Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak (Studi Deskriptif Pola Komunikasi Orang tua dan Anak Penderita HIV (Human Immunity Virus) di Muara Angke Jakarta)

(1)

“dan Dia bersamamu dimana pun kamu berada. Dan allah maha melihat apa yang kamu kerjakan” (al-Haddid:4) “dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala-Nya pada sisi Allah.” (2:110)

Untuk mama, papa, dan kakak-kakakku yang tercinta,

Karya ini yang baru aku berikan pada kalian,

Semoga ini bisa menjadi awal kebanggan kalian padaku,

Hingga pada saatnya nanti aku akan membuat kalian benar-benar

bangga,

Tetaplah menjadi mama yang hebat dan papa yang kuat untukku,

Terimakasih mama, papa, dan kakak -kakakku.


(2)

SKRIPSI

Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana pada Program Studi IlmuKomunikasi Konsentrasi Humas

Oleh : Ria Dwi Astuti NIM. 41809013

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA B A N D U N G


(3)

(4)

SURAT PENGESAHAN... i

LEMBAR PERNYATAAN... ii

ABSTRAK... iii

ABSTRACT... iv

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah... 1

1.2Rumusan Masalah... 8

1.2.1 Pertanyaan Makro... 8

1.2.2 Pertanyaan Mikro... 9

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian... 9

1.3.1 Maksud... 9

1.3.2 Tujuan... 9

1.4Kegunaan Penelitian... 9

1.4.1 Kegunaan Teoritis... 10

1.4.2 Kegunaan Praktis... 10

1.4.2.1 Kegunaan Penelitian... 10

1.4.2.2 Kegunaan Bagi Universitas... 11

1.4.2.3 Kegunaan Bagi Masyarakat... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka... 12


(5)

2.1.2.3 Ciri-ciri Komunikasi Antar Pribadi... 17

2.1.2.4 Faktor Komunikasi Antar Pribadi... 19

2.1.2.5 Tujuan Komunikasi Antar Pribadi... 21

2.1.2.6 Fungsi Komunikasi Antar Pribadi... 22

2.1.3 Tinjauan Tentang Pola Komunikasi... 22

2.1.3.1 Devinisi Pola Komunikasi... 23

2.1.4 Tinjauan Tentang Anak... 25

2.1.4.1 Devinisi Anak... 25

2.2 Kerangka Pemikiran... 27

2.2.1 Kerangka Teoritis ... 27

2.2.2 Kerangka Konseptual ... 31

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian... 31

3.1.1 Sejarah HIV... 31

3.1.2 Gejala HIV... 39

3.1.3 Cara Pencegahan HIV... 41

3.1.4 Pengobatan HIV... 44

3.2 Metode Penelitian... 45

3.2.1 Desain Penelitian... 46

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data... 47

3.2.2.1 Wawancara Mendalam... 47

3.2.3 Teknik Penentuan Informan... 48


(6)

3.2.6.1 Lokasi Penelitian... 53

3.2.6.2 Waktu Penelitian... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pendekatan... 55

4.2 Profil key Informan dan Informan Pendukung... 60

4.2.1 Kegiatan Informan Penelitian... 60

4.2.2 Informan Pendukung... 70

4.3 Hasil Penelitian... 73

4.3.1 Proses Komunikasi Orang tua dan Anak Penderita HIV... 74

4.3.2 Hambatan Komunikasi Orang tua dan Anak Penderita HIV... 82

4.4 Pembahasan Penelitian... 90

4.4.1 Proses Komunikasi Orang tua Terhadap Anak Penderita HIV... 92

4.4.2 Hambatan Orang tua Terhadap Anak Penderita HIV... 93

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 98

5.2 Saran... 99

5.2.1 Saran untuk Orang tua... 99

5.2.2 Saran untuk Masyarakat... 100

5.2.3 Saran untuk Peneliti Selanjutnya... 101

DAFTAR PUSTAKA... 102


(7)

3.1 Tabel Informan Penelitian... 49

3.2 Jadwal Kegiatan Penelitian... 54

4.1 Jadwal Wawancara... 57


(8)

2.1 Alur Model Kerangka Konseptual... 35

4.1 Ana Saat Menghadiri Pengobatan... 60

4.2 Orang Tua Ana... 63

4.3 Abi Anak Penderita HIV... 65

4.4 Orang tua Abi... 66

4.5 Ela Penderita HIV... 68

4.6 Orang tua Ela... 69

4.7 Informan Pendukung... 71

4.8 informan Pendukung... 72


(9)

KATA PENGANTAR

(Bismillahirrahmanirrahim)

Assalamu’alaikum. Wr. Wb

Alhamdulillahirabbil’alamin, Segala puji dan syukur seraya penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala rahmat dan ridho-Nya, penulis diberikan kekuatan, kemudahan, kelancaran, petunjuk dan ketabahan dalam menyelesaikan penelitian ini. Tidak lupa shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW.

Laporan penelitian skripsi ini berisi mengenai Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak Penderita HIV (Human Immutunity Virus) di Muara Angke Jakarta, yang dilaksanakan dari pertengahan Februari hingga pertengahan Juli 2013.

Dalam penyusunan penelitian ini, tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang dialami penulis. Terbatasnya kemampuan, pengetahuan dan wawasan menjadi hambatan terbesar dalam penyusunan penelitian ini. Tetapi berkat kerja keras, optimisme dan dukungan dari semua pihak, akhirnya penulis bisa menyelesaikannya dengan semaksimal mungkin. Saran dan kritik yang membangun penulis harapkan agar dapat memberikan manfaat dan kamajuan bagi peningkatan penulis di masa yang akan datang.


(10)

Ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya peneliti tujukan kepada kedua orang tua yang selalu membantu dan memberikan dukungan baik moral, spiritual, dan material serta doa kepada peneliti hingga detik ini. Doa ananda, semoga ananda dapat membahagiakan Mama dan Bapak serta menjadi seperti apa yang Mama dan Bapak harapkan .

Penyusunan penelitian ini tidak akan terlaksana tanpa dukungan, dorongan dari orang tua tercinta dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu, Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kapada :

1. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia, yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian skripsi.

2. Bapak Drs. Manap Solihat, M.Si, Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia, Trimakasih atas dukungan memberi serta semangat dan izin dalam penyusunan penelitian skripsi ini.

3. Bapak Sangra Juliano, S.Sos,M.Ikom selaku dosen wali. Terima kasih karena telah memberikan pencerahan dan penyelesaian masalah bagi peneliti, kesabaran, yang juga sering memberikan masukan positif bagi peneliti. Terimakasih atas bimbingannya selama peneliti melakukan perkuliahan.

4. Bapak Adiyana Slamet, S.IP, M.Si, selaku Dosen Pebimbing penulis yang telah banyak memberikan masukan, dan nasehat kepada penulis dalam menyelesaikan Penelitian skripsi ini.


(11)

5. Ibu Melly Maulin P, S.Sos.M.Si dan Bapak Olih Solihin, S,Sos.,M.Ikom selaku Dosen serta penguji di dalam penelitian ini .

6. Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah mendorong peneliti selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini berlangsung.

Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini masih diperlukan penyempurnaan dari berbagai sudut, baik dari segi isi maupun pemakaian kalimat dan kata-kata yang tepat, oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan penelitian ini, dan penelitian selanjutnya di masa yang akan datang.

Akhir kata peneliti mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu peneliti dalam melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca lainnya umumnya. Semoga semua bantuan, dan bimbingan yang telah diberikan itu akan mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amiin. Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Bandung, Juli 2013 Peneliti


(12)

Daftar pustaka

A.

Buku.

Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: RajaGrafindo Persada

Budyatna, M, Muthmainnah Nina. , 2004. Komunikasi Antar Pribadi, Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, Jakarta

Bogdan dan Taylor Lexy J. Moleong. 1988. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

Devito, A. Joseph. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Jakarta: Professional Books.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua & Anak Dalam Keluarga Sebuah Perspektif Pendidikan Islam. Jakarta. Rineka Cipta dr.Elfinaro Ardianto, Medodologi penelitian kualitaif dan kuantitatif

Drs. Syaiful Bahri Djahmarah, M. Ag. Pola Komunikasi Orang Tua Dan Anak Dalam Keluarga, Oktober 2004.

Elizabeth B. Hurlock. (1999). Perkembangan Anak. Jilid 2.Jakarta : Erlangga. Effendi, Uchjana, Onong. , 1994. Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek, PT.

Remaja Rosda Karya, Bandung

Gunarsa & Gunarsa. Psikologi Praktis : anak, remaja, dan keluarga. 1995. Jakarta: Gunung Mulia.


(13)

Hadari, Nawawi. , 2003. Metode Penelitian Bidang Sosial, Gajah Mada University Press, Yogyakarta

Jalaludin Rakhmat. Psikologi Komunikasi. Remaja Rosadakarya, Bandung, 2001, Kriyantoro, Rachmat. 2007. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

Kuswarno, Engkus. , 2009. Metode Penelitian Komunikasi : Fenomenologi, Konsepsi, Pedoman dan Contoh Penelitiannya, Widya Padjajaran, Perpustakaan Pusat UII

Liliweri, Alo. 1997. Komunikasi Antarpribadi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti Mulyana Deddy, M.A., Ph.D. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rosda. Mulyana, Deddy. 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung, Remaja

Rosdakarya.

Meleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

M. Thalib. 40 Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak, Isyad Baitus Salam Bandung, 1995, hlm. 7-9

---, Ibid, hlm. 71

M . Enoch Markum. Anak, Keluarga dan Masyarakat. Sinar Harapan, Jakarta, cet. II, 1985, hal. 41

Pace, R Wayne .Faules , Don F. 2002. Komunikasi Organisai: Strategi Peningkata Kinerja Perusahaan. Bandung: Remaja Rosdakarya


(14)

Pipih Sopian, M.pd. Lindungi Pelajar dari serangan Virus HIV / AIDS, bandung .Mei 2009.

Rahkmat, Jalaluddin, DRS, 2008, Psikologi Komunikasi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Offset

Rakhmat, Jalaludin. , 1998. Metode Penelitian Komunikasi, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung

Rakhmat, Jalaludin. , 2002. Metode Penelitian Komunikasi, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung

Ray Sitoresmin Prabuningrat, 1993. Sosok Wanita Muslimah Pandangan Seorang Artis. Yogyakarta: Tiara Wacana

Ruslan, Rosady. , 1998. Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi : Konsep dan Aplikasi, PT. Raja Grafindo, Jakarta

Santrock, W John, 2002, Life Span Development, Jakarta : Erlangga

Satori, Djam’an dan Aan Komariah, 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.

Sukmadinata. , 2006. Metode Penelitian Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung

Sjarkawi. Pembentukan Kepribadian Anak. 2006. Jakarta : Bumi Aksara

Sendjaja, Sasa Djuarsa. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka.


(15)

Sobur, Alex. Komunikasi Orang Tua dan Anak. 1985. Bandung: Angkasa Sugiyono. , 2005. Memahami Penelitian Kualitatif, Alphabeta, Bandung

Sugiyono. , 2009. Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D

Singarimbun, Masri , Effendi Sofian. , 1989. Metode Penelitian Survai, pustaka LP3ES Indonesia Anggota IKAPI, Jakarta

Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia

B.Jurnal dan Karya Ilmiah

Kumia Aodranadia. 2012 UNIKOM , Pola Komunikasi Orang Tua Muda Dalam Membentuk Perilaku Positif Anak Di Kota Bandung.

Parihat. 2010 UNISBA, Pola Komunikasi Pada Wanita Karir Dengan Anak Remajanya

Irna Gustina. 2012 UNIKOM, Gaya Hidup Wanita Single Parent Di Kota Bandung Dalam Lingkungan Kerjanya

C.Sumber Internet

http://carakata.blogspot.com/2012/04/cara-mencegah-hiv-aids-secara-efektif.html

Http://www.google-pic.com


(16)

http://www.merdeka.com/sehat/10-gejala-hiv-yang-harus-diwaspadai.html

http://www.polaasuhanak.com. (Asscesed, 8th April, 12.15 pm)

http://www.polaasuhpenuhcinta.com. (Asscesed, 8th April, 12.15 pm)

http://www.sarjanaku.com/2012/12/pengertian-pola-asuh-menurut-para-ahli.html http://www.tabloid_nakita.com. (Asscesed, 8th April, 12.15 pm)


(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Orang tua sebagai sistem terkecil dalam sebuah masyarakat memiliki fungsi – fungsi yang secara umum meletakkan dasar kehidupan dan membantu generasi penerusnya untuk bertahan. Maka peran orang tua sebagai peran utama dalam keluarga yang berinteraksi dengan seorang anak sangat memiliki peranan yang penting dalam pembentukan dan perkembangan mental anak.

Pendidikan dalam keluarga memiliki nilai strategis dalam pembentukan kepribadian anak. Sejak kecil anak sudah mendapatkan pendidikan dari kedua orang tuanya melalui keteladanan dan kebiasaaan hidup sehari-hari dalam keluarga. Baik tidaknya keteladanan yang diberikan dan bagaimana kebiasaan hidup orang tua sehari-hari dalam keluarga akan dipengaruhi perkembangan jiwa anak. Keteladanan dan kebiasaan yang orang tua tampilkan dalam bersikap dan berprilaku tidak terlepas dari perhatian dan pengamatan anak. Meniru kebiasaan hidup orang tua adalah suatu hal yang sering anak lakukan, karena memang pada masa perkembangannya, anak selalu ingin meniru ini dalam pendidikan dikenal dengan istilah anak belajar melalui imitasi.

Kekurangtahuan dan kurangnya pengetahuan orang tua di dalam berkomunikasi menghadapi anak semacam ini akhirnya menjadi


(18)

kendala bagi orang tua dalam berkomunikasi serta dalam berinteraksi dengan anak berkemampuan khusus ini. Seperti pada penelitian ini yang berada di Muara Angke Jakarta ada beberapa Orang tua pun cenderung menganggap mereka ini sama seperti anak lainnya sehingga titik temu dalam komunikasi antara orang tua-anak tidak pernah ketemu. Muara Angke ini adalah suatu pelabuhan ikan atau nelayan yang berada di Jakarta, di tandai dengan dioperasikan penujang kebutuhan nelayan atau struktur fasilitas yang dikelola oleh beberapa bandar. Daerah tersebut daerah yang sulit diketahui bagaimana cara berkomunikasi yang baik maka dari itu disinilah sipeneliti bertujuan mengetahui bagaimana Dan belum mengetahui caranya bagai mana berkomunikasi yang baik dan benar . Hingga akhirnya tidak sedikit pertengkaran dan perselisihan yang terjadi antara orang tua dengan anak saat berkomunikasi. Mereka berada pada tingkat sensitivitas yang tinggi dan sulit dipahami, sehingga hanya dapat diterima oleh orangtua yang bersifat tidak menentang. Sifat non-konformis terhadap sistem dan disiplin yang ada akan menyulitkan mereka untuk mematuhi sistem peraturan yang di miliki oleh orang tua mereka. Anak si penderita ini lebih bersikap acuh ketika dihadapkan pada aturan-aturan yang telah diberlakukan orang tua terhadap mereka. Mereka akan cenderung bersikap melanggar dan menentang peraturan tersebut. Sifat ini akan menyulitkan orang tua untuk mengajak mereka untuk berkomunikasi dan memahami apa yang mereka inginkan. Mereka bisa melihat permasalahan lebih mendalam Intuisi anak seperti itu juga kuat.


(19)

Pendapat diatas tidak dapat dibantah, karena memang dalam kenyataannya anak suka meniru sikap dan perilaku orang tua dalam keluarga. Dorothy Law Nolte misalnya, sangat sangat mendukung

pendapat di atas. Melalui sajaknya yang berjudul “ Anak belajar dari

kehidupan”, dia mengatakan bahwa : jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki. Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi. Jika anak dibesarkan dengan cemooh, iabelajar rendah diri. Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyesali diri. Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri. Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai. Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri. Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya pujian, ia belajar keadilan. Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan. Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyayangi dirinya. Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupannya.

Dalam kehidupan sehari-hari pola komunikasi orang tua tidak hanya secara sadar, tetapi juga terkadang secara tidak sadar memberikan contoh yang kurang baik terhadap anak. Misalnya, meminta tolong dengan nada mengancam, tidak mau mendengarkan cerita anak tentang sesuatu hal, memberi nasehat tidak pada tempatnya dan tidak pada waktu yang tepat, berbicara kasar kepada anak, terlalu mementingkan diri sendiri, tidak mau mengakui kesalahan padahal apa yang telah dilakukan adalah


(20)

salah, mengaku serba tahu padahal tidak mengetahui banyak tentang sesuat, terlalu mencampuri urusan anak, membeda-bedakan anak, kurang memberikan kepercayaan kepada anak untuk melakukan sesuatu, dan sebagainya.

Beberapa contoh sikap dan perilaku dari orang tua yang dikemukakan diatas berimplikasi negatif terhadap perkembangan jiwa anak. Anak telah belajar banyak hal dari orang tuanya. Anak belum memiliki kemampuan untuk menilai, apakah yang diberikan oleh orang tuanya itu termaksud sikap dan perilaku yang baik atau tidak. Yang penting bagi anak adalah mereka telah belajar banyak hal dari sikap dan perilaku yang di demonstrasikan oleh orang tuanya. Efek negatif dari sikap orang tua yang demikian terhadap anak misalnya, anak memilih sifat keras hati, keras kepala, menja, dan sebagainya. Sifat-sifat anak tersebut menjadi rintangan dalam pendidikan anak selanjutnya.

Semua sikap dan perilaku anak yang telah dipolesi dengan sifat-sifat tersebut diatas diakui di Pengaruhi oleh pola pendidikan dalam keluarga. Dengan kata lain, Proses komunikasi orang tua akan mempengaruhi perkembangan jiwa anak. Proses komunikasi orang tua disini bersentuhan langsung dengan masalah tipe kepemimpinan orang tua dalam keluarga itu bermacam-macam, sehingga proses komunikasi orang tua terhadap anaknya juga berlainan. Di satu sisi, proses komunikasi orang tua itu bersifat demokratis atau otoriter. Pada sisi lain, bersifat Laissez Faire atau bertipe campuran anatar demokratis dan otoriter.


(21)

Hubungan keluarga dapat terganggu oleh kehadiran seorang anak yang kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya seperti anak penderita HIV( Human Immunodeficiency Virus). Karena anak penderita HIV( Human Immunodeficiency Virus) memiliki persoalan khusus yang membutuhkan peranan besar dari kedua orang tuanya dalam proses pembentukan karakter dan mental anak tersebut.

Walaupun mereka telah sampai pada usia remaja sampai dewasa sekali pun, peranan orang tua dalam memahami dan mendidik anak – anak yang dikategorikan memiliki ’dunia sendiri’ atau dapat berkomunikasi dengan bangsa-bangsa halus ini masih tetap dibutuhkan.Anak penderita HIV ( Human Immunodeficiency Virus) adalah anak-anak yang memiliki keterbatasan di dalam hal apa pun sehingga bisa membuat psikologis si penderitanya pun dijauhi teman-teman sebayanya, namun fisiknya sama seperti anak lainnya tetapi pola tersebut berubah dimana transmisi itu mulai dipengaruh oleh kelakuan seksual individu, yang sangat bergantung dengan beberapa faktor yaitu : agama, pendidikan, budaya,kondisi sosial ekonomi, termasuk turis-turis asing, transportasi, industri, dan sumber daya manusia sehingga AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome)

dapat dikatakan sebagai masalah yangkompleks, dimana menyangkut dalam semua bidang kehidupan manusia.

