Relasi Terhadap Sesama Orang Per- caya
2. Relasi Terhadap Sesama Orang Per- caya
9 Ibid. 10 Ibid., 90. : Bandingkan Kisah Para Rasul
16:25-33, tentang pengaruh musik dalam pengin- 8 John Handol Ml ‘Nyanyian Lucifer’, (Yog- jilan malalui pengalaman Rasul Paulus di penjara di
yakarta : Yayasan Andi, 2002),89.
Filipi.
Seperti telah ditulis di depan bahwa Sehingga dengan demikian akan menjadi musik mempunyai pengaruh yang luar biasa
saksi Kristus dan menjadi berkat kebutuhan atas kehidupan, di sini musik bukan hanya
jiwa.
se-bagai salah satu seni saja akan tetapi
c. Musik Sebagai Kebutuhan Jiwa
musik bahkan telah menjadi bagian yang Perlu dipahami dan disadari bahwa seutuhnya dari kehidupan manusia, oleh se-
semua manusia di dunia ini mempunyai bab itu mengapa orang-orang tatkala me-
naluri musik dalam tubuhnya atau jiwanya reka mendengarkan musik sebagian ada
sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa mu- yang bergairah dalam bekerja dan dapat
sik yang bersifat universal itu telah menjadi menyelesaikannya dengan cepat apabila
bagian yang utuh dalam kehidupan setiap mendengarkan suatu jenis musik yang
orang. Musik tidak hanya menjadi pe- mereka sukai, dan ada yang menjadi sedih,
lengkap kehidupan tetapi terlebih dari pada melamun dan sebagainya, apabila mende-
itu musik menjadi suatu kebutuhan tersen- ngarkan musik yang lain yang membuka
diri yaitu ‘kebutuhan jiwa’. Sebuah artikel memori lama mereka yang waktu itu
berjudul “The Power of Musik” ditulis oleh mungkin kondisinya menyedihkan.
Paul Palmer, dikatakan : Lalu bagaimana dengan musik ge- Sebagai satu bentuk seni, musik itu rejawi perihal pengaruhnya dalam kehi-
unik, musik terdiri dari sejumlah unsur dupan rohani umat Kristen? Jelas bahwa
yang berbeda-beda, misal ritme, har- tujuan utama semua musik gerejawi atau
moni, tekstur, dan melodi. Bergantung kepada kehadiran dan keseimbangan
rohani adalah meninggikan dan meng- unsur-unsur ini dan komponen-kom-
agungkan nama Tuhan. Musik gerejawi ponen terkait lainnya, musik dapat akan membawa dampak yang lebih baik ba-
memberi ketenangan atau semangat, gi pertumbuhan kerohanian jemaat.
menghaluskan dan menjadikan kasar, Musik dapat mempengaruhi keroha-
mengandung falsafah atau sembrono. nian (spirit). Artinya, Roh Kudus dapat
Musik dapat menjadi sumber berkat pa- ling limpah, atau pencetus pemberon-
menobatkan orang, mempercepat pertumbu- takan dengan tingkah laku penuh dosa. han jiwa seseorang anak menjadi lebih
dewasa, menguatkan iman melalui motiva- Sebagai penjelasan dari uraian diatas, di- si, tujuan, dan doa. Musik yang baik itu
contoh sebagai berikut : harus bermanfaat, memberi kesegaran da-
berikan
Seorang pemuda atau pemudi yang lam tubuh, intelek, emosi dan spirit, serta
sedang kasmaran mereka akan lebih cen- memilki daya tarik yang kuat (secara
derung mendengarkan musik atau lagu yang positif). “layanilah seorang akan yang lain
syair dan nadanya berisikan tentang cinta sesuai dengan karunia yang diperoleh tiap-
dan kasih, karena itu akan memuaskan jiwa tiap sebagai pengurus yang baik dari kasih
mereka yang di rundung asmara, apalagi di karunia Allah” (1 Petrus 4:10 ).
saat mereka berjauhan. Beberapa karya- Dengan demikian, Allah sendiri
wan yang letih bekerja atau mangalami ke- yang bertahta di atas pujian umat-Nya akan
jenuhan, sebagai pelepas kejenuhan dan mengubah kehidupan seseorang menjadi
menghilangkan sedikit keletihan akan cen- sempurna dan layak dihadapan-Nya bagi
derung mendengarkan musik instrumen- siapa saja yang mau diubahkan kehidupan-
talia. Realita ini membuktikan bahwa musik nya dari yang buruk kepada kehidupan yang
sangat diperlukan sebagai suatu upaya pe- baik dan bertumbuh dalam kerohanian.
menuhan dari dahaga jiwa seseorang.
2. Musik Gerejawi sebagai Landasan
diperhatikan bahwa menghancurkan kehi-
dan Dinamika Kehidupan Moral
dupan manusia khususnya musik dan moral Masih banyak orang belum me-
adalah target iblis. Ia memakai pengaruh nyadari bahwa musik dapat berpengaruh
berbagai musik sebagai alat untuk mencapai terhadap jiwa dan kerohanian seseorang,
tujuannya. Oleh sebab itu, Allah senan- dan dampaknya bias menjadikan positif
tiasa memberi tuntutan dan memberi ilham atau negatif bagi kehidupan orang tersebut.
melalui Roh Kudus-Nya kepada gereja-Nya Seorang psikolog musik Gibson Herborth
khususnya kepada para pencipta lagu rohani mengatakan :
dan kepada para pemusik sehingga mereka Temperamen yang berbeda-beda akan
dapat mengubah pujian dan mengaransir mempengaruhi selera musik sese-
musik sesuai dengan kehendak Allah. De- orang, seperti umumnya temperamen
ngan demikian, musik dan lagu-lagu ter- kolerik menyukai musik-musik keras,
sebut dapat menjadi alat berkat dalam mem- sedangkan melankolis suka lagu-lagu
yang sendu dan berkesan cengeng, bangun kehidupan jemaat atau umat Allah. Sanguin tertarik pada musik yang ber-
Peran Khusus Musik Gerejawi Dalam
nada riang, sebaliknya tempera-men
Penyembahan Jemaat
plegmatik lebih suka mendengar-kan Saat ini masih ada gereja-gereja musik yang dengan pelan (slow). 12 yang menggunakan alat musik tunggal atau
Beranjak dari pendapat dari psikolog di iringan tunggal bagi penyembahan mereka, atas, timbul pertanyaan, apakah selera mu-
seorang pemain yang sensitif dan ahli sik yang sesuai dengan temperamen akan
dalam memainkan alat musik tunggal dapat berpengaruh terhadap akhlak atau moral
menolong pemimpin pujian untuk mem- sehingga menjadi baik atau justru sebalik-
bawa jemaat kepada penyembahan yang nya. Jika kita melihat kembali kebelakang
hidup dan harmonis. Paling sedikit satu dalam Perjanjian Lama sebenarnya musik
alat musik sebagai pengiring adalah titik diciptakan oleh Allah untuk kehidupan dan
13 pemujaan terhadap-Nya. awal untuk membangun sebuah penyem- Tetapi sejak
bahan yang hidup.
adam jatuh kedalam dosa dan diusir dari Seperti telah diketahui bahwa musik taman Eden musik pada akhirnya melayani
gerejawi banyak ragamnya serta aliran-ali- tujuan akhir dosa. Itulah sebabnya, janji
ran yang mempengaruhinya seperti, aliran pemulihan dari Allah dan kuasa pembeba-
klasik, aliran kharismatik, aliran kontem- san-Nya memberi dinamika atas pujian dan
porer, dan sebagainya. Untuk mengimba- penyembahan kepada umat-Nya, sehingga
ngi ragam musik tersebut, maka lagu-lagu umat-Nya dapat memuji dan memuliakan
harus dipilih yang mewakili tema yang te- Dia dengan talenta atau karunia yang telah
lah diilhami oleh Roh Kudus untuk pela- diberikan Allah kepada masing-masing
14 orang yanan kepada jemaat. Tidak hanya itu saja, Dengan penyembahan khususnya lagu-lagu tidak boleh didasarkan hanya ke- bagi para pelayan-pelayan dalam bidang
pada kecocokan secara musikal saja, tetapi dimaksud. Tetapi kembali perlu diingat dan
harus diperhatikan bahwa musik gerejawi
13 Banding : Mazmur 8, 145-150, tentang tujuan dan makna musik bagi umat Allah.
14 Banding : I Korintus 12:11; Yakobus 5:13, tentang peran musik untuk melayani dan memu-
liakan Allah (Efesus 5:18-21).
