PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA DEWASA AWAL PASCA PERCERAIAN (Studi Pada Wanita Yang Melakukan Pernikahan Dini)

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia pada hakikatnya adalah mahkluk sosial dan mahkluk pribadi.
Manusia sebagai mahluk sosial akan berinteraksi dengan lingkungannya dan
tidak dapat hidup sendiri sedangkan manusia sebagai mahkluk pribadi adalah
individu yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Sebagai makhluk sosial
manusia senantiasa membutuhkan orang lain untuk selalu berinteraksi,
bersosialisasi, bertukar pengalaman maupun membuat keturunan baru.
Secara psikologis manusia yang sehat secara lahir ataupun batin adalah
manusia yang bisa menyelesaikan tugas perkembangannya dengan baik, teratur
dan tepat pada masing-masing tahap perkembangannya yaitu masa kanakkanak, masa remaja dan masa dewasa. Santrock (2002) mengatakan salah satu
tugas perkembangan pada masa dewasa awal yaitu hidup dengan pasangan
yang artinya adalah menikah.
Pernikahan merupakan suatu hal yang sakral serta sebuah konvensi yang
menjadi harapan hampir setiap orang untuk menyempurnakan kehidupannya.
Pernikahan merupakan awal dari kehidupan berkeluarga sesuai dengan
ketentuan agama dan peraturan perundangan yang berlaku.

Sebagai kegiatan yang sakral perkawinan dipercaya sebagai legitimasi
Ilahi yang menyatukan dua (2) insan anak manusia yang berbeda ke dalam
lembaga sosial yang disebut keluarga. Sebagai konvensi, perkawinan adalah
ikrar, janji atau amanah yang dibangun diatas cinta dan komitmen yang kuat.
Negara Indonesia adalah Negara hukum dimana segala unsur kehidupan
bermasyarakat akan diatur dalam sebuah Undang-undang. Rumah tangga atau
keluarga adalah salah satu unsur masyarakat yang diharapkan ikut andil
membentuk ketentraman serta keteraturan didalam Negara. Seperti halnya
disebutkan dalam UU

Perkawinan Nomor 1 tahun 1974 Pasal 1 yang

menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria

2

dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan yang Maha
Esa.
Selain itu Negara Indonesia juga mengatur usia seseorang yang

diperbolehkan untuk menikah. Undang-undang perkawinan No.1 tahun 1974
Bab1 pasal 1 menjelaskan secara rinci batasan usia menikah pria dan wanita
mencapai usia lebih dari 18 tahun.
Hal yang sama juga diatur dalam UU Komnas Perlindungan Anak nomor
23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menyebutkan, bahwa yang disebut
anak-anak adalah mereka yang berusia di bawah 18 tahun, yang berarti ketika
menikahi anak dibawah usia 18 tahun maka dianggap melanggar UU KPAI.
Secara psikologis, seseorang bisa dikatakan cukup untuk menikah adalah
ketika emosi seseorang sudah dikatakan stabil. Kestabilan emosi umumnya
terjadi pada usia 24 tahun, karena pada saat itulah orang mulai memasuki usia
dewasa. Pada masa itu, biasanya mulai timbul transisi dari gejolak remaja ke
masa dewasa yang lebih stabil. Sehingga, ketika pernikahan dilakukan pada
usia di bawah 20 tahun, secara emosi seseorang masih ingin menemukan jati
dirinya sehingga cenderung mencoba karakteristik yang berubah-ubah.
Banyaknya kasus pernikahan dibawah umur yang terjadi di Negara ini
sebanding lurus dengan banyaknya angka perceraian. Seperti penelitian yang
dilakukan ISI (Ikatan Sosiologi Indonesia) pada tahun 2004. Daerah tersebut
antara lain Garut dengan 676 perkara, Cianjur 467 perkara, Majalengka 2.213
perkara, Sukabumi 169 perkara dan Indramayu ada di peringkat ke-3
(Nursobah, Asep, 2008).

Banyaknya percerain dini yang dilakukan oleh pasangan suami-istri yang
melakukan pernikahan dibawah umur membuat dampak negatif bagi berbagai
pihak khususnya pada wanita itu sendiri atau istri. Perceraian juga dapat
menimbulkan stres dan trauma untuk memulai hubungan baru dengan lawan
jenis. Menurut penelitian Hetheringron perceraian adalah penyebab stres kedua
paling tinggi, setelah kematian pasangan hidup (dalam Save, 2002).

3

Menurut hasil penelitian Hetherington (Save, 2002) peristiwa perceraian
itu menimbulkan ketidak stabilan emosi, mengalami rasa cemas, tertekan, dan
sering marah-marah pada suami maupun istri. Terutama bagi istri akan
mengalami kesedihan yang dalam karena perceraian, begitu pula dengan anak
mereka yang juga memiliki perasaan sedih, marah, penyangkalan, takut dan
bersalah. Mereka akan menunjukkan kesulitan penyesuaian diri dalam bentuk
masalah perilaku, kesulitan belajar atau penarikan diri dari lingkungan sosial.
Hal di atas dapat dikuatkan dengan adanya penelitian dan studi ilmiah,
bahwa wanitalah yang lebih sering merasakan kecemasan dan ketakutan dalam
menghadapi masa depan setelah bercerai (Aqshari, 2007).
Lodiana (2009) mengatakan, perceraian memang membuat pasangan

suami-istri mendapat tantangan berat, baik itu dari masyarakat sekitar maupun
dari keluarga. Keinginan untuk berusaha melanjutkan hidup setelah dihadapkan
pada keretakan rumah tangga ternyata memiliki dampak sosial yang cukup
besar, terutama bagi pihak perempuan.
Argill (dalam Aqshari, 2007) memaparkan bahwa rata-rata kecemasan
dan ketakutan akan masa depan pada wanita setelah bercerai semakin
bertambah, karena mereka menghadapi masalah yang lebih banyak. Itu karena
wanita lebih perasa. Artinya, pada tingkat tertentu mereka lebih sering
terpengaruh dengan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
sebagai orang tua tunggal (single parent). Selain sebagai orang tua tunggal
(single parent) wanita juga mempunyai kesulitan dalam menghadapi
masyarakat yang masih berpandangan negatif terhadap perceraian, sehingga
hal ini dapat menimbulkan rasa malu dan keputusasaan pada wanita tersebut.
Beberapa pemaparan tokoh di atas dikuatkan dengan hasil wawancara
awal yang dilakukan pada tiga (3) wanita muda pasca bercerai. Wanita muda
pertama (21) mengatakan bahwa setelah bercerai masyarakat cenderung
mengabaikan keberadaannya sehingga ia mengakui kesulitan untuk bekerja
mencari nafkah diluar rumah.

4


Wanita muda kedua (23) dan ketiga (24) mengatakan bahwa selain
masyarakat yang menilai negatif terhadap dirinya, hal yang paling berat di
hadapinya adalah keluarga. Kedua wanita muda ini mengakui bahwa segala
aktivitasnya terbatas seperti mengikuti pengajian rutin desa dan kegiatan PKK,
karena stigma negatif yang cenderung diberikan oleh pihak keluarganya.
Padahal wanita muda kedua mengakui sebelum menikah dirinya termasuk anak
muda yang tidak betah jika berdiam di rumah dan menyukai kegiatan yang
menuntutnya bertemu dengan orang lain.
Namun tidak semua wanita dewasa awal pasca perceraian mengalami
dampak negatif seperti yang disebutkan diatas. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Fashihatin (2009) kepada wanita desa yang melakukan perceraian
menyebutkan bahwa subjek penelitiannya memiliki penyesuaian diri yang baik
pasca perceraian baik secara emosional maupun secara sosial. Dalam penelitian
tersebut menyebutkan bahwa penyesuaian wanita desa terhadap masyarakat
dan keluarga setelah bercerai tidak mengalami masalah atau kendala apapun
sehingga tidak banyak mengubah keadaannya.
Hasil survei yang dilakukan peneliti terhadap dua (2) wanita dewasa awal
yang mengalami dampak positif setelah perceraian menghasilkan bahwa
mereka cenderung bebas melakukan kegiatan di luar rumah. Wanita pertama

