MADYA PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA.
PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA
MADYA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Psikologi
Disusun oleh :
RIZKIAN TIARA DYAH PRADIPTA
F 100 110 140
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
i
PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG
DEWASA MADYA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Syaratan
Memperoleh Gelar Sarjana (S1)
Disusun oleh :
Rizkiana Tiara Dyah Pradipta
F 100110140
Kepada
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
i
PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA
MADYA
Yang Diajukan Oleh :
RIZKIANA TIARA DYAH PRADIPTA
F 100 110 140
Telah disetujui untuk dipertahankan
di depan Dewan Penguji
Telah disetujui oleh :
Pembimbing
13 Oktober 2015
Dra. Juliani Prasetyaningrum, M.Si
ii
PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA
MADYA
Yang Diajukan Oleh :
RIZKIANA TIARA DYAH PRADIPTA
F 100 110 140
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada tanggal 27 Oktober 2015
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat.
Penguji Utama
Dra. Juliani Prasetyaningrum, M.Si
Penguji Pendamping I
Dra. Partini, M.Si
Penguji Pendamping II
Dra. Zahrotul Uyun, M.Si
Surakarta, 27 Oktober 2015
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Fakultas Psikologi
Dekan
Taufik, M.Si, Phd
iii
PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA
Rizkiana Tiara Dyah Pradipta
Juliani Prasetyaningrum
tiaradyah21@gmail.com
Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRAKSI
Wanita dewasa yang belum menikah dianggap sebagai suatu hal yang tidak
sesuai dengan nilai yang ada pada masyarakat umumnya, karena masyarakat
menilai bahwa menikah merupakan salah satu kewajiban yang harus dijalani oleh
wanita. Masalah umum yang ditemui oleh orang dewasa yang masih melajang
biasanya mencangkup relasi akrab dengan orang dewasa lainnya, menghadapai
kesepian dan menemukan posisi yang sesuai dalam masyarakat yang berorientasi
pada pernikahan. Sedangkan psychological well being adalah kondisi seseorang
yang dapat menerima dirinya apa adanya, dapat mengembangkan potensi yang
dimiliki untuk mencapai tujuan hidupnya serta aktif dalam membangun hubungan
dengan lingkungan sekitar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan gambaran psychological well being pada wanita lajang dewasa
madya. Informan penelitian berjumlah 3 orang, pemilihan informan menggunakan
purposive sampling dengan karakteristik wanita berusia 40-60 tahun yang belum
pernah menikah dan sedang tidak menjalin percintaan dengan siapa pun.
Pengumpulan data menggunakan metode wawancara dan observasi. Hasil
penelitian yang didapat mengenai gambaran psychological well being pada wanita
lajang dewasa madya yang pendidikan tinggi menekankan pada mengembangkan
penghargaan hubungan dengan orang lain sedangkan gambaran psychological
well being pada wanita lajang dewasa madya yang pendidikan rendah lebih
menekankan pada pemenuhan kebutuhan individu mereka sendiri.
Kata kunci : psychological well being, wanita lajang dewasa madya
1
tua, tidak laku, banyak memilih dari
PENDAHULUAN
masyarakat
masyarakat.
menilai wanita dewasa yang belum
Jika
menikah sebagai suatu hal yang tidak
perkembangannya,
sesuai dengan nilai yang ada pada
merupakan
masyarakat
karena
perkembangan pada masa dewasa
masyarakat menilai bahwa menikah
awal. Sumanto (2014), masa dewasa
merupakan salah satu kewajiban
awal (early adulthood) dimulai pada
yang harus dijalani oleh wanita. Oleh
usia 22 thn – 40 thn dimana
karena itu, wanita dewasa yang
merupakan
belum menikah dianggap sebagai
kemantapan dan masa reproduktif
masalah, dan status para wanita
yaitu suatu masa yang penuh dengan
lajang ini dianggap sebagai suatu hal
masalah dan ketegangan emosional,
yang
periode
Pandangan
umumnya,
perlu
diperbaiki.
Dalam
dilihat
dari
menikah
salah
satu
masa
isolasi
tugas
tugas
pencarian
sosial,
periode
Hurlock (2003), pada masyarakat
komitmen dan penyesuaian diri pada
tradisional melajang merupakan hal
pola hidup yang baru.
yang
tidak
masyarakat
wajar.
Menurut
Kebanyakan
memandang
seseorang
status
gagal
Erikson,
jika
mengembangkan
pernikahan sebagai hal yang penting
relasi intim di masa dewasa awal,
bagi wanita.
maka
Masyarakat
biasanya
kemungkinan
mengalami
akan
ia
isolasi
serta
melabeli mereka dengan sebutan
mengakibatkan
perawan tua. Sebutan perawan tua ini
mencari letak kesalahannya yang
biasa diberikan oleh masyarakat
sering kali mengarah pada depresi
kepada wanita berumur yang belum
dan sikap tidak mempercayai orang
menikah. Menurut Sudiro dalam
lain (Santrock, 2012).
