Kompos kulit buah kakao Kompos kulit buah durian

kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit. Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misalnya ; hasil panen lebih tanah disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak. Rachman Sutanto,2002.

a. Kompos kulit buah kakao

Budidaya dan pengolahan tanaman perkebunan, seperti kelapa sawit, teh, dan kakao menghasilkan limbah padat organik dalam jumlah melimpah. Berdasarkan data statistik perkebunan 2006, luas areal kakao di Indonesia tercatat 992.448 ha, produksi 560.880 ton dan tingkat produktivitas 657 kghathn. Bobot buah kakao yang dipanen per ha akan diperoleh 6200 kg kulit buah. Limbah kulit buah kakao ini berpotensi mencemari lingkungan,akan tetapi dapat diatasi dengan penanganan dan teknologi yang tepat untuk dimanfaatkan sebagai kompos Goenadi et.al,2007. Kulit buah kakao merupakan bagian terbanyak dari buah kakao, yaitu sebanyak 75. Kulit buah kakao mengandung protein kasar yang rendah tetapi kandungan serat kasar dan energinya cukup tinggi poedjiwidodo, 1996. Dan menurut Siregar, dkk 1999 kulit buah kakao jika dibenamkan didalam tanah akan meningkatkan jumlah hara yang tersedia. Unsur-unsur yang cenderung Universitas Sumatera Utara mengalami peningkatan akibat pemberian kompos kulit buah kakao adalah unsur C, N, P-tersedia Tabel. 1. Komposisi bahan kimia dalam kompos yang berasal dari kulit kakao. Sifat Kimia Kakao PH 5,4 N-Total 1,3 C-organik 33,71 CN 26 P 2 O 5 0,186 K 2 O 5,5 CaO 0,23 MgO 0,59 Sumber : Goenadi et.al 2007

