UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENTS TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA PELAJARAN IPS DI KELAS VIII A SEMESTER GENAP SMP NEGERI 1 RAJABASA TAHUN PELAJARAN 2012/2013
UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA
DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENTS
TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA PELAJARAN IPS DI
KELAS VIII A SEMESTER GENAP SMP NEGERI 1 RAJABASA
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
( PTK)
Oleh:
RUSTAMI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan
Pada
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2013
ABSTRAK
UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA
DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENTS
TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA PELAJARAN IPS DI
KELAS VIII A SEMESTER GENAP SMP NEGERI 1 RAJABASA
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh:
RUSTAMI
Masalah yang diteliti dalam penelitian ini yaitu mengenai upaya meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Students Team Achievement Divisions (STAD). Tujuan yang akan
dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk menganalisis peningkatan aktivitas dan
hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
Students Team Achievement Divisions (STAD) pada pelajaran IPS di kelas VIII.A
SMP Negeri 1 Rajabasa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari tiga siklus meliputi
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data
menggunakan teknik tes dan observasi. Hasil penelitian yang diperoleh dapat
disimpulkan bahwa upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Students Team Achievement
Divisions (STAD) pada pelajaran IPS di kelas VIII.A SMP Negeri 1 Rajabasa
selalu mengalami peningkatan untuk setiap siklusnya.
Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar, dan model pembelajaran kooperatif tipe
Students Team Achievement Divisions (STAD)
Jujul PTK
UPAYA MENINGKATKAN AKTIWTAS DAN HASIL
BELAJAR SISWA Df,NGAN MENGGUNAKAI\ MODEL
PEMBETAJARAN STADENTS TEA]},I ACHIEWM ENT
DIWSIONS (STAD) PADA PELAJARAN IPS DI KELAS
VIII A SEMESTER GENAP SMP NEGERI I RAJABASA
TAHUN PELAJARAN 2OI2 I2OI3
\ama Mahasiswa
q€stqmi
\o.
1013073014
Pokok Mahasiswa
-Iurusan
Pendidikan IPS
Program Studi
Pendidikan Ekonomi
Fakultas
Keguruan dan llmu Pendidikan
MENYETUJUI
l. Komisi Pembimbing
Pembimbing II,
Drs. Hi. Nurdin, M.Si.
NrP 19600817 198603 1 003
Dn. Teddy Rusman, M.Si.
\rP
19600826 198603 1 001
2. Mengetahui
Ketua Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Drs.
NrP
Ketua Program Studi
Pendidikan Ekonomi
.Si.
r
r
Drs. Hi. Nurdin, M.Si.
NrP 19600817 198603 I 003
MENGESAIIKAN
i.
Tim Penguji
Ketua
: Drs. Teddy Rusman, M.Si.
Sekretaris
: Drs. Hi. Nurdin, M.Si.
Penguji
BukanPembimbing
: Drs. I Komang Winatha, M.Si.
\__
ng Rahman, M,S
19600315 198503
I
003
Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 2l Juni 2013
SURAT PERI{YATAAI\
Sala yang bertanda tangan di bawah ini:
\ama
Mahasiswa
:
Rustami
\omor Pokok Mahasiswa
1013073014
Jurusan
Pendidikan llmu Pengetahuan Sosial
Program Studi
Pendidikan Ekonomi
Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karyayang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan
di
suatu Perguruan Tinggi dan
sepanjang pengetahuan sayajuga tidak pernah terdapat karyaatau pendapat yang
pemah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecauli disebutkan di dalam daftar
pustaka.
Bandar Lampung, Mei 2013
METERAI
TEMPEL
Rustami
NPM. 1013073014
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI
................................................................................................
vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................
ix
I. PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
Latar Belakang Masalah ...................................................................
Identifikasi Masalah
......................................................................
Pembatasan Masalah
......................................................................
Rumusan Masalah
........................................................................
Tujuan Penelitian ...............................................................................
Kegunaan Penelitian .........................................................................
Ruang Lingkup Penelitian .................................................................
1
8
8
9
9
10
10
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka .............................................................................
1. Ilmu Pengetahuan Sosial ...............................................................
2. Kreativitas ....................................................................................
3. Hasil Belajar .................................................................................
4. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif STAD ....................
B. Kerangka Pikir ..................................................................................
C. Hipotesis ...........................................................................................
11
11
16
28
33
37
39
III. METODE PENELITIAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
Tempat dan Waktu Penelitian .........................................................
Subyek Penelitian .............................................................................
Faktor Yang Diteliti ........................................................................
Rencana Tindakan
..........................................................................
Data Penelitian
...............................................................................
Teknik Pengumpulan Data ...............................................................
Instrumen Penelitian ........................................................................
Analisis Data ....................................................................................
Indikator Keberhasilan
...................................................................
40
40
40
41
43
43
44
52
52
Halaman
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ...............................................................................
1. Gambaran Lokasi Penelitian .....................................................
2. Hasil Penelitian ..........................................................................
a. Siklus I ..................................................................................
b. Siklus II ..................................................................................
c. Siklus III ..................................................................................
3. Deskripsi Kreativitas Siswa dan Hasil Belajar Siswa Dalam
Pembelajaran .............................................................................
B. Pembahasan Penelitian
...................................................................
1. Kreativitas Belajar Siswa ..............................................................
2. Hasil Belajar ...............................................................................
53
53
59
59
64
67
71
66
73
76
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
....................................................................................
b. Saran ................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
77
78
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan paling pokok dalam proses
pendidikan di sekolah. Proses yang di alami oleh siswa yang ditandai dengan
terjadinya perubahan prilaku dalam diri siswa baik dalam aspek kognitif,
afektif ataupun psikomotor yang tercermin dalam proses belajar siswa,
sehingga berhasil tidaknya pencapaian tujuan pembelajaran. Dalam hal ini
sekolah merupakan bagian dari system pendidikan yang memiliki peran
penting dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, didalamnya berlangsung
proses belajar mengajar yang merupakan kegiatan penting mendasar dalam
pendidikan.
Berdasarkan hasil observasi dengan grup bidang studi IPS di SMP Negeri 1
Raja Basa, mengenai hasil belajar IPS siswa pada semester genap Tahun
Pelajaran 2012/2013, nilai mata pelajaran IPS siswa pada saat Ulangan Harian
I (UH I) dapat dilihat pada pada Tabel 1.
2
Tabel I. Hasil Ulangan Harian I (UH I)Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas VIII
A di SMP Negeri 1 Raja Basa Tahun Pelajaran 2012/2013.
No.
Kelas Interval
Frekuensi
Persentase (%)
KKM
1
>85
5
14,28
2
75-84
5
14,28
3
65-74
2
5,71
≥65
4
55-64
14
40
5
00-54
9
25,71
Jumlah
35
100
Sumber: arsip nilai guru mata pelajaran IPS kelas VIII A
Berdasarkan Tabel 1 di atas, diketahui bahwa siswa yang tuntas belajarnya
hanya 34,28%, yatu siswa yang mendapat nilai lebih dari atau sama dengan
65.
Sedangkan untuk hasil Ulangan Harian II (UH II) mata pelajaran IPS dapat
dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Hasil Ulangan Harian II (UH II) Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas VIII
A SMP Negeri 1 Raja Basa tahun pelajaran 2012/2013.
No.
Kelas
Frekuensi
Persentase (%)
KKM
Interval
1
>85
5
14,28
2
75-84
5
14,28
3
65-74
8
22,86
≥65
4
55-64
12
34,28
5
00-54
5
14,28
Jumlah
35
100
Sumber: arsip nilai guru mata pelajaran IPS kelas VIII A
Berdasarkan Tabel 2 di atas, dapat diketahui bahwa siswa tuntas belajar hanya
51,43% dari jumlah siswa. Standar ketuntasan yang dipakai untuk mata
pelajran IPS adalah bilamana siswa mendapat nilai sama dengan atau lebih 65.
Hal ini menunjukan hasil belajar IPS siswa masih rendah.
3
Berdasarkan hasil Ulangan Harian I (UH I) dan Ulangan Harian II (UH II)
yang suda di uraikan diatas, menunjukan bahwa aktivitas di sekolah cukup
kompleks dan bervariasi. Kalau berbagai macam kegiatan tersebut dapat
diciptakan disekolah, tentu sekolah-sekolah akan lebih dinamis, tidak
membosankan dan benar-benar menjadi pusat aktivitas belajar yang maksimal.
Proses pembelajaran IPS yang dilakukan oleh guru SMP Negeri 1 Raja Basa
masih menggunakan model pembelajaran langsung yatu guru menjelaskan
materi pelajaran didepan kelas, memberikan contoh soal, latihan soal, dan
diakhiri dengan pemberian pekerjaan rumah (PR). Dalam pembelajaran
langsung, kegiatan pembelajaran dikelas masih didonimasi oleh guru sehingga
siswa lebih banyak bersikap pasif dari proses pembelejaran. Pada saat guru
menyampaikan
mata
pelajaran,
hanya
sebagaian
siswa
saja
yang
mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru. Siswa hanya mau bertanya
apabila memberi stimulasi kepada siswa. Apabila guru tidak memberi
stimulasi terlebih dahulu siswa tidak akan mau atau mempunyai inisiatif
sendiri untuk bertanya. Hal ini menujukan bahwa aktivitas siswa kelas VIII A
masih rendah.
Tabel 3. Hasil Rekapitulasi Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa
Kriteria
Siswa yang aktif
Siswa yang belum aktif
Jumlah
Jumlah Siswa
15
20
35
Persentase (%)
42,86
57,14
100
4
Berdasarkan Tabel 3 di atas, dapat dilihat siswa yang aktif sebanyak 15 siswa
dari 35 siswa (42,86%) dan siswa yang belum aktif sebanyak 20 siswa dari 35
siswa (57,14%). Hasil pengamatan tersebut, dapat dinyatakan bahwa tingkat
aktivitas siswa masih rendah.
Rendahnya aktivitas siswa untuk mengikuti pelajaran IPS dikarenakan proses
pembelajaran yang selama ini dilakukan oleh guru kurang bervariasi atau
dengan kata lain hanya menggunakan metode yang sama dalam jangka waktu
yang cukup lama. Rasa bosan yang menyepelekan inilah yang membuat siswa
kurang berminat untuk mengikuti pelajaran IPS dan pada akhirnya
mempengaruhi nilai yang berdampak pada hasil belajar yang diperoleh siswa.
Banyaknya upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar
siswa, akan tetapi belum sepenuhnya mencapai hasil yang maksimal. Hal ini
ditunjukan dari beberap siswa yang berprestasi belajar belum mengalami
perubahan yang berarti. Berdasarkan penjelasan tersebut, rendahnya hasil dan
aktivitas belajar siswa di kelas diduga karena guru menggunakan model
pembelajaran yang kurang tepat dalam proses pembelajaran dan dipengaruhi
oleh dua faktor yaitu faktor yang berasal dari luar siswa ( faktor eksternal)
meliputi: orang tua keadaan rumah, dukungan dari oaring tua, kesehatan,
intelegensi, minat bakat, kreativitas dan lain-lain. Oleh karena itu, perlu
adanya perbaikan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan aktivitas
dan hasil kerja siswa. Salah satu pembelajaran yang berkembang adalah
pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Pemebelajaran kooperatif
5
secara konseptual dapat melibatkan siswa secara baik di dalam kelompokkelompok kecil sehingga diharapkan siswa bekerjasama untuk sampai pada
pengalaman belajar yang optimal. Model pembelajaran yang diharapkan
mampu mengatasi masalah tersebut adalah model pembelajaran kooperatif
tipe STAD (Student Team Achievement Divisions).
Keunggualan dari STAD adalah meningkatkan rasa tanggung jawab
kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan siswa terhadap pembelajaran dan
pemudahan guru dalam menerapkannya karena metode pembelajaran
kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe pembelajaran yang paling
sederhana sehingga cocok bagi guru yang baru memulai menggunakan
pembelajaran kooperatif.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model pembelajaran yang
membagi siswa kedalam beberapa kelompok kecil, tipe-tipe kelompok terdiri
dari 4 atau 5 orang yang memiliki kemampuan berbeda untuk saling bekerja
sama dengan proses pembelajaran. Dengan adanya kerjasama dalam
kelompok, diharapkan siswa lebih dekat dalam proses pembelajaran sehingga
hasil belajar siswa dapat menigkat (Lie, 2007: 45).