Menurut
Susanti (2012), wanita yang belum
menikah
baik
karena
dikutip
belum
oleh
individu
akan
Erikson
Santrock
akan
yang
(2012),
menemukan pasangan yang tepat
masalah umum yang ditemui oleh
atau belum ingin menikah, kerap kali
orang dewasa yang masih melajang
mendapatkan label sebagai perawan
biasanya mencangkup relasi akrab
1
dengan
orang
dewasa
menghadapai
Tujuan penelitian ini adalah
lainnya,
kesepian
untuk
dan
mendeskripsikan
gambaran
sesuai
psychological well being pada wanita
dalam masyarakat yang berorientasi
dewasa madya yang belum menikah.
menemukan
pada
posisi
yang
pernikahan.
Menurut
Perlakuan
Ryff
(1989),
status
psychological well being merupakan
pernikahan seorang wanita menjadi
deskripsi yang menekankan pada
salah satu faktor dalam membentuk
penerimaan diri dari kehidupan masa
kesejahteraan psikologis. Hal ini
lalu dan masa depan, memiliki dan
didukung oleh penelitian Kim dan
membangun sikap positif terhadap
McKenry yang dikutip oleh Susanti
diri sendiri serta orang lain, serta
(2012) bahwa wanita yang menikah
memiliki perasaan empati dan kasih
memiliki
tingkat
sayang
psikologis
yang
masyarakat
terhadap
kesejahteraan
lebih
untuk
sesama,
merasa
mampu untuk mengambil keputusan,
tinggi
dibandingkan dengan wanita yang
memiliki
tidak
tersebut
mengatur lingkungan disekitarnya
disebabkan karena adanya berbagai
agar sesuai tujuan hidupnya dan
sumber
mengembangan potensinya kearah
menikah,
hal
dukungan
sosial
yang
well-being
untuk
aktualisasi diri.
diperoleh. Seseorang yang memiliki
psychological
kemampuan
Deci
akan
&
Ryan
dua
(2002),
merasa nyaman, damai, dan bahagia
mengemukakan
perspektif
serta dapat menjalankan fungsinya
mengenai well being. Yang pertama
sebagai manusia secara positif.
disebut sebagai hedonism, perspektif
hedonism memandang well being
Berdasarkan uraian di atas,
penulis tertarik untuk mengadakan
sebagai
penelitian
kebahagiaan. Yang kedua adalah
mengenai
fenomenya
kesenangan
atau
akan
eudaimonic, perspektif eudaimonism
mengadakan penelitian dengan judul
memandang well being tidak hanya
“Psychological Well- Being pada
sekedar kebahagiaan, namun juga
wanita lajang dewasa madya.
menekankan pada aktualisasi potensi
diatas,
maka
peneliti
manusia.
2
Menurut Synder dan Lopez
individu dapat menerima segala
yang dikutip oleh Tenggara (2008),
kekurangan dan kelebihan yang
kesejahteraan
ada pada dirinya.
hanya
psikologis
merupakan
bukan
2. Hubungan positif dengan orang
ketiadaan
penderitaan, namun kesejahteraan
lain
psikologis meliputi ketertarikan aktif
others)
relations
(positive
Digambarkan
dalam dunia, memahami arti dan
with
dengan
tujuan dalam hidup dan hubungan
adanya perasaan empati untuk
seseorang pada objek ataupun orang
orang
lain
mencintai
Dari
beberapa
menerima
mengembangkan
dimiliki
untuk
hidupnya
Digambarkan
individu
adanya,
individu
dengan
yang
mampu
menampilakan sikap kemandirian,
yang
mencapai
tujuan
bebas
dalam
sendiri, dan mengevaluasi diri
aktif
hubungan
menentukan
nasibnya
sendiri dengan standar pribadi.
dengan
4. Penguasaan Lingkungan
lingkungan sekitar.
Dalam
dengan
potensi
serta
membangun
apa
membangun
3. Otonomi (autonomy)
seseorang dapat
dirinya
dan
untuk
lain.
psychological well being merupakan
dimana
mampu
persahabatan
pengertian
diatas, dapat disimpulkan bahwa
kondisi
lain,
Ryff
Ryff&Singer (1996),
(1989)
(environmental mastery)
&
Didefinisikan
aspek-aspek
sebagai
yang menyusun psychologycal well-
kemampuan
being antara lain :
memilih
1. Penerimaan diri (self acceptance)
lingkungan yang cocok untuk
individu
atau
kondisi
Penerimaan diri didefinisikan
untuk
menciptakan
dirinya,
dan
sebagai pusat kesehatan mental,
mengendalikan lingkungan yang
karakteristik
aktualisasi
diri,
kompleks
berfungsi
optimal,
dan
sejauh mana individu mengambil
kedewasaan.
