Sistem Pusat Pemukiman

4.1 Sistem Pusat Pemukiman

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pemukiman adalah faktor fisik, sosial, budaya, ekonomi,politik dan lain sebagainya. Faktor fisik yang mempengaruhi pertumbuhan pemukiman adalahkeadaan tanah, hidrologi, iklim, morfologi dan sumber daya lain, faktor fisik mempengaruhi bentuk, kecepatan dan perluasan pemukiman. Faktor sosial adalah karakter demografinya, struktur dan organisasi sosial, dan relasi sosial di antara penduduk yang menghuni pemukimantersebut. Faktor budaya yang mempengaruhi adalah tradisi setempat, pengetahuan IPTEK. Faktor ekonomi adalah daya beli masyarakat, mata pencaharian,

transportasi dan komunikasi. Faktor politik adalah pemerintah dan kebijakan setempat. Dasar teori dari sistem pusat pemukiman yaitu central place theory serta konsep dasar range of goods dan threshold (ambang penduduk).

Analisis sistem pusat pemukiman pada dasarnya ada dua elemen, yaitu daerah perkotaan dan daerah pedesaan dimana keduanya mempunyai ciri atau karakteristik yang berbeda. Pada daerah pedesaan pola pemukimannya dipengaruhi oleh pertanian, pemukiman yang rapat cenderung berkembang di daerah yangmemiliki tanah subur. Sedangkan pada daerah perkotaan, persaingan dalam menggunakanruang lebih intensif dari pedesaan. Analisis yang digunakan dalam analisis sistem pusat pemukiman ada dua tipe, yaitu analisis sistem pemukiman (settlement system analysis), dan spatial linkages analysis.Penganalisisan dalam hal ini ada tiga jalan, yaitu dengan skalogram , analisis ambang batas/ threshold dan analisis indeks sentralitas Marshall. Ketiganya saling melengkapi dan digunakan untuk menentukan hierarki kota atau pusat dari sistem pusat pemukiman.

4.1.1 Analisis Skalogram Guttman

Analisis skalogram merupakan salah satu alat untuk mengidentifikasi pusat pertumbuhan wilayah berdasarkan fasilitas yang dimilikinya, dengan demikian dapat ditentukan hierarki pusat-pusat pertumbuhan dan aktivitas pelayanan suatu wilayah. Wilayah dengan fasilitas yang lebih lengkap merupakan pusat pelayanan, sedangkan wilayah dengan fasilitas yang kurang akan menjadi daerah belakang (hinterland). Louis Guttman (1950) salah satu skala satu dimensi menggambarkan respon subyek terhadap obyek tertentu menurut tingkatan yang sempurna, orang yang mampu menjawab semua pertanyaan dengan baik akan lebih baik dibandingkan dengan yang mampu menjawab sebagian saja.

Analisis skalogram merupakan salah satu alat untuk mengidentifikasi pusat pertumbuhan wilayah berdasarkan fasilitas yang dimilikinya, dengan demikian dapat Analisis skalogram merupakan salah satu alat untuk mengidentifikasi pusat pertumbuhan wilayah berdasarkan fasilitas yang dimilikinya, dengan demikian dapat

Skalogram digunakan untuk menganalisis pusat-pusat pemukiman, khususnya hierarkiatau orde pusat-pusat pemukiman. Subjek dalam analisis ini merupakan pusat pemukiman (settlement), sedangkan obyek diganti dengan fungsi atau kegiatan. Dengan beberapa tambahan analisis, misalnya aturan Marshall, atau algoritma Reed-Muench, tabel skalogram menjadi indikasi awal analisis jangkauan pelayanan setiap fungsi dan pusat pemukiman yang dihasilkan. Teknik ini untuk memberikan gambaran adanya pengelompokkan pemukiman sebagai pusat pelayanan dengan mendasarkan pada kelengkapan fungsi pelayanannya. Ukuran fasilitas yang dinilai adalah jumlah dan kelengkapannya. Fasilitas yang digunakan pada penilaian ini adalah fasilitas yang

mencirikan fungsi pelayanan sosial dan ekonomi. Skalogram diperoleh dengan cara membuat suatu tabel yang mengurutkan keberadaan fasilitas suatu wilayah yang diidentifikasi sebagai pusat pelayanan. Dengan beberapa tambahan analisis, misalnya aturan Marshall, atau algoritma Reed-Muench, tabel skalogram menjadi indikasi awal analisis jangkauan pelayanan setiap fungsi dan pusat pemukiman yang dihasilkan. Prosedur pengerjaan metode Skalogram Guttman adalah sebagai berikut:

a. Identifikasi semua kawasan perkotaan yang ada.

b. Membuat urutan pemukiman berdasarkan jumlah penduduk pada bagian sebelah kiri tabel kerja.

c. Membuat urutan fasilitas yang ditemukan berdasarkan frekuensi yang ditemukan, pada bagian atas.

d. Membuat garis baris dan kolom sehingga lembar kerja tersebut membentuk matriks yang menampilkan fasilitas yang ada pada masing-masing pusat pelayanan atau kota.

e. Menggunakan tanda (1) pada sel yang menyatakan keberadaan suatu fasilitas, dan tanda (0) pada sel yang jmenyatakan ketiadaan suatu fasilitas.

f. Menyusun ulang baris dan kolom berdasarkan frekuensi keberadaan fasilitas, semakin banyak fasilitas yang didapati pada suatu pemukiman maka pemukiman tersebut berada pada urutan atas.

g. Mengidentifikasi peringkat atau hierarki pemukiman yang dapat diinterpretasikan berdasarkan prosentase keberadaan fasilitas pada suatu pemukiman. Semakin tinggi prosentasenya, maka hierarki pemukiman tersebut akan semakin tinggi.

Nilai atau tingkat kelayakan nilai pada analisis ini yaitu 0,9 - 1. Hierarki Nilai COR yang ideal antara 0,9 – 1. Tingkat kesalahan ini dapat dihitung dengan rumus:

Dimana : - COR

: koefisien reliabilitas

- Total jenis fasilitas : jumlah seluruh fasilitas dalam tangga hierarki pusat pelayanan - Jumlah kesalahan : penyimpangan jumlah luar atau dalam tangga