Faktor–faktor yang Memengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja di Pulau Sumatera 2006-2010

FAKTOR–FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENYERAPAN
TENAGA KERJA DI PULAU SUMATERA 2006-2010

NILA SARI

ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor–faktor yang
Memengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja di Pulau Sumatera 2006-2010 adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2013

Nila Sari
NIM H14090084

ABSTRAK
NILA SARI. Faktor–faktor yang Memengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja di
Pulau Sumatera 2006-2010. Dibimbing oleh DEWI ULFAH WARDANI.
Pulau Sumatera sebagai pulau terbesar di Indonesia memiliki rata–rata
pertumbuhan ekonomi dan investasi yang cukup tinggi. Tujuan penelitian ini
menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi penyerapan tenaga kerja sektoral di
Pulau Sumatera dan menganalisis perkembangan penyerapan tenaga kerja di
Pulau Sumatera. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah dengan analisis
panel data dengan jumlah observasi panel sebanyak 50 observasi tahun 2006
hingga 2010 di sepuluh provinsi Pulau Sumatera. Hasil pada penelitian ini
adalah faktor-faktor yang memengaruhi penyerapan tenaga kerja di Pulau
Sumatera tahun 2006 hingga 2010 sektor pertanian, industri dan konstruksi
yaitu PDRB, UMP, dan PMA. Sektor pertambangan yaitu hanya PDRB dan
sektor jasa adalah PDRB, UMP, dan PMDN. Provinsi yang mendominasi

penyerapan tenaga kerja sektor pertanian, industri, konstruksi, dan jasa adalah
Provinsi Sumatera Utara. Sektor pertambangan penyerapan tenaga kerjanya
didominasi oleh Provinsi Bangka Belitung. Provinsi yang memiliki jumlah
penyerapan tenaga kerja terkecil pada sektor pertanian adalah Provinsi
Kepulauan Riau. Pada sektor pertambangan penyerapan tenaga kerja terkecil
ada pada Provinsi Bengkulu dan pada sektor industri, konstruksi, jasa
penyerapan tenaga kerja terkecil ada pada Provinsi Bangka Belitung.

Kata kunci: penyerapan tenaga kerja, sektoral, panel data

ABSTRAK
NILA SARI. Faktor–faktor yang Memengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja di
Pulau Sumatera 2006-2010. Dibimbing oleh DEWI ULFAH WARDANI.
Pulau Sumatera sebagai pulau terbesar di Indonesia memiliki rata–rata
pertumbuhan ekonomi dan investasi yang cukup tinggi. Tujuan penelitian ini
menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi penyerapan tenaga kerja
sektoral di Pulau Sumatera dan menganalisis perkembangan penyerapan
tenaga kerja di Pulau Sumatera. Metode yang digunakan dalam penelitian
adalah dengan analisis panel data dengan jumlah observasi panel sebanyak 50
observasi tahun 2006 hingga 2010 di sepuluh provinsi Pulau Sumatera. Hasil

pada penelitian ini adalah faktor-faktor yang memengaruhi penyerapan tenaga
kerja di Pulau Sumatera tahun 2006 hingga 2010 sektor pertanian, industri dan
konstruksi yaitu PDRB, UMP, dan PMA. Sektor pertambangan yaitu hanya
PDRB dan sektor jasa adalah PDRB, UMP, dan PMDN. Provinsi yang
mendominasi penyerapan tenaga kerja sektor pertanian, industri, konstruksi,
dan jasa adalah Provinsi Sumatera Utara. Sektor pertambangan penyerapan
tenaga kerjanya didominasi oleh Provinsi Bangka Belitung. Provinsi yang
memiliki jumlah penyerapan tenaga kerja terkecil pada sektor pertanian adalah
Provinsi Kepulauan Riau. Pada sektor pertambangan penyerapan tenaga kerja
terkecil ada pada Provinsi Bengkulu dan pada sektor industri, konstruksi, jasa
penyerapan tenaga kerja terkecil ada pada Provinsi Bangka Belitung.
Kata kunci: penyerapan tenaga kerja, sektoral, panel data
ABSTRACT
NILA SARI. The Factors which Affect Demand of Labor in Sumatera 2006-2010.
Supervised by DEWI ULFAH WARDANI.
Sumatera as the largest island in Indonesia, has an average of economic
growth and investment is quite high. The purpose of this research is to analyze the
factors which affect the sectoral labor demand in Sumatera island and to analyze
the development of labor demand in Sumatera island. Method used in this study is
analyzing data panel with 50 observation panel 2006-2010 at 10 province of

Sumatera. The results of this research are factors wich affect labor demand in
Sumatera island in 2006-2010 on agriculture, industry, and construction is GDP,
PMA, and UMP. Factors wich affect labor demand in Sumatera island in 20062010 on mining is PDRB and on service is GDP, PMDN, UMP. Province that
dominates of labor demand in agriculture, industry, construction, and service is
North Sumatera. Province that dominates of labor demand in mining is Bangka
Belitung. The province has the smallest amount of labor demand in agriculture
and mining is Kepulauan Riau and Bengkulu. The province has the smallest
amount of labor demand in industry, construction, and service sectoral is Bangka
Belitung.
Keywords: labor demand, sectoral, data panel

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENYERAPAN
TENAGA KERJA DI PULAU SUMATERA 2006-2010

NILA SARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada

Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Faktor–faktor yang Memengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja di
Pulau Sumatera 2006-2010
Nama
: Nila Sari
NIM
: H14090084

Disetujui oleh

Ir. Dewi Ulfah Wardani, M.Si
Pembimbing


Diketahui oleh

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec.
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena dengan rahmat dan karunia-Nya penulis masih diberi kesempatan untuk
menyelesaikan penelitian yang dimulai sejak Oktober 2012 sehingga
menghasilkan karya ilmiah ini. Tema yang penulis sajikan ialah penyerapan
tenaga kerja, dengan judul Faktor–faktor yang Memengaruhi Penyerapan tenaga
Kerja di Pulau Sumatera 2006-2010.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga
kepada orang tua dan keluarga penulis, yaitu Irwanto dan Mirawati, adik dari
penulis Novianti dan Afifah atas segala doa dan dukungan yang telah diberikan.
Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1) Ir. Dewi Ulfah Wardani, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan arahan, serta waktu yang diluangkan

selama proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan
baik.
2) Dr. Wiwiek Rindayanti selaku dosen penguji utama yang telah
memberikan kritik dan saran untuk perbaikan skripsi ini.
3) Ranti Wiliasih, M.Si selaku dosen penguji Komisi Pendidikan yang
telah memberikan saran mengenai tata cara penulisan yang baik dan
benar.
4) Staf bidang PUSDATIN dari BKPM, BPS dan Kementrian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi yang telah membantu selama pengumpulan
data.
5) Seluruh staf dan pengajar Departemen Ilmu Ekonomi atas kerjasama
dan bantuannya selama penulis menuntut ilmu di IPB.
6) Sahabat penulis Ria Rizkiani, Marsela Dwi Tamisari, Dea Rizki
Kusmana, Niki Nurhayati, Amelia Rosita Asnel, Rina Rosalina, Nidaa
Nazaahah, Dwi Nur Vitasari dan Adini Filsafatun yang selalu
memberikan motivasi, semangat, dan doa.
7) Kakak Kelas IE 45 Hairul, S.E atas doa, bantuan, dan dukungannya.
8) Teman-teman Kopma IPB khususnya Hanifatun Nufusia, Shema Mukti
Anggraini, Septi Novia, Adam Priyo Hartono, Wahid Anissudin, Lia
Kusuma Dewi, dan Sobandi Wiguna atas doa, bantuan, dan

dukungannya.
9) Rekan-rekan sebimbingan, Adrian Prama Arta, Rina Rosalina, Intansari
Pertiwi, dan Gresila Riski Tarigan.
10) Keluarga besar IE 46 yang selama ini telah bersama-sama menuntut
ilmu di IPB, Bogor.
Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2013

