Laju Kelimpahan Harian Nannochloropsis sp.

Sedangkan kelimpahan yang paling rendah adalah perlakuan 0 ppm atau tanpa pemberian pupuk hal ini dikarenakan pada perlakuan ini tidak menggunakan pupuk sama sekali atau sebagai kontrol negatif artinya tidak terdapat unsur hara dalam air sebagai nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan sel Nannochloropsis sp. sehingga tidak terjadi peningkatan kelimpahan melainkan terjadi kematian sel- sel sehingga menurunkan kelimpahan setiap hari. Persentasi kandungan hara kascing dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Komposisi Kandungan Unsur Hara pada Kascing Jenis Unsur Hara Komposisi Nitrogen N 1,1 – 4,0 Fosfor P 0,3 – 3,5 Kalium K 0,2 – 2,1 Belerang S 0,24 – 0,63 Magnesium Mg 0,3 – 0,6 Besi Fe 0,4 – 1, Sumber : Nugraha, 2009

2. Laju Kelimpahan Harian Nannochloropsis sp.

Pengamatan laju kelimpahan harian dilakukan untuk mengetahui peningkatan kelimpahan Nannochloropsis sp. setiap hari. Pengambilan sampel dilakukan setelah pengukuran kualitas air, kemudian sampel dibawa ke laboratorium pakan alami untuk pengamatan kelimpahan. Pengamatan dilakukan menggunakan mikroskop, haemocytometer dan penghitungan sel dibantu dengan alat handcounter. Kultur Nannochloropsis sp. dilakukan selama 10 hari dan dilakukan pengamatan kelimpahan dan pengukuran kualitas air setiap harinya. Data yang diperoleh selama 10 hari ditabulasi dan dimasukkan ke Microsoft excel agar kemudian diperoleh hasil data dalam bentuk kurva yang menunjukkan Universitas Sumatera Utara perubahan kelimpahan sel selama penelitian. Laju kelimpahan harian Nannochloropsis sp. terlihat seperti Gambar 8. Gambar 8. Pertumbuhan Harian Optimum Siklus hidup dari golongan fitoplankton terbilang singkat yaitu berlangsung hanya beberapa hari saja. Hal ini didukung oleh pernyataan Isnansetyo dan Kurniastuty 1995 yaitu fitoplankton mempunyai daur hidup yang pendek sehingga mampu berkembang biak dalam waktu yang singkat dan fitoplankton dapat dipanen sekitar 3 – 7 hari. Dari hasil penelitian yang dilakukan peningkatan kelimpahan setiap harinya meningkat sampai hari ke-5 dan kelimpahan optimum Nannochloropsis sp. terjadi pada hari ke-5 dan setelah itu terjadi penurunan kepadatan mulai dari hari ke-6 sampai ke-10 atau dapat dilihat pada Gambar 8. Kelimpahan Nannochloropsis sp. mengalami beberapa fase pertumbuhan yaitu fase adaptasi, eksponensial, stasioner, dan fase kematian. Sesaat setelah pemasukan bibit Nannochloropsis sp. merupakan fase adaptasi yang ditandai dengan tidak bertambahnya jumlah sel. Pada fase adaptasi, Nannochloropsis sp. mengalami metabolisme tetapi belum terjadi pembelahan sel sehingga kepadatan Universitas Sumatera Utara sel belum meningkat. Fase adaptasi pada masing-masing perlakuan tidak terlihat jelas pada grafik pertumbuhan Nannochloropsis sp. Hal ini dikarenakan fase adaptasi Nannochloropsis sp. terjadi sangat singkat yaitu sebelum 24 jam Wijaya, 2006. Peningkatan kelimpahan sel Nannochloropsis sp. pada masing-masing perlakuan mulai nampak pada pengamatan sehari setelah penebaran bibit. Adanya peningkatan kelimpahan sel yang menunjukkan bahwa Nannochloropsis sp. mulai memasuki fase eksponensial. Fase ini ditandai dengan meningkatnya pembelahan sel Wijaya, 2006, sesuai dengan hasil penelitian yakni pertumbuhan kepadatan Nannochloropsis sp. terjadi peningkatan di hari pertama dari kepadatan 1.895.000 selml menjadi 2.742.000 selml. Menurut Kanibawa 2006 sel inokulum pada fase eksponensial sudah memanfaatkan nutrien dalam media tumbuh dan telah terjadi proses biosintesis sel sehingga sel mampu tumbuh dan bereproduksi lebih banyak dan pada fase eksponensial sel inokulum mengalami pembelahan maksimal yaitu menjadi dua kali lipat dari sebelumnya. Faktor yang mempengaruhi hal tersebut adalah kondisi lingkungan dan komposisi medium, didukung oleh pernyataan Suantika 2009 bahwa fase eksponensial terjadi ketika nutrien, pH dan intensitas cahaya pada medium masih dapat memenuhi kebutuhan fisiologis Nannochloropsis sp. sehingga dalam fase ini sel masih memiliki kemampuan bereproduksi hingga kepadatannya masih bertambah, hal ini juga dapat dibuktikan dari hasil penelitian bahwa kelimpahan sel Nannochloropsis sp. terus meningkat sampai hari ke 5 yang merupakan puncak kelimpahan optimum yakni mencapai 6.895.000 selml. Menurut Isnansetyo dan kurniastuty 1995 fase stasioner merupakan fase dimana pertumbuhan mulai mengalami penurunan dibandingkan dengan fase Universitas Sumatera Utara eksponensial. Pada fase ini laju reproduksi sama dengan laju kematian dengan demikian fase kematian sama dengan laju reproduksi sehingga popoulasi menjadi tetap untuk sementara waktu. Fase stasioner pada penelitian ini dapat terlihat karena terjadi penurunan yang cukup drastis namun relatif tidak tetap yakni dari hari ke 5 kelimpahan mencapai 6.895.000 selml turun pada hari ke 6 menjadi 4.456.000 selml. Sementara fase kematian terjadi penurunan kelimpahan Nannochloropsis sp. pada penelitian ini juga dapat dilihat pada hari ke 7 sampai ke 10 yakni kelimpahan turun hingga menjadi 20.000 selml. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Indah dan Abdul, 2012 bahwa kelimpahan optimum sel Nannochloropsis sp. yang dikultur dengan menggunakan pupuk walne dapat mencapai 12.000.000 selml. dengan pernyataan berikut terdapat perbedaan kelimpahan yang berbeda jauh dibandingkan dengan menggunakan pupuk kascing yang kelimpahan optimumnya mencapai 6.895.00 selml. Hal ini dikarenakan beberapa hal salah satunya musim, bahwa pada saat penelitian ini berlangsung pada bulan November – Desember dimana pada bulan ini merupakan musim penghujan. Pada saat penelitiaan berlangsung hampir setiap hari turun hujan dan mendung sehingga menyebabkan intensitas cahaya matahari kurang untuk memicu terjadinya fotosintesis.

3. Kualitas Air