(22) mengakui bahwa selama bersuami akses untuk mengembangkan potensi
dirinya terbatas, sehingga setelah bercerai ia cenderung bebas melakukan
kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan dirinya.
Perubahan kondisi psikologis pada wanita dewasa awal setelah bercerai
antara satu dengan yang lainnya berbeda-beda. Sebagian wanita merasa bahwa
setelah bercerai hidupnya berubah total karena sudah tidak ada lagi sandaran
hidupnya. Banyaknya percerain dini yang dilakukan oleh pasangan suami-istri
yang melakukan pernikahan dibawah umur membuat dampak negatif bagi
berbagai yang dapat menimbulkan stres dan trauma untuk memulai hubungan
baru dengan lawan jenis, merasakan kecemasan dan ketakutan dalam
menghadapi masa depan setelah bercerai serta mengalami dissosial.

5

Namun ada sebagian wanita lainnya mengakui bahwa setelah bercerai ia
merasakan baik-baik saja. Sebagian diantaranya memiliki penyesuaian diri
yang baik setelah perceraian baik secara emosional maupun secara sosial, ia
cenderung lebih mampu menguasai lingkungannya dan bebas untuk terus
mengembangkan potensinya.
Sehingga dari keadaan pasca bercerai tersebut secara tidak langsung

dapat mempengaruhi psychological well being wanita dewasa awal dimana
salah satu penyebab terbentuknya psychological well being adalah pengalaman
hidup seseorang. Seperti yang dikatakan oleh Ryff (1989) bahwa pengalaman
hidup seseorang dapat mempengaruhi psychological well being dalam dimensidimensi tertentu, apalagi penagalaman tersebut adalah pengalaman yang sulit
dilupakan.
Psychological well being (Ryff, 1989) adalah keadaan dimana individu
mampu menerima dirinya apa adanya, mampu membentuk hubungan yang
hangat dengan orang lain, memiliki kemandirian terhadap tekanan sosial
mampu mengontrol lingkungan eksternal serta memiliki arti dalam hidup dan
mampu merealisasikan potensi dirinya. Oleh karena itu berdasarkan dari segala
permasalahan yang di paparkan diatas peneliti ingin mengetahui gambaran
psychological well being pada wanita dewasa awal pasca perceraian.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dari penelitian
ini adalah bagaimana gambaran psychological well being pada wanita dewasa
awal pasca bercerai?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran

psychological well being pada wanita dewasa awal pasca bercerai.

6

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis peneliti ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
ilmiah dalam usaha memperoleh pemahaman, pengembangan teori, terutama
pada bidang psikologi sosial serta psikologi perkembangan mengenai
psychological well being pada wanita dewasa awal pasca bercerai dan mampu
mengembangkan dirinya lebih baik.

2. Manfaat Praktis
Bagi para wanita muda yang mengalami perceraian. Diharapkan dapat
menambah wawasan mengenai psychological well being sehingga tidak ada
lagi wanita yang merasa potensi dirinya pupus akibat perceraian dan mampu
mengembangkan dirinya sesuai dengan tujuan hidup yang ingin dicapai.
Bagi masyarakat. Mampu memberikan informasi dan pemahaman serta
memperluas cara pandang bahwa wanita dewasa awal yang bercerai bukanlah
seseorang yang pantas dinilai negatif, akan tetapi dengan status baru tersebut

masyarakat diharapkan membantu memberikan ruang gerak kepada wanita
dewasa awal pasca bercerai untuk mengembangkan potensinya dan mencapai
tujuan hidupnya khusunya dalam hubungannya dengan lingkungan sosialnya.