Penerimaan
diri
keuntungan dari peluang yang ada
berarti
suatu
kondisi
serta
di lingkungan.
dimana
3
menekankan
5. Tujuan Hidup (purpose in life)
Menjelaskan
Istilah lajang menurut Kamus
Besar
tentang
Bahasa
Indonesia
(2005),
dalam
merupakan sebutan bagi mereka
mencapai maksud dan tujuan
yang belum menikah dalam arti
hidupnya. Individu yang memiliki
belum pernah mempunyai suami atau
tujuan hidup akan lebih memaknai
istri. Stein yang dikutip dalam
hidupnya di masa sekarang dan
Susanto & Haryoko (2010) bahwa
masa
arah
orang yang lajang adalah orang yang
kemampuan
seseorang
lalu,
sadar
akan
hidupnya,
serta
memegang
tidak menikah, sedang tidak terlibat
keyakinan
yang
memberikan
dalam hubungan romantis dengan
seseorang, dan tidak memiliki teman
tujuan hidup.
hidup yang tinggal bersama-sama.
6. Pertumbuhan Pribadi (personal
growth)
Batasan
usia
pada
masa
bahwa
dewasa madya dimulai pada usia 40
individu terus mengembangkan
tahun sampai 60 tahun (Sumanto,
potensi
2014).
Digambarkan
yang
dimiliki
untuk
Santrock
(2011),
masa
tumbuh dan berkembang sebagai
dewasa menengah sebagai periode
pribadi.
untuk
perkembangan yang dimulai pada
mengaktualisasikan diri sendiri
usia kurang lebih 40 tahun hingga 60
dan menyadari potensi seseorang
atau 65 tahun.
Kebutuhan
merupakan
Sehingga disimpulkan bahwa
perspektif
wanita lajang dewasa madya adalah
pertumbuhan pribadi.
wanita yang berusia antara 40 tahun
Menurut Ryff & Singer (1996)
faktor
yang
psychological
hingga 60 tahun yang belum pernah
mempengaruhi
well
being
terlibat dalam hubungan dengan
pada
seseorang, yaitu :
lawan
jenisnya
a. Usia
perkawinan.
dalam
ikatan
b. Jenis Kelamin
c. Budaya
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan
d. Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan
metode penelitian kualitatif dengan
4
metode
pengumpulan
menggunakan
wawancara
data
untuk mendapatkan aktualisasi dari
dan
potensi diri mereka ketika telah
meraih kepuasan dari kebutuhan
observasi.
Informan
yang mendasar.
yang
digunakan
orang.
Pemilihan
Informan S dan K merasa
informan mengggunakan purposive
hidupnya lebih baik ketika telah
sampling.
purposive
memiliki
pekerjaan
dipilih
memiliki
uang
berjumlah
3
Melalui
sampling,
informan
dan
sendiri.
telah
Dalam
berdasarkan kriteria wanita berusia
hierarchy of needs S dan K masih
40-60 tahun yang belum pernah
berada dalam kebutuhan fisiologis.
menikah.
Hal ini sesuai dengan Maslow (Feist,
2011)
Teknik analisis data yang
bahwa
kebutuhan
analisis
mendasarkan dari setiap manusia
deskriptif. Hasil wawancara dan
adalah kebutuhan fisiologis, jika
observasi dikelompokkan, kemudian
kebutuhan
ini
memberikan coding dan kategorisasi
manusia
akan
untuk mendeskripsikan tema-tema
kemampuannya untuk memenuhi ini.
yang muncul kemudian digunakan
S dan K dulu merasa hidupnya susah
untuk
ketika belum memiliki pekerjaan
digunakan
menggunakan
menjawab
pertanyaan
tidak
tercukupi
mencurahkan
sehinggga ingin menjadi orang lain
penelitian.
namun setelah mendapat pekerjaan
dan memiliki uang sendiri, S dan K
HASIL DAN PEMBAHASAN
Psychological
memandang
well
being
telah
kesejahteraan
bukan
hidupnya dan menerima keadaan
mampu
untuk
menikmati
dirinya.
hanya kebahagiaan saja namun juga
menekankan pada aktualisasi potensi
Informan I telah memiliki
yang dimiliki oleh seseorang. Dalam
pekerjaan tetap sebagai seorang guru
Maslow
dengan
(Feist,
2011)
tahapan
penghasilan
tetap
setiap
tertinggi dari hierarchy of needs
bulannya
adalah kebutuhan akan aktualisasi
memenuhi
diri, manusia akan bekerja keras
sehingga I telah mampu mencukupi
5
yang digunakan untuk
kebutuhan
hidupnya
kebutuhan fisiologisnya. I lebih aktif
ketika dapat ikut serta berpartisipasi
dalam segala kegiatan yang ada di
aktif dalam segala kegiatan yang ada
lingkungan
masyarakat
dalam lingkungan masyarakat dan
lingkungan
pekerjaan
dan
lingkungan
seperti
pekerjaan
sehingga
mengikuti pengajian arisan, aktif
mereka dapat bermanfaat bagi orang
sebagai
ikut
lain. Gambaran psychological well
menengok teman yang sakit. Dalam
being pada wanita lajang dewasa
hierarchy of needs, I berada dalam
madya yang pendidikan rendah lebih
kebutuhan akan penghargaan. Hal ini
menekankan
sesuai dengan Maslow (Feist, 2011)
kebutuhan individu mereka sendiri.
