Aktivitas Ekstrak, Fraksi Pelarut, dan Senyawa Flavonoid Daun Sukun (Artocarpus altilis) terhadap Enzim α-Glukosidase sebagai Antidiabetes

 
 

AKTIVITAS EKSTRAK, FRAKSI PELARUT, DAN SENYAWA
FLAVONOID DAUN SUKUN (Artocarpus altilis) TERHADAP
ENZIM α-GLUKOSIDASE SEBAGAI ANTIDIABETES

NYI MAS ROSMEINI ANICA GUSTINA

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

 
 

ABSTRAK
NYI MAS ROSMEINI ANICA GUSTINA. Aktivitas Ekstrak, Fraksi Pelarut, dan
Senyawa Flavonoid Daun Sukun (Artocarpus altilis) terhadap Enzim αGlukosidase sebagai Antidiabetes. Dibimbing oleh ANNA PRIANGANI

ROSWIEM dan TJANDRAWATI MOZEF.
Tanaman sukun merupakan tanaman herbal yang telah dilaporkan
memiliki sifat biologis, seperti antioksidan, sitotoksik, antiinflamasi, antimikroba,
inhibitor enzim 5α-reduktase, inhibitor enzim tirosinase, dan inhibitor chatepsin
K. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui aktivitas inhibisi ekstrak dan
senyawa flavonoid dalam daun sukun terhadap enzim α-glukosidase secara in
vitro. Sampel ekstrak, fraksi, dan senyawa flavonoid yang digunakan diperoleh
dari penelitian yang telah dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI) Bandung. Aktivitas inhibisi ditentukan dengan menentukan persentase
inhibisi dan dilanjutkan dengan penentuan nilai IC50. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa keempat ekstrak pelarut (etanol, etil asetat, butanol, dan
heksana) memiliki kemampuan menghambat aktivitas enzim α-glukosidase.
Berdasarkan nilai IC50 dan uji statistik, ekstrak pelarut etanol dan fraksi etil asetat
memiliki kemampuan menghambat enzim α-glukosidase. Aktivitas inhibisi fraksi
etil asetat daun sukun (IC50=6,01 µg/mL) terhadap enzim α-glukosidase lebih baik
dari ekstrak etanol daun sukun (IC50=8,89 µg/mL). Berdasarkan hasil penelitian
dari keempat senyawa turunan flavonoid tersebut, yang berpotensi sebagai
antidiabetes (menghambat kerja enzim α-glukosidase) yang terbaik adalah
senyawa
((1-(2,4-dihidroksifenil)-3-[8-hidroksi-2-metil-2-(4-metil-3-pentenil)2H-1-benzopiran-5-yl]-1-propanon) dengan kode AC-31 (IC50=16,23 µM).

Senyawa tersebut merupakan turunan flavonoid golongan dihidrokalkon.
Kata kunci: antidiabetes, flavonoid, daun sukun (Artocarpus altilis), enzim αglukosidase.

 
 

ABSTRACT
NYI MAS ROSMEINI ANICA GUSTINA. Extract, Fractions, and Flavonoids
Compounds Activities from Breadfruit Leaves (Artocarpus altilis) against αGlucosidase Enzyme as an Antidiabetic. Under the direction of ANNA
PRIANGANI ROSWIEM and TJANDRAWATI MOZEF.
Breadfruits plants is one of the herbal plants that its leaves has been
reported to have biological properties, such as antioxidant, cytotoxic,
antiinflammatory, antimicrobial, 5α-reductase enzyme inhibitors, tyrosinase
enzyme inhibitors, and chatepsin K inhibitors. This study was conducted to
investigate inhibitor activity of extracts and flavonoids compounds from
breadfruit leaves against α-glucosidase enzyme using in vitro method. Extract and
flavonoid compound are from Indonesian Science Intitute’s research. Inhibitor
activity was determined by inhibition percentage and followed by determining the
IC50 value. The results showed that extract ethanol, and three other solvent
fraction (ethyl acetate, butanol, and hexane) has ability to inhibit α-glucosidase

enzyme activity. Based on IC50 values and statistical tests, ethanol and ethyl
acetate extracts which has a potential ability to inhibit α-glucosidase enzyme.
Ethyl acetate fraction from breadfruit leaves (IC50=6,01 µg/mL) has a better to
inhibit α-glucosidase activity than ethanol extracts (IC50=8,89 µg/mL). Based on
fourth flavonoid derivative compounds results, which has the best active
compound as an antidiabeticis (1-(2,4-dihydroxyphenyl)-3-[8-hydroxy-2-methil2-(4-methyl-3-pentenil)-2H-1-ben zopyran-5-yl]-1-propanon) with AC-31code
(IC50=16,23 µM). This compound is a flavonoids derivatives compound in
dihydrocalcon group.
Keywords: antidiabetic, flavonoids, breadfruits leaves (Artocarpus altilis), αglucosidase enzyme.

 
 

 
 

AKTIVITAS EKSTRAK, FRAKSI PELARUT, DAN SENYAWA
FLAVONOID DAUN SUKUN (Artocarpus altilis) TERHADAP
ENZIM α-GLUKOSIDASE SEBAGAI ANTIDIABETES


NYI MAS ROSMEINI ANICA GUSTINA

Skripsi
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Biokimia

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
 
 

Judul Skripsi : Aktivitas Ekstrak, Fraksi Pelarut, dan Senyawa Flavonoid Daun
Sukun (Artocarpus altilis) terhadap Enzim α-Glukosidase sebagai
Antidiabetes
Nama
: Nyi Mas Rosmeini Anica Gustina

NIM
: G84070053

Disetujui
Komisi Pembimbing,

Dr. Anna Priangani Roswiem, MS.
Ketua

Tjandrawati Mozef, M. Es, SC, DU
Anggota

Diketahui,

Dr. I Made Artika, M. App. Sc
Ketua Departemen Biokimia
 
 
 
 

 
 
 
Tanggal Lulus :

 
 

 
 

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat,
nikmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini sebagai
salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen
Biokimia, Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian
Bogor. Karya Ilmiah ini ditulis dengan judul “Aktivitas Ekstrak, Fraksi Pelarut,
dan Senyawa Flavonoid Daun Sukun (Artocarpus altilis) terhadap Enzim αGlukosidase sebagai Antidiabetes”. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret
hingga Juli 2011 di Laboratorium Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI)-Bandung.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Anna Priangani Roswiem, MS.
dan Tjandrawati Mozef, M. Es, SC, DU atas bimbingan, waktu, dan perhatiannya
kepada penulis selama penelitian dan penyusunan karya ilmiah. Ucapan terima
kasih juga penulis sampaikan kepada Chandra Risdian, S.Si, selaku asisten
peneliti yang telah banyak membantu dalam teknis pelaksanaan penelitian, kepada
kedua orang tuaku (Hayat Gustina dan Siti Bajina Djumeini), Ibu Renata
Magdalena, adik-adikku (Adwina, Khansa, dan Aulianita) dan seluruh keluarga
tercinta atas segala doa, dukungan, dan kasih sayangnya penulis terus berjuang
dan menjadi lebih baik. Terima kasih juga saya ucapkan kepada Gara, sahabatsahabat tercinta (Nadia, Tyas, C’mie, Ekky, Taufan, Dheo, Rama, Reni, Dwi,
Thafa, Imus, Gama, Daonk, Didi, Dian, Awi, Anom, Rizky, John, Alan, Yudist,
Riza, Ozo, Ricky, Ipunk, Agric Basketball, dan Dyah), dan Euis Nurhayati selaku
rekan kerja atas dukungan dan bantuannya selama penelitian dan penyusunan
skripsi. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan ilmu
pengetahuan, khususnya dibidang Biokimia dan Farmasi.

