Modifikasi Struktur Etil ρ-metoksisinamat melalui Reaksi Kondensasi Aldol dengan Etil Metil Keton

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Modifikasi Struktur Etil ρ-metoksisinamat Melalui
Reaksi Kondensasi Aldol dengan Etil Metil Keton

SKRIPSI

PUTRI HAYATI NUFUS
1112102000030

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
AGUSTUS 2016

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Modifikasi Struktur Etil ρ-metoksisinamat Melalui
Reaksi Kondensasi Aldol dengan Etil Metil Keton

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi

PUTRI HAYATI NUFUS
1112102000030

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
AGUSTUS 2016
ii

ABSTRAK
Nama
Program Studi
Judul Skripsi

: Putri Hayati Nufus
: Strata-1 Farmasi
: Modifikasi Struktur Etil ρ-metoksisinamat melalui Reaksi
Kondensasi Aldol dengan Etil Metil Keton.


Etil ρ-metoksisinamat (EPMS) merupakan senyawa yang terkandung dalam kencur
(Kaempferia galanga L) yang memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi. Gugus ester
pada EPMS merupakan gugus yang kurang stabil karena mudah terhidrolisis.
Penelitian ini bertujuan untuk memodifikasi struktur etil ρ-metoksisinamat (EPMS)
melalui reaksi kondensasi aldol dengan etil metil keton. Gugus ester pada EPMS akan
diubah menjadi gugus keton. Modifikasi EPMS melalui tiga proses yaitu proses
hidrolisis menggunakan NaOH, proses oksidasi menggunakan Ca(NO3)2 dan proses
kondensasi aldol menggunakan etil metil keton dengan adanya NaOH dalam air.
Reaksi dilakukan dengan menstirer campuran pada suhu ruang. Analisis struktur
molekul senyawa ditentukan berdasarkan data fisika, GCMS dan 1H-NMR. Hasil
hidrolisis EPMS menghasilkan senyawa asam ρ-metoksisinamat (APMS) yang di
oksidasi sehingga menghasilkan senyawa 4-metoksibenzaldehid. Senyawa tersebut
direaksikan dengan etil metil keton melalui reaksi kondensasi aldol. Setelah
dilakukan reaksi selama 24 jam diperoleh senyawa target dengan rendemen 35,26 %.
Reaksi kondensasi aldol menggunakan basa NaOH dalam air yang akan merubah
senyawa etil metil keton menjadi ion enolat sehingga bereaksi pada gugus karbonil
senyawa 4-metoksibenzaldehid. Berdasarkan analisa menggunakan GCMS dan 1HNMR menunjukkan bahwa senyawa target adalah senyawa 1-(4-metoksifenil)-1penten-3-on. Senyawa 1-(4-metoksifenil)-1-penten-3-on merupakan bentuk keton dari
etil ρ-metoksisinamat (EPMS) berupa kristal putih hingga kuning dengan titik leleh
53-60οC. Identifikasi senyawa menggunakan KLT dengan eluen heksan-etil asetat

(4:1) menunjukkan nilai Rf 0,525. Identifikasi menggunakan GCMS menunjukkan
waktu retensi 9,857 dan berat molekul 190 dengan fragmentasi masa pada 161, 133,
118, 103, 89 dan 76. Identifikasi menggunakan 1H-NMR menunjukkan sinyal CH2
pada 2,66 ppm yang membuktikan bahwa gugus ester telah berubah menjadi gugus
keton.
Kata kunci : Aldehid, etil metil keton, etil ρ-metoksisinamat, hidrolisis, kondensasi
aldol, NaOH, oksidasi.

vi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRACT
Name
: Putri Hayati Nufus
Programme Study : Pharmacy
Title
: Structure Modification of Ethyl ρ-methoxycinnamate Compound
through Aldol Condensation Reaction with Methyl Ethyl Ketone.
Ethyl ρ-methoxycinnamate (EPMS) is a compound contained in kencur (Kaempferia

galanga L) which has anti-inflammatory activity. EPMS ester group is less stable
because it is easily hydrolyzed. The aims of this study were to structure modification
of ethyl ρ-methoxycinnamate (EPMS) compound through aldol condensation reaction
with methyl ethyl ketone. Ester groups on EPMS will be converted into a ketone
group. Modifications EPMS through three processes, namely the process of
hydrolysis using NaOH, the oxidation process using Ca(NO3)2 and aldol
condensation process using methyl ethyl ketone in the presence of NaOH in water.
Carried out by stirring the reaction mixture at room temperature. Analysis of the
molecular structure of the compound is determined based on the data of physics,
GCMS, and 1H-NMR. EPMS hydrolysis produced acid ρ-methoxycinnamate (APMS)
compound which are oxidized to produced 4-methoxybenzaldehide compound. This
compound is reacted with methyl ethyl ketone through aldol condensation reaction.
After reaction for 24 hours is obtained compound with a yield of 35.26%. Aldol
condensation reaction using NaOH alkaline water that will change methyl ethyl
ketone compounds into the enolate ion to react the carbonyl group in 4methoxybenzaldehide compound. Based on an analysis using GCMS and 1H-NMR
showed that the target compound is 1- (4-methoxyphenyl) -1-penten-3-on compound.
The 1- (4-methoxyphenyl) -1-penten-3-one compound is a ketone form of ethyl ρmethoxycinnamate (EPMS) in the form of white to yellow crystals with a melting
point 53-60οC. The identification of compounds by TLC with eluent hexane-ethyl
acetate (4: 1) showed Rf value of 0.525. Identification using GCMS showed a
retention time of 9.857 and a molecular weight of 190 with fragmentation period at

161, 133, 118, 103, 89 and 76. Identification using 1H-NMR showed CH2 signal at
2.66 ppm that proves that the ester groups have been transformed into a ketone group.

Keywords

: Aldehyde, aldol condensation, ethyl p-methoxycinnamate, hydrolysis,
methyl ethyl ketone, NaOH, oxidation.

vii

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas pertolongan,
rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Modifikasi Struktur Etil ρ-metoksisinamat Melalui Reaksi Kondensasi Aldol dengan
Etil Metil Keton”. Shalawat dan salam senantiasa terlimpah kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW, teladan bagi umat manusia dalam menjalani kehidupan.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menempuh ujian akhir

guna mendapatkan gelar Sarjana Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam menyelesaikan masa
perkuliahan hingga penulisan skripsi ini penulis tentu menemukan berbagai kesulitan
dan halangan yang menyertai. Oleh karena itu, penulis tidak terlepas dari bantuan,
doa, dan bimbingan dari banyak pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.

Bapak Dr. Arief Sumantri, SKM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2.

