mental, pengujian realitas, dan penilaian moral yang disebabkan oleh tekanan- tekanan kelompok.
Sementara groupthink menurut Rakhmat 2005 adalah proses pengambilan keputusan yang terjadi pada kelompok yang sangat kohesif, di mana
anggota-anggota berusaha mempertahankan konsensus kelompok sehingga kemampuan kritisnya menjadi tidak efektif lagi.
Dalam definisi tersebut, groupthink meninggalkan cara berpikir individual dan menekankan pada proses kelompok. Sehingga pengkajian atas fenomena
kelompok lebih spesifik terletak pada proses pembuatan keputusan yang kurang baik, serta besar kemungkinannya akan menghasilkan keputusan yang buruk
dengan akibat yang sangat merugikan kelompok Sarwono, 1999. Selanjutnya diperjelas oleh Janis, bahwa kelompok yang sangat kompak cohesiveness
dimungkinkan terlalu banyak menyimpan atau menginvestasikan energi untuk memelihara niat baik dalam kelompk ini, sehingga mengorbankan proses
keputusan yang baik dari proses tersebut.
2.3.1. Esensi Teori
Lahirnya konsep groupthink didorong oleh kajian secara mendalam mengenai komunikasi kelompok yang telah dikembangkan oleh Raimond Cattel,
yaitu melalui penelitian yang difokuskan pada kepribadian kelompok sebagai tahap awal. Teori yang dibangun menunjukkan bahwa terdapat pola-pola tetap
dari perilaku kelompok yang dapat diprediksi, yaitu : 1. Sifat-sifat dari kepribadian kelompok
2. Struktur internal hubungan antar anggota 3. Sifat keanggotaan kelompok
Temuan teoritis tersebut masih belum mampu memberikan jawaban atas suatu pertanyaan yang berkaitan dengan pengaruh hubungan antar pribadi dalam
kelompok. Hal inilah yang memunculkan satu hipotesis dari Janis untuk menguji
Universitas Sumatera Utara
beberapa kasus terperinci yang ikut memfasilitasi keputusan-keputusan yang dibuat kelompok.
Hasil pengujian ilmiah yang dilakukan Janis, menunjukkan bahwa terdapat satu kondisi yang mengarah pada munculnya kepuasan kelompok yang tinggi,
tetapi tidak dibarengi dengan hasil keputusan kelompok yang baik ineffective output. Asumsi penting dari groupthink, sebagaimana dikemukakan West dan
Turner 2007adalah: 1. Terdapat kondisi-kondisi di dalam kelompok yang mempromosikan
kohesivitas tinggi. 2. Pemecahan masalah kelompok pada intinya merupakan proses yang
menyatu. 3. Kelompok dan pengambilan keputusan oleh kelompok sering kali
bersifat kompleks. Hasil akhir analisis Janis,menunjukkan beberapa dampak negatif dari
pikiran kelompok dalam membuat keputusan, yaitu : 1. Diskusi amat terbatas pada beberapa alternatif keputusan saja.
2. Pemecahan masalah yang sejak semula sudah cenderung dipilih, tidak lagi dievaluasi atau dikaji ulang.
3. Alternatif pemecahan masalah yang sejak semula ditolak, tidak pernah dipertimbangkan kembali.
4. Tidak pernah mencari atau meminta pendapat para ahli dalam bidangnya. 5. Kalau ada nasehat atau pertimbangan lain, penerimaannya diseleksi karena
ada bias pada pihak anggota.
Universitas Sumatera Utara
6. Cenderung tidak melihat adanya kemungkinan-kemungkinan dari kelompok lain akan melakukan aksi penentangan, sehingga tidak siap melakukan
antisipasinya. 7. Sasaran kebijakan tidak disurvei dengan lengkap dan sempurna.
Ilustrasi analisis Janis selanjutnya mengungkapkan kondisi nyata suatu kelompok yang dihinggapi oleh pikiran kelompok, yaitu dengan menunjukkan
delapan gejala perilaku kelompok sebagai berikut. 1. Persepsi yang keliru illusions, bahwa ada keyakinan kalau kelompok tidak
akan terkalahkan. 2. Rasionalitas kolektif, dengan cara membenarkan hal-hal yang salah sebagai
seakan-akan masuk akal. 3. Percaya pada moralitas terpendam yang ada dalam diri kelompok.
4. Stereotip terhadap kelompok lain menganggap buruk kelompok lain. 5. Tekanan langsung pada anggota yang pendapatnya berbeda dari pendapat
kelompok. 6. Sensor diri sendiri terhadap penyimpangan dari konsensus kelompok.
7. Ilusi bahwa semua anggota kelompok sepakat dan bersuara bulat. 8. Otomatis menjaga mental untuk mencegah atau menyaring informasi-
informasi yang tidak mendukung, hal ini dilakukan oleh para penjaga pikiran kelompok mindguards.
