3. Aliran darah arteri dihalang oleh plak yang besar. Nyeri dada atau angina berlaku jika suplai darah ke jantung terganggu. Pada otak pula, blokade akan menyebabkan strok.
4. Jika plak ruptur atau koyak, bekuan darah membentuk di atasnya. Apabila bekuan darah menghambat aliran darah secara total pada arteri koroner, infark miokard berlaku manakala
pada pembuluh darah ke otak, menyebabkan strok.
2.4 Patogenesa hubungan hipertensi dan hiperkolesterolemia
Antara salah satu penyebab terjadinya hipertensi pada pasien hiperkolesterolemia adalah terjadinya aterosklerosis pada pembuluh darah. Menurut Valentina 2006, aterosklerosis
merupakan salah satu penyakit inflamasi pada pembuluh darah. Secara patofisiologinya, hubungan terjadinya hipertensi pada pasien hiperkolesterolemia adalah seperti berikut :
1. Pada penderita hiperkolesterolemia, terjadinya influx kolesterol LDL pada bahagian tunica intima pembuluh darah yang melebihi kadar normal.
2. Kolesterol LDL akan teroksidasi apabila bereaksi dengan molekul oksigen bebas yang terbentuk dari pelbagai reaksi enzimatik dan non-enzimatik.
3. Kolesterol LDL yang teroksidasi akan memicu perlengketan dan masuknya monosit dan limfosit T kedalam tunika intima pembuluh darah melalui permukaan endothelium.
4. Makrofag terbentuk dari monosit dan akan memfagosit kolesterol LDL yang teroksidasi, sehingga membentuk foam cell.
5. Foam cell yang terbentuk akan memicu perlepasan sitokin-sitokin seperti interferon- γ, tumor
necrosis factor- α, dan interleukin-1 sehingga terjadinya aterosklerosis.
6. Lumen pembuluh darah mengecil, menyebabkan meningkatnya resistensi vaskular sistemik total dan sehingga terjadi hipertensi.
Oleh itu, dengan tingginya kadar kolesterol dalam darah, maka ini akan terjadi peningkatan tekanan darah. Semakin tinggi tekanan kolesterol, maka lebih banyak terjadinya aterosklerosis
dalam pembuluh darah, sehingga menyebabkan semakin tinggi resistensi vascular sistemik dan memicu kepada peningkatan tekanan darah yang lebih berat Desmond et al., 2007.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :
Variabel Independen Variabel Dependen
Definisi Operasional 3.2.1 Kolesterol
Derajat hipertensi Kadar kolesterol
Universitas Sumatera Utara
Definisi :Adalah kadar kolesterol darah pada pasien hipertensi di departemen kardiologi
RSUP Haji Adam Malik sepanjang tahun 2010.
Cara ukur :Menentukan kadar kolesterol darah pasien hipertensi berdasarkan dara rekam
medis
Alat ukur :
Rekam medis.
Hasil ukur :
Dikatakan normokolesterolemia apabila kadar kolesterol dalam darah 240mgdl dan dikatakan hiperkolesterolemia apabila kadar kolesterol dalam darah melebihi
240mgdl
Skala ukur :
Skala numerik.
3.2.2 Derajat Hipertensi Definisi
: Derajat hipertensi adalah tingkat hipertensi pasien RSUP Haji Adam Malik yang
terbahagi kepada prehipertensi, hipertensi derajat 1 dan hipertensi derajat 2 sesuai dengan klasifikasi menurut JNC 7.
Cara ukur :
Pasien hipertensi yang didiagnosa oleh dokter berdasarkan data rekam medis, dikelompokkan menurut JNC 7
Alat ukur :
Rekam medis
Hasil ukur :
Menurut Joint National Committee 7 JNC7, dikatakan derajat hipertensi terbahagi kepada beberapa derajat yaitu hipertensi derajat 1 tekanan darah
melebihi 14090 mmHg, hipertensi derajat 2 tekanan darah melebihi 160100 mmHg, hipertensi derajat 3 yaitu tekanan darah melebihi 180110 mmHg.
Skala ukur :
Skala ordinal.
Universitas Sumatera Utara
3.3. Hipotesis
Ada hubungan antara kadar kolesterol darah dengan derajat hipertensi pada pasien hipertensi.
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah penelitian analitik untuk menganalisis hubungan antara kolesterol dan derajat hipertensi. Desain penelitian ini adalah retrospektif kerana peneliti telah mengambil
rekam medis pasien hipertensi sepanjang tahun 2010.
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian