Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Terhadap Kesiapan Dalam Menghadapi Menarche di SD AL-Azhar Medan.

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TERHADAP

KESIAPAN DALAM MENGHADAPI MENARCHE

DI SD AL-ALZAR MEDAN

LELIANA 095102033

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

LEMBAR PERNYATAAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TERHADAP

KESIAPAN DALAM MENGHADAPI MENARCHE

DI SD AL-AZHAR MEDAN

Karya Tulis Ilmiah

Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini tidak terdapat karya orang lain yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat orang lain atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam Karya Tulis Ilmiah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka

Medan, April 2010


(3)

Judul : Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Terhadap Kesiapan Dalam Menghadapi Menarche di SD AL-Azhar Medan.

Nama : LELIANA NIM : 095102033

Program : D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatarn Universitas Sumatera Utara

Pembimbing Penguji

... ...Penguji I (dr. Arlinda S. Wahyuni, M. Kes) (dr. Zulkifli, M.si)

……...Penguji II (Nur Asnah Sitohang, S.Kep,Ns,M.Kep)

...Penguji III (dr. Arlinda S. Wahyuni, M. Kes)

Program D-IV Bidan Pendidik telah menyetujui Karya Tulis Ilmiah ini sebagai persyaratan kelulusan Sarjana Sains Terapan untuk D-IV Bidan Pendidik.

... ...

(Nur Asnah Sitohang, S.Kep,Ns,M.Kep) (dr. Murniati Manik, Msc, SpKK) NIP. 19740505 200212 2 001 NIP. 19530719 198003 2 001

Koordinator Karya Tulis Ilmiah Ketua Pelaksana Program D-IV Bidan Pendidik FK USU


(4)

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2010

LELIANA

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TERHADAP

KESIAPAN DALAM MENGHADAPI MENARCHE

DI SD AL-AZHAR MEDAN

viii + 48 hal + 4 tabel + 1 skema + 9 lampiran

Abstrak

Menstruasi merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita, terjadi perubahan-perubahan siklik dari alat kandungannya sebagai persiapan untuk kehamilan. Menarche menjadi hal yang penting bagi seorang wanita dan perlu mendapatkan perhatian khusus, karena hal ini menandai awal kedewasaan biologis seorang wanita. Seorang anak gadis telah dipersiapkan akan kedatangan menstruasi, hal ini biasa menjadi saat yang mengecewakan baginya. Anak-anak perempuan yang tidak diajari untuk menganggap menstruasi sebagai fungsi tubuh normal dapat mengalami rasa malu yang amat dan perasaan kotor saat menstruasi pertama mereka. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri terhadap kesiapan dalam menghadapi menarche di SD AL-Azhar Medan. Penelitian ini bersifat deskriptif korelasi dengan pendekatan

Cross Sectional. Jumlah sampel sebanyak 41 orang. Pengambilan sampel dilakukan

dengan Total sampling. Penelitian ini dilakukan di SD AL-Azhar Medan. Analisis data menggunakan uji statistik chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan Baik sebanyak (21 orang) (95,5%) dengan sikap Positif dalam menghadapi menarche, pengetahuan Baik dengan sikap Negatif sebanyak (1 orang) (4,5%), Pengetahuan Tidak baik (12 orang) (63,2%) dengan sikap Positif dalam menghadapi menarche, sedangkan pengetahuan Tidak baik dengan sikap Negatif dalam menghadapi menarche sebanyak (7 orang) (36,8%). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan nilai p= 0,009, ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan remaja putri terhadap kesiapan dalam menghadapi menarche. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi institusi pendidikan, dan pelayanan kebidanan agar lebih mengetahui tentang menstruasi dan menarche sehingga bisa menginformasikan tentang hal tersebut kepada remaja putri sehingga remaja putri lebih siap dalam menghadapi menarche.

Kata Kunci : Pengetahuan, kesiapan, menarche Daftar Pustaka : 25 (1999-2009)


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmad dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Hubungan pengetahuan remaja putri terhadap kesiapan dalam

menghadapi menarche di SD AL-Azhar Medan” yang diajukan untuk memenuhi salah

satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis mendapatkan bimbingan, masukan dan arahan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat membuat Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada waktunya. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. dr. Murniati Manik, MSc, SpKK. selaku Ketua Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

3. dr. Arlinda S. Wahyuni, M.Kes, selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, bantuan dan arahan selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

4. Seluruh staf SD AL-Azhar Medan

5. Seluruh staf dan dosen Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

6. Papa, mama, abang, kakak, serta adik-adikku yang penulis cintai yang telah memberikan dukungan serta do’a yang tiada henti-hentinya kepada penulis dalam membuat Karya Tulis Ilmiah ini.


(6)

7. Teman-teman seperjuangan yang penulis sayangi Kak Rhany, Kak JaSmiEn, Mbak Wie, RiZha, MeLLy, Veny, InDaH, DyeTo yang telah memberikan bantuan dan dukungan menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Rekan-rekan mahasiswa program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara yang telah memberikan dukungan dan masukan kepada penulis.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dan dukungan pada penulis dalam penyusun Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih terdapat kekurangan, untuk itu masukan dan saran yang membangun sangatlah diharapkan demi perbaikan pada masa yang akan datang. Akhirnya hanya kepada Allah penulis berserah diri, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan,18 Juni 2010 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR SKEMA ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan penelitian ... 4

1. Tujuan Umum ... 4

2. Tujuan Khusus ... 4

D. Manfaat penelitian ... 5

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Remaja ... 6

B. Masa Remaja sebagai periode perubahan ... 8

C. Menstruasi ... 9

1. Defenisi Menstruasi ... 9

2. Defenisi Menarche ... 11

3. Fisiologi Menarche ... 12

4. Siklus Menstruasi ... 14

D. Konsep pengetahuan tentang menstruasi ... 18

1. Defenisi Pegetahuan ... 18

2. Faktor yang mempengaruhi terbentuknya pengetahuan ... 20

3. Pengetahuan remaja putri mengenai menstruasi ... 22


(8)

BAB III : KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DEFENISI

OPERASIONAL ... 27

A. Kerangka Konsep ... 27

B. Hipotesis ... 27

C. Definisi Operasional ... 28

BAB IV : METODE PENELITIAN ... 29

A. Desain Penelitian ... 29

B. Populasi dan sampel ... 29

1. Populasi ... 29

2. Sampel ... 29

C. Tempat dan Waktu Penelitian... 30

D. Etika Penelitian ... 30

E. Instrumen Penelitian ... 31

F. Uji Validitas dan Realibilitas ... 33

G. Prosedur Pengumpulan Data ... 34

I. Pengolahan dan Analisis data ... 35

BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38

A. Hasil penelitian ... 38

1. Analisa Univariat ... 38

2. Analisa Bivariat ... 41

B. Pembahasan ... 42

1. Interpretasi dan Diskusi Hasil ... 42

2. Keterbatasana Peneliti ... 46

3. Implikasi Untuk Asuhan Kebidanan/ Pendidikan Kebidanan ... 47

BAB VI : SIMPULAN DAN SARAN ... 48

A. Simpulan ... 48

B. Saran ... 48


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan karakteristik umur

dan sumber informasi responden di SD AL- Azhar Medan 2010 38 Tabel 5.2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan tentang

menstruasi responden di SD AL- Azhar Medan 2010 ... 39 Tabel 5.3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan kesiapan dalam

menghadapi menarche responden di SD AL- Azhar Medan 2010 40 Tabel 5.4. Hubungan pengetahuan remaja putri terhadap kesiapan dalam


(10)

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Kerangka Konsep Hubungan pengetahuan Remaja Putri terhadap


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Penelitian Lampiran 2 : Lembar Informed Concent Lampiran 3 : Lembar Kuesioner

Lampiran 4 : Lembar Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Lampiran 5 : Lembar Konsultasi ke Dosen Pembimbing Lampiran 6 : Master Tabel

Lampiran 7 : Hasil Out Put Data Penelitian Lampiran 8 : Lembar Surat Izin Penelitian Lampiran 9 : Lembar Surat Balasan Penelitian


(12)

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2010

LELIANA

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TERHADAP

KESIAPAN DALAM MENGHADAPI MENARCHE

DI SD AL-AZHAR MEDAN

viii + 48 hal + 4 tabel + 1 skema + 9 lampiran

Abstrak

Menstruasi merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita, terjadi perubahan-perubahan siklik dari alat kandungannya sebagai persiapan untuk kehamilan. Menarche menjadi hal yang penting bagi seorang wanita dan perlu mendapatkan perhatian khusus, karena hal ini menandai awal kedewasaan biologis seorang wanita. Seorang anak gadis telah dipersiapkan akan kedatangan menstruasi, hal ini biasa menjadi saat yang mengecewakan baginya. Anak-anak perempuan yang tidak diajari untuk menganggap menstruasi sebagai fungsi tubuh normal dapat mengalami rasa malu yang amat dan perasaan kotor saat menstruasi pertama mereka. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri terhadap kesiapan dalam menghadapi menarche di SD AL-Azhar Medan. Penelitian ini bersifat deskriptif korelasi dengan pendekatan

Cross Sectional. Jumlah sampel sebanyak 41 orang. Pengambilan sampel dilakukan

dengan Total sampling. Penelitian ini dilakukan di SD AL-Azhar Medan. Analisis data menggunakan uji statistik chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan Baik sebanyak (21 orang) (95,5%) dengan sikap Positif dalam menghadapi menarche, pengetahuan Baik dengan sikap Negatif sebanyak (1 orang) (4,5%), Pengetahuan Tidak baik (12 orang) (63,2%) dengan sikap Positif dalam menghadapi menarche, sedangkan pengetahuan Tidak baik dengan sikap Negatif dalam menghadapi menarche sebanyak (7 orang) (36,8%). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan nilai p= 0,009, ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan remaja putri terhadap kesiapan dalam menghadapi menarche. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi institusi pendidikan, dan pelayanan kebidanan agar lebih mengetahui tentang menstruasi dan menarche sehingga bisa menginformasikan tentang hal tersebut kepada remaja putri sehingga remaja putri lebih siap dalam menghadapi menarche.