Agar pembelajaran kooperatif dapat berjalan dengan baik siswa terlebih
dahulu dilatih keterampilan-keterampilan koperatif sebelum pembelajaran
kooperatif itu digunakan. Hal ini dilakukan agar siswa telah memiliki
keterampilan yang diperlukan untuk satuan tujuan tertentu. Keterampilan
kooperatif
yang
dilatih
seperti
mengajukan
pertanyaan,
menjawab
pertanyaan/menanggapi, menyampaikan ide/pendapat, mendengarkan secara
aktif, berada dalam tugas, dan sebagainya.
6
Supaya tujuan pembelajaran mencapai sasaran dengan baik seperti tercantum
dalam kurikulum, selain digunakan model pembelajran yang sesuai perlu
adanya perangkat pembelajran yang sesuai pula. Perangkat yang digunakan
dalam penelitianini adalah perangkat pembelajaran yang dirancang oleh
peneliti yang memuat informasi yang berharga yang dibutuhkan guru,
khususnya berbagai macam strategi dan metode serta sumber belajar.
Keunggulan perangkat dalam penelitian ini dibandingkan dengan perangkat
pembelajaran yang digunakan disekolah.
Hasil belajar pada satu sisi adalah tindakan guru, suatu pencapaian tujuan
pembelajaran. Pada sisi lain, merupakan meningkatkan kemampuan mental
siswa. Hasil belajar dapat dibedakan menjadi dampak pengajaran dan dampak
pengiring. Kedua dampak tersebut sangat berguna bagi guru dan juga siswa.
Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat diukur, seperti tertuang dalam
angka rapor, angka dalam ijasah, atau kemampuan meloncat setelah latihan.
Sedangkan dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan
dibidang lain.
Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk mengambil judul Laporan
Penelitian Tindakan Kelas “Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil
Belajar Siswa Melalui Model Pembelejaran Student Team Achievement
Divisions (STAD) pada Mata Pelajaran IPS Di Kelas VIII A Semester
Genap Pada SMP Negeri 1 Raja Basa Tahun Pelajaran 2012/2013”.
7
B. Identiffikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat diidentifikasi sebagai
berikut:
1. Guru sebagian besar masih menggunakan metode belajar dengan ceramah
yang tidak disiasati, proses pembelajaran masih terpusat pada guru
(teacher centered), siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru
sehingga tidak ada interaksi antara guru dan siswa.
2. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran masih sangat rendah.
3. Guru cenderung menggunakan model ceramah dalam memberikan materi
pembelajaran.
4. Pembelajaran masih berpusat pada guru ( teacher centered).
5. Partisipasi siswa secara aktif dalam proses pembelajaran masih rendah.
6. Aktivitas belajar siswa di kelas belum optimal.
7. Proses belajar mengajar masih cenderung pasif, dimana guru menjelaskan
pelajaran dan siswa memperhatikan penjelasan dari guru.
8. Sekolah masih memberi tekanan kepada Pengetahuan (kognitif) tetapi
kurang menekankan pada sikap (afektif) dan psikomotorik (keterampilan).
9. Hasil belajar siswa masih rendah.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan kurikulum SMP saat ini, pelajaran ekonomi masuk kedalam
pelajaran IPS terpadu. Oleh karena itu untuk menghidari kesalah pahaman
terhadap penelitian ini, maka penelitian ini akan dibatasi pada implementasi
8
model pembelajaran tipe STAD untuk meningkatkan aktifitas dan hasil belajar
IPS saja.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dapat meningkatkan aktivitas belajar IPS siswa kelas VIII A SMP Negeri 1
Raja Basa Tahun Pelajaran 2012/2013?
2. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VIII A SMP Negeri 1
Raja Basa Tahun Pelajaran 2012/2013?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sebagai berikut.
1. Peningkatan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran IPS di kelas VIII
F SMP Negeri 1 Raja Basa Tahun Pelajaran 2012/2013.
2. Peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran IPS di kelas VIII A SMP
Negeri 1 Raja Basa Tahun Pelajaran 2012/2013.
F. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini secara teoritis dapat berguna sebagai masukan bagaimana
langkah dapat menetapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
9
Selain daripada itu, hasil penelitian ini dpat memberikan sumbangan
pemikiran
kepada
guru
dan
calon
guru
tentang
implementasi
pemebelajaran kooperatif tipe STAD.
2. Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi sebagai berikut.
1. Bagi Guru
Dapat memeberikan pengetahuan tambahan tentang variasi model
pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil belajar dengan
penerapan pembelajaran kooperatif.
2. Bagi Siswa
a. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.
b. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
c. Dapat memberikan variasi dalam proses pembelajaran.
3. Sekolah
Memberikan sumbangan pemikiran untuk perbaikan modal dan
stratego pembelajaran di sekolah yang inovatif, kreatif, dan produktif.
G. Ruang Lingkup Penelitian
1. Objek Penelitian
Penerapan model pembelajaran STAD untuk mengetahui aktivitas dan hasil
Belajar IPS.
10
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII A yang diajarkan menggunakan
model pembelajaran STAD.
3. Wilayah Penelitian
SMP Negeri 1 Raja Basa Tahun Pelajaran 2012/ 2013.
4. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan semester genap tahun 2012/ 2013.
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Tentang Pendekatan Kooperatif STAD
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Students Teams Achievement
Divisions) dikembangkan oleh Robert E. Slavin dan teman-temannya di
Universitas John Hopkin, dan merupakan pendekatan
pembelajaran kooperatif
yang paling sederhana. Pembelajaran kooperatif tipe STAD dicirikan oleh suatu
struktur tugas, tujuan dan penghargaan kooperatif. STAD merupakan salah satu
metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang paling sederhana,
dan merupakan pendekatan yang paling baik untuk guru yang mulai menerapkan
model pembelajaran kooperatif dalam kelas, selain itu, STAD merupakan suatu
model pembelajaran yang efektif .
Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari lima komponen utama, yaitu:
penyajian kelas, belajar kelompok, kuis, skor perkembangan, dan penghargaan
kelompok (Pradnyo Wijayanti, 2002: 2). Selain itu STAD juga terdiri dari siklus
kegiatan pengajaran yang teratur, yaitu sebagai berikut.
12
1. Pengajaran
Tujuan utama dari pengajaran ini adalah guru menyajikan materi pelajaran sesuai
dengan yang direncanakan. Setiap awal pembelajaran kooperatif tipe STAD selalu
dimulai dengan penyajian kelas. Penyajian tersebut mencakup pembukaan,
pengembangan, dan latihan terbimbing dari keseluruhan pelajaran. Penekanan
dalam penyajian materi pelajaran adalah sebagai berikut.
a. Pembukaan
1) Katakanlah pada siswa apa yang akan dipelajari dan mengapa hal itu
penting. Timbulkan rasa ingin tahu siswa dengan demonstrasi yang
menimbulkan teka-teki, masalah kehidupan nyata, atau cara lain.
2) Guru menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk “menemukan” konsep
atau merangsang keinginan mereka pada pelajaran tersebut.
3) Ulangi secara singkat keterampilan atau informasi yang merupakan syarat
mutlak.
b. Pengembangan
1) Kembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari
siswa dalam kelompok.
2) Pembelajaran kooperatif menekankan bahwa belajar adalah memahami
makna dan bukan hafalan.
3) Mengontrol pemahaman siswa sesering mungkin dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan.
4) Memberi penjelasan mengapa jawaban tersebut benar atau salah.
13
5) Beralihlah pada konsep yang lain, jika siswa telah memahami pokok
masalahnya.
c. Latihan Terbimbing
1) Menyuruh semua siswa mengerjakan soal atas pertanyaan yang diberikan.
2) Memanggil anak secara acak untuk mengerjakan atau menyelesaikan soal.
Hal ini bertujuan agar semua siswa selalu siap mempersiapkan diri sebaik
mungkin.
3) Pemberian tugas kelas tidak boleh menyita waktu yang terlalu lama.
Sebaiknya siswa mengerjakan satu atau dua masalah (soal) dan langsung
diberikan umpan balik.
2. Belajar Kelompok
Selama belajar kelompok, tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang
diberikan guru dan membantu teman satu kelompok untuk menguasai materi
tersebut. Siswa diberi lembar jawaban yang dapat digunakan untuk melatih
keterampilan yang sedang diajarkan untuk mengevaluasi diri mereka dan teman
satu kelompok.
Saat pertama kali menggunakan pembelajaran kooperatif, guru perlu mengamati
kegiatan pembelajaran secara seksama. Guru juga perlu memberi bantuan dengan
cara memperjelas perintah, mereview konsep, atau menjawab pertanyaan. Selain
itu guru juga memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan
14
pada saat kegiatan belajar kelompok berlansung. Selanjutnya langkah-langkah
guru sebagai berikut.
1) Mintalah anggota kelompok memindahkan meja/bangku mereka bersamasama dan pindah ke meja kelompok.
2) Berikan waktu kurang lebih 10 menit untuk memilih nama kelompok.
Kelompok manapun yang tidak dapat menyepakati nama kelompok pada saat
itu boleh memilih kemudian.
3) Bagikan lembar kegiatan siswa.
4) Serahkanlah pada siswa untuk bekerjasama dalam pasangan, bertiga, atau satu
kelompok utuh, tergantung pada tujuan yang sedang dipelajari. Jika
mengerjakan soal, masing-masing siswa harus mengerjakan soalnya sendirian
dan kemudian dicocokkan dengan temanya. Jika salah satu tidak dapat
mengerjakan suatu pertanyaan, teman satu kelompok bertanggungjawab
menjelaskannya. Jika siswa mengerjakan pertanyaan dengan jawaban pendek,
maka mereka lebih sering bertanya, dan kemudian
antara teman saling
bergantian memegang lembar kegiatan dan berusaha menjawab pertanyaan itu.
5) Tekankan pada siswa bahwa mereka belum selesai belajar sampai mereka
yakin teman-teman satu kelompok dapat mencapai nilai 100 pada kuis.
Pastikan siswa mengerti bahwa lembar kegiatan tersebut untuk belajar tidak
hanya untuk diisi dan diserahkan. Jadi, penting bagi siswa agar mempunyai
lembar kegiatan untuk mengecek diri mereka dan teman sekelompok mereka
pada saat mereka belajar. Ingatkan siswa jika mereka mempunyai pertanyaan,
15
mereka
seharusnya
menanyakan
terlebih
dahulu
pada
teman-teman
sekelompok, sebelum bertanya kepada guru.
6) Sementara siswa bekerja dalam kelompok guru berkeliling dalam kelas. Guru
sebaiknya memuji
anggotanya
kelompok yang anggotanya bekerja dengan baik, yang
duduk dalam kelompoknya untuk mendengarkan bagaimana
anggota lain bekerja, dan sebagainya.
3. Kuis
Kuis dikerjakan siswa secara mandiri. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan apa
yang telah diperoleh siswa selama belajar dalam kelompok. Hasil kuis digunakan
sebagai nilai pertimbangan individu dan disumbangkan dalam nilai perkembangan
kelompok. Nilai perkembangan kelompok diperoleh dari nilai perkembangan
individu tiap anggota kelompok. Nilai awal diambil dari nilai kinerja rata-rata
siswa pada kuis serupa sebelumnya.
Perhitungan skor perkembangan (Mohammad Nur, 2005: 36) didapat melalui
kriteria berikut.
Tabel 2.1 Perhitungan Skor Perkembangan
Skor kuis
Poin
Perkembangan
Lebih dari 10 poin dibawah skor awal
0
10 poin sampai dengan dibawah skor awal
10
Skor awal sampai dengan 10 poin diatas skor awal
20
Lebih dari 10 poin dari skor awal
30
nilai sempurna (tanpa memperhitungkan skor awal)
30
16
Tiga tingkatan diberikan pada kelompok yang memperoleh nilai perkembangan
yang dihitung dari nilai rata-rata poin perkembangan yangdiperoleh dari anggota
kelompok. Kriteria ketiga kelompok tersebut adalah sebagai berikut.
Tabel 2.2 Tingkat Penghargaan Kelompok
Rata-rata poin perkembangan
Penghargaan team
15 – 19
Good Team
20 – 24
Great Team
25 – 30
Super Team
4. Skor Perkembangan
Setiap siswa dapat menyumbang poin maksimum kepada kelompoknya dalam
sistem penskoran, namun tidak seorang siswapun dapat melakukan seperti itu
tanpa menunjukkan perbaikan atas kinerja masa lalu. Setiap siswa diberikan skor
dasar, yang dihitung dari kinerja rata-rata siswa pada kuis serupa sebelumnya.
Kemudian siswa memperoleh poin untuk timnya didasarkan pada berapa banyak
skor kuis mereka melampaui skor dasar mereka.
