Perilaku Tentang Pemakaian Alat Pelindung Diri Serta Keluhan Kesehatan Petugas Penyapu Jalan Di Kecamatan Medan Amplas, Kota Medan

H
HA
ASSIILL PPEEN
NEELLIITTIIA
AN
N

PERILAKU TENTANG PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI
SERTA KELUHAN KESEHATAN PETUGAS PENYAPU JALAN
DI KECAMATAN MEDAN AMPLAS, KOTA MEDAN
Indra Chahaya S.
Departemen Kesehatan Lingkungan FKM USU
Jl. Universitas No.21 Kampus USU Medan, 20155
ABSTRACT
The waste management in Medan is organized by Dinas Kebersihan. The carrying
out of waste management doing by Melati daily workers who have the duty as
street sweeper. All of them are women. While they are sweeping the street directly
and indirectly, the workers will be exposed to the pollutant materials from vehicles
and street sweeping dust. This research were aimed to know the knowledge,
attitude and practice of the use of personal protection equipment and the workers
health disorder. The sample of this descriptive research were street sweepers who

gets a task in Kelurahan Sitirejo I, II, and III. The result showed that the low level
of education workers were low in rank. Meanwhile, the workers had good attitude
about using personal protection equipments. They didn’t use personal protection
because it wasn’t available. Also, they had no money to buy them. I suggested that
the workers be facilitated with personal protection equipments. Also, they need to
have an health extension frequently in order to increase their knowledge, attitude,
and practice about health.
Keywords: Using personal protection equipment, Street sweeper
PENDAHULUAN
Limbah padat atau sampah padat
merupakan salah satu bentuk limbah yang
terdapat di lingkungan. Sampah padat yang
tidak dikelola sebagaimana mestinya dapat
menyebabkan masalah lingkungan dan
kesehatan pada masyarakat. Masalah
pengelolaan sampah padat menjadi suatu hal
yang sangat penting untuk diselesaikan.
Pengelolaan sampah di kota-kota besar
termasuk kota Medan dilaksanakan oleh
dinas kebersihan yang bertanggung jawab dalam

pelaksanaan pelayanan umum kebersihan kota
yang meliputi kegiatan-kegiatan berupa
penyapuan jalan-jalan protokol, pengumpulan
sampah, pengangkutan sampah, pemusnahan
sampah dan pengelolaan tempat pembuangan
akhir sampah serta pemungutan retribusi.
Dalam pelaksanaan pengelolaan sampah
jumlah tenaga kerja yang ada di Dinas
Kebersihan Kota Medan sebanyak 1815

orang yang terdiri dari 1756 orang tenaga
harian lepas (96,75%) dan 59 orang pegawai
negeri sipil (3,25%). Di antara 1756 orang
tenaga harian lepas terdapat 382 orang
tenaga harian lepas melati yang bertugas
sebagai penyapu jalan protokol yang
semuanya adalah pekerja wanita. Penyapuan
dilakukan pada badan jalan, trotoar dan pada
jalan protokol dan jalan penghubung dengan
frekuensi penyapuan tiga shift yaitu shift I

(Pukul 5.30-9.30 WIB), shift II (Pukul 10.0012.30 WIB) dan shift III (Pukul 15.30-20.00
WIB). Setiap penyapu jalan ini membersihkan
jalan sepanjang 2500 meter per hari pada sisi
kanan dan kiri jalan (Dinas Kebersihan Kota
Medan, 2005).
Jika dilihat dari beban tugas yang
dilaksanakan oleh petugas penyapu jalan
baik dari waktu dan luas wilayah kerja, hal ini
merupakan tugas yang berat dan mempunyai
risiko yang tinggi. Dalam melakukan
penyapuan jalan secara langsung maupun tidak