b. Kompos kulit buah durian

Masih banyak limbah-limbah pertanian yang belum mendapat perhatian khusus untuk dikelola, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai kompos, salah satunya adalah kulit buah durian. Disumatera khususnya, menurut data Dinas Pertanian tanaman Pangan tahun 1998, produksi buah durian sebesar 48.892 ton dan cenderung meningkat sepanjang tahun. Dari buah durian ini diperoleh kulit durian sebesar 62,4 dan inilah yang akan menjadi limbah kota apabila tidak dimanfaatkan Lahuddin, 1999. Universitas Sumatera Utara Tabel 2. Karateristik Kulit Durian Segar Karateristik Nilai Kandungan kulit buah segar 62,4 Kandungan air 95,5 Kandungan abu 4,6 Kadar C 40,6 [26,01] Kadar N 0,98 [2,59] CN 41,4 [10,04] P 0,13 K 1,71 = setelah menjadi kompos Lahuddin,1999 Berdasarkan penelitian Hutagaol 2003 menunjukan bahwa pemberian kompos kulit buah durian dengan dosis takaran 20 tonha berpengaruh sangat nyata untuk menetralkan sebagian efek meracun Al dalam larutan tanah dan juga meningkatkan KTK tanah serta pH tanah. Peningkatan pH tanah yang disebabkan oleh pemberian kompos disebabkan oleh kandungan basa basa kompos yang sangat tinggi sehingga menyebabkan peningkatan pH yang sangat jelas. Peningkatan basa basa ini juga menyebabkan ketersediaan hara bagi pertumbuhan tanaman. Akibat langsung dari peningkatan pH adalah terjadinya peningkatan ketersediaan P pada tanah tersebut. Penambahan kompos limbah kota seperti kompos kulit buah durian dan kompos kulit buah kakao juga menyebabkan Al-dd menurun dengan jelas Anas, 2000. Universitas Sumatera Utara pH Tanah Kemasaman tanah atau pH potential of hydrogen adalah nilai yang menggambarkan jumlah relatif ion H + dalam larutan tanah. Larutan tanah disebut beraksi asam jika pH berada pada kisaran 0-6. Artinya, larutan tanah mengandung ion H + lebih besar daripada ion OH - . Sebaliknya, jika jumlah ion H + dalam tanah lebih kecil daripada ion OH - , larutan tanah disebut bereaksi basa alkali atau memiliki pH 8-14. Jika jumlah ion H + dalam larutan tanah sama dengan ion OH - , larutan tanah disebut bereaksi netral dengan pH 7. Semakin banyak kandungan ion H + di dalam tanah, reaksi tanah akan semakin asam Novizan, 2005. pH tanah atau kemasaman tanah mempengaruhi ketersediaan unsur hara tanaman, aktivitas mikroorganisme, dan kelarutan mineral tanah. Faktor utama yang mempengaruhi pH tanah adalah temperatur dan curah hujan, yang mengatur intensitas pencucian dan pelapukan mineral tanah. Kemasaman biasanya dihubungkan dengan tanah-tanah yang tercuci. Kegiatan pertanian, seperti pengapuran atau pemupukan amonium, dapat mengubah pH tanah. Umumnya pH 6.0 hingga 7.5 yang optimum untuk pertumbuhan tanaman. Tabel 3. Tingkat kemasaman tanah Reaksi Tanah pH Luar biasa asam 3,5 - 4,4 Asam sangat kuat 4,5 – 5,0 Asam kuat 5,1 – 5,5 Asam sedang 5,6 – 6,0 Universitas Sumatera Utara Asam lemah 6,1 – 6,5 Netral 6,6 – 7,3 Alkali lemah 7,4 – 7,8 Alkali sedang 7,9 – 8,4 Alkali kuat 8,5 – 9,0 Mukhlis 2010 Kapsitas Tukar Kation KTK Kapasitas Tukar Kation KTK tanah didefinisikan sebagai kemampuan suatu koloid tanah untuk mengadsorpsi kation dan mempertukarkannya. KTK biasanya dinyatakan dalam milliekuivalen per 100 gr. Pertukaran ini hanya terjadi jika larutan tanah berada dalam keadaan tidak seimbang dengan koloid tanah. Larutan tanah dan dan koloid tanah sangat jarang berada dalam keadaan seimbang antara satu dengan lainnya. Selalu saja terjadi perubahan yang disebabkan oleh tercucinya kation ke lapisan tanah yang lebih dalam akibat aliran air atau beberapa kation diserap oleh tanaman. Kapasitas Tukar Kation tanah yang rendah dapat ditingkatkan dengan bahan organik seperti kompos atau pupuk kandang. Novizan, 2005. Jumlah kation yang dapat dijerap diadsorbsi oleh suatu tanah adalah setara dengan besarnya Kapasitas Tukar Kation tanah tersebut. Kation yang paling kuat berpegang pada kompleks jerapan menurut deretan Ca Mg K Na Li Bohn dan Neal,1979. Dengan perkataan lain penambahan ion Ca 2+ kedalam tanah akan meningkatkan Ca dapat dipertukarkan Ca-dd dan Ca 2+ yang diberikan itu akan mendepak kation lain dari kompleks jerapan Manurung,1983. Universitas Sumatera Utara Alumunium dapat dipertukarkanAl-dd Peran Al dapat ditukar pada tanah Ultisol,Oxisol dan Alfisol sangat penting,karena pada tanah-tanah tersebut sering ditemukan kejenuhan Al nisbi yang tinggi. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Ultisol mempunyai kejenuhan Al yang lebih tinggi daripada tanah-tanah yang lain, bahkan bisa mencapai lebih dari 85. Didalam tanah, Al-dd akan mengendap pada pH antara 5,5 sampai 6,0, sehingga pada tanah-tanah yang mempunyai pH lebih besar dari 6,0 kandungan Al-dd dan kejenuhan Al nisbi rendah bahkan peranannya dapat diabaikan Munthe,1997. Bahan organik sangat berperan dalam memperbaiki sifat kimia dan juga dalam menunjang pertumbuhan tanaman. Bahan organik juga sangat berperan dalam pembebasan P-fiksasi oleh senyawa Al dan Fe. Asam-asam organik yang dilepaskan mampu mengikat ion logam seperti Al dan ion Fe di dalam tanah,kemudian membentuk senyawa kompleks yang sukar larut. Senyawa- senyawa termasuk asam humat dan fulvat mampu membentuk kompleks dengan ion-ion logam Tan,1991. Universitas Sumatera Utara BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 25 m dpl. Penelitian ini dimulai pada bulan Desember 2012 sampai selesai. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ultisol sebagai bahan yang akan diamati, kompos kulit buah durian sebagai bahan yang akan dikomposkan, EM-4 untuk mempercepat dekomposisi kompos, kompos kulit buah kakao sebagai bahan yang akan dikomposkan, air untuk kebutuhan tanah, bahan – bahan kimia untuk keperluan analisa Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul untuk mengambil contoh tanah, karung goni untuk tempat tanah yang diambil dari lapangan, timbangan untuk menimbang tanah, polybag sebagai wadah tanah, ayakan 10 mesh untuk mengayak tanah, peralatan laboratorium untuk keperluan analisa. Universitas Sumatera Utara Rancangan Percobaan Percobaan ini dilakukan dengan metode Rancangan Acak Lengkap RAL Non Faktorial sebagai berikut : Z = Kontrol Z 1 = 1,5g300g BTKO setara dengan 10 tonha Z 2 = 3g300g BTKO setara dengan 20 tonha Z 3 = 4,5g300g BTKO setara dengan 30 tonha Z 4 = 6g300g BTKO setara dengan 40 tonha C 1 = 1,5g300g BTKO setara dengan 10 tonha C 2 = 3g300g BTKO setara dengan 20 tonha C 3 = 4,5g300g BTKO setara dengan 30 tonha C 4 = 6g300g BTKO setara dengan 40 tonha Perlakuan diulang sebanyak 3 kali, sehingga jumlah petak perlakuan 27 petak. Dengan bagan perlakuan sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara Ulangan I Ulangan II Ulangan III Hasil penelitian dianalisis dengan model linear sebagai berikut : Yij = µ + Pi +αj + ∑ ij Dimana : Yij : Respon tanah yang diamati. µ : Nilai tengah rataan Pi : Pengaruh ulangan ke-i αi : Pengaruh perlakuan ke-j Σ ij : Faktor galat percobaan ke-i dan ulangan ke-j Z2 Z1 C3 Z0 C1 Z3 C2 Z0 Z1 C4 C2 Z4 Z3 Z2 C1 Z1 Z4 C4 Z4 C3 Z0 C3 Z3 C2 C1 C4 Z2 Universitas Sumatera Utara Data yang diperoleh dianalisis secara statistik berdasarkan analisis varian pada setiap peubah amatan yang diukur dan diuji lanjutan bagi perlakuan yang nyata dengan menggunakan uji Kontras dan uji Beda Nyata Terkecil BNT Pelaksanaaan penelitian a. Pengomposan kulit durian dan kulit kakao Kulit durian dan kulit kakao dipotong – potong sehingga menjadi bagian yang kecil. Disemprotkan EM-4 secara merata pada potongan – potongan kulit durian dan kulit kakao lalu dimasukkan kedalam goni plastik lalu ditumpukkan. Sekali tiga hari dibolak – balik dan dijaga kelembabannya. Dilakukan analisa kompos yang meliputi pH dan CN. Kompos yang sudah matang dan siap untuk dipergunakan mempunyai ciri – ciri : Berwarna hitam dan tidak dikenali lagi bentuknya dan CN nya lebih kecil dari 20.

b. Pengambilan contoh tanah