Ibu Ismiarni Komala, M.Sc., Ph.D., Apt sebagai Pembimbing I dan Ibu Ofa
Suzanti Betha, M.Si., Apt sebagai Pembimbing II yang telah memberikan ilmu,
nasihat, waktu, tenaga, dan pikiran selama masa perkuliahan hingga penelitian
dan penulisan skripsi.

3.


Ibu Dr. Nurmeilis., M.Si., Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.

4.

Prof. Dr. Atiek Soemiati M.Si., Apt selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan dan bantuan selama masa perkuliahan.

5.

Bapak dan Ibu staf pengajar, serta karyawan yang telah memberikan arahan
selama masa perkuliahan.

6.

Kedua orang tua tercinta, Bapak Drs. H. Munasir dan Ummi Hj. Masturoh yang
telah memberikan dukungan material, moral, nasihat-nasihat, serta doa yang
tiada pernah putus di setiap sujudnya setiap waktu.


viii

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

7.

Abang Hafiz, Abang Khairul, Abang Fariz, Abang Dillah dan Adik Kiki yang
telah memberikan doa dan motivasi selama penulis melaksanakan penelitian dan
menyusun skripsi ini.

8.

Teman-teman Kingdom : Owi, Beni, Gilman, Mutia, Noni, Atul, Nita, Elsa, Ani,
dan Windi yang telah memberikan doa, semangat, serta bantuan selama
penyusunan skripsi.

9.

Teman-teman seperjuangan Echa, Tania dan Fika atas semangat dan
kebersamaan selama perkuliahan hingga saat ini.


10. Teman-teman Farmasi 2012 yang telah memberikan motivasi dan bantuan
selama masa perkuliahan dan penyusunan skripsi.
11. Kak Walid, Mba Rani, Ka Eris, Ka Yaenab, Ka Lisna, Ka Tiwi dan Ka Rahmadi
yang telah membantua selama melakukan penelitian.
12. Kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama ini yang tidak dapat
disebutkan namanya satu persatu.
Semoga bantuan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun akan penulis nantikan. Akhir
kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Ciputat, 18 Agustus 2016

Penulis

ix

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL......................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS………………………….… iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………… v
ABSTRAK…………………………………………………………………….. vi
ABSTRACT……………………………………………………………………. vii
KATA PENGANTAR………………………………………………………... viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI…………….. x
DAFTAR ISI..................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL……………………………………………………………. xiii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xv
DAFTAR ISTILAH......................................................................................... xvi
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................. 3
1.3 Tujuan............................................................................................... 3
1.4 Manfaat............................................................................................. 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 4
2.1 Tumbuhan Kencur............................................................................ 4
2.1.1 Klasifikasi............................................................................. 4
2.1.2 Tempat Tumbuh................................................................... 4
2.1.3 Kandungan Kimia................................................................. 5
2.1.4 Manfaat................................................................................. 5
2.2 Senyawa Etil ρ-metoksisinamat....................................................... 6
2.3 Modifikasi Struktur EPMS............................................................... 7
2.4 Optimasi Reaksi Kimia.................................................................... 8
2.5 Hidrolisis.......................................................................................... 9
2.6 Oksidasi Alkena............................................................................... 10
2.7 Kondensasi Aldol............................................................................. 11
2.8 Natrium Hidroksida.......................................................................... 13
2.9 Kalsium Nitrat.................................................................................. 14
2.10Asam Asetat Glasial......................................................................... 14
2.11Etil Metil Keton................................................................................ 15
2.12Iradiasi Microwave........................................................................... 16
2.12.1 Mekanisme Reaksi Secara Polarisasi Dipol......................... 17
2.12.2 Mekanisme Reaksi Secara Konduksi................................... 17
2.13Iidentifikasi...................................................................................... 17
2.13.1 Kromatografi........................................................................ 17
a. Kromatografi Lapis Tipis............................................... 18
b. Kromatografi Gas........................................................... 21
2.13.2 Spektrofotometri................................................................... 22
a. Spektrofotometri Resonansi Magnetik........................... 23

xi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN.......................................................... 25
2.1 Tempat dan Waktu Penelitian.......................................................... 25
3.1.1 Tempat..................................................................................... 25
3.1.2 Waktu...................................................................................... 25
3.2 Alat dan Bahan................................................................................. 25
3.2.1 Alat......................................................................................... 25
3.2.2 Bahan...................................................................................... 25
3.3 Prosedur Penelitian.......................................................................... 26
3.3.1 Preparasi………………………………………………..…... 26
a. Pengambilan Sampel……………………………..…….. 26
b. Determinasi Tumbuhan……………………………...…. 26
c. Penyiapan Bahan untuk Ekstraksi……………………… 26
d. Pembuatan Plat KLT Preparatif……………………....… 26
3.3.2 Isolasi Etil ρ-metoksisinamat………………………...……... 26
3.3.3 Modifikasi Etil ρ-metoksisinamat .......................................... 27
a. Proses Hidrolisis................................................................. 27
b. Proses Oksidasi.................................................................. 27
c. Proses Kondensasi Aldol……………………………...…. 27
3.3.4 Pemurnian dengan KLT Preparatif……………………...….. 28
3.3.5 Identifikasi Senyawa............................................................... 28
a. Identifikasi Organoleptis.................................................... 28
b. Pengukuran Rf................................................................... 28
c. Pengukuran Titik Leleh..................................................... 28
d. Identifikasi Senyawa Menggunakan GCMS..................... 28
e. Identifikasi Senyawa Menggunakan 1H-NMR…………... 28
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………...….. 29
4.1 Hasil Isolasi Senyawa Etil ρ-metoksisinamat…………………....… 29
4.1.1 Hasil Determinasi………………………………………...…. 30
4.1.2 Pembuatan Serbuk Simplisia………………………………... 30
4.1.3 Isolasi Etil ρ-metoksisinamat…………………………...…... 30
4.1.4 Identifikasi Senyawa Etil ρ-metoksisinamat………………... 31
4.2 Reaksi Hidrolisis Etil ρ-metoksisinamat………………………….. 32
4.2.1 Identifikasi Senyawa Hasil Hidrolisis EPMS..……………... 34
4.3 Reaksi Oksidasi Asam ρ-metoksisinamat……………………….… 35
4.3.1 Identifikasi Senyawa Hasil Oksidasi APMS……………….. 36
4.4 Reaksi Kondensasi Aldol 4-metoksibenzaldehid………………….. 37
4.5 Identifikasi Senyawa Hasil Reaksi Kondensasi Aldol…………….. 40
BAB 5 KESIMPULAN…………………………………………………….…. 45
5.1 Kesimpulan……………………………………………….………… 45
5.2 Saran……………………………………………………….….…… 45
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 46
LAMPIRAN....................................................................................................... 51

xii

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Data pergeseran kimia (δ) spektrum H-NMR etil ρ-metoksisinamat,
asam ρ-metoksisinamat, dan 1-(4-metoksifenil)-1-penten-3-on…..……. 43
1

xiii

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 2.5
Gambar 2.6
Gambar 2.7
Gambar 2.8
Gambar 2.9
Gambar 2.10
Gambar 2.11
Gambar 2.12
Gambar 2.13
Gambar 2.14
Gambar 2.15
Gambar 2.16
Gambar 2.17
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3
Gambar 4.4
Gambar 4.5
Gambar 4.6
Gambar 4.7
Gambar 4.8
Gambar 4.9
Gambar 4.10
Gambar 4.11
Gambar 4.12
Gambar 4.13
Gambar 4.14
Gambar 4.15
Gambar 4.16
Gambar 4.17
Gambar 4.18
Gambar 4.19
Gambar 4.20

Halaman
Kandungan kimia rimpang kencur………………………………... 5
Jalur asam sikhimat dalam biosintesa fenilpropanoid untuk
menghasilkan etil p-metoksisinamat…………………………….... 6
Beberapa trasformasi gugus fungsi dari EPMS………………….... 7
Prinsip reaksi hidrolisis …………………………………………... 9
Mekanisme hidrolisis ester dalam suasana basa ………….……..... 9
Mekanisme hidrolisis ester dalam suasana asam……………….… 10
Reaksi oksidasi alkena …………………………………………... 10
Reaksi pemaksapisahan oksidatif pada disubstitusi ………...…… 11
Reaksi pemaksapisahan oksidatif pada monosubstitusi …………. 11
Reaksi pemaksapisahan oksidatif pada disubstitusi
dan monosubstitusi……………...................................................... 11
Mekanisme reaksi kondensasi aldol……………………………... 12
Mekanisme dehidrasi aldol………………………………………. 13
Struktur natrium hidroksida……………………………………… 14
Struktur kalsium nitrat…………………………………………… 14
Struktur asam asetat………...…………….……………………… 15
Struktur etil metil keton………………………………………….. 15
Skema kromatografi lapis tipis……………………………….….. 20
KLT uji pendahuluan oksidasi ………………………………….. 29
Simplisia kencur …………….………………………………..…. 30
KLT isolat kencur …….………………………………………..... 31
Kristal EPMS ……………………………………………………. 31
Pola fragmentasi GCMS etil ρ-metoksisinamat …………….…... 32
Mekanisme reaksi hidrolisis etil ρ-metoksisinamat …….………. 33
KLT senyawa hasil hidrolisis ……………………………………. 33
Senyawa hasil hidrolisis etil ρ-metoksisinamat ………..………... 33
Pola fragmentasi GCMS asam ρ-metoksisinamat ……………..... 34
KLT senyawa hasil oksidasi …………………………………….. 35
Senyawa hasil oksidasi asam ρ-metoksisinamat………..………... 35
Reaksi oksidasi asam ρ-metoksisinamat ……………………….... 36
Pola fragmentasi GCMS 4-metoksibenzaldehid………………… 37
KLT optimasi reaksi kondensasi aldol…………………………… 38
KLT senyawa hasil kondensasi aldol…………………………….. 39
Senyawa hasil reaksi kondensasi aldol………………………..…. 39
Mekanisme reaksi kondensasi aldol senyawa
4-metoksibenzaldehid dengan etil metil keton…………...…..….. 40
KLT semua senyawa………………………………………….…. 41
Pola fragmentasi GCMS 1-(4-metoksifenil)-1-penten-3-on……. 42
Struktur senyawa……………………………………………….... 43

xiv

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kerangka Penelitian………………………………………………………….. 51
Lampiran 2. Isolasi Etil ρ-metoksisinamat………………………………………………… 52
Lampiran 3. Determinasi Tanaman Kencur……………………………………………….. 53
Lampiran 4. Spektrum GCMS Senyawa Etil ρ-metoksisinamat…………………………... 54
Lampiran 5. Spektrum GCMS Senyawa Asam ρ-metoksisinamat………………………… 55
Lampiran 6. Spektrum GCMS Senyawa 4-metoksibenzaldehid…………………………... 56
Lampiran 7. Spektrum GCMS Senyawa 1-(4-metoksifenil)-1-penten-3-on………………. 57
Lampiran 8. Spektrum 1H-NMR Senyawa 1-(4-metoksifenil)-1-penten-3-on…………….. 59
Lampiran 9. Spektrum GCMS Hasil Optimasi Reaksi Kondensasi Aldol………………… 62
Lampiran 10. Perhitungan Reaksi Modifikasi Etil ρ-metoksisinamat………………………. 64

xv

UIN Syarif Hidayatulah Jakarta

DAFTAR ISTILAH
APMS

: Asam ρ-metoksisinamat

EMK

: Etil Metil Keton

EPMS

: Etil ρ-metoksisinamat

g

: Gram

GCMS

: Gas Cromatography Mass Spectrometry

KLT

: Kromatografi Lapis Tipis

mg

: Mili gram

MS

: Mass Spectrometry

NaOH

: Natrium hidroksida

NMR

: Nuclear Magnetic Resonance

UV-Vis

: Ultra Violet-Visible

xvi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dengan keanekaragaman
hayati terbesar kedua di dunia setelah Brazil. Indonesia memiliki sekitar 25.00030.000 spesies tanaman yang merupakan 80% dari jenis tanaman di dunia dan 90%
dari jenis tanaman di Asia (Pramono E, 2002; Erdelen, 1999). Tanaman merupakan
bahan baku yang banyak digunakan sebagai obat herbal. Hal tersebut tentunya
menjadi potensi besar yang harus dikembangkan dan dimanfaatkan untuk menunjang
sektor kesehatan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan
bangsa Indonesia (BPOM RI, 2014). Sekitar 9.600 spesies tanaman merupakan
tanaman yang memiliki khasiat sebagai obat dengan kurang lebih 300 spesies
tanaman telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional oleh industri di
Indonesia (Depkes RI, 2007).
Kencur (Kaempferia galanga L.) merupakan salah satu tanaman di Indonesia
yang berpotensi sebagai obat. Kencur termasuk ke dalam famili Zingiberaceae dan
merupakan tanaman asli India yang penyebarannya sudah memasuki kawasan Asia
Tenggara termasuk Indonesia. Kencur secara empiris telah dimanfaatkan dalam
mengobati berbagai penyakit seperti radang lambung, radang anak telinga, influenza
pada bayi, masuk angin, sakit kepala, batuk, memperlancar haid, mata pegal, keseleo,
diare, menghilangkan darah kotor dan mengusir lelah (Al-Fattah, 2011).
Sebelumnya telah dilaporkan penelitian mengenai aktivitas kencur, diantaranya
adalah aktivitas ekstrak minyak atsiri kencur sebagai antibakteri dan antifungi
(Tewtrakul et al., 2005), aktivitas ekstrak etanol kencur sebagai penyembuh luka
(Tara et al., 2006), ekstrak air dari kencur yang memiliki aktivitas sebagai
antinosiseptif dan antiinflamasi (Sulaiman et al., 2008), aktivitas kencur sebagai
antioksidan (Mekseepralard, 2010), aktivitas ekstrak etanol kencur sebagai analgesik
dan antiinflamasi (Vittalro et al., 2011) dan efek toksisitas ekstrak metanol kencur
terhadap larva dan pupa Anopheles stephensi (Dhandapani et al., 2011).