hanya dipakai sebagai alat untuk melayani Tuhan dalam pujian dan penyembahan. 15 Kenyataan lain muncul dimana para pemain musik gerejawi yang tidak memilki komitmen, kesetiaan, skill dan kedewasaan rohani yang cukup, mereka secara instan dipersilahkan memulai latihan dan mengi- ringi ibadah, ini merupakan masalah serius. Tetapi intinya adalah jika sampai pada wak- tunya untuk menyembah, saat itu bukan lagi waktu untuk berlatih musik atau hanya me- musatkan perhatian pada improvisasi musik saja. Itulah waktunya untuk bertemu dan memfokuskan diri kepada Tuhan dalam ha- dirat-Nya melalui musik dan pujian, ter- lebih dari pada itu membantu jemaat untuk lebih dalam lagi masuk kedalam hadirat Tuhan dan ‘berjumpa’ dengan-Nya dalam roh dan kebenaran. (Band. Daniel 11 : 32).
Seperti telah diuraikan di atas tadi, sangatlah penting bagi pelayan Tuhan khu- susnya para pemusik gerejawi dan pe- mimpin pujian untuk berlatih, bersekutu, saling membangun, mendorong, dan mem- beri semangat satu dengan yang lain dalam mencari kehendak Tuhan. Dan hal ini harus dilakukan sebelum melayani jemaat baik melayani dalam musik maupun dalam pu- jian dan penyembahan. Caranya, melalui wadah persekutuan khususnya pelayanan mimbar, karena dalam wadah dimaksud itulah para pelayan mimbar dapat saling memahami satu dengan yang lain, menegur bila ada yang salah, menasihati, dan saling memberi masukan yang positif, serta saling membangun iman demi kesatuan dan kese- hatian disaat melayani di tengah jemaat. Sehingga dengan demikian Allah sendiri melalui Roh Kudusnya akan memberitahu- kan rencana dan kehendak-Nya. Pada akhirnya nanti peranan musik gerejawi
15 Tom Kraeuter, ‘Mengembangkan Pelaya- nan Penyembahan yang Efektif’,( YWAM Publishing
Indonesia 2001), 47-48.
dalam pelayanan pujian dan penyembahan yang benar dalam arti sesuai dengan kehendak Tuhan, akan membawa berkat bagi jemaat, sehingga melaluinya jemaat lebih didewasakan dalam kerohanian me- reka serta akan membentuk atau mencipta- kan jemaat penyembah-penyembah di da- lam Roh dan kebenaran.
Strategi Pengembangan Musik Gerejawi Dalam mendukung Penyembahan Jemaat.
Pada bagian ini akan dibahas, ba- gaimana menyusun strategi bagi pengem- bangan musik gerejawi sebagai alat dalam mendukung penyembahan jemaat. Pemba- hasan ini, akan dijelaskan melalui beberapa pokok penting, antara lain; 1. musik gere- jawi dan budaya kehidupan jemaat. 2. Pen- didikan dan persiapan pelayanan musik ge- rejawi. 3 manajemen pelayanan musik gere- jawi, yang diakhiri dengan suatu rang- kuman.
Sebelum masuk kedalam pembaha- san lebih lanjut, perlu melihat ke masa lam- pau beberapa ribu tahun yang lalu dalam Perjanjian Lama hingga saat ini tentang perkembangan musik gerejawi.
Sebelum gendang berkembang men- jadi seperangkat alat yang memiliki ber- bagai ukuran saat ini, alat-alat musik ter- sebut memiliki mekanisme serta dalam hal memainkannya masing-masing berbeda. Gendang dibuat dari apa yang yang kita sebut alat musik tabuh seperti tambur kecil, rebana, tamborin, dan lonceng. Masing- masing harus ditabuh untuk menghasilkan nada tabuh, dan akhirnya suara pukulan atau tabuhan pada gendang. Dalam de- fenisi yang paling benar, hakikat piano adalah alat musik tabuh karena nadanya dihasilkan dengan memukulkan kapak atau palu kecil pada senar dari logam. Xylophone (alat musik sejenis gambang) atau marimba adalah alat musik tabuh yang Sebelum gendang berkembang men- jadi seperangkat alat yang memiliki ber- bagai ukuran saat ini, alat-alat musik ter- sebut memiliki mekanisme serta dalam hal memainkannya masing-masing berbeda. Gendang dibuat dari apa yang yang kita sebut alat musik tabuh seperti tambur kecil, rebana, tamborin, dan lonceng. Masing- masing harus ditabuh untuk menghasilkan nada tabuh, dan akhirnya suara pukulan atau tabuhan pada gendang. Dalam de- fenisi yang paling benar, hakikat piano adalah alat musik tabuh karena nadanya dihasilkan dengan memukulkan kapak atau palu kecil pada senar dari logam. Xylophone (alat musik sejenis gambang) atau marimba adalah alat musik tabuh yang
di tengah-tengah jemaat. Selanjutnya masuk sichord”, dan bahkan “dulcimer kapak”.