Bogor, Februari 2012

Nyi Mas Rosmeini Anica Gustina




 

 
 

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 20 Mei 1989 dari pasangan Hayat
Gustina dan Siti Bajina Djumeini. Penulis adalah anak pertama dari dua
bersaudara. Penulis lulus dari SMA Negeri 47 Jakarta pada tahun 2007, pada
tahun yang sama melanjutkan studi pada Departemen Biokimia Institut Pertanian
Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama perkuliahan, penulis pernah aktif dalam organisasi kemahasiswaan.
Sesuai hobi penulis sejak Tingkat Persiapan Bersama (TPB) hingga sekarang,
penulis aktif dalam kepengurusan dan kegiatan Unit Kegiatan Mahasiswa Bola
Basket Institut Pertanian Bogor (Agric Basketball Club) sebagai sekretaris, tim
managerial, official, pemain, serta menjadi Kapten Tim Basket Putri Institut
Pertanian Bogor, Kapten Tim Basket Putri FMIPA, serta Kapten Tim Basket Putri
Biokimia selama 3 tahun berturut-turut. Tahun 2008-2011 penulis meraih gelar
Pemain Terbaik Basket Putri dari BEM-KM IPB dan BEM FMIPA. Selain

menjuarai olahraga basket, pada tahun 2008 dan 2010 penulis juga menjuarai
olahraga bidang atletik. Tahun 2008-2009 penulis aktif di himpunan profesi
Community of Research and Education of Biochemistry Student (CREBs) sebagai
Sekretaris Divisi PSDM. Tahun 2010 dan 2011 penulis menjadi Pembicara
(motivator) pada acara Perkenalan Departemen Biokimia yang diadakan oleh
Himpunan Profesi Community of Research and Education of Biochemistry
Student (CREBs). Penulis juga aktif dalam kepanitiaan acara-acara olahraga dan
seni yang diadakan BEM-KM IPB dan BEM Fakultas MIPA. Penulis pernah
menjalani Praktik Lapangan (PL) di Laboratorium Toksikologi, Pusat Riset Obat
dan Makanan-Jakarta pada tahun 2010 dan menulis laporan ilmiah yang berjudul
“Analisis Minuman Berenergi terhadap Sel Vero menggunakan ELISA-reader”.

ii 

 

DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... iv
PENDAHULUAN ...................................................................................................1

TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................................1
Diabetes Mellitus ........................................................................................................ 1
Pengobatan Diabetes Mellitus ..................................................................................... 2
Tanaman Sukun ........................................................................................................... 3
Enzim α-Glukosidase .................................................................................................. 3
Flavonoid..................................................................................................................... 4
Kuersetin ..................................................................................................................... 5

BAHAN DAN METODE ........................................................................................6
Alat dan Bahan ............................................................................................................ 6
Metode......................................................................................................................... 6

HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................7
Aktivitas Kuersetin terhadap Enzim α-Glukosidase ................................................... 7
Daya Inhibisi Sampel Ekstrak dan Fraksi Pelarut terhadap Enzim
α-glukosidase .......................................................................................................... 8
Nilai IC50 Sampel Ekstrak dan Fraksi Pelarut Daun Sukun ...................................... 9
Daya Inhibisi Sampel Senyawa Flavonoid terhadap Enzim α-glukosidase .............. 10
Nilai IC50 Sampel Senyawa Flavonoid .................................................................... 11


SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................................12
Simpulan ................................................................................................................... 12
Saran .......................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................12
LAMPIRAN.......................................................................................................... 15

iii 

 

 
 

DAFTAR GAMBAR
1

Tanaman Sukun (Artocarpus altilis) .................................................................3

2

Jenis-jenis flavonoid (Sumber: Grotewold (2007)). .........................................4

3

Struktur senyawa AC-51, AC-31, AC-33, dan AA-3 .......................................5

4

Struktur kuersetin ..............................................................................................6

5

Struktur flavon dan flavonol. ..........................................................................10

DAFTAR LAMPIRAN
1 Diagram alir penelitian....................................................................................16
2 Tahapan uji inhibisi enzim α-glukosidase ekstrak daun sukun ......................17
3 Pembuatan sampel ekstrak pelarut (Dewi 2007).............................................18
4 Pembuatan stok sampel ekstrak pelarut dan stok sampel senyawa .................19
5 Nilai absorbansi, perhitungan, dan grafik kuersetin sebagai kontrol
pembanding .....................................................................................................20
6 Nilai absorbansi, perhitungan, dan grafik ekstrak etanol ................................21
7 Nilai absorbansi, perhitungan, dan grafik fraksi butanol ................................22
8 Nilai absorbansi, perhitungan, dan grafik fraksi heksana ...............................23
9 Nilai absorbansi, perhitungan, dan grafik fraksi etil asetat .............................24
10 Persentase inhibisi, persamaan logaritmik, dan IC50 ekstrak dan fraksi
pelarut.............................................................................................................25
11 Nilai absorbansi, perhitungan, dan grafik senyawa AC-31 ............................26
12 Nilai absorbansi, perhitungan, dan grafik senyawa AC-51 ............................27
13 Nilai absorbansi, perhitungan, dan grafik senyawa AA-3 ..............................28
14 Nilai absorbansi, perhitungan, dan grafik senyawa AC-33 ............................29
15 Persentase inhibisi, persamaan logaritmik, dan IC50 senyawa flavonoid ......30
16 Hasil uji T-Test sampel ekstrak dan fraksi pelarut .........................................31
17 Hasil uji T-test sampel senyawa flavonoid .....................................................32
18 Hasil uji aktivitas inhibisi sampel ekstrak pelarut dan sampel
senyawa flavonoid terhadap enzim α-glukosidase ..........................................33
19 Instrumen yang digunakan dalam penelitian ..................................................34 
 
 

iv 

 

1

 

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang
memiliki flora yang sangat beragam yang
banyak dimanfaatkan oleh rakyat Indonesia
sebagai obat tradisional (Waji & Sugrani
2009). Hal ini disebabkan karena obat
tradisional lebih mudah didapat, dan murah
harganya. Pengobatan tradisional merupakan
salah satu pengobatan yang menjadi tren saat
ini. Namun, apabila penggunaan bahan alam
yang digunakan untuk pengobatan tersebut
kurang tepat, maka dapat menimbulkan efek
samping yang merugikan. Oleh sebab itu,
perlu diketahui kelebihan dan kekurangan dari
tanaman obat tersebut agar dapat digunakan
secara optimal.
Sukun (Artocarpus altilis) merupakan
salah satu tanaman yang terdapat di Indonesia
dan dimanfaatkan untuk kehidupan seharihari. Buah tanaman ini dapat digunakan
sebagai sumber alternatif makanan pokok.
Selain itu, daun sukun digunakan sebagai obat
alternatif, seperti obat hepatitis, jantung,
ginjal, tekanan darah tinggi, diabetes, serta
dapat digunakan sebagai bahan ramuan obat
penyembuh kulit yang bengkak atau gatalgatal (Ramdhani 2009). Menurut Ermin et al.
(1991), sukun mengandung fenol, kuersetin,
dan
champorol,
sedangkan
menurut
Ramdhani (2009), sukun banyak mengandung
senyawa kimia yang berkhasiat, seperti
saponin,
polifenol,
asam
hidrosianat,
asetilkolin, tanin, riboflavin, fenol, dan
flavonoid. Senyawa turunan flavonoidnya
adalah artoindonesianin, kuersetin, dan masih
banyak lagi (Ramdhani 2009).
Diabetes Mellitus (DM) merupakan
penyakit yang banyak diderita oleh penduduk
di bumi ini. Berdasarkan data yang
dikeluarkan World Health Organization
(WHO), penderita diabetes di Indonesia pada
tahun 2010 berjumlah 21,3 juta orang. Jumlah
ini meningkat dari tahun 2000 yang hanya
berjumlah 8,4 juta penderita. Holt dan Hanley
(2007), telah memprediksi bahwa pada tahun
2025 jumlah penderita akan meningkat
menjadi 324 juta orang. Jumlah tersebut
menunjukkan kenaikan jumlah penderita
diabetes dengan persentase sebanyak 72%
(Holt & Hanley 2007). Selain itu, terdapat
laporan kasus penyakit diabetes yang juga
menyebabkan kematian. Oleh sebab itu,
penyakit diabetes menjadi perhatian para
peneliti.
Terdapat banyak faktor yang dapat
menyebabkan penyakit diabetes, seperti pola
hidup yang kurang baik, pola makan yang