1

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2

Kandungan metabolit sekunder ekstrak kencur diantaranya adalah etil pmetoksisinamat (80,05 %), beta-sitosterol (9,88%), asam propionat (4,71%),
pentadekan (2,08%), asam tridekanoat (1,81) dan 1,21-docosadiene (1,47%). Etil pmetoksisinamat (EPMS) merupakan senyawa utama dalam kencur yang memiliki
aktivitas antiinflamasi melalui penghambatan COX-1 (42,9%) dan COX-2 (57,82%),
dengan masing-masing nilai IC50 1,12 μM dan 0,83 μM (Umar et al., 2012).
Efek terapi antiinflamasi non steroid (AINS) berhubungan dengan mekanisme
kerja

penghambatan

pada

enzim

siklooksigenase-1

(COX-1)

yang

dapat

menyebabkan efek samping pada saluran cerna dan penghambatan pada enzim
siklooksigenase-2 (COX-2) yang dapat menyebabkan efek samping pada sistem
kardiovaskular. Kedua enzim tersebut dibutuhkan dalam biosintesis prostaglandin
pada saat terjadi inflamasi (Lelo dan Hidayat, 2004). Oleh karena itu, pada dekade
terakhir ini desain dan sintesis obat antiinflamasi khususnya golongan AINS banyak
mengambil perhatian ahli kimia medisinal. Maka dilakukan banyak sekali modifikasi
pada AINS seperti memberikan elaborasi konjugat gugus tertentu sesuai tujuan
khusus (Qandil, 2012).
Senyawa etil p-metoksisinamat mudah diisolasi dan merupakan senyawa yang
sangat potensial sebagai bahan dasar sintesa karena mempunyai gugus fungsi reaktif
seperti ester dan olefin yang mudah ditransformasikan menjadi gugus fungsi yang
lain (Surbakti, 2008). Penelitian mengenai modifikasi etil p-metoksisinamat telah
banyak dilakukan diantaranya adalah modifikasi melalui reaksi hidrolisis, reaksi
transesterifikasi, dan reaksi degradasi sinamat (Mufidah, 2014), reaksi reduksi
(Qudsi, 2014), proses nitrasi (Indriyani, 2015; Aulia, 2015) dan reaksi amidasi (Reza,
2015). Namun belum dilakukan penelitian modifikasi etil p-metoksisinamat melalui
reaksi kondensasi aldol.
Kondensasi aldol merupakan reaksi suatu aldehid yang diolah dengan basa
seperti NaOH dalam air, sehingga membentuk ion enolat yang akan bereaksi dengan
suatu molekul aldehid lain atau keton dengan cara mengadisi pada karbon karbonil
(Fessenden, 1982). Pada penelitian ini akan dilakukan modifikasi etil pmetoksisinamat yaitu dengan merubah gugus ester menjadi gugus keton melalui

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3

reaksi kondensasi aldol. Gugus ester mudah terhidrolisis sehingga dapat merubah etil
p-metoksisinamat (EPMS) menjadi asam p-metoksisinamat (APMS). Perubahan
senyawa EPMS menjadi APMS dapat menghilangkan aktivitas antiinflamasi
(Mufidah, 2014). Pada kurkumin terdapat gugus diketon dan ikatan rangkap yang
berperan dalam aktivitas biologis sebagai antiinflamasi, antikanker dan antimutagenik
(Da’i, 2003).
Senyawa aldehid dalam reaksi kondensasi aldol ini diperoleh dengan terlebih
dahulu menghidrolisis etil p-metoksisinamat sehingga membentuk asam pmetoksisinamat yang kemudian akan di oksidasi sehingga didapatkan senyawa
aldehid yaitu 4-metoksibenzaldehid. Berdasarkan hasil uji pendahuluan, etil pmetoksisinamat bila langsung di oksidasi akan menghasilkan senyawa lain yang lebih
banyak dibandingkan dengan mengoksidasi asam p-metoksisinamat. Oleh karena itu,
etil p-metoksisinamat dihidrolisis terlebih dahulu menjadi asam p-metoksisinamat.
Senyawa 4-metoksibenzaldehid yang didapat akan direaksikan dengan etil metil
keton melalui reaksi kondensasi aldol dengan bantuan basa natrium hidroksida
(NaOH) dalam air. Reaksi kondensasi aldol dilakukan dengan menstirer campuran
pada suhu ruang.

1.2 Rumusan Masalah
Apakah struktur etil p-metoksisinamat dapat dimodifikasi melalui reaksi
kondensasi aldol dengan etil metil keton ?

1.3 Tujuan Penelitian
Melakukan modifikasi struktur etil p-metoksisinamat melalui reaksi kondensasi
aldol.

1.4 Manfaat Penelitian
Memberikan data ilmiah tentang metode dan produk modifikasi struktur etil pmetoksisinamat melalui reaksi kondensasi aldol.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tumbuhan Kencur
Kencur (Kaempferia galanga L.) merupakan tanaman tropis yang banyak
tumbuh diberbagai daerah di Indonesia sebagai tanaman yang dipelihara (Barus,
2009). Tanaman ini diperkirakan berasal dari India (Rukmana, 1994). Terdapat
dua tipe pertumbuhan, yang pertama berdaun lebar dan terhampar diatas tanah dan
yang kedua berdaun sempit dan agak tegak. Bagian dari kencur yang digunakan
adalah rimpang (Depkes, 1989).
Tanaman kencur tidak berbatang, rimpang bercabang-cabang, akar-akar
berbentuk gelendong, kadang-kadang berumbi, panjang 1-1,5 cm. Berdaun
sebanyak 1-3 (umunya 2 helai), lebar merata, berbentuk jantung, ujung lancip,
bagian atas tidak berbulu, bagian bawah berbulu halus, pinggir bergelombang
berwarna merah kecoklatan, bagian tengah berwarna hijau, panjang helai daun 715 cm, lebar 2-8 cm, dan tangkai pendek. Panjang bunga 4 cm dan mengandung
4-12 bunga (Depkes, 1977).
2.1.1. Klasifikasi
Klasifikasi Kaempferia galanga L. di dalam dunia botani adalah
sebagai berikut (Barus, 2009) :
Kerajaan

: Plantae

Divisi

: Spermathophyta

Sub divisi

: Angiospermae

Kelas

: Monocotyledonae

Bangsa

: Zingiberales

Suku

: Zingiberaceae

Subfamilia

: Zingiberoideae

Marga

: Kaempferia

Jenis

: Kaempferia galanga L.

2.1.2. Tempat Tumbuh
Tumbuh di India, Malaysia dan India. Dapat ditanam ditempat rendah
dan dipergunungan.Menghendaki tanah yang subur, gembur dan ditempat

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5

yang sedikit terlindung. Di Indonesia, Kencur dapat tumbuh di Sumatra,
Jawa, Nusa tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Irian (Depkes, 1977). Produksi,
mutu dan kandungan bahan aktif didalam rimpang kencur ditentukan oleh
varietas, cara budidaya dan lingkungan tempat tumbuhnya (Muhlisah, 1999).
2.1.3. Kandungan Kimia
Tanaman kencur terdapat kandungan minyak atsiri 2,4%-3,9%,
borneol, kamfer, sineol dan etil alkohol (Depkes, 1989). Dalam penelitian
Umar et al. (2012), menyebutkan bahwa kandungan senyawa kimia dalam
ekstrak kencur adalah etil p-metoksisinamat (80,05%), asam propionat
(4,71%), pentadekan (2,08%), asam tridekanoat (1,81%), 1,21-docosadiene
(1,47%) dan beta-sitosterol (9,88). Selain itu, pada penelitian Tewtrakul et al.
(2005) juga disebutkan bahwa terdapat kandungan α-pinen, kamphen, karvon,
benzen, eukalipton, borneol dan metil sinamat. Kandungan kimia rimpang
kencur yang telah dilaporkan oleh Afriastini (1990) yaitu (1) etil sinamat, (2)
etil p-metoksisinamat, (3) p-metoksistiren, (4) karen, (5) borneol dan (6)
parafin.

Gambar 2.1. Kandungan kimia rimpang kencur (Afriastini, 1990).

2.1.4. Manfaat
Tanamana kencur banyak digunakan sebagai ramuan obat tradisional
dan sebagai bumbu masakan (Barus, 2009).Kencur dapat digunakan sebagai
obat batuk, obat gosok (sakit kulit) dan sakit perut (Depkes, 1989). Ekstrak
kencur banyak memiliki aktivitas diantaranya yaitu ekstrak alkohol sebagai
antiinflamasi dan analgesik (Vittalrao et al., 2011) serta sebagai penyembuh
luka (Tara et al., 2006), ekstrak air sebagai antinosiseptif dan antiinflamasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6

(Sulaiman et al., 2008), ekstrak metanol sebagai repellent dan memiliki
toksisitas terhadap larva dan pupa Anopheles stephensi (Dhandapani et al.,
2011), dan ekstrak minyak atsiri kencur meiliki aktivitas antimikroba dan
antifungi (Tewtrakul et al., 2005).

2.2 Senyawa Etil p-metoksisinamat
Senyawa etil p-metoksisinamat (EPMS) merupakan salah satu senyawa hasil
isolasi rimpang kencur (Kaempferia galanga, L) dengan jumlah yang relatif
banyak (Barus, 2009). Senyawa EPMS berbentuk kristal putih kekuningan, berbau
khas dengan berat molekul 206 g/mol dan memiliki titik lebur 47-520C (Mufidah,
2014).

Gambar 2.2 Jalur asam sikhimat dalam biosintesa fenilpropanoid untuk
menghasilkan etil p-metoksisinamat (Bangun, 2011).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

7

EPMS termasuk senyawa ester yang memiliki cincin benzena dan gugus
metoksi yang bersifat nonpolar serta gugus karbonil yang mengikat etil yang
bersifat sedikit polar sehingga dalam ekstraksinya dapat menggunakan pelarut
dengan variasi kepolaran. EPMS lebih larut dalam pelarut heksan karena terdapat
dua gugus yang mendukung sifat nonpolar sedangkan hanya satu gugus yang
mendukung sifat polar (Tufikhurohmah et al., 2008). Etil p-metoksisinamat
merupakan turunan asam sinamat sehingga biosintesanya melalui jalur biosintesis
asam sikhimat (Bangun, 2011).

2.3 Modifikasi Struktur EPMS
Senyawa etil p-metoksisinamat mudah diisolasi dan merupakan senyawa
yang sangat potensial sebagai bahan dasar sintesa karena mempunyai gugus
fungsi reaktif seperti ester dan olefin yang mudah ditransformasikan menjadi
gugus fungsi yang lain (Surbakti, 2008). Derivat EPMS memiliki aktivitas sebagai
tabir surya, antara lain S-Sorboil-2-merkaptoetil p-metoksisinamida dan SCrotonil-2-merkaptoetil p-metoksisinamamida (Hanson et al., 2006).

Gambar 2.3 Beberapa trasformasi gugus fungsi dari EPMS (Ekowati et al., 2009)

Perubahan gugus asam karboksilat APMS menjadi amida menunjukkan
aktivitas biologis berupa sedasi pada hewan coba mencit (Ekowati et al., 2009).
Perubahan ikatan rangkap vinilik pada APMS menjadi ikatan tunggal dengan
reaksi hidrogenasi, akan menurunkan aktivitas analgesik senyawa tersebut
(Ekowati et al., 2007). Beberapa penelitian telah dilakukan terkait modifikasi
struktur EPMS dengan substitusi gugus amina, diantaranya modifikasi struktur
EPMS melalui proses amidasi dengan etanolamin (Barus, 2009) dan amidasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8

dietanolamin (Bangun, 2011) dengan cara konvensional dan dengan iradiasi
microwave (Ferround et al., 2008; Khalafi et al., 2003).

2.4 Optimasi Reaksi Kimia
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, optimalisasi berasal dari kata
optimal yang berarti terbaik dan tertinggi (Depdikbud, 1995). Reaksi kimia
(chemical reaction) yaitu suatu proses dimana zat atau senyawa diubah menjadi
satu atau lebih senyawa baru (Chang, 2004). Laju (kecepatan) menyatakan sesuatu
yang terjadi persatuan waktu, misalnya perdetik, permenit, dan lain-lain.Yang
terjadi dalam reaksi kimia adalah perubahan jumlah pereaksi dan hasil
reaksi.(Petrucci, 1987). Kinetika kimia membahas tentang laju reaksi dan
mekanisme terjadinya reaksi. Mekanisme adalah serangkaian reaksi-reaksi
sederhana yang menerangkan reaksi keseluruhan. Untuk mengetahui mekanisme
suatu reaksi, dipelajari perubahan laju yang disebabkan oleh perbedaan
konsentrasi pereaksi, hasil reaksi dan katalis. Keterangan yang penting dapat pula
diperoleh dari studi tentang suhu, tekanan, pelarut, konsentrasi elektrolit atau
komposisi isotopik terhadap laju reaksi (Sukardjo, 1986).
Ada enam faktor yang memperngaruhi laju reaksi yaitu (Goldberg, 2002) :
1.