Anak penderita HIV( Human Immunodeficiency Virus) memiliki kebijaksanaan yang tinggi dan tingkat kesadaran ”di luar tahun”. Mereka bisa menjadi sangat diam ketika mereka sedang berbicara. Seorang anak


(22)

si penderita akan berbicara seperti layaknya orang bisu sehingga menyebabkan orang tua mereka kesulitan untuk berkomunikasi dengan mereka. Kemampuan seorang keluarga sangatlah istimewa memang banyak ditemukan di dalam diri anak penderita HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan kemampuan itu terkadang menjadi sesuatu yang sangat istimewa bagi mereka, sering juga kemampuan itu tidak muncul ketika akan digunakan dalam kesengajaan. Kemampuan intuisi yang sangat tinggi jelas mereka miliki banyak laporan yang menyebutkan bahwa mereka melihat dunia melalui suatu paradigma dan kaca mata yang baru.Dalam hal spiritualitas mereka sangat dalam, sehingga memiliki kemampuan intrapersonal yang berbeda, dan merupakan suatu tingkat kesadaran diri yang berbeda.Pandangan yang mengaitkan para anak penderita HIV(Human Immunodeficiency Virus) dengan sesuatu yang bersifat irasional dan cenderung memperihatinkan di Indonesia sudah menjadi suatu stigma yang berlaku, karena memang terkait dengan kebudayaan masyarakat Indonesia itu sendiri, sebagian besar masih memiliki perihatian khusus yang kental. Dalam kelahirannya di negeri Indonesia masih banyak juga yang tidak perduli dengan fenomena ini dan juga banyak yang tidak mengetahui banyak anak-anak penderita HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang tidak dapat menyalurkan bakatnya,

Banyak terjadi akibat dari proses komunikasi orang tua yang melihat keberadaan mereka sebagai sesuatu yang aneh dan menjurus pada


(23)

penyakit. Maka, tak jarang pada awal kemunculannya, mereka dikatakan sebagai anak yang diam, anak yang tidak wajar dan sangat mengganggu.Selain itu, perilaku diam yang sering di tunjukan.

Akibatnya mereka merasa tertekan dan merasa tidak nyaman dengan keadaan mereka.Belum lagi penolakan secara terang-terangan terhadap mereka yang menyebabkan tekanan mental (psikis) pada awal kehidupannya. Hal itu sangat berbahaya bagi pekembangan karakter dan mentalnya di masa mendatang jika tidak dengan segera ditangani.Akibat penyakit tersebut anak itu tersebut dianggap sebagai penyebar penyakit. Karena pada umumnya, lingkungan disekitar anak-anak, menganggap perilaku mereka berbeda dari perilaku yang biasa ditunjukkan oleh para anak-anak pada umumnya. Sehingga perbedaan-perbedaan tersebut, maka anak-anak disebut sebagai anak yang ”tidak normal”, mengalami gangguan mental atau sakit.

Anak penderita HIV ( Human Immunodeficiency Virus) mempunyai psikologis baru dan luar biasa, serta menunjukkan sebuah pola perilaku yang pada umumnya tidak didokumentasikan sebelumnya. Anak-anak penderita HIV ( Human Immunodeficiency Virus) memahami perbedaan yang sangat tipis antara dunia kasat dan dunia bemainnya dia, dan mereka memiliki tidak kemampuan untuk mengakses informasi dari sini, yang orang lain tidak mampu.Kebanyakan perilaku anak tersebut dapat dipahami dari aspek ini. Pola ini memiliki faktor-faktor unik yang umum, yang mengisyaratkan agar orang-orang yang berinteraksi dengan


(24)

mereka (para orangtua, khususnya) mengubah perlakuan dan pengasuhan terhadap mereka guna mencapai keseimbangan. Mengabaikan pola-pola baru ini akan kemungkinan besar berarti menciptakan ketidakseimbangan dan frustasi dalam benak anak itu sendiri dari kehidupan baru yang berharga ini.

Anak penderita HIV (Human Immunodeficiency Virus) cenderung sering salah paham atau menutup diri dengan orang tua mereka. Orang tua mereka sendiri pun terkadang mengalami kesulitan dalam memahami mereka. Ketika orang tua berbohong terhadap mereka pun , mereka akan segera mengetahuinya dan menyebabkan keengganan mereka untuk berkomunikasi lagi dengan orang tua mereka. Apabila komunikasi yang terjadi demikian, maka akan membuat sang anak tidak pernah percaya lagi terhadap orang tua mereka dan cenderung menyepelekan orang tua mereka di kala sang anak diajak untuk berkomunikasi lagi. 1.2. Rumusan Masalah

Pada penelitian ini, peneliti merinci secara jelas dan tegas dari fokus pada rumusan masalah yang masih bersifat umum dengan subfokus-subfokus terpilih dan dijadikannya sebagai rumusan masalah makro dan mikro, yakni :

1.2.1 Pertanyaan Makro

“Bagaimana Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak “ (Studi Deskriptif pola komunikasi orang Tua dengan Anak penderita HIV (Human Immunodeficiency Virus) di Muara Angke Jakarta .


(25)

1.2.2 Pertanyaan Mikro

1. Bagaimana Proses Komunikasi Orang tua terhadap Anak penderita HIV (Human Immunodeficiency Virus) di Muara Angke Jakarta?

2. Bagaimana Hambatan Orang tua terhadap Anak penderita HIV (Human Immunodeficiency Virus) di Muara Angke Jakarta ?

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud penelitian

Pada penelitian ini pun memiliki maksud dan tujuan yang menjadi bagian dari penelitian sebagai ranah kedepannya, adapun maksud dan tujuannya sebagai berikut:

1.3.2 Tujuan penelitian

1. Untuk mengetahui Proses Komunikasi Orang tua terhadap Anak penderita HIV(Human Immunodeficiency Virus) di Muara Angke Jakarta.

2. Untuk mengetahui Hambatan Orang tua terhadap Anak penderita HIV (Human Immunodeficiency Virus) di Muara Angke Jakarta. 1.4Kegunaan Penelitian

Secara teoritis Penulis mengharapkan penelitian ini dapat memberikan hasil yang bermanfaat, sejalan dengan tujuan penelitian di atas. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara teoritis maupun praktis.


(26)

1.4.1Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan-masukan bagi pengembangan ilmu komunikasi yang diperoleh oleh peneliti secara teoritis selama proses akademik. Baik Ilmu Komunikasi secara umum dan komunikasi antar pribadi secara khususnya mengenai bagaimana pola komunikasi pola komunikasi orang tua dan anak penderita HIV(Human Immunodeficiency Virus) di Muara Angke Jakarta.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Adapun hasil penelitian ini secara praktis, diharapkan bisa memberikan suatu masukan atau referensi tambahan yang dapat diaplikasikan dan menjadi pertimbangan. Dan kegunaan secara praktis pada penelitian ini sebagai berikut:

1.4.2.1 Kegunaan Bagi Peneliti

Penelitian ini berguna secara praktis bagi peneliti sebagai aplikasi ilmu yang selama studi telah diterima secara teori, khususnya tentang pola komunikasi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam menambah wawasan serta sebagai salah satu rujukan untuk meneliti lebih lanjut dari sisi dan masalah penelitian yang sama dalam konteks komunikasi. Selain itu pula dapat menjadi acuan dan dapat memperdalam pengetahuan dan teori mengenai informasi yang berhubungan dengan studi ilmu komunikasi.


(27)

1.4.2.2Kegunaan Bagi Universitas

Penelitian yang dilakukan berguna bagi mahasiswa Universitas Komputer Indonesia secara umum dan mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi khususnya sebagai literature terutama bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian di bidang dan kajian yang sama. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk seluruh mahasiswa untuk meningkatan pengetahuan mahasiswa memberikan pengetahuan tentang pola komunikasi orang tua dan anak penderita HIV (Human Immunodeficiency Virus) di Muara Angke Jakarta.

1.4.2.3 Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi masyarakat yang ingin mendapatkan informasi mengenai kehidupan komunikasi orang tua dan anak dan untuk dapat mendeksripsikan bagaimana Pola Komunikasi orang tua dan anaknya penderita HIV (Human Immunodeficiency Virus) di Muara Angke Jakarta.Secara khusus bisa memberikan saran dan referensi tambahan bagi orang tua di Muara Angke Jakarta.


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Tinjauan Relevan

Berdasarkan studi pustaka, peneliti menemukan beberapa referensi penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan peneliti. Studi penelitian terdahulu sangat penting sebagai bahan acuan yang membantu peneliti dalam merumuskan asumsi dasar, untuk mengembangkan “Pola Komunikasi orang tua dan anak penderita HIV (human immudeficiency virus) di Muara Angke” berikut adalah beberapa hasil penelitian yang di jadikan sebagai referensi:

Tabel 2.1 Tinjauan Relevan

No. Judul

Penelitian Nama Peneliti Metode Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan Dengan Penelitian Peneliti 1 Pola

Komunikasi Orang Tua Muda Dalam Membentuk Perilaku Positif Anak Di Kota Bandung. Kumia Aodranadia . 2012 UNIKOM Penelitian ini berupa pendekatan kualitatif dengan metode studi deskriptif. Proses komunikasi akan berjalan dengan baik jika dipersiapkan terlebih dahulu. Pola asuh yang memprioritask an kepentingan anak, dan juga mengawasi,

Penelitian Kumia meneliti bagaimana proses komunikasi, pola asuh dan hubungan pola komunikasi orang tua muda dalam membentuk perilaku positif anak di kota Bandung.

Sedangkan pada penelitian ini untuk mengetahui proses komunikasi, dan hambatan orang tua


(29)

mengendalikan anak, sebuah hubungan antara orang tua dan anak dapat

membantu anak meraih cita-cita.

kepada anaknya,anaknya kepada orang tua di Muara Angke Jakarta.

2 Pola

Komunikasi Pada Wanita Karir Dengan Anak Remajanya Parihat. 2010 UNISBA Metode yang di gunakan oleh peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus Bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi keluarga pada wanita karir dan anak remajanya di kota Bandung. Penelitian Parihat meneliti bagaimana pola komunikasi keluarga orangtua dan anak remajanya di kota Jakarta. Sedangkan pada penelitian ini untuk mengetahui proses komunikasi, dan hambatan orang tua kepada anaknya,anaknya kepada orang tua di Muara Angke Jakarta. 3 Gaya Hidup

Wanita Single

Parent Di Kota Bandung Dalam Lingkungan Kerjanya Irna Gustina. 2012 UNIKOM Kualitatif, melakukan wawancara mendalam atau In-depth Interview, observasi, dokumentasi, studi pustaka, internet searching Untuk mengetahui aktivitas, Minat,

citra diri, gaya hidup wanita “single

parent” di Kota Bandung dalam lingkungan kerjanya. Penelitian Irna bagaimana aktivitas, Minat,

citra diri, gaya hidup orang tua dalam lingkungan kerjanya. Sedangkan pada

penelitian peneliti untuk mengetahui proses komunikasi, dan hambatan orang tua kepada anaknya ,anaknya kepada orang tua di Muara Angke Jakarta. Sumber Peneliti 2013.


(30)

2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Antar Pribadi 2.1.2.1 Definisi Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi intrapersonal dapat diartikan sebagai penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri komunikator sendiri. Jadi dapat diartikan bahwa komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang membutuhkan pelaku atau personal lebih dari satu orang. R Wayne Pace mengatakan bahwa komunikasi antarpribadi adalah Proses komunikasi yang berlangsung antara 2 orang atau lebih secara tatap muka.

