PEMBAHASAN A. Delirium, Demensia Dan Insomnia
Pada gangguan kognitif, diagnosa medis yang sering dihadapi adalah : 1. Delirium
2. Demensia 3. Insomnia
I. Delirium 1 Pengertan Delirium
Delirium adalah suatu kondisi yang dikarakterisasi dengan adanya perubahan kognitif akut defisit memori, disorientasi, gangguan berbahasa dan gangguaan
pada sistem kesadaran manusia. Delirium bukanlah suatu penyakit melainkan suatu sindrom dengan penyebab multipel yang terdiri atas berbagai macam pasangan
gejala akibat dari suatu penyakit dasar. Delirium didefinisikan sebagai disfungsi cerebral yang reversible,akut dan bermanifestasi klinis pada abnormalitas
neuropsikiatri. Delirium, sering salah diintrepretasikan dengan demensia, depresi, mania, schizophrenia akut, atau akibat usia tua, hal ini dapat terjadi karena gejala
dan tanda dari delirium juga muncul pada demensia, depresi, mania, psikosis dll. Kata “delirium” berasal dari bahasa latin yang artinya lepas jalur. Sindrom ini
pernah dilaporkan pada masa Hippocrates dan pada tahun 1813 Sutton mendeskripsikan sebagai delirium tremens,kemudian Wernicke menyebutnya
sebagai Encephalopathy Wernicke.
Delirium adalah fungsi kognitif yang kacau ditandai dengan Kesadaran, berkabut yang dimanifestasikan oleh lama konsentrasi yang rendah, persepsi yang salah,
gangguan piker Stuart dan Sundeen, 1987.
2 Terdapat 3 tipe delirium, yaitu:
1. Delirium hiperaktif: didapatkan pada pasien dengan gejala putus substansi antara lain; alkohol,amfetamin,lysergic acid diethylamide atau LSD.
2. Delirium hipoaktif: didapatkan pada pasien pada keadaan hepatic encephalopathy dan hipercapnia.
3. Delirium campuran: pada pasien dengan gangguan tidur, pada siang hari mengantuk tapi pada malam hari terjadi agitasi dan gangguan sikap.
Mekanisme penyebab delirium masih belum dipahami secara seutuhnya. Delirium menyebabkan variasi yang luas terhadap gangguan structural dan fisiologik.
Neuropatologi dari delirium telah dipelajari pada pasien dengan hepatic
encephalopathy dan pada pasien dengan putus alcohol. Hipotesis utama yaitu gangguan metabolisme oksidatif yang reversibel dan abnormalitas dari multipel
neurotransmiter.
3 Berikut faktor-faktor penyebab Delirium:
a. Asetilkolin data studi mendukung hipotesis bahwa asetilkolin adalah salah satu dari
neurotransmiter yang penting dari pathogenesis terjadinya delirium. Hal yang mendukung teori ini adalah bahwa obat antikolinergik diketahui sebagai penyebab
keadaan bingung,pada pasien dengan transmisi kolinergik yang terganggu juga muncul gejala ini. Pada pasien post operatif delirium serum antikolinergik juga
meningkat.
b. Dopamine Pada otak,hubungan muncul antara aktivitas kolinergik dan dopaminergik. Pada
delirium muncul aktivitas berlebih dari dopaminergik,pengobatan simptomatis muncul pada pemberian obat antipsikosis seperti haloperidol dan obat penghambat
dopamine.
c. Neurotransmitter lainnya Serotonin ; terdapat peningkatan serotonin pada pasien dengan encephalopati
hepatikum.
GABA Gamma-Aminobutyric acid; pada pasien dengan hepatic encephalopati,peningkatan inhibitor GABA juga ditemukan. Peningkatan level
ammonia terjadi pada pasien hepatic encephalopati,yang menyebabkan peningkatan pada asam amino glutamat dan glutamine kedua asam amino ini
merupakan precursor GABA. Penurunan level GABA pada susunan saraf pusat juga ditemukan pada pasien yang mengalami gejala putus benzodiazepine dan alkohol.
d. Mekanisme peradanganinflamasi Studi terkini menyatakan bahwa peran sitokin, seperti interleukin-1 dan interleukin-
6,dapat menyebabkan delirium. Mengikuti setelah terjadinya infeksi yang luas dan paparan toksik,bahan pirogen endogen seperti interleukin-1 dilepaskan dari sel.
Trauma kepala dan iskemia, yang sering dihubungkan dengan delirium,terdapat hubungan respon otak yang dimediasi oleh interleukin-1 dan interleukin 6.
e. Mekanisme reaksi stress Stress psikososial dan gangguan tidur mempermudah terjadinya delirium.
f. Mekanisme struktural Pada pembelajaran terhadap MRI terdapat data yang mendukung hipotesis bahwa
jalur anatomi tertentu memainkan peranan yang lebih penting daripada anatomi yang lainnya. Formatio reticularis dan jalurnya memainkan peranan penting dari
bangkitan delirium. Jalur tegmentum dorsal diproyeksikan dari formation retikularis mesensephalon ke tectum dan thalamus adalah struktur yang terlibat pada
delirium. Kerusakan pada sawar darah otak juga dapat menyebabkan delirium,mekanismenya karena dapat menyebabkan agen neuro toksik dan sel-sel
peradangan sitokin untuk menembus otak.
4 Kriteria diagnostik untuk delirium :
1. Gangguan kesadaran. Penurunan kesadaran terhadap lingkungan sekitar ,dengan penurunan kemampuan untuk fokus,mempertahankan atau mengganti
perhatian.
2. Perubahan kognitif defisit memori, disorientasi, gangguan berbahasa 3. Gangguan perkembangan dalam periode waktu yang singkat. Bukti dari
riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau pemeriksaan laboratorium yang mengindikasikan bahwa gangguan disebabkan oleh konsekuensi fisiologik langsung
atau akibat kondisi medis yang umum.
Pengobatan terutama pada pasien delirium adalah untuk mengkoreksi kondisi medis yang menyebabkan gangguan-gangguan utama. Langkah pertama pada tata
laksana pasien dengan delirium adalah melakukan pemeriksaan yang hati hati terhadap riwayat penderita,pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium. Informasi
dari pasien tentang riwayat pasien terdahulu maupun status penderita sekarang sangat membantu para praktisi medis untuk melakukan tata laksana yang baik
untuk mengobati delirium.
II. Demensia 1. Pengertian Demensia