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA DEWASA AWAL
PASCA PERCERAIAN
(Studi Pada Wanita Yang Melakukan Pernikahan Dini)

SKRIPSI

Oleh :
Luluk Alfiya
06810214

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2011

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA DEWASA AWAL
PASCA PERCERAIAN

(Studi Pada Wanita Yang Melakukan Pernikahan Dini)

SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang
sebagai salah satu persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi

Oleh :
Luluk Alfiya
06810214

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2011

LEMBAR PERSETUJUAN

1. Judul Tesisi

: Psychological Well Being pada Dewasa Awal

Pasca Perceraian (Studi Pada Wanita yang
Melakukan Pernikahan Dini)

2. Nama Peneliti

: Luluk Alfiya

3. No. Induk Mahasiswa

: 06810214

4. Program

: Sarjana Psikologi

5. Perguruan Tinggi

: Univesitas Muhammadiyah Malang

6. Waktu Penelitian

: 20 – 27 Desember 2010

7. Tanggal Ujian

: 04 Februari 2011

Malang, 16 Februari 2011
Pembimbing I

(Dra. Tri Dayakisni, M.Si)

Pembimbing II

(Hudaniah, M.Si)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi telah diuji oleh dewan penguji
Pada tanggal 4 Februari 2011

DEWAN PENGUJI
Ketua Penguji

: Dra. Tri Dayakisni, M.Si

(

)

Anggota Penguji

: 1. Hudaniah, M.Si

(

)

(

)

3. Lindayani Puspiyaningsih, S.Psi, Msi (

)

2. Yuni Nurhamida, S.Psi, M.Si

Mengesahkan,
Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang

Drs. Tulus Winarsunu, M.Si

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama

: Luluk Alfiya

Nim

: 06810214

Fakultas / Jurusan

: Psikologi

Perguruan Tinggi

: Universitas Muhammadiyah Malang

Menyatakan bahwa Skripsi/Karya Ilmiah yang berjudul:
Psychological Well Being pada Dewasa Awal Pasca Perceraian
(Studi Pada Wanita yang Melakukan Pernikahan Dini)

1.

Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun
keseluruhan kecuali dalam bentuk kutipan yang digunakan
dalam naskah ini dan telah disebut sumbernya.

2.

Hasil karya ilmiah/skripsi dari penelitian yang saya lakukan
merupakan Hak bebas Royalti non ekslusif, apabila digunakan
sebagai sumber pustaka.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan
apabila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapatkan
sanksi sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Mengetahui

Malang, 16 Februari 2011

Ketua Program Studi

Yang Menyatakan

M. Salis Yuniardi, S.Psi, M.Si

Luluk Alfiya

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan petunjuk, bimbingan serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul Psychological Well Being pada Dewasa
Awal Pasca Perceraian (Studi pada Wanita yang Melakukan Pernikahan Dini),
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di
Universitas Muhammadiyah Malang.
Dalam proses penyususnan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan
bimbingan dan petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besar kepada :
1. Drs. Tulus Winarsunu, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang.
2. Dra. Tri Dayakisni, M.Si selaku Dosen Pembimbing I dan Hudaniah, S.Psi.
M.Si selaku Pembimbing II atas segala arahan, masukan, kesabaran dan
meluangkan waktu selama ini.
3. Seluruh dosen Fakultas psikologi UMM, terima kasih atas ketulusan dalam
memberikan samudra ilmu kepada penulis. Khususnya kepada Ibunda Diana
Savitri H, M.Psi selaku Orang Tua penulis selama memasuki dunia
perkuliahan.
4. Seluruh keluarga subjek penelitian. Mbak SS, Mbak RH dan Mbak FT atas
segala waktu dan kesempatan yang diberikan kepada penulis.
5. Kepada Papa dan Mama selaku penuntun sejati penulis untuk mencapai
segala rencana hidup dengan segala totalitas kesabarannya. Kepada adik-adik
tercinta yang selama ini terpisah ruang dan waktu, Ela, Mas Oyoz, Fika dan
Lilis bermimpilah sayang karena itulah sebenarnya kehidupan. Serta seluruh