5. Penghargaan Kelompok
Kegiatan ini dilakukan pada setiap akhir pertemuan kegiatan belajar mengajar.
Guru memberikan penghargaan berupa pujian atau barang yang berbentuk
makanan kecil kepada kelompok yang teraktif, terkompak, dan termaju. Langkah
tersebut dilakukan untuk memberikan motivasi kepada siswa agar lebih aktif
dalam kegiatan belajar mengajar.
17
Menurut Nur, (2005: 56), kebaikan dari pembelajaran kooperatif tipe STAD ini
sebagai berikut.
1. Menumbuhkan rasa percaya diri dan memotivasi siswa untuk selalu berusaha
mendapat nilai baik, karena mereka sadar kesuksesan akademik yang diperoleh
merupakan usaha mereka sendiri.
2. Member kesempatan bagi siswa yang kemampuan belajarnya kurang
berinteraksi di dalam kelas.
3. Dapat membantu siswa menganalisis, mensisntesis, menyelesaikan maslah, dan
bahkan belajar mengajar sesuatu.
Sedangkan kelemahanya sebagai berikut.
1. Karena siswa berbicara dan bekerja dalam kelompok kecil, jika banyak siswa
dalam kelompok yang berbicara menyebabkan pelaksanaan tugas kelompok
terhambat, disamping itu dapat menggangu guru kelas lain
2. Perhatikan yang kurang oleh guru dalam pelaksanaan tugas kelompok dan
kurang mengertinya siswa tentang apa yang harus dilakukannya didalam kelas
menyebabkan tujuan tidak tercapai (Nur, 2005: 56).
Menurut Slavin (1995:50), terdapat dua aspek yang melandasi keberhasilan
pembelajaran kooperatif yaitu: aspek motivasi dan aspek kog nitif. Dua hal yang
harus muncul dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD (student
team achievement divisions) sebab dua hal inilah yang menjadi rol pembelajaran
ini. Tanpa adanya dua hal tersebut pembelajaran kooperatif tipe STAD (student
team achievement divisions) tidak berjalan sebagaimana mestinya.
a. Student Team Achievement Divisions (STAD)
Salah satu metode mengajar yang digunakan dalam usaha meningkatkan hasil
belajar siswa adalah metode kooperatif tipe STAD. Pembelajaran kooperatif
tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif
dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap
kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian
tujuan pembelajaran, penyampaian materi kegiatan kelompok, kuis dan
penghargaan kelompok. STAD (student team achievement divisions) adalah
salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa
18
ditempatakan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang heterogen. Guru
menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk masyarakat
bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya
seluruh siswa diberikan kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis
mereka tidak boleh saling membantu.
Menurut (Nur, 2005: 78), Langkah-langkah dalam pembelajaran tipe STAD
(student team achievement divisions) adalah sebagai berikut.
1. Membagi siswa kedalam kelompok-kelompok kecil heterogen yang
beranggotakan 4-5 orang.
2. Membuat lembar kegiatan kelompok, dapat disertai dengan latihan-latihan
(tugas).
3. Guru mempresentasikan materi.
4. Siswa menempati kelompok masing-masing sesuai dengan kelompok yang
telah ditentukan.
5. Memberikan tes individu.
6. Menentukan prestasi kelompok berdasarkan nilai tes individu.
Pembelajaran dimulai dengan penjelasan konsep oleh guru. Selanjutnya siswa
diminta untuk belajar dan diskusi dalam kelompoknya masing-masing,
menyelesaikan tugas-tugas
yang diberikan
oleh guru dalam rangka
memantapakan pemahaman terhadap materi yang sudah diberikan setiap
individu bertanggung jawab atas anggota kelompoknya dalam memahami
materi yang diberikan. Suatu tingkat keberhasilan kelompok dipengaruhi oleh
keberhasilan
individu,
diberikan
pula
kuis
individu
untuk
menialai
keberhasilan ini dilakukan untuk menentukan keberhasilan individu dan
kelompok dalam mendapatkan penghargaan.
19
Menurut Salvin dalam Muslich, Masnur (2007) ada beberapa tahap
pelaksanaan pembelajaran tipe STAD sebagai berikut.
1. Persentasi Kelas
Materi pelajaran disampaikan pada persentasi kelas, bisa menggunakan
pelajaran langsung atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru.
Persentasi kelas dapat menggunakan audiovisual. Siswa harus
memperhatikan jalanya diskusi dan diminta proaktif selama persentasi kelas
karena dengan demikian akan membantu mereka dalam tes, yaitu dapat
meningkatkan aktivitas siswa dan pemahaman siswa.
2. Belajar Kelompok
Kelompok terdiri dari 4-5 anggota dengan memperhatikan perbedaan
kemampuanya. Cirri kelompok pemebelajaran tipe STAD (student team
achievement divisions) adalah setiap kelompok harus bertanggung jawab
atas keberhaislan anggota mereka kelompok. Fungsi utama dari kelompok
adalah untuk memastikan bahwa setiap anggota kelompok terlibat dalam
kegiatan belajar, dan secara khusus adalah mempersiapkan anggota
kelompok agar berhasil baik dalam tesnya.
3. Evaluasi (kuis atau tes)
Setelah melaksanakan 2-3 kali pertemuan atau kegiatan kelompok siswa
diberi tes secara individual. Siswa tidak boleh membantu satu sama lain
pada saat tes.
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang didasari asas gotong
royong dalam kerja sama sesuai dengan kehidupan masyarakat Indonesia
yang sangat mengutamakan asas gotong royong atau bersama-sama berarti
dan belajar berbagai pikiran, perasaan dan pengalaman kepada orang lain.
Banyak ahli yang telah mencoba mengemukakan pengertian pembelajaran
kooperatif. Menurut Lie, A (2000).
“Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning adalah system
pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja
sama dengan sesame siswa dalam tugas terstruktur dimana dalam system ini
guru bertindak sebagai fasilitator”.
20
Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima pebedaan pendapat dan
kerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya pada pembelajaran
kooperatif diajarkan bekerja sama dalam kelompoknya, seperti menjadi
pendengar yang baik, memberikan penjelasan kepada teman sekelompok
dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas
yang direncanakan untuk diajarkan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat dianalisis pembelajaran kooperatif
adalah salah satu strategi pembelajaran dimana siswa dikelompokan menjadi
beberapa kelompok yang terdiri dari 4-5 orang atau lebih yang heterogen
untuk bekerja sama. Saling membantu diantara anggota kelompok untuk
menyelesaikan tugas bersama. Pembelajaran kooperatif mengajarkan siswa
untuk berkolaborasi mengembangkan pengetahuan dalam suasana belajar
kelompok untuk mencapai potensi yang optimal.
Menurut Kepdiknas (dalam Yasa, 2008: 55) tujuan utama pembelajaran
kooperatif tipe STAD (student team achievement divisions) sebagai berikut.
1.
2.
3.
4.
Meningkatkan hasil akademik dengan meningkatkan kinerja siswa
dalam tugas-tugas akademiknya siswa lebih mampu akan menjadi
nara sumber bagi siswa yang kurang mampu, yang memiliki orientasi
dan bahasa lain.
Member peluang agar siswa dapat menerima teman-temanya yang
mempunyai berbagai latar belakang perbedaan tersebut antara lain
perbedaan suku, agama, kemampuan akademik dan tingkat sosial.
Mengembangkan kememampuan keterampilan siswa.
Keterampila sosial yang dimaksud antara lain berbagai tugas, aktif
bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk
bertanya. Mau menjelaskan idea tau pendapat, bekerja kelompok dan
sebagainya.
21
Pembelajaran kooperatif ada berbagai macam model diantaranya sebagai
berikut.
1. Group Investigation (GI)
2. Student Team Achievement Divisions (STAD)
3. Team Assisted Individualization (TAI)
4. Cooperative Integreted and Composition (SIRC)
5. Jigsaw
6. Pelacakan Informasi Secara Tim
7. Learning Togheter
8. Learning tournament
9. The Power Of Two
10. Structure Dyadic Methods
11. Team Quiz
12. Contectual Teaching and Learning (Yasa, 2008: 64).
Beberapa unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif sebagai berikut.
1.
2.
3.
4.
5.
Siswa dlam kelompok harus hidup sepenanggungan bersama.
Siswa bertanggung jawab dalam kelompoknya.
Siswa dalam berkelompok memiliki tujuan yang sama.
Siswa membagi tugas dan tanggung jawab yang sama pada setiap anggota.
Siswa dikenakan evaluasi dan diberikan penghargaan untuk semua anggota
yang terbaik.
6. Siswa berbagi kepemimpinan dan bertukar keterampilan.
7. Siswa diminta pertanggungjawaban secara individu.
8. Materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif (Yasa, 2008: 75).
Tabel 3. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
FASE
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan
motivasi siswa
Fase 2
Menyajikan informasi
Fase 3
Mengorganisasikan siswa
kedalam kelompokkelompok
Fase 4
Membimbing kelompok
Kegiatan Guru
Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran
tersebut dan memotivasi siswa belajar
Guru menyajikan informasi kepada siswa
dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan
bacaan
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
caranya membantu kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar
pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
22
belajar dan belajar
Fase 5
Evaluasi
Fase 6
Memberikan penghargaan
Sumber: Slameto (2010: 35)
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
yang telah dipelajari atau masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Guru mencari cara untuk menghargai baik upaya
maupun hasil belajar individu dan kelompok
Berdasarkan Tabel 3 di atas, menjelaskan mengenai langkah-langkah kegiatan
pembelajaran kooperatif, dimana pembelajaran mulai dari guru menyampaikan
tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi siswa untuk belajar, kemudian
guru menyampaikan informasi, sering kali dengan bacaan atau secara verbal.
Selanjutnya siswa dikelompokan kedalam tim-tim belajar. Tahap ini dikuti
bimbingan guru pada saat siswa bekerja sama. Fase terakhir meliputi persentasi
hasil akhir kerja kelompok dan evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari
serta memberikan penghargaan terhadap usaha-asaha kelompok maupun
individu.
Seperangkat pembelajaran lainya, pembelajaran kooperatif tipe STAD ini juga
membutuhkan persiapan yang memang sebelum kegiatan pembelajaran
dilaksanakan. Persiapan-persiapan tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Perangkat pembelajaran
Sebelum melaksanakan pembelajaran ini perlu dipersiapkan perangkat
pembelajranya, yang meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
buku siswa, Lembar Kegiatan Siswa (LKS) beserta jawabanya (Slameto,
2010: 38).
2. Membentuk kelompok kooperatif
Menentukan anggota kelompok diusahakan agar kemempuan siswa dalam
kelompok adalah heterogen dan kemampuan antara satu kelompok dengan
kelompok lainya relative homogeny. Apabila memungkinkan kelompok
kooperatif perlu memperhatikan ras, agama, jenis kelamin dan latar
23
belakang yang relative sama, makapembentukan kelompok dapat didasarkan
pada prestasi akademik, sebagai berikut.
1. Siswa dalam kelas terlebih dahulu direngking sesuai dengan kepandaian
dalam mata pelajaran sains fisika. Tujuanya adalah untuk mengurutkan
siswa sesuai dengan kemampuan sains fisikanya dan digunakan untuk
mengelompokan siswa ke dalam kelompok.
2. Mentukan tiga kelompok dalam kelas yaitu kelompok atas, kelompok
menengah, dan kelompok bawah, kelompok atas sebanyak 25% dari
seluruh siswa yang diambil dari seluruh siswa yang diambil dari siswa
renking satu, kelompok tengah 50% dari seluruh siswa yang diambil dari
siswa yang diambil dari urutan setelah diambil kelompok atas, dan
kelompok bawah sebanyak 25% dari seluruh siswa yaitu terdiri dari atas
siswa setelah diambil kelompok atas dan kelompok menengah (Slameto,
2010: 38-39).
b. Menetukan skor awal
Sekor awal yang dapat digunakan dalam kelas kooperatif adalah nilai ulangan
sebelunya. Skor awal ini dapat berubah setelah ada kuis. Misalnya pada
pembelajaran lebih lanjut dan setelah diadakan tes, maka hasil tes masingmasing individu dapat dijadikan skor awal.
c. Pengaturan tempat duduk
Pengaturan tempat duduk dalam kelas kooperatif perlu diatur dengan baik, hal
ini dilakukan untuk menunjukan keberhasilan pembelajaran kooperatif apabila
tidak
ada
pengaturan
tempat
duduk
menimbulkan
kekacauan
yang
menyebabkan gagalnya pembelajaran pada kelas kooperatif.
d. Kerja kelompok
Untuk mencegah adanya hambatan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD,
terlebih dahulu diadakan latihan kerja sama kelompok. Hal inibertujuan untuk
lebih jauh mengenalkan masing-masing individu dalam kelompok.
24
Model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari
awal hingga akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Model-model
pembelajaran bertujuan untuk membantu guru dalam menciptakan lingkungan
yang sesuai guna mencapai tujuan pengajaran.
Menurut Bruce Joyce dan Marsha Weil (2010: 56-57), terdapat 4 modifikasi
tingkah laku model pembelajaran sebagai berikut.
1. Model interaksi sosial
Model ini menekankan pentingnya hubungan sosial yang berkembang
dengan proses interaksi social diantara individu. Model interaksi social
adalah dimaksudkan sebagai upaya memperbaiki hubungan-hubungan
interpersonal melalui prosedur demokrasi.
2. Model pengelolaan informasi
Model ini menekankan pada cara siswa memperoleh informasi. Tujuan
utama dari model ini adalah membantu siswa mengembangkan metode atau
cara-cara memproses informasi yang diperoleh dari lingkunganya. Modelmodel ini juga menjelaskan cara memperoleh informasi dengan pendekatan
yang berbeda.
3. Model personal humanistik
Model ini memusatkan perhatianya pada individu dan kebutuhanya.
Individu dibantu melalui upaya menciptakan lingkungan merangsang agar
individu terebut nyaman untuk melaksanakan tugas-tugasnya dan
mengembangkan kemampuanya sampai pada tingkat yang optimum bagi
kesejahteraan masyarakat. Keseluruhan model-model tersebut berusaha
memahami sifat-sifat individu guna meingkatkan pribadi dan kemampuan
serta menghubungkan dengan hal-hal produktif lainya,
4. Model modifikasi tingkah laku
Menurut B.T Skiner prilaku itu adalah sesuatu yang dialami dan sah yang
dipengaruhi variable-variabel eksternal. Tugas guru dalam model ini adalah
menetapkan perilaku kelas tersebut di bawah pengendalian gambaran
khusus umum.
3. Aktivitas Belajar
Salah satu faktor yang penting dalam proses pendidikan adalah belajar. Dengan
belajar manusia akan dapat meningkatkan kemampuanya baik dibidang
pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang dapat bermanfaat bagi dirinya
25
dalam masyarakat. Kegiatan atau tingkah laku belajar terdiri dari kegiatan psikhis
dan fisik yang saling bekerjasama secara terpadu dan komprehensif integral.
Sejalan dengan itu, belajar dapat dipahami sebagai berusaha atau berlatih supaya
mendapat suatu kepandaian. Hal ini sesuai dengan pendapat Roestyah dalam
Wiarsana (2003:5) “belajar adalah suatu proses untuk memperoleh modifikasi
dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. Belajar adalah
pengetahuan keterampilan yang diperoleh dari intruksi”.
Proses dalam belajar dituntut adanya suatu aktivitas yang harus dilakukan oleh
siswa sebagai usaha untuk meningkatkan hasil belajar. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Hamalik (2004: 171) yang menyatakan “pengajaran yang
efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan siswa belajar sendiri
atau melakukan aktivitas.”
Aktivitas belajar tiedak hanya mencatat dan mendengar seperti lazimnya terdapat
pada pengajaran tradisional. Pengajaran modern tidak menolak seluruhnya
pendapat tersebut namun menitikberatkan pada aktivitas atau keikutsertaan siswa
dalam proses pembelajaran akan menumbuhkan kegiatan dalam belajar sendiri.
Aktivitas belajar diartikan sebagai pengembangan diri melalui pengalaman
bertumpu pada kemampuan diri belajar dibawah bimbingan tenaga pengajar.
Menurut (Sadirman, A.M. 2006: 99) “tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas”.
Belajar tidak terjadi secara kebetulan tetapi belajar merupakan suatu proses atau
aktivitas pemikiran maupun aktivitas fisik, sebagai suatu proses dalam belajar
dituntut adanya suatu aktivitas yang harus dilakukan oleh siswa sebagai usaha
26
untuk meningkatkan hasil belajar. Menurut Jarome Bruner dalam Trianto
(2009:38) belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif
oleh manusia, dan dengan sendirinya memberi hasil yang lebih baik.
Selain dari usaha yang dilakukan oleh siswa, peran serta guru sangat dibutuhkan
agar selama proses pembelajaran aktivitas siswa meningkat, yaitu dengan cara
memberikan arahan-arahan dan selanjutnya secara bertahap siswa melakukan
kegiatan secara mandiri dengan penuh kesadaran akan pentingnya belajar.
Menurut Winkel dalam Wiyarsana (2003:6) “aktivitas belajar adalah suatu
kegiatan yang direncanakan dan disadari untuk mencapai suatu kegiatan tujuan
belajar yaitu perubahan sikap, pengetahuan dan keterampilan pada siswa yang
melakukan kegiatan belajar”. Berdasarkan perdapat tersebut, jelas bahwa manusia
dengan belajar dapat merubah tingkah laku, pengetahuan, keterampilan, dan
sikap-sikap yang diperoleh dan aktivitas mental dan berlangsung dalam interaksi
aktif dengan lingkungannya.
Menurut Paul D. Dieriech dalam Hamalik (2001 : 172), aktivitas belajar dapat
digolongkan menjadi delapan jenis sebagai berikut.
1. Visual Activities, misalnya: membaca, memperhatikan gambar demontrasi,
percobaan, pekerjaan orang lain.
2. Oral Activities, masalnya: mengemukakan suatu fakta, menghubungkan suatu
kejadian, mengajukan pertanyaan, mamberi saran, mengemukan pendapat.
3. Listening Activities, misalnya: mendengarkan penyajian bahan, percakapan,
diskusi, musik dan pidato.
4. Writing Activities, misalnya: menulis cerita, karangan, laporan dan angket.
5. Drawing Activities, antara lain: menggambar, membuat grafik, chart, peta,
diagram.
6. Motor Activities, seperti: melakukan percoban, membuat kontruksi, model,
mereparasi, bermain, berkebun, berternak.
7. Mental Activities, seperti: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah,
menganalisis, melihat hubungan dan mengambil keputusan.
27
8. Emotional Activities, misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira,
bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Menurut Momes (2001: 36), terdapat indikator terhadap aktivitas yang relevan
dalam pembelajaran meliputi sebagai berikut.
1. Interaksi anak dalam mengikuti Proses Belajar Mengajar (PBM) dalam
kelompok meliputi kegiatan berdiskusi dan bekerjasama dalam
menyelesaikan maslah,
2. Keberanian anak dalam bertanya/mengemukakan pendpat,
3. Partisipasi anak dalam Proses Belajar Mengajar (melihat dan aktif dalam
diskusi),
4. Motivasi dan kegairahan anak dalam mengikuti Proses Belajar Mengajar
(menyelesaikan tugas dan aktif dalam memecahkan masalah),
5. Hubungan anak dengan anak selama Proses Belajar Mengajar,
6. Hubungan anak dengan guru selama Proses Belajar Mengajar.
Prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku dan tindakan
yang dialami oleh siswa itu sendiri. Dimyati dan Mudjiono (2002:7) menyatakan
bahwa belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai
tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri.
Belajar merupakan bagian dari aktivitas. Tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas.
Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya mendengarkan dan
mencatat saja. Aktivitas belajar harus dilakukan siswa sebagai usaha untuk
meningkatkan hasil belajar. Seiring dengan itu, Djamarah (2006: 67) menyatakan
bahwa “belajar sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi
anak didik, sebab kesan yang didapatkan oleh anak didik lebih tahan lama
tersimpan didalam benak anak didik”.
Menurut Sardiman, A.M. (2006:100) menyatakan bahwa aktivitas belajar adalah
aktivitas yang bersifat fisik (jasmani) maupun mental (rohani). Dalam kegiatan
belajar kedua aktivitas itu harus saling terkait. Oleh karenanya Ahmad Rohani
28
(2004:6) menjelaskan bahwa belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam
aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, aktivitas belajar dapat diartikan sebagai
rangkaian kegiatan fisik maupun mental yang dilakukan secara sadar oleh
seseorang dan mengakibatkan adanya perubahan dalam dirinya banyak yang
tampak maupun yang tidak tampak diamati, sehingga tercapainya aktivitas siswa
secara aktif dan tercapainya hasil belajar yang optimal.
3. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan prestasi yang dicapai siswa setelah mengikuti proses
pembelajaran yang diperoleh dari penilaian hasil belajar. Hasil belajar tersebut
berupa nilai yang berbentuk angka dan merupakan nilai hasil dari kegiatan yang
dilakukan disekolah. Hasil belajar merupakan bukti dari usaha yanga telah
dilakukan seseorang dalam kegiatan belajar. Hasil belajar siswa setelah
mengalami pembelajaran kooperatif padaeksperimen menggunakan bahasa seharihari dapat diketahui dengan mengadakan tes hasil belajar (Yasa, 2008: 41).
Pembelajaran IPS dengan model kooperatif tipe STAD merupakan pembelajaran
kooperatif dimana model pembelajaran siswa belajar dalam kelompok kecil yang
anggota kelompoknya bersifat heterogen dan saling membantu dalam memahami
materi pembelajaran. Menurut beberapa pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa
pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah pemebelajaran yang menurut siswa
untuk dapat bekerja sama dalam kelompoknya agar mendapatkan hasil belajar
yang lebih baik.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan utama
sebagai berikut.
1. Hasil belajar baik
29
2. Perbedaan terhadap individu
3. Pengembangan keterampilan sosial
Peserta didik dapat berhasil belajar diperlukan persyratan tertentu antara lain
seperti dikemikakan sebagai berikut.
a. Kemampuan berfikir yang tinggi bagi para siswa, hal ini ditentukan dengan
berfikir kritis, logis, sistematis, dan objektif.
b. Menimbulkan minat yang tinggi kepada mata pelajaran
c. Bakat dan minat yang khusus para siswa dapat dikembangkan sesuai dengan
potensinya
d. Menguasai bahan-bahan dasar yang diperlukan untuk meneruskan pelajaran
disekolah yang menjadi lanjutanya (Yasa, 2008: 42).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan model pembelajaran kooperatif
tidak hanya tertuju untuk mencapai hasil belajar yang baik saja tetapi, pada
pembelajaran ini diharapkan setiap siswa dapat bekerja sama dan berkolaborasi
antar sesame siswa tanpa memandang status dan latar belakang.
B. Kerangka Pikir
Model pembelajaran merupakan suatu setrategi pembelajaran dimana dalam
pembelajaran itu akan mengajak peserta didik untuk belajar lebih aktif. Ketika
peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktivitas
pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk
menemukan ide peokok dari materi pelajaran, memecahkan persoalan, atau
mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari dalam kehidupan nyata.dengan
pembelajaran aktif ini, pesrta didik diajak untuk turut serta dalam semua proses
pembelajaran, tidak hanya mental tetapi juga melibatkan fisik.
30
Model Pembelajaran STAD yaitu, guru menjelaskan materi sebagai pengantar,
kemudian guru membagi
siswa kedalam
beberapa kelompok
untuk
mendiskusikan materi yang diberikan. Kemudian setiap kelompok diminta
untuk melakukan presentasi secara suka rela. Dan kelompok mengirimkan
anggota mereka untuk membagikan hasil diskusi kelompok mereka. Kemudian
kembali pada keadaan semula dan materi diakhiri dengan membuat kesimpulan
yang dipandu oleh guru. Pada dasarnya model pembelajaran apapun lebih
mudah diterapkan pada siswa yang memiliki tingkat aktivitas, intelegensi dan
motivasi yang tinggi. Pada Model Pembelajaran STAD dimana peserta didik
diberikan kebebasan untuk mengutarakan pendapat, maka yang terjadi ialah
siswa yang memiliki aktivitas lebihlah yang akan mendominasi kelas itu.
Berdasarkan penelitian tersebut maka dapat di gambarkan paradigma penelitian
ini sebagai berikut.
Model Kooperatif
Tipe STAD (student team
achievement divisions)
Aktivitas Belajar
Meningkat
Hasil belajar
meningkat
Gambar 2. Bagan Kerangka Pikir
31
C. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Ada
peningkatan
aktivitas
belajar
setelah
menggunakan
Model
Pembelajaran STAD pada siswa kelas VIII A semester genap SMP Negeri
1 Raja Basa Tahun Pelajaran 2012/ 2013.
2. Ada peningkatan hasil belajar setelah menggunakan Model Pembelajaran
STAD pada siswa kelas VIII A semester ganjil SMP Negeri 1 Raja Basa
Tahun Pelajaran 2012/ 2013.