167
Universitas Sumatera Utara

langsung para petugas akan terpapar oleh
bahan-bahan polutan yang terdapat di jalan
raya baik yang berasal dari kendaraan
bermotor maupun dari debu penyapuan jalan,
apalagi berdasarkan hasil pengamatan

penulis sebagian besar petugas dalam bekerja
tidak dilengkapi dengan alat pelindung diri
yang disediakan oleh dinas kebersihan
maupun oleh pekerja itu sendiri.
Kota Medan, pada peringatan hari
lingkungan hidup sedunia tanggal 6 Juni 2005
memperoleh penghargaan piala Adipura oleh
Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono
sebagai kota terindah dan terbersih.
Keberhasilan Kota Medan dalam memperoleh
penghargaan ini tidak terlepas dari peran serta
masyarakat dalam membangun dan memelihara
taman-taman kota. Di samping itu yang paling
berperan dalam keberhasilan ini adalah petugas
kebersihan kota. Petugas kebersihan seperti
penyapu jalan merupakan ujung tombak
dalam kebersihan kota. Tanpa peran serta
petugas penyapu jalan mustahil Medan
mendapat Adipura.
Berdasarkan hasil pengukuran dari

Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
Daerah Propinsi Sumatera Utara pada tahun
2005, didapati hasil analisis sampel udara
ambient, rata-rata kadar Pb di Kota Medan
adalah 3,5 μ g/nm3, sedangkan baku mutu
kadar Pb di udara adalah 2,0 μ g/nm3. Hal ini
menunjukkan bahwa kadar Pb di udara Kota
Medan telah melewati nilai ambang batas.
Bahan pencemar yang ada di udara ini akan
masuk ke dalam tubuh petugas kebersihan
apabila dalam melaksanakan tugasnya tidak
dilengkapi dengan alat pelindung diri. Dampak
pencemaran udara terhadap kesehatan dapat
berupa gangguan penglihatan, kulit dan dapat
juga gangguan fungsi paru-paru. Ada beberapa
logam yang terkandung dalam udara yang
tercemar, di antaranya ada 4 jenis logam berat
yang berbahaya bagi kesehatan yaitu timah
hitam (Pb), cadmium (Cd), nikel (Ni) dan
merkuri (Hg). Umumnya partikel logam

tersebut dalam kadar yang cukup tinggi akan
mengganggu saluran pernafasan, menyebabkan
penyakit paru-paru dan kanker paru-paru,
serta radang otak (Palar, 1997). Berdasarkan
hal- hal di atas maka perlu diketahui perilaku
tentang pemakaian alat pelindung diri serta
keluhan kesehatan petugas penyapu jalan.

168

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan bertujuan:
1. Untuk mengetahui karakteristik petugas
penyapu jalan.
2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan
tentang pemakaian alat pelindung diri
petugas penyapu jalan.
3. Untuk mengetahui sikap tentang
pemakaian alat pelindung diri petugas

penyapu jalan.
4. Untuk mengetahui tindakan tentang
pemakaian alat pelindung diri petugas
penyapu jalan.
5. Untuk mengetahui keluhan kesehatan
petugas penyapu jalan.
Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan diharapkan
dapat memberikan bahan masukan bagi
pihak yang terkait dalam upaya pencegahan,
pengurangan
dan
penanggulangan
pencemaran udara dan sebagai bahan
masukan dan sumbangan pemikiran bagi
dinas kebersihan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk jenis penelitian
survei yang bersifat deskriptif dengan sampel
adalah total populasi sebanyak 35 orang yaitu

seluruh petugas penyapu jalan yang
menjalankan tugasnya sepanjang hari di jalan
raya di Kelurahan Sitirejo I, II, dan III
Kecamatan Medan Amplas yang bertugas
pada shift I, II, dan III. Alasan pemilihan
adalah karena lokasi ini merupakan wilayah
kerja Dinas Kebersihan Kota Medan yang
merupakan jalan lintas Medan-Jakarta, dekat
dengan pasar dan padat penduduknya. Waktu
penelitian dilakukan selama lebih kurang 4
bulan.
Penelitian ini menggunakan data primer
dan sekunder. Data diperoleh dari hasil jawaban
petugas penyapu jalan. Selain itu data juga
diperoleh dari Dinas Kebersihan Kota Medan,
Kantor Dinas Kesehatan dan instansi resmi
lainnya. Hasil penelitian disajikan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi.

