Ibu Melly Maulin P, S.Sos.M.Si dan Bapak Olih Solihin, S,Sos.,M.Ikom Persepsi Interpersonal

102 Daftar pustaka A. Buku. Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: RajaGrafindo Persada Budyatna, M, Muthmainnah Nina. , 2004. Komunikasi Antar Pribadi, Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, Jakarta Bogdan dan Taylor Lexy J. Moleong. 1988. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya Devito, A. Joseph. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Jakarta: Professional Books. Djamarah, Syaiful Bahri. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua Anak Dalam Keluarga Sebuah Perspektif Pendidikan Islam. Jakarta. Rineka Cipta dr.Elfinaro Ardianto, Medodologi penelitian kualitaif dan kuantitatif Drs. Syaiful Bahri Djahmarah, M. Ag. Pola Komunikasi Orang Tua Dan Anak Dalam Keluarga, Oktober 2004. Elizabeth B. Hurlock. 1999. Perkembangan Anak. Jilid 2.Jakarta : Erlangga. Effendi, Uchjana, Onong. , 1994. Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung Gunarsa Gunarsa. Psikologi Praktis : anak, remaja, dan keluarga. 1995. Jakarta: Gunung Mulia. 103 Hadari, Nawawi. , 2003. Metode Penelitian Bidang Sosial, Gajah Mada University Press, Yogyakarta Jalaludin Rakhmat. Psikologi Komunikasi. Remaja Rosadakarya, Bandung, 2001, Kriyantoro, Rachmat. 2007. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Kuswarno, Engkus. , 2009. Metode Penelitian Komunikasi : Fenomenologi, Konsepsi, Pedoman dan Contoh Penelitiannya, Widya Padjajaran, Perpustakaan Pusat UII Liliweri, Alo. 1997. Komunikasi Antarpribadi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti Mulyana Deddy, M.A., Ph.D. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rosda. Mulyana, Deddy. 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung, Remaja Rosdakarya. Meleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. M. Thalib. 40 Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak, Isyad Baitus Salam Bandung, 1995, hlm. 7-9 ------------, Ibid, hlm. 71 M . Enoch Markum. Anak, Keluarga dan Masyarakat. Sinar Harapan, Jakarta, cet. II, 1985, hal. 41 Pace, R Wayne .Faules , Don F. 2002. Komunikasi Organisai: Strategi Peningkata Kinerja Perusahaan. Bandung: Remaja Rosdakarya Prof.Deddy Mulyana, M.A.,ph.D. Metodologi penelitian kualitatif 104 Pipih Sopian, M.pd. Lindungi Pelajar dari serangan Virus HIV AIDS, bandung .Mei 2009. Rahkmat, Jalaluddin, DRS, 2008, Psikologi Komunikasi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Offset Rakhmat, Jalaludin. , 1998. Metode Penelitian Komunikasi, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung Rakhmat, Jalaludin. , 2002. Metode Penelitian Komunikasi, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung Ray Sitoresmin Prabuningrat, 1993. Sosok Wanita Muslimah Pandangan Seorang Artis. Yogyakarta: Tiara Wacana Ruslan, Rosady. , 1998. Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi : Konsep dan Aplikasi, PT. Raja Grafindo, Jakarta Santrock, W John, 2002, Life Span Development, Jakarta : Erlangga Satori, Djam’an dan Aan Komariah, 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta. Sukmadinata. , 2006. Metode Penelitian Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung Sjarkawi. Pembentukan Kepribadian Anak. 2006. Jakarta : Bumi Aksara Sendjaja, Sasa Djuarsa. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka. 105 Sobur, Alex. Komunikasi Orang Tua dan Anak. 1985. Bandung: Angkasa Sugiyono. , 2005. Memahami Penelitian Kualitatif, Alphabeta, Bandung Sugiyono. , 2009. Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan RD Singarimbun, Masri , Effendi Sofian. , 1989. Metode Penelitian Survai, pustaka LP3ES Indonesia Anggota IKAPI, Jakarta Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia B.Jurnal dan Karya Ilmiah Kumia Aodranadia. 2012 UNIKOM , Pola Komunikasi Orang Tua Muda Dalam Membentuk Perilaku Positif Anak Di Kota Bandung. Parihat. 2010 UNISBA, Pola Komunikasi Pada Wanita Karir Dengan Anak Remajanya Irna Gustina. 2012 UNIKOM, Gaya Hidup Wanita Single Parent Di Kota Bandung Dalam Lingkungan Kerjanya C.Sumber Internet http:carakata.blogspot.com201204cara-mencegah-hiv-aids-secara-efektif.html Http:www.google-pic.com http:interaksisimbolik.blogspot.com 106 http:www.merdeka.comsehat10-gejala-hiv-yang-harus-diwaspadai.html http:www.polaasuhanak.com. Asscesed, 8th April, 12.15 pm http:www.polaasuhpenuhcinta.com. Asscesed, 8th April, 12.15 pm http:www.sarjanaku.com201212pengertian-pola-asuh-menurut-para-ahli.html http:www.tabloid_nakita.com. Asscesed, 8th April, 12.15 pm