Kata Kunci : Pengetahuan, kesiapan, menarche Daftar Pustaka : 25 (1999-2009)


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menstruasi (haid) merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita, terjadi perubahan-perubahan siklik dari alat kandungannya sebagai persiapan untuk kehamilan. Pada masa remaja masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Hal ini ditandai dengan pertumbuhan yang terus berlanjut menuju kondisi somatik, seksual dan psikologi yang lebih matur. Perubahan-perubahan tersebut tidak terjadi secara spontan, tetapi melalui proses pertumbuhan yang cepat setelah menstruasi pertama (menarche). Pada akhir masa kanak-kanak sebenarnya terjadi yaitu pada masa menjelang kedatangan masa remaja (Addy, 2009, gambaran pengetahuan remaja putri tentang menarche 2009, ¶ 1,

Masa remaja adalah usia antara masa anak-anak dan dewasa, yang secara biologis antara 10 sampai 19 tahun. Perubahan terpenting yang terjadi pada gadis remaja adalah datang haid yang pertama kali atau menarche, biasanya sekitar umur 10 sampai dengan 16 tahun. Di daerah, menarche dianggap sebagai tanda kedewasaan, dan gadis yang mengalami menarche dianggap sudah masanya melakukan tugas-tugas sebagai seorang wanita (Jones, 2005 hlm.26).

Di Amerika sekitar 95% anak perempuan mempunyai tanda pubertas pada umur 12 tahun dan umur rata-rata 12,5 tahun. Menarche atau menstruasi pertama merupakan salah satu perubahan pubertas yang pasti dialami setiap anak perempuan (Addy, 2009, gambaran pengetahuan remaja putri tentang menarche 2009, ¶4, diperoleh tanggal 25 Agustus 2009).


(14)

Usia untuk mencapai fase terjadinya menarche dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain faktor suku, genetik, sosial, ekonomi, dan lain-lain. Di Inggris rata-rata haid pertama datang pada usia 13 tahun. Sedangkan suku Bundi di Papua Nugini menarche dicapai pada usia 18,8 tahun. Anak wanita yang menderita kelainan tertentu selama dalam kandungan mendapatkan menarche pada usia lebih muda dari usia rata-rata (Jones,2005 hlm.26).

Bahwa di Indonesia gadis remaja pada waktu menarche bervariasi antara 10-16 tahun dan rata-rata menarche 12,5 tahun, usia menarche lebih dini di daerah perkotaan dari pada yang tinggal di desa dan juga lebih lambat wanita yang kerja berat (Wiknjosastro,2002 hlm.104).

Menarche sebenarnya hanya sebuah istilah medis untuk menjelaskan peristiwa

menstruasi yang pertama kali di alami oleh seorang wanita. Menarche menjadi hal yang penting bagi seorang wanita dan perlu mendapatkan perhatian khusus, karena hal ini menandai awal kedewasaan biologis seorang wanita. Usia ketika mengalami menarche sangat beragam, ada yang menagalaminya pada usia 11 tahun bahkan ada yang lebih muda lagi. Namun ada juga yang mengalaminya pada usia 18 tahun (Ezra, Konstitusional psikologis remaja putri yang telah mangalami menarche 2003, ¶2,

Seorang anak gadis telah dipersiapkan akan kedatangan menstruasi, hal ini biasa menjadi saat yang mengecewakan baginya. Anak-anak perempuan yang tidak mengenal tubuh mereka dan proses reproduksi dapat mengira bahwa menstruasi merupakan bukti adanya penyakit atau bahkan hukuman akan tingkah laku yang buruk. Anak-anak perempuan yang tidak diajari untuk menganggap menstruasi sebagai fungsi tubuh nomal dapat mengalami rasa malu yang amat dalam dan perasaan kotor saat menstruasi


(15)

pertama mereka (Yudhi, Tentang Menstruasi, 2009. ¶3, diperoleh tanggal 17 Oktober 2009). Hal tersebut terjadi karena tidak mengetahui apa-apa tentang menstruasi, dan mengira bahwa menstruasi merupakan bukti adanya penyakit atau bahkan yang sedang mengalami pendarahan yang dapat menyebabkan kematian (Darvill & Powell, 2003 hlm.2).

Remaja putri membutuhkan informasi tentang prosres menstruasi dan kesehatan selama menstruasi. Remaja putri akan mengalami kesulitan dalam menghadapi menstruasi yang pertama sekali terjadi jika sebelumnya ia belum pernah mengetahui atau membicarakan baik dengan teman sebaya atau dengan ibu mereka. Pada umumnya, gadis remaja belajar tentang haid dari ibunya, tetapi tidak semua ibu memberikan informasi yang memadai kepada putrinya. Sebahagian lagi remaja putri enggan membicarakan secara terbuka kepada siapa saja sampai anak gadisnya mengalami haid pertama (Jones, 2005 hlm.33).

Sebuah penelitian di Sidney pada tahun 1984 mangatakan bahwa, dari 1200 gadis remaja yang diteliti, lebih tiga perempatnya mengatakan, jika metode yang aman, mereka lebih suka tidak mengalami haid. Pandangan negatif tentang haid berlanjut sampai menjelang dewasa (Jones, 2005 hlm.33).

Ilmu pengetahuan dapat memberikan rasa aman kepada manusia. Pengetahuan mengenai reproduksi memberitahukan apa yang dialami oleh seorang perempuan yang sedang dalam masa puber adalah normal. Adanya perasaan bingung saat pertama kali mengalami menstruasi disebabkan oleh remaja putri tersebut kurang pengetahuan tentang menstruasi (Darvill & Powell,2003 hlm.ix).

Berdasarkan hasil survey awal yang didapatkan dari sepuluh siswi SD AL-Azhar Medan, enam siswi yang tidak memiliki persiapan terhadap menstruasi pertama


(16)

cenderung memperlihatkan sikap negatif yaitu kerepotan (membawa pembalut pengganti), ketikdaknyaman fisik yang menyababkan keterbatasan tingkah laku dan menciptakan perubahan emosional. Ada yang merasa saat datang haid selalu mengantuk dan ingin tidur saja sehingga mengakibatkan kurang rapi. Empat diantaranya merasa menjadi wanita yang lebih dewasa.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai “Hubungan pengetahuan remaja putri terhadap kesiapan dalam menghadapi menarche di SD AL-Azhar Medan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah ini adalah: apakah ada hubungan pengetahuan Remaja putri terhadap kesiapan dalam menghadapi menarche di SD AL-Azhar Medan.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri terhadap kesiapan dalam menghadapi menarche di SD AL-Azhar Medan.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengetahuan mengenai menstruasi pada remaja putri di SD AL-Azhar Medan.

b. Untuk mengetahui kesiapan remaja putri dalam menghadapi menstruasi pertama di SD AL-Azhar Medan.


(17)

c. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri terhadap kesiapan dalam menghadapi menstruasi pertama di SD AL-Azhar Medan.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Intitusi pendidikan

Sebagai bahan masukan dan referensi tambahan untuk pengembangan ilmu kebidanan yang berkaitan dengan menstruasi dan kesiapan menghadapi menarche.

2. Bagi Remaja Putri

Sebagai bekal pengetahuan dalam menghadapi masa remaja. Mengetahui apa saja yang terjadi pada masa menstruasi dan menerima serta mengerti hal-hal yang mungkin terjadi selama masa menstruasi.

3. Bagi Pelayanan Kebidanan

Sebagai masukan dalam meningkatkan pengetahuan remaja putri mengenai menstruasi sehingga nantinya bisa mencapai peningkatan kesehatan reproduksi pada wanita usia subur.


(18)

BAB 2

TLNJAUAN PUSTAKA

A. Remaja

Remaja dalam bahasa Inggris disebut “adolescence” berasal dari bahasa latin yaitu “adolescere” yang berarti tumbuh ke arah kematangan. Kematangan itu bukan hanya kematangan fisik namun juga kematangan sosial dan psikologis. Masa remaja adalah masa transisi dari kanak-kanak menuju dewasa, namun tidak semua menyadari bahwa pada masa remaja terjadi perubahan yang besar. Perubahan yang terjadi dengan cepat pada tinggi dan berat badan dikenal dengan istilah adolescence growth spurt. Sering kali kondisi ini sulit dilewati dengan nyaman karena adanya perubahan yang bersifat fisik. Perubahan fisik yang terjadi berhungan langsung dengan kepribadian, seksual dan peran sosial remaja dalam masyarakat (Pratiwi, 2005 hlm.1).

Menurut WHO (World Health Organization) Remaja adalah suatu masa ketika individu berkembang pada pertama kali ia menjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai ia mencapai kematangan seksual. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola dentifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa dan terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif mandiri. WHO (World Health Organization) menetapkan batas usia 10 sampai 20 tahun sebagai batasan usia remaja (Sarwono, 2008 hlm.9).

Masa remaja, yakni antara usia 10-19 Tahun, adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut Masa Pubertas. (Widyastuti, 2009, hlm.11)


(19)

Menurut psikiater Dadang Hawari, masa remaja merupakan tahapan siklus kehidupan manusia, mulai dari bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa muda, dewasa, tua, dan lanjut usia. Setiap tahapan dalam siklus kehidupan manusia itu akan mengalami perubahan-perubahan, baik secara biologik, psikologik, sosial dan spiritual. (Ezra, Konstitusional psikologis remaja putri yang telah mengalami menarche 2003, ¶4,

Berdasarkan sifat atau masa (rentang waktu), remaja ada tiga tahap, yaitu:

1. Remaja awal (10-12 tahun): a). Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan dengan teman sebaya. b). Tampak dan merasa ingin bebas. c). Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal (abstrak).

2. Masa remaja tengah (13-15 tahun): a). Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri. b). Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis. c). Timbul perasaan cinta yang mendalam. d). Kemampuan berpikir abstrak (berkhayal) makin berkembang. e) Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual. 3. Masa remaja akhir (16-19tahun): a).Menampakkan pengungkapan kebebasan diri.

b).Dalam mencari teman sebaya lebih selektif. c). Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya. d). Dapat mewujudkan perasaan cinta. e) Memiliki kemampuan berpikir berpikir khayal atau abstrak (Widyastuti, dkk, 2009 hlm.11).