Nila Sari

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi


DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

3


Hipotesis Penelitian

3

Ruang Lingkup Penelitian

4

Kerangka Pemikiran Penelitian

4

METODE

5

Jenis dan Sumber Data

5


Definisi Operasional

5

Metode Analisis Data

5

Uji Asumsi

8

Uji Hipotesis

9

Perumusan Model Penelitian

11

HASIL DAN PEMBAHASAN

11

Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral di Pulau Sumatera

11

Faktor-faktor yang Memengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja di
Pulau Sumatera 2006 hingga 2010
SIMPULAN DAN SARAN

18
27

Simpulan

27

Saran

28

DAFTAR PUSTAKA

28

LAMPIRAN

30

RIWAYAT HIDUP

54

DAFTAR TABEL
1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan
2000 Menurut Pulau 2006 hingga 2010 (Milyar Rupiah)
2 Presentase Tingkat Pertumbuhan Ekonomi dan Peningkatan Penyerapan
Tenaga Kerja Pulau Sumatera 2006 hingga 2010
3 Selang Nilai Statistik Durbin – Watson serta Keputusannya
4 Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja
di Pulau Sumatera Tahun 2006 hingga 2010

1
2
9
20

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka Pemikiran Penelitian
2 Kurva Penyerapan Tenaga Kerja di Lima Sektor Pulau Sumatera
3 Jumlah Tenaga Kerja Sektor Pertanian Pulau Sumatera Berdasarkan
Urutan Jumlah Terbesar
4 Jumlah Tenaga Kerja Sektor Pertambangan Pulau Sumatera Berdasarkan
Urutan Jumlah Terbesar
5 Jumlah Tenaga Kerja Sektor Industri Pulau Sumatera Berdasarkan
Urutan Jumlah Terbesar
6 Jumlah Tenaga Kerja Sektor Konstruksi Pulau Sumatera Berdasarkan
Urutan Jumlah Terbesar
7 Jumlah Tenaga Kerja Sektor Jasa Pulau Sumatera Berdasarkan
Urutan Jumlah Terbesar

4
12
13
14
16
17
18

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil Estimasi Sektor Pertanian
2 Hasil Estimasi Sektor Pertambangan
3 Hasil Estimasi Sektor Industri
4 Hasil Estimasi Sektor Konstruksi
5 Hasil Estimasi Sektor Jasa
6 Jumlah Tenaga Kerja Sektor Pertanian dan Pertambangan Berdasarkan
Urutan Terbesar
7 Jumlah Tenaga Kerja Sektor Industri dan Konstruksi Berdasarkan
Urutan Terbesar
8 Jumlah Tenaga Kerja Sektor Jasa Berdasarkan Urutan Terbesar

30
33
36
39
42
45
48
51

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2010 sebesar Rp3 600 triliyun
didapat dari nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di enam pulau besar.
Tahun 2006 hingga 2010 PDRB tersebut mengalami peningkatan setiap tahunnya
yang berdampak terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Urutan
berdasarkan presentasi PDRB 2006 hingga 2010 di pulau-pulau besar Indonesia
yaitu Pulau Jawa sebesar 61 persen, Pulau Sumatera sebesar 21 persen, Pulau
Kalimantan sebesar 9 persen, Pulau Sulawesi sebesar 5 persen, Nusa Tenggara,
Maluku & Papua sebesar 3 persen, dan Pulau Bali sebesar 1 persen.
Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan
2000 Menurut Pulau 2006 hingga 2010
Pulau
Jawa

2006

2007

2008

2009

2010

(Milyar Rupiah)
1 071 135

1 148 307

1 217 416

1 275 927

1 356 704

Sumatera

389 067

408 349

428 695

443 681

468 325

Kalimantan

160 687

166 083

174 965

181 031

190 664

79 153

84 877

92 029

98 402

106 515

60 031

68 026

71 674

25 910

27 291

28 881

Sulawesi

Nusa
Tenggara,
55 723
58 541
Maluku,
dan Papua
Bali
22 185
24 450
Sumber : BPS 2006-2010 (diolah)

Pulau Sumatera sebagai salah satu pulau terbesar di Indonesia memiliki
PDRB pada tahun 2006 hingga 2010 selalu meningkat dari tahun ke tahun yang
dapat dilihat pada Tabel 1. Tahun 2006 hingga 2010 merupakan tahun yang
kemajuan bagi ekonomi Pulau Sumatera yang tumbuh secara positif. Pertumbuhan
ekonomi yang positif tersebut diharapkan dapat meningkatkan penyerapan tenaga
kerja dengan tingkat upah yang sesuai sehingga masyarakat Pulau Sumatera
mendapatkan kesejahteraan yang tinggi sesuai dengan tingginya PDRB.
Peningkatan PDRB Pulau Sumatera diimbangi dengan peningkatan jumlah
tenaga kerjanya. Kondisi seimbang dari pertumbuhan ekonomi terhadap
pertumbuhan tenaga kerja adalah ketika pertumbuhan ekonomi mampu
memengaruhi pertumbuhan tenaga kerja secara seimbang. Kondisi tersebut terjadi
di Pulau Sumatera pada tahun 2006 hingga 2010. Kondisi pertumbuhan ekonomi

2

dengan peningkatan tenaga kerja Pulau Sumatera 2006 hingga 2010 dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2 Presentase Tingkat Pertumbuhan Ekonomi dan Peningkatan Penyerapan
Tenaga Kerja Pulau Sumatera 2006 hingga 2010
Peningkatan
Peningkatan
Jumlah Tenaga
Tahun
PDRB
Kerja Terserap
(%)
(%)
2006

5.27

2.21

2007
4.95
2008
4.98
2009
3.50
2010
5.49
Sumber : BPS 2006 hingga 2010 (diolah)

3.98
5.41
2.64
7.39

Keadaan penyerapan tenaga kerja dilihat dari jumlah penduduk 15 tahun
keatas yang bekerja. Rata-rata jumlah pekerja Pulau Sumatera setiap tahunnya
tumbuh sebesar 4 persen. Tingkat pengangguran di Pulau Sumatera tahun 2006
hingga 2010 mencapai 5 persen. Pertumbuhan jumlah tenaga kerja ini masih lebih
rendah dari tingkat pengangguran. Pertumbuhan ekonomi Pulau Sumatera
memiliki pertumbuhan rata–rata dari tahun 2006 hingga 2010 sebesar 5 persen per
tahun. Pulau Sumatera juga memiliki investasi yang terdiri dari Penanaman Modal
Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Tingkat
pertumbuhan PMA Pulau Sumatera rata-rata sebesar 0.41 persen dan rata-rata
pertumbuhan PMDN Pulau Sumatera sebesar 30 persen per tahun. Rata–rata
pertumbuhan ekonomi dan investasi Pulau Sumatera menunjukkan pertumbuhan
yang cukup tinggi, hal ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Pulau Sumatera yang dilihat dari jumlah penyerapan tenaga kerjanya.
Gambaran aktivitas ekonomi tersebut menjadi latar belakang penelitian ini tentang
faktor–faktor yang memengaruhi penyerapan tenaga kerja di Pulau Sumatera.