kepada pembahasan berikut : Semua alat-alat musik ini pertama-tama
1. Musik Gerejawi dan Kehidupan Je-
digunakan sebagai hasil dari menggesekan
maat
dua benda bersama-sama hingga menim- J. Verkuyl mengemukakan lima bulkan suara dan akhirnya berkembang
macam sikap umat Kristen terhadap kebu- menjadi alat musik yang menghasilkan na-
dayaan. Yakni sikap antagonis (menen-
da. Menurut Keluaran 28:33-34, pada tang), sikap akomodatif (menyesuaikan ujung gamis milik imam ada buah delima
diri), sikap dominasi (menguasai), sikap dan giring-giring emas. Dalam bahasa Ib-
dualistis (mendua), atau memisahkan iman rani, “giring-giring (lonceng)” adalah ‘pah- 19 dan kebudayaan.
gamohn’, artinya seperti dipukul. Dalam
G. Reimer, penulis buku “Cermin Alkitab, kata ini hanya dua kali diterje-
Injil Ilmu Liturgi”, menyatakan bahwa mahkan menjadi “giring-giring”. Saat ini
faktor kebudayaan penting sekali. Bukan budaya Yahudi tidak banyak menggunakan
saja dilihat dari segi missioner, melainkan giring-giring atau lonceng sebagai alat
juga dari segi pembinaan jemaat. Sehingga musik. Tetapi giring-giring tetap ada, dan
faktor hikmat dan kearifan yang tunduk variasinya adalah ceracap. 16 kepada prinsip Alkitabiah menjadi panutan
Seperti lonceng, ceracap adalah alat dalam menentukan pola ibadah gerejawi. 20 musik yang bunyinya dihasilkan karena
Beranjak dari dua pandangan di atas getaran. Bahasa Ibrani untuk ceracap adalah
yang dikemukakan oleh dua pakar budaya “iz’lah-tzlah”. Cymbal (ceracap) berarti
dan teologi, menjelaskan bahwa setiap ge- ‘bergemierincing’ atau berdentang ber-
reja mempunyai budaya kehidupan jemaat sama-sama. Bahasa Yunani ceracap adalah
masing-masing dalam hal musik (pujian ‘kumbalon’ yang dikatakan dalam 1 Kor
dan penyembahan). Pada bagian ini akan 13:1 sebagai canang. 17 dijelaskan lebih lanjut melalui dua pokok
Dalam Alkitab di Perjanjian Lama, sub pembahasan, 1. Menentukan musik ada kata “rebana.” Dalam Keluaran 15:20,
yang sesuai dengan budaya jemaat, 2. Me- Mazmur 81:2 dan 150:4, kata ini secara
nata musik bagi aktualisasi penyembahan harafiah berarti “menabuh.” Kata “tohph”
yang hidup.