III. METODE
DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENTS
TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA PELAJARAN IPS DI
KELAS VIII A SEMESTER GENAP SMP NEGERI 1 RAJABASA
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
( PTK)
Oleh:
RUSTAMI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan
Pada
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2013
ABSTRAK
UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA
DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENTS
TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA PELAJARAN IPS DI
KELAS VIII A SEMESTER GENAP SMP NEGERI 1 RAJABASA
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh:
RUSTAMI
Masalah yang diteliti dalam penelitian ini yaitu mengenai upaya meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Students Team Achievement Divisions (STAD). Tujuan yang akan
dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk menganalisis peningkatan aktivitas dan
hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
Students Team Achievement Divisions (STAD) pada pelajaran IPS di kelas VIII.A
SMP Negeri 1 Rajabasa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari tiga siklus meliputi
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data
menggunakan teknik tes dan observasi. Hasil penelitian yang diperoleh dapat
disimpulkan bahwa upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Students Team Achievement
Divisions (STAD) pada pelajaran IPS di kelas VIII.A SMP Negeri 1 Rajabasa
selalu mengalami peningkatan untuk setiap siklusnya.
Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar, dan model pembelajaran kooperatif tipe
Students Team Achievement Divisions (STAD)
Jujul PTK
UPAYA MENINGKATKAN AKTIWTAS DAN HASIL
BELAJAR SISWA Df,NGAN MENGGUNAKAI\ MODEL
PEMBETAJARAN STADENTS TEA]},I ACHIEWM ENT
DIWSIONS (STAD) PADA PELAJARAN IPS DI KELAS
VIII A SEMESTER GENAP SMP NEGERI I RAJABASA
TAHUN PELAJARAN 2OI2 I2OI3
\ama Mahasiswa
q€stqmi
\o.
1013073014
Pokok Mahasiswa
-Iurusan
Pendidikan IPS
Program Studi
Pendidikan Ekonomi
Fakultas
Keguruan dan llmu Pendidikan
MENYETUJUI
l. Komisi Pembimbing
Pembimbing II,
Drs. Hi. Nurdin, M.Si.
NrP 19600817 198603 1 003
Dn. Teddy Rusman, M.Si.
\rP
19600826 198603 1 001
2. Mengetahui
Ketua Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Drs.
NrP
Ketua Program Studi
Pendidikan Ekonomi
.Si.
r
r
Drs. Hi. Nurdin, M.Si.
NrP 19600817 198603 I 003
MENGESAIIKAN
i.
Tim Penguji
Ketua
: Drs. Teddy Rusman, M.Si.
Sekretaris
: Drs. Hi. Nurdin, M.Si.
Penguji
BukanPembimbing
: Drs. I Komang Winatha, M.Si.
\__
ng Rahman, M,S
19600315 198503
I
003
Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 2l Juni 2013
SURAT PERI{YATAAI\
Sala yang bertanda tangan di bawah ini:
\ama
Mahasiswa
:
Rustami
\omor Pokok Mahasiswa
1013073014
Jurusan
Pendidikan llmu Pengetahuan Sosial
Program Studi
Pendidikan Ekonomi
Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karyayang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan
di
suatu Perguruan Tinggi dan
sepanjang pengetahuan sayajuga tidak pernah terdapat karyaatau pendapat yang
pemah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecauli disebutkan di dalam daftar
pustaka.
Bandar Lampung, Mei 2013
METERAI
TEMPEL
Rustami
NPM. 1013073014
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI
................................................................................................
vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................
ix
I. PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
Latar Belakang Masalah ...................................................................
Identifikasi Masalah
......................................................................
Pembatasan Masalah
......................................................................
Rumusan Masalah
........................................................................
Tujuan Penelitian ...............................................................................
Kegunaan Penelitian .........................................................................
Ruang Lingkup Penelitian .................................................................
1
8
8
9
9
10
10
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka .............................................................................
1. Ilmu Pengetahuan Sosial ...............................................................
2. Kreativitas ....................................................................................
3. Hasil Belajar .................................................................................
4. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif STAD ....................
B. Kerangka Pikir ..................................................................................
C. Hipotesis ...........................................................................................
11
11
16
28
33
37
39
III. METODE PENELITIAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
Tempat dan Waktu Penelitian .........................................................
Subyek Penelitian .............................................................................
Faktor Yang Diteliti ........................................................................
Rencana Tindakan
..........................................................................
Data Penelitian
...............................................................................
Teknik Pengumpulan Data ...............................................................
Instrumen Penelitian ........................................................................
Analisis Data ....................................................................................
Indikator Keberhasilan
...................................................................
40
40
40
41
43
43
44
52
52
Halaman
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ...............................................................................
1. Gambaran Lokasi Penelitian .....................................................
2. Hasil Penelitian ..........................................................................
a. Siklus I ..................................................................................
b. Siklus II ..................................................................................
c. Siklus III ..................................................................................
3. Deskripsi Kreativitas Siswa dan Hasil Belajar Siswa Dalam
Pembelajaran .............................................................................
B. Pembahasan Penelitian
...................................................................
1. Kreativitas Belajar Siswa ..............................................................
2. Hasil Belajar ...............................................................................
53
53
59
59
64
67
71
66
73
76
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
....................................................................................
b. Saran ................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
77
78
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan paling pokok dalam proses
pendidikan di sekolah. Proses yang di alami oleh siswa yang ditandai dengan
terjadinya perubahan prilaku dalam diri siswa baik dalam aspek kognitif,
afektif ataupun psikomotor yang tercermin dalam proses belajar siswa,
sehingga berhasil tidaknya pencapaian tujuan pembelajaran. Dalam hal ini
sekolah merupakan bagian dari system pendidikan yang memiliki peran
penting dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, didalamnya berlangsung
proses belajar mengajar yang merupakan kegiatan penting mendasar dalam
pendidikan.
Berdasarkan hasil observasi dengan grup bidang studi IPS di SMP Negeri 1
Raja Basa, mengenai hasil belajar IPS siswa pada semester genap Tahun
Pelajaran 2012/2013, nilai mata pelajaran IPS siswa pada saat Ulangan Harian
I (UH I) dapat dilihat pada pada Tabel 1.
2
Tabel I. Hasil Ulangan Harian I (UH I)Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas VIII
A di SMP Negeri 1 Raja Basa Tahun Pelajaran 2012/2013.
No.
Kelas Interval
Frekuensi
Persentase (%)
KKM
1
>85
5
14,28
2
75-84
5
14,28
3
65-74
2
5,71
≥65
4
55-64
14
40
5
00-54
9
25,71
Jumlah
35
100
Sumber: arsip nilai guru mata pelajaran IPS kelas VIII A
Berdasarkan Tabel 1 di atas, diketahui bahwa siswa yang tuntas belajarnya
hanya 34,28%, yatu siswa yang mendapat nilai lebih dari atau sama dengan
65.
Sedangkan untuk hasil Ulangan Harian II (UH II) mata pelajaran IPS dapat
dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Hasil Ulangan Harian II (UH II) Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas VIII
A SMP Negeri 1 Raja Basa tahun pelajaran 2012/2013.
No.
Kelas
Frekuensi
Persentase (%)
KKM
Interval
1
>85
5
14,28
2
75-84
5
14,28
3
65-74
8
22,86
≥65
4
55-64
12
34,28
5
00-54
5
14,28
Jumlah
35
100
Sumber: arsip nilai guru mata pelajaran IPS kelas VIII A
Berdasarkan Tabel 2 di atas, dapat diketahui bahwa siswa tuntas belajar hanya
51,43% dari jumlah siswa. Standar ketuntasan yang dipakai untuk mata
pelajran IPS adalah bilamana siswa mendapat nilai sama dengan atau lebih 65.
Hal ini menunjukan hasil belajar IPS siswa masih rendah.
3
Berdasarkan hasil Ulangan Harian I (UH I) dan Ulangan Harian II (UH II)
yang suda di uraikan diatas, menunjukan bahwa aktivitas di sekolah cukup
kompleks dan bervariasi. Kalau berbagai macam kegiatan tersebut dapat
diciptakan disekolah, tentu sekolah-sekolah akan lebih dinamis, tidak
membosankan dan benar-benar menjadi pusat aktivitas belajar yang maksimal.
Proses pembelajaran IPS yang dilakukan oleh guru SMP Negeri 1 Raja Basa
masih menggunakan model pembelajaran langsung yatu guru menjelaskan
materi pelajaran didepan kelas, memberikan contoh soal, latihan soal, dan
diakhiri dengan pemberian pekerjaan rumah (PR). Dalam pembelajaran
langsung, kegiatan pembelajaran dikelas masih didonimasi oleh guru sehingga
siswa lebih banyak bersikap pasif dari proses pembelejaran. Pada saat guru
menyampaikan
mata
pelajaran,
hanya
sebagaian
siswa
saja
yang
mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru. Siswa hanya mau bertanya
apabila memberi stimulasi kepada siswa. Apabila guru tidak memberi
stimulasi terlebih dahulu siswa tidak akan mau atau mempunyai inisiatif
sendiri untuk bertanya. Hal ini menujukan bahwa aktivitas siswa kelas VIII A
masih rendah.
Tabel 3. Hasil Rekapitulasi Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa
Kriteria
Siswa yang aktif
Siswa yang belum aktif
Jumlah
Jumlah Siswa
15
20
35
Persentase (%)
42,86
57,14
100
4
Berdasarkan Tabel 3 di atas, dapat dilihat siswa yang aktif sebanyak 15 siswa
dari 35 siswa (42,86%) dan siswa yang belum aktif sebanyak 20 siswa dari 35
siswa (57,14%). Hasil pengamatan tersebut, dapat dinyatakan bahwa tingkat
aktivitas siswa masih rendah.
Rendahnya aktivitas siswa untuk mengikuti pelajaran IPS dikarenakan proses
pembelajaran yang selama ini dilakukan oleh guru kurang bervariasi atau
dengan kata lain hanya menggunakan metode yang sama dalam jangka waktu
yang cukup lama. Rasa bosan yang menyepelekan inilah yang membuat siswa
kurang berminat untuk mengikuti pelajaran IPS dan pada akhirnya
mempengaruhi nilai yang berdampak pada hasil belajar yang diperoleh siswa.
Banyaknya upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar
siswa, akan tetapi belum sepenuhnya mencapai hasil yang maksimal. Hal ini
ditunjukan dari beberap siswa yang berprestasi belajar belum mengalami
perubahan yang berarti. Berdasarkan penjelasan tersebut, rendahnya hasil dan
aktivitas belajar siswa di kelas diduga karena guru menggunakan model
pembelajaran yang kurang tepat dalam proses pembelajaran dan dipengaruhi
oleh dua faktor yaitu faktor yang berasal dari luar siswa ( faktor eksternal)
meliputi: orang tua keadaan rumah, dukungan dari oaring tua, kesehatan,
intelegensi, minat bakat, kreativitas dan lain-lain. Oleh karena itu, perlu
adanya perbaikan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan aktivitas
dan hasil kerja siswa. Salah satu pembelajaran yang berkembang adalah
pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Pemebelajaran kooperatif
5
secara konseptual dapat melibatkan siswa secara baik di dalam kelompokkelompok kecil sehingga diharapkan siswa bekerjasama untuk sampai pada
pengalaman belajar yang optimal. Model pembelajaran yang diharapkan
mampu mengatasi masalah tersebut adalah model pembelajaran kooperatif
tipe STAD (Student Team Achievement Divisions).
Keunggualan dari STAD adalah meningkatkan rasa tanggung jawab
kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan siswa terhadap pembelajaran dan
pemudahan guru dalam menerapkannya karena metode pembelajaran
kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe pembelajaran yang paling
sederhana sehingga cocok bagi guru yang baru memulai menggunakan
pembelajaran kooperatif.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model pembelajaran yang
membagi siswa kedalam beberapa kelompok kecil, tipe-tipe kelompok terdiri
dari 4 atau 5 orang yang memiliki kemampuan berbeda untuk saling bekerja
sama dengan proses pembelajaran. Dengan adanya kerjasama dalam
kelompok, diharapkan siswa lebih dekat dalam proses pembelajaran sehingga
hasil belajar siswa dapat menigkat (Lie, 2007: 45).
Agar pembelajaran kooperatif dapat berjalan dengan baik siswa terlebih
dahulu dilatih keterampilan-keterampilan koperatif sebelum pembelajaran
kooperatif itu digunakan. Hal ini dilakukan agar siswa telah memiliki
keterampilan yang diperlukan untuk satuan tujuan tertentu. Keterampilan
kooperatif
yang
dilatih
seperti
mengajukan
pertanyaan,
menjawab
pertanyaan/menanggapi, menyampaikan ide/pendapat, mendengarkan secara
aktif, berada dalam tugas, dan sebagainya.