Menurut Wong, et al (2009 hlm, 585) ciri-ciri perkembangan remaja terlihat pada: a) Perkembangan biologis, perubahan fisik pada pubertas merupakan hasil aktivitas hormonal di bawah pengaruh sistem saraf pusat. Perubahan fisik yang sangat jelas tampak pada pertumbuhan peningkatan fisik dan pada penampakan serta


(20)

perkembangan karakteristik seks sekunder ; b) Perkembangan psikologis, teori psikososial tradisional menganggap bahwa krisis perkembangan pada masa remaja menghasilkan terbentuknya identitas (Erikson,1963). Pada masa remaja mereka mulai melihat dirinya sebagai individu yang lain. c) Perkembangan kognitif, berfikir kognitif mencapai puncaknya pada kemampuan berfikir abstrak. Remaja tidak lagi dibatasi dengan kenyataan dan aktual yang merupakan ciri periode berfikir konkret, remaja juga memerhatikan terhadap kemungkinan yang akan terjadi; d)Perkembangan moral, anak yang lebih muda hanya dapat menerima keputusan atau sudut pandang orang dewasa, sedangkan remaja, untuk memperoleh autonomi dari orang dewasa, mereka harus mengganti seperangkat moral dan nilai mereka sendiri ; e) Perkembangan spiritual, remaja mampu memahami konsep abstrak dan menginterpretasi analogi serta simbol-simbol. Mereka mampu berempati, berfilosofi dan berfikir secara logis ; f) Perkembangan sosial, untuk memperoleh kematangan penuh, remaja harus membebaskan diri mereka dari dominasi keluarga dan menetapkan sebuah identitas yang mandiri dari wewenang orang tua. Masa remaja adalah masa dengan kemampuan bersosialisasi yang kuat terhadap teman sebaya dan teman dekat.

B. Masa Remaja sebagai periode perubahan

Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja, ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat. Kalau perubahan fisik menurun maka perubahan sikap dan perilaku menurun juga. Ada Lima perubahan yang sama hampir bersifat universal.


(21)

Pertama, meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi.

Kedua, perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial untuk dipesankan, menimbulkan masalah baru. Bagi remaja muda, masalah baru yang timbul tampaknya lebih banyak dan lebih sulit diselesaikan dibandingkan masalah yang dihadapi sebelumnya. Remaja akan tetap merasa ditimbuni masalah, sampai ia sendiri menyelesaikannya menurut kepuasannya.

Keempat, dengan berubahnya minat dan pola perilaku, maka nilai-nilai juga berubah. Apa yang pada masa kanak-kanak dianggap penting, sekarang setelah hampir dewasa tidak penting lagi.

Kelima, sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Mereka menginginkan dan menuntut kebebasan, tetapi mereka sering takut bertanggung jawab akan akibatnya dan meragukan kemampuan meraka untuk dapat mengatasi tanggung jawab tersebut. (Hurlock, 1999 hlm. 207)

C. Menstruasi

1. Defenisi Menstruasi

Menstruasi berasal dari kata latin’mensis’ yang berarti bulan disebut menstruasi karena secara rata-rata menstruasi datang sekali sebulan. ‘Menstruasi’ bulanan adalah siklus peristiwa didalam tubuh yang dikendalikan oleh hormon-hormon. (Darvill,2003,hlm.11)

Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim endometrium yang disertai dengan pendarahan yang terjadi secara berulang setiap bulan kecuali pada saat kehamilan. Menstruasi yang berulang setiap bulan tersebut akhirnya membentuk


(22)

siklus menstruasi. Menstruasi juga bisa diartikan keluarnya cairan secara berkala dari vagina selama masa usia produktif. (Aulia, 2009,hlm.8)

Mendapat menstruasi pada usia antara 9 sampai 16 Tahun adalah hal yang wajar. Usia rata-rata mulai menstruasi antara 11 dan 13 Tahun, tetapi setiap gadis mengalaminya pada usia yang berbeda. Menstruasi terjadi sebagai akibat dihasilkannya hormon-hormon dari sebuah kelenjar kecil di dasar otak yang disebut normal pertumbuhan (Pituitary gland). (Darvill, 2003,hlm.10-11)

Menstruasi atau haid mengacu kepada pengeluaran secara periodik darah dan sel-sel tubuh dari vagina yang berasal dari dinding rahim wanita. Menstruasi dimulai saat pubertas dan menandai kemampuan seorang wanita untuk mengandung anak, walaupun mungkin faktor-faktor kesehatan lain dapat membatasi kapasitas ini. Menstruasi biasanya dimulai antara umur 10 dan 16 tahun, tergantung pada berbagai faktor, termasuk kesehatan wanita, status nutrisi, dan berat tubuh relatif terhadap tinggi tubuh. Menstruasi berlangsung kira-kira sekali sebulan sampai wanita mencapai usia 45 - 50 tahun, sekali lagi tergantung pada kesehatan dan pengaruh-pengaruh lainnya. Akhir dari kemampuan wanita untuk bermenstruasi disebut menopause dan menandai akhir dari masa-masa kehamilan seorang wanita. Panjang rata-rata daur menstruasi adalah 28 hari, namun berkisar antara 21 hingga 40 hari. Panjang daur dapat bervariasi pada satu wanita selama saat-saat yang berbeda dalam hidupnya, dan bahkan dari bulan ke bulan tergantung pada berbagai hal, termasuk kesehatan fisik, emosi, dan nutrisi wanita tersebut. (Yudhi, Tentang Menstruasi, 2009. ¶1, diperoleh tanggal 17 Oktober 2009).


(23)

2. Defenisi Menarche

Menarche adalah haid atau menstruasi yang pertama kali dialami oleh seseorang wanita dan terjadi di tengah masa pubertas sebelum memasuki masa reproduksi (Aulia,2009,hlm.21).

Menarche merupakan suatu tanda yang penting bagi seorang wanita yang menunjukkan adanya produksi hormon yang normal dibuat oleh hipotalamus dan kemudian diteruskan oleh ovarium dan uterus. Selama dan sekitar 2 Tahun hormon-hormon ini akan merangsang pertumbuhan tanda-tanda seks sekunder seperti pertumbuhan payudara, perubahan-perubahan kulit, perubahan siklus, pertumbuhan rambut ketiak dan rambut pubis serta bentuk tubuh menjadi bentuk tubuh menjadi yang ideal.

Ada sebagian kecil anak perempuan mengalami menstruasi lebih awal yang disebut Solated Premature menarche dan ada juga yang mengalami menstruasi yang lewat primary amenhorrhea. (Aulia, 2009,hlm.21)

Menarche sebenarnya merupakan puncak dari serangkaian perubahan yang terjadi pada seorang gadis sedang menginjak dewasa. (Jones, 2005,hlm.26). Menstruasi anak gadis dapat berhenti atau tertunda jika dia menjalani Diet yang ketat untuk mempertahankan berat badan idealnya atau jika dia mengidap penyakit Anorexia nervosa (Tidak ada nafsu makan karna tidak ingin gemuk). (Darvill,2003,hlm.14)

Menarche biasanya terjadi antara tiga sampai delapan hari, rata-rata lima setengah hari. Dalam satu tahun setelah terjadinya menarche, ketidakteraturan haid masih sering dijumpai. Ketidakteraturan terjadinya haid adalah kejadian


(24)

yang biasa dialami oleh para remaja putri, namun demikian hal ini dapat menimbulkan keresahan pada diri remaja itu sendiri.

Sekitar dua tahun setelah menarche akan terjadi ovulasi. Ovulasi ini tidak harus terjadi setiap bulan tetapi dapat terjadi setiap dua atau tiga bulan dan secara berangsur siklusnya akan menjadi lebih teratur. Dengan terjadinya ovulasi, spasmodic dismenorrhoea dapat timbul. (Ezra, Konstitusional psikologis remaja putri yang telah mengalami menarche 2003, ¶ 2, diperoleh tanggal 17 Oktober 2009)

3. Fisiologi Menarche

Munculnya haid pertama terjadi di tengah-tengah masa pubertas, yaitu masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang memegang peranan penting dalam proses tersebut adalah hubungan hipotalamus, hipopisis dan ovarium (Hipotalamic Pituitari-Ovarikratis). Hal ini merupakan hasil kerjasama antara korteks serebri, Hipotalamus, Hipopisis, Varium, Glanduna Supra Renalis dan Kelenjar-kelenjar Endokrin lainnya.

Pada permulaan masa kanak-kanak sistem ini sudah berjalan kemudian tidak berfungsi lagi disebabkan sistem proses itu sangat peka terhadap steroid, sehingga menghambat proses itu sendiri. Rendahnya Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) pada saat itu juga akibat unsur instrinsik penghambat susunan saraf yang mempunyai mekanisme penekanan denyutan (GnRH).

Saat sebelum masa pubertas, sekresi GnRH secara pulstabil dengan frekuensi rendah telah dimulai 4 tahun sebelum menarche, diikuti dengan kenaikan sekresi LH oleh Hipofisis pada malam hari. Pada masa pubertas,


(25)

sekresi GnRH yang berfrekuensi rendah pelan-pelan berubah seperti wanita dewasa dengan sekresi yang berlangsung selama 24 jam, pola sekresi FSH dan LH juga mengikuti perubahan-perubahan sekresi pulstabil GnRH ini.

Menurut Teori Neurohormonal yang dianut sekarang, Hipotalamus mengawasi sekresi hormon Gonodotropin oleh Adeno Hipofisis melalui sekresi hormon yang disalurkan ke sel-sel Adeno Hipofisis lewat sirkulasi portal yang khusus yang dapat merangsang produksi dan pelepasan Gonadotropin dari Hipofisis.

Folikel-folikel yang berkembang selama sebelum menghailkan hormon estrogen dan kemudian mati, yang lainnya telah dirangsang FSH sehingga folikel ini berkembang mensekresi estrogen. Semakin lama jumlah folikel yang dirangsang semakin banyak sehingga kadar estrogen semakin tinggi.

Hormon estrogen memegang peranan penting dalam perkembangan ciri-ciri kelamin skunder, pertumbuhan organ genetalia terjadinya perapatan pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologi kewanitaan. Pada masa pubertas organ-organ genetalia lambat laun tumbuh mendekati bentuk dan sifat-sifat wanita dewasa. Vaskularasi uterus bertambah menyebabkan pertumbuhan lapisan endometrium, sehingga merubah uterus menjadi uterus yang matur, dan lapisan enometrium mengalami diferensiasi baik kelenjar maupun selamanya.

Folikel-folikel di ovarium yang tumbuh walaupun tidak sampai terjadi matang karena sebelumnya mengalami atresia namun telah sanggup memproduksi dan mensekresi estrogen, kadar estrogen makin lama makin tinggi dan saat menstruasi mendekat.


