Analisis Partikel Pemarkah Emotif Bahasa Jepang Satu Kajian Pragmatik

10lji:w lQゥャァオェウォセ@
Febw;m· 2013, 8..1 - 100
COPJ17ght@2()13, Pmgl;llll Stud; LiIlgui'ilik SP-s USn L5SN 16WJ-4(j{j(j

TaiJUil ォ・MjHセ@

No i

ANALISIS P ARTIKEL PEMARKAH EMOTIF BAHASA JEPANG
SATU KAJIANPRAGMATIK
Nazaya Zulaikha
Universitas Dharma Agung
Nandang Rahmat
uョゥカ・イウヲエ。pセェ@

Abstract
This research discuss about Japanese particles/joshi as emotive marker through pragmatic
approach Particles have important role in Japanese, not only do as gramatical marker, but
also do as emotive marker where speaker express their emotions or actions to listener with
using particles in conversations. Problems discussed in this research are kinds of emotive
marker particles, various kinds of emotive meaning marked by particles, and the relation

between emotive meaning and context of conversation situation. "Gals!" by Mihona Fujii
volznne I, 2, and 3 have been used as data sources of this research where emphasize the
analysis on the context of conversation. Sixteen data have been analyzed with considering
various of context of situation. Descriptive method has been used in this research in order to
examine particles in conversation sentences. Theoretical basis used in this research is
pragmatic study based on Leech theory, that is a study that reviewing meaning with
considering context of conversation situation, and context ofsituation based on Sinar theolY.
Thus, emotive meaning can be concluded In analyzing data, fe.:'Cicals which is referring a
certain emotion have been considered, and also context of situation, there are field of
discourse, tenor of discourse, and mode of discourse. Substitution and deletion analysis
technique have been used as validity and verification instruments of emotive meaning
reviewed The result shown that there are 17 particles which have emotive meaning and have
role as sentence--jinal particle, where 3 ofthem have emotive meaning more than one. Beside,
it is shown that field of discourse has a very important role in reviewing emotive meaning in
a particle and all particles can nol being substituted or deleted because it make a
differenciation ofemotive meaning and confusion in translation.
Keyword: Japanese Particles, Pragmatic, Context ofSituation, Emotive Meaning

PENDAHULUAN
Bahasa merupakan alat utama dalam komunikasi dan rnemiliki daya ekspresi dan infonnatif

yang besar. Salah satu fungsi bahasa adalah untuk mengekspresikan emosi. Menurut Ullmann
(2007 : 157) bahwa bahasa itu tidak hanya wahana komunikasi, melainkan juga alat untuk
mengekspresikan emosi dan untuk menggunakan emosi. Untuk memahami emosi dapat
dilakukan dengan menganalisis kata emosi yang didapatkan dari masyarakat pemakai bahasa
terse but. Suzuki (2006 : 6) menyebutkan bahwa dalam bahasa Jepang, emosi disampaikan
seeara eksplisit dimana setiap kalimat ditandai dengan emosi atau informasi personal. Pemarkah
emosi yang kemp muneul dalam ujaran bahasa Jepang berupa partikel atau joshi. Hal senada
disampaikan Oehs dan Sehieffelin dalam Suzuki (2006 : 3) bahwa terdapat berbagai cam dalam
mengekspresikan emosi pada berbagai bahasa dan salah satu eara terse but adalah melalui
penggunaan part ike I.
Kawashima (1992 : 1) mengungkapkan bahwa daJam bahasa Jepang, partikel mengikuti
sebuah kata untuk menunjukkan hUbungannya dengan kata lain dalam sebuah kalirnat atau
mernberikan arti dan nuansa tertentu bagi kata tersebut. Dengan menggunakan partike] dalam
pereakapan, penutur mengekspesikan emosi atau tindakannya kepada lawan tutur, sarna halnya
dengan mengekspresikan maskulinitas atau feminitasnya.
Bahasa yang muneul pada komik atau manga umurnnya rnerupakan bahasa lisan yang
dituliskan, sehingga muneul partikeJ-partikel pemarkah emotif tertentu yang dapat dipahami

