KEPADA PARA PEMBELA HAK ASASI MANUSIA

I. KEPADA PARA PEMBELA HAK ASASI MANUSIA

Selain contoh-contoh spesifik dan detail-detail strategi yang dijelaskan dalam Bab-bab negara, beberapa usulan juga bermunculan yang barangkali para pembela HAM bisa mengadaptasi pada konteks mereka masing-masing:

Menciptakan dan meninjau suatu rencana keamanan: Penilaian reguler dan perencanannya adalah mendasar untuk menghadapi kondisi politik yang berubah-ubah (seperti di Zimbabwe), atau tingkat tinggi ancaman maupun kekerasan (seperti di Colombia), atau ancaman yang bermunculan (seperti di Indonesia). Di Zimbabwe, seperti contoh, banyak pembela HAM meninjau dan memperbaiki kantor mereka dan praktek keamanan pribadi setelah penculikan berprofil tinggi kepada sejumlah pembela HAM pada Desember 2008. Rencana perbaikan keamanan bisa termasuk, seperti contoh, prosedur untuk menyiagakan teman-teman dan rekan bilamana resiko mendesak, seperti menggunakan jalur alternatif atau berganti kendaraan setiap hari, menginformasikan kawan lain tentang jadwal mereka serta memasang kamera dan pagar keamanan. 111

Proses yang paling efektif melibatkan organisasi secara keseluruhan, guna meningkatkan tingkat informasi dan kesiapan. Salah satu pembela HAM di Zimbabwe menjelaskan, “Kami menghadapi keamanan di dalam rapat staff, tiap hari bila perlu. Staff yang berbeda memiliki informasi yang berbeda: petugas keamanan yang mantan polisi, atau akuntan kami mendengar hal-hal di bank... Pertemuan-pertemuan menjamin bahwa staff bertanggung jawab bagi keamanannya sendiri.” Pada waktu masa beresiko tinggi ada kemungkinan kami harus bertemu lebih sering, lantas bila resiko berkurang rapat siaga pun turut berkurang.

Walau banyak organisasi bersandar pada pengalaman menyeluruh dan menghadapi segala resiko dengan refleksi Ad hoc, proses pengembangan dan penyempurnaan suatu program perlindungan bisa sangat membantu, mempersiapkan seluruh staff untuk mendeteksi suatu ancaman bila muncul. Salah satu partisipan dalam platform Dublin ke -5 menjelaskan bahwa” dibutuhkan suatu sistem perlindungan yang selalu siaga dan ada dari tempat kerja sampai ke rumah”: suatu campuran keamanan pribadi di rumah, protokol keamanan di kantor dan hubungan dengan jaringan Internasional untuk mendukung.

Perencanaan bisa membantu menyuguhkan suatu menu pilihan yang bisa segera dilaksanakan sebagaimana dibutuhkan sambil pembela HAM berjalan di lapangan, di kantor, memindahkan atau menyimpan informasi, atau menyelenggarakan rapat. Di beberapa seminar Front Line yang dilaksanakan dengan mitra-mitra lokal, muncul suatu debat mengenai meningkatkan atau merendahkan profile Pembela Hak Asasi Manusia dalam reaksi pada ancaman kematian. Jarang ada kesimpulan tunggal: sikap yang tepat terhadap masing-masing ancaman tergantung pada kesungguhan ancamannya, kemungkinan bahwa ancamannya akan dijadikan nyata dan sumber daya yang dimiliki. Karena masing- masing situasi berbeda, sangat dibutuhkan sekali bagi pembela HAM memiliki dua hal: 1) suatu proses untuk mengevaluasi resiko yang mereka hadapi dan jawaban yang mereka akan pilih. 2) Jaringan dan sumber daya untuk melaksanakan strategi manapun yang mereka pilih seperti pemindahan, publisitas atau takaran perlindungan yang ada.