bahwa
pembina
ketika
dibawahnya
pramuka,
semua
kebutuhan
Mereka
telah
terpenuhi,
mendapatkan
pada
merasa
pemenuhan
bahagia
ketika
pekerjaan
dan
kebutuhan seseorang akan naik ke
memiliki penghasilan sendiri yang
tingkat
dapat digunakan untuk memenuhi
selanjutnya.
Kebutuhan
segala kebutuhan mereka.
penghargaan merupakan perasaan
seseorang bahwa dirinya bermanfaat
bagi orang lain serta pengakuan yang
SARAN
dimiliki seseorang dilihat dari sudut
1.
Bagi para informan untuk lebih
mengembangkan potensi yang
pandang orang lain.
dimiliki
agar
keberadaannya
diakui oleh masyarakat, dan
KESIMPULAN
Gambaran psychological well
memperluas dan menjalin relasi
being pada wanita lajang dewasa
baik dengan orang orang sekitar.
madya
yang
pendidikan
2.
tinggi
Bagi para wanita yang memiliki
menekankan pada mengembangkan
pengalaman yang hampir sama
hubungan dengan orang lain. Mereka
agar lebih memikirkan apa yang
telah memiliki pekerjaan dengan
dapat dilakukan bagi orang-
penghasilan
tetap
orang
digunakan
untuk
yang
dapat
disekitarnya,
tetap
memenuhi
menjalin hubungan baik dengan
kebutuhan fisiologis mereka. Mereka
orang lain dan bersoasialisasi
merasa potensi mereka teraktualisasi
dengan lingkungan sekitar agar
6
psychological
memiliki
Kamus
Besar
Bahasa
Indonesia. Jakarta : Balai
Pustaka.
well
being.
3.
Bagi masyarakat agar dapat
lebih
memahami
Ryff, C. D. (1989). Happiness Is
Everything,
or
Is
It?
Explorations on the Meaning
of Psychological Well-Being.
Journal of Personality and
Social Psychology , 57 (6),
1069-1081.
mengapa
beberapa wanita masih melajang
di usia dewasa madya dan
menerima keberadaan mereka
karena wanita-wanita tersebut
Ryff, C. D., & Singer, B. (1996).
Psychological Well Being :
Meaning, Measurment and
Implication
for
Psychotherapy
Research.
Journal of Psychoterapy and
Psychosomatics , 65, 14-23.
ingin ikut berperan aktif dalam
masyarakat.
4.
Bagi peneliti lain yang tertarik
dengan
tema
ini
dapat
menggunakan hasil penelitian
Santrock, J. W. (2012). Life Span
Development
:
Perkembangan Masa Hidup
Buku 2. Jakarta: Erlangga.
sebagai data awal untuk meneliti
wanita lajang dewasa madya.
Sumanto.
(2014).
Psikologi
Perkembangan Fungsi dan
Teori. Yogyakarta: Center of
Academic
Publishing
Service.
DAFTAR PUSTAKA
Deci, E. M., & Ryan, R. M. (2001).
On Happiness And Human
Potentials : A Review of
Research on Hedonic and
EudaimonicWell-Being.
Annual
Reviews
of
Psychology , 52, 141-166.
Susanti. (2012). Hubungan Harga
Diri Dan Psychological Well
Being Pada Wanita Lajang
Ditinjau
Dari
Bidang
Pekerjaan. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa
Universitas
Surabaya , 1 (1), 1-8.
Hurlock, E. B. (2003). Psikologi
Perkembangan
:
Suatu
Pendekatan
Sepanjang
Rentang kehidupan. Jakarta:
Erlangga.
Susanto, P., & Haryoko, F. (2010).
Gambaran Konsep Diri Pada
Wanita Berkarier Sukses
Yang Belum Menikah. Insan,
2 (1), 11-20.
Papalia, D. E., Olds, S. W., &
Feldman, R. D. (2009).
Human
Development.
Jakarta: Salemba Humanika.
Pusat
Tenggara, H., Zamralita, & Suyasa,
P. Y. (2008). Kepuasan Kerja
Dan Kesejahteraan Psikologis
Bahasa
Departemen
Pendidikan Nasional. 2005.
7
Karyawan. Phronesis Jurnal
Ilmiah Psikologi Industri dan
Organisasi , 10 (1), 96-115.