Perilaku tentang Pemakaian Alat Pelindung Diri (167 – 173)

Indra Chahaya S.
Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Kota Medan
Kota Medan merupakan salah satu kota
besar di Indonesia yang merupakan ibukota
propinsi Sumatera Utara. Secara geografis
Kota Medan terletak antara 2”27’–2”47’
Lintang Utara dan 98”35’–98”44’ Bujur Timur
dengan ketinggian 2,5 m di atas permukaan laut
di bagian Utara dan 37,5 m di atas permukaan
laut pada bagian Selatan. Kota Medan
berbatasan dengan sebelah Utara, Selatan, Barat,
dan Timur Kabupaten Deli Serdang.
Kota Medan mempunyai iklim tropis
dengan suhu minimum menurut stasiun
Polonia berkisar antara 22,5 oC-23,9 oC dan
suhu maksimum berkisar antara 30,8 oC-33,7
o

C serta menurut stasiun Sampali suhu
minimum berkisar antara 23,4 oC-24,1 oC
dan suhu maksimum berkisar antara 30,9 oC33,8 oC. Kelembaban udara di wilayah Kota
Medan rata-rata berkisar antara 84-85%,
kecepatan angin rata-rata sebesar 0,48 m/sec
sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap
bulannya 112,2 mm. Hari hujan di Medan
rata-rata per bulan 16 hari dengan rata-rata
curah hujan menurut stasiun Sampali per
bulannya 120,9 mm pada stasiun Polonia per
bulannya 169,6 mm.
Kota Medan merupakan salah satu dari
19 Daerah Tingkat II di Sumatera Utara
dengan luas daerah sekitar 265,10 km2.
Administrasi pemerintahan Kota Medan,
yang dipimpin oleh seorang walikota pada
saat ini terdiri dari 21 kecamatan dengan 151
kelurahan yang terbagi dalam 1897
lingkungan.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan

Kota Medan (2005) diperoleh data 10
penyakit terbesar di Kota Medan, seperti
yang tertera pada Tabel 1.
Organisasi pelaksana pengelola sampah
secara keseluruhan di Kota Medan merupakan
tanggung jawab dari Dinas Kebersihan Kota
Medan sedangkan unit seperti pasar merupakan
tanggung jawab dari dinas pasar. Dinas
Kebersihan Kota Medan adalah unsur
pelaksana teknis pemerintah Kota Medan
dalam pengelolaan kebersihan yang dipimpin
oleh seorang kepala dinas yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada walikota
melalui sekretaris daerah kota, sebagaimana
yang telah ditetapkan dengan Perda Kota
Medan Nomor 4 Tahun 2001. Tugas pokok
Dinas Kebersihan Kota Medan adalah

melaksanakan sebagian urusan rumah tangga
dalam bidang kebersihan dan melaksanakan
tugas-tugas pembantu lainnya yang sesuai
dengan bidang tugasnya.
Tabel 1. Data sepuluh penyakit terbesar di
wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota
Medan tahun 2005
No
1

Nama Penyakit
Jumlah
(%)
Infeksi akut lain pada
382.314 46,3
saluran pernafasan
2
Penyakit lain pada
73.875
9,0
saluran pernafasan atas
3
Hipertensi
68.615
8,4
4
Penyakit pada sistem
62.348
7,6
otot dan jaringan
pengikat
5
Penyakit kulit infeksi
51.399
6,2
6
Tosilitas
45.028
5,6
7
Diare
44.666
5,4
8
Penyakit kulit alergi
39.832
4,8
9
Gingivitas
dan
29.562
3,6
penyakit periodontal
10 Penyakit kulit karena
26.272
3,2
jamur
Sumber: Kantor Dinas Kesehatan Kota Medan tahun
2005

