5.2. Pembahasan
Ketajaman penglihatan merupakan kemampuan sistem penglihatan untuk membedakan berbagai bentuk Anderson, 2007. Penglihatan yang optimal hanya
dapat dicapai bila terdapat suatu jalur saraf visual yang utuh, struktur mata yang sehat serta kemampuan fokus mata yang tepat Riordan-Eva, 2007. Status
ketajaman penglihatan mata seseorang dapat ditentukan dengan menggunakan Snellen Chart Ilyas, 2009. Kriteria yang digunakan dalam menentukan apakah
seseorang mengalami penurunan ketajaman penglihatan yaitu apabila nilai visus mata dari hasil pengukuran menggunakan Snellen Chart memiliki nilai 0.8
Gianini, 2004. Dari hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi Square, dalam
penelitian ini dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan tajam penglihatan antara pengguna telepon pintar dengan yang tidak menggunakan telepon pintar yang
ditandai dengan nilai p value 0.05. Hal ini berarti penggunaan telepon pintar tidak berdampak pada penurunan ketajaman penglihatan.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Mark Rosenfield, D.O., Ph.D., seorang profesor optalmologi di Amerika Serikat, yang
menyebutkan bahwa pengguna telepon pintar lebih beresiko untuk mengalami regangan pada mata karena mereka memegang telepon pintarnya lebih dekat ke
mata daripada saat membaca surat kabar. Mereka juga membaca tulisan yang lebih kecil dari tulisan di surat kabar Rosenfield, 2011.
Penggunaan telepon pintar akan meningkatkan daya akomodasi mata yang akhirnya berdampak pada penurunan tajam penglihatan. Hal ini terjadi karena
pengguna telepon pintar cenderung menatap layar telepon pintar pada jarak yang terlalu dekat sehingga beban kerja mata bertambah berat dalam melakukan
akomodasi untuk menyesuaikan pemfokusan pada mata. Bahkan, efek lain penggunaan telepon pintar adalah penglihatan menjadi kabur, kelelahan pada mata
dan sakit kepala Rosenfield, 2011. Penelitian Rosenfield menunjukkan bahwa beban kerja mata pada
pengguna telepon pintar lebih berat. Membaca pada jarak yang dekat memaksa mata untuk bekerja lebih keras dalam mempertahankan pemfokusan pada suatu
Universitas Sumatera Utara
objek. Membaca tulisan yang kecil juga akan menambah beban kerja mata. Makin beratnya mata dalam bekerja, maka makin bertambahnya resiko untuk terjadi
regangan pada mata eye strain yang akhirnya dapat menyebabkan penurunan tajam penglihatan.
Penurunan tajam penglihatan juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan, yaitu sarana media visual seperti televisi, komputer, maupun video game sehingga
aktivitas melihat dekat dan lama lebih sering dilakukan. Terdapat teori yang menyatakan bahwa faktor gaya hidup yaitu aktivitas melihat dekat yang terlalu
banyak, seperti membaca buku, melihat layar komputer, bermain video game, menonton televisi, dapat menyebabkan ketegangan otot siliaris mata sehingga
mengakibatkan gangguan otot untuk melihat jauh. Menurut sebuah penelitian, menonton televisi lebih dari 2 jam sehari dengan jarak 2 meter dapat
meningkatkan resiko terjadinya kelainan tajam penglihatan Fachrian, 2009. Pada penelitian ini memang tidak terbukti adanya perbedaan tajam
penglihatan antara pengguna telepon pintar dengan yang tidak menggunakan telepon pintar. Beberapa hal yang berpotensi menyebabkan hasil penelitian ini
berbeda dengan hasil penelitian terdahulu dan juga yang menjadi kelemahan penelitian ini, yaitu:
1. Penelitian ini bersifat cross sectional, sehingga memperbesar peluang
terjadinya selection bias dan confounding oleh karena pengumpulan data hanya satu kali dan pada satu waktu.
2. Penilaian kelainan refraktif pada mata responden bersifat subjektif sehingga
dapat mengurangi sensitivitas data. 3.
Penelitian ini merupakan penelitian univariat, yang hanya meneliti faktor resiko penggunaan telepon pintar, sehingga peneliti tidak memperhatikan
banyak faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Tidak terdapat perbedaan tajam penglihatan antara pengguna telepon pintar dengan yang tidak menggunakan telepon pintar pada siswa SMA
St. Thomas 1 Medan.
2. Proporsi siswa SMA St. Thomas 1 Medan yang menggunakan telepon pintar yang mengalami penurunan tajam penglihatan adalah 21.7. Dari
60 responden yang menggunakan telepon pintar, didapati 13 responden
yang tajam penglihatannya menurun.
3. Proporsi siswa SMA St. Thomas 1 Medan yang tidak menggunakan telepon pintar yang mengalami penurunan tajam penglihatan adalah
10.3. Dari 58 responden yang tidak menggunakan telepon pintar,
didapati hanya 6 responden yang tajam penglihatannya menurun.
6.2. Saran
Beberapa rekomendasi dari peneliti sebagai tindak lanjut dari penelitian ini, yaitu:
1. Peneliti mengharapkan ada penelitian lebih lanjut mengenai dampak
penggunaan telepon pintar terhadap tajam penglihatan dengan metode penelitian yang lebih baik lagi misalnya penelitian prospektif.
2. Bagi peneliti lain yang hendak meneliti hal yang sama, sebaiknya turut
memperhatikan berbagai faktor resiko yang dapat mempengaruhi hasil penelitian, misalnya lama penggunaan telepon pintar, jarak pandang mata ke
layar telepon pintar dan juga kebiasaan bekerja pada jarak dekat secara terus menerus bermain komputer, membaca buku, menonton televisi.
3. Dalam menilai kelainan refraksi pada mata responden sebelum melakukan
penelitian, sebaiknya dilakukan secara objektif karena hasilnya akan lebih akurat sehingga sensitivitas data akan tinggi.
Universitas Sumatera Utara