lxxi yang tampak dari ratio-ratio keuangan yang makin meningkat dan harga saham
Bank Danamon.
2. Prosedur Pemberian Kredit di Bank Danamon.
Setiap pengajuan kredit dari calon debitur akan ditangani oleh seorang Account Officer AO atau Marketing Officer MO. AOMO adalah karyawan
bagian kredit yang menangani dan bertanggung-jawab terhadap kredit dengan plafond diatas Rp.350.000.000,- atau kategori corporate sedangkan MO
bertanggung-jawab terhadap kredit retail dan usaha kecil dengan jumlah plafond sampai dengan Rp.350.000.000,-. Dalam memproses setiap pinjaman kredit, maka
setiap AOMO akan melakukan hal-hal sebagai berikut : 1.
Identifikasi Calon Debitur. Calon debitur dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu walk in customer dan
by reference or prospect list customer. Walk in customer adalah calon debitur yang datang dengan sendirinya ke
Bank mungkin karena iklan atau keinginan sendiri atau coba-coba, sedangkan jenis yang kedua merupakan calon debitur yang didapatkan dari
kunjungan yang dilakukan oleh AOMO atas dasar informasi atau referensi dari nasabah atau pihak lain. Identifikasi calon debitur diperlukan untuk
menggali infomasi selengkap-lengkapnya perihal kebutuhan dan produk kredit yang diinginkan serta informasi lain yang relevan termasuk pula
mengenai perilaku dan karakter dari calon debitur.
lxxii 2. Pemeriksaan kelengkapan persyaratan administrasi.
Kelengkapan persyaratan administrasi sangat diperlukan untuk memasuki tahapan berikutnya dalam rangka evaluasi data-data debitur. Kelengkapan
persyaratan ini akan berbeda untuk debitur perorangan atau badan usaha. 3. Melakukan penilaian jaminan appraisal.
Proses penilaian jaminan dilakukan oleh seorang appraiser dari bagian kredit. Penilaian jaminan diperlukan untuk mengetahui nilai dari jaminan serta
kondisi jaminan yang sesungguhnya untuk menentukan kelayakan dari jaminan tersebut.
4. Membuat proposal kelayakan kredit. Setelah semua data yang diperlukan telah dipenuhi dan atau diperoleh, maka
tindakan selanjutnya adalah dengan melakukan penyusunan proposal kelayakan kredit oleh AOMO dalam bentuk Credit Fasilitas Report CFR
dan Memorandum Analisa Kredit MAK. CFR dan MAK memuat informasi sebagai berikut:
a. Tujuan pengajuan kredit dan sumber pembayaran kembali.
Bagian ini menjelaskan tentang penggunaan kredit untuk modal kerja atau investasi dan darimana sumber pembayaran kembali atas kredit
yang diberikan. b.
Latar-belakang, riwayat usaha dan manajemen calon debitur.
lxxiii Memuat tentang latar belakang dan riwayat usaha debitur sejak
pertama kali menerjuni bisnisnya hingga saat ini serta pola manajemen yang diterapkan.
c. Kegiatan usaha.
Menjelaskan tentang seluk beluk bisnis yang digeluti dengan menggunakan konsep ACC Assets Conversion Cycle atau siklus
perubahan asset dari kas hingga menjadi kas kembali. Bagian ini juga menceritakan tentang sistem pembelian supply dan penjualan
omset, sistem persediaan dan informasi lainnya seputar bisnis calon debitur.
d. Hubungan bank .
Bagian ini menjelaskan tentang pengalaman calon debitur dalam berhubungan dengan pihak perbankan serta bagaimana track record-
nya selama ini. e.
Analisis Rekening Koran. Denganmenggunakan perangkat soft ware yang tersedia, AOMO
melakukan analisis terhadap aktivitas keuangan usaha dari calon debitur yang tercermin dari rekening korannya. Dari hasil analisis ini dapat
diketahui berbagai informasi berharga seperti : perkiraan omset, harga pokok penjualan HPP, volume bisnis termasuk karakter dalam
berhubungan dengan bank. f.