Perumusan Masalah
Pulau Sumatera sebagai salah satu pulau terbesar dengan jumlah penduduk
yang cukup padat, pada tahun 2010 jumlah penduduk Pulau Sumatera mengalami
peningkatan sebesar 17 persen dari tahun 2000 (BPS 2012). Pulau Sumatera
dengan tingkat PDRB terbesar kedua di Indonesia memiliki jumlah angkatan kerja
yang meningkat dari tahun 2006 hingga 2010 sebesar 16.65 persen. Angka
peningkatan angkatan kerja selama lima tahun ini hampir sama dengan angka
peningkatan jumlah penduduk di Pulau Sumatera selama sepuluh tahun. Hal ini
menunjukkan bahwa peningkatan angkatan kerja lebih cepat dari peningkatan
jumlah penduduk. Peningkatan jumlah penduduk membawa konsekuensi terhadap
pertambahan jumlah angkatan kerja, jika tidak diimbangi dengan peningkatan
kesempatan kerja maka yang terjadi tingkat pengangguran terus bertambah.

3

Angkatan kerja yang tumbuh lebih cepat daripada kesempatan kerja akan
memperbesar jumlah pengangguran (Dimas dan Woyanti 2009).
Tingkat pertumbuhan PMA Pulau Sumatera rata-rata sebesar 0.41 persen
dan rata-rata pertumbuhan PMDN Pulau Sumatera sebesar 30 persen per tahun.
Pertumbuhan investasi tersebut cukup besar, meskipun demikian peningkatan
pertumbuhan investasi tersebut masih belum meningkatkan penciptaan lapangan
kerja baru. Kondisi ini membuat peneliti memilih Pulau Sumatera dalam
penelitiannya untuk melihat struktur atau faktor-faktor penyerapan tenaga kerja di
sektor pertanian, pertambangan, industri, konstruksi, dan jasa.
Berdasarkan fenomena diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini
adalah :
1.
Bagaimana perkembangan penyerapan tenaga kerja lima sektor di Pulau
Sumatera.
2.
Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi penyerapan tenaga kerja di lima
sektor Pulau Sumatera tahun 2006 hingga 2010.

Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan permasalahan, maka tujuan
penelitian ini adalah :
1.
Menganalisis perkembangan penyerapan tenaga kerja lima sektor di Pulau
Sumatera.
2.
Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi penyerapan tenaga kerja
pada
sektor pertanian, pertambangan, industri, konstruksi, dan jasa di Pulau
Sumatera tahun 2006 hingga 2010.

Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini berupa dugaan tanda
koefisien variabel-variabel yang memengaruhi jumlah penyerapan tenaga kerja di
Pulau Sumatera. Hipotesis yang digunakan, yaitu :
1)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), diduga berpengaruh positif
terhadap penyerapan tenaga kerja
2)
Penanaman Modal Asing (PMA), diduga berpengaruh positif terhadap
penyerapan tenaga kerja
3)
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), diduga berpengaruh positif
terhadap penyerapan tenaga kerja
4)
Upah Minimum Provinsi (UMP), diduga berpengaruh negatif terhadap
penyerapan tenaga kerja

4

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mencakup suatu kajian tentang faktor-faktor yang
memengaruhi penyerapan tenaga kerja sektoral di Pulau Sumatera. Analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel sepuluh provinsi Pulau
Sumatera selama 2006 hingga 2010. Variabel yang digunakan dalam estimasi
adalah jumlah penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja sebagai variabel tak bebas
(Y), sedangkan variabel bebasnya (X) yaitu PDRB sektoral, upah minimum, PMA
sektoral, dan PMDN sektoral. Sektor–sektor yang akan dibahas pada penelitian ini
terdiri dari lima sektor yaitu pertanian, pertambangan, industri, konstruksi, dan
jasa.

Kerangka Pemikiran
Pada kerangka pemikiran penelitian di bawah ini dijelaskan bahwa
pertumbuhan ekonomi Pulau Sumatera dapat dilihat dari tingkat PDRB, PMA,
PMDN, dan UMP. Pertumbuhan ekonomi ini menggambarkan kesejahteraan
masyarakat yang dilihat dari jumlah penyerapan tenaga kerjanya. Indikator
PDRB, PMA, PMDN, dan UMP merupakan faktor-faktor yang memengaruhi
penyerapan tenaga kerja yang kemudian dianalisis dengan metode panel data.
Hasil dari analisis ini adalah faktor-faktor yang memengaruhi penyerapan tenaga
kerja di Pulau Sumatera.
Pertumbuhan Ekonomi Pulau Sumatera

PDRB
Penyerapan
Tenaga Kerja

PMA
PMDN
UMP

Panel Data

Faktor-faktor yang Memengaruhi
Penyerapan Tenaga Kerja
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian

5

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder berupa data time series tahun 2006 hingga 2010 dan cross section
sepuluh provinsi di Pulau Sumatera. Provinsi tersebut yaitu, Nangroe Aceh
Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan,
Lampung, Bengkulu, Kepulauan Riau, dan Bangka Belitung. Variabel-variabel
ekonomi yang digunakan adalah PDRB, upah minimum, investasi yang terdiri
dari Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN), dan jumlah angkatan kerja yang bekerja. Sumber data diperoleh dari
berbagai instansi dan media terkait dengan data yang dibutuhkan dalam
penelitian ini. Instansi dan media tersebut adalah Badan Pusat Statistik (BPS),
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi (Depnakertrans), perpustakaan, dan artikel jurnal.

Definisi Operasional
Definisi Operasional adalah suatu definisi yang memberikan penjelasan atas
suatu bentuk yang dapat diukur. Definisi ini memberikan informasi yang
diperlukan untuk mengukur variabel yang akan diteliti. Variabel PDRB yang
digunakan adalah PDRB atas dasar harga konstan yaitu Produk Domestik
Regional Bruto riil (Mankiw 2006). Satuan pada PDRB menurut harga konstan
adalah milyar rupiah.
Variabel Upah Minimum Provinsi (UMP) adalah upah minimum riil
bulanan yang diterima buruh sebagai balas jasa pekerjaan yang telah dilakukan
dengan satuan ribu rupiah. Variabel angkatan kerja yang bekerja adalah penduduk
usia 15 tahun keatas yang bekerja dengan satuan jiwa. Variabel investasi PMA
dan PMDN adalah realisasi PMA dan PMDN Pulau Sumatera berdasarkan sektor.
Variabel PMA menggunakan satuan ribu dollar Amerika dan PMDN juta rupiah.

