JURNAL MITRA STTIK KUPANG EDISI 4.pdf

1. Pandangan luas

Allah menghadirkan lembaga-lem- baga pendidikan, baik swasta, negeri mau- pun lembaga-lembaga pendidikan Kristen, dengan tujuan untuk mencerdaskan kehi- dupan umat-Nya. Melalui wadah pendi- Allah menghadirkan lembaga-lem- baga pendidikan, baik swasta, negeri mau- pun lembaga-lembaga pendidikan Kristen, dengan tujuan untuk mencerdaskan kehi- dupan umat-Nya. Melalui wadah pendi-

hidupnya mapan.

hingga dapat bersaing dalam berbagai bi- Untuk memiliki pandangan yang dang dan lapangan kehidupan.

luas, seseorang dituntut untuk banyak mem- Pengetahuan adalah modal atau aset

baca, bergaul luas dengan banyak orang. utama bagi setiap orang untuk berkarya da-

Dengan begitu ia akan tahu banyak hal lam hidupnya. Dengan pengetahuan yang

walaupun ia bukan maha tahu. dimiliki oleh seseorang, akan membuat dia

Wadah pendidikan adalah tempat berwawasan yang luas. Pengetahuan juga

yang sangat baik bagi seorang anak untuk sangat perlu untuk berkembang, baik pe-

memperoleh pengetahuan. Pengetahuan ngetahuan khusus (rohani) maupun umum

yang diperolehnya inilah yang akan men- serta pengetahuan tentang perkembangan-

jadi modal penting bagi masa depannya. perkembangan yang terjadi dalam hidup.

Dalam konteks ini pun, anak-anak bukan Orang yang memiliki pengetahuan

saja mendapatkan pengetahuan umum, te- dan berpandangan luas ditandai dengan be-

tapi juga memperoleh pengajaran rohani. berapa hal yaitu: pertama, ia memahami ba-

Jadi, peserta didik dibekali dengan penge- gaimana ia menggunakan pikirannya de-

tahuan yang komprehensif. ngan baik; kedua, ia memahami dengan

Sejujurnya apa yang dibentangkan di baik kegunaan serta manfaat berpikir pro-

atas, adalah model pendidikan yang ideal. aktif (aktif positif) dan sinergetik; ketiga, ia

Artinya, pendidikan bukan saja ada untuk memahami bagaimana berpikir lengkap,

mengisi otak peserta didik dengan berbagai tersistem/ bertahap serta menggunakan pi-

macam pengetahuan umum, namun pen- kirannya untuk berpikir terencana atau stra-

didikan hadir untuk memberikan pence- tegis; keempat, ia memahami bagaimana

rahan bagi jiwa peserta didik tentang Allah berpikir cermat dan tepat yang membantu

sebagai Penciptanya.

dirinya untuk membuat penaksiran/per- Makna dari pandangan yang luas ar- kiraan serta keputusan yang tepat pula; ke-

tinya ialah peserta didik mampu untuk men- lima , dengan cara berpikir semacam itu,

terjemahkan dan menerapkan nilai-nilai maka dengan sendirinya ia dianggap atau

pendidikan yang diperolehnya selama me- disebut berpengetahuan dan berpandangan

ngikuti proses pembelajaran di sekolah. Da- yang luas.

lam frame inilah tujuan pendidikan boleh Berdasarkan uraian di atas, maka se-

dikatakan berhasil, yang pada gilirannya seorang dituntut untuk mengelola piki-

menjadi jembatan yang luar biasa bagi rannya secara efektif dan diaplikasikan da-

pembangunan sumber daya manusia ke de- lam praktik hidup dengan tepat dan benar.

pan.

Dengan kebiasaan sikap berpikir dan ber- Peserta didik memiliki pandangan tindak seperti itu, maka akan menempat-

luas, sebenarnya tidak terlepas dari peran kannya sebagai individu/pribadi berkom-

guru. Dikatakan demikian, karena guru peten yang pengetahuan dan pandangannya

adalah pengasuh kunci di dalam hidup pe- melebih dari orang lain. Pada sisi lain,

serta didik. Pendidik menyediakan keama- pengetahuan dan pandangan yang luas akan

nan sosial, emosional, moral, etika, dan spi- memampukan seseorang untuk berhasil

ritual bagi anak didiknya. dalam hidup, bertanggung jawab, sehingga

Pendidik (guru) merupakan elemen pada gilirannya kualitas hidup meningkat,

penting dalam pendidikan. Guru berperan penting dalam pendidikan. Guru berperan

2. Moral tinggi Proses pembentukan moral pada se- tiap peserta didik tidak pernah selesai. Bah- kan sejak dari dalam kandungan sampai ak- hir hayat, proses pembentukan ini adalah bagian dari pendidikan yang dialami oleh peserta didik, baik di rumah, sekolah, gereja dan masyarakat.

Ketika berbicara tentang moral, tentu saja itu harus dihubungkan dengan pembi- caraan tentang manusia yang adalah ciptaan Allah. Sebagai makhluk ciptaan Allah yang tertinggi, manusia memiliki nilai-nilai mo- ral dalam dirinya. Nilai-nilai moral ini ter- cermin dalam sikap jujur, setia, tulus, ber- tanggung jawab, sopan, saling menghargai- menghormati dan saling mengasihi.

Nilai-nilai moral di atas, tidak secara otomatis berkembang secara maksimal da- lam kehidupan seseorang. Nilai-nilai terse- but harus ditanamkan dan diajarkan dengan baik dan benar. Allah sangat serius terhadap pembentukan moralitas umat-Nya. Hal ini terlihat dalam perintah-Nya yang tegas ke- pada Musa dalam Ulangan 6:4-9: “De- ngarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan de- ngan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepa- damu pada hari ini haruslah engkau per- hatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam

perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. Haruslah juga eng- kau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lamban di dahimu, dan haruslah engkau menulis- kannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu.” Kebenaran firman Allah di atas menegaskan bahwa tanggung jawab dalam pembentukan moral anak-anak, Allah serahkan kepada orang tua sebagai pengajar utama dalam sekolah keluarga sebagai komunitas terkecil dalam masyara- kat. Nilai-nilai moral terbentuk dimulai dari keluarga. Kejujuran, rasa tanggung jawab, kepedulian, empati, kesetiaan, ketulusan, keiklasan, kasih sayang, rasa kecintaan, keadilan, menghargai dan menghormati, serta sifat-sifat moral yang lainnya mulai terbangun dari lingkungan keluarga, bahkan sejak anak-anak masih dalam kandungan.