(26)

Estrogen menyebabkan umpan balik negatif terhadap FSH, dan bertambah akibat pertumbuhan folikel akan menurun dan sebagian mengalami atresia sehingga estrogen yang diproduksi folikel akan menurun pula.

Dengan menurunnya kadar estrogen berakibat pembuluh darah endometrium mengalami Proliferasi atau mengerut dan terputus-putus lapisan endometrium mengalami deskuamasi sehingga terjadi perdarahan dan mengalir melalui vagina berwujud sebagai haid pertama atau menarche. Dengan munculnya menstruasi pada seorang remaja dapat menggambarkan kemampuan untuk bereproduksi. (Addy,2009, Gambaran pengetahuan remaja putri tentang menarche 2009, ¶2, 2009).

4. Siklus Menstruasi a. Siklus Endometrium

Hari pertama menstruasi ditetapkan sebagai hari pertama siklus endometrium. Lama r ata-rata aliran menstruasi adalah lima hari (dengan rentang tiga sampai enam hari) dan jumlah darah rata-rata yang hilang ialah 50 ml (rentang 20 sampai sampai 80 ml), namun hal ini sangat bervariasi.

Siklus menstruasi merupakan rangkaian peristiwa yang secara kompleks saling mempengaruhi dan terjadi secara simultan di endometrium, kelenjar hipotalamus dan hipofisis, serta ovarium. Siklus menstruasi mempersiapkan uterus untuk kehamilan. Bila tidak terjadi kehamilan, terjadi menstruasi. Usia wanita, status fisik, dan emosi wanita, serta lingkungan mempengaruhi pengaturan siklus menstruasi.(Bobak, 2005,hlm.46)


(27)

Siklus menstruasi endometrium terdiri dari tiga fase, yaitu: fase menstruasi, fase proliferasi, fase sekresi. Lapisan fungsional (Lapisan spongiosa dan kompakta) yang tanggal disebabkan oleh vasokontriksi periodik pada lapisan atas endometrium. (Bobak, 2005,hlm.46)

Fase menstrual Fase ini ditandai oleh perdarahan

pervaginam,berlangsung selama 3-5 hari. Secara fisiologis ini adalah ini akhir dari siklus menstrual karena endometrium luruh ke lapisan dasar bersama darah dari kapiler dan ovum yang tidak dibuahi.

Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang

berlangsung sejak sekitar hari kelima hingga ovulasi, misalnya, hari ke-10 siklus 24 hari, hari ke-14 siklus 28 hari, atau hari ke-18 siklus 32 hari. Permukaan endometrium secara lengkap kembali normal dalam sekitar empat hari atau menjelang perdarahan berhenti. Setelah itu, terjadi penebalan 8 sampai 10 kali lipat, yang berakhir saat ovulasi. Fase proliferasi begantung kepada stimulasi estrogen yang berasal dari folikel ovarium. (Bobak, 2005,hlm.48). Pada akhir fase ini endometrium terdiri atas tiga lapisan:

1) Lapisan dasar terletak tepat di bawah miometrium, sekitar 1 mm

tebalnya. Lapisan ini tidak terganggu selama siklus menstruasi. Terdiri atas susunan rudimenter penting untuk mebuat endometrium baru.

2) Lapisan fungsional yang terdiri atas kelenjar-kelenjar tubular setebal 2,5

mm. lapisan ini berubah secara tepat sesuai pengaruh hormonal ovarium.

3) Lapisan epithelium kuboid bersilia menutup lapisan fungsional. Lapisan


(28)

Fase sekresi belangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari

sebelum periode menstruasi berikutnya. Setelah ovulasi, diproduksi lebih banyak progesteron. Pada akhir fase sekresi,endometrium sekretorius yang matang dengan sempurna mencapai ketebalannya. Endometrium menjadi kaya dengan darah sekresi kelenjar, tempat yang sesuai untuk melindungi dan member nutrisi ovum yang dibuah. (Bobak, 2005,hlm.48)

Implantasi (nidasi) ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7 sampai 10 hari setelah ovulusi. Apabila tidak terjadi pembukaan dan implantasi. Korpus luteum(badan kuning), yang menyekresi estrogen dan progesteron menyusut. Seiring penurunan kadar progesteron dan estrogen dengan cepatarteri spsiralmenjadi spasme. Selama fase iskemi, suplai darah ke endometrium fungsional berhenti dan terjadi nekrosais. Lapisan fungsional berpisah dari lapisan basal dan pendarahan menstruasi dimulai, menandai hari pertama siklus berikutnya (Bobak, 2005, hlm.48).

b. Siklus Hipotalamus-Hipofisis

Menjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesterone darah menurun. Kadar hormone ovarium yang rendah dalam darah ini menstimulasi hipotalamus untuk menyekresi gonado

tropin-releasing hormone (Gn-RH) Gn-RH sebaliknya, menstimulasi sekresi

hipofisis anterior FSH. FSH menstimulasi perkembangan folikel de Graf ovarium dan produksi estrogennya. Kadar estrogen mulai menurun dan Gn-RH hipotalamus memicu hipofisis anterior mengeluarkan lutenizing hormone (LH). Lonjakan LH yang menyolok dan kadar estrogen yang berada di bawah


(29)

puncak ini (hari ke 12), mengawali ekspulsi ovum dari folikel de Graaf dalam 24 sampai 36 jam. LH mencapai puncak pada sekitar hari ke 13 atau ke 14 pada siklus 28 hari. Apabila tidak terjadi fertilisasi dan implantasi ovum pada waktu ini, korpus luteum menyusut. Oleh karena itu, kadar progesterondan estrogen menurun sehingga terjadi menstruasi, dan hipotalamus distimulasi kembali untuk menyekresi Gn_RH. (Bobak, 2005, hlm.48).

c. Siklus Ovarium

Sejak saat lahir terdapat banyak folikel primordial dibawah kapsul ovarium. Setiap folikel mengandung ovum imatur. Pada permulaan setiap siklus, beberapa folikel membesar dibawah pengaruh FSH dan estrogen. Sekitar hari ke 14 siklus 28 hari, folikel yang membesar menjadi pecah, dan ovum terlepas kedalam rongga abdomen. Proses ini disebut Ovulasi.

Fase luteal dimulai segera setelah ovulasi dan berakhir pada awal menstruasi. Fase pascaovulasi pada siklus ovarium ini biasanya berlangsung selama 14 hari (rentang 13 sampai 15 hari). Korpus luteum mencapai puncak aktivitas fungsional 8 hari setelah ovulasi, menyekresi baik hormon estrogen streoid maupun progesteron steroid. Bersamaan dengan waktu fungsi luteal puncak ini, telur yang dibuahi bernidasi di endometrium. Apabila tidak terjadi implantasi, korpus luteum berkurang dan kadar sreoid menurun. Dua minggu setelah ovulasi, jika tidak terjadi fertilisasi dan implantasi, lapisan fungsional endometrium uterus tanggal selama menstruasi. (Bobak,2005, hlm.48)


(30)

D. Konsep Pengetahuan tentang Menstruasi 1. Defenisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku didasari oleh pengetahuan. (Notoatmodjo, 2003, hlm.127)

Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru),didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan merupakan : (a). Awareness (Kesadaran), menyadari dalam bentuk mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). (b). Interest (merasa tertarik), terhadap stimulus atau objek tersebut. (c). Evaluation (menimbang-nimbang), terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya,hal ini sikap menjadi lebih baik lagi. (d). Trial, subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. (e). Adaption, dimana subjek lebih berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikap terhadap stimulus.

Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses dimana didasarkan pengetahuan, kesadaran dan sikap positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesedaran akan tidak berlangsung lama.


(31)

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu: (1) Tahu (know), (2) Memahami (comprehension), (3) Aplikasi (application), (4) Analisis (analysis), (5) Sintesis

(synthesis), (6) Evaluasi (evaluation).

Tingkatan pertama adalah tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Yang termasuk kedalam pengetahuan ini adalah tingkat mengingat kembali (recell) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tingkatan kedua adalah memahami (comprehension) diartiakan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasi materi tersebut dengan benar. Tingakatan ketiga (application) diartiaka sebagai kemampuan untuk ,menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Tingkatan keempat adalah analisis (analysis) yaitu suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau salah satu objek kadalam komponen-komponen, tetapi masi di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitan satu sama lainnya. Tingkatan kelima adalah sintesis (synthesis) menjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Tingkatan yang tertinggi adalah evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek (Notoatmodjo,2003, hlm.128).


(32)

2. Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Pengetahuan

Adapun faktor yang mempengaruhi terbentuknya pengetahuan dalam diri seorang adalah :

a. Sumber Informasi

1) Pengertian Sumber Informasi

Informasi adalah isi stimulasi yang dikeluarkan oleh sumber (komunikator) kepada komunikan (penerima). Isi stimulasi berupa peran atau informasi yang dikeluarkan oleh komunikator, tetapi diharapkan agar seseorang secara positif untuk aktif melakukan sesuatu, berupa prilaku atau tindakan (Notoatmodjo, 2003, hlm.116).

Sumber informasi juga mempengaruhi pengetahuan, baik dari orang maupun media (Notoatmodjo, 2003,hlm.116)

2) Jenis-jenis sumber informasi

a) Didapat secara langsung seperti: Keluarga atau orang tua, tenga kesehatan (Dokter, Bidan, Perawat), dan Teman.

b) Didapat secara tidak langsung: (1) Media Cetak

Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan sangat bervariasi, antara lain :

- Booklet adalah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan

kesehatan dalam bentuk buku, baik tulisan maupun gambar. - Leoplet adalah bentuk penyampaian pesan-pesan atau

informasi kesehatan melalui lembaran yang dilipat dalam bentuk gambar atau kombinasi.


(33)

- Flyer (selebaran) adalah seperti leoplet tapi tidak dalam

bentuk lipatan.

- Flipchart (lembar timbal balik) adalah media penyampaian

pesan atau informasi kesehatan dalam bentuk lembar timbal balik, biasanya dalam bentuk buku dimana tiap lembar (halaman) berisi gambar peragaan dan dibaliknya berisi kalimat sebagai pesan atau informasi yang berkaitan dengan gambar tersebut.

- Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah yang membahas suatu masalah kesehatan.

- Poster adalah bentuk media cetak berisi pesan-pesan/ informasi kesehatan yang ditempel di tembok, tempat umum atau kenderaan.