Metode Analisis Data
Data yang sebagai variabel bebas dan tak bebas dalam penelitian ini diolah
menggunakan peralatan ekonometrika dan statistika, dengan menggunakan uji
korelasi antar variabel untuk mengetahui keeratan hubungan antar variabel.
Program komputer yang digunakan adalah Microsoft Excel dan E-views 6.
Pendekatan data panel yaitu menggunakan informasi dari gabungan kedua
pendekatan data tersebut (cross section dan time series). Terdapat dua keuntungan
penggunaan model data panel dibanding cross section atau time series saja
(Varbeek 2004 dalam Firdaus 2011). Pertama, dengan mengombinasikan data
time series dan cross section dalam data panel membuat jumlah observasi menjadi

6

lebih besar. Secara teknis, data panel dapat memberikan data yang informatif,
mengurangi kolinearitas antar peubah serta meningkatkan derajat kebebasan yang
artinya meningkatkan efisiensi (Hsiao 2004 dalam Firdaus 2011). Kedua adalah
mengurangi masalah identifikasi. Data panel lebih baik dalam mengidentifikasi
dan mengukur efek yang secara sederhana tidak dapat diatasi dalam cross section
saja atau time series saja, selain itu juga mampu mengontrol heterogenitas
individu (Firdaus 2011). Estimasi model pada data panel untuk penelitian ini
yaitu, Fixed Effect Model (FEM) dan Random Effect Model (REM). Keduanya
dibedakan berdasarkan pada asumsi atau tidaknya korelasi antara komponen error
dengan peubah bebas (regresor) (Firdaus 2011).
Fixed Effect Model (FEM) muncul ketika antara efek individu dan peubah
penjelas memiliki korelasi dengan X it atau memilikinpola yang sifatnya tidak
acak. Penduga FEM dapat dihitung dengan beberapa teknik sebagai berikut:
1.
Pendekatan Pooled Square (PLS)
Pada prinsipnya, pendekatan ini adalah menggunakan gabungan dari seluruh
data (pooled), sehingga terdapat N x T observasi, dimana N menunjukkan jumlah
unit cross section dan T menunjukkan jumlah series yang digunakan. Model yang
digunakan yaitu:
y it = α i + X it β + u it ……………………. (1)
dimana α i bersifat konstan untuk semua observasi, atau α i = α. Dengan
mengombinasikan data cross section dan time series, dapat meningkatkan derajat
kebebasan sehingga dapat memberikan hasil estimasi yang lebih efisien.
Pendekatan ini memiliki kelemahan yaitu dugaan parameter β akan bias.
Parameter yang bias ini disebabkan karena PLS tidak dapat membedakan
observasi yang berbeda pada periode yang sama, atau tidak dapat membedakan
observasi yang sama pada periode yang berbeda (Firdaus 2011).
2.
Pendekatan Within Group (WG)
Pendekatan ini digunakan untuk mengatasi masalah bias pada PLS. teknik
yang digunakan adalah dengan menggunakan data deviasi dari rata–rata individu.
Kelebihan dari WG ini adalah dapat menghasilkan parameter β yang tidak bias,
tetapi kelemahannya adalah nilai var (β WG ) cenderung lebih besar dari var (β PLS )
sehingga dugaan WG relatif lebih tidak efisien. Kelemahan dari WG adalah tidak
dapat mengakomodir karakteristik time-invariant pada FEM seperti terlihat dari
tidak dimasukkannya intersep ke dalam model (Firdaus 2011).
3.
Pendekatan Fixed Effect Model (FEM)
Metode ini bertujuan untuk dapat merepresentasikan perbedaan intersep,
yaitu dengan dummy variable. Kelebihan pendekatan FEM adalah dapat
menghasilkan dugaan parameter β yang tidak bias dan efisien. Kelemahannya jika
jumlah unit observasinya besar maka terlihat cumbersome. Untuk menguji apakah
intersep memang signifikan atau tidak dapat menggunakan f-test dengan hipotesis
sebagai berikut:
H 0 : α 1 = α 2 = α 3 = … = α n dan
H 1 : satu dari α ada yang tidak sama
Hipotesis tersebut dapat secara langsung digunakan untuk menguji apakah
lebih baik menggunakan PLS atau FEM. Dasar penolakan terhadap H 0 adalah
dengan menggunakan F-statistik yaitu:

7

R 2 DV − R p2 NT − N − K
.
F=
………………….. (2)
2
N −1
1 − RDV
dimana:
R2 DV = koefisien determinasi FEM
R2 p = koefisien determinasi Pooled Least Square
k
= banyaknya peubah
Jika nilai F-Stat hasil pengujian lebih besar dari F-Tabel, maka cukup bukti
untuk melakukan penolakan terhadap hipotesis nol sehingga dugaan bahwa α
adalah sama untuk semua individu dapat ditolak (Firdaus 2011).
Random Effects Model muncul ketika antara efek individu dan regresor
tidak ada korelasi. Asumsi ini membuat komponen error dari efek individu dan
waktu dimasukkan ke dalam error. Terdapat dua jenis pendekatan yang
digunakan untuk menghitung estimator REM, yaitu between estimator dan
Generalized Least Square (GLS) (Firdaus 2011).
1.
Pendekatan Between Estimator
Pendekatan ini berkaitan dengan dimensi antardata (differences between
individual), yang ditentukan sebagaimana Ordinary Least Square (OLS) estimator
pada sebuah regresi dari rata-rata individu y dalam nilai x secara individu.
Between estimator konsisten untuk N tak hingga, dengan asumsi bahwa peubah
bebas dengan error tidak saling berkorelasi atau E (x it , ε i = 0) (Firdaus 2011).
2.
Pendekatan Generalized Least Square (GLS)
Pendekatan GLS mengombinasikan informasi dari dimensi antara dan
dalam (between dan within) data secara efisien. Pendekatan ini dapat dipandang
sebagai rata–rata yang dibobotkan dari estimasi between dan within dalam sebuah
regresi. Bila bobot yang dihitung tersebut tetap, maka estimator yang diperoleh
disebut random effects estimator. Dalam bentuk persamaan hal ini dapat
dinyatakan sebagai berikut (Firdaus 2011).
β RE = ωβ Between + ( I k − ω ) β within ………..(3)
3.
Hausman Test
Pemilihan model apakaah fixed atau random effects yang lebih baik,
dilakukan pengujian terhadap asumsi ada tidaknya korelais antara regresor dan
efek individu. Untuk menguji asumsi ini dapatdigunakan Hausman Test. Uji ini
dirumuskan pada hipotesis berikut:
H 0 : E(τ i x it ) = 0
atau REM adalah model yang tepat
H 1 : E(τ i x it ) = 0
atau FEM adalah model yang tepat
Sebagai dasar penolakan H 0 digunakan statistik Hausman dan
membandingkannya dengan Chi square. Jika nila H hasil pengujian lebih besar
dari χ2 Tabel, maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap H 0
sehingga model yang digunakan adalah model fixed effects, begitu juga sebaliknya
(Firdaus 2011).
Pengolahan regresi panel menggunakan Generalized Least Squares (GLS),
karena diterapkannya Cross Section Weights. Panel data menggunakan fixed
effects yang menduga bahwa terdapat hubungan error dengan variabel bebas.
Penerapan fixed effects juga didasarkan pula pada pengujian Hausman Test.