Komunikasi antarpribadi menuntut berkomunikasi dengan orang lain. Komunikasi jenis ini dibagi lagi menjadi komunikasi diadik, komunikasi publik, dan komunikasi kelompok kecil. Komunikasi Interpersonal juga berlaku secara kontekstual bergantung kepada keadaan, budaya, dan juga konteks psikologikal.

Komunikasi antarpribadi yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendy berdasarkan definisi Joseph A Devito adalah :

“Proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang

atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek

dan beberapa umpan balik seketika “. ( the process of sending and

receiving messages between two persons, or among a small group of persons, with some effect and some immediate feedback ). ( Effendy, 2002 : 158)

Menurut Deddy Mulyana, komunikasi antarpribadi bisa diartikan sebagai:

“Komunikasi antara orang-orang secara tatap muka yang

memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung baik secara verbal maupun nonverbal “( Mulyana, 2002 : 73 )


(31)

Berdasarkan definisi Devito diatas, komunikasi antarpribadi dapat berlangsung antara dua orang yang memang sedang berdua seperti, suami istri yang sedang bercakap-cakap, ataupun antara orang tua dan anak. Pentingnya situasi komunikasi antarpribadi ialah karena prosesnya memungkinkan berlangsung secara dialogis.

Komunikasi yang berlangsung secara dialogis selalu lebih baik daripada secara monologis. Monolog menunjukan suatu bentuk komunikasi dimana seorang berbicara, yang lain mendengarkan, jadi tidak ada interaksi, yang aktif hanya komunikator saja, sedangkan komunikan bersifat pasif. Situasi komunikasi seperti ini terjadi misalnya ketika seorang Ayah memberi nasihat kepada anaknya yang nakal.

Komunikasi antarpribadi yang dimaksud adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka, seperti yang dinyatakan R. Wayne Pace. Menurut sifatnya komunikasi antarpribadi dapat dibedakan atas dua macam, yakni komunikasi diadik (dyadic Communication) dan komunikasi kelompok kecil (small group communication).

Komunikasi diadik adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang dalam situasi tatap muka. Komunikasi diadik menurut pace dapat dilakukan dalam tiga bentuk yaitu, percakapan dialog, dan wawancara. Percakapan dapat berlangsung dalam suasana yang bersahabat dan informal. Dialog berlangsung dalam situasi yang lebih intim, lebih dalam, dan lebih personal.


(32)

Fungsi komunikasi antarpribadi ialah berusaha meningkatkan hubungan insani (human relations), menghindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian sesuatu serta berbagai pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain. Komunikasi antarpribadi dapat meningkatkan hubungan kemanusiaan diantara pihak-pihak yang berkomunikasi. Dalam hidup bermasyarakat seseorang bisa memperoleh kemudahan-kemudahan dalam hidupnya karena memiliki banyak sahabat. Melalui komunikasi antarpribadi juga kita dapat berusaha membina hubungan yang baik, sehingga menghindari dan mengatasi terjadinya konflik-konflik diantara kita.

2.1.2.2 Karakteristik Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antarpribadi berlangsung antar dua individu, karenanya pemahaman komunikasi dan hubungan antar pribadi menempatkan pemahaman mengenai komunikasi dalam proses psikologis. Setiap individu dalam tindakan komunikasi memiliki pemahaman dan makna pribadi terhadap setiap hubungan dimana dia terlibat di dalamnya.

Hal terpenting dari aspek psikologis dalam komunikasi adalah asumsi bahwa diri pribadi individu terletak dalam diri individu dan tidak mungkin diamati secara langsung. Artinya dalam Komunikasi antarpribadi pengamatan terhadap seseorang dilakukan melalui perilakunya dengan mendasarkan pada persespsi si pengamat.

Menurut Judy C. Pearson dalam Sendjaja, komunikasi antar pribadi memiliki karakteristik sebagai berikut :


(33)

1. Komunikasi antarpribadi dimulai dengan diri pribadi / self 2. Komunikasi antarpribadi bersifat transaksional

3. Komunikasi antarpribadi mencakup aspek-aspek isi pesan dan hubungan antar persona

4. Komunikasi antarpribadi melibatkan pihak-pihak yang saling bergantung satu sama lainnya dalam proses komunikasi

5. Komunikasi antarpribadi tidak dapat diubah maupun diulang 2.2.2.3 Ciri-Ciri Komunikasi Antar Pribadi

Penyampaian pesan yang berlangsung antara dua orang atau sekelompok kecil ini memiliki ciri-ciri yang menunjukkan proses komunikasi antar pribadi yang berlangsung.

Menurut Barnlund sebagaimana dikutip oleh Alo Liliweri (1991) dalam bukunya Wiryanto, mengemukakan beberapa ciri yang mengenali komunikasi antar pribadi sebagai, berikut :

1. Bersifat spontan

2. Tidak mempunyai struktur 3. Terjadi secara kebetulan

4. Tidak mengejar tujuan yang direncanakan 5. Identitas keanggotaan tidak jelas, dan

6. Dapat terjadi hanya sambil lalu. (Wiryanto, 2004:33)

Adapun menurut Everett M. Rogers mengartikan komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi. Ciri-ciri komunikasi antar pribadi menurut Rogers dalam bukunya Wiryanto, adalah sebagai berikut:


(34)

1. Arus pesan cenderung dua arah 2. Konteks komunikasinya dua orang 3. Tingkat umpan balik yang terjadi tinggi

4. Kemampuan mengatasi tingkat selektivitas, terutama selektivitas keterpaan tinggi

5. Kecepatan jangkauan terhadap khalayak yang besar relatif lambat, dan

6. Efek yang mungkin terjadi adalah perubahan sikap. (Wiryanto, 2004:35-36)

Ciri-ciri komunikasi antar pribadi yang dikemukakan para ahli lainnya pun turut mendukung akan fungsi dari komunikasi antar pribadi.

Menurut Reardon (1987) sebagaimana yang dikutip oleh Alo Liliweri mengemukakan juga bahwa komunikasi antar pribadi mempunyai enam ciri, yaitu:

1. Dilaksanakan atas dorongan berbagai faktor

2. Mengakibatkan dampak yang disengaja dan yang tidak disengaja

3. Kerap kali berbalas-balasan

4. Mengisyaratkan hubungan antar pribadi antara paling sedikit dua orang

5. Berlangsung dalam suasana bebas, bervariasi dan berpengaruh, dan

6. Menggunakan pelbagai lambang yang bermakna. (Liliweri, 1997:13)

Ciri-ciri tersebut ada pada komunikasi antar pribadi yang didalamnya memiliki jenis dari keberlangsungan komunikasi tersebut.


(35)

2.1.2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Antar Pribadi

Menurut Jalaludin Rakhmat komunikasi antar persona bisa dipengaruhi oleh 3 faktor seperti :

1. Persepsi Interpersonal

Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli indrawi atau menafsirkan informasi indrawi. Persepsi interpersonal adalah memberikan makna terhadap stimuli indrawi yang berasal dari seseorang ( komunikan ) berupa pesan verbal dan non verbal.

2. Konsep Diri

Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Konsep diri sangat menentukan komunikasi antar persona karena faktor-faktor yang melingkupi seperti dibawah ini :

a. Nubuat yang Dipenuhi Sendiri

Maksudnya adalah setiap orang bertingkah laku sesuai dengan konsep dirinya.

b. Membuka Diri

Maksudnya adalah pengetahuan tentang diri kita akan meningkatkan komunikasi dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita.


(36)

c. Percaya Diri

Maksudnya adalah ketakutan untuk melakukan komunikasi atau communication apprehension disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri.

d. Selektivitas

Maksudnya adalah konsep diri akan mempengaruhi pada pesan apa dimana kita bersedia membuka diri ( terpaan selektif ), bagaimana kita mempersepsi pesan ( persepsi selektif ) dan apa yang kita ingat ( ingatan selektif). Selain itu konsep diri juga berpengaruh dalam penyandian pesan ( pesan selektif ).

3. Atraksi Interpersonal

Atraksi interpersonal adalah kesukaan kepada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang. Hal ini mempengaruhi komunikasi antar persona dalam hal penafsiran pesan, penilaian dan efektifitas komunikasi.

4. Hubungan Interpersonal

Hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain. Hubungan interpersonal yang baik akan menumbuhkan derajat keterbukaan orang untuk mengungkapkan dirinya, semakin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya sehingga makin efektif komunikasinya.


(37)

2.1.2.5 Tujuan Komunikasi Antar Pribadi

Sasa Djuarsa Sendjaja menjelaskan tujuan komunikasi antarpribadi dimana tujuan-tujuan yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengenal diri sendiri 2. Untuk mengetahui dunia luar

3. Untuk menciptakan dan memelihara hubungan menjadi bermakna 4. Untuk mengubah sikap dan perilaku

5. Untuk bermain dan mencari hiburan

6. Untuk membantu orang lain ( Sandjaja , 2004 : 5.13 – 5.15)

Tujuan komunikasi antarpribadi menurut Joseph A Devito terdiri atas 4 makna yakni :

1. Menyangkut penemuan diri (personal discovery). Dimana dengan berkomunikasi kita mampu lebih baik dalam memahami diri sendiri dan orang lain yang kita ajak berbicara.

2. Tujuan kita berkomunikasi adalah berhubungan dengan orang lain, membina dan memelihara hubungan dengan orang lain. 3. Dalam perjumpaan antar pribadi sehari-hari kita berusaha

mengubah sikap dan perilaku orang lain

4. Kita menggunakan banyak komunikasi untuk bermain dan menghibur diri. ( Devito, 1997 : 29-32 )


(38)

2.1.2.6 Fungsi Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi memiliki potensi yang dapat digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan dari proses komunikasi tersebut.

Dalam komunikasi antar pribadi memiliki fungsi-fungsi yang dijadikan sebagai proses perolehan atau pencapaian dari tujuan, dan fungsi komunikasi antar pribadi, yaitu:

1. Mendapatkan Informasi, Salah satu alasan kita terlibat dalam komunikasi interpersonal adalah agar kita dapat memperoleh pengetahuan tentang orang lain. Teori Penetrasi Sosial mengatakan bahwa kita mencoba untuk mendapatkan informasi tentang orang lain sehingga kita dapat berinteraksi dengan mereka secara lebih efektif.