- Foto yang mengungkapkan informasi kesehatan. (b) Media elektronik

Media elektronik sebagai sasaran untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasi kesehatan yang jenisnya berbeda-beda, antara lain : televisi, radio, video, slide, film strip.

(c) Media Papan

Papan (billlobard) yang dipasangkan ditempat umum yang berisikan pesan-pesan atau informasi kesehatan (Notoatmodjo, S. 2003, hlm.116-117).


(34)

3. Pengetahuan Mengenai Menstruasi pada Remaja Putri

Menarche merupakan tanda seorang remaja putri sudah mengalami pubertas. Kesiapan remaja putri untuk menerima menarche tergantung beberapa hal, salah satunya dipengaruhi oleh faktor perilaku orang tua sebagian besar ibu tidak mengajari anak perempuan mereka tentang menstruasi, seperti usia mendapatkan menstruasi, lama menstruasi, dan pemeliharaan kesehatan selama menstruasi. Penelitian yang dilakukan di Mts Al Ruda I Desa Cilegong kecamatan Jatiluhur kabupaten Purwakarta diperoleh bahwa pengetahuan yang berkaitan dengan menarche pada sebagian besar informasi masih kurang. Sikap informasi terhadap menarche masih negatif. Budaya informasi terhadap menarche yaitu dengan cara berdoa yang dilakukan oleh sesepuh. Informasi tidak membedakan perlakuan terhadap putrinya ketika sedang menarche dengan ketika tidak menarche dan membedakan perlakuaan ketika sebelum mendapatkan menarche dengan setelah menarche. Pada saat divalidasi ke putri informasi ternyata informasi yang dikemukakan putri informasi dengan informasi pada umumnya sama, sedangakan menurut pandangan agama Islam bahwa wanita yang sudah menarche berarti ia sudah mempunyai kewajiban melaksanakan ajaran agama. (http://view Koleksi.jsp.htm ¶ 4, diperoleh tanggal 14 November 2009)

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa pengetahuan yang harus dimiliki oleh remaja putri yaitu mendapatkan menstruasi pertama, lamanya menstruasi dan pemeliharaan kesehatan selama menstruasi. Selama menstruasi perawatan tubuh sangat penting, seperti memperhatikan kebersihan diri. Kebutuhan pembalut perlu diganti 4 sampai 5 kali sehari untuk menghindari


(35)

pertumbuhan bakteri dan menghindari masuknya bakteri tersebut ke dalam vagina (Darvll & Powell, 2003).

Selain itu remaja putri harus memilki pengetahuan mengenai siklus menstruasi, volume darah menstruasi yang keluar, dan penggunaan pembalut. Siklus, menstruasi normal terjadi sekali sebulan atau rata-rata 28 hari. Jumlah rata-rata darah yang keluar sekitar 30 ml. Pembalut biasanya digunakan diluar tubuh yaitu sekitar vagina. (Darvill & Powell,2003)

4. Kesiapan Remaja Putri dalam Menghadapi Menarche

Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi adalah merupakan “pre-disposisi” tindakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan rekasi tertutup, bukan merupakan rekasi terbuka tingkah laku yang terbuka. Lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yakni : (a). Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu


(36)

objek. (b). Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek. (c). Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave)

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Sikap terdiri dari berbagai tingkatan : 1). Menerima (Receiving) Diartikan bahwa seorang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek. 2). Merespon (Responding) Memberi jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. 3). Menghargai (Valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. 4). Bertanggung jawab (Responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

Pengukuran sikap dilakukan dengan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis kemudian dinyatakan pendapat responden (Notoatmodjo, 2003, hlm.130).

Menurut Azwar (1995) sikap memiliki tiga komponen yang membentuk struktur sikap, yaitu 1). kognitif, 2). Afektif, dan 3). Konatif.

a. Komponen kognitif (cognitive) disebut juga komponen perceptual, yang berisi kepercayaan yang berhubungan dengan persepsi individu terhadap objek sikap dengan apa yang dilihat dan diketahui, pandangan, keyakinan,


(37)

pikiran, pengalaman pribadi, kebutuhan emosional, dan informasi dari orang lain.

b. Komponen Afektif (komponen emosional). Komponen ini menunjukkan dimensi emosional subjektif individu terhadap objek sikap, baik bersikap positif (rasa senamg) maupun negative (rasa tidak senang). Reaksi emosional banyak dipengaruhi oleh apa yang kita percayai sebagai sesuatu yang benar terhadap objek sikap tersebut.

c. Komponen konatif (komponen perilaku). Komponen ini merupakan predisposisi atau kecenderungan bertindak terhadap objek sikap yang dihadapinya.

Pembentukan dan perubahan sikap menurut Azwar (1995), pembentukan sikap dipengaruhi beberapa faktor, yaitu pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, dan faktor emosi dalam diri individu. Sementara itu, menurut Krech dkk (1962), pembentukan dan perubahan sikap dapat disebabkan oleh situasi interaksi kelompok dan situasi komunikasi media. Semua kejadian tersebut mendapatkan pengalaman dan pada akhirnya akan membentuk keyakinan, perasaan serta kecenderungan berperilaku (Maulana, 2009,hlm.198).

Reaksi positif terhadap menarche dapat dirasakan remaja putri lainnya sebagai indeks kedewasaan. Reaksi ini mengindikasikan bahwa remaja putri tersebut telah mampu memiliki anak, mengalami sesuatu yang membuat mereka menjadi wanita yang lebih dewasa (Santrock, 2003,hlm.93).

Remaja putri yang tidak memiliki persiapan sebelumnya terhadap menstruasi pertama cenderung memperlihatkan sikap negatif dibandingkan yang


(38)

sudah mempersiapkan terlebih dahulu. Aspek negatif dari menstruasi pertama yang paling sering dilaporkan oleh remaja putri adalah kerepotan, kekotoran, ketidaknyamanan fisik yang menyebabkan keterbatasan tingkah laku dan menciptakan perubahan emosional (Santrock, 2003,hlm 95).

Terdapat banyak alasan mengapa remaja putri sering tidak dipersiapkan untuk menghadapi menstruasi pertama. Misalnya, orang tua yang kurang memiliki pengetahuan atau terhambat oleh rasa malu terhadap anak dan sopan santun. Sebagai orang tua seharusnya memberitahu anak perempuannya bahwa perdarahan selama menstruasi adalah proses normal yang dialami oleh semua anak perempuan dan membantu anaknya agar tidak terlalu cemas dalam menghadapi menstruasi pertama tersebut. Apabila remaja putri dipersiapkan sebelum menstruasi pertama, mereka akan mengembangkan tingkah laku positif untuk menghadapi perubahan fisik dan psikologis.

Menurut survei pada salah satu asrama putri di Inggris, anak wanita dalam fase haid selalu mengantuk dan ingin tidur saja sehingga mengakibatkan kerapian mereka berkurang, selain itu pada fase ini mereka lebih nakal dari pada yang diperkirakan. Banyak dari hukuman-hukuman yang mereka terima selama masa haid berkisar pada suatu kejadian yang disebabkan karena kelelahan seperti pelupa dan tidak menepati waktu yang telah ditentukan. Pada masa ini juga terjadi perubahan kegairahan seperti prestasi akademis yang menurun, menjadi anak yang pemalas, lekas marah, mementingkan diri sendiri dan tingkah lakunya menjadi buruk. (Ezra, Konstitusional psikologis remaja putri yang telah mengalami menarche 2003, ¶ 4, Oktober 2009).


(39)

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFENISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Konsep adalah abstraksi dari suatu realita agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel, baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti (Nursalam, 2003 hlm.55).

Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan remaja putri tentang menstruasi dan variabel dependen adalah Kesiapan remaja putri dalam menghadapi menarche.

Variabel Independen Variabel Dependen

Skema.1. Skema Kerangka Konsep

B. Hipotesis

Hipotesa pada penelitian ini adalah ada hubungan antara pengetahuan remaja putri terhadap kesiapan dalam menghadapi menarche.

Pengetahuan remaja putri tentang menstruasi

Kesiapan remaja putri dalam menghadaapi


(40)

C. Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi

Operasional Cara Ukur

Alar

Ukur Hasil Skala

1 Pengetahuan Segala

informasi yang diketahui remaja put ri SD AL-Azhar Medan tentang menstruasi.

Angket Kuesioner 1. Baik: Apabila responden mendapatka n skor 8-15 (dari 15 pertanyaan) 2. Tidak baik:

Apabila responden mendapatka n skor 0-7 (dari 15 pertanyaan)

Ordinal

2 Kesiapan Respon positif atau negatif remaja put ri SD AL-Azhar Medan dalam menghadapi menstruasi pertama.

Wawancara Kuesioner 1. Positif: Apabila responden mendapatkan skor lebih dari 15 (dari10 pernyataan) 2. Negatif :

Apabila responden mendapat skor kurang dari 15 (dari10 pernyataan) Nominal


(41)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini, menggunakan desain penelitian deskrptif korelasional dengan pendekatan cross sectional.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian adalah setiap subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam. 2003 hlm.89). Pada penelitian ini populasi yang digunakan adalah seluruh siswi kelas 6 SD Al-Azhar Medan sebanyak 41 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo,2005,hlm.79). Yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah siswi kelas 6 SD Al-Azhar Medan. Penelitian ini adalah menggunakan Total sampling yaitu keseluruhan jumlah populasi dijadikan sampel penelitian dengan kriteria yang telah ditentukan yaitu siswi kelas 6 SD AL-Azhar Medan yang belum mendapat menstruasi pertama sehat jasmani dan rohani, dan bersedia menjadi responden penelitian.


(42)

C. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD AL-Azhar Medan. Adapun alasan pemilihan tempat karena mudah bagi peneliti untuk menjangkau tempat penelitian dan yang menyangkut hubungan pengetahuan remaja putri terhadap kesiapan dalam menghadapi menarche belum pernah dilakukan.

D. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai dengan April 2010.

E. Etika Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari institusi pendidikan yaitu Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU dan izin kepala Sekolah SD AL-Azhar Medan. Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu ; memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka calon responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri. Responden juga berhak mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrumen penelitian, tetapi menggunakan inisial. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.


(43)

F. Instrumen Penelitian 1. Kuesioner penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan alat pengumpulan data yang didapat dari data primer yaitu : data yang didapat dari penyebaran kuesioner yang berbentuk pertanyaan Multiple Choice. Selain data primer peneliti juga menggunakan data sekunder yaitu diperoleh peneliti dari daftar laporan Siswa-siswi di SD AL-Azhar Medan. Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada konsep dan tinjauan pustaka. Pada bagian awal instrumen penelitian berisi tentang data demografi.