Sifat alami reaktan. Sifat ini adalah sifat yang paling tidak dapat dikontrol
oleh ahli kimia.

2.

Suhu. Secara umum, semakin tinggi suhu sistem, akan semakin cepat reaksi
kimia berlangsung.

3.

Kehadiran katalis. Katalis adalah zat yang dapat mempercepat reaksi kimia
tanpa mengubah komposisinya.

4.

Konsentrasi reaktan. Secara umum, semakin tinggi konsentrasi reaktan, akan
semakin cepat pula reaksinya.

5.

Tekanan reaktan gas. Secara umum, semakin tinggi tekanannya, akan
semakin cepat reaksinya.

6.

Wujud partikel molekul. Semakin kecil ukuran reaktan padat, semakin kecil
wujud partikel molekulnya dan akan semakin cepat reaksinya.
pH adalah suatu ukuran keasaman suatu air (larutan). Laju reaksi dalam

larutan berair sangat mudah dipengaruhi oleh adanya pH sebagai akibat adanya

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

9

proses katalisis. Untuk mengetahui pengaruh pH maka faktor-faktor lainnya yang
berpengaruh seperti suhu, kekuatan ionik dan komposisi pelarut harus dibuat tetap
(Arisandi, 2008).

2.5 Hidrolisis
Hidrolisis merupakan proses transformasi kimia suatu molekul organik
berupa RX yang akan bereaksi dengan air sehingga menghasilkan sebuah struktur
dengan ikatan kovalen OH. Hidrolisis disebut juga reaksi perpindahan nukleofilik
yang menyerang atom elektrofilik.Mekanisme reaksi yang sering ditemui
substitusi nukleofilik baik secara langsung maupun tidak langsung dan eliminasiadisi nukleofilik (Larson dan Weber, 1994).

RX + H2O  ROH + X- + H+
Gambar 2.4 Prinsip reaksi hidrolisis (Larson dan Weber, 1994).

Reaksi hidrolisis dapat terjadi dengan katalis basa atau asam.Mekanisme
hidrolisis ester dalam suasana basa disebut saponifikasi.Hal tersebut terjadi akibat
adanya adisi nukleofilik OH ke karbonil ester, menjadi intermediet alkoksida
tetrahedral(1). Kemudian adanya proses tersebut menyebabkan keluarnya ion
alkoksi menghasilkan asam karboksilat (2). Ion alkoksida menarik proton dari
asam karboksilat menjadi ion karboksilat (3).Setelah itu terjadi protonasi ion
karboksilat oleh asam mineral menghasilkan asam karboksilat (4) (Riswiyanto,
2009).

Gambar 2.5 Mekanisme hidrolisis ester dalam suasana basa (Riswiyanto, 2009).

Mekanisme hidrolisis ester dalam suasana asam dapat dilakukan namun
tidak hanya menghasilkan asam karboksilat saja melainkan menghasilkan asam
karboksilat dan alkohol.Pada suasana asam, protonasi gugus karbonil terjadi untuk
engaktifkan (1).Kemudian terjadi serangan nukleofilik oleh air menjadi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

10

intermediet tetrahedral (2). Hal tersebut menyebabkan terjadinya transfer proton
yang kemudian mengubah OR menjadi gugus pergi yang baik (3). Kemudian
terjadi pelepasan alcohol menghasilkan asam karboksilat dan katalis asam (4)
(Riswiyanto, 2009).

Gambar 2.6 Mekanisme hidrolisis ester dalam suasana asam (Riswiyanto, 2009).

2.6 Oksidasi Alkena
Alkena dapat dioksidasi menjadi anekaragam produk, bergabung pada
reagensia yang digunakan. Reaksi yang melibatkan oksidasi ikatan rangkap
karbon-karbon dapat dikelompokkan menjadi dua gugus umum : (1) oksidasi
ikatan pi tanpa pemutusan ikatan sigma dan (2) oksidasi ikatan pi yang memutus
ikatan sigma (Fessenden, 1982).

π

(1)

σ

(2)

Gambar 2.7 Reaksi Oksidasi alkena (Fessenden, 1982).

Produk oksidasi dengan pemaksapisahan (cleavage) bergantung pada
kondisi oksidasi dan struktur alkena. Pertama-tama akan diperhatikan struktur
alkena. Wajah strutural alkena yang menentukan produk pemaksapisahan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

11
oksidatif ialah adanya atom hidrogen pada karbon sp2. Jika tiap karbon alkena
tidak mengikat atom hidrogen (artinya, tiap atom karbon alkena tersubstitusi),
maka pemaksapisahan oksidatif akan menghasilkan sepasang molekul keton.

Gambar 2.8 Reaksi pemaksapisahan oksidatif pada disubstitusi (Fessenden, 1982).
Sebaliknya, jika tiap karbon alkena mempunyai satu hidrogen yang terikat
padanya, maka produk pemaksapisahan oksidatif akan berupa aldehida atau asam
karboksilat atau asam karboksilat, bergantung kondisi reaksi (Fessenden, 1982).

Gambar 2.9 Reaksi pemaksapisahan oksidatif pada monosubstitusi
(Fessenden, 1982).
Jika satu sisi ikatan rangkap itu tersubstitusi, sedangkan sisi yang lain
termonosubstitusi, maka pemaksapisahan oksidatif akan menghasilkan suatu
keton dari sisi disubstitusi, dan suatu aldehida atau asam karboksilat dari sisi
monosubstitusi (Fessenden, 1982).

Gambar 2.10 Reaksi pemaksapisahan oksidatif pada disubstitusi dan
monosubstitusi (Fessenden, 1982).
2.7 Kondensasi Aldol
Bila suatu senyawa aldehida dioleh dengan basa seperti NaOH dalam air,
ion enolat yang terjadi dapat bereaksi pada gugus karbonil lain dari molekul
aldehida yang lain. Hasilnya ialah adisi satu molekul aldehida ke molekul

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

12
aldehida lain. Reaksi tersebut disebut reaksi kondensasi aldol.Kata “aldol” yang
diturunkan dari aldehida dan alcohol, memerikan produ itu, yang merupakan suatu
aldehida β-hidroksi.Suatu reaksi kondensasi ialah reaksi di mana dua molekul
atau lebih bergabung menadi satu molekul yang lebih besar, dengan atau tanpa
hilangnya suatu molekul kecil (seperti air). Kondensasi aldol merupakan suatu
reaksi adisi di mana tidak dilepaskan suatu molekul kecil (Fessenden, 1982).
Suatu kondensasi aldol berlangsung dengan mereaksikan aldehida yang
diolah dengan larutan natrium hidroksida berair sehingga terbentuk ion enolat. Ion
enolat bereaksi dengan suatu molekul aldehida lain dengan cara mengadisi pada
karbon karbonil untuk membentuk suatu ion alkoksida, yang kemudian merebut
sebuah proton dari dalam air untuk menghasilkan aldol produk itu.Aldehida awal
dalam kondensasi aldol harus mengandung satu hidrogen yang berposisi α
terhadap gugus karbonil sehingga aldehida ini dapat membentuk ion enolat dalam
basa (Fessenden, 1982).