NazapJ ZuJaikha


apabila disertai dengan konteks ujaran. Partikel dalam bahasa Jepang yang mengacu pada emosi
dapat diketahui melalui konteks pembicaraan yang muneul pada komik "Gals!" karya Mihona
Fujiijilid 1,2, dan 3.Komik "Gals!" menceritakan tentang kehidupan イ・ュセ。@
siswa SMA
Hounan dengan tokoh utama Kotobuki Ran yang memiliki sahabat dekat bernama Yamazaki
Miyu dan Hoshino Aya. Ketiga tokoh dalam komik ini merupakan kogal (kogyanl). Karena
tokoh daJam komik ini adalah para イ・ュセ。L@
maka di dalamnya terdapat bentuk-bentuk emosi
yang tergambarkan melalui partikel-partikel pemarkah emotif dalam dialog informal dan
konteks situasi yang beragam sehingga menarik untuk diteliti. Oleh karena itu, komik "Gals!"
dipilih sebagai sumber data dalam penelitian ini. Partikel pemarkah emotif dalam bahasa Jepang
sering digunakan dalam percakapan, dimana lawan tutur akan lebih memahami maksud kalimat
yang dituturkan apabila disertai dengan emosi yang muneul. Akan tetap;, partikel dalarn bahasa
Jepang memiliki jumJah yang eukup banyak dan masing-masing memiliki makna emotif yang
berbeda-beda, bahkan suatu partikeJ dapat memiliki beberapa makna emotif yang berbeda,
sehingga sebagai akibatnya, penutur sebuah bahasa sering mengalami kesalahpaharnan dalam
suasana dan konteks tuturannya, termasuk dalam memahami makna yang terkandung dalam
sebuah kata yang mengaeu pada emosi. Dengan adanya perbedaan konteks ujaran, makna
emotif yang dihasilkan juga berbeda sehingga diperlukan adanya pemahaman konteks ujaran.
Oleh karena itu, dalam menganalisis partikel pemarkah emotif dalam bahasa Jepang hendaknya

menggunakan pendekatan pragmatik, yaitu dengan mempertimbangkan konteks situasi ujaran
dan makna emotif yang dimaksud penutur. Dalam penelitian ini, permasalahan difokuskan
hanya kepada pembahasan mengenai partikel yang terdapat dalam kalimat pereakapan yang
membawa makna emotif yang dituturkan oJeh penutur, baik penutur wanita maupun pria, daJam
komik "Gals!" karya Mihona Fujii jilid 1, 2, dan 3. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mendeskripsikan partikeJ yang muneul sebagai pemarkah emotif, makna emotif yang
muneul, dan hubungan makna emotif dengan partikel pemarkah emotif dalam konteks situasi
percakapan bahasa Jepang. Sehingga hasil penelitian ini dibarapkan memperkaya khasanah ilmu
linguistik kejepangan serta membantu dalam meningkatkan kualitas penelitian bahasa Jepang
terutama mengenai keterkaitan partikel dengan bahasa lisan sehingga berpotensi diterapkan
dalam pembelajaran mata kuliah percakapan.
KERANGKA TEORI
Penelitian ini menggnnakan teori pragmatik sebagai acuan dalam memahami konteks situasi
pereakapan dalam rangka menyimpulkan makna emotif yang munen1. Menurut Yule (1996 : 6),
pragmatik sebagai tataran terbaru dalam linguistik merupakan satu-satunya tataran yang turut
memperhitungkan manusia sebagai pengguna bahasa. Menurut Levinson (1983 : 9), ilmu
pragmatik didefinisikan sebagai berikut: (1) Pragmatik ialab kajian dari bubungan antara bahasa
dan konteks yang mendasari penjelasan pengertian bahasa yang merujuk pada fakta babwa
untuk mengerti sesuatu ungkapanlujaran bahasa diperJukanjuga pengetahuan di luar makna kata
dan hubungan tata bahasanya, yakni bubungannya dengan konteks pemakaiannya. Leech (1997 :