Oleh karena itu, antara keluarga dan guru perlu adanya sinergi dalam upaya membentuk nilai-nilai moral dalam kehi- dupan anak-anak. Bila hal tersebut berhasil dilakukan dengan baik, maka dengan sen- dirinya akan terbentuk sumber daya manu- sia yang bermoral tinggi.

Tahap-tahap perkembangan moral yaitu pra-konvensional, konvensional dan paska-konvensional, masing-masing dibagi menjadi dua jenjang, sehingga seluruhnya menjadi enam jenjang. Keenam jenjang di- maksud yaitu: pertama, kesadaran etis yang berorientasi pada hukum; kedua, tindakan moral masih kanak-kanak tetapi sudah lebih rasional, tidak mekanistik membabi buta, sudah mulai menghitung-hitung dan me- milih-milih; ketiga, kesadaran etis lebih berorientasi untuk menjadi anggota ke- lompok yang baik; keempat, kesadaran etis yang menunjuk kepada suatu prinsip atau hukum yang lebih tinggi, yaitu hukum ob- jektif yang tidak hanya berlaku untuk satu- satu kelompok tetapi hukum yang mem- Tahap-tahap perkembangan moral yaitu pra-konvensional, konvensional dan paska-konvensional, masing-masing dibagi menjadi dua jenjang, sehingga seluruhnya menjadi enam jenjang. Keenam jenjang di- maksud yaitu: pertama, kesadaran etis yang berorientasi pada hukum; kedua, tindakan moral masih kanak-kanak tetapi sudah lebih rasional, tidak mekanistik membabi buta, sudah mulai menghitung-hitung dan me- milih-milih; ketiga, kesadaran etis lebih berorientasi untuk menjadi anggota ke- lompok yang baik; keempat, kesadaran etis yang menunjuk kepada suatu prinsip atau hukum yang lebih tinggi, yaitu hukum ob- jektif yang tidak hanya berlaku untuk satu- satu kelompok tetapi hukum yang mem-

tangguhan jiwa dan tidak berhasil melalui kum/peraturan perlu dikritisi, akal manusia

tantangan yang menghadangnya, maka fe- mempunyai fungsi kreatif, ia menciptakan

nomena yang akan terjadi sungguh mengiris yang lebih benar dan lebih baik. Dalam ke-

hati sebagai orang tua. Fenomena dimaksud hidupan beragama itu berarti bahwa bukan

antara lain, bunuh diri, aborsi, seks pra- tradisi dan dogma gereja yang paling pen-

nikah dan kehamilan yang tidak dikehen- ting tetapi iman yang dapat menilai apakah

daki dan narkoba, HIV/AIDS, dan depresi. dogma dan tradisi gereja itu masih benar?;

Optimisme merupakan kekuatan keenam , pemikiran moral seseorang men-

yang sangat penting bagi kehidupan anak di capai puncaknya, yaitu moralitas yang ber-

masa depan. Optimisme akan membuat pusat pada suara hati nurani dan keyakinan

anak mampu melihat masalah sebagai tan- tentang yang baik dan benar.

tangan yang harus dipecahkan.

3. Optimisme dalam segala hal Optimisme merupakan fasilitator da- Globalisasi telah melanda berbagai

ri sebuah kompetensi kecerdasan emosional dimensi kehidupan dan dampaknya sangat

seseorang. Seperti putaran roda, optimisme signifikan bagi kehidupan secara umum.

akan menggerakkan kompetensi EQ lain- Ada pengaruh positif, namun ada pula yang

nya, seperti kreativitas, fleksibilitas, ketang- negatif. Globalisasi ini juga berdampak

guhan dan intuisi. Artinya, optimisme ada- terhadap kehidupan keluarga.

lah energi yang menggerakkan potensi EQ Anak-anak menghadapi tantangan

anak. Optimisme menjadi pendorong ber- hidup yang lebih berat dari dekade sebe-

kembangnya kekuatan kecerdasan emo- lumnya. Tantangan berat ini dimulai se-

sional lainnya.

menjak masa sekolah hingga kompetisi di Tanpa optimisme, anak-anak akan dunia kerja setelah anak dewasa.

mudah menyerah sebelum benar-benar ber- Jika tantangan-tantangan tersebut ti-

usaha keras. Akibatnya, acap kali anak ka- dak dihadapi dengan ketangguhan jiwa, da-

lah sebelum bertanding, dan mereka tidak pat menyebabkan stres dan depresi berke-

berdaya menghadapi berbagai tantangan da- panjangan. Depresi dan stres tingkat tinggi

lam hidupnya.

ini dapat mendorong anak untuk terjerumus Optimisme memotivasi terciptanya dalam berbagai kecenderungan negatif, se-

pemecahan masalah yang lebih baik dan peti bunuh diri, kebebasan seks, aborsi dan

produktif bagi anak-anak. Dikatakan demi- kecanduan narkoba.

kian, karena emosi-emosi positif akan me- Ketangguhan jiwa adalah kemam-

luaskan dan menjernihkan pemikiran anak- puan menghadapi rintangan dan tantangan

anak. Tetapi sebaliknya, emosi-emosi nega- secara efektif. Ketangguhan jiwa juga ber-

tive menutup pemikiran dan membatasi arti kemampuan bertahan di masa-masa su-

kemampuan anak untuk melihat berbagai lit dengan tetap memiliki keyakinan bahwa

alternative solusi masalah tersebut. dirinya akan berhasil. Inilah yang dina-

Optimisme yang tinggi cenderung makan optimis. Anak-anak yang mampu

mendorong anak untuk mencapai standar bersikap optimis adalah anak yang memiliki

tinggi. Optimisme ini membuat anak tidak kecerdasan optimis yang tinggi. Kekuatan

mudah menyerah sebelum berusaha keras. inilah yang dibutuhkan anak-anak di masa-

Meskipun anak menghadapi tantangan yang masa penuh tantangan global ini.

sulit, mereka yakin dirinya mampu meme- sulit, mereka yakin dirinya mampu meme-

dialaminya. Kecerdasan spiritual adalah ke- Anak-anak yang optimis lebih mam-

cerdasan yang mengangkat fungsi jiwa se- pu menyeimbangkan emosinya ketimbang

bagai perangkat internal diri yang memiliki anak yang pesimis. Orang yang optimis

kepekaan dalam melihat makna yang ada di dapat menghadapi tekanan hidup secara

baliknya. Orang yang ber-SQ tinggi mampu lebih baik. Mereka juga dapat pulih lebih

memaknai penderitaan hidup dengan mem- cepat dari kesedihan dan memiliki keyaki-

beri makna positif pada setiap peristiwa, nan akan berhasil mengalahkan setiap ham-

masalah bahkan penderitaan yang di- batan. Karena itu anak menjadi manusia

alaminya. Dengan demikian, ia mampu yang tangguh. Mereka mampu berkelit da-

membangkitkan jiwa dan melakukan per- lam kesulitan dan menjadi pengendali da-

buatan dan tindakan yang positif. lam hidupnya sendiri.