Kuesioner kedua dalam penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data untuk mengetahui pengetahuan mengenai menstruasi pada remaja putri. Pengetahuan yang peneliti ukur hanya sampai tingkat pengetahuan yang paling rendah yaitu tahap ’tahu’ (know). kuesioner pengetahuan ini terdiri dari 15 pertanyaan tentang pengetahuan. Dilakukan penyekoran dengan kriteria penyekoran dengan menggunakan skala Guttman yang menyediakan 2 alternatif jawaban, yaitu : a) bila bentuk pertanyaan Positif jawabannya ”Ya” maka skor dari pertanyaan itu 1, namun jika jawabannya ”Tidak” skor pertanyaan itu 0. b) Bila bentuk pertanyaan Negatif jawabannya ”Ya” maka skor dari pertanyaan itu 0, namun jika jawabannya ”Tidak” maka skor dari pertanyaan itu 1. Untuk mendapatkan kriteria digunakan perhitungan berikut :

a. Menentukan skor terbesar dan terkecil Skor terbesar : 15


(44)

b. Menentukan nilai rentangan (R)

Rentang = Skor terbesar – Skor tekecil = 15-0

= 15

c. Menentukan nilai panjang kelas (i)

kelas banyaknya

(R) Rentang (i)

kelas

Panjang =

2 15 = = 7,5 d. Menentukan skor kategori

Baik : 8 sampai 15 Tidak baik : 0 sampai 7

Kuesioner ketiga adalah kuesioner yang digunakan untuk mengetahui kesiapan remaja putri dalam menghadapi menstruasi pertama terdiri dari 10 pertanyaan. Untuk menilai kesiapan siswi dalam menghadapi menarche diukur dari setiap siswi yang dijadikan sampel dilakukan dengan cara mengisi kuesioner dengan menggunakan skala likert yang menggunakan empat kategori untuk setiap pernyataan sebagai berikut: a) Bila bentuk pernyataan “Positif” , alternatif jawaban: sangat siap (SS) skornya 4, siap (S) skornya 3, tidak siap (TS) skornya 2, sangat tidak siap (STS) skornya 1. b) Bila bentuk pernyataan “Negatif”, alternatif jawaban: sangat siap (SS) skornya 1, siap (S) skornya 2, tidak siap (TS) skornya 3, sangat tidak siap (STS) skornya 4. Selanjutnya variabel kesiapan remaja putri dalam menghadapai menstruasi pertama ini di interprestasikan dengan menggunakan skor, yaitu:


(45)

a. Menentukan skor terbesar dan terkecil Skor terbesar : 40

Skor terkecil : 10

b. Menentukan nilai rentangan (R)

Rentang = Skor terbesar – Skor tekecil = 40-10

= 30

c. Menentukan nilai panjang kelas (i)

kelas banyaknya

(R) Rentang (i)

kelas

Panjang =

2 30 = = 15 d. Menentukan skor kategori

Positif : Apabila jawaban responden lebih dari > 15 Negatif : Apabila jawaban responden kurang dari < 15

G. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas

Uji Validitas dimaksudkan agar pertanyaan yang termuat dalam kuesioner bisa mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh instrumen atau kuesioner tersebut. Suatu pertanyaan dikatakan valid dan dapat mengukur variabel penelitian yang dimaksud jika nilai koefisien validitasnya lebih dari atau sama dengan 0.60. Uji validitas dilakukan dengan content validity oleh dokter


(46)

spesialis obstetri ginekologi dr.Ichwanul Adenin, SpOG dan dengan membandingkan nilai r tabel dengan r hitung. Menentukan nilai r tabel pada jumlah responden 20 orang dengan tingkat kemaknaan 5% didapat angka r tabel=0,444. Kemudian menentukan nilai r hasil perhitungan dan dibandingkan nilai r hasil dengan nilai r tabel, ketentuan: bila r hasil> r tabel maka pertanyaan tersebut valid.

2. Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas dimaksudkan untuk mengukur tingkat kestabilan atau kekonsistenan jawaban yang diberikan responden atas pertanyaan dari kuesioner. Sekumpulan pertanyaan untuk mengukur suatu variabel dikatakan reliabel dan berhasil mengukur dimensi variabel yang kita ukur jika koefisien reliabilitasnya lebih dari 0.6 sudah memadai syarat reliabilitas. Uji reliabilitas dilakukan pada 20 responden siswi di SDN 101884 Tanjung Morawa yang mempunyai kriteria sama dengan sampel, lalu data diolah dengan mencari nilai koefisien reliabilitas, di dapatkan nilai Alpha Cronbach =0,964 untuk pertanyaan pengetahuan sebanyak 15 pertanyaan (0,964>0,6). Untuk pertanyaan kesiapan menghadapi menarche diperoleh nilai Alpha Cronbach = 0,959 sebanyak 10 pertanyaan (0,959>0,6) Berarti instrumen sudah dinyatakan reliabel.

H. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh responden untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri terhadap kesiapan dalam menghadapi menarche. Prosedur pengumpulan data yang dilakukan adalah : mengajukan surat


(47)

permohonan izin penelitian pada institusi pendidikan program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara, dan mengajukan surat permohonan izin melaksanakan penelitian di SD AL-Azhar Medan. Setelah mendapat izin, kemudian peneliti di bantu dengan satu mahasiswa D-IV Bidan Pendidik yaitu Armoni suci dewi, Am.keb serta guru SD AL-Azhar Medan. Pada saat pengumpulan data peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan dan manfaat penelitian. Kemudian meminta persetujuan dari calon responden untuk menjadi responden dengan menandatangani informed concent. Responden yang bersedia diberi lembar kuesioner dan diberi kesempatan bertanya apabila ada pertanyaan yang tidak dipahami. Selesai pengisian, peneliti mengambil kuesioner yang telah diisi responden, kemudian memeriksa kelengkapan data. Lembar kuesioner diisi oleh masing-masing siswi dengan waktu 15 menit, kemudian peneliti memeriksa kelengkapan data. Selanjutnya data yang terkumpul dianalisis.

I. Pengolahan Data dan Analisis Data 1. Pengolahan Data

a. Editing : Editing yang dilakukan untuk memeriksakan ketepatan dan

kelengkapan. data. Apabila data belum lengkap ataupun ada kesalahan data dilengkapi dengan mewawancara ulang responden

b. Coding : Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan

kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan computer.

c. Entri: Data yang telah dibersihkan kemudian dimasukan kedalam program


(48)

d. Cleaning data: Pemeriksaan semua data yang telah dimasukan kedalam

computer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data. e. Saving: Penyimpanan data untuk siap dianalisa.

2. Analisis Data a. Univariat

Analisa data dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan presentasi tiap variabel yang diteliti. Data yang bersifat kategorik dicari frekuensi dan proporsinya.

b. Bivariat

Analisa ini dilakukan untuk melihat hubungan dua variabel, yaitu variabel independen dan dependen, dengan uji statistik chi square menggunakan hitungan statistik yang sesuai, dimana derajat kemaknaan α = 0,05. Apabila nilai p value <0,05, maka Ho ditolak dan apabila p value > 0,05 maka Ho gagal ditolak.

Fisher exact digunakan bila:

1. Jumlah seluruh pengamatan (n) kurang dari 20.

2. Terdapat sel harapan (expected) kurang dari 5 dengan jumlah pengamatan antara 20 dan 40.

3. Jumlah pengamatan (n) > 40 dan terdapat sel harapan yang kurang dari satu. (Wahyuni,2008,hlm.95)

Sedangkan untuk chi square digunakan bila:

1. Jumlah subjek total > 40, tanpa melihat nilai expected, yaitu nilai yang dihitung bila hipotesis 0 benar


(49)

2. Jumlah subjek antara 20 dan 40, dan semua nilai expected > 5. (Sastroasmoro,2008,hlm.293)


(50)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Dari pengumpulan data yang telah dilaksanakan di SD AL_Azhar Medan tahun 2010 dengan jumlah responden sebanyak 41 orang. Hasil pengumpulan data disajikan dalam bentuk analisa univariat (distribusi frekuensi) dan bivariat yaitu sebagai berikut:

1. Analisis Univariat

Hasil tabel penelitian ini akan dianalisis dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, dan proporsinya untuk mengetahui tingkat pengetahuan, dan kesiapan dalam menghadapi menarche. Adapun karakteristik responden yang akan dipaparkan mencakup umur responden, dan sumber informasi.

Berikut ini tabel distribusi frekuensi dari variabel penelitian tersebut.

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik di SD AL-Azhar Medan 2010

Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%) Umur 10 Tahun 11 Tahun 12 Tahun 5 26 10 12,20 63,41 24,39

Jumlah 41 100

Sumber Informasi Langsung Tidak Langsung 29 12 70,73 29,27

Jumlah 41 100

Berdasarkan tabel 5.1 diatas dapat dilihat dari 41 responden bahwa sebagian besar umur responden 11 Tahun yaitu sebanyak (63,41%). Sedangakan untuk Sumber Informasi sebagian besar mendapat informasi secara Langsung yaitu sebanyak 29 responden (70,73%)


(51)

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Menstruasi

di SD AL-Azhar Medan 2010

Pengetahuan Frekuensi Persentase %

Baik Tidak baik

22 19

53,66 46,34

Jumlah 41 100

Berdasarkan dari tabel 5.2 diatas dapat dilihat dari 41 responden bahwa sebagian besar pengetahuan responden tentang menstruasi adalah baik sebanyak 22 orang (53,66%)


(52)

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kesiapan dalam Menghadapi Menarche

di SD AL-Azhar Medan 2010 Kesiapan dalam

Menghadapi Menarche Frekuensi Persentase %

Positif Negatif

33 8

80,49 19,51

Jumlah 41 100

Berdasarkan dari tabel 5.3 diatas dapat dilihat dari 41 responden bahwa sebagian besar (80,49%) memilik sikap positif dalam menghadapi menarche dan yang sikap nya negatif terhadap kesiapan dalam menghadapi menarche sebanyak (19,51%).


