Keterbukaan Informasi PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PRODUK PANGAN YANG MENGANDUNG BAHAN REKAYASA GENETIKA

2. PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PRODUK PANGAN YANG MENGANDUNG BAHAN REKAYASA GENETIKA

2.1. Keterbukaan Informasi

Setiap manusia mempunyai hak untuk memperoleh produk pangan yang aman bagi keselamatan dan kesehatannya. Hal ini berarti perlu adanya jaminan keamanan pangan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang diiringi dengan keterbukaan informasi. Asas keterbukaan adalah asas yang memberikan hak kepada masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif. Keterbukaan informasi merupakan dasar awal bagi sikap keputusan konsumen untuk menentukan pilihan yang tepat sesuai dengan kebutuhan pribadinya. Ketiadaan informasi atau kurang memadainya informasi yang diberikan kepada konsumen pada suatu produk dapat dikategorikan sebagai cacat produk cacat informasi. Sebagaimana telah disampaikan pada BAB sebelumnya bahwa informasi dapat diperoleh dari kalangan usaha melalui iklan, label, selebaran, brosur, pamflet, katalog, dan lain-lain. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 menyatakan label sebagai media komunikasi antara produsen dan konsumen berkenaan dengan suatu produk pangan. Di samping efektivitas komunikasi yang tercermin dari tampilan label yang artistik dan atraktif juga dituntut adanya unsur kejujuran atau kebenaran informasi tentang produk pangan di balik label tersebut. Ketidakbenaran informasi pada label, disamping menyesatkan persepsi konsumen juga dapat berakibat ketidakamanan pangan bagi konsumen. Selain sebagai informasi kepada konsumen label juga berfungsi sebagai market tool dalam rangka penguatan daya saing suatu produk. Jaminan mutu produk sangat tergantung dari ada atau tidaknya label. Dilihat dari sisi kepentingan produsen adanya label akan sangat membantu dalam penetrasi akses pasar dalam peta persaingan global yang lebih terbuka Peredaran produk berlabel disamping produsen dan konsumen juga melibatkan pihak ketiga, yaitu lembaga yang mengeluarkan memantau menggontrol penggunaan label tsb. Institusi ini dapat berupa lembaga sertifikasi bisa pemerintah maupun swasta bisa juga otoritas dari lembaga pemerintah diberi kewenangan untuk itu. Tujuannya adalah untuk menjamin bahwa label yg digunakan oleh produsen adalah benar dan tidak menipu deceiving serta tidak menyesatkan misleading false claim untuk mencegah adanya economic fraud. Disamping itu pelabelan menjamin adanya traceability pada produk yg beredar Contohnya: pada label dicantumkan kadar nutrisi seperti kadar lemak, protein dan sebagainya.

2.2 Pelabelan Produk Pangan