6
Supaya tujuan pembelajaran mencapai sasaran dengan baik seperti tercantum
dalam kurikulum, selain digunakan model pembelajran yang sesuai perlu
adanya perangkat pembelajran yang sesuai pula. Perangkat yang digunakan
dalam penelitianini adalah perangkat pembelajaran yang dirancang oleh
peneliti yang memuat informasi yang berharga yang dibutuhkan guru,
khususnya berbagai macam strategi dan metode serta sumber belajar.
Keunggulan perangkat dalam penelitian ini dibandingkan dengan perangkat
pembelajaran yang digunakan disekolah.
Hasil belajar pada satu sisi adalah tindakan guru, suatu pencapaian tujuan
pembelajaran. Pada sisi lain, merupakan meningkatkan kemampuan mental
siswa. Hasil belajar dapat dibedakan menjadi dampak pengajaran dan dampak
pengiring. Kedua dampak tersebut sangat berguna bagi guru dan juga siswa.
Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat diukur, seperti tertuang dalam
angka rapor, angka dalam ijasah, atau kemampuan meloncat setelah latihan.
Sedangkan dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan
dibidang lain.
Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk mengambil judul Laporan
Penelitian Tindakan Kelas “Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil
Belajar Siswa Melalui Model Pembelejaran Student Team Achievement
Divisions (STAD) pada Mata Pelajaran IPS Di Kelas VIII A Semester
Genap Pada SMP Negeri 1 Raja Basa Tahun Pelajaran 2012/2013”.
7
B. Identiffikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat diidentifikasi sebagai
berikut:
1. Guru sebagian besar masih menggunakan metode belajar dengan ceramah
yang tidak disiasati, proses pembelajaran masih terpusat pada guru
(teacher centered), siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru
sehingga tidak ada interaksi antara guru dan siswa.
2. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran masih sangat rendah.
3. Guru cenderung menggunakan model ceramah dalam memberikan materi
pembelajaran.
4. Pembelajaran masih berpusat pada guru ( teacher centered).
5. Partisipasi siswa secara aktif dalam proses pembelajaran masih rendah.
6. Aktivitas belajar siswa di kelas belum optimal.
7. Proses belajar mengajar masih cenderung pasif, dimana guru menjelaskan
pelajaran dan siswa memperhatikan penjelasan dari guru.
8. Sekolah masih memberi tekanan kepada Pengetahuan (kognitif) tetapi
kurang menekankan pada sikap (afektif) dan psikomotorik (keterampilan).
9. Hasil belajar siswa masih rendah.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan kurikulum SMP saat ini, pelajaran ekonomi masuk kedalam
pelajaran IPS terpadu. Oleh karena itu untuk menghidari kesalah pahaman
terhadap penelitian ini, maka penelitian ini akan dibatasi pada implementasi
8
model pembelajaran tipe STAD untuk meningkatkan aktifitas dan hasil belajar
IPS saja.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dapat meningkatkan aktivitas belajar IPS siswa kelas VIII A SMP Negeri 1
Raja Basa Tahun Pelajaran 2012/2013?
2. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VIII A SMP Negeri 1
Raja Basa Tahun Pelajaran 2012/2013?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sebagai berikut.
1. Peningkatan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran IPS di kelas VIII
F SMP Negeri 1 Raja Basa Tahun Pelajaran 2012/2013.
2. Peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran IPS di kelas VIII A SMP
Negeri 1 Raja Basa Tahun Pelajaran 2012/2013.
F. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini secara teoritis dapat berguna sebagai masukan bagaimana
langkah dapat menetapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
9
Selain daripada itu, hasil penelitian ini dpat memberikan sumbangan
pemikiran
kepada
guru
dan
calon
guru
tentang
implementasi
pemebelajaran kooperatif tipe STAD.
2. Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi sebagai berikut.
1. Bagi Guru
Dapat memeberikan pengetahuan tambahan tentang variasi model
pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil belajar dengan
penerapan pembelajaran kooperatif.
2. Bagi Siswa
a. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.
b. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
c. Dapat memberikan variasi dalam proses pembelajaran.
3. Sekolah
Memberikan sumbangan pemikiran untuk perbaikan modal dan
stratego pembelajaran di sekolah yang inovatif, kreatif, dan produktif.
G. Ruang Lingkup Penelitian
1. Objek Penelitian
Penerapan model pembelajaran STAD untuk mengetahui aktivitas dan hasil
Belajar IPS.
10
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII A yang diajarkan menggunakan
model pembelajaran STAD.
3. Wilayah Penelitian
SMP Negeri 1 Raja Basa Tahun Pelajaran 2012/ 2013.
4. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan semester genap tahun 2012/ 2013.
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Tentang Pendekatan Kooperatif STAD
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Students Teams Achievement
Divisions) dikembangkan oleh Robert E. Slavin dan teman-temannya di
Universitas John Hopkin, dan merupakan pendekatan
pembelajaran kooperatif
yang paling sederhana. Pembelajaran kooperatif tipe STAD dicirikan oleh suatu
struktur tugas, tujuan dan penghargaan kooperatif. STAD merupakan salah satu
metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang paling sederhana,
dan merupakan pendekatan yang paling baik untuk guru yang mulai menerapkan
model pembelajaran kooperatif dalam kelas, selain itu, STAD merupakan suatu
model pembelajaran yang efektif .
Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari lima komponen utama, yaitu:
penyajian kelas, belajar kelompok, kuis, skor perkembangan, dan penghargaan
kelompok (Pradnyo Wijayanti, 2002: 2). Selain itu STAD juga terdiri dari siklus
kegiatan pengajaran yang teratur, yaitu sebagai berikut.
12
1. Pengajaran
Tujuan utama dari pengajaran ini adalah guru menyajikan materi pelajaran sesuai
dengan yang direncanakan. Setiap awal pembelajaran kooperatif tipe STAD selalu
dimulai dengan penyajian kelas. Penyajian tersebut mencakup pembukaan,
pengembangan, dan latihan terbimbing dari keseluruhan pelajaran. Penekanan
dalam penyajian materi pelajaran adalah sebagai berikut.
a. Pembukaan
1) Katakanlah pada siswa apa yang akan dipelajari dan mengapa hal itu
penting. Timbulkan rasa ingin tahu siswa dengan demonstrasi yang
menimbulkan teka-teki, masalah kehidupan nyata, atau cara lain.
2) Guru menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk “menemukan” konsep
atau merangsang keinginan mereka pada pelajaran tersebut.
3) Ulangi secara singkat keterampilan atau informasi yang merupakan syarat
mutlak.
b. Pengembangan
1) Kembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari
siswa dalam kelompok.
2) Pembelajaran kooperatif menekankan bahwa belajar adalah memahami
makna dan bukan hafalan.
3) Mengontrol pemahaman siswa sesering mungkin dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan.
4) Memberi penjelasan mengapa jawaban tersebut benar atau salah.
13
5) Beralihlah pada konsep yang lain, jika siswa telah memahami pokok
masalahnya.
c. Latihan Terbimbing
1) Menyuruh semua siswa mengerjakan soal atas pertanyaan yang diberikan.
2) Memanggil anak secara acak untuk mengerjakan atau menyelesaikan soal.
Hal ini bertujuan agar semua siswa selalu siap mempersiapkan diri sebaik
mungkin.
3) Pemberian tugas kelas tidak boleh menyita waktu yang terlalu lama.
Sebaiknya siswa mengerjakan satu atau dua masalah (soal) dan langsung
diberikan umpan balik.
2. Belajar Kelompok
Selama belajar kelompok, tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang
diberikan guru dan membantu teman satu kelompok untuk menguasai materi
tersebut. Siswa diberi lembar jawaban yang dapat digunakan untuk melatih
keterampilan yang sedang diajarkan untuk mengevaluasi diri mereka dan teman
satu kelompok.
Saat pertama kali menggunakan pembelajaran kooperatif, guru perlu mengamati
kegiatan pembelajaran secara seksama. Guru juga perlu memberi bantuan dengan
cara memperjelas perintah, mereview konsep, atau menjawab pertanyaan. Selain
itu guru juga memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan
14
pada saat kegiatan belajar kelompok berlansung. Selanjutnya langkah-langkah
guru sebagai berikut.
1) Mintalah anggota kelompok memindahkan meja/bangku mereka bersamasama dan pindah ke meja kelompok.
2) Berikan waktu kurang lebih 10 menit untuk memilih nama kelompok.
Kelompok manapun yang tidak dapat menyepakati nama kelompok pada saat
itu boleh memilih kemudian.
3) Bagikan lembar kegiatan siswa.
4) Serahkanlah pada siswa untuk bekerjasama dalam pasangan, bertiga, atau satu
kelompok utuh, tergantung pada tujuan yang sedang dipelajari. Jika
mengerjakan soal, masing-masing siswa harus mengerjakan soalnya sendirian
dan kemudian dicocokkan dengan temanya. Jika salah satu tidak dapat
mengerjakan suatu pertanyaan, teman satu kelompok bertanggungjawab
menjelaskannya. Jika siswa mengerjakan pertanyaan dengan jawaban pendek,
maka mereka lebih sering bertanya, dan kemudian
antara teman saling
bergantian memegang lembar kegiatan dan berusaha menjawab pertanyaan itu.
5) Tekankan pada siswa bahwa mereka belum selesai belajar sampai mereka
yakin teman-teman satu kelompok dapat mencapai nilai 100 pada kuis.
Pastikan siswa mengerti bahwa lembar kegiatan tersebut untuk belajar tidak
hanya untuk diisi dan diserahkan. Jadi, penting bagi siswa agar mempunyai
lembar kegiatan untuk mengecek diri mereka dan teman sekelompok mereka
pada saat mereka belajar. Ingatkan siswa jika mereka mempunyai pertanyaan,
15
mereka
seharusnya
menanyakan
terlebih
dahulu
pada
teman-teman
sekelompok, sebelum bertanya kepada guru.
6) Sementara siswa bekerja dalam kelompok guru berkeliling dalam kelas. Guru
sebaiknya memuji
anggotanya
kelompok yang anggotanya bekerja dengan baik, yang
duduk dalam kelompoknya untuk mendengarkan bagaimana
anggota lain bekerja, dan sebagainya.
3. Kuis
Kuis dikerjakan siswa secara mandiri. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan apa
yang telah diperoleh siswa selama belajar dalam kelompok. Hasil kuis digunakan
sebagai nilai pertimbangan individu dan disumbangkan dalam nilai perkembangan
kelompok. Nilai perkembangan kelompok diperoleh dari nilai perkembangan
individu tiap anggota kelompok. Nilai awal diambil dari nilai kinerja rata-rata
siswa pada kuis serupa sebelumnya.
Perhitungan skor perkembangan (Mohammad Nur, 2005: 36) didapat melalui
kriteria berikut.
Tabel 2.1 Perhitungan Skor Perkembangan
Skor kuis
Poin
Perkembangan
Lebih dari 10 poin dibawah skor awal
0
10 poin sampai dengan dibawah skor awal
10
Skor awal sampai dengan 10 poin diatas skor awal
20
Lebih dari 10 poin dari skor awal
30
nilai sempurna (tanpa memperhitungkan skor awal)
30
16
Tiga tingkatan diberikan pada kelompok yang memperoleh nilai perkembangan
yang dihitung dari nilai rata-rata poin perkembangan yangdiperoleh dari anggota
kelompok. Kriteria ketiga kelompok tersebut adalah sebagai berikut.
Tabel 2.2 Tingkat Penghargaan Kelompok
Rata-rata poin perkembangan
Penghargaan team
15 – 19
Good Team
20 – 24
Great Team
25 – 30
Super Team
4. Skor Perkembangan
Setiap siswa dapat menyumbang poin maksimum kepada kelompoknya dalam
sistem penskoran, namun tidak seorang siswapun dapat melakukan seperti itu
tanpa menunjukkan perbaikan atas kinerja masa lalu. Setiap siswa diberikan skor
dasar, yang dihitung dari kinerja rata-rata siswa pada kuis serupa sebelumnya.
Kemudian siswa memperoleh poin untuk timnya didasarkan pada berapa banyak
skor kuis mereka melampaui skor dasar mereka.
5. Penghargaan Kelompok
Kegiatan ini dilakukan pada setiap akhir pertemuan kegiatan belajar mengajar.