keluarga besar Bani Muhassiniyah dan Tapak Dengdeng terimakasih atas
doa-doanya.
6. Kepada seluruh jajaran keluarga penulis di Malang yang selalu ada untuk
diajak diskusi berbagai macam topik. Keluarga besar HMI komisariat
Psikologi UMM, keluarga besar P2KK UMM, keluarga besar Read Boarding
House, keluarga besar Tim Trainer Psikologi UMM, keluarga besar asrama
Aceh putri Pocut Baren Malang, keluarga besar IMADU Malang dan
keluarga besar Karya Tunas Nusantara Malang. Dari kalian penulis belajar
bagaimana memberi tanpa harus menerima.
7. Segenap sahabat penulis Didin, Happy, Lilik, Dyah, Atoel, Mbak Rit dan
Dyah Ayu. Terimakasih kawan, selama ini mau menerima perbedaan yang
kerap menjadi penghubung kebersamaan kita.
8. Kepada seluruh teman-teman Psikologi angkatan 2006 pada umumnya dan
kelas D angkatan 2006 pada khususnya, yang selama ini saling
mengingatkan dan memberikan motivasi kepada penulis.
9. Terakhir kepada”mu” yang selalu mengajarkanku bahwa sebenarnya satusatunya yang pasti didunia ini adalah ketidak pastian. Katamu, karena
dengan itu manusia harus belajar bahwa dibalik ketidak pastian ada sesuatu
yang Allah janjikan untuk makhluknya, “Inna Ma’al ‘Ushri Yushro Fainna
Ma’al ‘Ushri Yusro”. Terimakasih untuk kesabarannya menunggu ketidak
pastianku beberapa tahun ini ^_^
Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan insight
bagi para pembaca. Peneliti sadar masih banyak kekurangan dalam penelitian
ini, untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar
lebih baik.
Malang, 16 Februari 2011
Penulis

Luluk Alfiya

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
INTISARI ............................................................................................................ iii
ABSTRACT ........................................................................................................ iv
DAFTAR ISI ....................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ viii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Psychological Well Being .................................................................... 7
B. Dewasa Awal ....................................................................................... 13
C. Perceraian ............................................................................................ 19
D. PWB pada Wanita Dewasa Awal Pasca Bercerai ................................. 23

BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian ........................................................................... 25
B. Batasan Istilah ..................................................................................... 25
C. Subjek Penelitian ................................................................................. 26
D. Tekhnik Pengumpulan Data ................................................................. 26
E. Prosedur Penelitian .............................................................................. 27
F. Analisis Data ....................................................................................... 29
G. Keabsahan Data ................................................................................... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ..................................................................................... 31
a. Deskripsi Subjek Penelitian ............................................................ 31
b. Deskripsi Data Psychological Well Being ....................................... 39
B. Analisa Data ........................................................................................ 48
C. Pembahasan ......................................................................................... 64

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 73
B. Saran-saran .......................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 75
LAMPIRAN ........................................................................................................ 77

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel

Halaman

Tabel 3.1 : Jadwal Kegiatan ................................................................................. 27
Table 4.1 : Identitas Subjek Penelitian ................................................................. 31
Table 4.2 : Hasil Analis Data Subjek .................................................................... 48

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Guide Interview ................................................................................................... 77
Hasil Wawancara Subjek SS ................................................................................ 79
Hasil Wawancara Subjek RH ............................................................................... 87
Hasil Wawancara Subjek FT ................................................................................ 94
Hasil Wawancara Triangulasi Subjek SS .............................................................. 103
Hasil Wawancara Triangulasi Subjek RH ............................................................ 107
Hasil Wawancara Triangulasi Subjek FT ............................................................. 111
Informed Concent SS ........................................................................................... 113
Informed Concent RH .......................................................................................... 115
Informed Concent FT ........................................................................................... 116