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Orang tua sebagai sistem terkecil dalam sebuah masyarakat memiliki fungsi – fungsi yang secara umum meletakkan dasar kehidupan dan membantu generasi penerusnya untuk bertahan. Maka peran orang tua sebagai peran utama dalam keluarga yang berinteraksi dengan seorang anak sangat memiliki peranan yang penting dalam pembentukan dan perkembangan mental anak. Pendidikan dalam keluarga memiliki nilai strategis dalam pembentukan kepribadian anak. Sejak kecil anak sudah mendapatkan pendidikan dari kedua orang tuanya melalui keteladanan dan kebiasaaan hidup sehari-hari dalam keluarga. Baik tidaknya keteladanan yang diberikan dan bagaimana kebiasaan hidup orang tua sehari-hari dalam keluarga akan dipengaruhi perkembangan jiwa anak. Keteladanan dan kebiasaan yang orang tua tampilkan dalam bersikap dan berprilaku tidak terlepas dari perhatian dan pengamatan anak. Meniru kebiasaan hidup orang tua adalah suatu hal yang sering anak lakukan, karena memang pada masa perkembangannya, anak selalu ingin meniru ini dalam pendidikan dikenal dengan istilah anak belajar melalui imitasi. Kekurangtahuan dan kurangnya pengetahuan orang tua di dalam berkomunikasi menghadapi anak semacam ini akhirnya menjadi kendala bagi orang tua dalam berkomunikasi serta dalam berinteraksi dengan anak berkemampuan khusus ini. Seperti pada penelitian ini yang berada di Muara Angke Jakarta ada beberapa Orang tua pun cenderung menganggap mereka ini sama seperti anak lainnya sehingga titik temu dalam komunikasi antara orang tua-anak tidak pernah ketemu. Muara Angke ini adalah suatu pelabuhan ikan atau nelayan yang berada di Jakarta, di tandai dengan dioperasikan penujang kebutuhan nelayan atau struktur fasilitas yang dikelola oleh beberapa bandar. Daerah tersebut daerah yang sulit diketahui bagaimana cara berkomunikasi yang baik maka dari itu disinilah sipeneliti bertujuan mengetahui bagaimana Dan belum mengetahui caranya bagai mana berkomunikasi yang baik dan benar . Hingga akhirnya tidak sedikit pertengkaran dan perselisihan yang terjadi antara orang tua dengan anak saat berkomunikasi. Mereka berada pada tingkat sensitivitas yang tinggi dan sulit dipahami, sehingga hanya dapat diterima oleh orangtua yang bersifat tidak menentang. Sifat non- konformis terhadap sistem dan disiplin yang ada akan menyulitkan mereka untuk mematuhi sistem peraturan yang di miliki oleh orang tua mereka. Anak si penderita ini lebih bersikap acuh ketika dihadapkan pada aturan- aturan yang telah diberlakukan orang tua terhadap mereka. Mereka akan cenderung bersikap melanggar dan menentang peraturan tersebut. Sifat ini akan menyulitkan orang tua untuk mengajak mereka untuk berkomunikasi dan memahami apa yang mereka inginkan. Mereka bisa melihat permasalahan lebih mendalam Intuisi anak seperti itu juga kuat. Pendapat diatas tidak dapat dibantah, karena memang dalam kenyataannya anak suka meniru sikap dan perilaku orang tua dalam keluarga. Dorothy Law Nolte misalnya, sangat sangat mendukung pendapat di atas. Melalui sajaknya yang berjudul “ Anak belajar dari kehidupan ”, dia mengatakan bahwa : jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki. Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi. Jika anak dibesarkan dengan cemooh, iabelajar rendah diri. Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyesali diri. Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri. Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai. Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri. Jika anak dibesarkan dengan sebaik- baiknya pujian, ia belajar keadilan. Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan. Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyayangi dirinya. Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupannya. Dalam kehidupan sehari-hari pola komunikasi orang tua tidak hanya secara sadar, tetapi juga terkadang secara tidak sadar memberikan contoh yang kurang baik terhadap anak. Misalnya, meminta tolong dengan nada mengancam, tidak mau mendengarkan cerita anak tentang sesuatu hal, memberi nasehat tidak pada tempatnya dan tidak pada waktu yang tepat, berbicara kasar kepada anak, terlalu mementingkan diri sendiri, tidak mau mengakui kesalahan padahal apa yang telah dilakukan adalah salah, mengaku serba tahu padahal tidak mengetahui banyak tentang sesuat, terlalu mencampuri urusan anak, membeda-bedakan anak, kurang memberikan kepercayaan kepada anak untuk melakukan sesuatu, dan sebagainya. Beberapa contoh sikap dan perilaku dari orang tua yang dikemukakan diatas berimplikasi negatif terhadap perkembangan jiwa anak. Anak telah belajar banyak hal dari orang tuanya. Anak belum memiliki kemampuan untuk menilai, apakah yang diberikan oleh orang tuanya itu termaksud sikap dan perilaku yang baik atau tidak. Yang penting bagi anak adalah mereka telah belajar banyak hal dari sikap dan perilaku yang di demonstrasikan oleh orang tuanya. Efek negatif dari sikap orang tua yang demikian terhadap anak misalnya, anak memilih sifat keras hati, keras kepala, menja, dan sebagainya. Sifat-sifat anak tersebut menjadi rintangan dalam pendidikan anak selanjutnya. Semua sikap dan perilaku anak yang telah dipolesi dengan sifat- sifat tersebut diatas diakui di Pengaruhi oleh pola pendidikan dalam keluarga. Dengan kata lain, Proses komunikasi orang tua akan mempengaruhi perkembangan jiwa anak. Proses komunikasi orang tua disini bersentuhan langsung dengan masalah tipe kepemimpinan orang tua dalam keluarga itu bermacam-macam, sehingga proses komunikasi orang tua terhadap anaknya juga berlainan. Di satu sisi, proses komunikasi orang tua itu bersifat demokratis atau otoriter. Pada sisi lain, bersifat Laissez Faire atau bertipe campuran anatar demokratis dan otoriter. Hubungan keluarga dapat terganggu oleh kehadiran seorang anak yang kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya seperti anak penderita HIV Human Immunodeficiency Virus. Karena anak penderita HIV Human Immunodeficiency Virus memiliki persoalan khusus yang membutuhkan peranan besar dari kedua orang tuanya dalam proses pembentukan karakter dan mental anak tersebut. Walaupun mereka telah sampai pada usia remaja sampai dewasa sekali pun, peranan orang tua dalam memahami dan mendidik anak – anak yang dikategorikan memiliki ’dunia sendiri’ atau dapat berkomunikasi dengan bangsa-bangsa halus ini masih tetap dibutuhkan.Anak penderita HIV Human Immunodeficiency Virus adalah anak-anak yang memiliki keterbatasan di dalam hal apa pun sehingga bisa membuat psikologis si penderitanya pun dijauhi teman-teman sebayanya, namun fisiknya sama seperti anak lainnya tetapi pola tersebut berubah dimana transmisi itu mulai dipengaruh oleh kelakuan seksual individu, yang sangat bergantung dengan beberapa faktor yaitu : agama, pendidikan, budaya,kondisi sosial ekonomi, termasuk turis-turis asing, transportasi, industri, dan sumber daya manusia sehingga AIDS Acquired Immuno Deficiency Syndrome dapat dikatakan sebagai masalah yangkompleks, dimana menyangkut dalam semua bidang kehidupan manusia. Anak penderita HIV Human Immunodeficiency Virus memiliki kebijaksanaan yang tinggi dan tingkat kesadaran ”di luar tahun”. Mereka bisa menjadi sangat diam ketika mereka sedang berbicara. Seorang anak si penderita akan berbicara seperti layaknya orang bisu sehingga menyebabkan orang tua mereka kesulitan untuk