 

tidak seimbang, obesitas, ataupun penyakit
keturunan. Penyakit diabetes melitus dapat
dicegah sebelum terjangkit dengan menjaga
pola makan yang baik, sehat, dan seimbang.
Penyakit
diabetes
tidak
dapat
disembuhkan, namun resiko penyakit diabetes
dapat diperkecil. Terapi diabetes dapat
dilakukan dengan mengkonsumsi obat, baik
secara tradisional ataupun modern, serta
penting pula dilakukan diet makanan yang
sehat dan seimbang. Berbagai macam jenis
obat juga dikembangkan, mulai dari obat
sintetis antidiabetes, pengobatan dengan
insulin, obat yang bekerja pada enzim-enzim
tertentu yang berperan dalam metabolisme
glukosa, obat yang bekerja pada reseptor,
maupun obat-obat yang langsung ke sel target
dalam metabolisme glukosa.
Pengembangan jenis obat-obatan ini
memerlukan tahapan-tahapan tertentu sebagai
acuan dasar ilmiah. Tahapan-tahapan tersebut
salah satunya adalah dengan melakukan
pengujian secara in vitro sebagai tahap
pengembangan obat tersebut. Uji secara in
vivo dari ekstrak daun sukun menunjukkan
penurunan kadar gula darah (Dewi 2007).
Penurunan kadar gula darah ini salah satunya
melalui aktivitas enzim α-glukosidase,
sehingga komponen ekstrak daun sukun
terhadap aktivitas α-glukosidase sebagai obat
diabetes perlu diteliti lebih lanjut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
ekstrak dan senyawa flavonoid (AC-31, AC51, AA-3, dan AC-33) dari daun sukun
terhadap aktivitas enzim α-glukosidase yang
berperan dalam proses metabolisme glukosa
secara in vitro. Hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah ekstrak daun sukun dan
senyawa flavonoid di dalamnya diduga
memiliki kemampuan menghambat aktivitas
enzim α-glukosidase. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat digunakan sebagai salah
satu dasar dalam pembuatan obat diabetes
melitus (DM) dengan bahan dasar ekstrak
daun sukun.

TINJAUAN PUSTAKA
Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus merupakan penyakit
metabolik yang sangat kompleks dan dapat
diketahui dengan adanya hiperglikemia (kadar
gula darah yang melebihi kadar normalnya)
serta menyebabkan dampak pada pengeluaran
insulin ataupun aktivitas insulin yang tidak
normal. Penyakit diabetes mellitus juga
merupakan penyakit gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak, maupun protein dengan



 

ditandai hiperglikemia kronik. Semua jenis
penyakit diabetes mellitus pada metabolisme
tersebut, umumnya ditandai dengan gejala
yang mirip. Perkembangan dari penyakit ini
adalah terjadinya kelainan, disfungsi, dan
kerusakan beberapa organ khususnya mata,
ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah
(Susanti 2006).
Hiperglikemia merupakan keadaan saat
konsentrasi glukosa dalam darah melebihi
batas normal. Keadaan ini diakibatkan karena
defisiensi insulin relatif maupun absolut
sehingga penyerapan glukosa yang masuk ke
dalam sel tersebut terhambat. Saat keadaan
normal, kira-kira 50% glukosa yang
dikonsumsi
mengalami
metabolisme
sempurna menjadi CO2 dan air, 5% menjadi
glikogen, dan 30-40% menjadi lemak.
Namun, proses ini terganggu pada pasien
diabetes mellitus yang menyebabkan glukosa
tidak dapat masuk ke dalam sel, dan energi
yang diperoleh terutama berasal dari
metabolisme protein dan lemak (Susanti
2006).
Diabetes mellitus terdiri atas tiga tipe
penyakit, yaitu diabetes tipe 1, diabetes tipe 2,
dan tipe lainnya yang biasa dialami oleh ibuibu hamil. Diabetes tipe 1 biasa disebut
dengan insulin-dependent diabetes atau
diabetes yang bergantung pada insulin.
Diabetes tipe 1 ini disebabkan destruksi sel
beta (sel β) penghasil insulin pada pulau
Langerhans pankreas. Destruksi sel β pada
diabetes tipe 1 adalah kesalahan reaksi
autoimunitas yang menghancurkan sel β
pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut dapat
dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.
Sampai saat ini dibetes mellitus tipe 1 hanya
dapat diobati dengan insulin, dengan
pengawasan yang teliti terhadap tingkat
glukosa darah melalui alat monitor pengujian
darah (Holt & Hanley 2007).
Diabetes tipe 2 atau diabetes yang tidak
tergantung
insulin,
terjadi
karena
kesalahan/ketidakteraturan (disorder) dalam
produksi insulin, resistensi terhadap insulin,
atau berkurangnya sensitivitas sel terhadap
insulin yang melibatkan reseptor di membran
sel. Tahap awal yang utama adalah
berkurangnya sensitivitas sel terhadap
insulin, ditandai dengan meningkatnya kadar
insulin dalam darah. Selain itu, diabetes tipe
ini biasanya muncul perlahan dan tidak
terlihat secara signifikan. Para penderita
biasanya tidak menyadari adanya tanda-tanda
penyakit ini. Penyakit ini biasanya
disebabkan
karena
adanya
penyakit
keturunan (genetik) atau riwayat kesehatan

keluarga yang pernah mengalami penyakit ini
serta pengaruh lingkungan, seperti pola
makan, gaya hidup, serta obesitas (Holt &
Hanley 2007).
Pengobatan Diabetes Mellitus
Penyembuhan diabetes dilakukan dengan
melakukan diet dan olahraga. Namun,
saat diet
dan
olahraga
tidak
dapat
mempertahankan kondisi normal glukosa
dalam darah, perlu ditambahkan pula
agen/obat yang bersifat hipoglikemik yang
diberikan secara oral. Pemberian agen/obat ini
hanya digunakan sebagai tambahan saja,
bukan untuk pengganti dari pola makan dan
gaya hidup. Artinya, olahraga dan diet
makanan yang juga perlu dilakukan agar
kondisi gula dalam darah dapat tetap
normal. Agen hipoglikemik oral tersebut memerlukan beberapa
kapasitas
dari
sisa sekresi insulin agar
kerjanya
menjadi
lebih efektif. Oleh karena itu, agen hipoglikemik
ini tidak efektif apabila digunakan pada
pasien dengan penyakit diabetes tipe 1. Berikut
ini terdapat tiga kategori agen oral, yaitu
insulin secretagoge, insulin sensitizer,dan
inhibitor absorbsi glukosa yang terdapat pada
saluran pencernaan. Namun, dapat pula
dilakukan kombinasi dari masing-masing
kategori obat tersebut sebagai peningkatan
kadar glukosa dalam darah dengan hilangnya
fungsi sel-β secara progresif (Holt & Hanley
2007).
Insulin secretagogues seperti sulfonilurea
dan meglitinida, merupakan obat yang
menstimulasi insulin yang diproduksi oleh
pankreas. Obat ini dapat digunakan sebagai
kombinasi obat untuk perawatan penderita
resistensi insulin. Mekanisme kerja dari
insulin
secretagogus
adalah
dengan
merangsang pelepasan insulin dari sel-β
pankreas sebagai respon terhadap rangsangan
glukosa yang berlebih, sehingga terjadi
penutupan pompa kalium pada membran
(Holt & Hanley 2007).
Mekanisme kerja dari insulin sensitizer
berbeda dengan insulin secretagogues. Obat
insulin sensitizer tidak berpengaruh pada
sekresi insulin, namun obat ini meningkatkan
efektivitas insulin yang terdapat dalam
sirkulasi darah. Contoh dari obat insulin
sensitizer
adalah
biguanida
dan
thiazolidinediones. Biguanida yang tersedia
di pasaran adalah metformin. Obat ini
berfungsi untuk meningkatkan pengambilan
glukosa pada otot dan adiposit, menekan
proses glukoneogenesis pada hati, dan

