan bobot badan dapat dijadikan salah satu parameter yang
digunakan untuk mengetahui laju pertumbuhan. Hasil rataan pertambahan bobot
badan ayam PBSK dan SKPB umur 0-4 minggu disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Rataan dan simpangan baku pertambahan bobot badan ayam umur 0-4
minggu
Minggu
ke1
2
3
4
Total

Pertambahan Bobot Badan (g
)
PBSK n=45
SKPB n=6
15.30 ± 11.40 a
16.13 ± 9.66 a
39.00 ± 14.00 a
36.30 ± 12.80 a
56.10 ± 19.00 a
57.10 ± 19.40 a
70.10 ± 31.90 a
88.90 ± 27.60 a
171.90 ± 60.30 a
176.50 ± 45.80 a

Keterangan: Angka-angka pada baris yang sama diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata
(P>0.05)

9
Hasil yang didapat terjadi pertambahan bobot badan dari umur 0-4 minggu
baik ayam PBSK maupun SKPB yang belum dipisah berdasarkan jenis kelamin.
Total pertambahan bobot badan ayam SKPB (176.50 g) lebih tinggi dibanding
ayam PBSK (171.90 g) tetapi tidak berbeda secara statistik. Hal ini disebabkan
karena pada umur 0-4 minggu merupakan fase pertumbuhan cepat pada ayam
sehingga harus diimbangi dengan pakan yang berkualitas.
Pertambahan bobot badan ayam PBSK dan SKPB baik jantan maupun
betina bervariasi pada umur 5-12 minggu seperti terlihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Rataan dan simpangan baku pertambahan bobot badan ayam umur 5-12
minggu
Minggu
ke5
6
7
8
9
10
11
12
Total

Pertambahan Bobot Badan (g
)
PBSK
SKPB
Jantan n=11
Betina n=34
Jantan n=3
Betina n=3
99.41 ± 50.09 ab
94.45 ± 32.81 b
130.67 ± 11.00 ab 169.50 ± 25.46 a
114.14 ± 46.14 a
106.91 ± 40.65 a
137.00 ± 27.22 a
163.75 ± 18.03 a
161.45 ± 96.03 a
131.68 ± 44.39 a
177.17 ± 54.87 a
92.25 ± 68.94 a
145.77 ± 46.27 a
109.60 ± 49.16 a
141.83 ± 64.81 a
104.50 ± 68.59 a
144.68 ± 64.49 a
132.23 ± 57.87 a
182.33 ± 33.21 a
70.75 ± 65.41 a
144.59 ± 78.71 a
110.93 ± 52.31 a
180.83 ± 36.54 a
142.25 ± 5.30 a
108.50 ± 97.26 a
101.95 ± 67.93 a
94.83 ± 17.62 a
171.00 ± 31.11 a
121.00 ± 54.87 a
103.40 ± 75.80 a
169.25 ± 83.79 a 117.25 ± 22.98 a
1 007.70 ± 278.80 a 853.10 ± 227.70 a 1 161.00 ± 20.90 a 937.50 ± 137.20 a

Keterangan: Huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P0.05)

Konsumsi pakan terjadi peningkatan sampai minggu ke-4 baik ayam
PBSK maupun SKPB. Peningkatan konsumsi pakan akan diiringi dengan
pertambahan bobot badan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ensminger (1992)
bahwa konsumsi pakan meningkat seiring dengan meningkatnya bobot badan
sehingga kebutuhan nutrisi harus terpenuhi. Salah satu upaya yang dilakukan pada
penelitian ini dengan menggerus pakan berbentuk crumble sampai berbentuk
tepung. Hal ini dilakukan agar konsumsi pakan pada umur 0-4 minggu dapat
ditingkatkan untuk memacu pertumbuhan. Secara keseluruhan konsumsi pakan
ayam PBSK (488 g) lebih tinggi dibanding ayam SKPB (479.20 g) tetapi tidak
berbeda secara statistik.
Konsumsi pakan ayam PBSK dan SKPB pada minggu ke-5 sampai
minggu ke-12 tidak berbeda baik jantan maupun betina. Hasil rataan dan
simpangan baku konsumsi pakan ayam PBSK dan SKPB disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9 Rataan dan simpangan baku konsumsi pakan ayam umur 5-12 minggu
Minggu
ke5
6
7
8
9
10
11
12
Total