berkomunikasi dengan mereka. Kemampuan seorang keluarga sangatlah istimewa memang banyak ditemukan di dalam diri anak penderita HIV Human Immunodeficiency Virus dan kemampuan itu terkadang menjadi sesuatu yang sangat istimewa bagi mereka, sering juga kemampuan itu tidak muncul ketika akan digunakan dalam kesengajaan. Kemampuan intuisi yang sangat tinggi jelas mereka miliki banyak laporan yang menyebutkan bahwa mereka melihat dunia melalui suatu paradigma dan kaca mata yang baru.Dalam hal spiritualitas mereka sangat dalam, sehingga memiliki kemampuan intrapersonal yang berbeda, dan merupakan suatu tingkat kesadaran diri yang berbeda.Pandangan yang mengaitkan para anak penderita HIVHuman Immunodeficiency Virus dengan sesuatu yang bersifat irasional dan cenderung memperihatinkan di Indonesia sudah menjadi suatu stigma yang berlaku, karena memang terkait dengan kebudayaan masyarakat Indonesia itu sendiri, sebagian besar masih memiliki perihatian khusus yang kental. Dalam kelahirannya di negeri Indonesia masih banyak juga yang tidak perduli dengan fenomena ini dan juga banyak yang tidak mengetahui banyak anak-anak penderita HIV Human Immunodeficiency Virus yang tidak dapat menyalurkan bakatnya, Banyak terjadi akibat dari proses komunikasi orang tua yang melihat keberadaan mereka sebagai sesuatu yang aneh dan menjurus pada penyakit. Maka, tak jarang pada awal kemunculannya, mereka dikatakan sebagai anak yang diam, anak yang tidak wajar dan sangat mengganggu.Selain itu, perilaku diam yang sering di tunjukan. Akibatnya mereka merasa tertekan dan merasa tidak nyaman dengan keadaan mereka.Belum lagi penolakan secara terang-terangan terhadap mereka yang menyebabkan tekanan mental psikis pada awal kehidupannya. Hal itu sangat berbahaya bagi pekembangan karakter dan mentalnya di masa mendatang jika tidak dengan segera ditangani.Akibat penyakit tersebut anak itu tersebut dianggap sebagai penyebar penyakit. Karena pada umumnya, lingkungan disekitar anak-anak, menganggap perilaku mereka berbeda dari perilaku yang biasa ditunjukkan oleh para anak-anak pada umumnya. Sehingga perbedaan-perbedaan tersebut, maka anak- anak disebut sebagai anak yang ”tidak normal”, mengalami gangguan mental atau sakit. Anak penderita HIV Human Immunodeficiency Virus mempunyai psikologis baru dan luar biasa, serta menunjukkan sebuah pola perilaku yang pada umumnya tidak didokumentasikan sebelumnya. Anak- anak penderita HIV Human Immunodeficiency Virus memahami perbedaan yang sangat tipis antara dunia kasat dan dunia bemainnya dia, dan mereka memiliki tidak kemampuan untuk mengakses informasi dari sini, yang orang lain tidak mampu.Kebanyakan perilaku anak tersebut dapat dipahami dari aspek ini. Pola ini memiliki faktor-faktor unik yang umum, yang mengisyaratkan agar orang-orang yang berinteraksi dengan mereka para orangtua, khususnya mengubah perlakuan dan pengasuhan terhadap mereka guna mencapai keseimbangan. Mengabaikan pola-pola baru ini akan kemungkinan besar berarti menciptakan ketidakseimbangan dan frustasi dalam benak anak itu sendiri dari kehidupan baru yang berharga ini. Anak penderita HIV Human Immunodeficiency Virus cenderung sering salah paham atau menutup diri dengan orang tua mereka. Orang tua mereka sendiri pun terkadang mengalami kesulitan dalam memahami mereka. Ketika orang tua berbohong terhadap mereka pun , mereka akan segera mengetahuinya dan menyebabkan keengganan mereka untuk berkomunikasi lagi dengan orang tua mereka. Apabila komunikasi yang terjadi demikian, maka akan membuat sang anak tidak pernah percaya lagi terhadap orang tua mereka dan cenderung menyepelekan orang tua mereka di kala sang anak diajak untuk berkomunikasi lagi.