2. Membangun Pemahaman Konteks, Dalam komunikasi interpersonal untuk membantu lebih memahami apa seseorang mengatakan dalam konteks tertentu. Kata-kata yang diucapkan dapat berarti berbagai hal yang sangat tergantung pada bagaimana mereka mengatakan atau dalam konteks apa. Isi Pesan merujuk ke permukaan tingkat makna dari pesan dan Hubungan Pesan dilihat bagaimana pesan dikatakan. Keduanya akan dikirim secara bersamaan, tetapi masing-masing mempengaruhi arti yang ditugaskan untuk komunikasi.

3. Membangun Identitas, Komunikasi interpersonal adalah untuk membangun identitas. Peran kita bermain dalam hubungan kita membantu kita membangun identitas.

4. Kebutuhan interpersonal, Dalam komunikasi interpersonal karena kita perlu untuk mengekspresikan dan menerima kebutuhan interpersonal. William Schutz telah mengidentifikasi tiga kebutuhan, yaitu :

a.Inklusi adalah kebutuhan untuk membangun identitas dengan orang lain.

b.Kontrol adalah kebutuhan untuk latihan kepemimpinan dan membuktikan kemampuan seseorang.

c.Kasih sayang adalah kebutuhan untuk membangun hubungan dengan orang. Kelompok adalah cara terbaik untuk mendapatkan teman dan menjalin hubungan.


(39)

2.1.3 Tinjauan Tentang Pola Komunikasi 2.1.3.1 Definisi Pola Komunikasi

Pengertian komunikasi adalah bentuk atau model (lebih abstrak, suatu set peraturan) yang bisa dipakai untuk membuat atau menghasilkan suatu aatau bagian dari sesuatu, khususnya jika yang ditimbulkan cukup mencapai suatu jenis untuk pola dasar yang dapat ditunjukan atau terlihat. Istilah komunikasi bisa disebut juga sebagai model, tetapi maksudnya sama, yaitu sistem yang terdiri atas berbagai komponen yang berhubungan satu sama lain untuk mencapai tujuan pendidikan keadaan masyarakat.

Pola komunikasi adalah proses yang dirancang untuk mewakili kenyataan unsur-unsur yang dicakup beserta keberlangsunganya, guna memudahkan pemikiran secara sistemaik dan logis. (Effendy, 1989).

Dimana komunikasi ini dipengaruhi oleh simbol dan norma yang dianut, yaitu :

1. Pola komunikasi satu arah

Pola komunikasi satu arah adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan baik meggunakan media maupun tanpa media, tanpa ada umpan balik dari komunikan, dalam hal ini komunikan bertindak sebagai pendengar saja.

2. Pola komunikasi dua arah atau timbal balik (Two Way Traffic Communication)

Pola komunikasi dua arah yaitu komunikator dengan komunikan terjadi saling tukar fungsi dalam menjalani fungsi mereka. Namun pada hakiktnya yang memulai percakapan adalah komunikator utama, dan komunikator utama mempunyai tujuan tertentu melalui proses komunikasi tersebut. Prosesnya dialogis serta umpan baliknya secara langsung.

3. Pola komunikasi multi arah

Pola komunikasi multi arah yaitu proses komunikasi terjadi dalam suatu kelompok yang lebih banyak dimana komunikator dan komunikan akan saling bertuka pikiran secara logis. (Pace dan Faules, 2002:171)


(40)

Pola komunikasi terjadi dalam penyebaran pesan yang beurutan. Pace dan Faules mengemukakan bahwa penyampaian pesan berurutan merupakan bentuk komunikasi yang utama. Penyebaran informasi berurutan meliputi perkuasan bentuk penyebaran diadik, jadi pesan disampaikan dari Si A kepada Si B kepada Si C kepada Si D kepada Si E dalam serangkaian transaksi dua- orang. Dalam hal ini setiap individu orang ke 1(satu) (sumber pesan), mula-mula menginterpretasikan pesan yang diterimanya dan kemudian meneruskan hasil interpretasinya kepada orang berikutnya dalam rangkaian tersebut. (Pace dan Faules, 2002:172).

Penyebaran pesan berurutan memperlihatkan pola “siapa berbicara

kepada siapa”. Penyebaran tersebut mempunyai suatu pola sebagai salah

satu ciri terpentingnya. Bila pesan disebarkan secara beruntun, penyebaran informasi berlangsung dalam waktu yang tidak beraturan, jadi infomasi tersebut tiba di tempat yang berbeda dan pada waktu yang berbeda pula. Individu cenderung menyadari adanya informasi pada waktu yang berlainan. Karena adanya perbedaan dalam menyadari informasi tersebut, mungkin timbul masalah koordinasi. Adanya keterlambatan dalam penyebaran informasi akan menyebabkan informasi itu sulit digunakan untuk membuat keputusan karena ada orang yang belum memperoleh informasi. Bila jumlah orang yang harus diberi informasi cukup banyak, proses berurutan memerlukan waktu yang lebih lama lagi untuk menyamakan informasi kepada mereka (Pae dan Faules, 2002:173).


(41)

Dalam pola-pola komunikasi terdapat dua pola yang berlainan, yaitu pola roda dan lingkaran. Pola roda adalah pola yang mengarahkan seluruh informasi kepada individu yang menduduki posisi sentral. Orang yang dalam posisi sentral menerima kontak dan informasi yang disediakan oleh anggota lainnya. Pola lingkaran memungkinkan semua anggota berkomunikasi satu dengan yang lainnya hanya melalui jenis sistem pengulangan pesan. Tidak seorang anggota pun yang dapat berhubungan langsung dengan semua anggota lainnya, demikian pula tidak ada anggota yang memiliki akses langsung terhadap seluruh informasi yang diperlukan untuk memecahkan persoalan. Hasil penelitian pola lingkaran menyatakan bahwa kedua pola ini menghasilkan konseukuensi yang berbeda.

2.1.4 Tinjauan Tentang Anak 2.1.4.1 Definisi Anak

Anak adalah makhluk sosial seperti juga orang dewasa. Anak membutuhkan orang lain untuk dapat membantu mengembangkan kemampuannya, karena anak lahir dengan segala kelemahan sehingga tanpa orang lain anak tidak mungkin dapat mencapai taraf kemanusiaan yang normal. Menurut John Locke (Gunarsa, 1986) “Anak adalah pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan”

Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No 4 Tahun 1979 tentang


(42)

belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun dan belum pernah kawin”.

Menurut John Locke dalam Gunarsa anak adalah: “Pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari

lingkungan.” (Gunarsa, 1986 : 37)

Selain John Lock Augustinus (dalam Suryabrata, 1987), yang dipandang sebagai peletak dasar permulaan psikologi anak, mengatakan bahwa:

“Anak tidaklah sama dengan orang dewasa, anak mempunyai kecenderungan untuk menyimpang dari hukum dan ketertiban yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengertian terhadap realita kehidupan, anak-anak lebih mudah belajar dengan contoh-contoh yang diterimanya dari aturan-aturan yang bersifat memaksa”.

Sobur mengartikan anak sebagai: “Orang yang mempunyai pikiran,

perasaan, sikap dan minat berbeda dengan orang dewasa dengan segala keterbatasan.” (Sobur, 1988 : 11).

Selain pendapat di atas, adapula pendapat dari Haditono dalam Damayanti menyatakan bahwa:

“Anak merupakan mahluk yang membutuhkan pemeliharaan, kasih

sayang dan tempat bagi perkembangannya. Selain itu anak merupakan bagian dari keluarga, dan keluarga memberi kesempatan bagi anak untuk belajar tingkah laku yang penting untuk perkembangan yang cukup baik dalam kehidupan bersama.

Dari definisi-definisi tentang anak dari para ahli, dapat dikatakan bahwa anak merupakan anugrah terbesar dari sang pencipta kepada sebuah keluarga. Kehadiran seorang anak merupakan pelengkap kebahagiaan dari


(43)

suatu keluarga. Dengan demikian, banyak orang yang mengatakan bahwa anak merupakan titipan dari Tuhan yang harus dirawat dan dijaga. Dari hakikat inilah, maka menjadi tanggung jawab orang tua untuk mendidik, merawat, menjaga, termasuk membentuk kepribadian anak tersebut sehingga kelak dapat menjadi anak yang berguna dan berbakti baik kepada orang tua, orang lain, serta ngsa dan negara.

2.2 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan alur pikir peneliti yang dijadikan sebagai skema pemikiran yang melatarbelakangi penelitian ini. Dalam kerangka pemikiran ini, peneliti akan mencoba menjelaskan pokok masalah penelitian. Penjelasan yang disusun akan menggabungkan antara teori dengan masalah yang diangkat dalam penelitian ini.

Penelitian ini didasari pula pada kerangka pemikiran secara teoritis maupun konseptual.

2.2.1 Kerangka Teoritis

Dalam kerangka penelitian ini, peneliti akan berusaha membahas masalah pokok dari penelitian ini. Yaitu membahas kata-kata kunci atau subfokus yang menjadi inti permasalahan pada penelitian.

Manusia merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari berkomunikasi, oleh karena itu komunikasi sangatlah berperan penting dalam proses penyampian informasi antar individu. Komunikasi merupakan faktor terpenting dalam menjalin hubungan antar individu baik


(44)

dalam komunikasi antarpribadi, dalam hal ini prang tua dan anak akan dijadikan objek pada penelitian ini.

Dimana komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi yang terjalin diantara dua orang dalam konteks adanya suatu kedekatan emosional.

Menurut Devito (1989), yang dikutip Onong Uchjana Effendy menyatakan bahwa :

“Komunikasi antarpribadi (interpersonal) adalah penyampaian

pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera (Effendy,2003 : 30).

