Tipe terstruktur dan sintesa

1. Tipe terstruktur dan sintesa

Proses kreatif seniman seni rupa tipe terstruktur dan sintesis melahirkan perupa dengan berbagai tipe yaitu realis, naturalis, dekoratif, impresioni, surealis, kubistis, dan abtrak. Keenam jenis seniman ini pada awal bekerja prosesnya sama yaitu mencari gagasan dengan melakukan pengamatan atau observasi, dan proses eksplorasi selanjutnya mengambil cara yang berbeda.

Seniman atau perupa dengan gaya naturalis dan realis mungkin setelah mendapatkan gagasan atau emosi estetiknya tergugah oleh suatu kondisi benda atau suasana dapat langsung menangkap keindahan itu dengan melukiskannya di tempat, atau membuat catatan berupa sketsa kemudian dikembangkan di studio tempat kerjanya. Bagi kelompok dekoratif, surealis dan kubistis mereka juga mengambil jalur berbeda, setelah mendapat gagasan mereka mungkin membuat catatan lalu bekerja di studio. Seniman dengan tipe prose kreatif terstruktur dan

Gambar 216. (a) Dullah, Pintu Gerbang Bali, (b) Lee Man-Fong, Penari Legong (sumber: Koleksi Presiden Soekarno

371

Gambar 217. (a) Basuki Abdulah, Pemandangan, (b) Lee Man Fong, Gadis Bali (sumber: Koleksi Presiden Soekarno).

sintesis sangat banyak, di antaranya ialah Basuki Abdulah, Dullah, Trubus, Sudjojono, Wakidi. Seniman dengan tipe ini pada saat ini banyak dibantu dengan peralatan hasil teknologi yaitu kamera. Mereka tidak perlu lagi berlama-lama bekerja di luar langsung di alam terbuka, Dullah misalnya, dalam melukis pemandangan maupun model tidak bekerja berhari-hari di alam terbuka menghadap ke pemandangan yang dilukisnya atau menahan model manusia yang dilukisnya dalam waktu lama. Ia banyak dibantu oleh fotografi dan melukisnya dapat dilanjutkannya di studio. Dengan kepiawian teknik yang dimilikinya para seniman realis dapat menyelesaikan lukisannya, dan kadang warnanya lebih indah dari aslinya (gb.215).

Gambar 218. (a) Anonim, Lukisan Bali Kuno (sumber: Koleksi Presiden Soekarno), (b) Walter

Spies, (sumber: Indonesian Heritage).

Seniman pada jalur dekoratif (gb.216) bekerja dengan kemampuannya menggayakan atau stilasi obyek yang menarik perhatiannya. Seniman jenis ini bekerja kadang sepenuhnya di dalam studio dituntun oleh cita rasa estetiknya membuat benda-benda menjadi berirama. Gaya ini banyak dilakukan oleh desainer tekstil, perhatikan motif kain batik, tenun, kadang bentuk benda disederhanakan kadang dilebih-lebihkan. Perwujudannya dalam seni lukis, pewarnaan biasanya datar seperti lukisan Wayang Beber dan Klasik Kamasan bentuk-bentuknya penuh dengan stilasi. Namun demikian ada yang mengkombinasikannya dengan tipe naturalis dan realis dengan menerapkan teknik halftone dan prinsip perspektif seperti Henri Rousseau, Widayat, Walter Spies, Rudolf Bonnet, dan seniman-seniman Bali hasil didikannya.

Gambar 219. (a) Widayat, Manusia, Pohon dan Satwa, (b) Kuswadji, Lampor (sumber: (a) Indonesian Heritage, (b) Soedarso, SP)

Tipe surealis memfantasikan obyeknya sehingga hasilnya nampak seperti suasana mimpi. Kaum surealis banyak diilhami oleh ilmu psikologi terutama tentang teori bawah sadar oleh psikolog Sigmund Freud. Dalam ungkapannya ada tipe realistik dan abstrak. Tipe realistik sebenarnya kelompok ini berkarya berdasar benda-benda realistik kasat mata tetapi pengungkapan terhadap benda-benda tersebut dihubungkan dengan hal- hal yang tidak logis melalui penerapan perspektif terbalik, ilusi optik, gelap terang, posisi yang tidak logis dan sebagainya. Seniman seni lukis yang tersohor dalam gaya surealisnya adalah, Chirico, Miro, Marc Chagal (gb. 217), dan Salvador Dali (gb. 218). Dalam seni patung Henri Moore setiap saat ia tidak mau kehilangan image-imagenya karena patung tidak dapat secara serta merta dibuat maka ia tuangkan dalam catatan berupa sketsa-sketsa abstraksi tentang manusia (gb. 219).

374

Gambar 220. Marc Chagall, The Players (sumber: Ingo F. Walther)

Gambar 221. Abstraksi Henry Moore (sumber: Robert H. McKim)

Tipe analitik bekerja menyeimbangkan emosi estetik dengan kemampuan rasional analitis. Gaya Impresionisme lahir karena hasil analisis terhadap kondisi sinar yang menerpa benda, bahwa warna benda akan mengalami perubahan seiring dengan bergeraknya matahari dari timur ke barat. Warna pagi berbeda dengan warna siang begitu pula dengan warna sore. Hal ini dibuktikan oleh Claude Monet dengan melukis langsung suatu obyek dalam waktu yang berbeda. Hasil kesan mata dan perasaan terhadap warna berbeda karena perubahan kondisi sinar yang menerpa benda. Gambar (220a) adalah kesan warna siang hari pada gereja gereja Catedral Rouen, kesadaran terhadap perubahan kesan warna terhadap mata merupakan kemampuan menganalisa kondisi lingkungan yang diungkapkan dalam wujud lukisan. Kubisme juga lahir karena hasil analisis terhadap kondisi benda. hal ini dimulai oleh kesada-

ab

Gambar 222. (a) Claude Monet, Detail Rouen Chatredal, (b) Paul Cezanne, Maount

Saint Victoire (sumber: Paul Zelanski)

ran Paul Cezanne dalam mencermati kondisi benda yang dilukisnya. Ia melihat bahwa sebenarnya permukaan benda terdiri dari berbagai susunan warna dan bentuk lalu ia mengungkapkan hal itu dalam lukisannya (gb.220 b). Hal ini selanjutnya dikembangkan lebih intensif oleh Picasso dan Braque. Konsep kubisme yang kuat mengatakan bahwa benda-benda dapat dikembalikan ke bentuk aslinya yaitu bentuk-bentuk geometris, dan sebuah benda yang kita lihat bukalah benda yang sebenarnya, oleh karena bagian atas, bagian depan, bagian bawah tidak nampak. Dengan pandangan itu kaum kubistis mengungkapkan pandangannya ke dalam lukisan dengan bentuk-bentuk dari berbagai pandangan dalam satu lukisan. Hasilnya suatu lukisan dengan bentuk- bentuk yang aneh (gb. 211, 212).

376

Gambar 223. Konsep bentuk kubisme ( sumber: Patric Carpenter)

Gambar 224. Pablo Picasso, Guernica (sumber: Paul Zelanski)