BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap orang di dunia berusaha untuk mencapai kebahagiaan dan ketenangan hidup. Berbagai upaya mereka lakukan untuk mencapainya.
Dalam usaha pencapaian tersebut, manusia selalu dihadapkan pada berbagai pilihan yang terkadang bersifat kontroversial. Setiap pilihan yang diambil
mengandung resiko. Tidak memilih pun adalah sebuah resiko. Kesalahan menentukan pilihan yang terbaik dalam hidup akan menimbulkan perasaan
bersalah, penyesalan, dan kekecewaan pada individu. Pada akhirnya, ini akan menyebabkan gangguan jiwamental.
Penyakit-penyakit kejiwaan seperti sombong, benci, dendam, fanatisme, serakah, dan kikir disebabkan oleh bentuk kelebihan. Rasa takut, kecemasan,
pesimisme, HDR, adalah kekurangan. Gangguan jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan utama diberbagai
negara maju, modern dan industri. Menurut penelitian WHO World Health Organization, prevalensi gangguan jiwa adalah 100 jiwa1000 penduduk.
Data statistik yang dikemukakan oleh WHO 1990 menyebutkan bahwa setiap saat 2–3 dari penduduk di dunia berada dalam keadaan
membutuhkan pertolongan serta pengobatan untuk suatu ganguan jiwa. Hasil riset WHO diperkirakan pada setiap saat, 450 juta orang diseluruh dunia
terkena dampak permasalahan jiwa, saraf, maupun perilaku dan jumlahnya terus meningkat Rizki, 2012. Data yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun
2006 menyebutkan bahwa diperkirakan 26 juta penduduk Indonesia mengalami gangguan kejiwaan, dari tingkat ringan hingga berat. Prevalensi
gangguan jiwa tertinggri di Indonesia terdapat di provinsi Daerah Khusus Ibu kota Jakarta 24,3, diikuti Nanggroe Aceh Darussalam 18,5, Sumatera
Barat 17,7, NTB 10,9, Simatera Selatan 9,2 dan Jawa Tengah 6,8. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2007, menujukkan bahwa
1
prevalensi gangguan jiwa secara nasional mencapai 5,6 dari jumlah penduduk, dengan kata lain menunjukkan bahwa pada setiap 1000 orang
penduduk terdapat tempat sampai lima orang menderita gangguan jiwa. Berdasarkan dari data tersebut bahwa data pertahun di Indonesia yang
mengalami gangguan jiwa selalu meningkat Depkes RI, 2008. Prevalensi gangguan jiwa di Kalimantan Barat khususnya yang ada di
Rumah Sakit Khusus Provinsi Kalimantan Barat jumlah pasien yang berkunjung di ruang rawat jalan ialah, kasus baru mencapai 265 pasien dari
periode Januari sampai dengan September. Sedangkan kasus lama berjumlahkan 8.659 dari periode Januari sampai dengan September.
Prevalensi gangguan jiwa berat di Kalimantan Barat yaitu 0,7 Riskesdas, 2013.
Setelah mengetahui jumlah prevalensi yang ada di dunia, di Indonesia dan Kalimantan Barat maka sangat diperlukan adanya tenaga kesehatan jiwa yang
diharapkan dapat membantu dalam mengatasi masalah kejiwaan salah satunya oleh perawat jiwa. Keperawatan Jiwa adalah proses interpersonal
yang berupaya meningkatkan dan mempertahankan perilaku pasien yang berperan pada fungsi yang terintegrasi. Sasaran pasien atau klien dapat berupa
individu, keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas Stuart, 2007. Dalam proses ini perawat mempunyai peran sebagai pendidik, narasumber,
penasihat, pemimpin, ahli teknik, dan pengganti. Berdasarkan permasalahan diatas dan pentingnya peran perawat maka disusunlah makalah ini sebagai
referensi untuk mengetahui lebih lanjut mengenai keperawatan jiwa.
1.2. Rumusan Masalah