DAFTAR PUSTAKA

Alex, P., & Joseph, S. (2004). Positive psychology in practice. USA : Wiley.
Alfiyah. (2010). Faktor-faktor pernikahan dini. Diakses pada 25 Mei 2010.
Dari http://alfiyah23.student.umm.ac.id
Amanaty, Ati. (2010). It's complicated, rumitnya kehidupan pasca erceraian.
Diakses pada 25 Mei 2010. Dari www.tabloidbintang.com
Ayu, Lodiana. (2009). Sendiri tanpa suami. Diakses pada 17 September 2010.
Dari www.redaksi@hariansumutpos.com
Carr, Alan. (2009). Positive psychology : The Science of Happiness and Human
Strenght. USA dan Kanada : Routledge.
Compot, C., William. (2005). An introduction to positive psychology. USA :
Thomson Wadswort.
Coorner, Jessica. (2010). Wanita, Perceraian, Dan Keputusan Keuangan.
Diakses pada 17 Septeber 2010. Dari www.pusatilmu.com
Fachrina, & Anggraini, N. (2007). Penyesuaian kembali (readjusment) eran
dan hubungan sosial pasangan yang bercerai. Artikel Penelitian
Ilmiah Dosen Muda, 001/SP2H/PP/DP2M/III/2007.
Fitri. (2010). Pasca perceraian. Diakses pada 25 Mei 2010. Dari
www.psychology.com
Huda, Nurul. (2010). Indahnya perceraian. Jakarta : Best Median.
Hurlock, E.B. (2002). Psikologi perkembangan : Suatu pendekatan sepanjang
rentang kehidupan. Jakarta : Erlangga
Kertamuda, E. (2009). Konseling pernikahan untuk keluarga indonesia. Jakarta
: Salemba Humanika.
KPAI. (2007). Perkawinan dini penyebab tingginya angka perceraian. Diakses
pada 25 Mei 2010. Dari www.kpai.com.
Murtadho, Ali. (2009). Konseling perkawinan perspektif agama. Semarang :
Walisongo Press.
Hawari, Prof., Dadang. (2009). Penyiksaan fisik dan mental dalam rumah
tangga (Domestic Violence). Jakarta : FKUI.

Mardiah, Dian. (2009). Hubungan sntara stres dengan psychological wellbeing pada isteri karyawan perkebunan kelapa sawit. Skripsi :
Universitas Sumatra Utara.
Moleong, Lex, J.. (2009). Metodelogi penelitian kualitatif : Edisi revisi.
Bandung : PT Remaja Rosda Karya.
Mubarok, Haya. (2008). Ensklopedi wanita muslimah. Jakarta : Darul Falah.
Mulida, S., Elmi, Ibnu, & Pelu. (2009). Kekerasan seksual dan perceraian.
Malang : Intimedia.
Mustaqim, Abdul. (2008). Paradigma tafsir feminis. Jokjakarta : Logung
Pustaka.
Najlah, Naqiyah. (2007). Perceraian. Diakses pada tanggal 25 Mei 2010. Dari
www.radarbromo.com yang diposting pada 20/02/2007.
Papalia, D.E. (2007). Human development (Tenth edition). New York : Mc
Graw Hill Company.
Ryff, D.C. (1989). Happiness is evrything, or is it? exploration on the meaning
of psychological well being. Madison : Universyty of Wisconsin.
Santrock, W., John. (2002). Life-span development : Perkembangan masa
hidup jilid II. Jakarta : Erlangga.
Save, M., Dagun. (2002). Psikologi keluarga : Peranan ayah dalam keluarga.
Jakarta : Rineka Cipta.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
& Komplikasi Hukum Islam. (2010). Surabaya : Kesindo Utama.