sering diterjemahkan menjadi “rebana” dan
1.1. Menentukan Musik yang sesuai de- kadang “terbet (tambur kecil).” Dan
ngan Budaya Jemaat gendang seperti telah disebut di atas yang
Seperti telah diuraikan da- adalah cikal-bakal atau kakek buyut drum
lam penjelasan sebelumnya bahwa modern. 3618 seiring dengan perkembangan
musik memiliki beragam jenis bentuk zaman musik pun terus berkembang hingga
dan bunyi-bunyiannya, dari sini tim- saat ini. Dengan semakin berkembangnya
bul pertanyaan, musik yang bagai- musik, maka setiap pelayan musik, pujian,
manakah yang sesuai dengan jemaat? dan penyembahan harus berusaha untuk
Dan apakah yang dimaksud dengan budaya jemaat? Hal ini bukan masa-
16 Ray Hughes, ‘Suara Surga Sinfoni Bumi’, (Jakarta : Nafiri Gabriel, 2000), 108-109.
17 Ibid 19 John Handol ML Op Cit., hlm. 32 18 Ibid, hlm.110 20 Ibid
lah mudah untuk dapat menemukan batasan mengenai jenis musik seperti apa yang dapat dikategorikan sebagai jenis musik yang sesuai dengan bu- daya jemaat. Sebelum masuk dalam pembahasan lebih lanjut, pertama per- lu dipahami dulu apa yang diartikan dengan budaya jemaat itu. berkaitan dengan jemaat itu, berkaitan dengan musik. Budaya Jemaat dapat diartikan “selera serta kebutuhan jemaat akan musik dan ini didasarkan atas kelom- pok usia.” Dalam usia tengah baya, cenderung beranggapan bahwa lagu- lagu sekarang sama sekali tidak me- miliki makna rohani yang jelas, dan hanya enak dinyanyikan atau diden- gar dan mudah diingat. Namun makna teologisnya sama sekali tidak dapat dipertanggungjawabkan. Sementara kelompok kaum muda justru berang- gapan sebaliknya. Menurut mereka lagu-lagu klasik itu tidak menarik un- tuk dinyanyikan sebab selain liriknya sulit dimengerti, lagunya sendiri me-
reka anggap kuno. 21 Jadi, dengan
kata lain tidak mungkin menyeragam- kan persepsi secara instan dan itu membutuhkan proses panjang. Sebab setiap pilihan jenis musik merupakan refleksi dari selera jemaat yang ter- ungkap atau terekspresikan. Perlu di- sadari bahwa masalah akan timbul bi- la terjadi hal-hal seperti tersebut di atas. Inilah salah satu hal yang me- nyebabkan gereja atau jemaat Tuhan menjadi terpecah. Memang iblis se- lalu berusaha mengalihkan perhatian dengan mempertajam perbedaan yang sebenarnya tidak perlu dibesar-be- sarkan, khususnya dalam hal selera, mereka atau jemaat akan saling kritik,
21 Robert C. Anderson, Loc. Cit
saling menjatuhkan dan pada akhir- nya terjadi permusuhan dan dalam hal ini terkadang gerejalah yang menang- gung segala sesuatunya.
Masalah yang mendasar yang menyebabkan perpecahan itu sendiri sesungguhnya dapat diminimalkan ji- ka sejak awal masing-masing memi- liki sikap toleransi dalam hal selera. Namu justru sebaliknya. Jika satu kelompok merasa kelompok lain yang memilih lagu-lagu tertentu, yang se- suai dengan keinginan kelompok itu, maka desas-desus yang berkonotasi negatif mulai dilemparkan. Jika hal itu tidak digubris, mulai secara te- rang-terangan mengkritik seolah-olah hanya seleranya yang benar dan Al- kitabiah. Hal-hal semacam ini akan membuat persatuan jemaat menjadi terkoyak. Memang kebutuhan kelom- pok yang satu belum tentu sama de- ngan kelompok yang lain, dan sebe- narnya yang terpenting adalah dengan saling bertoleransi, keduanya dapat sama-sama menikmati persekutuan dalam Tuhan sehingga dengan de- mikian kerohanian mereka dapat sa- ma-sama bertumbuh, (Baca : 1 Kor 10:32-33).
1.2. Menata Musik bagi Aktualisasi pe- nyembahan yang Hidup Enskew dan Mcelrath berpen- dapat bahwa, “pemusik adalah pemimpin yang sebenarnya ketika mengiringi jemaat dalam menyanyi-
kan lagu puji-pujian. 22 Lebih jauh lagi Reynold menyatakan : The instruments should not detract from the singing by calling attention to themselves. The instrumental sound
22 Enskew & Mcelrath. Sing With Unders- tanding, 227.
should not overwhelm and engulf the setiap pribadi untuk turut bernyanyi, tetapi singing and the singers, nor be so
cukup cepat untuk memberikan suasana anemic as to be of the little conse-
perasaan yang hidup dan bersemangat. Ada quence 23 . beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
(alat-alat musik tidak boleh me-
tempo:
nyimpang dari nyanyian dengan me-
1. Faktor Tekstural (model/” war- narik perhatian padanya. Alat-alat
na”) Gaya dari nada lagu mem- musik sebaiknya tidak mengeluar-
bantu seseorang untuk menentu- kan tempo yang tepat dimana nada
kan suara yang terlalu keras se- seharusnya dinyanyikan. hingga ‘menelan’ nyanyian dan pe-
2. Faktor Irama. Pola irama yang nyanyinya, atau jangan juga terlalu
kompleks (ruwet) akan menga- kecil sehingga tidak berpengaruh).