Guru memberikan penghargaan berupa pujian atau barang yang berbentuk
makanan kecil kepada kelompok yang teraktif, terkompak, dan termaju. Langkah
tersebut dilakukan untuk memberikan motivasi kepada siswa agar lebih aktif
dalam kegiatan belajar mengajar.
17
Menurut Nur, (2005: 56), kebaikan dari pembelajaran kooperatif tipe STAD ini
sebagai berikut.
1. Menumbuhkan rasa percaya diri dan memotivasi siswa untuk selalu berusaha
mendapat nilai baik, karena mereka sadar kesuksesan akademik yang diperoleh
merupakan usaha mereka sendiri.
2. Member kesempatan bagi siswa yang kemampuan belajarnya kurang
berinteraksi di dalam kelas.
3. Dapat membantu siswa menganalisis, mensisntesis, menyelesaikan maslah, dan
bahkan belajar mengajar sesuatu.
Sedangkan kelemahanya sebagai berikut.
1. Karena siswa berbicara dan bekerja dalam kelompok kecil, jika banyak siswa
dalam kelompok yang berbicara menyebabkan pelaksanaan tugas kelompok
terhambat, disamping itu dapat menggangu guru kelas lain
2. Perhatikan yang kurang oleh guru dalam pelaksanaan tugas kelompok dan
kurang mengertinya siswa tentang apa yang harus dilakukannya didalam kelas
menyebabkan tujuan tidak tercapai (Nur, 2005: 56).
Menurut Slavin (1995:50), terdapat dua aspek yang melandasi keberhasilan
pembelajaran kooperatif yaitu: aspek motivasi dan aspek kog nitif. Dua hal yang
harus muncul dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD (student
team achievement divisions) sebab dua hal inilah yang menjadi rol pembelajaran
ini. Tanpa adanya dua hal tersebut pembelajaran kooperatif tipe STAD (student
team achievement divisions) tidak berjalan sebagaimana mestinya.
a. Student Team Achievement Divisions (STAD)
Salah satu metode mengajar yang digunakan dalam usaha meningkatkan hasil
belajar siswa adalah metode kooperatif tipe STAD. Pembelajaran kooperatif
tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif
dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap
kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian
tujuan pembelajaran, penyampaian materi kegiatan kelompok, kuis dan
penghargaan kelompok. STAD (student team achievement divisions) adalah
salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa
18
ditempatakan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang heterogen. Guru
menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk masyarakat
bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya
seluruh siswa diberikan kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis
mereka tidak boleh saling membantu.
Menurut (Nur, 2005: 78), Langkah-langkah dalam pembelajaran tipe STAD
(student team achievement divisions) adalah sebagai berikut.
1. Membagi siswa kedalam kelompok-kelompok kecil heterogen yang
beranggotakan 4-5 orang.
2. Membuat lembar kegiatan kelompok, dapat disertai dengan latihan-latihan
(tugas).
3. Guru mempresentasikan materi.
4. Siswa menempati kelompok masing-masing sesuai dengan kelompok yang
telah ditentukan.
5. Memberikan tes individu.
6. Menentukan prestasi kelompok berdasarkan nilai tes individu.
Pembelajaran dimulai dengan penjelasan konsep oleh guru. Selanjutnya siswa
diminta untuk belajar dan diskusi dalam kelompoknya masing-masing,
menyelesaikan tugas-tugas
yang diberikan
oleh guru dalam rangka
memantapakan pemahaman terhadap materi yang sudah diberikan setiap
individu bertanggung jawab atas anggota kelompoknya dalam memahami
materi yang diberikan. Suatu tingkat keberhasilan kelompok dipengaruhi oleh
keberhasilan
individu,
diberikan
pula
kuis
individu
untuk
menialai
keberhasilan ini dilakukan untuk menentukan keberhasilan individu dan
kelompok dalam mendapatkan penghargaan.
19
Menurut Salvin dalam Muslich, Masnur (2007) ada beberapa tahap
pelaksanaan pembelajaran tipe STAD sebagai berikut.
1. Persentasi Kelas
Materi pelajaran disampaikan pada persentasi kelas, bisa menggunakan
pelajaran langsung atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru.
Persentasi kelas dapat menggunakan audiovisual. Siswa harus
memperhatikan jalanya diskusi dan diminta proaktif selama persentasi kelas
karena dengan demikian akan membantu mereka dalam tes, yaitu dapat
meningkatkan aktivitas siswa dan pemahaman siswa.
2. Belajar Kelompok
Kelompok terdiri dari 4-5 anggota dengan memperhatikan perbedaan
kemampuanya. Cirri kelompok pemebelajaran tipe STAD (student team
achievement divisions) adalah setiap kelompok harus bertanggung jawab
atas keberhaislan anggota mereka kelompok. Fungsi utama dari kelompok
adalah untuk memastikan bahwa setiap anggota kelompok terlibat dalam
kegiatan belajar, dan secara khusus adalah mempersiapkan anggota
kelompok agar berhasil baik dalam tesnya.
3. Evaluasi (kuis atau tes)
Setelah melaksanakan 2-3 kali pertemuan atau kegiatan kelompok siswa
diberi tes secara individual. Siswa tidak boleh membantu satu sama lain
pada saat tes.
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang didasari asas gotong
royong dalam kerja sama sesuai dengan kehidupan masyarakat Indonesia
yang sangat mengutamakan asas gotong royong atau bersama-sama berarti
dan belajar berbagai pikiran, perasaan dan pengalaman kepada orang lain.
Banyak ahli yang telah mencoba mengemukakan pengertian pembelajaran
kooperatif. Menurut Lie, A (2000).
“Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning adalah system
pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja
sama dengan sesame siswa dalam tugas terstruktur dimana dalam system ini
guru bertindak sebagai fasilitator”.
20
Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima pebedaan pendapat dan
kerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya pada pembelajaran
kooperatif diajarkan bekerja sama dalam kelompoknya, seperti menjadi
pendengar yang baik, memberikan penjelasan kepada teman sekelompok
dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas
yang direncanakan untuk diajarkan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat dianalisis pembelajaran kooperatif
adalah salah satu strategi pembelajaran dimana siswa dikelompokan menjadi
beberapa kelompok yang terdiri dari 4-5 orang atau lebih yang heterogen
untuk bekerja sama. Saling membantu diantara anggota kelompok untuk
menyelesaikan tugas bersama. Pembelajaran kooperatif mengajarkan siswa
untuk berkolaborasi mengembangkan pengetahuan dalam suasana belajar
kelompok untuk mencapai potensi yang optimal.
Menurut Kepdiknas (dalam Yasa, 2008: 55) tujuan utama pembelajaran
kooperatif tipe STAD (student team achievement divisions) sebagai berikut.
1.
2.
3.
4.
Meningkatkan hasil akademik dengan meningkatkan kinerja siswa
dalam tugas-tugas akademiknya siswa lebih mampu akan menjadi
nara sumber bagi siswa yang kurang mampu, yang memiliki orientasi
dan bahasa lain.
Member peluang agar siswa dapat menerima teman-temanya yang
mempunyai berbagai latar belakang perbedaan tersebut antara lain
perbedaan suku, agama, kemampuan akademik dan tingkat sosial.
Mengembangkan kememampuan keterampilan siswa.
Keterampila sosial yang dimaksud antara lain berbagai tugas, aktif
bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk
bertanya. Mau menjelaskan idea tau pendapat, bekerja kelompok dan
sebagainya.
21
Pembelajaran kooperatif ada berbagai macam model diantaranya sebagai
berikut.
1. Group Investigation (GI)
2. Student Team Achievement Divisions (STAD)
3. Team Assisted Individualization (TAI)
4. Cooperative Integreted and Composition (SIRC)
5. Jigsaw
6. Pelacakan Informasi Secara Tim
7. Learning Togheter
8. Learning tournament
9. The Power Of Two
10. Structure Dyadic Methods
11. Team Quiz
12. Contectual Teaching and Learning (Yasa, 2008: 64).
Beberapa unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif sebagai berikut.
1.
2.
3.
4.
5.
Siswa dlam kelompok harus hidup sepenanggungan bersama.
Siswa bertanggung jawab dalam kelompoknya.
Siswa dalam berkelompok memiliki tujuan yang sama.
Siswa membagi tugas dan tanggung jawab yang sama pada setiap anggota.
Siswa dikenakan evaluasi dan diberikan penghargaan untuk semua anggota
yang terbaik.
6. Siswa berbagi kepemimpinan dan bertukar keterampilan.
7. Siswa diminta pertanggungjawaban secara individu.
8. Materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif (Yasa, 2008: 75).
Tabel 3. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
FASE
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan
motivasi siswa
Fase 2
Menyajikan informasi
Fase 3
Mengorganisasikan siswa
kedalam kelompokkelompok
Fase 4
Membimbing kelompok
Kegiatan Guru
Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran
tersebut dan memotivasi siswa belajar
Guru menyajikan informasi kepada siswa
dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan
bacaan
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
caranya membantu kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar
pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
22
belajar dan belajar
Fase 5
Evaluasi
Fase 6
Memberikan penghargaan
Sumber: Slameto (2010: 35)
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
yang telah dipelajari atau masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Guru mencari cara untuk menghargai baik upaya
maupun hasil belajar individu dan kelompok
Berdasarkan Tabel 3 di atas, menjelaskan mengenai langkah-langkah kegiatan
pembelajaran kooperatif, dimana pembelajaran mulai dari guru menyampaikan
tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi siswa untuk belajar, kemudian
guru menyampaikan informasi, sering kali dengan bacaan atau secara verbal.
Selanjutnya siswa dikelompokan kedalam tim-tim belajar. Tahap ini dikuti
bimbingan guru pada saat siswa bekerja sama. Fase terakhir meliputi persentasi
hasil akhir kerja kelompok dan evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari
serta memberikan penghargaan terhadap usaha-asaha kelompok maupun
individu.
Seperangkat pembelajaran lainya, pembelajaran kooperatif tipe STAD ini juga
membutuhkan persiapan yang memang sebelum kegiatan pembelajaran
dilaksanakan. Persiapan-persiapan tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Perangkat pembelajaran
Sebelum melaksanakan pembelajaran ini perlu dipersiapkan perangkat
pembelajranya, yang meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
buku siswa, Lembar Kegiatan Siswa (LKS) beserta jawabanya (Slameto,
2010: 38).
2. Membentuk kelompok kooperatif
Menentukan anggota kelompok diusahakan agar kemempuan siswa dalam
kelompok adalah heterogen dan kemampuan antara satu kelompok dengan
kelompok lainya relative homogeny. Apabila memungkinkan kelompok
kooperatif perlu memperhatikan ras, agama, jenis kelamin dan latar
23
belakang yang relative sama, makapembentukan kelompok dapat didasarkan
pada prestasi akademik, sebagai berikut.
1. Siswa dalam kelas terlebih dahulu direngking sesuai dengan kepandaian
dalam mata pelajaran sains fisika. Tujuanya adalah untuk mengurutkan
siswa sesuai dengan kemampuan sains fisikanya dan digunakan untuk
mengelompokan siswa ke dalam kelompok.
2. Mentukan tiga kelompok dalam kelas yaitu kelompok atas, kelompok
menengah, dan kelompok bawah, kelompok atas sebanyak 25% dari
seluruh siswa yang diambil dari seluruh siswa yang diambil dari siswa
renking satu, kelompok tengah 50% dari seluruh siswa yang diambil dari
siswa yang diambil dari urutan setelah diambil kelompok atas, dan
kelompok bawah sebanyak 25% dari seluruh siswa yaitu terdiri dari atas
siswa setelah diambil kelompok atas dan kelompok menengah (Slameto,
2010: 38-39).
b. Menetukan skor awal
Sekor awal yang dapat digunakan dalam kelas kooperatif adalah nilai ulangan
sebelunya. Skor awal ini dapat berubah setelah ada kuis. Misalnya pada
pembelajaran lebih lanjut dan setelah diadakan tes, maka hasil tes masingmasing individu dapat dijadikan skor awal.
c. Pengaturan tempat duduk
Pengaturan tempat duduk dalam kelas kooperatif perlu diatur dengan baik, hal
ini dilakukan untuk menunjukan keberhasilan pembelajaran kooperatif apabila
tidak
ada
pengaturan
tempat
duduk
menimbulkan
kekacauan
yang
menyebabkan gagalnya pembelajaran pada kelas kooperatif.
d. Kerja kelompok
Untuk mencegah adanya hambatan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD,
terlebih dahulu diadakan latihan kerja sama kelompok. Hal inibertujuan untuk
lebih jauh mengenalkan masing-masing individu dalam kelompok.