Kecerdasan spiritual seseorang Anak yang optimis melihat peristiwa

akan terlihat dalam beberapa elemen pen- buruk sebagai sesuatu yang acak, nasib

ting yang mendukung perkembangan karak- buruk, tidak berhubungan dengan karakter

ter rohaninya. Pertama, kesadaran diri dan mereka dan menganggap peristiwa buruk

pengenalan serta penghargaan terhadap diri tersebut mungkin akan terjadi. Anak yang

semakin tinggi, di mana seseorang akan pesimis melihat peristiwa buruk sebagai hal

memandang dirinya sebagai ciptaan Allah yang permanen, menyeluruh dan khusus

dan sangat berharga. Kedua, pandangan terjadi pada dirinya. Mereka juga menyim-

yang luas atau berwawasan yang luas. De- pulkan bahwa peristiwa buruk tersebut ter-

ngan wawasan yang memadai dan luas, jadi karena karakter mereka sendiri dan

membuat seseorang ketika diperhadapkan oleh karenanya akan terjadi lagi di masa de-

dengan berbagai masalah dan situasi hidup pan.

sulit, tidak gampang putus asa atau me- Anak yang optimis menjalani kehi-

nyerah. Ketiga, karakter moral yang ber- dupan yang lebih bahagia ketimbang anak

kualitas, ditandai dengan sikap hidup yang yang pesimistis. Anak yang optimis tahan

jujur, setia, peduli dan menghargai serta terhadap depresi, memiliki kemungkinan

menghormati sesama, menegakkan kebe- lebih besar untuk mengembangkan potensi

naran dan keadilan. Keempat, optimis da- diri, tangguh dalam menghadapi kesulitan

lam berbagai hal, artinya seseorang yang dan menikmati kesehatan lebih baik. Me-

memiliki sikap hidup yang optimis akan reka juga menikmati kepuasan yang lebih

berjuang terus sampai yang diperjuangkan- maksimal dari kesuksesannya, karena ada-

nya itu berhasil.

nya keyakinan diri dan kepercayaan kepada

SEKILAS TENTANG EMOTIONAL

Allah bahwa mereka dapat mencapai keber-

QUOTIENT

hasilan dan mereka tetap yakin bahwa me- Emosi adalah salah satu unsur yang reka juga akan mencapainya lagi.

terdapat dalam diri mansuai. Unsur ini

A. Rangkuman sesungguhnya diberikan oleh Allah. Tu- Kecerdasan spiritual sebagai lan-

juannya ialah agar manusia dapat bereaksi dasan penting untuk menjawab kebutuhan

terhadap berbagai situasi dan kondisi yang rohaniah dan mengisi kekosongan batin

ada di sekelilingnya.

seseorang. Kecerdasan ini pula yang me- Emosi yang dimiliki oleh manusia mampukan seseorang untuk memberi mak-

pada hakekatnya bersumber dari Allah se- pada hakekatnya bersumber dari Allah se-

rangkaian kecenderungan untuk bertindak. suci Alkitab, baik Perjanjian Lama maupun

Ada ratusan emosi, bersama dengan cam- Perjanjian Baru, menunjukkan emosi-Nya 3 puran, variasi, mutasi, dan nuansanya.” Di

dengan kemarahan yang dahsyat atas setiap sini, emosi dilihat sebagai perpaduan se- dosa dan kejahatan manusia. Pada sisi lain,

luruh keberadaan manusia secara total. Allah juga menunjukkan kasih dan belas

Emosi dipengaruhi oleh suasana hati, si- kasihan-Nya yang mendalam kepada ma-

tuasi dan kondisi baik bersifat internal nusia.

maupun ekstenal. Situasi dan kondisi inter- Pada bagian ini akan diuraikan hal-

nal dan eksternal ini akan sangat menen- hal seputar emotional quotient, yang me-

tukan besar-kecilnya dan tinggi-rendahnya liputi pengertian emotional quotient, ele-

tingkat emosional seseorang. men emotional quotient dan diakhiri dengan

Para teoritikus mengelompokkan sebuah rangkuman. Topik-topik tersebut se-

emosi dalam golongan-golongan besar, cara sistematis dan luas akan dijelaskan di

meskipun tidak semua sepakat tentang bawah ini.

golongan itu. Golongan-golongan dimaksud

Pengertian Emotional Quotient

yaitu:

1. Amarah: beringas, mengamuk, benci, dengan sejumlah dinamika hidup yang luar

Pada umumnya manusia dilahirkan

marah besar, jengkel, kesal hati, ter- biasa. Salah satu dinamika hidup manusia

ganggu, rasa pahit, berang, tersinggung, itu adalah emosi yang dimilikinya. Kalau

bermusuhan, dan barang kali yang paling begitu, pertanyaan yang patut diajukan ia-

hebat, tindak kekerasan dan kebencian lah sesungguhnya apakah emosi itu?

patologis.

2. Kesedihan: pedih, sedih, muram, suram, Indonesia (KBBI), kata emosi mempunyai

Menurut Kamus Besar Bahasa

melankolis, mengasihani diri, kesepian, arti sebagai: “Luapan perasaan yang ber-

ditolak, putus asa, dan kalau menjadi pa- kembang dan surut dalam waktu singkat;

tologis, depresi berat. keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis

3. Rasa takut: cemas, takut, gugup, kha- (spt kegembiraan, kesedihan, keharuan, ke-

watir, was was, perasaan takut sekali, cintaan); keberanian yang bersifat sub-

waspada, sedih, tidak tenang, ngeri, takut jektif.” 1 sekali, kecut; sebagai patologi fobia dan

Dalam makna yang paling harfiah,

panik.

Oxford English Dictionary yang dikutip

4. Kenikmatan: bahagia, gembira, ringan, oleh Daniel Goleman mendefinisikan emosi

puas, riang, senang, terhibur, bangga, sebagai, “Setiap kegiatan atau pergolakkan

kenikmatan indrawi, takjub, rasa ter- pikiran, perasaan, nafsu; setiap keadaan

pesona, rasa puas, rasa terpenuhi, ke- mental yang hebat atau meluap-luap.” 2 girangan luar biasa, senang sekali, dan

Lebih lanjut, Daniel Goleman mem- batas ujungnya manusia. beri makna kepada emosi itu sebagai: “Sua-

5. Cinta: penerimaan, persahabatan, ke- tu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya,

percayaan, kebaikan hati, rasa dekat, hormat, kasmaran, kasih.