kibatkan pemimpinnya menyanyi- Sydnor dalam bukunya
kannya dengan tempo sedikit lebih “Introducing A New Hymnal”
lambat karena berusaha untuk memberikan saran bagaimana me-
menjaga agar pola tersebut benar dan jelas.
ngiringi pujian dan penyembahan
3. Faktor Teks. Suasana (mood) teks dalam jemaat :
akan mempengaruhi pertimbangan
1. Pemusik adalah seorang pe- pemimpin terhadap temponya. mimpin nyanyian (mengerti mu-
Kebutuhan akan waktu yang me- sik dan lagu serta cara ber-
madai untuk mengucapkan kata- nyanyi).
katanya dengan jelas juga akan
2. Pemusik harus bermain tepat (da- membutuhkan penyesuaian dengan lam tempo).
tempo.
4. Faktor Lain. Seperti sifat-sifat irama.
3. Pemusik harus pandai memberi
akustik dari ruangan, alat-alat pe-
4. Pemusik bermain dengan tempo ngiring dan keahlian para pemain- nya, besarnya jemaat itu, suasana
yang baik. kebaktian saat itu, pengenalan ter-
5. Pemusik harus mengikuti teks
24 hadap lagu, dan lain-lain. nyanyiannya. Terkadang ukuran dan bahan yang dipakai
Kegagalan pemusik dalam hal me- untuk membuat ruangan seperti semen atau mainkan tempo dan nada yang benar akan
kayu/bambu, dan sebagainya sangat mem- mempengaruhi jemaat dalam menyanyi.
pengaruhi suara/bunyi yang keluar dari alat- Reynold dalam bukunya yang lain “cong-
alat musik. Oleh sebab itu pemain musik regational singing”, dia mengatakan bahwa
harus bisa memainkan alat musik yang di- faktor yang mendasar dari nyanyian jemaat
sesuaikan dengan banyaknya jemaat juga sangat berhubungan dengan penggunaan
besar kecilnya ruangan, jika ruangan dan tempo dan kunci (nada).
jemaat terlalu besar maka bisa dibantu de- Dia berpendapat bahwa faktor yang
ngan tambahan sound sistem sehingga suara kritis sehubungan dengan tempo dan nada
musik menjadi seimbangan dengan suara adalah menemukan posisi tertentu dimana
yang keluar dari jemaat (jika jumlah jemaat lagu itu cukup lambat sehingga mendorong
terlampau banyak -/+ 500-1000 atau lebih), jika ruangan dan jemaat itu sedikit atau
23 Mangapul Sagala “Pemimpin Pujian yang
kecil seperti dalam persekutuan tidak usah
Kreatif”, Jakarta : PERKANTAS, 1999, 11. 24 Ibid., 12. 25 Ibid, 13.
menggunakan sound sistem. Pujian atau lagu-lagu harus sesuai dengan tema khot- bah, sehingga sesuai dan dapat membawa jemaat kepada pengertian yang lebih dalam tentang kebenaran Allah, khususnya mela- lui firman yang akan disampaikan.
Jadi secara singkat penekanannya di sini ialah, harus ada kerja sama yang baik antara pemusik dan pemimpin pujian, maksudnya adalah pemusik harus mengatur tempo yang pas dari suatu lagu, dan pe- mimpin pujian harus benar-benar mema- hami, mengerti setiap ketukan atau tempo dari lagu-lagu yang dinyanyikan, serta me- nguasai lagu tersebut yang akan di- nyanyikan. Terlebih dari pada itu pemusik dan pemimpin penyembahan harus peka terhadap pimpinan atau tuntutan Roh Ku- dus, sehingga dapat memimpin dan mem- bawa jemaat kepada penyembahan yang hi- dup, dan dipenuhi kemuliaan Tuhan. Se- perti tertulis dalam Wahyu 19:6 ”lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan deru guruh yang hebat, katanya: Haleluya! Karena Tuhan Allah kita yang Maha Kuasa, telah menjadi raja.” Dan juga dikatakan dalam 2 Tawarikh 5:14 “sehingga imam- imam itu tidak tahan berdiri untuk menye- lenggarakan kebaktian oleh karena awan itu. sebab kemuliaan Tuhan memenuhi rumah Allah.”