8
MADYA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Psikologi
Disusun oleh :
RIZKIAN TIARA DYAH PRADIPTA
F 100 110 140
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
i
PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG
DEWASA MADYA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Syaratan
Memperoleh Gelar Sarjana (S1)
Disusun oleh :
Rizkiana Tiara Dyah Pradipta
F 100110140
Kepada
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
i
PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA
MADYA
Yang Diajukan Oleh :
RIZKIANA TIARA DYAH PRADIPTA
F 100 110 140
Telah disetujui untuk dipertahankan
di depan Dewan Penguji
Telah disetujui oleh :
Pembimbing
13 Oktober 2015
Dra. Juliani Prasetyaningrum, M.Si
ii
PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA
MADYA
Yang Diajukan Oleh :
RIZKIANA TIARA DYAH PRADIPTA
F 100 110 140
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada tanggal 27 Oktober 2015
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat.
Penguji Utama
Dra. Juliani Prasetyaningrum, M.Si
Penguji Pendamping I
Dra. Partini, M.Si
Penguji Pendamping II
Dra. Zahrotul Uyun, M.Si
Surakarta, 27 Oktober 2015
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Fakultas Psikologi
Dekan
Taufik, M.Si, Phd
iii
PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA
Rizkiana Tiara Dyah Pradipta
Juliani Prasetyaningrum
tiaradyah21@gmail.com
Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRAKSI
Wanita dewasa yang belum menikah dianggap sebagai suatu hal yang tidak
sesuai dengan nilai yang ada pada masyarakat umumnya, karena masyarakat
menilai bahwa menikah merupakan salah satu kewajiban yang harus dijalani oleh
wanita. Masalah umum yang ditemui oleh orang dewasa yang masih melajang
biasanya mencangkup relasi akrab dengan orang dewasa lainnya, menghadapai
kesepian dan menemukan posisi yang sesuai dalam masyarakat yang berorientasi
pada pernikahan. Sedangkan psychological well being adalah kondisi seseorang
yang dapat menerima dirinya apa adanya, dapat mengembangkan potensi yang
dimiliki untuk mencapai tujuan hidupnya serta aktif dalam membangun hubungan
dengan lingkungan sekitar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan gambaran psychological well being pada wanita lajang dewasa
madya. Informan penelitian berjumlah 3 orang, pemilihan informan menggunakan
purposive sampling dengan karakteristik wanita berusia 40-60 tahun yang belum
pernah menikah dan sedang tidak menjalin percintaan dengan siapa pun.
Pengumpulan data menggunakan metode wawancara dan observasi. Hasil
penelitian yang didapat mengenai gambaran psychological well being pada wanita
lajang dewasa madya yang pendidikan tinggi menekankan pada mengembangkan
penghargaan hubungan dengan orang lain sedangkan gambaran psychological
well being pada wanita lajang dewasa madya yang pendidikan rendah lebih
menekankan pada pemenuhan kebutuhan individu mereka sendiri.
Kata kunci : psychological well being, wanita lajang dewasa madya
1
tua, tidak laku, banyak memilih dari
PENDAHULUAN
masyarakat
masyarakat.
menilai wanita dewasa yang belum
Jika
menikah sebagai suatu hal yang tidak
perkembangannya,
sesuai dengan nilai yang ada pada
merupakan
masyarakat
karena
perkembangan pada masa dewasa
masyarakat menilai bahwa menikah
awal. Sumanto (2014), masa dewasa
merupakan salah satu kewajiban
awal (early adulthood) dimulai pada
yang harus dijalani oleh wanita. Oleh
usia 22 thn – 40 thn dimana
karena itu, wanita dewasa yang
merupakan
belum menikah dianggap sebagai
kemantapan dan masa reproduktif
masalah, dan status para wanita
yaitu suatu masa yang penuh dengan
lajang ini dianggap sebagai suatu hal
masalah dan ketegangan emosional,
yang
periode
Pandangan
umumnya,
perlu
diperbaiki.
Dalam
dilihat
dari
menikah
salah
satu
masa
isolasi
tugas
tugas
pencarian
sosial,
periode
Hurlock (2003), pada masyarakat
komitmen dan penyesuaian diri pada
tradisional melajang merupakan hal
pola hidup yang baru.
yang
tidak
masyarakat
wajar.
Menurut
Kebanyakan
memandang
seseorang
status
gagal
Erikson,
jika
mengembangkan
pernikahan sebagai hal yang penting
relasi intim di masa dewasa awal,
bagi wanita.
maka
Masyarakat
biasanya
kemungkinan
mengalami
akan
ia
isolasi
serta
melabeli mereka dengan sebutan
mengakibatkan
perawan tua. Sebutan perawan tua ini
mencari letak kesalahannya yang
biasa diberikan oleh masyarakat
sering kali mengarah pada depresi
kepada wanita berumur yang belum
dan sikap tidak mempercayai orang
menikah. Menurut Sudiro dalam
lain (Santrock, 2012).