Dalam hal ini peneliti memfokuskan pada pola komunikasi sebagai bagian dari proses kumunikasi. Pengertian pola komunikasi menurut Pace dan Faules menyatakan bahwa :

“Pola komunikasi adalah bagaimana kebiasaan dari suatu

kelompok untuk berinteraksi, bertukar informasi, pikiran dan pengetahuan. Pola komunikasi juga dapat dikatakan sebagai cara seseorang atau kelompok berinteraksi dengan menggunakan simbol-simbol yang telah disepakati sebelumnya”. (Pace dan Faules, 2002:171)


(45)

Bertolak dari definisi di atas maka peneliti, menetapkan sub fokus menganalisis fokus penelitian sebagai berikut :

1. Proses Komunikasi

Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proses komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya). Proses komunikasi, banyak melalui perkembangan. ( Effendy, 2000 : 31)

Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Adakalanya seseorang menyampaikan buah pikirannya kepada orang lain tanpa menampakkan perasaan tertentu. Pada saat lain seseorang menyampaikan perasaanya kepada orang lain tanpa pemikiran. Tidak jarang pula seseorang menyampaikan pikirannya disertai perasaan tertentu, disadari atau tidak disadari. Komunikasi akan berhasil apabila pikiran disampaikan dengan menggunakan perasaan yang disadari, sebaliknya komunikasi akan gagal jika sewaktu menyampaikan pikiran, perasaan tidak terkontrol.

2. Hambatan

Hambatan terhadap proses komunikasi yang tidak disengaja dibuat oleh pihak lain tetapi lebih disebabkan oleh keadaan yang tidak


(46)

menguntungkan. Misalnya karena cuaca, kebisingan kalau komunikasi di tempat ramai, waktu yang tidak tepat, penggunaan media yang keliru, ataupun karena tidak kesamaan atau tidak “in tune” dari frame of reference dan field of reference antara komunikator dengan komunikan. (Effendy, 2000 : 45)

Hambatan yang terjadi pada pola komunikasi orang tua dan anak banyak terjadi, banyak hal pula yang akan mempengaruhi sehingga terjadi suatu hambatan itu akan menjadi salah satu faktor yang berpengaruh dalam pola komunikasi yang terjadi pada orang tua dan anaknya ini. Dengan adanya hambatan-hambatan yang terjadi pada pola komunikasi disini maka akan menimbulkan konflik yang terjadi pada kedua belah pihak yaitu orang tua dan anaknya tersebut. Disinilah peneliti akan mengkaji bagaimana hambatan-hambatan itu bisa terjadi dan bagaimana cara untuk bisa mengurangi agar hambatan-hambatan itu bisa berkurang.


(47)

2.2.2 Kerangka Konseptual

Kerangka pemikiran teoritis diatas diaplikasikan dalam kerangka pemikiran konseptual sesuai dengan penelitian yang akan dikaji yaitu Pola Komunikasi orang tua dan anak penderita HIV(human immudentivicacy virus). Berbicara mengenai pola komunikasi adalah mengenai sesuatu yang sangat dekat dengan diri kita yang memang sudah biasa kita lakukan sehari-hari yaitu berkomunikasi. Manusia berkomunikasi bisa secara verbal ataupun non verbal, pola komunikasi sendiri itu merupakan salah satu kajian komunikasi yang ingin dilakukan oleh orang tua dan anak yaitu memberikan informasi tambahan yang memperjelas maksud dari pola komunikasi orang tua tersebut.

Dengan kata lain, karena adanya proses komunikasi yang terjadi tidak searah maka hambatan itu berkembang, keterbukaan dan ketertutupan yang menjadi harapan pada pola komunikasi yang terjadi pada orang tua dan anaknya tersebut.

Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antara orang tua dan anaknya secara tatap muka, yang memungkinkan setiap orang tua dan anaknya menangkap reaksi secara langsung, baik verbal ataupun non verbal”.


(48)

Dalam penelitian ini peneliti berusaha menjelaskan tentang pola komunikasi orang tua dan anaknya di kota Muara Angke Jakarta, dalam sub fokus di atas peneliti mengaplikasikan kedalam bentuk nyata

diantaranya “ Proses komunikasi, dan hambatan yang digunakan orang

tua sebagai cara untuk berinteraksi dan juga bagaimana cara komunikasi yang efektif dengan anaknya di Muara Angke Jakarta” yang merupakan sub judul dalam penelitian ini. Seperti yang sudah dijelaskan diatas tentang Proses komunikasi, dan hambatan, yang digunakan maka peneliti akan mengaitkan dengan judul yang telah dibuat.

Dapat kita ketahui bahwa pola komunikasi orang tua pada sekarang ini banyak menggunakan berbagai pendekatan komunikasi dan dapat diklasifikasikan, hal ini dapat kita jumpai ketika kita sedang berkunjung di sebuah perusahaan-perusahaan semakin pesat dan terus berinovasi.

Pada kerangka konseptual, peneliti akan menerapkan berdasarkan landasan yang telah dipaparkan diatas, maka tergambar beberapa konsep yang akan dijadikan sebagai acuan peneliti dalam mengaplikasikan penelitian ini. Dimana dari penjelasan di atas bahwa disini pola komunikasi, yang dimana pola komunikasi itu menyangkut tentang proses komunikasi, dan hambatan, yang terjadi pada orang tua dalam berkomunikasi.


(49)

1. Proses komunikasi

Komunikasi merupakan suatu proses yang mempunyai komponen dasar sebagai berikut yaitu Pengiriman pesan,Penerimaan pesan, dan pesan perilaku dan cara memandang hidup seperti jika orang tua tersebut dalam ketertarikan untuk menjalani hidupnya melanjutkan mencari cara untuk menghindari hal-hal yang tidak di inginnkan anak-anaknya. Oleh karena itu diperlukan pola komunikasi yang efektif dan intens yang dilakukan oleh orang tua dan anaknya yang akan mampu menciptakan suasana yang akrab, saling pengertian, keterbukaan, dan kedekatan antara orang tua dan anak tanpa adanya rasa canggung, kaku dalam berkomunikasi. Komunikasi yang terarah dapat membentuk perilaku seorang anak yang positif pula yakni kemandiri, disiplin, kreatif, terbuka, percaya diri, dan bertanggung jawab.

2. Hambatan

Komunikasi adalah Suatu proses penyampaian pesan atau informasi dari suatu pihak ke pihak yang lain dengan tujuan tercapai persepsi atau pengertian yang sama.Berikut ini adalah hambatan – hambatan dalam Komunikasi hambatan fisik ,hambatan psikologis dan hambatan smatik .Dalam melakukan proses komunikasi tidak selamanya berjalan dengan baik, tentu saja terdapat hambatan-hambatan yang akan terjadi. hambatan tersebut merupakan hal yang wajar apabila kita melakukan komunikasi untuk berkomunikasi dengan orang lain. hambatan yang terjadi pada orang tua ini biasanya dapat terjadi karena kurangnya


(50)

komunikasi yang efektif serta hubungan antara orang tua dan anaknya ini tidak berjalan searah sehingga dapat terjadinya suatu hambatan terutama dalam berkomunikasi. Orang tua harusnya bisa lebih memperhatikan si anaknya karena memang hanya dengan dia lah si anak bisa mempunyai kedekatan yang bisa lebih lagi sehingga hambatan yang terjadi bisa sedikit berkurang karena dengan adanya kedekatan antara mereka atau dengan adanya intensitas pertemuan dalam setiap harinya. Bagaimana cara meminimalisir sebuah hambatan pada setiap keluarga pastinya akan berbeda dengan keluarga lainnya. Hal ini tergantung dari cara pandangan pada diri tiap orang tersebut. Waktu yang memang sangat susah di bagi-bagi antara waktu bekerja dan waktu dirumah bagi orang tua tersebut akan lebih terasa karena harus benar-benar membagi waktu dengan sebaik mungkin apalagi mereka sbagai orang tua yang memang harus mengemban topang hidup keluarganya yakni perannya sebagai seorang ayah dan juga sebagai seorang ibu bagi anak-anak mereka.


(51)

Gambar 2.1

Alur Model Kerangka Konseptual

Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antarpribadi dapat membuat anak untuk mengembangkan kepribadiaannya saat anak mulai tumbuh dewasa melalui pola komunikasi yang berjalan dengan efektif. Kepribadian anak akan berkembang karena adanya pola komunikasi yang berjalan dengan efektif.

Proses Komunikasi

Pola komunikasi orang tua dan anak

Pola komunikasi yang efektif orang tua dan anak dapat dipahami sebagai pola hubungan antara orang tua dan anaknya. sehingga dalam proses berinteraksi kepada anak akan ada suatu

hambatannya dan dari hambatan tersebut akan memperoleh suatu harapan orang tua kepada

anaknya maupun sebaliknya dan akan membentuk pola komunikasi.


(52)

Sumber: Aplikasi Peneliti, 2013

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas peneliti mencoba mendeskripsikan langkah dan tahapan yang muncul dalam pikiran, sehingga terbentuk rancangan yang tepat untuk dapat diteliti dan dianalisis. Berikut ini adalah penjelasan diatas : bahwa pada dasarnya orang tua ini melakukan komunikasi, kemudian mereka menyampaikan suatu informasi atau pesan-pesan kepada anaknya dan untuk menyampaikan pesan tersebut melalui sebuah bahasa. Namun interaksi tersebut tidak selalu berjalan dengan lancar, tidak semua informasi yang disampaikan itu benar-benar dimengerti, sehingga tidak memperoleh kesamaan makna atau komunikasi tidak berjalan dengan efektif karena diakibatkan adanya hambatan yang terjadi. Munculnya harapan di antara mereka inilah yang akan menjadi masukan baik guna lebih memperbaiki lagi komunikasi di antara mereka baik dari orang tua kepada anaknya dan juga sebaliknya anak kepada orang tua ini.


(53)

(54)

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

3.1.1 Sejarah HIV (Human Immunodeficiency Virus)

Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atausindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).

Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.

HIV( Human Immunodeficiency Virus ) dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu.


(55)

Gambar 3.1

( Anak Penderita HIV ( human Immunodeficiency Virus))

(Sumber,Peneliti 2013)

Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.

Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS (Human Immunodeficiency Virus) berasal dari Afrika Sub-Sahara.Kini AIDS (Human Immunodeficiency Virus) telah menjadi wabah penyakit. AIDS (Human Immunodeficiency Virus) diperkiraan telah menginfeksi 38,6 juta orang di seluruh dunia, Januari2006, UNAIDS bekerja sama dengan WHO memperkirakan bahwa AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) telah menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang sejak pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni1981. Dengan demikian, penyakit ini merupakan


(56)

salah satu wabah paling mematikan dalam sejarah. AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) diklaim telah menyebabkan kematian sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta jiwa pada tahun 2005 saja, dan lebih dari 570.000 jiwa di antaranya adalah anak-anak. Sepertiga dari jumlah kematian ini terjadi di Afrika Sub-Sahara, sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menghancurkan kekuatan sumber daya manusia di sana. Perawatan antiretrovirus sesungguhnya dapat mengurangi tingkat kematian dan parahnya infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus), namun akses terhadap pengobatan tersebut tidak tersedia di semua negara.