1 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia,( Jakarta: Balai Pustaka, 2005), 298.

2 Daniel Goleman, Emotional Intellegence, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), 411. 3 Ibid.

6. Terkejut: terkejut, terkesiap, takjub, ter- merupakan modus netral yang memper- pana.

tahankan refleksi diri bahkan di tengah

7. Jengkel: hina, jijik, muak, mual, benci,

badai emosi.

tidak suka, mau muntah. Dalam kondisi terbaik, pengamatan

8. Malu: rasa salah, malu hati, kesal hati, dan pemahaman akan emosi diri, memung- kesal, hina, aib, dan hati hancur lebur.

kinkan adanya semacam kesadaran yang Masing-masing kelompok tersebut

mantap terhadap perasaan penuh nafsu atau di atas, mempunyai inti emosi dasar di titik

gejolak, sehingga seseorang dapat me- pusatnya, dengan kerabat-kerabatnya me-

nguasai dan mengendalikan dirinya dengan ngembang ke luar dari titik pusat tersebut

tepat, baik dan benar. Tetapi sebaliknya, dalam proses mutasi yang tak berujung.

bila emosi berada dalam kondisi terendah, Tepi luar “lingkaran emosi” diisi oleh

seseorang dapat saja tidak mampu suasana hati yang secara teknis, lebih ter-

mengontrol dan menguasai emosinya. sembunyi dan berlangsung jauh lebih lama

Setiap individu dituntut untuk mema- daripada emosi. Di luar suasana hati itu

hami dan mengenal serta merasakan emosi- terdapat temperamen, yaitu kesiapan untuk

nya sendri. Dengan begitu, ia lebih mampu memunculkan emosi tertentu atau suasana

memahami penyebab perasaan yang timbul hati tertentu yang membuat orang menjadi

baik dari dalam diri sendiri (internal) mau- murung, takut, atau bergembira. Dan, di

pun dari luar dirinya (eksternal). Dalam luar bakat emosional semacam itu, ada juga

konteks inilah setiap individu dapat ber- gangguan emosi seperti depresi klinis atau

kembang kecerdasan emosinya. Kesadaran kecemasan yang tidak kunjung redah, yaitu

akan emosi merupakan kecakapan emosio- ketika seseorang merasa terus menerus ter-

nal dasar yang melandasi terbentuknya ke- jebak dalam keadaan memedihkan.

cakapan-kecakapan lain, seperti kendali diri

A. Elemen Emotional Quotient

akan emosi.

Kecerdasan emosi manusia dibangun Mengenali dan memahami emosi di atas beberapa elemen. Elemen-elemen

sendiri akan memampukan seseorang untuk tersebut turut mempengaruhi perkembangan

membedakan perasaannya dengan tindakan kecerdasan emosi setiap individu. Elemen-

yang dilakukannya. Artinya seorang anak elemen dimaksud yaitu: pemahaman emosi

dalam memberi respons terhadap setiap si- diri, pengaturan emosi, motivasi diri, emosi

tuasi tidak lagi mengikuti emosinya tetapi orang lain dan membina relasi. Bagian-

lebih kepada pertimbangan yang sehat dan bagian dari elemen tersebut akan diuraikan

bertanggung jawab.

sebagai berikut.

2. Pengaturan emosi

1. Pemahaman emosi diri Pada prinsipnya emosi dalam diri Pemahaman emosi diri, sesungguh-

manusia memiliki kemanfaatan yang po- nya mengacu kepada pengenalan akan diri

sitif. Namun, bila emosi tidak dikelola de- sendiri. Pengenalan akan diri sendiri ini me-

ngan baik, maka akan berakibat buruk baik nunjukkan inti kecerdasan emosional yaitu

kepada pribadi yang bersangkutan maupun kesadaran akan perasaan sendiri ketika pe-

bagi orang lain. Oleh sebab itu diperlukan rasaan itu muncul. Kesadaran diri bukanlah

adanya toleransi yang lebih tinggi terhadap perhatian yang larut ke dalam emosi, be-

frustrasi dan pengelolaan amarah. Emosi reaksi secara berlebihan dan melebih-lebih-

bisa muncul dipicu oleh adanya stimulus kan suatu persoalan. Kesadaran diri lebih bisa muncul dipicu oleh adanya stimulus kan suatu persoalan. Kesadaran diri lebih

asa dan pesimis.

Emosi perlu dikelola dengan baik Dukungan orang tua dan guru ke- dan benar. Dengan mengelola emosi, ten-

pada anak-anak, menjadi kekuatan bagi tunya ada dampak positif yang diperoleh.

anak-anak untuk berkompetisi. Pada sisi Dampak positif dimaksud antara lain: per-

lain, orang tua dan guru menjadi teladan ba- tama , ejekan verbal, perkelahian, dan gang-

gaimana bersikap optimis dalam mengha- guan di ruang kelas mampu diselesaikan de-

dapi berbagai tantangan. ngan cerdas; kedua, lebih mampu mengung-

Anak-anak yang mendapatkan asu- kapkan amarah dengan tepat, tanpa ber-

pan motivasi yang memadai dan berkua- kelahi; ketiga, berkurangnya larangan ma-

litas, maka mereka akan menjadi pribadi suk sementara dan skorsing, artinya tingkat

yang lebih bertanggung jawab dalam hidup kenakalan anak-anak menjadi relative kecil

dan bagi masa depannya. Lebih mampu me- atau minimal; keempat, berkurangnya pe-

musatkan perhatian pada tugas yang di- rilaku agresif atau merusak diri sendiri,

kerjakan dan tidak akan menyerah sampai lebih mengenal diri sebagai berharga; ke-

yang dia kerjakan itu berhasil. Kurang im- lima , perasaan yang lebih positif tentang

pulsive, lebih menguasai diri. Nilai pada diri sendiri, sekolah, dan keluarga; keenam,

tes-tes prestasi menjadi maksimal atau me- lebih baik dalam menangani ketegangan

ningkat.

jiwa; ketujuh, berkurangnya kesepian dan Kemampuan memotivasi diri dan kecemasan dalam pergaulan, interaksi so-

membimbing diri sendiri, entah dalam me- sial menjadi optimal dan mantap.

lakukan pekerjaan rumah (PR), menyele-

3. Motivasi diri saikan suatu pekerjaan atau bangun tidur di Setiap anak membutuhkan dukungan

pagi hari. Kemampuan menunda pemuasan dan motivasi baik dari orang tuanya mau-

serta mengendalikan dan menyalurkan pun oleh nara didik/gurunya serta teman-

dorongan seseorang untuk bertindak temannya. Menurut penelitian anak yang

merupakan keterampilan emosional. Itulah mendapat dukungan dan motivasi cende-

kegunaan dari memotivasi diri yang dilaku- rung lebih bersemangat dalam berkompetisi

kan dengan baik, berkualitas dan optimal.