1.2. Rumusan Masalah

Pada penelitian ini, peneliti merinci secara jelas dan tegas dari fokus pada rumusan masalah yang masih bersifat umum dengan subfokus- subfokus terpilih dan dijadikannya sebagai rumusan masalah makro dan mikro, yakni :

1.2.1 Pertanyaan Makro “Bagaimana Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak “ Studi

Deskriptif pola komunikasi orang Tua dengan Anak penderita HIV Human Immunodeficiency Virus di Muara Angke Jakarta .

1.2.2 Pertanyaan Mikro

1. Bagaimana Proses Komunikasi Orang tua terhadap Anak penderita HIV Human Immunodeficiency Virus di Muara Angke Jakarta? 2. Bagaimana Hambatan Orang tua terhadap Anak penderita HIV Human Immunodeficiency Virus di Muara Angke Jakarta ? 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud penelitian Pada penelitian ini pun memiliki maksud dan tujuan yang menjadi bagian dari penelitian sebagai ranah kedepannya, adapun maksud dan tujuannya sebagai berikut:

1.3.2 Tujuan penelitian

1. Untuk mengetahui Proses Komunikasi Orang tua terhadap Anak penderita HIVHuman Immunodeficiency Virus di Muara Angke Jakarta. 2. Untuk mengetahui Hambatan Orang tua terhadap Anak penderita HIV Human Immunodeficiency Virus di Muara Angke Jakarta.

1.4 Kegunaan Penelitian

Secara teoritis Penulis mengharapkan penelitian ini dapat memberikan hasil yang bermanfaat, sejalan dengan tujuan penelitian di atas. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara teoritis maupun praktis.

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan-masukan bagi pengembangan ilmu komunikasi yang diperoleh oleh peneliti secara teoritis selama proses akademik. Baik Ilmu Komunikasi secara umum dan komunikasi antar pribadi secara khususnya mengenai bagaimana pola komunikasi pola komunikasi orang tua dan anak penderita HIVHuman Immunodeficiency Virus di Muara Angke Jakarta.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Adapun hasil penelitian ini secara praktis, diharapkan bisa memberikan suatu masukan atau referensi tambahan yang dapat diaplikasikan dan menjadi pertimbangan. Dan kegunaan secara praktis pada penelitian ini sebagai berikut:

1.4.2.1 Kegunaan Bagi Peneliti

Penelitian ini berguna secara praktis bagi peneliti sebagai aplikasi ilmu yang selama studi telah diterima secara teori, khususnya tentang pola komunikasi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam menambah wawasan serta sebagai salah satu rujukan untuk meneliti lebih lanjut dari sisi dan masalah penelitian yang sama dalam konteks komunikasi. Selain itu pula dapat menjadi acuan dan dapat memperdalam pengetahuan dan teori mengenai informasi yang berhubungan dengan studi ilmu komunikasi.

1.4.2.2 Kegunaan Bagi Universitas

Penelitian yang dilakukan berguna bagi mahasiswa Universitas Komputer Indonesia secara umum dan mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi khususnya sebagai literature terutama bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian di bidang dan kajian yang sama. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk seluruh mahasiswa untuk meningkatan pengetahuan mahasiswa memberikan pengetahuan tentang pola komunikasi orang tua dan anak penderita HIV Human Immunodeficiency Virus di Muara Angke Jakarta.