8

Jumlah observasi panel adalah sebanyak 50 observasi untuk jumlah penyerapan
tenaga kerja regional pada sektor pertanian, pertambangan, industri, konstruksi,
dan jasa.
Dengan menggunakan cross section specific coefficient, didapatkan estimasi
koefisien untuk setiap cross section (masing-masing sektor dan masing-masing
region/provinsi). Pada cross section specific coefficients diasumsikan setiap sektor
dan region memiliki karakteristik yang berbeda (Sitanggang dan Nachrowi 2004).

Uji Asumsi
Sebagai uapaya untuk menghasilkan model yang efisien, tak bias, dan
konsisten, maka perlu dilakukan pendeteksian terhadap pelanggaran/gangguan
asumsi dasar ekonometrika yang berupa gangguan antar waktu (time-related
disturbance), gangguan antar daerah atau antar provinsi (cross sectional
disturbance), dan gangguan akibat keduanya (Gujarati 1995). Beberapa asumsi
mendasar yang perlu diuji dalam membuat persamaan adalah heteroskedastisitas,
multikolinearitas, autokorelasi, dan uji normalitas.

Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah salah satu penyimpangan pada asumsi klasik
statistika. Heteroskedastisitas terjadi jika ragam sisaan tidak konstan, hal ini
dilambangkan dengan Var (μ i 2) = σ i 2. Masalah ini sering terjadi jika ada
penggunaan data cross section dalam estimasi model, namun masalah ini juga
dapat terjadi dalam data time series. Pada umumnya heteroskedastisistas diperoleh
pada data kerat lintang (cross section). Jika pada model dijumpai
heteroskedastisitas, maka model menjadi tidak efisien meskipun tidak bias dan
konsisten. Dengan kata lain, jika regresi tetap dilakukan meskipun ada masalah
heteroskedastisitas maka hasil regresi akan terjadi “misleading” (Gujarati 1995).
Untuk mendeteksi adanya pelanggaran asumsi heteroskedastisistas,
digunakan uji-White Heteroskedasticity yang diperoleh dalam program Eviews 6.
Dalam pengolahan data panel dalam Eviews 6 yang menggunakan metode
General Least Square (Cross Section Weights) maka untuk mendeteksi adanya
heteroskedastisitas adalah dengan membandingkan Sum Square Resid pada
Weighted Statistics dengan Sum Square Resid pada Unweighted Statistics. Jika
Sum Square Resid pada Weighted Statistics < Sum Square Resid pada Unweighted
Statistics, maka terjadi heteroskedastisitas. Untuk men-treatmen pelanggaran
tersebut, bisa mengestimasi GLS dengan White Heteroskedasticity.

Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas merupakan suatu penyimpangan asumsi akibat adanya
keterkaitan atau hubungan linier antar variabel bebas penyusun model. Indikasi
adanya multikolinearitas dapat dilihat jika dalam model yang dihasilkan terbukti
signifikan secara keseluruhan (uji-F) dan memiliki nilai R-Squared yang tinggi
namun banyak variabel yang tidak signifikan (uji-t). Salah satu cara mengatasi

9

masalah ini adalah dengan menggabungkan data cross section dengan data time
series, memanfaaatkan informasi sebelumnya, mengeluarkan peubah dengan
kolinearitas tinggi, penambahan data baru (Juanda 2009).

Uji Atokorelasi
Salah satu asumsi dari model regresi linear adalah bahwa tidak ada
autokorelasi atau korelasi serial antara sisaan (ε t ). Dengan pengertian lain, sisaan
menyebar bebas atau Cov (ε i, ε j ) = E (ε i, ε j ) = 0 untuk i ≠ j dan dikenal juga
sebagai bebas serial (serial independence). Jika antara sisaan tidak bebas atau E
(ε i, ε j ) ≠ 0 untuk i ≠ j, maka kita katakana ada masalah autokorelasi. Autokorelasi
juga dapat terjadi pada data Cross Section (Juanda 2009).
Cara alternatif yang paling popular untuk menguji apakah ada autokorelasi
atau tidak adalah dengan statistik uji Durbin – Watson (DW). Nilai statistik DW
berada pada kisaran nilai 0 hingga 4, dan jika nilainya mendekati 2 maka
menunjukkan tidak ada autokorelasi ordo kesatu. Jika ada autokorelasi positif
maka nilainya kurang dari 2, dan jika ada autokorelasi negatif nilainya lebih dari 2
(Juanda 2009).
Tabel 3 Selang Nilai Statistik Durbin – Watson serta Keputusannya
Nilai DW
Keputusan
4-d L < DW < 4
4-d U < DW < 4-d L
d u < DW < 4-d u

Tolak H 0 ; ada autokorelasi negatif
Tidak tentu, coba uji yang lain
Terima H 0

d L < DW < d u

Tidak tentu, coba uji yang lain

0 < DW < d L

Tolak H 0 ; ada autokorelasi positif

Sumber : Juanda 2009
Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk memeriksa apakah error term menyebar
normal atau tidak. Hipotesis yang digunakan adalah;
H 0 : error term menyebar normal
H 1 : error term tidak menyebar normal
Uji normalitas diaplikasikan dengan melakukan tes Jarque Bera, jika nilai
probabilitas yang diperoleh lebih besar dari taraf nyata yang digunakan, maka
terima H 0 yang berarti error term dalam model sudah menyebar normal.

Uji Hipotesis
Uji hipotesis berguna untuk memeriksa atau menguji apakah koefisien
regresi yang didapat signifikan (berbeda nyata) atau tidak. Maksud dari signifikan
ini adalah suatu nilai koefisien regresi yang secara signifikan tidak sama dengan
nol. Jika koefisien slope sama dengan nol, berarti dapat dikatakan bahwa tidak

10

cukup bukti untuk menyatakan variabel bebas mempunyai pengaruh terhadap
variabel terikat. Oleh karena itu, untuk kepentingan tersebut semua koefisien
regresi harus diuji. Ada dua jenis hipotesis terhadap regresi yang dapat dilakukan.
Pertama disebut dengan uji-F, yaitu digunakan untuk menguji koefisien (slope)
regresi secara bersama-sama. Kedua disebut dengan uji-t yang digunakan untuk
menguji koefisien regresi termasuk intercept secara individu.
Uji-F
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen di dalam
model secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen yang
digunakan. Perumusan hipotesis pada Uji-F adalah :
H0 : β1 = β2 = β3 = βk = 0
H 1 : Minimal ada satu nilai β yang tidak sama dengan nol
Kriteria ujinya adalah jika F hitung > F tabel,α,(k-1)(n-k) maka tolak H 0 , dimana k
adalah jumah variabel (dengan intercept) dan jumlah observasi yang
dilambangkan dengan huruf n. Selain itu, jika probabilitas (p-value) < taraf nyata
maka sudah cukup bukti untuk menolak H 0 . Jika tolak H 0 berarti secara bersamasama variabel bebas dalam model berpengaruh nyata terhadap variabel tidak
bebas pada taraf nyata α persen, demikian pula sebaliknya.
Uji-t
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen
secara individu (masing-masing) berpengaruh signifikan atau tidak terhadap
variabel dependen. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut,
H0 : βk = 0
H1 : βk ≠ 0
Kriteria uji yang digunakan adalah jika |t hitung | > t α/2,(n-k) maka tolak H 0 ,
dimana jumlah observasi dilambangkan dengan huruf n, dan huruf k
melambangkan jumlah variabel (termasuk intercept). Selain itu, jika probabilitas
(p-value) lebih kecil dari taraf nyata maka dapat digunakan juga untuk menolak
H 0 . Jika tolak H 0 berarti variabel bebas dalam model berpengaruh nyata terhadap
variabel tidak bebas pada taraf nyata α persen, demikian pula sebaliknya.
Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi, yang dinotasikan dengan R2, sering secara informal
digunakan sebagai statistik untuk kebaikan dari kesesuaian model (goodness of
fit), mengukur berapa persentase variasi dalam peubah terikat mampu dijelaskan
oleh informasi peubah bebas untuk membandingkan validitas hasil analisis model
regresi (H1 benar) (Juanda 2009). R2 menunjukkan besarnya pengaruh semua
variabel bebas terhadap variabel terikat. R2 memilih range antara 0 ≤ R2 ≤ 1. Jika
R2 bernilai 1 maka garis regresi menjelaskan 100 persen variasi dalam Y.
Sedangkan jika R2 = 0 maka garis regresi tidak menjelaskan variasi dalam Y.
Koefisien determinasi dirumuskan sebagai berikut :
RSS
…………………………….. (4)
R2 =
TSS
di mana:
RSS = Jumlah Kuadrat Regresi
TSS = Jumlah Kuadrat Total