 
 



 

mengurangi penyerapan glukosa pada usus
kecil saat kelebihan metformin (Holt &
Hanley 2007).
Sedangkan
thiazolidinediones
biasa
disebut juga dengan glitazone. Obat ini
digunakan secara klinis termasuk diantaranya
pioglitazone dan rosiglitazone. Obat ini
meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin
yang terdapat pada jaringan adiposa, otot, dan
hati. Inhibitor absorbsi glukosa yang terdapat
pada saluran pencernaan digunakan untuk
mengurangi penyerapan karbohidrat dari
makanan. Contoh dari obat ini adalah
acarbose yang didisain untuk menghambat αglukosidase pada perbatasan antara usus kecil
serta mengurangi penyerapan glukosa dari
usus (Holt & Hanley 2007).
Tanaman Sukun
Tanaman sukun (Artocarpus altilis) dapat
digolongkan menjadi sukun yang berbiji
disebut breadnut dan yang tanpa biji disebut
breadfruit. Sukun merupakan tanaman tropik
sejati, yang dapat tumbuh paling baik di
dataran rendah yang panas, namun juga dapat
tumbuh di tempat yang basah (Ramdhani
2009). Sukun bukan buah bermusim
meskipun biasanya berbunga dan berbuah
dua kali setahun. Kulit buahnya berwarna
hijau kekuningan dan terdapat segmensegmen petak berbentuk poligonal. Segmen
poligonal ini dapat menentukan tahap
kematangan buah sukun (Mustafa 1998).

Gambar 1 Tanaman Sukun (Artocarpus
altilis) (Sumber: Hendalastuti & Rojidin
2006)
Sukun
(Artocarpus
altilis)
adalah
tumbuhan dari genus Artocarpus dalam famili
Moraceae yang banyak terdapat di kawasan
tropika seperti Malaysia dan Indonesia.
Ketinggian tanaman ini bisa mencapai 20
meter (Mustafa 1998). Di pulau Jawa tanaman
ini dijadikan tanaman budidaya oleh

masyarakat.
Buahnya
terbentuk
dari
keseluruhan kelopak bunganya, berbentuk
bulat atau sedikit bujur dan digunakan sebagai
bahan makanan alternatif (Heyne 1987).
Terdapat beberapa sinonim untuk tanaman
sukun,
yaitu
Artocarpus
communis,
Artocarpus communis Forst, breadfruit,
Artocarpus incisa L. f., Artocarpus altilis
(Park.) Fosberg (Bappenas 2008). Berikut ini
merupakan taksonomi dari tanaman sukun,
kingdom : plantae; divisi : magnoliophyta;
kelas : magnoliopsida; ordo : urticales; famili
:
moraceae;
genus
:
Artocarpus;
spesies: Artocarpus
altilis(Sumber :
Syamsuhidayat & Hutapea 1991).
Penyebaran tanaman ini hampir merata
di seluruh Indonesia, terutama Jawa Tengah
dan Jawa Timur. Meratanya penyebaran
sukun di sebagian besar kepulauan Indonesia,
serta minimnya serangan hama dan penyakit
yang membahayakan pada tanaman ini,
memungkinkan sukun untuk dikembangkan
(Ramdhani 2009). Pengembangan buah
tanaman ini dapat digunakan sebagai
sumber alternatif makanan pokok. Daun dari
tanaman ini digunakan sebagai obat alternatif,
seperti obat hepatitis, jantung, ginjal, tekanan
darah tinggi, diabetes, serta dapat digunakan
sebagai bahan ramuan obat penyembuh kulit
yang bengkak atau gatal-gatal, karena
mengandung fenol, kuersetin, dan champorol
(Ermin et al. 1991).
Tanaman sukun memiliki beberapa
kandungan kimia yang berkhasiat sehingga
dapat digunakan sebagai tanaman herbal.
Kandungan-kandungan tersebut diantaranya
ialah saponin, polifenol, asam hidrosianat,
asetilkolin, tanin, riboflavin, fenol. Daun
tanaman ini juga mengandung kuersetin,
champorol
dan
artoindonesianin.
Artoindonesianin dan kuersetin merupakan
senyawa turunan dari flavonoid (Soemyarso
& Sjaifullah 2004). Berdasarkan penelitian
Syah et al (2006), terdapat dua senyawa
flavonoid tergeranilasi dari daun sukun, yaitu
2-geranil-2’,4’,3,4-tetrahidroksidihidrokalkon,
dan
8-geranil-4’,5,7-trihidroksiflavanon.
Kedua senyawa ini diisolasi dari ekstrak
metanol daun sukun.
Enzim α-Glukosidase
Enzim α-glukosidase merupakan enzim
yang terdapat pada usus halus manusia. Enzim
ini merupakan enzim kunci yang berperan
dalam proses akhir pemecahan karbohidrat.
Gao et al. (2007) menjelaskan bahwa enzim
α-glukosidase
bekerja
dengan
cara
menghidrolisis ikatan α-glikosidik pada

 
 



 
oligosakarida dan menghasilkan α-Dglikosida atau glukosa. Pengujian aktivitas
enzim α-glukosidase dapat diukur secara in
vitro dan in vivo.
Uji
aktivitas
enzim
α-glukosidase
dilakukan untuk mengetahui adanya aktivitas
ekstrakpelarut dan senyawa-senyawa yang
terdapat dalam ekstrak daun sukun sebagai
penghambat
terbentuknya
glukosa
(antidiabetes). Penumpukan glukosa yang
berlebihan merupakan salah satu pemicu
terjadinya diabetes mellitus tipe II.
Vichayanrat, et al. (2002) menyatakan bahwa
pengobatan diabetes dengan inhibitor αglukosidase saat ini masih memiliki efek
samping yang cukup serius, namun hal ini
dapat diminimalisir dengan menggunakan
pengobatan secara alami. Menurut Jo S-H, et
al. (2009), telah ditegaskan bahwa inhibitor
alami yang berasal dari tumbuhan memiliki
kemampuan inhibisi yang sangat baik dan
efek samping yang sangat kecil, sehingga
kemampuan inhibisi dari ekstrak daun sukun
diduga dapat mencegah terjadinya penyakit
diabetes mellitus tipe II.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam dunia biokimia dan
kedokteran telah banyak memberikan
informasi yang terkait dengan mekanisme
kerja enzim α-glukosidase. Informasi ini
membantu para ilmuwan untuk menemukan
senyawa-senyawa
baru
yang
dapat
menghambat aktivitas enzim α-glukosidase.
Inhibitor enzim α-glukosidase ini berperan
untuk mengatasi berbagai macam penyakit
yang berhubungan dengan metabolisme
karbohidrat, diantaranya diabetes mellitus,
kanker, HIV, hepatitis, serta kegemukan (Liu
et al. 2006).
Inhibitor enzim α-glukosidase merupakan
obat antihiperglikemia untuk pasien diabetes
melitus tipe II. Karbohidrat yang dikonsumsi
secara normal akan diubah terlebih dahulu
menjadi monosakarida untuk dapat diserap
oleh usus menjadi glukosa darah. Inhibitor
enzim α-glukosidase ini akan mencegah
pemecahan karbohidrat, seperti pati dan
oligosakarida
lainnya
sehingga
dapat
mengurangi konsentrasi gula darah dari
karbohidrat yang dikonsumsi (Chiasson
2002). Contoh obat dari jenis inhibitor enzim
α-glukosidase, diantaranya adalah acarbose,
maglitol, dan voglibose (Neal 2002).
Penghambatan
aktivitas
enzim
αglukosidase dipelajari dengan cara pseudosubstrat. Cara ini untuk mengetahui
kemampuan sampel sebagai panghambat
reaksi hidrolisis glukosa pada substrat p-