dan memiliki kepercayaan diri lebih tinggi, 4. Emosi orang lain

ketimbang anak yang tidak mendapat du- Pada hakikatnya kecerdasan emosi se- kungan dari orang tua dan guru serta teman-

seorang, sesungguhnya turut dipengaruhi temannya. Acap kali anak mendapat kesu-

oleh kondisi emosi orang lain. Emosi orang litan dan hambatan dalam usahanya, namun

lain berperan sebagai stimulus yang me- dukungan dan motivasi orang tua dan guru

mancing respon dari anak-anak. Jika emosi serta teman-temannya, membuatnya lebih

yang diperlihatkan oleh pihak lain/orang percaya diri, seolah-olah dia mendapatkan

lain itu positif, maka pasti akan disambut enegi baru untuk menghancurkan hambatan

dengan positif pula. Tetapi jika emosi yang yang dihadapinya. Anak-anak yang men-

diperlihatkan oleh pihak lain itu meledak- dapatkan dukungan dari orang tuanya dan

ledak dan bersifat negatif, pasti hal itu pun gurunya lebih optimis memandang hidup-

akan dibalas dengan emosi yang negatif nya. Sebaliknya, anak yang tidak menda-

juga.

patkan dukungan dan motivasi dari orang Oleh sebab itu diperlukan kecerdasan dan kedewasaan emosi kita dalam me- patkan dukungan dan motivasi dari orang Oleh sebab itu diperlukan kecerdasan dan kedewasaan emosi kita dalam me-

bungan dengan sesamanya; keempat, lebih mendapatkan perlakuan yang tidak baik

tegas dan terampil dalam berkomunikasi; dari orang lain.

kelima , lebih popular dan mudah bergaul, Dengan memahami emosi orang lain,

bersahabat dan terlibat dengan teman se- maka ada keuntungannya. Keuntungan di-

baya; keenam, lebih dibutuhkan oleh teman maksud antara lain: pertama, lebih mampu

sebaya; ketujuh, lebih menaruh perhatian menerima sudut pandang orang lain secara

dan bertenggang rasa; kedelapan, lebih me- bijaksana dan positif; kedua, tentunya hal

mikirkan kepentingan sosial dan selaras tersebut akan memperbaiki empati dan ke-

dalam kelompok; kesembilan, lebih suka pekaan terhadap perasaan orang lain, ting-

berbagi rasa, bekerja sama dan suka meno- kat kepedulian terhadap orang lain semakin

long; kesepuluh, lebih demokratis dalam tinggi dan tidak memaksakan kehendak;

bergaul dengan orang lain. ketiga , lebih baik dalam mendengarkan

Mampu mengesampingkan fokus orang lain, menjadi pendengar yang baik

dan dorongan hati yang berpusat pada diri terhadap pernyataan-pernyataan orang, se-

sendiri mempunyai manfaat sosial di mana hingga respon yang diberikan pun manjadi

tindakan itu membuka jalan bagi empati, positif.

untuk mendengarkan dengan sungguh-

5. Membina relasi sungguh, untuk menerima sudut pandang Menurut Abraham Maslow dalam

orang lain. Empati sebagaimana telah kita piramida kebutuhan dasar manusia, dijelas-

ketahui dan lihat yaitu menjurus kepada ke- kan bahwa salah satu kebutuhan manusia

pedulian, mementingkan orang lain dan be- ialah kebutuhan bersosial atau membangun

las kasihan.

hubungan dengan orang lain. Oleh sebab itu Melihat segala sesuatu dari titik anak-anak perlu diajarkan cara bergaul dan

pandang orang lain memecahkan anggapan bersosialisasi dengan orang lain secara tepat

umum yang melenceng, dan dengan de- dan benar. Karena bila tidak diajarkan,

mikian, menimbulkan toleransi dan kemam- maka bisa merusak karakternya. Alkitab

puan menerima perbedaan. Kemampuan ini mengatakan dengan tegas bahwa: “Jangan-

semakin dibutuhkan dalam masyarakat kita lah kamu sesat: Pergaulan yang buruk me-

yang semakin beranekaragam, sehingga rusakkan kebiasaan yang baik” (I Korintus

memungkinkan orang untuk hidup bersama- 15:33).

sama dengan saling menghormati dan men- Dengan memberikan pembinaan

ciptakan kemungkinan pembahasan umum yang baik kepada anak-anak berkaitan re-

secara produktif.

lasinya dengan orang lain, maka tentunya

B. Rangkuman

akan membawa pengaruh yang positif ter- Kecerdasan emosi adalah kemam- hadap karakter anak-anak didik. Keun-

puan merasakan, memahami secara efektif, tungan yang didapat oleh anak-anak didik

menerapkan daya dan kepekaan emosi se- antara lain yaitu: pertama, meningkatkan

bagai sumber energy, informasi, koneksi kemampuan menganalisis dan memahami

dan pengaruh manusia. Emosi adalah bahan hubungan dengan orang lain; kedua, lebih

bakar yang tidak tergantikan bagi otak agar baik dalam menyelesaikan pertikaian dan

mampu melakukan penalaran yang tinggi. merundingkan persengketaan dengan orang

Emosi menyulut kreativitas, kolaborasi, ini- lain; ketiga, lebih mantap dalam menyele-

siatif, dan transformasi; sedangkan pena- siatif, dan transformasi; sedangkan pena-

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPE-

dorongan-dorongan keliru, untuk kemudian

NGARUHI SPIRITUAL QUOTIENT –

menyelaraskannya dengan proses kehidu-

EMOTIONAL QUOTIENT ANAK BA-

pan dengan sentuhan manusiawi. Di sam-

LITA

ping itu, emosi pun ternyata salah satu ke- Perkembangan dan kemajuan kecer- kuatan penggerak: “Bukti-bukti menunjuk-

dasan emosional dan kecerdasan spiritual kan bahwa nilai-nilai dan watak dasar se-

seseorang turut dipengaruhi oleh berbagai seorang dalam hidup ini tidak berakar pada

faktor. Faktor-faktor dimaksud ialah faktor kecerdasan intelektual tetapi pada kemam-

internal maupun faktor eksternal. Kedua puan emosionalnya.