11

Jika nilai R2 ini mendekati satu maka model akan semakin baik. Misalkan
saja nilai R2 sebesar 0.98 maka sebesar 98 persen keragaman variabel tak bebas
(Y) dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas yang digunakan di dalam model.

Perumusan Model
Pengolahan regresi panel pada penelitian ini menggunakan Generalized
Least Squares (GLS), karena diterapkannya Cross Section Weights. Panel data ini
menggunakan fixed effects yang menduga bahwa terdapat hubungan error dengan
variabel bebas. Perumusan model penelitian ini merujuk pada penelitian Dimas
dan Woyanti (2009) yang menganalisis tentang faktor-faktor penyerapan tenaga kerja
di Jakarta dan tinjauan teori. Model pada penelitian ini, peneliti menggunakan satu
model umum untuk lima sektor, model umum penelitian yaitu ;
LnTKS it = α i + β 1 LnPDRBS it + β 2 LnPMAS it + β 3 LnPMDNS it + β 4 LNUMP
+
ε it ………….. (5)
dimana :
LnTKS it
= Jumlah tenaga kerja sektoral di provinsi i pada tahun t
LnPDRBS it = Nilai produk domestik regional bruto sektoral provinsi i pada
tahun t
LnPMAS it
= Nilai investasi penanaman modal asing sektoral provinsi i pada
tahun t
LnPMDNS it = Nilai investasi penanaman modal dalam negeri sektoral provinsi
i
pada tahun t
LnUMP it
= Nilai upah minimum provinsi i pada tahun t
αi
= Intersep model yang berubah – ubah antar provinsi
β1
= Slope variabel PDRBS
β2
= Slope variabel PMAS
β3
= Slope variabel PMDNS
β4
= Slope variabel UMP
= Provinsi ke-i
i
= Periode waktu ke-t
t
ε
= Komponen error

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral
di Pulau Sumatera
Tenaga kerja yang terserap di Pulau Sumatera berjumlah 103.69 juta jiwa.
Tenaga kerja ini (pekerja) terbagi kedalam lima sektor utama yaitu sektor

12

pertanian, pertambangan, konstruksi, konstruksi, dan jasa. Perkembangan
penyerapan tenaga kerja dari kelima sektor tersebut dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.

Gambar 2 Kurva Penyerapan Tenaga Kerja di Lima Sektor Pulau Sumatera
Sumber : BPS 2006-2010 (diolah)
Gambar kurva di atas menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan
sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja di Pulau Sumatera. Rata-rata
penyerapannya mencapai sepuluh juta jiwa per tahun pada tahun 2006 hingga
2010. Hampir seluruh provinsi di Pulau Sumatera tenaga kerjanya terserap di
sektor pertanian, kecuali provinsi Bangka Belitung dan Kepulauan Riau yang
jumlah tenaga kerjanya banyak terserap di sektor jasa. Hal ini menunjukkan
bahwa sektor pertanian menjadi tumpuan untuk menampung jumlah angkatan
kerja yang ada. Proporsi penyerapan tenaga kerja sektor pertanian mencapai 50.94
persen. Sektor Pertambangan merupakan sektor yang paling sedikit jumlah tenaga
kerjanya. Proporsi penyerapan tenaga kerja sektor pertambangan terhadap sektor
lain hanya sebesar 1.36 persen per tahun. Hal ini diduga karena sektor
pertambangan dalam aktivitas produksinya banyak menggunakan alat-alat
teknologi pertambangan. Sektor jasa menempati posisi kedua sebagai sektor yang
banyak menyerap tenaga kerja di Pulau Sumatera setelah sektor pertanian sebesar
35.94 persen. Sektor konstruksi dan konstruksi menyerap tenaga kerja sebesar
6.96 persen dan 4.80 persen.

Tenaga Kerja Sektor Pertanian
Penyerapan tenaga kerja terbesar sektor pertanian terdapat pada provinsi
Sumatera Utara dengan jumlah rata-rata per tahun mencapai 2.6 juta jiwa.
Provinsi lain seperti Sumatera Selatan, dan Lampung juga mendominasi
penyerapan tenaga kerja sektor pertanian yang memiliki tingkat penyerapan ratarata per tahun 1.9 juta jiwa. Perkembangan tenaga kerja sektor pertanian di 10
provinsi Pulau Sumatera dapat dilihat pada Gambar 3.

13

Gambar 3 Jumlah Tenaga Kerja Sektor Pertanian Pulau Sumatera Berdasarkan
Urutan Jumlah Terbesar
Sumber : BPS 2006-2010 (diolah)
Penyerapan tenaga kerja sektor pertanian di provinsi Sumatera Utara
memiliki pertumbuhan yang cukup berfluktuasi dan jumlah penyerapan tenaga
kerjanya merupakan penyerapan terbesar di Pulau Sumatera. Rata–rata
pertumbuhan jumlah tenaga kerja yang terserap sebesar 5 persen. Gambar 3
menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja sektor pertanian di Provinsi Sumatera
Selatan dengan Provinsi Lampung memiliki jumlah penyerapan yang hampir
sama. Penyerapan tenaga kerja di Provinsi Sumatera Selatan setiap tahunnya
mengalami peningkatan, hanya saja pada tahun 2007 jumlah tenaga kerja yang
terserap menurun sebesar 2.68 persen. Provinsi Lampung setiap tahunnya
mengalami penurunan kecuali pada tahun 2010 meningkat sebesar 15.35 persen.
Rata–rata jumlah tenaga kerja sektor pertanian yang terserap di Provinsi
Riau mencapai 978 ribu jiwa. Jumlah tenaga kerja Provinsi Riau dari tahun ke
tahun selalu mengalami penurunan kecuali tahun 2008 meningkat sebesar 9
persen. Provinsi Sumatera Barat setiap tahunnya menyerap tenaga kerja yang
berfluktuasi, pada tahun 2006 hingga 2008 penyerapan tenaga kerja di provinsi
Sumatera Barat mengalami peningkatan dan mengalami penurunan pada tahun
2009 hingga 2010. Jumlah penyerapan tenaga kerja sektor pertananian di
Sumatera Barat terbesar terdapat pada tahun 2008 yaitu 924.314 jiwa.
Keadaan penyerapan tenaga kerja sektor pertanian di provinsi Nangroe
Aceh Darussalam (NAD) setiap tahunnya berfluktuasi dengan jumlah penyerapan
tenaga kerja terbesar ada pada tahun 2006 sebesar 899.579 jiwa. Tahun 2007
jumlah tenaga kerja mengalami penurunan lebih besar dari tahun 2010 yaitu
sebesar 13 persen, sedangkan tahun 2010 hanya mengalami penurunan sebesar 4
persen. Jumlah tenaga kerja Provinsi Jambi setiap tahunnya meningkat, akan
tetapi tahun 2009 terjadi penurunan jumlah tenaga kerja sebesar 2 persen. Rata–
rata jumlah tenaga kerja sektor pertanian yang terserap di Provinsi Jambi sebesar
703 ribu jiwa.
Provinsi Bengkulu dan Bangka Belitung memiliki perubahan jumlah tenaga
kerja yang cukup stabil dengan rata–rata penyerapan tenaga kerja sebesar 470 ribu
jiwa dan 160 ribu jiwa. Provinsi Kepulauan Riau merupakan provinsi yang
penyerapan tenaga kerjanya terkecil di Pulau Sumatera pada sektor pertanian
dengan jumlah rata–rata 89 ribu jiwa.