nitrofenil-α-D-glukopiranosida
(p-NPG).
Substrat yang terhidrolisis ini menghasilkan
α-D-glukosa (glukosa) dan p-nitrofenol yang
berwarna kuning (Sutedja 2003). Berikut
merupakan reaksi kimia yang terbentuk:
p-NPG
Warna kuning yang dihasilkan ini menjadi
indikator kemampuan sampel sebagai
inhibitor penghambat reaksi. Sugiwati (2005)
menyatakan bahwa produk yang dihasilkan
berbanding lurus dengan warna kuning yang
terbentuk dan berbanding terbalik dengan
kemampuan inhibitor dalam menghambat
produk.
Flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa berbentuk
fenol yang terbesar ditemukan di alam.
Flavonoid merupakan senyawa yang terdiri
atas 15 atom karbon, yang terdiri atas rantai
propana (C-3) yang terikat pada dua cincin
benzena (C-6). Golongan flavonoid yang
terbesar mempunyai cincin piran yang
menghubungkan rantai tiga-karbon dengan
salah satu dari cincin benzena (Gambar 2).
Flavonoid merupakan senyawa yang bersifat
polar karena memiliki gugus gugus hidroksil
yang tidak tersubstitusi. Oleh karena itu,
pelarut polar seperti etanol, metanol, etil
asetat, atau campuran pelarut dapat digunakan
untuk mengekstrak flavonoid dari berbagai
jaringan tumbuhan (Markham 1988).
Flavonoid yang tersedia di alam,
sebagian besar dalam bentuk glikosida.
Glikosida merupakan kombinasi antara suatu
gula dan suatu alkohol yang terikat pada
ikatan glikosidik. Flavonoid ditemui dalam
bentuk mono-, di-, atau triglikosida. Oleh
karena itu, unit-unit gugus hidroksil dalam
flavonoid tersebut terikat oleh glukosa.
Flavonoid digolongkan ke dalam beberapa
golongan, yaitu flavonoid, isoflavonoid, dan
neoflavonoid (Gambar 2). Pada tumbuhan
tingkat tinggi, flavonoid terdapat pada
bagian vegetatif maupun dalam bunga.
Pada bunga, flavonoid berperan sebagai

Gambar 2 Jenis-jenis flavonoid:
(a) Flavonoid, (b) isoflavonoid, (c)
neoflavonoid (Sumber: Grotewold (2007)).

 
 



 

pigmen bunga yang berperan dalam
menarik burung dan serangga penyerbuk.
Selain itu, flavonoid juga berperan dalam
pengaturan pertumbuhan, fotosintesis,
antimikroba, dan antivirus (Robinson
1995).
Berbagai
penelitian
juga
telah
menyebutkan bahwa senyawa flavonoid
berperan sebagai antidiabetes. Berdasarkan
penelitian Hartika (2009), Lukacinova et
al.(2008), dan Fawzy et al. (2008)
menunjukkan bahwa senyawa golongan
flavonol dan flavon merupakan senyawa aktif
yang berperan sebagai antidiabetes. Sampel
senyawa flavonoid dari ekstrak daun sukun
ini direaksikan dengan p-NPG dan enzim αglukosidase. Sampel-sampel ini diharapkan
dapat berkompetisi dengan substrat sehingga
sampel dapat menempel pada sisi aktif enzim
dan tidak terbentuk produk. Produk yang akan
dihitung absorbansinya adalah p-nitrofenol
yang berwarna kuning (Sutedja 2003).
Semakin
pekat
warna
p-nitrofenol
menandakan bahwa semakin banyak jumlah
produk p-nitrofenol yang terbentuk (Sugiwati
2005).
Berdasarkan jurnal yang ditulis oleh Syah
(2005), senyawa-senyawa yang berasal dari
tanaman sukun merupakan tanaman yang
sangat bermanfaat dan memiliki potensi
secara biologis. Senyawa ini telah dievaluasi
sifat biologisnya terhadap berbagai sistem uji,
yaitu meliputi sifat sitotoksik, antiinflamasi,
antimalaria, antimikroba, sebagai inhibitor
enzim 5α-reduktase, tirosinase, dan protease
sistein chatepsin K. Secara fitokimia, sukun
merupakan
penghasil
senyawa-senyawa
flavonoid, stilbena dan 2-arilbenzofuran
terprenilasi atau tergeranilasi. Terdapat
berbagai macam senyawa yang telah diisolasi,
seperti1-(2,4-dihidroksifenil)-3-[8-hidroksi-2metil-2-(4-metil-3-pentenil)-2H-1-benzopiran5-yl]-1-propanon yang diberi kode AC-31, 2geranil-2’,3,4,4’-tetrahidroksidihidrokalkon
yang diberi kode AC-51, siklokomunol yang
diberi
kode
AA-3,
8-geranil-4’,5,7trihidroksiflanon dengan kode AC-33,
siklokomunin, artokomunol, dan masih
banyak lagi (Gambar 3). Menurut Syah
(2005), tanaman sukun belum dilaporkan
mempunyai
sifat
biologis
sebagai
antidiabetes, namun hasil riset Dewi (2007)
baik secara in vitro maupun secara in vivo,
menunjukkan bakwa ekstrak daun sukun
berpotensi sebagai antidiabetes.
Pada penelitian ini, beberapa senyawa
yang telah diisolasi tersebut (AC-31, AC51,
AC-33, dan AA-3) (Gambar 3) akan diuji

Gambar 3 Struktur senyawa: (a) (2-geranil2’,3,4,4’-tetrahidroksidihidrokalkon)/ AC-51;
(b) ((1-(2,4-dihidroksifenil)-3-[8-hidroksi-2metil-2-(4-metil-3-pentenil)-2H -1benzopiran-5-yl]-1-propanon)/AC-31; (c)8geranil-4’,5,7-trihidroksiflanon/AC-33); dan
(d) siklokomunol/AA-3 (Sumber: Syah
(2005)).
sebagai antidiabetes. Syah (2005) telah
menguji sifat biologis dari senyawa-senyawa
diatas, yaitu senyawa AC-51 memiliki fungsi
antitumor dan antiinflamasi dengan cara
menginhibisi enzim 5-lipoksigenase; senyawa
AA-3 memiliki fungsi sitotoksik, namun dari
keempat senyawa diatas belum dilakukan
pengujian untuk antidiabetes. Oleh sebab itu,
keempat senyawa diatas akan diuji sebagai
antidiabetes.
Kuersetin
Indonesia memiliki berbagai jenis flora,
diantaranya banyak yang dimanfaatkan
sebagai obat herbal. Namun, untuk
mencapai fungsi yang baik perlu pengujian
secara kimia, biologi, maupun biokimia.Uji
fitokimia merupakan salah satu cara dalam
penentuan senyawa yang terkandung dalam
tanaman.
Uji
fitokimia
mengkaji
kandungan senyawa aktif yang terdapat
pada tumbuhan. Senyawa aktif tersebut
diharapkan memiliki efek farmakologis
pada manusia atau kepentingan manusia itu
sendiri. Salah satu contoh senyawa
golongan flavonoid adalah kuersetin
(3,3’,4’,5,7-pentahidroksiflavonol)
(Gambar 4). Lee, et al. (2008) melaporkan
bahwa
senyawa
flavonoid,
seperti
kuersetin dan turunannya memiliki manfaat
yang sangat besar bagi kehidupan manusia.