Hukuman sosial bagi penderita HIV (Human Immunodeficiency Virus), umumnya lebih berat bila dibandingkan dengan penderita penyakit mematikan lainnya. Kadang-kadang hukuman sosial tersebut juga turut tertimpakan kepada petugas kesehatan atau sukarelawan, yang terlibat dalam merawat orang yang hidup dengan HIV (Human Immunodeficiency Virus).

3.1.2 Gejala HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang harus diwaspadai

1. Demam ringan (sekitar 39 derajat Celcius) Anda sering mengalami demam ringan yang disertai dengan gejala, seperti kelelahan, pembengkakan kelenjar getah bening, dan sakit tenggorokan.


(57)

2. Kelelahan Respon inflamasi yang dihasilkan oleh sistem kekebalan tubuh dapat menyebabkan Anda merasa lemah dan lesu.Kelelahan dapat menjadi tanda awal dari HIV(Human Immunodeficiency Virus) lho.

3. Nyeri pada persendian, otot, dan kelenjar getah bening Kelenjar getah bening merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh dan dapat meradang ketika terjadi infeksi. Kelenjar ini biasanya berada di pangkal paha, leher, dan ketiak.

4. Sakit tenggorokan dan kepala Sakit tenggorokan dan kepala menjadi gejala awal yang dirasakan oleh orang yang terinfeksi HIV(Human Immunodeficiency Virus). Meski begitu, tidak semua orang mengalami gejala tersebut.

5. Ruam kulit Ruam kulit bisa muncul pada awal atau akhir infeksi HIV(Human Immunodeficiency Virus). Gejala awal tampak seperti bisul atau ruam di beberapa bagian tubuh.

6. Mual, muntah, diare 30% sampai 60% orang yang terinfeksi mengalami mual, muntah, atau diare pada gejala awal HIV(Human Immunodeficiency Virus).

7. Penurunan berat badan Penurunan berat badan bisa menjadi tanda infeksi telah meningkat atau akibat diare. ODHA tetap akan


(58)

8. Batuk kering Batuk kering adalah tanda awal dari gejala HIV(Human Immunodeficiency Virus). Ini bisa berlangsung selama setahun dan menjadi semakin parah.

9. Berkeringat di malam hari Sebagian orang sering kali berkeringat di malam hari selama tahap awal infeksi HIV(Human Immunodeficiency Virus).

10. Perubahan kuku Tanda lain dari infeksi HIV(Human Immunodeficiency Virus) adalah perubahan kuku, seperti perubahan warna atau penebalan. Hal ini biasanya disebabkan oleh infeksi jamur. Pasien dengan sistem kekebalan tubuh yang menurun akanlebih rentan terhadap infeksi jamur.

HIV (Human Immunodeficiency Virus) mudah ditularkan melalui pemakaian jarum suntik bekas dan seksbebas.Selain itu, transfusi darah juga berisiko menularkan virus mematikan tersebut.

3.1.3 Cara Pencegahan HIV (Human Immunodeficiency Virus)

1 Hindari Kontak dengan Darah yang terinfeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus)Cara yang paling umum untuk menularkan HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah melalui kontak dengan darah dari orang yang terinfeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus). Transfusi, atau kontak dengan luka, dapat menyebabkan virus menyebar dari satu orang ke orang lain.


(59)

Transmisi dengan darah dapat dengan mudah dihindari melalui tes darah dan menghindari kontak dengan luka jika seseorang positif terinfeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus), jika Anda harus berurusan dengan luka dari pengidap HIV (Human Immunodeficiency Virus), pastikan untuk memakai pakaian pelindung seperti sarung tangan karet.

2. Hati-hati dengan Jarum suntik dan peralatan Bedah Obat infus, jarum suntik dan peralatan tato dapat menjadi sumber infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jarum tato senjata,, dan pisau cukur adalah alat yang berpaparan langsung dengan darah orang yang terinfeksi. Berikut adalah beberapa hal yang harus Anda perhatikan ketika menggunakan jarum dan peralatan beda:

3. Jangan menggunakan kembali Alat suntik sekali pakai.

4. Bersihkan dan cuci peralatan bedah sebelum menggunakannya. 5. Jika Anda ingin tato, pastikan itu dilakukan oleh sebuah toko tato

bersih dan sanitasi.

6. Hindari penggunaan obat-obat terlarang dan zat yang dikendalikan intravena.


(60)

7. Gunakan Kondom Cara lain untuk penularan HIV (Human Immunodeficiency Virus)adalah melalui kontak seksual tidak terlindungi. kondom adalah baris pertama pertahanan Anda untuk menghindari terinfeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus). Hal ini sangat penting untuk menggunakan kondom saat berhubungan seks, tidak hanya akan mengurangi kemungkinan terinfeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus), tetapi juga dapat melindungi diri dari infeksi menular seksual lainnya. kondom Lateks adalah yang terbaik, tetapi Anda juga dapat menggunakan kondom polyurethane. Jangan menggunakannya kembali dan pastikan bahwa tidak ada yang rusak di hambatan saat menggunakannya. 8. Hindari Seks Bebas HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang

lebih lazim untuk orang dengan banyak pasangan seksual. Jika Anda hanya memiliki satu pasangan seksual, Anda secara dramatis dapat meminimalkan kemungkinan tertular HIV (Human Immunodeficiency Virus). Namun itu tidak berarti bahwa Anda dapat berhenti menggunakan kondom, Anda masih harus melakukan seks dilindungi bahkan jika Anda setia pada pasangan seksual Anda.


(61)

3.1.4 Pengobatan HIV(Human Immunodeficiency Virus)

Pengobatan HIV(Human Immunodeficiency Virus) pada dasarnya meliputi aspek Medis Klinis ,Psikologis dan Aspek Sosial Aspek Medis meliputi :

1. Pengobatan Suportif.

2. Pencegahan dan pengobatan infeksi Oportunistik. 3. Pengobatan Antiretroviral.

4. Suportif

5. Penilaian gizi penderita sangat perlu dilakukan dari awal sehingga tidak terjadi hal hal yang

6. berlebihan dalam pemberian nutrisi atau terjadi kekurangan nutrisi yang dapat menyebabkan perburukan keadaan penderita dengan cepat.

7. Penyajian makanan hendaknya bervariatif sehingga penderita dapat tetap berselera makan

8. Bila nafsu makan penderita sangat menurun dapat dipertimbangkan pemakaian obat


(62)

3.2Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Dalam definisi yang dikemukakan Bogdan dan Taylor ( 1975 : 5 ) seperti yang dikutip dalam buku Lexy J Moleong bahwasannya :

“Pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistic ( utuh ). Dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi kedalam variabel atau hipotesis tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan. ( Moleong, 2007 : 4 )

Menurut definisi yang dikemukakan oleh Djalaludin Rakhmat bahwasannya metode penelitian deskriptif adalah :

“Memaparkan situasi atau peristiwa, mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, mengidentifikasikan masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku, membuat perbandingan atau evaluasi dan menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang “. (Rakhmat, 1998 : 25)

Definisi mengenai penelitian deskriptif juga dijelaskan oleh Sukmadinata dimana:

“Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya“. ( Sukmadinata, 2006 : 72 )


(63)

3.2.1 Desain Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian sangat diperlukan perencanaan dan perancangan dalam penelitian, agar penelitian dapat berjalan dengan lancar, baik dan sistematis.

Menurut Jonathan Sarwono pengertian desain penelitian memiliki pengertian sebagai berikut:

“Desain penelitian bagaikan sebuah peta jalan bagi peneliti yang menuntun serta menentukan arah berlangsungnya proses penelitian secara benar dan tepat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.”

Berdasarkan definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa desain penelitian merupakan rencana dan struktur penyelidikan terhadap pengumpulan data sehingga dapat menjawab pertanyaan dalam penelitian. Dalam melakukan penelitian diperlukan melakukan perancangan dan perencanaan. Maka langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menetapkan judul yang akan diteliti, sehingga dapat diketahui apa yang akan diteliti dan menjadi masalah dalam penelitian. Dalam penelitian ini penulis mengambil judul Pola Komunikasi orang tua dan anak penderita HIV(human immutunity virus) di Muara Angke Jakarta.

2. Menetapkan masalah-masalah yang akan dianalisis terhadap suatu kehidupan masyarakat. Dalam penelitian ini menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut:


(64)

a. Proses komunikasi b. Hambatan

3. Memberi definisi terhadap pengukuran subfokus. Penelitian ini hanya terdapat satu subfokus yaitu pola komunikasi.

4. Memilih teknik pengumpulan data.

5. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan 2 cara, yaitu pengumpulan data melalui penelitian lapangan seperti wawancara, observasi, dokumentasi dan penelitian kepustakaan atau data yang di peroleh dari sumber lain, seperti buku, literatur, ataupun catatan-catatan perkuliahan.

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

Untuk dapat menghasilkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperlukan suatu teknik yang sesuai, dan dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik-teknik pengumpulan data sebagai berikut :

3.2.2.1 Wawancara Mendalam atau In-depth Interview

Menurut Burhan Bungin wawancara mendalam merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai dengan atau tanpa menggunakan pedoman ( guide )


(65)

wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.

Wawancara mendalam menurut Masri Singarimbun dan Sofian Effendi dijelaskan sebagai percakapan yang dilakukan oleh pewawancara dengan cara menyampaikan pertanyaan kepada responden, merangsang responden untuk menjawabnya, menggali jawaban lebih jauh bila dikehendaki dan mencatatnya. Untuk itu dibutuhkan keterampilan mewawancarai, motivasi yang tinggi dan rasa aman, artinya tidak ragu dan takut menyampaikan pertanyaan.

3.2.3Teknik Penentuan Informan 3.2.3.1 Informan Penelitian

Menurut Kuswarno, informan penelitian adalah seseorang yang memberikan informasi kepada orang lain yang belum mengetahuinya. Dalam hal ini, informan merupakan sumber data penelitian utama yang memberikan informasi dan gambaran mengenai pola perilaku dari kelompok masyarakat yang diteliti.

Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Purposive sampling

menurut Kriyantono adalah teknik yang digunakan dalam penelitian observasi eksploratoris atau wawancara mendalam dimana teknik ini dipilih untuk penelitian yang lebih mengutamakan kedalaman data daripada untuk tujuan yang representative yang dapat digeneralisasikan.


(66)

Dalam penelitian ini yang menjadi informan penelitian adalah orang-orang pilihanpeneliti yang dianggap terbaik dalam memberikan informasi yang dibutuhkan kepada peneliti. Para informan penelitian tersebut akan disajikan dalam bentuk tabel dibawah ini:

Tabel 3.1

Table Informan Penelitian

No Nama Pekerjaan Status

1. Ana Pelajar Anak

2. Husni Wiraswasta Orang tua

3. Abi Pelajar Anak

4. Suratman Wiraswasta Orang tua

5. Ella Pelajar Anak

6. Opik Wiraswasta Orang tua

( Sumber : Peneliti, 2013)

3.2.3.2 Informan Kunci ( Key Informan )

Selain menggunakan informan utama, peneliti juga memakai informan kunci yaitu orang atau orang-orang yang paling banyak mengetahui informasi mengenai objek yang sedang diteliti tersebut. Informan kunci adalah mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian, sedangkan informan utama adalah mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang sedang diteliti (Suyanto, 2005:172).


(67)

Yang menjadi informan kunci (key informan) dalam penelitian ini sebagai kepala Penyuluhan tentang HIV (human Immunodeficiency Virus)

adalah Bapak Harir, Bapak Sabeni.

3.2.4 Teknik Analisis Data

Suatu kegiatan yang mengacu pada penelaahan atau pengujian yang sistematik mengenai suatu hal dalam rangka mengetahui bagian-bagian, hubungan diantara bagian-bagian, dan hubungan bagian dengan keseluruhan. Menurut Bodgan & Biklen bahwa:

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Bodgan dan Biklen dalam Moleong, 2005:248) Logika yang dilakukan dalam penarikan kesimpulan penelitian kualitatif bersifat induktif (dari yang khusus kepada yang umum), seperti dikemukakan Faisal (dalam Bungin, 2003: 68-69) Dalam penelitian kualitatif digunakan logika induktif abstraktif. Suatu logika yang bertitik tolak dari khusus ke umum bukan dari umum ke khusus sebagaimana dalam logika. Karenanya, antara kegiatan pengumpulan data dan analisis data menjadi tak mungkin dipisahkan satu sama lain. Keduanya berlangsung secara simultan atau berlangsung serempak.Prosesnya berbentuk siklus, bukan linier. Huberman dan Miles melukiskan siklusnya


(1)

kehidupan keluarga mereka, karena itu anak-anak dari orang tua ini mendukung kerjaannya tersebut. Situasi yang santai, sibuk dan biasa-biasa saja yang terjadi pada proses komunikasi orang tua dengan anaknya ini adalah jawaban dari hambatan

3. Pola Komunikasi

Dalam pembahasan pada pola komunikasi, maka pola komunikasi menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan. Artinya, ketika sebuah komunikasi berlangsung, masing-masing peserta memberikan kontribusinya dalam penyampaian pesan, dan pemberian pesan, ini akan nampak ketika alur komunikasi yang dilakukanya jelas. Oleh sebab itu dalam pembahasan pola komunikasi orang tua dengan anaknya, pola komunikasi yang terbentuk harus dideskripsikan dengan jelas, dengan menggunakan alur komunikasi. Pola komunikasi orang tua dengan ananknya dipahami sebagai suatu perilaku manusia yang dimaksudkan untuk mengetahui hambatan,dan proses komunikasi baik dari orang tua kepada anaknya dan hambatan anak kepada orang

Untuk melihat pola komunikasi seperti apa yang dilakukan oleh orang tua dengan anaknya ini, maka peneliti melihatnya dari proses komunikasi yang berlangsung, di mana proses komunikasi ini dilakukan orang tua dengan


(2)

Gambar 4.7

Model Pola Komunikasi Orang TuaTerhadap anak penderita HIV (Human Immunodeficiency Virus)

Pengiriman 

Pesan

Simbol  Isyarat

Hambatan psikologis 

  Hambatan sematik 

Feed back 

Orang tua  

Hambatan fisik 

Penerimaan pesan 

Gambar 4.7 : Pola komunikasi orang tua dan anak penderita HIV(human immutunity virus) Anak penderita HIV 


(3)

IV. Kesimpulan dan Saran 4.1 Kesimpulan

Setelah melalui proses analisis, observasi dan berbagai pembahasan, maka kesimpulan penelitian terhadap “Pola Komunikasi orang tua dan anak penderita HIV(human immunity virus) di Muara Angke Jakarta“ adalah sebagai berikut :

1. Proses Komunikasi antara orang tua dan anak dilihat dari Proseskomunikasi orang tua kepada anak, yaitu dalam intensitas pertemuan waktu komunikasi yang sering dilakukan antara orang tua bersama anak. Dengan waktu yang jarang bertemu orang tua yang selalu mengarahkan dan memberikan dengan perhatian terhadap anak, dan selalu mengkomunikasikan segala sesuatunya bersama anak terutama dalam masalah pendidikan dan masalah kehidupan sehari-hari agar kebersamaan tetap terjadi meskipun waktu yang memang membatasi komunikasi mereka.

2. Hambatan Komunikasi yang terjadi antara orang tua dengan anaknya adalah masalah waktu yang jarang bertemu bertatap muka apalagi dengan kesibukan orang tua dengan anaknya ini. Tapi dengan begitu masih ada media lain yang mereka gunakan dalam setiap berkomunikasi guna bisa masih menjaga komunikasi mereka agar tetap terjalin meskipun tidak


(4)

4.2 Saran

Dalam penelitian yang dilakukan ini, peneliti harus mampu memberikan suatu masukan berupa saran-saran yang bermanfaat bagi semua pihak yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

4.2.1 Saran Untuk Orang tua

1. Saran untuk orang tuasebaiknya dapat menjaga sikap dimanapun dia beraktifitas, mengingat status yang ada sangat renta mendapati anggapan negative dari orang disekeliling.

2. Sebagai orang tua tentunya harus senantiasa meluangkan waktunya bersama anak. Orang tua harus bisa mengkomunikasikan segala sesuatunya dengan kedekatan pola komunikasi antara orang tua dan anak. Selain itu orang tua juga harus selalu mendukung, memberikan dorongan berupa motivasi terhadap anak.

4.2.2 Saran untuk Masyarakat

1. Tetap menjaga nilai toleransi terhadap mereka. Karena bagaimana pun mereka adalah manusia yang memiliki perasaan, yang juga dapat tersinggung dan sakit hati ketika pelecehan ditujukan kepada mereka seperti apapun bentuknya.


(5)

kehidupan yang sama seperti orang-orang yang memiliki kesehatan yang utuh, sehingga tidak ada alas an untuk menjauhi dan menganggap mereka sebagai suatu hal yang berbeda.

4.2.3 Saran untuk peneliti selanjutnya

Penelitian ini dapat dijadikan rujukan bagi peneliti selanjutnya dalam bidang ilmu komunikasi secara umum, dan penelitian di bidang dan kajian yang sama. Serta dapat memberikan inspirasi baru untuk mengembangkan proses komunikasi.

1. Pengamatan proses komunikasi orang tua, disarankan lebih spesifik dan mendalam dalam pembahasan. Ketika menyusun terlebih dahulu memikirkan konsep atau sudut pandang peneliti dalam penelitian, sehingga apa yang diteliti tidak menjadi sesuatu yang jauh dari peneliti. 2. Untuk memperjelas data yang diperoleh, disarankan untuk lebih membaca

referensi-referensi dari berbagai literatur baik buku dalam negeri maupun luar negeri sebagai tambahan yang lebih luas dan mendalam.


(6)

Daftar Pustaka

Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: RajaGrafindo Persada

Bogdan dan Taylor Lexy J. Moleong. 1988. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

Djamarah, Syaiful Bahri. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua & Anak Dalam Keluarga Sebuah Perspektif Pendidikan Islam. Jakarta. Rineka Cipta

dr.Elfinaro Ardianto, Medodologi penelitian kualitaif dankuantitatif

Kuswarno, Engkus. , 2009. Metode Penelitian Komunikasi : Fenomenologi, Konsepsi, Pedoman dan Contoh Penelitiannya, Widya Padjajaran, Perpustakaan Pusat UII

Meleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

M. Thalib. 40 Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak, Isyad Baitus Salam Bandung, 1995, hlm. 7-9

---, Ibid, hlm. 71

M . Enoch Markum. Anak, Keluarga dan Masyarakat. Sinar Harapan, Jakarta, cet. II, 1985, hal. 41

Pace, R Wayne .Faules , Don F. 2002. Komunikasi Organisai: Strategi Peningkata Kinerja Perusahaan. Bandung: Remaja Rosdakarya


Dokumen yang terkait

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA TERHADAP ANAK PENDERITA AUTISME Pola Komunikasi Orang Tua Terhadap Anak Penderita Autisme (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Antarpribadi Pada Anak Penderita Autisme di SDLBN Bangunharjo, Pulisen, Boyolali).

0 0 13

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA TERHADAP ANAK PENDERITA AUTISME Pola Komunikasi Orang Tua Terhadap Anak Penderita Autisme (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Antarpribadi Pada Anak Penderita Autisme di SDLBN Bangunharjo, Pulisen, Boyolali).

0 0 15

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK HIPERAKTIF (Studi DeskriptifKualitatif Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Hiperaktif di Surabaya).

0 0 95

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak yang Pengemis).

0 1 99

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak yang Pengemis).

0 2 95

POLA KOMUNIKASI ANTARA ORANG TUA DENGAN ANAK AUTIS KOTA SURABAYA ( Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Antara Orang Tua dengan Anak Autis di Surabaya ).

0 1 76

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK PEROKOK AKTIF DI SURABAYA (Studi Deskriptif Kualitatif pada Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak Perokok Aktif di Surabaya).

13 35 84

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK PEROKOK AKTIF DI SURABAYA (Studi Deskriptif Kualitatif pada Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak Perokok Aktif di Surabaya)

0 0 21

POLA KOMUNIKASI ANTARA ORANG TUA DENGAN ANAK AUTIS KOTA SURABAYA ( Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Antara Orang Tua dengan Anak Autis di Surabaya )

0 0 15

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK HIPERAKTIF (Studi DeskriptifKualitatif Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Hiperaktif di Surabaya)

0 0 14