14

Tenaga Kerja Sektor Pertambangan
Provinsi Bangka Belitung merupakan provinsi dengan jumlah tenaga kerja
sektor pertambangan terbesar di Pulau Sumatera. Jumlah tenaga kerja yang
terserap di Provinsi Bangka Belitung sebesar 560 ribu jiwa atau 40 persen dari
total tenaga kerja sektor pertambangan. Pertumbuhan penyerapan tenaga kerja
sektor pertambangan di Provinsi Bangka Belitung sangat berfluktuasi, pada tahun
2007 terjadi penurunan jumlah tenaga kerja yang sangat besar mencapai 24 persen
dan tahun 2010 terjadi peningkatan tenaga kerja terbesar mencapai 11 persen.
Provinsi Riau memiliki jumlah penyerapan tenaga kerja sektor pertambangan
yang cukup berfluktuasi. Tahun 2007 jumlah tenaga kerja yang terserap
meningkat sebesar 12 persen dan tahun 2008 hingga 2010 terjadi penurunan
jumlah tenaga kerjanya sebesar sebesar 25 persen.
Pergerakan jumlah tenaga kerja sektor pertambangan yang terjadi di
Provinsi Sumatera Selatan hampir sama dengan Provinsi Riau, akan tetapi pada
tahun 2010 jumlah tenaga kerja Provinsi Sumatera Selatan menurun sebesar 11
persen. Tahun 2007 penyerapan tenaga kerja mengalami peningkatan hingga 23
persen dan menurun di tahun 2008 hingga 2009 sebesar 11 persen. Keadaan
penyerapan tenaga kerja sektor pertambangan di Provinsi Sumatera Barat
berfluktuasi setiap tahunnya. Tahun 2007 terjadi penurunan jumlah tenaga kerja
yang cukup signifikan yaitu sebesar 10 persen.

Gambar 4 Jumlah Tenaga Kerja Pertambangan Pulau Sumatera Berdasarkan
Urutan Terbesar
Sumber : BPS 2006-2010 (diolah)
Provinsi Sumatera Utara memiliki pertumbuhan jumlah tenaga kerja sektor
pertambangan yang sangat berfluktuasi. Tahun 2007 terjadi peningkatan jumlah
tenaga kerja hingga 90 persen, tahun 2008 jumlah tenaga kerja menurun hingga
26 persen. Tahun 2009 dan 2010 jumlah tenaga kerja kembali meningkat hingga
42 persen dan 15 persen. Keadaan penyerapan tenaga kerja sektor pertambangan
di Provinsi Jambi hampir setiap tahunnya mengalami peningkatan, hanya saja
pada tahun 2007 terjadi penurunan yang sangat besar mencapai 44 persen,
kemudian tahun 2008 hingga 2010 selalu mengalami peningkatan dengan rata–
rata peningkatan sebesar 40 persen. Provinsi Lampung memiliki perkembangan
jumlah tenaga kerja yang sangat berfluktuasi. Terjadi peningkatan yang sangat
signifikan pada tahun 2009 sebesar 68 persen dan tahun 2010 mengalami
penurunan yang sangat signifikan sebesar 22 persen.

15

Perkembangan Jumlah penyerapan tenaga kerja sektor pertambangan di
Provinsi Kepulauan Riau sangat berfluktuasi, tahun 2007 jumlah tenaga kerja
yang terserap meningkat hingga 193 persen. Tahun 2008 jumlah tenaga kerja
mengalami penurunan sebesar 22 persen dan tahun 2010 jumlah tenaga kerja
kembali meningkat sebesar 24 persen. Provinsi Bengkulu memiliki pertumbuhan
jumlah tenaga kerja yang cukup berfluktuasi, tahun 2007 jumlah tenaga kerja
yang terserap menurun hingga 52 persen dan tahun 2008 hingga 2010 meningkat
dengan rata–rata peningkatan sebesar 16 persen. Provinsi Kepulauan Riau dan
Bengkulu merupakan provinsi dengan tingkat penyerapan tenaga kerja terendah di
Pulau Sumatera dan memiliki pertumbuhan yang sangat fluktuasi. Perkembangan
penyerapan tenaga kerja sektor pertambangan terbesar di Pulau sumatera dapat
dilihat pada Gambar 4.

Tenaga Kerja Sektor Industri
Keadaan penyerapan tenaga kerja sektor Industri di Pulau Sumatera
penyerapannya didominasi oleh Provinsi Sumatera Utara, Lampung, dan
Kepulauan Riau. Provinsi Sumatera Utara memiliki pertumbuhan jumlah tenaga
kerja yang cukup berfluktuasi. Tahun 2007 hingga 2010 pertumbuhan jumlah
tenaga kerjanya meningkat cukup tinggi dengan rata–rata peningkatan sebesar 12
persen, akan tetapi tahun 2010 terjadi penurunan jumlah tenaga kerja yang cukup
signifikan sebesar 9 persen. Perkembangan tenaga kerja Provinsi Lampung terjadi
peningkatan yang cukup stabil. Jumlah rata-rata penyerapan tenaga kerjanya
sebesar 204 000 jiwa per tahun. Perkembangan tenaga kerja sektor Industri di
Provinsi Kepulauan Riau memiliki tingkat penurunan yang cukup besar pada
tahun 2009 sebesar 15 persen dan peningkatan yang tinggi pada tahun 2010
sebesar 60 persen.
Keadaan penyerapan tenaga kerja sektor Industri di Pulau Sumatera yang
tingkat penyerapannya paling rendah yaitu Provinsi Jambi, Bengkulu, dan Bangka
Belitung. Penyerapan tenaga kerja Provinsi Jambi cukup berfluktuasi, tahun 2009
dan 2010 terjadi penurunan dan peningkatan jumlah tenaga kerja masing-masing
sebesar 10 persen. Jumlah tenaga kerja yang terserap di Provinsi Bengkulu
mengalami penurunan setiap tahunnya , kecuali tahun 2007 terjadi peningkatan
jumlah tenaga kerja sebesar 10 persen dan rata–rata penurunan jumlah tenaga
kerjanya sebesar 11 persen. Provinsi Bangka Belitung memiliki pertumbuhan
jumlah tenaga kerja yang selalu meningkat setiap tahunnya, rata–rata peningkatan
tersebut sebesar 14 persen per tahun. Perkembangan penyerapan tenaga kerja
sektor Industri terbesar di Pulau sumatera dapat dilihat pada Gambar 5.