1.4.2.3 Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi masyarakat yang ingin mendapatkan informasi mengenai kehidupan komunikasi orang tua dan anak dan untuk dapat mendeksripsikan bagaimana Pola Komunikasi orang tua dan anaknya penderita HIV Human Immunodeficiency Virus di Muara Angke Jakarta.Secara khusus bisa memberikan saran dan referensi tambahan bagi orang tua di Muara Angke Jakarta.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Tinjauan Relevan Berdasarkan studi pustaka, peneliti menemukan beberapa referensi penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan peneliti. Studi penelitian terdahulu sangat penting sebagai bahan acuan yang membantu peneliti dalam merumuskan asumsi dasar, untuk mengembangkan “Pola Komunikasi orang tua dan anak penderita HIV human immudeficiency virus di Muara Angke ” berikut adalah beberapa hasil penelitian yang di jadikan sebagai referensi: Tabel 2.1 Tinjauan Relevan No. Judul Penelitian Nama Peneliti Metode Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan Dengan Penelitian Peneliti 1 Pola Komunikasi Orang Tua Muda Dalam Membentuk Perilaku Positif Anak Di Kota Bandung. Kumia Aodranadia . 2012 UNIKOM Penelitian ini berupa pendekatan kualitatif dengan metode studi deskriptif. Proses komunikasi akan berjalan dengan baik jika dipersiapkan terlebih dahulu. Pola asuh yang memprioritask an kepentingan anak, dan juga mengawasi, Penelitian Kumia meneliti bagaimana proses komunikasi, pola asuh dan hubungan pola komunikasi orang tua muda dalam membentuk perilaku positif anak di kota Bandung. Sedangkan pada penelitian ini untuk mengetahui proses komunikasi, dan hambatan orang tua mengendalikan anak, sebuah hubungan antara orang tua dan anak dapat membantu anak meraih cita-cita. kepada anaknya,anaknya kepada orang tua di Muara Angke Jakarta. 2 Pola Komunikasi Pada Wanita Karir Dengan Anak Remajanya Parihat. 2010 UNISBA Metode yang di gunakan oleh peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus Bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi keluarga pada wanita karir dan anak remajanya di kota Bandung. Penelitian Parihat meneliti bagaimana pola komunikasi keluarga orangtua dan anak remajanya di kota Jakarta. Sedangkan pada penelitian ini untuk mengetahui proses komunikasi, dan hambatan orang tua kepada anaknya,anaknya kepada orang tua di Muara Angke Jakarta. 3 Gaya Hidup Wanita Single Parent Di Kota Bandung Dalam Lingkungan Kerjanya Irna Gustina. 2012 UNIKOM Kualitatif, melakukan wawancara mendalam atau In-depth Interview, observasi, dokumentasi, studi pustaka, internet searching Untuk mengetahui aktivitas, Minat, citra diri, gaya hidup wanita “single parent” di Kota Bandung dalam lingkungan kerjanya. Penelitian Irna bagaimana aktivitas, Minat, citra diri, gaya hidup orang tua dalam lingkungan kerjanya. Sedangkan pada penelitian peneliti untuk mengetahui proses komunikasi, dan hambatan orang tua kepada anaknya ,anaknya kepada orang tua di Muara Angke Jakarta. Sumber Peneliti 2013. 2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Antar Pribadi 2.1.2.1 Definisi Komunikasi Antar Pribadi Komunikasi intrapersonal dapat diartikan sebagai penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri komunikator sendiri. Jadi dapat diartikan bahwa komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang membutuhkan pelaku atau personal lebih dari satu orang. R Wayne Pace mengatakan bahwa komunikasi antarpribadi adalah Proses komunikasi yang berlangsung antara 2 orang atau lebih secara tatap muka. Komunikasi antarpribadi menuntut berkomunikasi dengan orang lain. Komunikasi jenis ini dibagi lagi menjadi komunikasi diadik, komunikasi publik, dan komunikasi kelompok kecil. Komunikasi Interpersonal juga berlaku secara kontekstual bergantung kepada keadaan, budaya, dan juga konteks psikologikal. Komunikasi antarpribadi yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendy berdasarkan definisi Joseph A Devito adalah : “Proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika “. the process of sending and receiving messages between two persons, or among a small group of persons, with some effect and some immediate feedback . Effendy, 2002 : 158 Menurut Deddy Mulyana, komunikasi antarpribadi bisa diartikan sebagai: “Komunikasi antara orang-orang secara tatap muka yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung baik secara verbal maupun nonverbal “ Mulyana, 2002 : 73 Berdasarkan definisi Devito diatas, komunikasi antarpribadi dapat berlangsung antara dua orang yang memang sedang berdua seperti, suami istri yang sedang bercakap-cakap, ataupun antara orang tua dan anak. Pentingnya situasi komunikasi antarpribadi ialah karena prosesnya memungkinkan berlangsung secara dialogis. Komunikasi yang berlangsung secara dialogis selalu lebih baik daripada secara monologis. Monolog menunjukan suatu bentuk komunikasi dimana seorang berbicara, yang lain mendengarkan, jadi tidak ada interaksi, yang aktif hanya komunikator saja, sedangkan komunikan bersifat pasif. Situasi komunikasi seperti ini terjadi misalnya ketika seorang Ayah memberi nasihat kepada anaknya yang nakal. Komunikasi antarpribadi yang dimaksud adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka, seperti yang dinyatakan R. Wayne Pace. Menurut sifatnya komunikasi antarpribadi dapat dibedakan atas dua macam, yakni komunikasi diadik dyadic Communication dan komunikasi kelompok kecil small group communication. Komunikasi diadik adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang dalam situasi tatap muka. Komunikasi diadik menurut pace dapat dilakukan dalam tiga bentuk yaitu, percakapan dialog, dan wawancara. Percakapan dapat berlangsung dalam suasana yang bersahabat dan informal. Dialog berlangsung dalam situasi yang lebih intim, lebih dalam, dan lebih personal. Fungsi komunikasi antarpribadi ialah berusaha meningkatkan hubungan insani human relations, menghindari dan mengatasi konflik- konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian sesuatu serta berbagai pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain. Komunikasi antarpribadi dapat meningkatkan hubungan kemanusiaan diantara pihak-pihak yang berkomunikasi. Dalam hidup bermasyarakat seseorang bisa memperoleh kemudahan-kemudahan dalam hidupnya karena memiliki banyak sahabat. Melalui komunikasi antarpribadi juga kita dapat berusaha membina hubungan yang baik, sehingga menghindari dan mengatasi terjadinya konflik-konflik diantara kita.