5-6) menyatakan pragmatik mempeJajari maksud ujaran (yaitu untuk apa ujaran itu dilakukan);
menanyakan apa yang seseorang maksudkan dengan suatu tindak tutur; dan mengaitkan makna
dengan siapa berbieara kepada siapa, dimalla, bila mana, bagaimana. Leech (1997 : 8)
mengartikan pragmatik sebagai studi tentang makna daJam hubungannya dengan situasi-situasi
ujar (speech situasions). Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan babwa
pragmatik adalah suatu telaah umum mengenai bagaimana suatu konteks mempel1garuhi peserta
tutur dalam menafsirkan kalimat atau menelaah makna dalam kaitannya dengan situasi
ujaran. Adapun konteks situasi sebagai ォセゥ。ョ@
dalam pragmatik, merupakan dasar bagi inferensi.,
yakni proses yang barus dilakukan oleh komunikan (pendengar / pembaca / mitra tutllr) untuk
memahami makna sehingga sampai pada penyimpulan maksud dan tuturan (SumarJan, 2006:] 4).
Tanpa memaharni konteks, lawan tutUf babasa akan kesulitan memabami maksud penutUf.
Konteks di sini meliputi tuturan sebelumnya, penutur dalam peristiwa tutur, hubungan antar
penutuf, pengetahuan, tujuan, setting sosial dan fisik peristiwa tutur. Singkatnya, makna dalam

86

K;!ii;w LilJ,guistiL Tailllfl 1.c-10. No 1

rchmari 2013


pragrnatik merupakan suatu hubungan yang melibatkan tiga sisi (triadic relation) atau hubungan
tiga arab, yaitu bentuk, makna, dan konteks.
Sinar (2010 : 57) membagi konteks situasi dalam tiga variabel, yakni :
1) Medan wacana (field o/discourse), membicarakan kegiatan berinteraksi yang mempunyai
dua dimensi, yaitu apa yang dibicarakan dan untuk apa dibicarakan. Medan wacana
merupakan faktor yang sangat menentukan dalam interaksi, yakni seseorang harus dapat
memahami medan yang sedang dibicarakan atau dibaca agar interaksi dapat berlangsung
dengan lancar, salah satunya dengan menentukan apa yang dibicarakan melalui item
leksikal.
2) Pelibat wacana, merujuk. kepada siapa yang membicarakan. Pelibat wacana merupakan
variabel kontekstual yang mengkarakterisasikan fungsi ekstrinsik konteks situasi dan
berhubungan dengan siapayang berperan, kondisi alam partisipan, status dan peranan
mereka, yakni hubungan peranan apa yang ditemukan, termasuk hubungan perman en atau
sementara antara satu dengan yang lain. Sinar (2010 : 58) melanjutkan, seJuruh jenis
ucapan yang mereka lakukan dalam dialog dan ikatan hubungan sosial yang signifikan
dimana merek terlibat.
3) Sarana wacana, yakni bagaimana pembicaraan itu diJakukan. Sarana wacana sebagai
jenis peran yang dimainkan bahasa di dalam interaksi sosiaJ penciptaan teks, sarana
wacana-dalam-teks yang terdiri dari sa/uran, yakni berhubungan dengan bagaimana cara

sarana diperoleh melalui dua cara, yakni visual dan non-visual, dan medium, yakni
berhubungan dengan apakah bahasa yang diterima oleh partisipan sebagai 'proses'
(bahasa lisan) atau 'produk' (bahasa tulisan).
Partikel bahasa Jepang atau disebut dengan joshi sebagai objek kajian dalam penelitian ini
merupakan salah satu aspek terpenting dalam ke1ancaran dalam berkomunikasi. Partikel atau
joshi dalam bahasa Jepang menunjukkan hubungan kata dengan kata lain dalam keseluruhan
kalimat dan memberikan makna atau nuansa tertentu. Beberapa partikel memiliki padanan
dalam bahasa lain seperti bahasa Inggris, ada yang memjjjkj fungsi yang sarna dengan preposisi
dalam bahasa Inggris, tetapi partike1 juga dapat berfungsi sebagai post-position karena partike1
tersebut selalu mengikuti kata yang dilekatinya. Ada juga partikel yang memiliki fungsi
khususltertentll yang tidal