Dalam mengoptimalkan jalannya roda
organisasi Dinas Kebersihan Kota Medan
sehari-hari, kepala dinas dibantu 2 (dua) unsur
staf dan teknis antara lain, bidang administrasi
yang dikepalai oleh seorang kepala bagian tata
usaha dan membawahi 4 subbagian yang
dikepalai masing-masing oleh kepala subbagian.
Jumlah ketenagaan yang ada di Dinas
Kebersihan Kota Medan sebanyak 1815 orang
yang terdiri dari 1756 orang tenaga harian lepas
(96,75%) dan 59 orang pegawai negeri sipil
(3,25%). Di antara 1756 orang tenaga harian
lepas terdapat 382 orang tenaga harian lepas
melati yang bertugas sebagai penyapu jalan
protokol yang semuanya adalah pekerja
wanita (Dinas Kebersihan, 2005).
Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan
kelompok umur
No.
1
2
3

Umur Responden
(tahun)
25 – 34
35 – 44
45 – 54
Jumlah

Jumlah
(orang)
8
16
11
35

Proporsi
(%)
22,86
45,72
31,42
100

Karakteristik Petugas Penyapu jalan
Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa
sebagian besar petugas penyapu jalan Dinas
Kebersihan Kota Medan pada kelompok

Perilaku tentang Pemakaian Alat Pelindung Diri (167 – 173)
Indra Chahaya S.

169
Universitas Sumatera Utara

umur 35-44 tahun (45,72%). Semua
responden berjenis kelamin perempuan.
Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan
tingkat pendidikan
No.
1
2
3
4

Tingkat
Pendidikan
Tidak Tamat SD
SD
SLTP
SLTA
Jumlah

Jumlah
(orang)
10
20
4
1
35

Proporsi
(%)
28,57
57,14
11,43
2,86
100

Pada Tabel 3, sebagian besar petugas
penyapu jalan berpendidikan SD (57,14%),
namun ditemukan juga petugas yang
berpendidikan SLTA sebanyak 1 orang (2,86%).
Petugas penyapu jalan Dinas Kebersihan Kota
Medan pada umumnya telah bekerja selama
lebih dari 2 tahun yaitu 32 orang (91,42%) dan
hanya 1 orang yang bekerja selama < 1 tahun
(2,86%) (Tabel 4). Jumlah jam kerja petugas
penyapu jalan rata-rata 4-8 jam dalam sehari
(100%). Mereka bekerja pada pagi (5.30-9.30
WIB), siang (10.00-12.30 WIB) dan sore hari
(15.30-20.00 WIB). Hanya 18 orang
(51,43%) petugas yang bekerja hanya pada
shift I atau pagi saja. Selebihnya 9 orang
(25,71%) bekerja pada pagi dan siang hari
dan 8 orang (22,86%) bekerja pada pagi dan
sore hari (Tabel 5).
Tabel 4. Distribusi responden berdasarkan
lama bekerja sebagai petugas penyapu
jalan
No.
1
2
3

Lama Bekerja
< 1 tahun
1-2 tahun
> 2 tahun
Jumlah

Jumlah
(orang)
1
2
32
35

Proporsi
(%)
2,86
5,72
91,42
100

Tabel 5. Distribusi responden berdasarkan waktu
melaksanakan penyapuan jalan
No.
1
2
3

Waktu
Menyapu Jalan
Pagi
Pagi dan Siang
Pagi dan Sore
Jumlah

Jumlah
(orang)
18
9
8
35

Proporsi
(%)
51,43
25,71
22,86
100

Tabel 6. Distribusi
responden
berdasarkan
penyuluhan kesehatan yang diterima
No.
1
2