Proses pembuatan keputusan yang menggunakan kiat-kiat tersebut, dapat memakan waktu yang panjang. Namun manfaat yang dapat diperoleh sangat luar
biasa, yaitu kepastian mengurangi kesalahansampai tingkat terendah dari proses pengambilan keputusan. Dengan demikian dapat diperoleh gambaran lebih nyata,
bahwa untuk mencapai keputusan kelompok yang baik, maka pikiran kelompok
Universitas Sumatera Utara
harus diubah menjadipikiran tim. Sedangkan untuk memperoleh pelaksanaan prosedur yang baik dan akurat, sedapat mungkin dikurangi desakan yang
didasarkan pada alasan keterbatasan waktu Sarwono, 1999. Sebagaimana teori-teori lainnya, teori groupthink juga tak lepas dari kritik.
Mereka yang mengkritik teori ini, antara lain adalah: 1. Aldag dan Fuller 1993
Menurut Aldag dan Fuller, analisis groupthink bersifat retrospektif berlaku surut, sehingga Janis dapat mengambil bukti-bukti yang mendukung
teorinya saja. Keterpaduan kelompok itu sendiri belum tentu menimbulkan pikiran kelompok. Misalnya perkawinan dan keluarga, dapat tetap terpadu atau kohesif
tanpa menimbulkan pikiran kelompok, dengan tetap membiarkan perbedaan pendapat tanpa mengurangi keterpaduan itu sendiri.
2. Tetlock, dkk 1992 Tetlock, et.al menilai, fakta sejarah membuktikan bahwa ada juga
kelompok-kelompok yang sudah mengikuti prosedur yang baik, namun tetap melakukan kesalahan, misalnya ketika Presiden Carter dan penasehat-
penasehatnya merencanakan pembebasan sandera di Iran pada tahun 1980. Operasi itu gagal total dan Amerika Serikat dipermalukan, walaupun kelompok
itu sudah mengundang berbagai pendapat dari luar dan memperhitungkan segala kemungkinan secara realistik.
2.3.2.Asumsi Groupthink
Dalam hal ini Irving Janis memfokuskan penelitiannya pada Problem- Solving Group dan task-oriented group, yang mempunyai tujuan utamanya yaitu
untuk mengambil keputusan dan memberikan rekomendasi kebijakan akan solusi- solusi yang ada.
Universitas Sumatera Utara
Berikut merupakan 3 asumsi penting dalam Groupthink Theory : 1.
Kondisi-kondisi di dalam kelompok yang mempromosikan kohesivitas yang tinggi.
Ernest Bormann mengamati bahwa anggota kelompok sering kali memiliki perasaan yang sama atau investasi emosional, maka mereka cenderung
untuk mempertahankan identitas kelompok. Pemikirian kolektif ini biasanya menyebabkan sebuah kelompok memiliki hubungan yang baik,
tetap bersatu, memiliki semangat kebersamaan dan memiliki kohesivitas tinggi.
Kohesivitas : batasan dimana anggota-anggota suatu kelompok bersedia untuk bekerja sama. Atau bisa dibilang, rasa kebersamaan dari kelompok
tersebut.Kelompok dimana anggotanya saling tertarik dengan sikap, nilai dan perilaku anggota lainnya cenderung dapat dikatakan kohesif.
2. Pemecahan masalah di dalam kelompok pada dasarnya merupakan proses
yang terpadu. Para anggota biasanya berusaha untuk dapat bergaul dengan baik.Dennis
Gouran mengamati bahwa kelompok-kelompok rentan terhadap batasan afiliatif affiliative constraints, yang berarti bahwa anggota kelompok
lebih memilih untuk menyimpan masukan atau pendapat mereka daripada mengambil risiko pendapat mereka ditolak. Menurut Gouran, mereka akan
cenderung untuk “memberikan perhatian lebih pada pemeliharaan kelompok daripada isu-isu yang sedang dipertimbangkan”. Oleh karena
itu, anggota kelompok lebih tertarik mengikuti pemimpin saat pengambilan keputusan tiba.
3. Kelompok dan pengambilan keputusan oleh kelompok sering kalibersifat
kompleks. Usia, sifat kompetitif, ukuran, kecerdasan, komposisi gender gaya
kepemimpinan dan latar belakang budaya dari para anggota kelompok dapat mempengaruhi proses-proses yang terjadi di dalam kelompok.
Seperti misalnya karna banyak budaya yang tidak menghargai
Universitas Sumatera Utara
komunikasi yang terbuka dan ekspresif, beberapa anggota kelompok akan menarik diri dari perdebatan atau dialog, dan hal ini mungkin dapat
membuat anggota kelompok yang lain heran, serta bisa mempengaruhi persepsi dari para anggota kelompok, baik yang partisipatif ataupun yang
nonpartisipatif. Oleh karena itu, kelompok dan keputusan kelompok dapat menjadi lebih sulit, tetapi biasanya melalui kerja kelompok, orang
dapat mencapai tujuan mereka lebih baik dan efisien.
2.3.3. Faktor Terbentuknya Groupthink