(1)

(2)

(3)

Gambar 2.11 Mekanisme reaksi kondensasi aldol (Solomons, 2013)
Keterangan : (1) Pembentukan enolat, (2) Adisi enolat, dan (3) Protonasi
alkoksida
Suatu aldehida tanpa hidrogen α tidak dapat membentuk ion enolat dan
demikian tidak dapat berdimerisasi dalam suatu kondensasi aldol.Namun aldehida
tersebut dapat dicampur dengan aldehida yang memiliki hidrogen alfa, maka
kondensasi antara keduanya dapat terjadi.Reaksi ini disebut kondensasi aldol

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

13

silang (cross aldol condensation).Suatu kondensasi aldol silang juga dapat terjadi
antara aldol dengan keton (Fessenden, 1982).
Suatu senyawa karbonil β-hidroksi, seperti suatu aldol, mudah mengalami
dehidrasi, karena ikatan rangkap dalam produk berkonjugasi dengan gugus
karbonilnya. Oleh karena itu, suatu aldehida α,β-tak jenuh dapat dengan mudah
diperoleh sebagai produk suatu kondensasi aldol. Bila dehidrasi menghasilkan
suatu ikatan rangkap yang berkonjugasi dengan suatu cincin aromatik, seringkali
dehidrasi itu berlangsung sertamerta (spontan), bahkan juga dalam larutan basa
(Fessenden, 1982).

Gambar 2.12 Mekanisme dehidrasi aldol (Solomons, 2013).

2.8 Natrium Hidroksida
Natrium hidroksida merupakan pellet, serpihan atau batang berwarna putih
atau praktis putih yang dapat melebur. Bila dibiarkan di udara, akan cepat
menyerap karbon dioksida dan lembab. Natrium hidroksida berupa massa keras,
rapuh dan menunjukkan pecahan hablur (Depkes RI, 1995). Natrium hidroksida
merupakan basa kuat sehingga biasa digunakan untuk membuat suasana basa
dalam suatu reaksi.Pada reaksi kondensasi aldol, natrium hidroksida digunakan
untuk membentuk ion enolat sehingga dapat berikatan dengan senyawa
elektrofilik (Fessenden, 1982).
Sifat-sifat natrium hidroksida adalah sebagai berikut (Depkes RI, 1995;
HOPE, 2009) :
Rumus molekul : NaOH.
Berat molekul

: 40 g/mol.

Kelarutan

: mudah larut dalam air (1 dalam 0,9 bagian pada 20oC, 1 dalam
0,3 pada 100oC) dan etanol (1 dalam 7,2 bagian pada 20oC).

pH

: 12 (0.05% w/w); 13 (0,5% w/w) dan 14 (5% w/w).

Titik lebur

: 318oC.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

14

Gambar 2.13 Struktur natrium hidroksida (Pubchem).

2.9 Kalsium Nitrat
Kalsium nitrat disebut juga Norgessalpeter (Norwegia sendawa) merupakan
senyawa organikdengan rumus Ca(NO3)2. Senyawa ini tidak berwarna dan dapat
menyerap

kelembaban

dari

udara

dan

biasanya

ditemukan

sebagai

tertrahidrat.Sifat-sifat dari kalsium nitrat adalah sebagai berikut (Pubchem) :
Rumus Kimia

: Ca(NO3)2

Masa molar

: 164,088 g/mol (anhidrat), 236,15 g/mol (tetrahidrat).

Penampilan

: Kristal tidak berwarna sampai putih, padat, dan
higroskopis.

Masa jenis

: 2,504 g/cm3 (anhidrat), 1,896 g/cm3 (tetrahidrat).

Titik lebur

: 561οC (1042οF; 834οK) (anhidrat), 42,7 C (109οF; 316οK)
(tetrahidrat).

Kelarutan dalam air : anhidrat : 1212 g/L (20οC), 2710 g/L (40οC);
tetrahidrat: 1050 g/L (0οC), 1290 g/L (20οC), 3630 g/L
(100οC).
Kelarutan

: larut dalam ammonia, hampir tidak larut dalam HNO3.

Kelarutan dalam etanol

: 51,4 g/100 g (20οC); 62,9 g/100 g (40οC).

Kelarutan dalam aseton

: 16,8 g/kg (20οC)

Keasaman (pKa)

:6

Gambar 2.14 Struktur kalsium nitrat (Pubchem).

2.10 Asam Asetat Glasial
Asam asetat glasial mengandung tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih
dari 100,5 % b/b C2H4O2. Asam asetat glasial merupakan cairan bening atau
kristal, tidak berwarna, berbau khas, menusuk, dan mempunyai rasa asam jika

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

15

dienceran dengan air. Asam asetat glasial mendidih pada suhu lebih kurang
118οC dan mempunyai bobot jenis lebih kurang 1,05 g/cm3 (Depkes RI,
1995).Asam asetat diproduksi untuk cuka konsumsi rumah tangga yang
mengandung 3-9% asam asetat glasial.Selain itu, asam asetat juga diproduksi
sebagai precursor untuk polivinil asetat dan selulosa asetat.Asam asetat pekat
(asam asetat glasial) bersifat korosif dan dapat menyerang kulit (Pubchem).
Sifat-sifat dari asam asetat adalah sebagai berikut (Depkes RI, 1995; Pubchem) :
Rumus molekul

: C2H4O2

Nama lain

: Asetil hidroksida (AcOH); asam metanakarboksilat.

Berat molekul

: 60,05 g/mol.

Kelarutan

: Dapat bercampur dengan air, etanol, da gliserol.

Suhu beku

: Tidak lebih rendah dari 15,6οC.

Titik lebur

: 289 sampai 290 K.

pKa

: 4,76.

Gambar 2.15 Struktur asam asetat (Pubchem).

2.11 Etil Metil Keton
Etil metil keton (EMK) atau 2-butanon merupakan senyawa organik berupa
cairan bening, berbau tajam, berbau manis seperti butterscotch dan aseton. EMK
larut dalam air dan biasanya digunakan sebagai pelarut industri (Pubchem).
Sifat-sifat dari etil metil keton adalah sebagai berikut (Pubchem) :
Nama Lain

:2-butanon, metilpropanon, metil asetoon.