 
 



 

dihidroksifenil)-3-[8-hidroksi-2-metil-2-(4-me
til-3-pentenil)-2H-1-benzopiran-5-yl]-1-propa
non)/AC-31, (2-geranil-2’,3,4,4’-tetrahidroksi
dihidrokalkon)/AC-51, siklokomunol/AA-3,
dan 8-geranil-4’,5,7-trihidroksiflanon/AC-33)
yang berasal dari daun sukun.
Persiapan Sampel Ekstrak dan Fraksi
Pelarut Daun Sukun
Gambar 4 Struktur kuersetin (3,3’,4’,5,7pentahidroksiflavonol) (Sumber: Jo S-H, et
al.(2009))
Studi
secara
epidemiologi
yang
dilakukan Griffiths, et al. (2002)
menjelaskan bahwa senyawa-senyawa
flavonoid, termasuk kuersetin memiliki
kemampuan pada penyakit diabetes tipe II.
Pada tahun 2009, Jo, et al. dalam jurnalnya
membuktikan bahwa kuersetin memiliki
kemampuan
aktivitas
inhibisi
αglukosidase. Hasil penelitiannya juga
menjelaskan bahwa kuersetin memiliki
hasil yang signifikan dalam menginhibisi
α-glukosidase dibandingkan acarbose yang
selama ini sudah dijadikan obat diabetes.
Sehingga dalam penelitian ini kuersetin
dijadikan kontrol pembanding.

BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah pipet
mikro, multipipet, 96-well plate, ELISAreader, neraca analitik, lemari es (-20 0C),
lemari beku (-80 0C), tip, waterbath, tabung
Eppendorf, vorteks, tabung gelap 10 mL,
laminar flow, spatula, inkubator CO2,
stopwatch, alat-alat gelas, dan shaker.
Bahan-bahan yang digunakan dalam
penelitian
ini
adalah
daun
sukun,
Dimetilsulfoksida (DMSO), buffer fosfat (pH
7), bovine serum albumin, enzim αglukosidase, p-nitrofenil-α-D-glukopiranosida
(p-NPG),
larutan
natrium
bikarbonat
(Na2CO3), dan senyawa kuersetin.
Metode
Sampel
Sampel yang digunakan berasal dari
Laboratoriun
Kimia,
Lembaga
Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bandung.
Sampel penelitian ini adalah ekstrak daun
sukun menggunakan pelarut etanol, butanol,
etil asetat, dan heksana. Serta senyawasenyawa flavonoid yang diambil dari fraksi
etil asetat, yang terdiri atas ((1-(2,4-

Sampel ekstrak daun sukun terdiri atas
ekstrak etanol, fraksi butanol, fraksi etil
asetat, dan fraksi heksana daun sukun. Ekstrak
dan fraksi tersebut dalam bentuk serbuk, dan
dibuat larutan eektrak dan fraksi pelarut dalam
DMSO dengan konsentrasi 500 mg/mL
(Lampiran 4). Sampel ini disebut stok sampel
pelarut. Sampel ekstrak dan fraksi pelarut
yang digunakan telah diperoleh dari penelitian
sebelumnya. Sampel ekstrak dan fraksi pelarut
ini pada awalnya didapatkan dengan
mengekstraksi daun sukun. Ekstraksi pertama
menggunakan metode maserasi dengan
pelarut etanol 70%. Pelarut etanol digunakan
karena pelarut etanol merupakan pelarut
serbaguna, yang bersifat polar dan mampu
mengekstrak senyawa-senyawa aktif secara
optimal serta memperkecil jumlah pengotor
yang ikut dalam larutan pengekstraksi.
Selanjutnya
ekstrak
etanol
tersebut
difraksinasi
berturut-turut
menggunakan
pelarut heksana, etil asetat, dan butanol (Dewi
2007). Partisi dengan heksana dan etil asetat
untuk memisahkan senyawa yang bersifat nonpolar dan senyawa yang polar sebagian
(Lampiran 3).
Persiapan Sampel Senyawa Flavonoid
Sampel senyawa terdiri atas senyawaAC31, AC-51, AA-3, dan AC-33 yang berasal
dari ekstrak daun sukun. Keempat senyawa
dalam bentuk serbuk, dan akan dibuat larutan
sampel senyawa dalam DMSO dengan
konsentrasi 50 mM (sampel ini disebut stok
sampel senyawa) (Lampiran 4).
Uji Aktivitas Inhibisi Kuersetin terhadap
Enzim α-Glukosidase
Berdasarkan jurnal yang ditulis oleh Jo, et
al., kuersetin merupakan salah satu senyawa
flavonoid yang dapat digunakan sebagai
antidiabetes. Pengujian aktivitas inhibisi
kuersetin terhadap enzim α-glukosidase
dilakukan untuk membuktikan bahwa
kuersetin dapat digunakan sebagai inhibitor
enzim α-glukosidase. Hasil positif akan
menunjukkan
bahwa
kuersetin
layak
digunakan dalam penelitian ini sebagai kontol

 
 



 

pembanding. Kuersetin diuji aktivitas inhibisi
dengan enzim α-glukosidase. Terdapat
beberapa
konsentrasi
kuersetin
yang
digunakan dalam uji inhibisi, yaitu 3,125 µM;
6,25 µM; 12,5 µM; 25 µM; 50 µM; 100 µM;
dan 200 µM (Lampiran 5), serta dihitung
persentase inhibisi dari masing-masing
konsentrasi tersebut. Selanjutnya dihitung
nilai IC50 kuersetin yang dijadikan kontrol
pembanding untuk sampel-sampel yang
digunakan (Lampiran 15).
Uji Aktivitas Inhibisi Enzim α-Glukosidase
(Modifikasi Metode Sancheti et al. 2009)
Pengujian aktivitas inhibisi enzim αglukosidase menggunakan substrat pnitrofenil-α-D-glukopiranosida (p-NPG). Larutan enzim dibuat dengan melarutkan 100
mL bufer fosfat (pH 7.0) dengan 200 mg
bovine serum albumin, dan ditambahkan 1 mg
α-glukosidase. Enzim yang akan digunakan
dalam pengujian perlu diencerkan, yaitu
sebanyak 0.1 mL larutan enzim dilarutkan
dengan 5 mL bufer fosfat (pH 7.0). Pereaksi
yang digunakan terdiri atas 25 µL pnitrofenil-α-D-glukopiranosida
20
mM
sebagai substrat, 45 µL bufer fosfat (pH 7.0),
dan 5 µL larutan sampel dalam DMSO yang
diaduk hingga homogen. Pembuatan larutan
p-nitrofenil-α-D-glukopiranosida dilakukan
dengan melarutkan 15 mg p-NPG dalam 2.5
mL bufer fosfat.
Setelah
ketiga
pereaksi
homogen,
sebanyak 25 µL larutan enzim α-glukosidase
ditambahkan dan diinkubasi selama 30 menit
dengan suhu 37 0C. Reaksi tersebut dihentikan
dengan menambahkan sebanyak 100 µL
Na2CO3 0,2 M. Selanjutnya diukur
padapanjang
gelombang
400
nm
menggunakan ELISA-reader (Lampiran 2).
Blanko warna diisi menggunakan pereaksi
25 µL p-NPG, 5 µL sampel, dan 70 µL bufer
fosfat. Kontrol positif diisi dengan 5 µL
DMSO, 25 µL p-NPG, 25 µL enzim, dan 45
µL bufer fosfat. Sedangkan kontrol negatif
sama perlakuannya dengan kontrol positif
namun tidak menggunakan enzim. Semua
perlakuan akan ditambahkan dengan 100 µL
natrium karbonat (Na2CO3) (Lampiran 2).
Kontrol pembanding yang digunakan
adalah kuersetin. Kuersetin yang akan
digunakan sebelumnya perlu diketahui bobot
molekulnya. Kemudian persiapan stok
kuersetin yang akan digunakan sama seperti
persiapan sampel.