24
Model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari
awal hingga akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Model-model
pembelajaran bertujuan untuk membantu guru dalam menciptakan lingkungan
yang sesuai guna mencapai tujuan pengajaran.
Menurut Bruce Joyce dan Marsha Weil (2010: 56-57), terdapat 4 modifikasi
tingkah laku model pembelajaran sebagai berikut.
1. Model interaksi sosial
Model ini menekankan pentingnya hubungan sosial yang berkembang
dengan proses interaksi social diantara individu. Model interaksi social
adalah dimaksudkan sebagai upaya memperbaiki hubungan-hubungan
interpersonal melalui prosedur demokrasi.
2. Model pengelolaan informasi
Model ini menekankan pada cara siswa memperoleh informasi. Tujuan
utama dari model ini adalah membantu siswa mengembangkan metode atau
cara-cara memproses informasi yang diperoleh dari lingkunganya. Modelmodel ini juga menjelaskan cara memperoleh informasi dengan pendekatan
yang berbeda.
3. Model personal humanistik
Model ini memusatkan perhatianya pada individu dan kebutuhanya.
Individu dibantu melalui upaya menciptakan lingkungan merangsang agar
individu terebut nyaman untuk melaksanakan tugas-tugasnya dan
mengembangkan kemampuanya sampai pada tingkat yang optimum bagi
kesejahteraan masyarakat. Keseluruhan model-model tersebut berusaha
memahami sifat-sifat individu guna meingkatkan pribadi dan kemampuan
serta menghubungkan dengan hal-hal produktif lainya,
4. Model modifikasi tingkah laku
Menurut B.T Skiner prilaku itu adalah sesuatu yang dialami dan sah yang
dipengaruhi variable-variabel eksternal. Tugas guru dalam model ini adalah
menetapkan perilaku kelas tersebut di bawah pengendalian gambaran
khusus umum.
3. Aktivitas Belajar
Salah satu faktor yang penting dalam proses pendidikan adalah belajar. Dengan
belajar manusia akan dapat meningkatkan kemampuanya baik dibidang
pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang dapat bermanfaat bagi dirinya
25
dalam masyarakat. Kegiatan atau tingkah laku belajar terdiri dari kegiatan psikhis
dan fisik yang saling bekerjasama secara terpadu dan komprehensif integral.
Sejalan dengan itu, belajar dapat dipahami sebagai berusaha atau berlatih supaya
mendapat suatu kepandaian. Hal ini sesuai dengan pendapat Roestyah dalam
Wiarsana (2003:5) “belajar adalah suatu proses untuk memperoleh modifikasi
dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. Belajar adalah
pengetahuan keterampilan yang diperoleh dari intruksi”.
Proses dalam belajar dituntut adanya suatu aktivitas yang harus dilakukan oleh
siswa sebagai usaha untuk meningkatkan hasil belajar. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Hamalik (2004: 171) yang menyatakan “pengajaran yang
efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan siswa belajar sendiri
atau melakukan aktivitas.”
Aktivitas belajar tiedak hanya mencatat dan mendengar seperti lazimnya terdapat
pada pengajaran tradisional. Pengajaran modern tidak menolak seluruhnya
pendapat tersebut namun menitikberatkan pada aktivitas atau keikutsertaan siswa
dalam proses pembelajaran akan menumbuhkan kegiatan dalam belajar sendiri.
Aktivitas belajar diartikan sebagai pengembangan diri melalui pengalaman
bertumpu pada kemampuan diri belajar dibawah bimbingan tenaga pengajar.
Menurut (Sadirman, A.M. 2006: 99) “tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas”.
Belajar tidak terjadi secara kebetulan tetapi belajar merupakan suatu proses atau
aktivitas pemikiran maupun aktivitas fisik, sebagai suatu proses dalam belajar
dituntut adanya suatu aktivitas yang harus dilakukan oleh siswa sebagai usaha
26
untuk meningkatkan hasil belajar. Menurut Jarome Bruner dalam Trianto
(2009:38) belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif
oleh manusia, dan dengan sendirinya memberi hasil yang lebih baik.
Selain dari usaha yang dilakukan oleh siswa, peran serta guru sangat dibutuhkan
agar selama proses pembelajaran aktivitas siswa meningkat, yaitu dengan cara
memberikan arahan-arahan dan selanjutnya secara bertahap siswa melakukan
kegiatan secara mandiri dengan penuh kesadaran akan pentingnya belajar.
Menurut Winkel dalam Wiyarsana (2003:6) “aktivitas belajar adalah suatu
kegiatan yang direncanakan dan disadari untuk mencapai suatu kegiatan tujuan
belajar yaitu perubahan sikap, pengetahuan dan keterampilan pada siswa yang
melakukan kegiatan belajar”. Berdasarkan perdapat tersebut, jelas bahwa manusia
dengan belajar dapat merubah tingkah laku, pengetahuan, keterampilan, dan
sikap-sikap yang diperoleh dan aktivitas mental dan berlangsung dalam interaksi
aktif dengan lingkungannya.
Menurut Paul D. Dieriech dalam Hamalik (2001 : 172), aktivitas belajar dapat
digolongkan menjadi delapan jenis sebagai berikut.
1. Visual Activities, misalnya: membaca, memperhatikan gambar demontrasi,
percobaan, pekerjaan orang lain.
2. Oral Activities, masalnya: mengemukakan suatu fakta, menghubungkan suatu
kejadian, mengajukan pertanyaan, mamberi saran, mengemukan pendapat.
3. Listening Activities, misalnya: mendengarkan penyajian bahan, percakapan,
diskusi, musik dan pidato.
4. Writing Activities, misalnya: menulis cerita, karangan, laporan dan angket.
5. Drawing Activities, antara lain: menggambar, membuat grafik, chart, peta,
diagram.
6. Motor Activities, seperti: melakukan percoban, membuat kontruksi, model,
mereparasi, bermain, berkebun, berternak.
7. Mental Activities, seperti: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah,
menganalisis, melihat hubungan dan mengambil keputusan.
27
8. Emotional Activities, misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira,
bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Menurut Momes (2001: 36), terdapat indikator terhadap aktivitas yang relevan
dalam pembelajaran meliputi sebagai berikut.
1. Interaksi anak dalam mengikuti Proses Belajar Mengajar (PBM) dalam
kelompok meliputi kegiatan berdiskusi dan bekerjasama dalam
menyelesaikan maslah,
2. Keberanian anak dalam bertanya/mengemukakan pendpat,
3. Partisipasi anak dalam Proses Belajar Mengajar (melihat dan aktif dalam
diskusi),
4. Motivasi dan kegairahan anak dalam mengikuti Proses Belajar Mengajar
(menyelesaikan tugas dan aktif dalam memecahkan masalah),
5. Hubungan anak dengan anak selama Proses Belajar Mengajar,
6. Hubungan anak dengan guru selama Proses Belajar Mengajar.
Prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku dan tindakan
yang dialami oleh siswa itu sendiri. Dimyati dan Mudjiono (2002:7) menyatakan
bahwa belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai
tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri.
Belajar merupakan bagian dari aktivitas. Tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas.
Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya mendengarkan dan
mencatat saja. Aktivitas belajar harus dilakukan siswa sebagai usaha untuk
meningkatkan hasil belajar. Seiring dengan itu, Djamarah (2006: 67) menyatakan
bahwa “belajar sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi
anak didik, sebab kesan yang didapatkan oleh anak didik lebih tahan lama
tersimpan didalam benak anak didik”.
Menurut Sardiman, A.M. (2006:100) menyatakan bahwa aktivitas belajar adalah
aktivitas yang bersifat fisik (jasmani) maupun mental (rohani). Dalam kegiatan
belajar kedua aktivitas itu harus saling terkait. Oleh karenanya Ahmad Rohani
28
(2004:6) menjelaskan bahwa belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam
aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, aktivitas belajar dapat diartikan sebagai
rangkaian kegiatan fisik maupun mental yang dilakukan secara sadar oleh
seseorang dan mengakibatkan adanya perubahan dalam dirinya banyak yang
tampak maupun yang tidak tampak diamati, sehingga tercapainya aktivitas siswa
secara aktif dan tercapainya hasil belajar yang optimal.
3. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan prestasi yang dicapai siswa setelah mengikuti proses
pembelajaran yang diperoleh dari penilaian hasil belajar. Hasil belajar tersebut
berupa nilai yang berbentuk angka dan merupakan nilai hasil dari kegiatan yang
dilakukan disekolah. Hasil belajar merupakan bukti dari usaha yanga telah
dilakukan seseorang dalam kegiatan belajar. Hasil belajar siswa setelah
mengalami pembelajaran kooperatif padaeksperimen menggunakan bahasa seharihari dapat diketahui dengan mengadakan tes hasil belajar (Yasa, 2008: 41).
Pembelajaran IPS dengan model kooperatif tipe STAD merupakan pembelajaran
kooperatif dimana model pembelajaran siswa belajar dalam kelompok kecil yang
anggota kelompoknya bersifat heterogen dan saling membantu dalam memahami
materi pembelajaran. Menurut beberapa pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa
pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah pemebelajaran yang menurut siswa
untuk dapat bekerja sama dalam kelompoknya agar mendapatkan hasil belajar
yang lebih baik.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan utama
sebagai berikut.
1. Hasil belajar baik
29
2. Perbedaan terhadap individu
3. Pengembangan keterampilan sosial
Peserta didik dapat berhasil belajar diperlukan persyratan tertentu antara lain
seperti dikemikakan sebagai berikut.
a. Kemampuan berfikir yang tinggi bagi para siswa, hal ini ditentukan dengan
berfikir kritis, logis, sistematis, dan objektif.
b. Menimbulkan minat yang tinggi kepada mata pelajaran
c. Bakat dan minat yang khusus para siswa dapat dikembangkan sesuai dengan
potensinya
d. Menguasai bahan-bahan dasar yang diperlukan untuk meneruskan pelajaran
disekolah yang menjadi lanjutanya (Yasa, 2008: 42).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan model pembelajaran kooperatif
tidak hanya tertuju untuk mencapai hasil belajar yang baik saja tetapi, pada
pembelajaran ini diharapkan setiap siswa dapat bekerja sama dan berkolaborasi
antar sesame siswa tanpa memandang status dan latar belakang.
B. Kerangka Pikir
Model pembelajaran merupakan suatu setrategi pembelajaran dimana dalam
pembelajaran itu akan mengajak peserta didik untuk belajar lebih aktif. Ketika
peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktivitas
pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk
menemukan ide peokok dari materi pelajaran, memecahkan persoalan, atau
mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari dalam kehidupan nyata.dengan
pembelajaran aktif ini, pesrta didik diajak untuk turut serta dalam semua proses
pembelajaran, tidak hanya mental tetapi juga melibatkan fisik.
30
Model Pembelajaran STAD yaitu, guru menjelaskan materi sebagai pengantar,
kemudian guru membagi
siswa kedalam
beberapa kelompok
untuk
mendiskusikan materi yang diberikan. Kemudian setiap kelompok diminta
untuk melakukan presentasi secara suka rela. Dan kelompok mengirimkan
anggota mereka untuk membagikan hasil diskusi kelompok mereka. Kemudian
kembali pada keadaan semula dan materi diakhiri dengan membuat kesimpulan
yang dipandu oleh guru. Pada dasarnya model pembelajaran apapun lebih
mudah diterapkan pada siswa yang memiliki tingkat aktivitas, intelegensi dan
motivasi yang tinggi. Pada Model Pembelajaran STAD dimana peserta didik
diberikan kebebasan untuk mengutarakan pendapat, maka yang terjadi ialah
siswa yang memiliki aktivitas lebihlah yang akan mendominasi kelas itu.
Berdasarkan penelitian tersebut maka dapat di gambarkan paradigma penelitian
ini sebagai berikut.
Model Kooperatif
Tipe STAD (student team
achievement divisions)
Aktivitas Belajar
Meningkat
Hasil belajar
meningkat
Gambar 2. Bagan Kerangka Pikir
31
C. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Ada
peningkatan
aktivitas
belajar
setelah
menggunakan
Model
Pembelajaran STAD pada siswa kelas VIII A semester genap SMP Negeri
1 Raja Basa Tahun Pelajaran 2012/ 2013.
2. Ada peningkatan hasil belajar setelah menggunakan Model Pembelajaran
STAD pada siswa kelas VIII A semester ganjil SMP Negeri 1 Raja Basa
Tahun Pelajaran 2012/ 2013.
III. METODE