170

Penyuluhan
Kesehatan
Pernah
Tidak Pernah
Jumlah

Jumlah
(orang)
10
25
35

Proporsi
(%)
28,57
71,43
100

Berdasarkan Tabel 6, sebahagian besar
responden (71,43%) menyatakan tidak pernah
mendapatkan penyuluhan kesehatan tentang cara
melindungi diri terhadap pemaparan debu
sewaktu melaksanakan penyapuan jalan,
sedangkan selebihnya menyatakan pernah
mendapatkan
penyuluhan
dari
Dinas
Kebersihan Kota Medan. Petugas penyapu
jalan adalah tenaga harian lepas yang digaji oleh
Dinas Kebersihan Kota Medan melalui
kelurahan. Mereka memperoleh penghasilan
sebesar Rp.17.000 per hari.
Pemakaian alat pelindung diri yang
lengkap hanya digunakan oleh 4 orang
responden (11,44%), 20 orang responden
(57,14%) tidak menggunakan alat pelindung
diri yang lengkap dan kadang-kadang tidak
menggunakannya sama sekali, selebihnya
sebanyak 11 orang responden (31,42%) tidak
memakai alat pelindung diri (Tabel 7).
Tabel 7. Distribusi responden berdasarkan
pemakaian alat pelindung diri
No.
1
2
3

Pemakaian
APD
Ya
Kadang-kadang
Tidak
Jumlah

Jumlah
(orang)
4
20
11
35

Proporsi
(%)
11,44
57,14
31,42
100

Perilaku Petugas Penyapu Jalan tentang
Pemakaian Alat Pelindung Diri
Tingkat pengetahuan petugas penyapu
jalan tentang polutan di udara yang
mengganggu kesehatan, cara masuknya
bahan polutan ke dalam tubuh, gejala
keracunan terhadap bahan pencemar udara,
sumber pencemaran di jalan raya, tata cara
melindungi diri agar tidak terpapar bahan
pencemar sewaktu bekerja, kegiatan yang
tidak diperbolehkan sewaktu bekerja dan
kegiatan yang harus dilakukan setelah
bekerja dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 8. Distribusi responden berdasarkan tingkat
pengetahuan petugas penyapu jalan
No.
1
2
3

Tingkat
Pengetahuan
Petugas
Baik
Sedang
Kurang
Jumlah

Jumlah
(orang)

Proporsi
(%)

2
29
4
35

5,72
82,86
11,42
100

Tingkat pengetahuan petugas pada
umumnya sedang 29 orang (82,86%), hanya
2 orang (5,72%) tingkat pengetahuannya

Perilaku tentang Pemakaian Alat Pelindung Diri (167 – 173)
Indra Chahaya S.
Universitas Sumatera Utara

baik. Selanjutnya sikap petugas penyapu jalan
tentang pencemaran udara di jalan raya, cara
masuknya bahan polutan ke dalam tubuh,
pemakaian alat pelindung diri dan dilarang
makan, minum, dan merokok selama bekerja,
secara umum petugas bersikap baik (100%).
Tabel 9. Distribusi responden berdasarkan
tindakan petugas penyapu jalan
No.
1
2

Tindakan Petugas
Penyemprot
Baik
Sedang
Jumlah

Jumlah
(orang)
8
27
35

Proporsi
(%)
22,86
77,14
100

Tindakan petugas penyapu jalan dalam
pemakaian APD, setelah bekerja membersihkan
diri, tidak bekerja sambil makan, minum,
merokok, menyapu jalan searah dengan arah
angin dan luka ditutup sewaktu bekerja
menunjukkan 8 orang (22,86%) tindakannya
baik dan 27 orang (77,14%) tindakannya
sedang.
Keluhan Kesehatan Petugas Penyapu Jalan
Hasil penelitian diperoleh data 28
orang responden (80%) mengalami keluhan
kesehatan. Jenis keluhan yang mereka alami
seperti pusing, mual, sakit kepala, sesak
nafas, dan mata berair. Hampir semua
responden (96,43%) menyatakan bahwa
keluhan kesehatan dirasakan setelah mereka
bekerja sebagai petugas penyapu jalan dan
keluhan itu mereka rasakan sudah lebih dari
2 tahun (82,14%). Hal ini dapat dilihat pada
Tabel 10, 11, dan 12.
Tabel 10. Distribusi responden berdasarkan
keluhan kesehatan petugas penyapu
jalan
No.
1
2