2.1.2.2 Karakteristik Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antarpribadi berlangsung antar dua individu, karenanya pemahaman komunikasi dan hubungan antar pribadi menempatkan pemahaman mengenai komunikasi dalam proses psikologis. Setiap individu dalam tindakan komunikasi memiliki pemahaman dan makna pribadi terhadap setiap hubungan dimana dia terlibat di dalamnya. Hal terpenting dari aspek psikologis dalam komunikasi adalah asumsi bahwa diri pribadi individu terletak dalam diri individu dan tidak mungkin diamati secara langsung. Artinya dalam Komunikasi antarpribadi pengamatan terhadap seseorang dilakukan melalui perilakunya dengan mendasarkan pada persespsi si pengamat. Menurut Judy C. Pearson dalam Sendjaja, komunikasi antar pribadi memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. Komunikasi antarpribadi dimulai dengan diri pribadi self 2. Komunikasi antarpribadi bersifat transaksional 3. Komunikasi antarpribadi mencakup aspek-aspek isi pesan dan hubungan antar persona 4. Komunikasi antarpribadi melibatkan pihak-pihak yang saling bergantung satu sama lainnya dalam proses komunikasi 5. Komunikasi antarpribadi tidak dapat diubah maupun diulang

2.2.2.3 Ciri-Ciri Komunikasi Antar Pribadi

Penyampaian pesan yang berlangsung antara dua orang atau sekelompok kecil ini memiliki ciri-ciri yang menunjukkan proses komunikasi antar pribadi yang berlangsung. Menurut Barnlund sebagaimana dikutip oleh Alo Liliweri 1991 dalam bukunya Wiryanto, mengemukakan beberapa ciri yang mengenali komunikasi antar pribadi sebagai, berikut : 1. Bersifat spontan 2. Tidak mempunyai struktur 3. Terjadi secara kebetulan 4. Tidak mengejar tujuan yang direncanakan 5. Identitas keanggotaan tidak jelas, dan 6. Dapat terjadi hanya sambil lalu. Wiryanto, 2004:33 Adapun menurut Everett M. Rogers mengartikan komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi. Ciri-ciri komunikasi antar pribadi menurut Rogers dalam bukunya Wiryanto, adalah sebagai berikut: 1. Arus pesan cenderung dua arah 2. Konteks komunikasinya dua orang 3. Tingkat umpan balik yang terjadi tinggi 4. Kemampuan mengatasi tingkat selektivitas, terutama selektivitas keterpaan tinggi 5. Kecepatan jangkauan terhadap khalayak yang besar relatif lambat, dan 6. Efek yang mungkin terjadi adalah perubahan sikap. Wiryanto, 2004:35-36 Ciri-ciri komunikasi antar pribadi yang dikemukakan para ahli lainnya pun turut mendukung akan fungsi dari komunikasi antar pribadi. Menurut Reardon 1987 sebagaimana yang dikutip oleh Alo Liliweri mengemukakan juga bahwa komunikasi antar pribadi mempunyai enam ciri, yaitu: 1. Dilaksanakan atas dorongan berbagai faktor 2. Mengakibatkan dampak yang disengaja dan yang tidak disengaja 3. Kerap kali berbalas-balasan 4. Mengisyaratkan hubungan antar pribadi antara paling sedikit dua orang 5. Berlangsung dalam suasana bebas, bervariasi dan berpengaruh, dan 6. Menggunakan pelbagai lambang yang bermakna. Liliweri, 1997:13 Ciri-ciri tersebut ada pada komunikasi antar pribadi yang didalamnya memiliki jenis dari keberlangsungan komunikasi tersebut.

