BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Laju konsumsi air bersih di Indonesia semakin
meningkat seiring
dengan peningkatan jumlah penduduk. Sedangkan
ketersediaan air bersih semakin berkurang. Forum Air Dunia
1
di Den Haag pada Maret 2000 sudah memprediksikan Indonesia
termasuk salah satu negara yang akan mengalami krisis air pada tahun 2025.
Penyebabnya adalah kelemahan dalam pengelolaan air. Salah satunya adalah
pemakaian air yang tidak efisien. Laju kebutuhan akan sumber daya air dan potensi
ketersediaannya tidak seimbang sehingga semakin menekan kemampuan alam dalam
menyuplai air.
2
Kepulauan Indonesia
terdiri atas
17.508 pulau besar dan pulau kecil, memiliki garis pantai 81.000 km, serta luas laut 5,8
juta km
2
yang merupakan luas laut terbesar di dunia.
3
Air laut memiliki potensi untuk mengatasi masalah krisis air karena air
bersih dapat dihasilkan dari air laut melalui proses desalinasi. Desalinasi adalah proses
pemisahan yang
dilakukan untuk
mengurangi kandungan garam terlarut dari air laut. Proses desalinasi melibatkan tiga
aliran cairan, yaitu umpan berupa air garam misalnya air laut, produk bersalinitas
rendah, dan konsentrat bersalinitas tinggi. Teknologi desalinasi juga dikembangkan
oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi BPPT untuk mengatasi krisis
air.
2
Teknologi membran
semakin berkembang pesat. Salah satu aplikasi dari
penggunaan membran adalah sebagai filter air, dalam hal ini membran digunakan
sebagai media pemisahan. Keuntungan dalam penggunaan membran terletak pada
beberapa hal, antara lain: sederhana dalam proses pemisahannya, dapat berlangsung
pada suhu kamar, dan tidak destruktif tidak menimbulkan degradasi pada zat yang
dipisahkan secara fisis maupun kimia. Selain
itu pemisahan
menggunakan membran dapat berjalan secara sinambung
dan tidak banyak membutuhkan energi.
4
Di samping mempunyai keuntungan, proses
membran juga
mempunyai kekurangan di antaranya: penyumbatan pori
membran fouling. Adanya fouling dapat menyebabkan
penurunan fluks.
Fluks berbanding terbalik dengan selektivitas.
Semakin tinggi fluks seringkali berakibat menurunnya selektivitas dan sebaliknya.
Sedangkan hal yang diinginkan dalam proses
berbasiskan membran
adalah mempertinggi fluks dan selektivitas. Selain
fouling, kekurangan membran ada pada stabilitas membran. Kebanyakan material
membran berbahan polimer mempunyai kendala dalam keterbatasan terhadap pH,
temperatur, dan ketahanan kimia.
4
1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah: a.
Mengkaji efektivitas membran selulosa asetat
pada filtrasi
bertahap menggunakan sistem dead end untuk
desalinasi air laut. b.
Mengkaji kemampuan
membran melewatkan air laut dan menyaring
partikel-partikel garam dan pengotor air laut melalui analisis kakateristik air hasil
filtrasi.
1.3 Hipotesis
Teknologi filtrasi bertahap melalui membran
selulosa asetat
memiliki kemampuan untuk memisahkan garam
terlarut pada air laut sehingga salinitas permeat menurun. Sistem dead end memiliki
pola fluks terhadap waktu yang menurun, semakin lama waktunya maka semakin kecil
fluks yang dihasilkan. Dari variasi tekanan yang
diberikan akan
menghasilkan hubungan fluks terhadap tekanan yang
berbanding lurus, semakin besar tekanan yang diberikan maka semakin besar fluks
yang dihasilkan.
1.4 Rumusan Masalah
Pada penelitian ini difokuskan pada mengkaji efektivitas membran selulosa
asetat pada
filtrasi bertahap
melalui parameter
fluks permeat
dan rejeksi
membran. Adapun yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
a. Apakah membran selulosa asetat mampu
menyaring partikel garam pada air laut? b.
Berapa persen salinitas air laut dapat berkurang setelah melalui proses filtrasi
bertahap? c.
Berapa persen kekeruhan air laut dapat berkurang
setelah melalui
filtrasi bertahap?
d. Berapa persen pH air laut dapat
berkurang setelah
melalui filtrasi
bertahap? e.
Berapa persen rapat massa air laut dapat berkurang
setelah melalui
filtrasi bertahap?
BAB II TINJAUAN PUSTAKA