norma dan sistem perilaku saja digunakan sebagai mesin birokrasi akan kehilangan rohnya jika mengabaikan sistem nilai yang bersumber pada
Pancasila sebagai puncak nilai kesusilaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
153
. Pemahaman Pancasila mengenai sengketa yang terbaik dapat dapat diatasi dengan cara musyawarah dan mufakat berbeda dengan ideologi
barat yang memandang sengketa merupakan basis untuk menemukan solusidi pengadilan. Nilai-nilai Pancasila yang merupakan sistem nilai harus terwujud
dalam sistem norma dari suatu produk legislasi, dan sistem perilaku dari aparatur hukum danmasyarakat
154
3. Teori Penemuan Hukum Baru HermeneutikaHukum
Apabila dalam peraturan hukum tidak lengkap dan tidak jelas tentunya arbiter harus menggunakan penemuan hukum, penulis dalam hal ini
menggunakan teori Penemuan Hukum Baru yaitu Hermeneutika Hukum walaupun hermeneutika sebenarnya merupakan topik tua yang sudah
digunakan jaman Yunani Kuno oleh Aristoteles dalam bukunya
Peri Hermeneias
dan
De Interpretatione
155
.
Pada mulanya hermeneutika itu pada mulanya berhubungan dengan masalah bahasa Karena manusia berfikir,
berbicara, menulis, berorasi, mengerti dan membuat interpretasi menggunakan bahasa, perkembangan selanjutnya, hermenutika dipergunakan sebagai
metode atau seni untuk menafsirkan naskah-naskah sejarah kuno serta kitab suci.Disiplinilmuyangpalingbanyakmenggunakanhermeneutikaadalah
153
Romli Atmasasmita, 2012, Teori Hukum Integratif Rekonstruksi terhadap Teori Hukum Pembangunan dan Teori Hukum Progresif,
Genta Publishing, Yogyakarta, hlm96-104
154
Ibid, h103
155
E.Sumaryono, 2002, Hermeneutik Sebuah Metode Filsafat, Penerbit Kanisius,Yogyakarta
ilmu tafsir kitab suci. Dalam tradisi pemikiran ilmu keislaman lebih familier disebut dengan ilmu tafsir,
ta’wil, syarh, atau
bayan.
156
Menurut Yunahar Ilyas walaupun tidak persis sama, tafsir Alquran dapat dimasukkan dalam kategori kegiatan hermeneutika. Argumentasinya
didasarkan pada tiga unsur pokok yang terkandung dalam hermeneutika itu sendiri, yaitu adanya pesan yang seringkali berupa teks, adanya sekelompok
penerima, dan adanya perantara atau penafsir itusendiri.
157
Dalam hukumpun metode ini mempunyai kelebihan pada cara dan lingkup interpretasinya yang tajam, mendalam, dan holistik dalam bingkai
satu kesatuan antara teks, konteks, dan kontekstualisasinya. Dalam hal ini, peristiwa hukum maupun peraturan perundang-undangan tidak semata-mata
dilihat atau ditafsirkan dari aspek legalitas formal berdasarkan bunyi teks semata, tetapi juga harus dilihat dari faktor-faktor yang melatarbelakangi
peristiwa atau sengketa itu muncul, akar masalah, apakah ada intervensi politik yang membidani dikeluarkannya putusan itu, serta apakah dampak
putusan itu sudah dipikirkan bagi proses penegakan hukum dan keadilan dikemudianhari.
158
156
Komaruddin Hidayat, 1996, Memahami Bahasa Agama Sebuah Kajian Hermeneutik, Paramadina, Jakarta, hlm126
157
Yunahar Ilyas, Hermeneutika dan Studi tentang Tafsir Klasik: Sebuah Pemetaan Teoretik, dimuat dalam Jurnal Tarjih, Edisi Keenam-Juli 2003, diterbitkan atas Kerjasama : Majelis Tarjih dan
Pengembangan Pemikiran Islam dengan LPPI UMY, Yogyakarta, hlm48
158
Jazim Hamidi, 2005, Hermeneutika Hukum Teori Penemuan Hukum Baru dengan Interpretasi Teks,
UII Press, Yogyakarta, hlm71
BAB III TUJUAN DAN MANFAATPENELITIAN
A.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian mengenai harmonisasi penerapan asas
ex aequo et bono
dalam sengketa bisnis pada arbitrase nasional dan arbitrase syariah ini adalah untuk memperoleh
jawaban atas beberapa masalah yang telah dirumuskan. Secara khusus, tujuan penelitian ini ingin memperoleh kejelasan mengenai hal-hal sebagai berikut:
1. Penelitian ini mempunyai
tujuan untuk menganalisis penjabaran makna asas
ex aequoet bono
dalam sengketa bisnis pada arbitrase nasional dan arbitrasesyariah. 2.
Membentuk dan merumuskan harmonisasi pengaturan konsep asas
ex aequo et bono
dalam arbitrase diIndonesia
B.ManfaatPenelitian
Penelitian ini berdasarkan temuan teori-teori baru diharapkan dapat memberimanfaat:
1
Secara akademik, penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi teoritis pengembangan ilmu hukum di Indonesia, terutama bagi pengembangan pengetahuan ilmu
hukum dagang dan hukum ekonomi syariah khususnya yang menyangkut asas
aequo et bono
2 Secara praktis, temuan teori-teori tersebut sedapat mungkin akan dapat digunakan oleh arbiter khususnya dan alternatif penyelesaian sengketa lainnya sehingga dapat
menghasilkan putusan yang adil dan layak bagi para pencari keadilan sehingga dapat meminimalisir pengajuan pembatalan putusan arbitrase oleh ketua pengadilan negeri. Bagi
pemegang atau penentu kebijakan hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi penyusunan instrumen hukum nasional yang berkaitan dengan arbitrase syariah mengingat
sampai saat ini Indonesia belum mempunyai instrumen khusus yang mengatur mengenai arbitrase syariah dan masih memiliki banyak kekurangan dalam UUArbitrase.
BAB IV HASIL PENELITIAN DANPEMBAHASAN
A Penjabaran Makna Asas
Ex aequo et bono
dalam Arbitrase Nasional dan Arbitrase
Syariah.
Istilah ex aequo et bono sering diartikan sama dengan istilah
amicable compositeur,
walaupun ada negara yang membedakan kedua istilah tersebut dan ada yang mengartikan kedua istilah tersebut sama, dalam hal ini peneliti hanya membatasi kepada
istilah
ex aequo et bono
saja.
1. Konsep dan Makna Asas
Ex Aequo et Bono
dalam ArbitraseNasional
Ex aequo et bono
berasal dari bahasa Latin yang digunakan dalam istilah hukum yang berarti apa yang adil dan wajar atau menurut keadilan dan hati nurani. Sesuatu yang harus
diputuskan dengan
ex aequo et bono
adalah sesuatu yang diputuskan dengan prinsip-prinsip dari apa yang adil dan wajar. Seorang pengambil keputusan yang berwenang untuk