faktor ini sangat potensial dalam memberi- Kecerdasan emosi terlihat dalam be-

kan kontribusi bagi perkembangan kecerda- berapa elemen utama. Elemen-elemen di-

san emosional dan juga spiritual. maksud antara lain: pertama, pemahaman

Pada bagian ini akan menyoroti emosi diri, artinya seseorang dapat merasa-

faktor-faktor tersebut yang meliputi usia kan dan memahami serta menguasai emo-

anak, lingkungan sebagai konteks di mana sinya dengan baik dan benar; kedua, emosi

anak-anak mendapat asupan nutrisi bagi ke- seseorang perlu dikelola secara benar dan

sehatan emosi dan spiritualnya, perkem- bertanggung jawab, karena di sini ukuran

bangan anak sebagai dinamika hidup yang kedewasaan emosinya. Bila emosi tidak di-

meliputi pengetahuan, ketrampilan dan hu- kelola dengan benar, maka akan menjadi

bungan sosialnya, pendidikan sebagai wa- liar dan merugikan diri sendiri dan juga

dah pembentukan karakter, moral dan spi- lingkungan serta orang lain; ketiga, mo-

ritual. Pada akhirnya semua pembahasan tivasi diri menunjuk kepada sikap hati se-

tersebut akan diakhiri dengan sebuah rang- seorang dalam memberi respons terhadap

kuman.

berbagai peristiwa dan aktivitas hidup se-

A. Usia Anak

hari-hari. Seseorang yang memiliki ke- Perkembangan kecerdasan emosi sehatan emosi dapat memberi dorongan

(Emotional Quotient) dan kecerdasan ro- bagi diri untuk menyelesaikan suatu tugas

hani (Spiritual Quotient) pada seorang anak dengan maksimal walaupun di bawah te-

sangat ditentukan oleh usianya. Artinya ke- kanan; keempat, emosi orang lain turut

cerdasan emosi dan rohani tidak langsung mempengaruhi perkembangan emosi se-

terbentuk dalam diri seorang anak ketika ia seorang karena hal itu merupakan suatu

dilahirkan ke dunia ini. Ada proses yang stimulus yang datang dari luar dirinya. Oleh

harus dilalui oleh setiap anak. karena itu, seseorang dalam berinteraksi

Kemampuan merasa, memahami dengan orang lain, perlu menempatkan diri

dan mengelola emosi serta rohani secara secara tepat dan benar ketika berada di an-

efektif dan berkualitas akan meningkat se- tara sesamanya, sehingga tidak terpancing

iring dengan bertambahnya usia seorang dengan emosi negative dari orang lain itu;

anak. Setiap pertambahan usia seorang kelima , membina relasi dengan orang lain

anak, maka pada setiap level tersebut terjadi sangat penting dalam rangka me-

pertambahan kecerdasan emosi dan rohani. ngembangkan kecerdasan emosional. Ka-

B. Faktor Lingkungan

rena biar bagaimana pun, orang lain juga tu- Selain usia anak, faktor lain yang tu- rut memberi kontribusi bagi kemajuan posi-

rut mempengaruhi perkembangan kecer- tif dari emosi kita.

dasan emosi dan rohani pada anak ialah dasan emosi dan rohani pada anak ialah

suatu generasi ilahi yang akan memberi ses ini ialah lingkungan keluarga.

dampak yang positif bagi kemaslahatan Pola asuh dan pola asah orang tua

dunia ini. Anak-anak yang mendapatkan sangat menentukan dinamika perkem-

bimbingan dan arahan yang tepat, akan bangan kecerdasan emosi dan rohani dari

menjadi orang dewasa yang memiliki nilai- seorang anak. Anak-anak yang mendapat

nilai yang jelas, mereka akan memberikan kasih sayang dan perhatian dari orang tua-

sumbangan positif bagi komunitas mereka nya memiliki tingkat pertumbuhan kecer-

sambil memupuk kedamaian batin. dasan yang sangat baik. Tapi sebaliknya,

Di sisi lain, orang tua pun akan me- bila anak-anak kurang atau tidak mendapat

nikmati hidup yang damai, sejahtera dan kasih sayang dan perhatian dari orang tua-

penuh sukacita. Alkitab mengatakan: “Di- nya, maka tingkat kecerdasannya emosi dan

diklah anakmu, maka ia akan memberikan rohaninya sangat rendah pertumbuhannya

ketentraman kepadamu, dan mendatangkan bahkan cenderung negatif.

sukacita kepadamu” (Amsal 29:17). Banyak Oleh karena itu keharmonisan hu-

orang tua jaman sekarang, yang karena bungan dalam keluarga/rumah tangga an-

tuntutan hidup harus bekerja, sehingga ku- tara orang tua dan anak sangat penting pe-

rang menghabiskan cukup waktu dengan ngaruhnya terhadap perkembangan emosi

anak-anaknya. Anak menjadi tidak terlatih dan kerohanian pada anak-anak. TUHAN

untuk mengkomunikasikan maksud dan Allah memberi perintah kepada orang tua

pendapatnya. Hal ini menyebabkan anak untuk mendidik anak-anaknya dalam se-

kehilangan rasa percaya diri. luruh aktivitas hidup. “Apa yang kupe--

Tujuan perawatan dan pemeliharaan rintahkan kepadamu pada hari ini haruslah

yang dilakukan oleh orang tua kepada anak- engkau perhatikan, haruslah engkau menga-

anak ialah memberikan anak arah, harapan jarkannya berulang-ulang kepada anak-

dan tujuan yang dapat mereka jadikan pe- anakmu dan membicarakannya apabila eng-

gangan dalam menghadapi tantangan hidup kau duduk di rumahmu, apabila engkau se-

dan kesibukan. Harga diri, pemberdayaan dang dalam perjalanan, apabila engkau

dan keutuhan adalah jalan yang membim- sedang berbaring dan apabila engkau ba-

bing pada kehidupan yang berhasil, efektif ngun. Haruslah juga engkau mengikatkan-

dan produktif.

nya sebagai tanda pada tanganmu dan ha- Penghargaan terhadap anak bukan ruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan

didasarkan pada usia, jenis kelamin, keah- haruslah engkau menuliskannya pada tiang

lian, atau tingkat kematangannya. Penghar- pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu”

gaan terhadap anak didasarkan pada bagai- (Ulangan 6:6-9).