Konsumsi Pakan (
)
PBSK
SKPB
Jantan n=11
Betina n=34
Jantan n=3
Betina n=3
430.90 ± 134.90 a
414.30 ± 156.00 a
463.00 ± 126.30 a 288.40 ± 130.60 a
474.50 ± 208.40 a
515.80 ± 153.40 a
475.30 ± 179.40 a 530.40 ± 239.90 a
537.10 ± 174.80 a
544.90 ± 105.80 a
475.00 ± 128.90 a 465.80 ± 194.10 a
565.00 ± 188.90 a
571.50 ± 131.00 a
623.50 ± 32.50 a 490.60 ± 257.20 a
682.80 ± 160.90 a
658.80 ± 141.90 a
626.30 ± 60.70 a 596.50 ± 119.50 a
686.10 ± 103.90 a
702.40 ± 146.80 a
670.70 ± 27.70 a 737.30 ± 251.40 a
728.90 ± 136.50 a
720.10 ± 160.20 a
632.30 ± 58.90 a 794.00 ± 251.70 a
680.70 ± 150.10 a
683.10 ± 200.80 a
579.80 ± 141.60 a 710.90 ± 355.50 a
4 785.90 ± 1063.90 a 4 811.10 ± 854.40 a 4 545.90 ± 228.70 a 4 627.80 ± 1487.80 a

Keterangan: Angka-angka pada baris yang sama diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata
(P>0.05)

11
Ayam PBSK betina (4 811.10 g) lebih banyak mengkonsumsi pakan
dibanding ayam PBSK jantan (4 785.90 g), SKPB betina (4 627.80 g) maupun
SKPB jantan (4 545.90 g) tetapi tidak berbeda secara statistik. Konsumsi pakan
yang didapat lebih tinggi dibanding penelitian Sopian (2014) ayam persilangan
sentul x kampung jantan sebanyak 2 622 g dan betina sebanyak 2 313 g.
Konsumsi pakan yang didapat juga lebih tinggi dibanding konsumsi pakan ayam
kampung. Hal ini sesuai dengan pernyataan Iskandar et al. (2004), bahwa ayam
persilangan cendrung mengkonsumsi pakan lebih banyak dibanding dengan ayam
lokal.
Banyak faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan diantaranya
kandungan nutris pakan, luasan kandang, suhu dan kelembaban. Menurut Wahju
(2004) faktor lain yang mempengaruhi adalah umur, kesehatan, bobot badan, suhu
dan kelembaban, serta energi dalam pakan. Kandungan nutrisi pakan merupakan
hal penting dalam memacu pertumbuhan ayam. Menurut Sidadolog (2006), bahwa
semakin rendah kandungan nutrisi pakan berupa imbangan protein-energi, akan
meningkatkan konsumsi pakan sampai kebutuhan protein-energi untuk
pertumbuhan dapat tercapai. Pakan yang diberikan pada penelitian ini dibagi
menjadi tiga tahap dengan kandungan nutrisi berbeda yaitu pada umur 0-3 minggu
protein 20%-22%, umur 4 minggu protein 19.03% dan umur 5-12 minggu protein
17.42%. Zainuddin (2006) menyatakan kebutuhan protein ayam kampung umur 08 minggu sebesar 18%-19% dan umur 8-12 minggu sebesar 16%-17%.
Konversi Pakan
Konversi pakan merupakan efisiensi penggunaan pakan selama
pertumbuhan dan didefinisikan sebagai perbandingan antara konsumsi pakan
dengan pertambahan bobot badan. Konversi pakan ayam persilangan umur 0-4
minggu disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10 Rataan dan simpangan baku konversi pakan ayam umur 0-4 minggu
Minggu
ke-

Konversi Pakan (

)

PBSK n=45

SKPB n=6

1

5.600 ± 4.330 a

3.590 ± 3.100 a

2

3.160 ± 1.780 a

3.048 ± 0.971 a

3

4.300 ± 2.560 a

3.440 ± 1.700 a

4

3.400 ± 2.240 a

2.402 ± 0.857 a

4.220 ± 2.280 a

2.853 ± 0.879 b

Keterangan: Huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P