Percobaan dilakukan sebanyak 3 kali
ulangan dan dihitung dalam % inhibisi dengan
rumus:
C S
%
%
C
dengan ketentuan: C merupakan absorbansi
kontrol positif dan S adalah absorbansi sampel
terkoreksi. Contoh perhitungan dapat dilihat
pada lampiran 6-9 dan lampiran 11-14.
Analisis Data (Mattjik 2002)
Rancangan percobaan pada penelitian ini
adalah perbandingan antara kuersetin
(sebagai antidiabetes) dengan senyawasenyawa lainnya menggunakan uji T.
Hipotesis yang digunakan adalah:
H0:µ1 ≤ µ2, dan
H1: µ1 > µ2.
Keterangan:
µ1= rataan kuersetin
µ2= rataan sampel masing-masing
ekstrak, fraksi, dan
senyawa
yang
dibandingkan
dengan
kuersetin.
Analisis data dilakukan secara statistik,
menggunakan program MINITAB 14.
Pengaruh perlakuan secara signifikan
ditunjukkan dengan α = 0,01. Jika terdapat
perbedaan yang nyata antara kuersetin dengan
sampel lain yang dibandingkan, maka
disimpulkan bahwa sampel tersebut lebih baik
sebagai antidiabetes (Lampiran 16 & 17).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Aktivitas Kuersetin terhadap Enzim
α-Glukosidase
Pada pengujian yang dilakukan dalam
penelitian ini, persentase inhibisi yang
dinyatakan
baik
sebagai
parameter
antidiabetes yaitu sampel yang memiliki
daya inhibisi lebih dari 50%. Nilai ini
menunjukkan bahwa sampel memiliki
kemampuan menginhibisi setengah atau
lebih enzim α-glukosidase, sehingga dapat
disebut antidiabetes karena menghambat
pembentukan glukosa. Pengujian aktivitas
kuersetin terhadap enzim α-glukosidase
dilakukan pada tujuh konsentrasi (3,125 µM;
6,25 µM; 12,5 µM; 25 µM; 50 µM; 100 µM;
dan 200 µM), menunjukkan bahwa
konsentrasi 3,125 µM memiliki hasil
persentase inhibisi yang paling rendah, yaitu
21,03% (Lampiran 15). Daya inhibisi
kuersetin yang terbaik dari penelitian ini
adalah pada konsentrasi 100 µM dan 200 µM,

 
 



 

dengan persentase inhibisi berturut-turut
sebesar 60,94 % dan 85,95 % (Tabel 1).
Berdasarkan hasil ini, kuersetin dengan
konsentrasi 200 µM memiliki kemampuan
menghambat aktivitas enzim α-glukosidase
sebesar 85,95%, sehingga membuktikan
bahwa kuersetin dapat dijadikan sebagai
inhibitor α-glukosidase.
Grafik perbandingan antara konsentrasi
dan persentase inhibisi kuersetin dinyatakan
secara logaritmik. Persamaan yang didapat
adalah y = 15.35ln(x) - 6.008, dengan R2
sebesar 0,900 (Lampiran 5). Selain itu, hasil
perhitungan IC50 kuersetin dari konsentrasi
3,125 µM sampai 200 µM adalah sebesar
44,14 µM atau setara dengan 13,34 µg/mL
(Lampiran 15).
Berdasarkan jurnal Fawzy et al. (2008)
yang membahas tentang kuersetin, kuersetin
merupakan jenis flavonoid yang masuk dalam
golongan flavonol. Fawzy et al. (2008) juga
menjelaskan bahwa kuersetin merupakan
senyawa aktif yang memiliki aktifitas
antidiabetes yang dapat menurunkan kadar
gula darah. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan bahwa nilai inhibisi dari
kuersetin memiliki hasil yang cukup besar,
yaitu 86,55%. Nilai ini diperkuat dengan hasil
R2 sebesar 90% (Lampiran 5). Berdasarkan
persamaan logaritmik dari kuersetin, nilai IC50
kuersetin yang telah didapat, yaitu senilai
44,14 μM atau setara dengan 13,34 μg/mL
(Lampiran 15). Semakin kecil nilai IC50,
menunjukkan
bahwa
semakin
baik
kemampuan
suatu
senyawa
untuk
menginhibisi.
Berdasarkan nilai IC 50 tersebut,
kuersetin dengan konsentrasi 44,14 μM
atau setara dengan 13,34 μg/mL, mampu
menghambat setengah aktivitas enzim αglukosidase untuk memproduksi glukosa.
Nilai ini menunjukkan bahwa nilai IC 50
kuersetin sangat baik digunakan sebagai
kontrol pembanding. Cara kerja dari
kuersetin sebagai antidiabetes disebabkan
adanya substituen gugus hidroksil pada
cincin C-3 (Lukacinova et al 2008)
(Gambar 4). Hidroksilasi cincin C-3 pada
cincin karbon kerangka flavonol tersebut
berperan penting dalam penghambatan
enzim α-glukosidase (Jo S-H 2009)
(Gambar 5). Tadera et al. (2006)
menyatakan bahwa aktivitas penghambatan
enzim yang tinggi itu diakibatkan karena
adanya reaksi hidroksilasi pada C-3 (C-3OH) (Gambar 5).

Daya Inhibisi Sampel Ekstrak dan Fraksi
Pelarut terhadap Enzim α-glukosidase
Pada pengujian aktivitas inhibisi sampel
ekstrak dan fraksi pelarut terhadap enzim αglukosidase, digunakan konsentrasi uji, yaitu
250 μg/mL; 125 μg/mL; 62,5 μg/mL; dan
31,25 μg/mL. Keempat variasi konsentrasi
tersebut tidak memberikan hasil yang
optimal karena nilai persentase inhibisi
dengan konsentrasi sampel tidak berbanding
lurus, sehingga dilakukan pengulangan uji
dengan konsentrasi yang lebih rendah hingga
mendapatkan hasil yang optimal (Tabel 1).
Hasil yang optimal ditunjukkan dengan nilai
persentase inhibisi yang berbanding lurus
dengan konsentrasi sampel, sehingga dapat
menghasilkan R2 yang mendekati 1,00
(Lampiran 6-10). Selain itu, dapat dilihat
dari nilai IC50 yang kecil dari variasi
konsentrasi tersebut (Lampiran 10).
Optimasi kedua dilakukan dengan lima
variasi konsentrasi, dengan konsentrasi awal
100 μg/mL hingga 6,25 μg/mL. Pada variasi
konsentrasi ini hanya fraksi butanol dan fraksi
heksana yang menunjukkan hasil yang sesuai
(Lampiran 6 & 7). fraksi butanol
menghasilkan persentase inhibisi yang cukup
baik, yaitu 50,99–65,38% pada variasi
konsentrasi 12,5-100 μg/mL (Tabel 1).
Sedangkan fraksi heksana, menghasilkan
persentase inhibisi sangat rendah, yaitu
kurang dari 50% (Tabel 1), sehingga fraksi
heksana tidak dapat digunakan sebagai
antidiabetes. Hasil ini sesuai dengan
penelitian Ramdhani (2009) yang menyatakan
Tabel 1 Daya inhibisi dan IC50 sampel ekstrak
pelarut dengan kontrol pembanding
(kuersetin).
Sampel
%
IC50
[C]
Ekstrak
(μg/mL) Inhibisi (μg/mL)
Daun Sukun
60,44
85,95
13,34
Kuersetin
30,22
60,94
25
74,33
8,89
Etanol
12,5
57,65
100
65,38
Butanol
50
57,33
14,42
25
56,87
12,5
50,99
100
12,46
2,68E+1
Heksana
2
50
10,22
25
79,86
Etil
12,5
65,19
6,01
Asetat
6,25
50,52