mana Tuhan menghargai mereka. Setiap Kebenaran firman Tuhan di atas

anak, betapapun kecil, adalah pribadi yang memberikan penegasan bahwa betapa stra-

berharga di mata Tuhan. Yesus menyatakan tegisnya peran orangtua dalam pemben-

penghargaan dan kasih serta kesukaan-Nya tukan moral, karakter dan spiritual bagi

akan anak kecil ketika para murid mere- seorang anak. Dalam perspektif Tuhan,

mehkan mereka. Keberhargaan anak diten- orangtua merupakan guru utama, pertama

tukan oleh Tuhan yang untuk mereka Yesus dan terpenting bagi seorang anak. Bila

telah mengorbankan nyawa-Nya demi me- orangtua melaksanakan tugasnya secara

nyelamatkannya. Pandanglah anak-anak se- nyelamatkannya. Pandanglah anak-anak se-

dikan di sini, harus dipahami secara kom-

C. Faktor Perkembangan Anak

prehensif dan tidak terbatas pada pendi- Kecerdasan emosi dan spiritual pada

dikan secara formal saja. Tujuannya ialah anak akan terbentuk pada usia dini ketika

supaya peserta didik dapat menjadi pribadi anak bercermin pada cara orang di sekitar

yang utuh, cerdas, unggul, punya masa de- mereka mengekspresikan perasaan dan me-

pan dan dapat berkompetisi secara sehat. nyelesaikan konflik. Kecerdasan emosi dan

Dunia pendidikan bagi seorang anak meru- spiritual pada anak belum mendapatkan po-

pakan suatu lingkungan yang baru baginya, la yang tetap hingga usia 15 tahun. Tingkat

sehingga lingkungan ini pun menjadi salah kecerdasan emosi dan spiritual pada anak

satu faktor penting dalam perkembangan dapat menurun apabila ia mengalami peno-

kecerdasan emosi dan spiritualnya. Dalam lakan sosial. Masa anak-anak adalah saat

konteks ini, guru/pendidik mempunyai tu- yang penting bagi perkembangan ketajaman

gas dan fungsi yang sangat strategis sekali dan kecerdasan emosi dan spiritualnya. Hal

untuk terbentuknya suatu pola emosi dan itu akan memengaruhi kemampuan belajar

spiritual bagi seorang anak. Dalam rangka anak dan secara langsung berdampak pada

pembentukan dua elemen kecerdasan terse- kebahagiaan mereka ketika dewasa.

but, guru/pendidik harus mampu mele- Secara khusus pada tahun-tahun pra-

takkan dirinya sebagai seseorang yang ter- sekolah, orangtua, sanak keluarga dan sau-

libat secara langsung dalam proses tersebut. dara kandung sangatlah memengaruhi ke-

Seorang pendidik tidak merasa me- mampuan anak dalam mengelola emosi dan

nganggap dirinya paling pintar di antara juga tingkat perkembangan spiritualitasnya.

murid-muridnya sehingga selalu meng- Karena anak-anak menyerap pengaruh eks-

anggap bahwa murid-muridnya juga guru ternal yang akan merefleksikan jiwa dari

yang bisa memberikan banyak pengetahuan pribadi yang paling dominan dalam ke-

untuk diserap oleh pendidik. Dalam konteks luarga.

demikian, seorang pendidik merasa bahwa Asupan kasih sayang yang diperoleh

murid-muridnya menjadi sumber penge- seorang anak, turut menentukan peningka-

tahuan, baik sadar maupun tidak sadar. tan kecerdasan emosi dan spiritualnya. Di

Murid-muridnya adalah sumber inspirasi sini, peran orang tua dalam menciptakan ra-

yang dapat melahirkan banyak informasi sa aman dan nyaman bagi anak punya pe-

mengenai penataan ulang pendidikan agar ngaruh yang signifikan. Lalu anak yang

lebih applicable secara praksis dan konkret. merasa dilindungi, diperhatikan (minat, ke-

Anaka-anak didik adalah makhluk inginan, pendapat), diberi contoh yang baik,

yang memiliki nasib dan masa depan pen- dibantu, dimotivasi, dihargai, pe-nuh ke-

didikan masing-masing, sehingga peran se- gembiraan dan koreksi (bukan ancaman/hu-

orang pendidik dalam pendidikan adalah kuman), sangat berpotensi menjadi anak

mengarahkan mereka sesuai dengan potensi yang berprestasi baik dan memiliki karakter

dan bakat yang dimilikinya. Dengan kata yang berkualitas.

lain, anak didik adalah makhluk yang dila-

D. Faktor Pendidikan

hirkan sebagai pribadi dengan kebebasan Pendidikan tidak lain adalah proses

dan kemerdekaan untuk mewujudkan ek- memanusiakan manusia. Artinya pendidi-

sistensi dirinya secara terbuka dan mandiri. kan berfungsi untuk membentuk peserta

Mereka mengaktualisasikan segala potensi Mereka mengaktualisasikan segala potensi

Pendidikan merupakan sebuah pen- dekatan dan pemikiran yang berangkat dari asumsi bahwa pendidikan adalah proses pembentuk, pembebasan dan pencerdasan peserta didik dari ranah tidak tahu menjadi tahu. Pendidikan adalah pembebasan pe- serta didik dari ketertutupan menuju keter- bukaan, dari ketertiduran menuju keter- bangunan dalam menyikapi realitas hidup dan sosialnya, dari pesimisme menuju op- timisme dalam membangun diri dan masa depan yang lebih baik. Dengan pendidikan, peserta didik dapat dikelola sikap, perilaku dan tindakannya. Pada sisi lain, pendidikan juga adalah suatu upaya untuk mendorong peserta didik meningkatkan kecerdasan emosi dan spiritualnya. Yang jelas, pendi- dikan sebagai wadah untuk mentrans- formasi guna mewujudkan peserta didik yang terlepas dari kehancuran moral, etika dan sosialnya. Transformasi yang dimak- sudkan ialah mengupayakan sebuah peru- bahan secara mendasar dan radikal terhadap segala tatanan dan perilaku hidup peserta didik. Transformasi itu mencakup peru- bahan mendasar pola berpikir, bersikap dan bertindak dari seorang peserta didik, me- nuju kepada tingkat kehidupan yang lebih cerdas, berkualitas dan unggul baik secara emosi maupun rohaninya.

Pendidikan merupakan media untuk mengajarkan kepada peserta didik untuk sa- ling menghargai satu dengan yang lainnya. Dalam pendidikan, terkandung ajaran-aja- ran beretika menjalani hidup yang sebe- narnya. Artinya, peserta didik menjadi pribadi yang cerdas bukan saja secara in- telektual, tapi juga emosi dan rohaninya. Inilah muara yang harus dicapai oleh suatu proses pendidikan yang ditempuh oleh se- orang peserta didik.

E. Rangkuman

Perkembangan dan peningkatan ke- cerdasan emosional dan spiritual pada se- orang anak sebagai peserta didik dipe- ngaruhi oleh berbagai macam faktor. Se- perti faktor internal dan juga eksternal. Faktor internal antara lain usia anak dan perkembangannya yang mencakup pening- katan fungsi-fungsi sensorik, motorik, kok- nitif, komunikasi, emosi-sosial, kemandi- rian, kreativitas, kerjasama dan kepemim- pinan, moral dan spiritual. Faktor internal lainnya lagi yaitu kebutuhan anak semacam nutrisi (kandungan gizinya), imunisasi (yang menjadi kekebalan atau daya tahan tubuhnya terhadap serangan berbagai pe- nyakit), kebersihan badan dan lingkungan, kasih sayang, rasa aman dan nyaman, peng- hargaan, motivasi, penuh kegembiraan serta stimulus yang diterima. Semua faktor in- ternal tersebut punya pengaruh besar ter- hadap totalitas perkembangan kecerdasan emosional dan spiritual anak.