Keluhan
Kesehatan
Ada
Tidak Ada
Jumlah

Jumlah
(orang)
28
7
35

Proporsi
(%)
80
20
100

Tabel 11. Distribusi responden berdasarkan
mulai merasakan keluhan
No.
1
2

Mulai
Merasakan
Keluhan
Sebelum bekerja
sebagai penyapu
Sesudah bekerja
sebagai penyapu
Jumlah

Jumlah
(orang)

Proporsi
(%)

1

3,57

27

96,43

28

100

Tabel 12. Distribusi responden berdasarkan
lama merasakan keluhan
No.
1
2

Lama
Merasakan
Keluhan
1- 2 tahun
> 2 tahun
Jumlah

Jumlah
(orang)

Proporsi
(%)

5
23
28

17,86
82,14
100

Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan
responden pada kelompok umur terbanyak
yaitu 35 - 44 tahun. Kelompok ini merupakan
kelompok umur produktif. Di mana biasanya
pada usia ini orang masih kuat dan mampu
bekerja keras. Namun mengingat petugas
penyapu jalan umumnya adalah wanita maka
pekerjaan ini merupakan pekerjaan yang
sangat rentan terhadap berbagai penyakit
terutama yang disebabkan oleh pemaparan
polutan dari udara di jalan raya.
Tingkat pendidikan petugas penyapu
jalan secara umum adalah tamat SD. Pada
penelitian ini tingkat pendidikan sangat
berkaitan dengan tingkat pengetahuan dan
tindakan petugas penyapu jalan dalam
pemakaian alat pelindung diri. Tingkat
pendidikan yang hanya tamat SD dan
penyuluhan yang tidak diberikan oleh dinas
kebersihan pada petugas menyebabkan
petugas secara umum tidak mengetahui
tentang pemakaian alat pelindung diri, tata
cara melaksanakan penyapuan jalan yang
baik, dan pengaruh polutan terhadap
kesehatan. Hal ini juga diikuti dengan
tindakan mereka yang kurang baik dalam
melindungi diri selama melaksanakan tugas
menyapu jalan. Sebaliknya pada responden
yang tamat SLTA, tingkat pengetahuannya
cukup baik dan dalam bekerja petugas selalu
memakai alat pelindung diri yang lengkap,
tidak makan dan minum selama bekerja, menyapu
searah dengan angin dan membersihkan diri
segera setelah bekerja. Menurut Notoatmodjo
(1997), semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang, maka tingkat pengetahuannya akan
semakin baik pula.
Sembilan puluh satu koma empat
puluh dua persen (32 orang) responden telah
bekerja lebih dari 2 tahun dan hanya 1 orang
yang bekerja kurang dari 1 tahun. Mereka
umumnya bekerja 4 – 8 jam sehari pada pagi,
siang atau sore hari. Semakin banyak
pengalaman kerja yang dimiliki seseorang
maka ia akan bekerja lebih berhati-hati
terhadap kemungkinan dampak negatif dari

Perilaku tentang Pemakaian Alat Pelindung Diri (167 – 173)
Indra Chahaya S.