STRATEGI-STRATEGI UNTUK BERTAHAN

Menggunakan strategi yang beraneka ragam: Hasil yang menguntungkan sering membutuhkan kombinasi strategi-strategi. Berbagai pembela HAM menekankan pentingnya menggabungkan publisitas, pendekatan hukum dan advokasi antara pengambil keputusan. Pada isu-isu tertentu, tekanan domestik mungkin akan cukup. Untuk isu-isu yang lebih sulit, mungkin akan dibutuhkan penggunaan tekanan domestik maupun Internasional, seperti contoh dengan menggunakan kedutaan asing, badan-badan daerah tertentu atau LSM Internasional dan usaha-usaha Advokasi. Di gabungkan secara keseluruhan,usaha-usaha ini mendukung hasil kolektif dari peningkatan biaya politik bila ada yang mau menyakiti pembela HAM atau gagal dalam melindunginya. 112

Bila memiliki berbagai jenis strategi juga membantu melindungi para pembela HAM bila ada praktek yang menjadi pisau bermata dua. Seperti contoh, di Colombia, pemerintah memperkenalkan suatu program perlindungan bagi pembela HAM beresiko, tetapi juga menggunakan program untuk melakukan pemantauan tingkah laku kepada mereka.

Menggunakan ruang demokratis: Di dalam masing-masing ketiga negara tersebut ada ruang untuk bekerja dengan legislator atau cabang eksekutif untuk mengintervensi kasus tertentu dan meningkatkan mutu hukum dan kebijakan, walau pilihan tersebut lebih sering digunakan di Zimbabwe. pembela HAM di Indonesia bisa menjadi komisi resmi tentang Hak Asasi Manusia dan hak-hak perempuan, mengakses skema perlindungan saksi, begitu pula wakil rakyat terpilih yang bisa selenggarakan rapat di dewan, melakukan pemeriksaan dan meloloskan undang-undang. Di Colombia, advokasi oleh pembela HAM telah mengarah kepada keanekaragaman program pemerintah, seperti program perlindungan di Menteri Dalam Negeri, Ombudsman bagi Hak Asasi Manusia dan suatu unit Hak Asasi Manusia di kantor kehakiman. Memang, masih ada ruangan luas bagi perbaikan dalam karya program tersebut dan dalam membangun percaya diri antara LSM dan pemerintah. Di Indonesia, pemerintah telah menyerahkan tempat untuk menerima tekanan dari kelompok lain untuk mendorong suatu kebijakan untuk menjaga Pembela Hak Asasi Manusia. Walau di Zimbabwe, perjanjian bagi kuasa telah membuka kesempatan untuk mendorong perlindungan lebih bagi pembela HAM, seperti dalam proses penyusunan konstitusi.

Di Platform Dublin, para partisipan mendukung kebutuhannya untuk pemerintah yang terbiasa melanggar Hak Asasi Manusia untuk menyusun saluran informasi, dengan lembaga pemberdayaan hukum, lembaga Hak Asasi Manusia dan anggota-anggota parlemen agar membawa perubahan jangka waktu panjang. Seperti contoh, di Guatemala, suatu komisi telah terbentuk antar jaringan pembela HAM dan pengacara pemerintah untuk memantau kasus-kasus.Saluran informasi yang tepat dengan unsur-unsur ramah dari lembaga negara mungkin membahayakan dalam pendapatan informasi awal tentang penyasaran Pembela Hak Asasi Manusia, dan bereaksi.

Walau demikian, sangat dibutuhkan peringatan kekurangan dan bahayanya inisiatif pemerintah, seperti penjelasan pengalaman orang Colombia. Tidak jauh beda, seorang dari Peru berpartisipasi pada platform Dublin memberikan peringatan bahwa kalau pemerintah memberikan keamanan, itu “sama seperti mengundang musuh ke dalam rumah” dan informasi yang dikumpulkan oleh program yang dipakai untuk menuduh pembela HAM atas tuduhan palsu. Negara-negara seperti Indonesia mempertimbangkan mekanisme perlindungan pemerintah, mereka mungkin mempertimbangkan yang terbaik seperti pengalaman di Colombia, seperti partisipasi oleh kelompok terlindungi oleh penerapan program, sambil menggabungkan program perlindungan kuat menyangkut peran kekuatan pasukan keamanan dalam penilaian resiko dan delegasi keamanan.

Menentang kekebalan hukum: Suatu unsur mendasar dalam peningkatan biaya-biaya politik untuk mengancam pembela-pembela Hak Asasi Manusia adalah untuk meningkatkan pertanggungjawaban bagi kriminalitas yang melawan mereka. Ini adalah tantangan besar dalam ketiga negara di atas dalam kajian ini dan dalam berbagai negara diseluruh dunia.