Rumus kimia

: C4H5O

Masa molar

: 72,11 g/mol

Masa jenis

: 0,8050 g/mL

Titik lebur

: -86C (-123F; 187K).

Titik didih

: 79,64C (175,35F; 352,79K).

Kelarutan dalam air

: 27,5 g/100 mL.

Gambar 2.16 Struktur Etil Metil Keton (Pubshem).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

16

2.12 Iradiasi Microwave
Gelombang mikro merupakan radiasi elektromagnetik yang terletak diantara
frekuensi radiasi inframerah dan radio, dengan panjang gelombang mulai dari 1
mm hingga 1 m, frekuensinya mulai dari 300 GHz hingga 300 MHz (Bogdal,
2005; Loupy, 2006). Ketika sebuah bahan logam dipaparkan radiasi microwave,
microwave akan secara luas menyebar pada permukaan, namun benda tersebut
tidak dipanaskan dengan menggunakan microwave melainkan karena adanya
respon dari medan magnet dari radiasi microwave yaitu elektron bergerak bebas
pada permukaan bahan, dan aliran electron tersebut dapat menghasilkan panas
(Bogdal, 2005).
Reaksi dengan menggunakan microwave dapat dikategorikan sebagai green
chemistry. Tujuan dari green chemistry adalah untuk mengurangi atau
meminimalkan penggunaan dari pelarut yang mudah menguap dalam sintesis
modern dan mengurangi penggunaan energi. Pengembangan dari metode sintesis
baru bebas pelarut dengan menggunakan bantuan microwave saat ini menjadi
topik penting dalam penelitian, karena reaksi bebas pelarut mengurangi
penggunaan pelarut, prosedur sintesis dan pemisahan yang lebih sederhana,
mencegah pemborosan dan menghindari resiko bahaya atau toksik terkait dengan
penggunaan pelarut (Loupy, 2006).
Semua peralatan standar (Oven domestik atau reactor lebih spesifik yang
didedikasikan untuk sintesis kimia) beroperasi pada frekuensi dari v = 2,45 GHz
(setara dengan ƛ = 12,2 cm) untuk mengurangi intervensi dari frekuensi radio dan
radar. Reaksi kimia dengan microwave didasarkan pada interaksi dari molekul
dengan gelombang oleh efek “microwave dielectric heating”. Fenomena ini
bergantung pada kemampuan suatu bahan untuk mengabsobsi radiasi microwave
dan mengubahnya menjadi panas. Komponen elektrik dari medan elektromagnetik
telah menunjukkan bahwa perannya sangat penting. Dalam hal tersebut, maka
reaksi yang terjadi melibatkan dua mekanisme yaitu polarisasi dipolar dan
konduksi ionik. Iradiasi dari senyawa polar pada frekuensi microwave
meghasilkan orientasi dari dipol atau ion pada medan listrik (Loupy, 2006).
Untuk produk cair (contohnya pelarut), hanya molekul polar yang secara
selektif mengabsorbsi gelombang mikro, sedangkan molekul nonpolar tidak

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

17

bereaksi (inert).Pada konteks dari absorbsi gelombang mikro, telah menunjukkan
bahwa titik didih lebih tinggi ditemukan ketika pelarut diberikan iradiasi
microwave daripada pemanasan biasa. Efek ini dikenal dengan “super heating
effect” yang telah ditujukan untuk penghambatan dari nukleasi dalam pemanasan
microwave (Loupy, 2006).
2.12.1 Mekanisme Reaksi Secara Polarisasi Dipolar
Prinsip dari mekanisme reaksi polarisasi dipolar adalah adanya interaksi
dipol-dipol antara molekul-molekul polar ketika di radiasi dengan microwave.
Molekul yang berinteraksi dipol tersebut sangat sensitif terhadap suatu medan
magnet yang berasal dari luar sehingga dapat mengakibatkan terjadinya rotasi
pada molekul tersebut sehingga menghasilkan sejumlah energi (Lidstrom et
al., 2001; Loupy, 2006).
2.12.2 Mekanisme Reaksi Secara Konduksi
Mekanisme secara konduksi dapat terjadi pada larutan-larutan yang
mengandung ion. Bila suatu larutan mengandung suatu partikel bermuatan
atau ion yang berikatan dengan suatu medan listrik maka ion-ion tersebut
akan

bergerak.

Pergerakan

tersebut

akan

menyebabkan

terjadinya

peningkatan kecepatan dari tumbukanantar molekul sehingga akan merubah
energi kinetik menjadi energi kalor (Kingson, 1988).

2.13 Identifikasi
2.13.1 Kromatografi
Kromatografi pertama kali dikembangkan oleh seorang ahli botani
Rusia Michael Tswett pada tahun 1903 untuk memisahkan pigmen berwarna
dalam tanaman dengan cara perkolasi ekstrak petroleum eter dalam kolom
gelas yang berisi kalsium karbonat (CaCO3) (Gandjar dan Rohman, 2007).
Kromatografi merupakan metode fisika untuk pemisahan komponenkomponen dengan mendistribusikannya diantara dua fase, salah satunya
merupakan lapisan stasioner dengan permukaan yang luas dan fase lainnya
berupa zat alir (fluid) yang mengalir lambat (perkolasi) sepanjang lapisan
stasioner tersebut. Fase stasioner dapat berupa zat padat atau cairan dan fase
geraknya dapat berupa cairan atau gas (Underwood, 1989).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

18

Kromatografi dapat dibedakan berdasarkan mekanisme pemisahannya
menjadi kromatografi adsorpsi, kromatografi partisi, kromatografi penukar
ion,

kromatografi

pasangan

ion

dan

kromatografi

eksklusi

ukuran.Berdasarkan pada alat yang digunakan, kromatografi dapat dibagi
menjadi kromatografi planar yaitu kromatografi kertas dan kromatografi lapis
tipis, kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dan kromatografi gas (KG)
(Gandjar dan Rohman, 2007).Menurut Farmakope Indonesia, jenis-jenis
kromatografi tersebut dan kromatografi kolom bermanfaat dalam analisis
kualitatif dan kuantitatif yang digunakan dalam penetapan kadar dan
pengujian. Kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis umumnya lebih
bermanfaat untuk tujuan identifikas karena sederhana dan mudah.(Depkes,
1995).
a.

Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan oleh Izmailoff dan

Schraiber pada tahun1938 (Gandjar dan Rohman, 2007).Kromatografi lapis
tipis merupakan metode pemisahan fisikokimia.Lapisan yang memisahkan
terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam) yang ditempatkan pada
penyangga berupa pelat gelas atau lapisan yang cocok.Pelat fase diam
tersebut

diletakkan

di

dalam

bejana

tertutup

rapat

yang

berisi

larutanpengembang yang cocok (fase gerak) dan terja