 
 



 

bahwa heksana tidak dapat melarutkan
senyawa-senyawa aktif dalam daun sukun.
Berbeda dengan fraksi butanol dan
fraksi heksana, ekstrak etanol dan fraksi
etil asetat belum mendapatkan hasil yang
optimal dengan pengulangan variasi
kosentrasi di atas, sehingga dilakukan
pengulangan uji dengan menggunakan
konsentrasi yang lebih rendah. Variasi
konsentrasi tersebut adalah 25 μg/mL; 12,5
μg/mL; 6,25 μg/mL; 3,125 μg/mL; dan 1, 562
μg/mL. Berdasarkan variasi konsentrasi ini,
ekstrak etanol dan fraksi etil asetat memiliki
hasil yang optimal. Ekstrak etanol memiliki
persentase inhibisi di atas 50% pada
konsentrasi 25 μg/mL dan 12,5 μg/mL,
dengan nilai persentase inhibisi berturutturut adalah 74,33 % dan 57,65 %
(Lampiran 10). Sedangkan pada fraksi etil
asetat memiliki inhibisi terbaik pada
konsentrasi 25 μg/mL; 12,5 μg/mL; dan
6,25 μg/mL, dengan nilai persentase
tertinggi 79,87 % pada konsentrasi 25
μg/mL (Tabel 1).
Grafik perbandingan antara konsentrasi
sampel ekstrak dan fraksi pelarut dengan
persentase inhibisi dibentuk berdasarkan
persamaan logaritmik (Lampiran 6-9).
Berdasarkan persamaan tersebut, nilai
regresi tertinggi adalah sebesar 99% dari
sampel fraksi etil asetat (Lampiran 9),
diikuti sampel ekstrak etanol sebesar 98,8
% (Lampiran 6), fraksi butanol 93,1 %
(Lampiran 7), dan fraksi heksana sebesar
83 % (Lampiran 8). Berdasarkan nilai
regresi dan persentase inhibisi, ekstrak
yang memiliki aktivitas antidiabetes
terbaik adalah fraksi etil asetat dan
ekstrak etanol. Hal ini disebabkan karena
dengan konsentrasi 25 μg/mL, fraksi etil
asetat mampu menginhibisi sebesar
79,86%, sedangkan ekstrak etanol mampu
menginhibisi sebesar 74,33% (Tabel 1).
Berdasarkan
hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa aktivitas antidiabetes
ekstrak dan fraksi pelarut berturut-turut
adalah fraksi etil asetat (konsentrasi 256,25 μg/mL) > ekstrak etanol (konsentrasi
25-12,5
μg/mL)
>
fraksi butanol
(konsentrasi 100-12,5 μg/mL) > fraksi
heksana (konsentrasi 100-50 μg/mL). Hasil
ini sesuai dengan penelitian Ramdhani
(2009) yang menyatakan kandungan
senyawa aktif dalam daun sukun dapat
larut dalam pelarut-pelarut di atas, kecuali
heksana.

Nilai IC50 Sampel Ekstrak dan Fraksi
Pelarut Daun Sukun
Tahapan selanjutnya dalam penelitian ini
adalah menentukan nilai IC50 masing-masing
sampel untuk mengetahui konsentrasi
sampel yang dapat menghambat 50%
aktivitas enzim α-glukosidase. Semakin
rendah nilai IC50 maka semakin baik
digunakan sebagai antidiabetes, karena
dengan nilai konsentrasi sampel yang sangat
rendah dapat menghambat 50% aktivitas
enzim α-glukosidase sehingga pembentukan
glukosa akan terhambat. Nilai IC50 masingmasing ekstrak dihitung dari persamaan
logaritmik yang telah didapat dari grafik
sampel ekstrak pelarut. Nilai IC50 masingmasing sampel ini dibandingkan dengan
kontrol pembanding, yaitu kuersetin. Nilai
IC50 kuersetin setelah dikonversi ke dalam
satuan μg/mL adalah sebesar 13,34 μg/mL
(Tabel 1). Ekstrak yang memiliki nilai IC50
yang lebih kecil dari nilai IC50 kuersetin
merupakan nilai ekstrak yang memiliki
aktivitas antidiabetes yang baik.
Hasil yang terlihat dalam tabel 1
menunjukkan bahwa nilai IC50 terendah
hingga tertinggi dimiliki oleh fraksi etil asetat,
ekstrak etanol, fraksi butanol, serta fraksi
heksana dengan nilai berturut-turut sebesar
6,01 μg/mL; 8,89 μg/mL; 14,42 μg/mL; dan
2,6x1012 μg/mL. Apabila dibandingkan
dengan nilai IC50 kuersetin (13,34 μg/mL),
ekstrak dan fraksi pelarut terbaik yang dapat
digunakan sebagai antidiabetes adalah fraksi
etil asetat dan ekstrak etanol karena memiliki
nilai IC50 yang lebih kecil dari kuersetin, yaitu
6,01 μg/mL dan 8,89 μg/mL (Lampiran 10).
Nilai tersebut diuji secara statistik untuk
me

Dokumen yang terkait

Penggunaan Berbagai Jenis Kompos Terhadap Pertumbuhan Sukun (Artocarpus communis Forst ) Pada Daerah Tangkapan Air Danau Toba, Kecamatan Haranggaol Horison

0 68 50

Karakterisasi Simplisia Dan Isolasi Senyawa Flavonoida Dari Ekstrak Etanol Daun Sukun (Artocarpus Altilis (Park.) Fosberg)

11 73 109

Pertumbuhan Stek Akar Sukun (Artocarpus communis Forst.) Berdasarkan Perbedaan Jarak Akar Dari Batang Pohon

4 84 47

Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg dengan Penambahan Polimer Kombinasi β-Siklodekstrin dan Polivinil Pirolidon Menggunakan Metode Pencampuran Kneading

1 12 76

Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun Artocarpus Altilis (Parkinson) Fosberg dengan Penambahan Polimer Kombinasi β-Siklodekstrin dan Hidroksi Propil Metilselulosa Menggunakan Metode Pencampuran Kneading

1 12 70

Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg dengan Penambahan Polimer β-siklodekstrin Menggunakan Metode Pencampuran Kneading

5 15 70

Sitotoksisitas Ekstrak dan Senyawa Flavonoid Daun Sukun (Artocarpus altilis) Terhadap Sel T47D Melalui Induksi Apoptosis

1 7 70

SITOTOKSISITAS EKSTRAK METANOL DAUN SUKUN (Artocarpus altilis), NANGKA (Artocarpus heterophyllus), DAN Sitotoksisitas Ekstrak Metanol Daun Sukun (Artocarpus altilis), Nangka (Artocarpus heterophyllus), dan Kluwih (Artocarpus camansi) Terhadap Sel Kanker

0 3 14

Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid Fraksi Etil Asetat Ekstrak Metanol-Air Daun Sukun (Artocarpus altilis Parkinson Fosberg) - Ubaya Repository

0 0 1

Dua Flavonoid Tergeranilasi dari Daun Sukun (Artocarpus altilis)

0 3 5