16

Gambar 5 Jumlah Tenaga Kerja Sektor Industri Pulau Sumatera Berdasarkan
Urutan Terbesar
Sumber : BPS 2006-2010 (diolah)
Provinsi Dominasi Sektor Konstruksi
Dominasi Penyerapan tenaga kerja sektor konstruksi di Pulau Sumatera
paling banyak terserap di Provinsi Sumatera Utara, Lampung, dan Sumatera
Selatan. Jumlah penyerapan tenaga kerja di Provinsi Sumatera Utara selama tahun
2006 hingga 2010 selalu meningkat sebesar 1.36 juta jiwa dengan rata-rata
pertumbuhan sebesar 12.92 persen. Jumlah penyerapan tenaga kerja Lampung
rata-rata penyerapannya sebesar 151 165 jiwa per tahun. Tingkat pertumbuhan
yang terjadi tidak terlalu besar setiap tahunnya. Provinsi Sumatera Selatan
memiliki tingkat penyerapan tenaga kerja yang meningkat disetiap tahunnya.
Rata–rata penyerapan tenaga kerja sektor konstruksi di Provinsi Sumatera Selatan
per tahun sebesar 14 persen.
Keadaan penyerapan tenaga kerja sektor konstruksi di Pulau Sumatera yang
tingkat penyerapannya paling rendah yaitu Provinsi Kepulauan Riau, Bengkulu,
dan Bangka Belitung. Provinsi Kepulauan Riau memiliki tingkat penyerapan
tenaga kerja yang cukup berfluktuatif. Tahun 2007 hingga 2008 jumlah tenaga
kerja yang terserapa rata–rata meningkat sebesar 25 persen. Tahun 2009
penyerapan tenaga kerja mengalami penurunan sebesar 16 persen, kemudian
tahun 2010 jumlah penyerapan tenaga kerjanya kembali meningkat sebesar 29
persen. Provinsi Bengkulu jumlah tenaga kerja yang terserap selalu meningkat,
kecuali tahun 2009 sedikit mengalami penurunan jumlah tenaga kerja sebesar 5
persen. Tahun 2010 penyerapan tenaga kerja kembali meningkat sebesar 14
persen. Perkembangan penyerapan tenaga kerja terbesar sektor konstruksi dapat
dilihat pada Gambar 6.

17

Gambar 6 Jumlah Tenaga Kerja Sektor Konstruksi Pulau Sumatera Berdasarkan
Urutan Terbesar
Sumber : BPS 2006-2010 (diolah)

Provinsi Dominasi Sektor Jasa
Penyerapan tenaga kerja sektor jasa merupakan penyerapan terbesar kedua
setelah sektor pertanian sebesar 36 persen. Seluruh provinsi di Pulau Sumatera
sektor jasa jumlah tenaga kerjanya mencapai lebih dari 100 000 jiwa. Hal ini
berbeda dengan sektor lain yang hanya ada dibeberapa provinsi saja jumlah
penyerapan tenaga kerja sektoralnya lebih dari 100 000 jiwa. Provinsi yang
mendominasi penyerapan tenaga kerja sektor jasa yaitu Sumatera Utara,
Lampung, dan Sumatera Selatan. Tenaga kerja Sumatera Utara yang terserap
meningkat setiap tahun. Peningkatan terbesar dari terdapat pada tahun 2010
sebesar 9 persen. Perkembangan penyerapan tenaga kerja provinsi Lampung dan
Sumatera Selatan memiliki tingkat pertumbuhan yang hampir sama. Provinsi
Lampung menyerap tenaga kerja rata-rata per tahun sebesar 1 juta jiwa dan
provinsi Sumatera Selatan rata-rata penyerapan tenaga kerjanya sebesar 959 634
jiwa. Provinsi Sumatera Selatan jumlah tenaga kerja di sektor jasa yang terserap
meningkat, akan tetapi pada tahun 2009 terjadi penurunan sebesar 0.03 persen.
Peningkatan tenaga kerja terbesar terdapat pada tahun 2008 sebesar 12.81 persen.
Keadaan penyerapan tenaga kerja sektor Jasa di Pulau Sumatera yang
tingkat penyerapannya paling rendah yaitu Provinsi Kepulauan Riau, Bengkulu,
dan Bagka Belitung, ketiga provinsi tersebut memiliki pertumbuhan tenaga kerja
yang sama dan meningkat. Penyerapan tenaga kerja Provinsi Kepulauan Riau
memiliki tingkat pertumbuhan tenaga kerja terbesar pada tahun 2009 sebesar 17
persen. Provinsi Bengkulu memiliki pola pertumbuhan jumlah tenaga kerja yang
meningkat setiap tahunnya, akan tetapi tahun 2009 terjadi sedikit penurunan
jumlah tenaga kerja sebesar 0.3 persen. Provinsi Bangka Belitung memiliki pola
pertumbuhan jumlah tenaga kerja yang selalu meningkat setiap tahunnya, akan
tetapi tahun 2008 terjasi sedikit penurunan jumlah tenaga kerja sebesar 1 persen.
Perkembangan jumlah tenaga kerja terbesar sektor jasa di Pulau Sumatera dapat
dilihat pada Gambar 7.

18

Gambar 7 Jumlah Tenaga Kerja Sektor Jasa Pulau Sumatera Berdasarkan Urutan
Terbesar
Sumber : BPS 2006-2010 (diolah)

Faktor-faktor yang Memengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja
di Pulau Sumatera 2006 hingga 2010
Penelitian ini menggunakan metode analisis data panel. Hasil uji F/Chow
Test dan uji Haussman menunjukkan bahwa model yang terpilih adalah model
FEM sebagai model terbaik untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi
penyerapan tenaga kerja di Pulau Sumatera untuk model semua sektor. Pengujian
faktor- faktor yang memengaruhi tingkat penyerapan tenaga kerja sektoral
bersama-sama dapat dilakukan dengan uji F-statistik dan uji t-statistik. Uji
statistik dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas di dalam model secara
bersama-sama berpengaruh terhadap variabel tak bebas yang digunakan dan untuk
mengetahui apakah variabel bebas secara individu (masing-masing) berpengaruh
signifikan atau tidak terhadap variabel tak bebas. Uji ini dilihat dari nilai Fstatistik dan probabilitas (F-statistik) masing-masing sektor.
Uji asumsi yang dilakukan untuk menganalisis hasil penelitian yaitu, uji
heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat nilai Sum Square Resid pada
Weighted Statistics dan Sum Square Resid Unweighted Statistics. Jika Sum Square
Resid pada Weighted Statistics < Sum Square Resid Unweighted Statistics maka
model penelitian tidak mengandung heteroskedastisitas atau model menghasilkan
ragam sisaan yang homogen (homoskedastisitas). Pengolahan data yang
menggunakan panel data sudah dapat meng