Menurut
Susanti (2012), wanita yang belum
menikah
baik
karena
dikutip
belum
oleh
individu
akan
Erikson
Santrock
akan
yang
(2012),
menemukan pasangan yang tepat
masalah umum yang ditemui oleh
atau belum ingin menikah, kerap kali
orang dewasa yang masih melajang
mendapatkan label sebagai perawan
biasanya mencangkup relasi akrab
1
dengan
orang
dewasa
menghadapai
Tujuan penelitian ini adalah
lainnya,
kesepian
untuk
dan
mendeskripsikan
gambaran
sesuai
psychological well being pada wanita
dalam masyarakat yang berorientasi
dewasa madya yang belum menikah.
menemukan
pada
posisi
yang
pernikahan.
Menurut
Perlakuan
Ryff
(1989),
status
psychological well being merupakan
pernikahan seorang wanita menjadi
deskripsi yang menekankan pada
salah satu faktor dalam membentuk
penerimaan diri dari kehidupan masa
kesejahteraan psikologis. Hal ini
lalu dan masa depan, memiliki dan
didukung oleh penelitian Kim dan
membangun sikap positif terhadap
McKenry yang dikutip oleh Susanti
diri sendiri serta orang lain, serta
(2012) bahwa wanita yang menikah
memiliki perasaan empati dan kasih
memiliki
tingkat
sayang
psikologis
yang
masyarakat
terhadap
kesejahteraan
lebih
untuk
sesama,
merasa
mampu untuk mengambil keputusan,
tinggi
dibandingkan dengan wanita yang
memiliki
tidak
tersebut
mengatur lingkungan disekitarnya
disebabkan karena adanya berbagai
agar sesuai tujuan hidupnya dan
sumber
mengembangan potensinya kearah
menikah,
hal
dukungan
sosial
yang
well-being
untuk
aktualisasi diri.
diperoleh. Seseorang yang memiliki
psychological
kemampuan
Deci
akan
&
Ryan
dua
(2002),
merasa nyaman, damai, dan bahagia
mengemukakan
perspektif
serta dapat menjalankan fungsinya
mengenai well being. Yang pertama
sebagai manusia secara positif.
disebut sebagai hedonism, perspektif
hedonism memandang well being
Berdasarkan uraian di atas,
penulis tertarik untuk mengadakan
sebagai
penelitian
kebahagiaan. Yang kedua adalah
mengenai
fenomenya
kesenangan
atau
akan
eudaimonic, perspektif eudaimonism
mengadakan penelitian dengan judul
memandang well being tidak hanya
“Psychological Well- Being pada
sekedar kebahagiaan, namun juga
wanita lajang dewasa madya.
menekankan pada aktualisasi potensi
diatas,
maka
peneliti
manusia.
2
Menurut Synder dan Lopez
individu dapat menerima segala
yang dikutip oleh Tenggara (2008),
kekurangan dan kelebihan yang
kesejahteraan
ada pada dirinya.
hanya
psikologis
merupakan
bukan
2. Hubungan positif dengan orang
ketiadaan
penderitaan, namun kesejahteraan
lain
psikologis meliputi ketertarikan aktif
others)
relations
(positive
Digambarkan
dalam dunia, memahami arti dan
with
dengan
tujuan dalam hidup dan hubungan
adanya perasaan empati untuk
seseorang pada objek ataupun orang
orang
lain
mencintai
Dari
beberapa
menerima
mengembangkan
dimiliki
untuk
hidupnya
Digambarkan
individu
adanya,
individu
dengan
yang
mampu
menampilakan sikap kemandirian,
yang
mencapai
tujuan
bebas
dalam
sendiri, dan mengevaluasi diri
aktif
hubungan
menentukan
nasibnya
sendiri dengan standar pribadi.
dengan
4. Penguasaan Lingkungan
lingkungan sekitar.
Dalam
dengan
potensi
serta
membangun
apa
membangun
3. Otonomi (autonomy)
seseorang dapat
dirinya
dan
untuk
lain.
psychological well being merupakan
dimana
mampu
persahabatan
pengertian
diatas, dapat disimpulkan bahwa
kondisi
lain,
Ryff
Ryff&Singer (1996),
(1989)
(environmental mastery)
&
Didefinisikan
aspek-aspek
sebagai
yang menyusun psychologycal well-
kemampuan
being antara lain :
memilih
1. Penerimaan diri (self acceptance)
lingkungan yang cocok untuk
individu
atau
kondisi
Penerimaan diri didefinisikan
untuk
menciptakan
dirinya,
dan
sebagai pusat kesehatan mental,
mengendalikan lingkungan yang
karakteristik
aktualisasi
diri,
kompleks
berfungsi
optimal,
dan
sejauh mana individu mengambil
kedewasaan.