Analisis Laporan Keuangan
lxxiv Bagian ini memaparkan hasil analisis terhadap laporan keuangan dari
calon debitur. Terhadap calon debitur yang tidak mempunyai laporan keuangan, maka sudah menjadi tugas dan kewajiban AOMO untuk
membuat laporan perkiraan keuangan atau yang disebut laporan keuangan proformal. Dengan menggunakan software program komputer
yang tersedia maka informasi dalam setiap laporan keuangan akan diolah dan disajikan hasilnya .
g. Analisis Karakter
Untuk mengetahui watak atau karakter dari calon debitur maka seorang AO melakukan penyelidikan melalui media yang dikenal dengan trade
checking, personal checking atau bank checking. Trade cechking terutama dilakukan pada supplier dan mitra bisnis lainnya untuk
mengetahui hubungan bisinis yang terjalin selama ini, personal ceckhing biasanya dilakukan pada orang dekat yang tidak terkait dengan bisinis
sedangkan bank checking dilakukan antar bank untuk mengetahui karakter dalam berhubungan dengan pihak perbankan.
h. Analisis kelayakan agunan.
Bagian ini menjelaskan tentang kondisi dari bakal agunan yang dilihat dari kondisi jaminan, nilai, tingkat marketabilitas dan hal-hal lain
sehingga jaminan tersebut dapat atau tidak dapat diterima sebagai jaminan atas kredit yang diminta.
i. Analisis Resiko.
lxxv Memaparkan tentang berbagai resiko yang besar kemungkinan akan
ditanggung bank dengan kondisi yang ada serta langkah litigasi yang ada. Analisis resiko biasanya mencakup supply risk, demand risk,
production risk, mikro and makro risk dll. j.
Kesimpulan dan rekomendasi. Pada bagian akhir AOMO memberikan kesimpulan atas hasil
analisisnya dan memberikan rekomendasi atas proses kredit tersebut kepada pemutus kredit, pemutus kredit yang berupa tim atau komite
yang terdiri dari 2 orang pejabat kredit akan melakukan review atas proposal kredit untuk kemudian memberikan keputusan atas pengajuan
kredit tersebut. Setiap pemberian kredit selalu mengharapkan kredit tersebut dapat
kembali dimasa mendatang, sedangkan pemberian kredit selalu dihadapkan pada resiko dan kondisi yang penuh dengan ketidak-pastian. Setiap kredit yang
diberikan oleh bank selalu mengandung resiko sehingga setiap proses pemberian kredit harus selalu memperhatiakn asas perkreditan yang berpegang pada prinsip
kehati-hatian untuk meminimase timbulnya kredit bermasalah. Kebijakan pokok perkreditan harus didasarkan pada asas perkreditan yang
sehat dan berpegang teguh pada prinsip kehati-hatian, yang selanjutnya berdasarkan prinsip kehati-hatian tersebut maka harus diformulasikan suatu
kebijakan kredit yang effektif dan effisien agar dapat menghasilkan kualitas kredit yang baik. Adapun pada intinya setiap proses pemberian kredit wajib
memperhatikan:
lxxvi a.
Prosedur perkreditan yang sehat termasuk prosedur pemberian kredit, prosedur dokumentasi, administrasi kredit serta prosedur pengawasan kredit
yang berkelanjutan. b.
Pemantaun, pembinaan dan pengawasan yang intensif terutama terhadap kredit yang bermasalah agar menjadi lancar kembali.
c. Tidak diberikannya fasilitas kredit yang sifatnya mengkapitalisasi tunggakan
pokok atau bunga kredit plafondering. d.
Proses pelaksanaan restrukturisasi kredit harus dilakukan secara integral komprehensif dalam rangka penyelamatan kredit.
Apabila para pejabat-pejabat kredit pada saat pemberian kredit menjalankan ketentuan-ketentuan kebijakan kredit secara benar dan sesuai ketentuan hukum
yang berlaku maka tingginya angka kredit bermasalah akan dapat ditekan seminimal mungkin.
3. Rekomendasi Dan Keputusan Pemberian Kredit.