171
Universitas Sumatera Utara

pekerjaannya. Menurut Achmadi (1999)
pengalaman kerja bagi seseorang akan
berpengaruh terhadap pemaparan bahan
polutan.
Pemakaian alat pelindung diri yang
lengkap hanya digunakan oleh 4 orang
responden. Banyaknya responden yang tidak
memakai alat pelindung diri yang lengkap
bahkan tidak memiliki sama sekali
disebabkan
karena
rensponden
tidak
mengetahui manfaat dari alat pelindung diri.
Responden beranggapan alat pelindung diri
cukup hanya dengan menggunakan topi dan
penutup mulut karena alat pelindung diri
hanya bermanfaat melindungi diri dari
sengatan cahaya matahari. Di samping itu
dinas kebersihan juga tidak menyediakan alat
pelindung diri kepada penyapu jalan, dinas
kebersihan hanya menyediakan baju kaos
seragam dinas kebersihan. Jika responden
merasa perlu untuk menggunakan alat
pelindung diri maka mereka harus
menyediakan sendiri APD tersebut. Hal ini
sangat menyedihkan mengingat gaji mereka
hanya Rp. 17.000,- per hari di mana hal ini
tentu saja tidak mencukupi apabila harus
membeli APD.
Tindakan responden ini dipengaruhi
oleh pengetahuan dan sikap, akan tetapi
suatu pengetahuan dan sikap belum otomatis
terwujud dalam suatu tindakan. Menurut
Notoatmodjo (1997), terwujudnya suatu
pengetahuan dan sikap menjadi tindakan
perlu faktor pendukung antara lain fasilitas
dan dukungan keluarga.
Pada umumnya responden mengalami
keluhan kesehatan setelah mereka bekerja
sebagai tukang sapu jalan, keluhan yang
mereka rasakan sudah lebih dari 2 tahun atau
selama mereka bekerja. Jenis keluhan yang
mereka alami seperti pusing, mual, sakit
kepala, sesak nafas dan mata berair
kemungkinan besar disebabkan petugas tidak
menggunakan APD yang lengkap sewaktu
bekerja. Seharusnya petugas penyapu jalan
menggunakan perlengkapan khusus seperti
pakaian lengan panjang dan celana panjang,
sarung tangan, sepatu kebun, kacamata,
penutup hidung dan rambut serta atribut lain
yang diperlukan. Pemakaian APD yang
lengkap dapat melindungi diri dari polutan,
karena APD dapat mencegah masuknya
polutan ke dalam tubuh.
Dari hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa tingkat pendidikan petugas penyapu

172

jalan yang rendah menyebabkan tingkat
pengetahuan mereka tentang APD rendah,
tetapi ternyata sikap responden tentang APD
cukup baik namun karena keterbatasan dana
dan tidak ketersediaan APD oleh dinas
kebersihan menyebabkan mereka tidak
menggunakan APD yang lengkap selama
bekerja. Hal ini tentu saja menyebabkan
terjadinya pemaparan bahan-bahan polutan
dari kendaraan bermotor maupun debu yang
berasal dari jalan raya sehingga petugas
penyapu jalan merasakan keluhan pusing,
mual, sakit kepala, sesak nafas dan mata
berair setelah mereka bekerja.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Petugas penyapu jalan berada pada
kelompok umur 35–44 tahun sebanyak
16 orang (45,72%), pendidikan terakhir
umumnya tamat SD (57,14%), sudah
bekerja lebih dari 2 tahun (91,42%),
jumlah jam kerja 4–8 jam sehari (94,28%)
dan yang memakai alat pelindung diri yang
lengkap hanya 4 orang (11,44%).
2. Pengetahuan responden tentang pemakaian
alat pelindung diri hanya 2 orang yang
baik (5,72%) selebihnya berpengetahuan
sedang dan kurang.
3. Sikap resonden 100% baik.
4. Tindakan responden tentang pemakaian
alat pelindung diri yang baik hanya 8
orang (22,86%) dan sedang (77,14%).
5. Delapan puluh persen responden menyatakan
mengalami keluhan pusing, mual, sakit
kepala, sesak nafas dan mata berair
setelah mereka bekerja sebagai penyapu
jalan.
Saran
Petugas penyapu jalan sebaiknya diberi
pembinaan
berkelanjutan
agar
dapat
mengikuti seluruh peraturan dalam tata cara
melindungi diri yang baik dan pemakaian
alat pelindung diri yang lengkap. Seharusnya
Dinas Kebersihan Kota Medan menyediakan
alat pelindung diri yang lengkap untuk
petugas penyapu jalan.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Umar Fahmi. 1999. Strategi
Pengamanan Penggunaan Pestisida
Sektor Pertanian di Indonesia. Jakarta: UI.