Penerimaan
diri
keuntungan dari peluang yang ada
berarti
suatu
kondisi
serta
di lingkungan.
dimana
3
menekankan
5. Tujuan Hidup (purpose in life)
Menjelaskan
Istilah lajang menurut Kamus
Besar
tentang
Bahasa
Indonesia
(2005),
dalam
merupakan sebutan bagi mereka
mencapai maksud dan tujuan
yang belum menikah dalam arti
hidupnya. Individu yang memiliki
belum pernah mempunyai suami atau
tujuan hidup akan lebih memaknai
istri. Stein yang dikutip dalam
hidupnya di masa sekarang dan
Susanto & Haryoko (2010) bahwa
masa
arah
orang yang lajang adalah orang yang
kemampuan
seseorang
lalu,
sadar
akan
hidupnya,
serta
memegang
tidak menikah, sedang tidak terlibat
keyakinan
yang
memberikan
dalam hubungan romantis dengan
seseorang, dan tidak memiliki teman
tujuan hidup.
hidup yang tinggal bersama-sama.
6. Pertumbuhan Pribadi (personal
growth)
Batasan
usia
pada
masa
bahwa
dewasa madya dimulai pada usia 40
individu terus mengembangkan
tahun sampai 60 tahun (Sumanto,
potensi
2014).
Digambarkan
yang
dimiliki
untuk
Santrock
(2011),
masa
tumbuh dan berkembang sebagai
dewasa menengah sebagai periode
pribadi.
untuk
perkembangan yang dimulai pada
mengaktualisasikan diri sendiri
usia kurang lebih 40 tahun hingga 60
dan menyadari potensi seseorang
atau 65 tahun.
Kebutuhan
merupakan
Sehingga disimpulkan bahwa
perspektif
wanita lajang dewasa madya adalah
pertumbuhan pribadi.
wanita yang berusia antara 40 tahun
Menurut Ryff & Singer (1996)
faktor
yang
psychological
hingga 60 tahun yang belum pernah
mempengaruhi
well
being
terlibat dalam hubungan dengan
pada
seseorang, yaitu :
lawan
jenisnya
a. Usia
perkawinan.
dalam
ikatan
b. Jenis Kelamin
c. Budaya
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan
d. Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan
metode penelitian kualitatif dengan
4
metode
pengumpulan
menggunakan
wawancara
data
untuk mendapatkan aktualisasi dari
dan
potensi diri mereka ketika telah
meraih kepuasan dari kebutuhan
observasi.
Informan
yang mendasar.
yang
digunakan
orang.
Pemilihan
Informan S dan K merasa
informan mengggunakan purposive
hidupnya lebih baik ketika telah
sampling.
purposive
memiliki
pekerjaan
dipilih
memiliki
uang
berjumlah
3
Melalui
sampling,
informan
dan
sendiri.
telah
Dalam
berdasarkan kriteria wanita berusia
hierarchy of needs S dan K masih
40-60 tahun yang belum pernah
berada dalam kebutuhan fisiologis.
menikah.
Hal ini sesuai dengan Maslow (Feist,
2011)
Teknik analisis data yang
bahwa
kebutuhan
analisis
mendasarkan dari setiap manusia
deskriptif. Hasil wawancara dan
adalah kebutuhan fisiologis, jika
observasi dikelompokkan, kemudian
kebutuhan
ini
memberikan coding dan kategorisasi
manusia
akan
untuk mendeskripsikan tema-tema
kemampuannya untuk memenuhi ini.
yang muncul kemudian digunakan
S dan K dulu merasa hidupnya susah
untuk
ketika belum memiliki pekerjaan
digunakan
menggunakan
menjawab
pertanyaan
tidak
tercukupi
mencurahkan
sehinggga ingin menjadi orang lain
penelitian.
namun setelah mendapat pekerjaan
dan memiliki uang sendiri, S dan K
HASIL DAN PEMBAHASAN
Psychological
memandang
well
being
telah
kesejahteraan
bukan
hidupnya dan menerima keadaan
mampu
untuk
menikmati
dirinya.
hanya kebahagiaan saja namun juga
menekankan pada aktualisasi potensi
Informan I telah memiliki
yang dimiliki oleh seseorang. Dalam
pekerjaan tetap sebagai seorang guru
Maslow
dengan
(Feist,
2011)
tahapan
penghasilan
tetap
setiap
tertinggi dari hierarchy of needs
bulannya
adalah kebutuhan akan aktualisasi
memenuhi
diri, manusia akan bekerja keras
sehingga I telah mampu mencukupi
5
yang digunakan untuk
kebutuhan
hidupnya
kebutuhan fisiologisnya. I lebih aktif
ketika dapat ikut serta berpartisipasi
dalam segala kegiatan yang ada di
aktif dalam segala kegiatan yang ada
lingkungan
masyarakat
dalam lingkungan masyarakat dan
lingkungan
pekerjaan
dan
lingkungan
seperti
pekerjaan
sehingga
mengikuti pengajian arisan, aktif
mereka dapat bermanfaat bagi orang
sebagai
ikut
lain. Gambaran psychological well
menengok teman yang sakit. Dalam
being pada wanita lajang dewasa
hierarchy of needs, I berada dalam
madya yang pendidikan rendah lebih
kebutuhan akan penghargaan. Hal ini
menekankan
sesuai dengan Maslow (Feist, 2011)
kebutuhan individu mereka sendiri.