2.1.2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Antar Pribadi

Menurut Jalaludin Rakhmat komunikasi antar persona bisa dipengaruhi oleh 3 faktor seperti :

1. Persepsi Interpersonal

Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli indrawi atau menafsirkan informasi indrawi. Persepsi interpersonal adalah memberikan makna terhadap stimuli indrawi yang berasal dari seseorang komunikan berupa pesan verbal dan non verbal.

2. Konsep Diri

Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Konsep diri sangat menentukan komunikasi antar persona karena faktor-faktor yang melingkupi seperti dibawah ini :

a. Nubuat yang Dipenuhi Sendiri

Maksudnya adalah setiap orang bertingkah laku sesuai dengan konsep dirinya.

b. Membuka Diri

Maksudnya adalah pengetahuan tentang diri kita akan meningkatkan komunikasi dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita.

c. Percaya Diri

Maksudnya adalah ketakutan untuk melakukan komunikasi atau communication apprehension disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri.

d. Selektivitas

Maksudnya adalah konsep diri akan mempengaruhi pada pesan apa dimana kita bersedia membuka diri terpaan selektif , bagaimana kita mempersepsi pesan persepsi selektif dan apa yang kita ingat ingatan selektif. Selain itu konsep diri juga berpengaruh dalam penyandian pesan pesan selektif .

3. Atraksi Interpersonal

Atraksi interpersonal adalah kesukaan kepada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang. Hal ini mempengaruhi komunikasi antar persona dalam hal penafsiran pesan, penilaian dan efektifitas komunikasi.

4. Hubungan Interpersonal

Hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain. Hubungan interpersonal yang baik akan menumbuhkan derajat keterbukaan orang untuk mengungkapkan dirinya, semakin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya sehingga makin efektif komunikasinya.

Dokumen yang terkait

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA TERHADAP ANAK PENDERITA AUTISME Pola Komunikasi Orang Tua Terhadap Anak Penderita Autisme (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Antarpribadi Pada Anak Penderita Autisme di SDLBN Bangunharjo, Pulisen, Boyolali).

0 0 13

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA TERHADAP ANAK PENDERITA AUTISME Pola Komunikasi Orang Tua Terhadap Anak Penderita Autisme (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Antarpribadi Pada Anak Penderita Autisme di SDLBN Bangunharjo, Pulisen, Boyolali).

0 0 15

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK HIPERAKTIF (Studi DeskriptifKualitatif Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Hiperaktif di Surabaya).

0 0 95

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak yang Pengemis).

0 1 99

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak yang Pengemis).

0 2 95

POLA KOMUNIKASI ANTARA ORANG TUA DENGAN ANAK AUTIS KOTA SURABAYA ( Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Antara Orang Tua dengan Anak Autis di Surabaya ).

0 1 76

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK PEROKOK AKTIF DI SURABAYA (Studi Deskriptif Kualitatif pada Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak Perokok Aktif di Surabaya).

13 35 84

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK PEROKOK AKTIF DI SURABAYA (Studi Deskriptif Kualitatif pada Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak Perokok Aktif di Surabaya)

0 0 21

POLA KOMUNIKASI ANTARA ORANG TUA DENGAN ANAK AUTIS KOTA SURABAYA ( Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Antara Orang Tua dengan Anak Autis di Surabaya )

0 0 15

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK HIPERAKTIF (Studi DeskriptifKualitatif Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Hiperaktif di Surabaya)

0 0 14