Faktor eksternal juga tidak kalah penting pengaruhnya dalam bagian dari pe- ningkatan dan perkembangan kecerdasan emosi dan spiritual pada anak. Faktor eks- ternal dimaksud yaitu lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan dan lingkungan ma- syarakat.

Orangtua dan orang dewasa lain yang menjadi sosok penting dan strategis bagi anak, berperan besar dalam meletakan dasar/fondasi yang kokoh/kuat bagi terca- painya peningkatan dan perkembangan ke- cerdasan emosiona dan spiritual pada anak. Sebelum anak membangun hubungan de- ngan orang lain, mereka membangun hu- bungan dengan orang tua dan keluarganya.

Salah satu peran orang tua adalah mengajar dan memberi teladan tentang si- kap menghormati, menjunjung tinggi keju- juran, dan empati. Untuk melaksanakan ini, orang tua dapat menciptakan suatu ling- Salah satu peran orang tua adalah mengajar dan memberi teladan tentang si- kap menghormati, menjunjung tinggi keju- juran, dan empati. Untuk melaksanakan ini, orang tua dapat menciptakan suatu ling-

Orang tua dan nara didik dapat mengajar anak/peserta didik untuk mem- perlakukan orang lain dengan ramah dan hormat serta penuh kasih. Dengan men- jalani peran sebagai orang tua yang ramah dan pendidik/guru yang menghormati, ma- ka memberi kesempatan/ peluang kepada anak membangun sikap dan cara yang sama.

Bila hal di atas dilakukan secara konsisten dan penuh komitmen oleh orang tua dan pendidik/guru, maka akan terbentuk individu yang cerdas bukan saja secara in- telektual, tetapi juga secara emosi dan spiritual. Kalau hal itu terwujud, itu memberi kebanggaan, sukacita dan kese- jahteraan baik bagi orang tua, pendidik/guru dan khususnya bagi anak atau peserta didik. Alkitab menegaskan bahwa: “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut ba- ginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu” (Amsal 22:6). Prinsip umumnya ialah bahwa seorang anak yang telah diajarkan menurut ajaran yang tepat dan benar, maka mereka tidak akan menyimpang dari ajaran itu sepanjang kehidupannya.

CARA PENGEMBANGAN SPIRITUAL QUOTIENT – EMOTIONAL QUO- TIENT ANAK BALITA

Kecerdasan emosional dan kecer- dasan spiritual pada anak balita, pada ha- kikatnya dapat dikembangkan secara op- timal, karena Allah Sang Pencipta telah me- naruh potensi itu dalam diri setiap anak. Peran dan tanggung jawab orangtua serta nara didik dalam konteks dan perspektif menjadi sangat urgen/penting dan strategis

untuk mengasah ketajaman kecerdasan emosi dan spiritual.

Pada bab ini akan dibahas dua topik utama yang berkaitan dengan cara pe- ngembangan kecerdasan emosional dan ke- cerdasan spiritual pada anak balita. Cara pertama berkaitan dengan hubungan ver- tikal anak dengan Allah, antara lain me- ngundang Tuhan dalam hidup, menerapkan kebenaran secara konsisten, membantu me- nemukan solusi, memberikan teladan, rek- reasi, mengevaluasi diri secara efektif, be- kerjasama dengan orang lain, menjalin ko- munikasi, dan mengembangkan sikap so- sial. Hal kedua berkaitan dengan hubungan horizontal anak baik dengan diri sendiri maupun dengan sesamanya sebagai upaya melatih ketajaman emosionalnya. Elemen- elemen tersebut antara lain membangun percaya diri anak, belajar mengendalikan anak diri, belajar untuk memaafkan, me- manfaatkan audio visual dan memperluas dunia anak. Kedua topik pembahasan ter- sebut akan diakhiri dengan sebuah rangkuman.

A. Spiritual

Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia serupa dan segambar dengan Dia. “Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita men- jadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan- ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.” Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan pe- rempuan diciptakan-Nya mereka” (Keja- dian 1:26-27). Dalam perspektif dan kon- teks kebenaran firman Allah tersebut dapat dipahami bahwa Allah secara khusus me- ngikatkan diri-Nya dengan manusia dalam suatu hubungan rohani. Hubungan spiritual tersebut dibangun atas landasan yang kuat Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia serupa dan segambar dengan Dia. “Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita men- jadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan- ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.” Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan pe- rempuan diciptakan-Nya mereka” (Keja- dian 1:26-27). Dalam perspektif dan kon- teks kebenaran firman Allah tersebut dapat dipahami bahwa Allah secara khusus me- ngikatkan diri-Nya dengan manusia dalam suatu hubungan rohani. Hubungan spiritual tersebut dibangun atas landasan yang kuat

Yesus Kristus. Di luar Tuhan Yesus Kristus Akan tetapi dalam Kejadian 3, ma-

tidak ada keselamatan. “Kata Yesus ke- nusia gagal mentaati perintah Allah, yang

padanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan mana mereka lebih mengikuti keinginan

hidup. Tidak ada seorang pun yang datang Iblis dari pada taat akan kehendak Allah.

kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” Sejak saat itulah relasi antara Allah dan

(Yohanes 14:6). Anak-anak balita hanya manusia terputus secara rohani. Alkitab

bisa diperdamaikan dengan Allah Bapa menegaskan bahwa semua manusia telah

hanya melalui Tuhan Yesus Kristus. Me- berbuat dosa dan hilang kemuliaan Allah

ngundang Tuhan dalam hidup (Roma 3:23). Upah dari dosa manusia ialah

Merujuk kepada penjelasan di atas, maut (Roma 6:23). Berdasarkan kebenaran

maka sangat penting membantu anak balita firman Allah tersebut, maka tidak ada

yang mengalami keterpisahan hubungan ro- seorang pun di kolong langit ini yang tidak

hani dengan Allah. Sebab anak secara prin- berdosa

sip adalah pribadi/individu yang berdosa, mengemukakan kenyataan itu dengan me-

termasuk

anak-anak. Daud

sehingga mati secara rohani dan mem- ngatakan: “Sesungguhnya, dalam kesalahan

butuhkan keselamatan di dalam dan melalui aku diperanakkan, dalam dosa aku di-