bahwa
pembina
ketika
dibawahnya
pramuka,
semua
kebutuhan
Mereka
telah
terpenuhi,
mendapatkan
pada
merasa
pemenuhan
bahagia
ketika
pekerjaan
dan
kebutuhan seseorang akan naik ke
memiliki penghasilan sendiri yang
tingkat
dapat digunakan untuk memenuhi
selanjutnya.
Kebutuhan
segala kebutuhan mereka.
penghargaan merupakan perasaan
seseorang bahwa dirinya bermanfaat
bagi orang lain serta pengakuan yang
SARAN
dimiliki seseorang dilihat dari sudut
1.
Bagi para informan untuk lebih
mengembangkan potensi yang
pandang orang lain.
dimiliki
agar
keberadaannya
diakui oleh masyarakat, dan
KESIMPULAN
Gambaran psychological well
memperluas dan menjalin relasi
being pada wanita lajang dewasa
baik dengan orang orang sekitar.
madya
yang
pendidikan
2.
tinggi
Bagi para wanita yang memiliki
menekankan pada mengembangkan
pengalaman yang hampir sama
hubungan dengan orang lain. Mereka
agar lebih memikirkan apa yang
telah memiliki pekerjaan dengan
dapat dilakukan bagi orang-
penghasilan
tetap
orang
digunakan
untuk
yang
dapat
disekitarnya,
tetap
memenuhi
menjalin hubungan baik dengan
kebutuhan fisiologis mereka. Mereka
orang lain dan bersoasialisasi
merasa potensi mereka teraktualisasi
dengan lingkungan sekitar agar
6
psychological
memiliki
Kamus
Besar
Bahasa
Indonesia. Jakarta : Balai
Pustaka.
well
being.
3.
Bagi masyarakat agar dapat
lebih
memahami
Ryff, C. D. (1989). Happiness Is
Everything,
or
Is
It?
Explorations on the Meaning
of Psychological Well-Being.
Journal of Personality and
Social Psychology , 57 (6),
1069-1081.
mengapa
beberapa wanita masih melajang
di usia dewasa madya dan
menerima keberadaan mereka
karena wanita-wanita tersebut
Ryff, C. D., & Singer, B. (1996).
Psychological Well Being :
Meaning, Measurment and
Implication
for
Psychotherapy
Research.
Journal of Psychoterapy and
Psychosomatics , 65, 14-23.
ingin ikut berperan aktif dalam
masyarakat.
4.
Bagi peneliti lain yang tertarik
dengan
tema
ini
dapat
menggunakan hasil penelitian
Santrock, J. W. (2012). Life Span
Development
:
Perkembangan Masa Hidup
Buku 2. Jakarta: Erlangga.
sebagai data awal untuk meneliti
wanita lajang dewasa madya.
Sumanto.
(2014).
Psikologi
Perkembangan Fungsi dan
Teori. Yogyakarta: Center of
Academic
Publishing
Service.
DAFTAR PUSTAKA
Deci, E. M., & Ryan, R. M. (2001).
On Happiness And Human
Potentials : A Review of
Research on Hedonic and
EudaimonicWell-Being.
Annual
Reviews
of
Psychology , 52, 141-166.
Susanti. (2012). Hubungan Harga
Diri Dan Psychological Well
Being Pada Wanita Lajang
Ditinjau
Dari
Bidang
Pekerjaan. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa
Universitas
Surabaya , 1 (1), 1-8.
Hurlock, E. B. (2003). Psikologi
Perkembangan
:
Suatu
Pendekatan
Sepanjang
Rentang kehidupan. Jakarta:
Erlangga.
Susanto, P., & Haryoko, F. (2010).
Gambaran Konsep Diri Pada
Wanita Berkarier Sukses
Yang Belum Menikah. Insan,
2 (1), 11-20.
Papalia, D. E., Olds, S. W., &
Feldman, R. D. (2009).
Human
Development.
Jakarta: Salemba Humanika.
Pusat
Tenggara, H., Zamralita, & Suyasa,
P. Y. (2008). Kepuasan Kerja
Dan Kesejahteraan Psikologis
Bahasa
Departemen
Pendidikan Nasional. 2005.
7
Karyawan. Phronesis Jurnal
Ilmiah Psikologi Industri dan
Organisasi , 10 (1), 96-115.
8