(53)

2. Analisis Bivairat

Untuk melihat hubungan antara variabel independen (variabel bebas) yaitu pengetahuan tentang menstruasi dengan variabel dependen (variabel terikat) yaitu kesiapan dalam menghadapi menarche, dengan analisa sebagai berikut :

Tabel 5.4

Hubungan Pengetahuan Remaja Putri terhadap Kesiapan dalam Menghadapi Menarche

di SD AL-Azhar Medan 2010

Pengetahuan

Kesiapan menghadapi menarche

Total P

Value Positif Negatif

n % n % n %

Baik 21 95,5 1 4,5 22 100

0,009

Tidak baik 12 63,2 7 36,8 19 100

Jumlah 33 80,5 8 19,5 41 100

* chi square

Dari Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 95,5% dalam menghadapi menarche dengan sikap positif, pengetahuan baik sebanyak 4,5% dalam menghadapi dengan sikap negatif, pengetahuan tidak baik 63,2% dalam menghadapi menarche dengan sikap positif, sedangkan pengetahuan tidak baik sebanyak 36,8% dalam menghadapi menarche dengan sikap negatif.

Dari hasil analisis uji statistik diperoleh nilai p= 0,009 bearti terdapat hubungan yang signifikan sehingga dapat disimpulkan ada hubungan antara pengetahuan remaja putri terhadap kesiapan dalam menghadapi menarche.


(54)

B. Pembahasan

1. Interpretasi dan Diskusi Hasil

a. Pengetahuan Remaja Putri tentang Menstruasi di SD AL-Azhar Medan

Berdasarkan tabel 5.2 pengetahuan remaja putri di SD AL-Azhar Medan sebagian besar (53,66%) memiliki pengetahuan baik, (46,34%) responden memiliki pengetahuan tidak baik. Hal ini menunjukkan bahwa pengatahuan remaja putri tentang menstruasi di SD AL-Azhar Medan sebagian besar mungkin telah memiliki pengetahuan tentang menstruasi. Keadaan ini sesuai dengan pendapat Notoadmojdo (2003), pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu” dan hal ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan merupakan pedoman dalam membentuk tindakan seseorang (Over behavior). Berdasarkan pengalaman dan penelitian, diperoleh bahwa perilaku yang didasri oleh pengetahuan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasi pengetahuan. pengetahuan disini menyangkut segala sesuatu yang dipahami dan diketahui oleh responden tentang menstruasi.

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Ezra Ebenezer Soleman (2003) yang menunjukkan bahwa informasi tentang menstruasi sebagian besar diperoleh dari ibu dan saudara. Apabila peristiwa menstruasi tidak disertai dengan pemberian informasi-informasi yang jelas, dan benar akan mengakibatkan rasa ketakutan,kecemasan dan konflik batin. Pengaruh dari informasi tentang menstruasi yang benar dapat menyingkirkan mitos-mitos dan informasi yang salah tentang menstruasi.


(55)

Namun pada peniltian ini masih ada beberapa siswi yang memiliki pengetahuan yang tidak baik, hal ini bisa saja terjadi karena siswi tersebut merasa takut untuk menghadapi haid pertama, Serta mungkin karena adanya konflik batin dalam dirinya.

b. Kesiapan Remaja Putri dalam Menghadapi Menarche

Berdasarkan tabel 5.3. terlihat sebagian besar responden memiliki kesiapan dalam menghadapi menarche dengan sikap positif, yaitu sebanyak 33 responden (80,49%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar remaja put ri di SD AL-Azhar Medan memiliki kesiapan yang positif dalam menghadapi menarche. Santrock (2003) mengatakan respon positif terhadap

menarche karena remaja putri sudah menganggap menarche sebagai indeks

kedewasaan sebagai seorang wanita dewasa.

Menurut Sherwen&Weingarten (1995) dari hasil penelitian Mulyati (2006) setiap remaja putri harus dipersiapkan untuk menghadapi menarche dan mentruasi dengan memberikan informasi yang luas dan akurat. Respon positif terhadap menarche dihubungkan dengan persiapan dan kualitas dukungan saat remaja putri tersebut mendapat menstruasi. Beberapa remaja putri memandang menarche sebagai pengalaman yang menarik, sedangkan remaja putri lainnya menganggap menarche sebagai hal yang menakutkan. Persiapan untuk menarche seharusnya dimulai sebelum remaja putri tersebut mendapatkan menstruasi pertamanya, yaitu sekitar usia 10 tahun. Adapun dengan adanya persiapan dalam menghadapi menarche, remaja putri


(56)

diharapkan dapat menerima menarche sebagai sesuatu yang normal dalam siklus kehidupan seorang wanita.

Pada tabel 5.3. juga dapat dilihat bahwa masih ada responden yang memiliki sikap negatif terhadap kesiapan dalam menghadapi menarche, yaitu sebanyak (19,51%) (8 responden). Hal ini bearti masih ada siswi remaja putri memiliki sikap negatif terhadap kesiapan dalam menghadapi menarche, sikap yang secara negatif ini bisa terjadi karena remaja tersebut merasa kerepotan, kekotoran, ketidaknyamanan fisik yang menyebabkan keterbatasan tingkah laku dan menciptakan perubahan emosional (Santrock, 2003).

c. Hubungan Pengetahuan Remaja Putri terhadap Kesiapan dalam Menghadapi Menarche

Dalam hasil analisis chi-square pada pengetahuan remaja putri terhadap kesiapan dalam menghadapi menarche siswi SD AL-Azhar Medan terhadap kesiapan dalam menghadapi menarche. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,009 terdapat hubungan yang bermakna secara statistik (p<0,05) artinya ada hubungan pengetahuan remaja putri terhadap kesiapan dalam menghadapi menarche atau dengan kesimpulan Ho gagal ditolak.

Dari hasil penelitian Mulyati (2006), Menurut Ibrahim (2005)

Menarche sebagai pengalaman baru bagi remaja putri usia pubertas berkaitan

dengan faktor psikis, seperti malu, bingung, dan menganggap menstruasi sebagai peristiwa yang tidak menyenangkan. Remaja putri tersebut bisa segera menyadari bahwa menstruasi sebagai proses fisiologis merupakan


(57)

pengantar menuju masa menjadi wanita dewasa apabila diberi informasi tentang menstruasi yang jelas dan benar. Sumber informasi merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan. Remaja putri berinteraksi dengan lingkungan sosial seperti lingkungan keluarga, sekolah, teman sebaya atau masyarakat dan media massa yang berperan dalam memberikan informasi tentang menstruasi. Peran media sangat berpengaruh dalam memberikan informasi tentang pengetahuan tentang menstruasi. Jenis media yang paling banyak digunakan adalah televisi, internet, dan radio. Sebagian lainnya dengan membaca majalah, Koran, buku yang terkait dengan menstruasi.

Menurut penelitia Rkesh (1988) bahwa orang tua khususnya ibu yang berpendidikan sangat berpengaruh dalam memberikan informasi kepada putrinya mengenai berbagai hal tentang menstruasi, seperti kapan usia mendapat menarche, lamanya menstruasi, dan higienitas selama menstruasi, sehingga remaja putri bisa memiliki pengetahuan yang baik tentang menstruasi dan berespon positif terhadap menarche. Sebaliknya pengetahuan yang tidak baik, kesalahan persepsi dan pemikiran yang salah dapat mendorong ketakutan, kecemasan, dan perilaku yang negatif bagi remaja putri dalam menghadapi menarche. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang menunjukkan sebanyak 53,66% pengetahuan responden mengenai menstruasi adalah baik dan 80,49% kesiapan responden menghadapi menarche adalah positif dimana hal ini didukung oleh tingkat pengetahuan siswi SD AL-Azhar Medan.


(58)

Bagi remaja putri yang telah dipersiapkan menghadapi menarche, biasanya tidak bingung lagi menghadapi menstruasi pertamanya. Remaja putri yang telah memiliki informasi dan dasar pengetahuan tentang menstruasi biasanya saat akan mengalami menstruasi maka remaja putri tersebut mempersiapkan pembalut, serta membatasi gerakan karena tahut gerakan yang dilakukannya dapat mengakibatkan pergeseran pambalut (Mulyati, 2006).

Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan tentang menstruasi mempengaruhi kesiapan remaja putri dalam menghadapi menarche. Hasil penelitian ini sesuai dengan dikemukakan oleh Darvill & Powell (2003) bahwa pengetahuan dapat memberikan rasa aman sehingga akan merasa lebih siap untuk menghadapi sesuatu yang baru termasuk menstruasi pertama yang terjadi pada seorang remaja putri.

2. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti telah berupaya semaksimal mungkin untuk memperoleh data yang sebenarnya dan mengontrol kondisi yang berkaitan dengan proses dan asli penelitian secara optimal, namun berbagai kendala yang tidak jarang muncul sehingga berbagai kelemahan dan keterbatasan pada saat melaksanakan penelitian ini, antara lain:

a. Dalam melaksanakan penelitian ini menggunakan kuesioner yang dijelaskan kepada kepada responden, maka timbul keengganan responden dalam mengungkapkan keadaan yang sebenarnya. Sehingga perlu penjelasan kepada responden bahwa penelitian ini dilakukan untuk pengembangan ilmu


(59)

pengetahuan, Keengganan juga kadang timbul dimana responden merasa malu dan takut bila diketahui tidak bisa menjawab pertanyaan.

3. Implikasi Terhadap Pelayanan Dan Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian ini telah diketahui bahwa remaja putri yang mempunyai pengetahuan baik tentang menstruasi bersikap secara positif saat menghadapi menstruasi pertamanya. Jadi dalam melakukan pelayanan kebidanan pada remaja putri dapat diberikan informasi mengenai proses reproduksi dan kesehatan selama menstruasi serta perubahan yang terjadi pada masa pubertas.


(60)

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut :

Remaja putri di SD AL-Azhar Medan pengetahuan tentang menstruasi berada dalam kategori baik yaitu 53,66% (22 responden), dan sebanyak 46,34% (19 responden) pengetahuan tidak baik.

Remaja putri memiliki kesiapan yang positif dalam menghadapi menarche, yaitu sebanyak 80,49% (33 responden), dan kesiapan negatif dalam menghadapi menarche, yaitu sebanyak 19,51% (8 responden).

Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan remaja putri terhadap kesiapan dalam menghadapi menarche, karena terdapat nilai p= 0,009.

B. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan

Dalam pendidikan kebidanan perlu diberikan penekanan materi mengenai menstruasi, sehingga dapat memberikan informasi yang lebih banyak tentang

menarche dan perawatan diri selama menstruasi kepada remaja putri, Untuk

mempersiapkan remaja putri dalam menghadapi menarche. 2. Bagi Remaja Putri

Bagi remaja putri yang masih memiliki pengetahuan tidak baik, sebaiknya berusaha untuk merubah pandangan yang negatif terhadap kesiapan dalam


(61)

menghadapi menarche agar terbentuk suatu sikap yang positif yang akan membawa kebaikan.

3. Bagi Pelayanan Kebidanan

Dalam pelayanan kebidanan perlu diberikan penyuluhan bagi remaja putri dalam upaya meningkatkan kesehatan reproduksi wanita usia subur. informasi yang akan diberikan akan menambah pengetahuan remaja putri dalam menghadapi

menarche dan memberikan penambahan yang lebih baik tentang perawatan diri


(1)

Lampiran 4

LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FK USU

Nama Mahasiswa : LELIANA Nama Pembimbing : dr. Arlinda sari wahyuni, M.kes.

NIM

: 095102033

NIP

: 132 231 986

Judul KTI

: Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Terhadap Kesiapan Dalam

Menghadapi Menarche di SD AL-Azhar Medan.

Tanggal

Materi

Anjuran/ Saran

Paraf

Mahasiswa

Paraf

Pembimbing

11-09-09’ Judul :

Hubungan pengetahuan

remaja putri tentang

menstruasi terhadap

kesiapan dalam

menghadapi menarche

di…

ACC

14-09-09’ Hubungan pengetahuan

remaja putri tentang

menstruasi terhadap

kesiapan dalam

menghadapi menarche

di…

ACC Judul

Lanjut buat BAB I

19-10-09’ BAB I

-

Tambahan pada

latar belakang dari

hasil penelitian

orang/jurnal.

-

BAB II

-

BAB III

30-10-09’ - BAB I

- BAB II

- BAB III

-

Perbaikan BAB I,

II, III

-

Buat BAB IV

15-11-09’ - BAB I

- BAB II

- BAB III

- BAB IV

-

Perbaikan BAB I,

II, III dan IV

-

Buat Kuesioner

08-12-09’ - BAB I

- BAB II

- BAB III

- BAB IV

- Kuesioner

-

Perbaikan BAB I,

II, III dan IV

-

Perbaikan

kuesioner

-

Anjurkan Konten

validity pada

kuesioner


(2)

Tanggal

Materi

Anjuran/ Saran

Paraf

Mahasiswa

Paraf

Pembimbing

19-12-09’ - BAB I

- BAB II

- BAB III

- BAB IV

- Power point

-

Perbaikan power

Point

-

lengkapi BAB I,

II, III dan IV

20-12-09’

12-02-‘10

Proposal

Konsul perbaikan

Proposal penguji 1,

Revisi judul dan

Kuesioner

ACC

Ujian proposal

Hubungan

Pengetahuan Remaja

putri terhadap

kesiapan dalam

menghadapi

menarche di SD

AL-Azhar Medan.


(3)

Lampiran 4

LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FK USU

Nama Mahasiswa : LELIANA Nama Pembimbing : dr. Arlinda sari wahyuni, M.kes.

NIM

: 095102033

NIP

: 132 231 986

Judul KTI

: Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Terhadap Kesiapan Dalam

Menghadapi Menarche di SD AL-Azhar Medan.

Tanggal

Materi

Anjuran/ Saran

Paraf

Mahasiswa

Paraf

Pembimbing

27-4-‘10 - Master Tabel

- Masukan Data

ke SPSS

-

Perbaiki Data

-

Ubah kategori

pengetahuan menjadi 2

kategori

-

Kategori pendidikan

menjadi 2 kategori

-

Buat bab V

20-5-‘10

- Hasil Olahan

Data

- Bab V

-

Perbaiki Tabel

-

Masukan data validity

dan reability

-

Perbaiki Bab V

24-5-‘10

-

Bab V

-

Bab VI

-

Data Validity

dan reability

-

Abstrak

-

Perbaiki Bab V

-

Masukan hasil penelitian

orang lain

-

Perbaiki abstrak

08-6-‘10

-

Perbaikan Bab

V

-

Hasil

penelitian

-

Abstrak

-

Perbaiki pembahasan

-

Perbaiki Abstrak

10-6-‘10

Keseluruhan KTI

-

Perbaiki tulisan Abstrak

-

Masukan Persyaratan

fisher exact

-

Perbaiki tulisan dan tabel

bab V

12-6-‘10

Keseluruhan KTI

ACC

`


(4)

Lampiran 6

MASTER TABEL

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TERHADAP KESIAPAN DALAM MENGHADAPI MENARCHE DI SD AL-AZHAR MEDAN No

Responden

Umur Responden

Pengetahuan

Skor Kategori Sumber Informasi Skor Kategori 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 2 3 4 5

1 11 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 13 Baik 1 1 1 1 1 Nilai 5 2 11 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 Baik 1 1 1 1 1 Secara 5 3 10 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 12 Baik 1 1 1 1 1 langsung 4 4 11 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 Baik 1 1 1 1 1 5 5 12 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 11 Baik 1 1 1 1 1 Nilai 5 6 12 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 13 Baik 1 1 1 0 1 Secara 4 7 11 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 10 Baik 1 1 1 1 1 Tidak 5 8 12 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Baik 1 1 1 1 1 langsung 5 9 11 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Baik 1 1 1 1 1 5 10 12 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Baik 1 1 1 1 1 5 11 12 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 Baik 1 1 1 1 1 5 12 11 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 13 Baik 1 1 1 1 1 5 13 11 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 Baik 1 1 1 1 1 5 14 11 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 7 Tidak baik 1 1 1 1 1 5 15 11 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 7 Tidak baik 1 1 1 1 1 5 16 11 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Baik 1 1 1 1 1 5 17 11 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 Baik 1 1 1 1 1 5 18 11 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 Baik 1 1 1 1 1 5 19 11 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 Baik 1 1 1 1 1 5 20 11 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 11 Baik 1 1 1 1 1 5 21 11 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 7 Tidak baik 1 1 1 1 1 5 22 11 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 I 0 0 5 Tidak baik 1 1 - 1 1 4 23 10 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 7 Tidak baik 1 - 1 1 1 4 24 11 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 6 Tidak baik 1 1 1 0 1 4 25 10 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Baik 1 1 1 1 1 5


(5)

No Responden

Umur Responden

Pengetahuan

Skor Kategori Sumber Informasi Skor Kategori 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 2 3 4 5

33 11 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 6 Tidak baik 1 1 1 1 1 5 34 11 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 6 Tidak baik 1 1 1 1 1 5 35 10 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 6 Tidak baik 1 1 1 0 1 4 36 10 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 7 Tidak baik 1 1 1 0 1 4 37 11 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 6 Tidak baik 1 1 1 1 1 5 38 11 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 7 Tidak baik 1 1 1 1 1 5 39 12 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 7 Tidak baik 1 1 1 1 1 5 40 12 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 6 Tidak baik 1 1 1 1 1 5 41 12 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 Baik 1 1 1 1 1 5


(6)

MASTER TABEL II

Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Terhadap Kesiapan

Dalam Menghadapi Menarche di SD Al-Azhar

No Umur

Responden

Kesiapan dalam menghadapi Menarche

Skor Kategori 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 11 Tahun 4 3 2 3 2 2 2 4 2 2 Nilai 1= 10-25 Positif 2 11 Tahun 4 3 2 3 2 2 2 4 2 3

Negatif= Tidak

siap Positif 3 10 Tahun 4 3 3 3 2 3 2 3 2 3 Positif 4 11 Tahun 4 3 2 3 2 2 3 4 2 4 Nilai 2= 26-40 Positif 5 12 Tahun 4 3 4 3 1 2 2 2 3 3 Positif= siap Positif 6 12 Tahun 4 3 2 3 2 3 2 4 2 2 Positif 7 11 Tahun 4 3 3 2 2 2 2 2 2 3 Positif 8 12 Tahun 4 4 2 2 1 2 2 4 2 2 Positif 9 11 Tahun 4 4 2 1 1 3 2 4 2 2 Positif 10 12 Tahun 4 4 2 1 1 3 2 4 2 2 Positif 11 12 Tahun 4 4 4 1 4 3 2 2 3 4 Positif 12 11 Tahun 4 4 4 1 4 3 2 2 3 4 Positif 13 11 Tahun 4 2 2 4 2 1 2 4 4 3 Positif 14 11 Tahun 4 2 2 4 2 1 2 4 4 3 Positif 15 11 Tahun 2 1 3 2 4 2 4 1 2 2 Positif 16 11 Tahun 2 1 3 2 4 2 4 1 2 2 Positif 17 11 Tahun 2 3 2 4 4 1 3 3 4 4 Positif 18 11 Tahun 1 3 4 2 2 2 3 1 3 2 Positif 19 11 Tahun 1 3 3 4 3 3 3 4 4 4 Positif 20 11 Tahun 4 3 3 2 2 3 2 1 2 4 Positif 21 11 Tahun 4 3 3 2 2 3 1 4 2 4 Positif 22 10 Tahun 4 3 3 2 2 3 2 1 1 3 Positif 23 11 Tahun 3 3 3 4 2 4 3 3 2 3 Positif 24 11 Tahun 4 3 3 2 2 3 1 2 4 3 Positif 25 10 Tahun 4 3 2 2 2 3 2 2 4 3 Positif 26 11 Tahun 4 3 3 1 2 3 2 1 2 3 Positif 27 11 Tahun 4 4 1 2 2 2 3 2 4 4 Positif 28 11 Tahun 4 2 4 3 3 2 1 3 2 3 Positif 29 11 Tahun 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 Positif 30 11 Tahun 4 3 2 2 2 - 1 2 3 3 Negatif 31 10 Tahun 4 3 3 3 3 2 3 2 1 4 Positif 32 12 Tahun 4 4 2 2 2 3 2 4 2 2 Positif 33 12 Tahun 4 4 2 2 1 3 2 2 3 3 Positif 34 11 Tahun 4 3 4 4 3 2 2 2 3 4 Positif 35 10 Tahun 1 1 3 3 4 1 4 1 4 2 Negatif 36 10 Tahun 1 3 2 2 2 2 3 3 3 4 Negatif 37 11 Tahun 4 3 2 3 3 3 2 3 3 4 Negatif 38 12 Tahun 4 2 3 2 2 3 1 2 1 1 Negatif