Perilaku tentang Pemakaian Alat Pelindung Diri (167 – 173)
Indra Chahaya S.
Universitas Sumatera Utara

Anonimus. 2005. Ringkasan Profil Dinas
Kebersihan Kota Medan.
Fardiaz, Srikandi. 1991. Polusi Air dan
Udara. Jakarta: Kanisius.
Kusnoputranto,
H.
2002.
Kesehatan
Lingkungan.
Jakarta:
Universitas
Indonesia Press.
Notoadmodjo, S. 1997. Pendidikan dan
Perilaku Kesehatan. Jakarta: Penerbit
Rineka Cipta.
Palar, Heryando. 1997. Pencemaran dan
Toksikologi Logam Berat. Jakarta:
Edisi 2 Rineka Cipta.

Slamet, J. S. 2002. Kesehatan Lingkungan.
Yogyakarta: Universitas Gajah Mada
Press.
Slamet, J.S. 2002. Toksikologi Lingkungan.
Yogyakarta: Universitas Gajah Mada
Press.
Suma’mur, P.K.1986. Higiene Perusahaan
dan Keselamatan Kerja. Jakarta:
Gunung Agung.
Wardhana, W A. 2001. Dampak Pencemaran
Lingkungan. Yogyakarta: Yayasan Andi.

Perilaku tentang Pemakaian Alat Pelindung Diri (167 – 173)
Indra Chahaya S.

173
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Gambaran Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Terhadap Pemakaian Alat Pelindung Diri Dalam Penanganan Sampah Medis Pada Petugas Cleaning Service di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015

40 525 116

Perilaku Kepatuhan Petugas Kesehatan dan Penggunaan Alat Pelindung Diri Terhadap Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum dr. Yulidin Away Tapaktuan Aceh Selatan pada Tahun 2012

3 64 79

Hubungan Hygiene Perorangan Dan Pemakaian Alat Pelindung Diri Dengan Keluhan Gangguan Kulit Pada Pekerja Pengupas Udang Di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan labuhan Tahun 2012

3 53 108

Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Petugas Instalasi Radiologi RSU.Dr. Pirngadi Medan, Tahun 2004

6 83 101

Hubungan Kebersihan Perorangan Dan Pemakaian Alat Pelindung Diri Dengan Keluhan Gangguan Kulit Pada Petugas Pengelola Sampah Di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010

11 92 95

Pengaruh Karakteristik Dan Kadar Debu Ambien Terhadap Kapasitas Vital Paru Pada Penyapu Jalan Di Kecamatan Medan Amplas Kota Medan Tahun 2015

0 0 17

Pengaruh Karakteristik Dan Kadar Debu Ambien Terhadap Kapasitas Vital Paru Pada Penyapu Jalan Di Kecamatan Medan Amplas Kota Medan Tahun 2015

0 0 2

Pengaruh Karakteristik Dan Kadar Debu Ambien Terhadap Kapasitas Vital Paru Pada Penyapu Jalan Di Kecamatan Medan Amplas Kota Medan Tahun 2015

0 0 7

Pengaruh Karakteristik Dan Kadar Debu Ambien Terhadap Kapasitas Vital Paru Pada Penyapu Jalan Di Kecamatan Medan Amplas Kota Medan Tahun 2015

0 1 40

Pengaruh Karakteristik Dan Kadar Debu Ambien Terhadap Kapasitas Vital Paru Pada Penyapu Jalan Di Kecamatan Medan Amplas Kota Medan Tahun 2015

0 2 4