UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENTS TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA PELAJARAN IPS DI KELAS VIII A SEMESTER GENAP SMP NEGERI 1 RAJABASA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENTS

TEAMACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA PELAJARAN IPS DI KELAS VIII A SEMESTER GENAP SMP NEGERI 1 RAJABASA

TAHUN PELAJARAN 2012/2013 ( PTK)

Oleh:

RUSTAMI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan

Pada

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2013


(2)

ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENTS

TEAMACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA PELAJARAN IPS DI KELAS VIII A SEMESTER GENAP SMP NEGERI 1 RAJABASA

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh: RUSTAMI

Masalah yang diteliti dalam penelitian ini yaitu mengenai upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Students Team Achievement Divisions (STAD). Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk menganalisis peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

Students Team Achievement Divisions (STAD) pada pelajaran IPS di kelas VIII.A SMP Negeri 1 Rajabasa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari tiga siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes dan observasi. Hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Students Team Achievement Divisions (STAD) pada pelajaran IPS di kelas VIII.A SMP Negeri 1 Rajabasa selalu mengalami peningkatan untuk setiap siklusnya.

Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar, dan model pembelajaran kooperatif tipe


(3)

Jujul PTK

\ama Mahasiswa

\o.

Pokok Mahasiswa

-Iurusan

Program Studi

Fakultas

UPAYA MENINGKATKAN AKTIWTAS DAN HASIL BELAJAR SISWA Df,NGAN MENGGUNAKAI\ MODEL PEMBETAJARAN STADENTS TEA]},I ACHIEWM ENT

DIWSIONS (STAD) PADA PELAJARAN IPS DI KELAS VIII A SEMESTER GENAP SMP NEGERI I RAJABASA TAHUN PELAJARAN 2OI2 I2OI3

q€stqmi

1013073014 Pendidikan IPS

Pendidikan Ekonomi

Keguruan dan llmu Pendidikan

MENYETUJUI

l. Komisi Pembimbing

Pembimbing II,

Dn. Teddy Rusman, M.Si.

\rP

19600826 198603 1 001

Ketua Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

2. Mengetahui

Drs.

.Si.

r

NrP

r

Drs. Hi. Nurdin, M.Si.

NrP 19600817 198603

I

003 Drs. Hi. Nurdin, M.Si. NrP 19600817 198603 1 003

Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi


(4)

Sala yang bertanda tangan di bawah ini:

\ama

Mahasiswa

:Rustami

1013073014

Pendidikan llmu Pengetahuan Sosial Pendidikan Ekonomi

Keguruan dan Ilmu Pendidikan \omor Pokok Mahasiswa

Jurusan

Program Studi Fakultas

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karyayang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan

di

suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan sayajuga tidak pernah terdapat karyaatau pendapat yang pemah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecauli disebutkan di dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Mei 2013

Rustami

NPM. 1013073014

METERAI


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Kegunaan Penelitian ... 10

G. Ruang Lingkup Penelitian ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka ... 11

1. Ilmu Pengetahuan Sosial ... 11

2. Kreativitas ... 16

3. Hasil Belajar ... 28

4. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif STAD ... 33

B. Kerangka Pikir ... 37

C. Hipotesis ... 39

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 40

B. Subyek Penelitian ... 40

C. Faktor Yang Diteliti ... 40

D. Rencana Tindakan ... 41

E. Data Penelitian ... 43

F. Teknik Pengumpulan Data ... 43

G. Instrumen Penelitian ... 44

H. Analisis Data ... 52


(6)

1. Gambaran Lokasi Penelitian ... 53

2. Hasil Penelitian ... 59

a. Siklus I ... 59

b. Siklus II ... 64

c. Siklus III ... 67

3. Deskripsi Kreativitas Siswa dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran ... 71

B. Pembahasan Penelitian ... 66

1. Kreativitas Belajar Siswa ... 73

2. Hasil Belajar ... 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan ... 77

b. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN


(7)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan paling pokok dalam proses pendidikan di sekolah. Proses yang di alami oleh siswa yang ditandai dengan terjadinya perubahan prilaku dalam diri siswa baik dalam aspek kognitif, afektif ataupun psikomotor yang tercermin dalam proses belajar siswa, sehingga berhasil tidaknya pencapaian tujuan pembelajaran. Dalam hal ini sekolah merupakan bagian dari system pendidikan yang memiliki peran penting dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, didalamnya berlangsung proses belajar mengajar yang merupakan kegiatan penting mendasar dalam pendidikan.

Berdasarkan hasil observasi dengan grup bidang studi IPS di SMP Negeri 1 Raja Basa, mengenai hasil belajar IPS siswa pada semester genap Tahun Pelajaran 2012/2013, nilai mata pelajaran IPS siswa pada saat Ulangan Harian I (UH I) dapat dilihat pada pada Tabel 1.


(8)

Tabel I. Hasil Ulangan Harian I (UH I)Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas VIII A di SMP Negeri 1 Raja Basa Tahun Pelajaran 2012/2013.

No. Kelas Interval Frekuensi Persentase (%) KKM

1 >85 5 14,28

≥65

2 75-84 5 14,28

3 65-74 2 5,71

4 55-64 14 40

5 00-54 9 25,71

Jumlah 35 100

Sumber: arsip nilai guru mata pelajaran IPS kelas VIII A

Berdasarkan Tabel 1 di atas, diketahui bahwa siswa yang tuntas belajarnya hanya 34,28%, yatu siswa yang mendapat nilai lebih dari atau sama dengan 65.

Sedangkan untuk hasil Ulangan Harian II (UH II) mata pelajaran IPS dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Hasil Ulangan Harian II (UH II) Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 1 Raja Basa tahun pelajaran 2012/2013.

No. Kelas Interval

Frekuensi Persentase (%) KKM

1 >85 5 14,28

≥65

2 75-84 5 14,28

3 65-74 8 22,86

4 55-64 12 34,28

5 00-54 5 14,28

Jumlah 35 100

Sumber: arsip nilai guru mata pelajaran IPS kelas VIII A

Berdasarkan Tabel 2 di atas, dapat diketahui bahwa siswa tuntas belajar hanya 51,43% dari jumlah siswa. Standar ketuntasan yang dipakai untuk mata pelajran IPS adalah bilamana siswa mendapat nilai sama dengan atau lebih 65. Hal ini menunjukan hasil belajar IPS siswa masih rendah.


(9)

3

Berdasarkan hasil Ulangan Harian I (UH I) dan Ulangan Harian II (UH II) yang suda di uraikan diatas, menunjukan bahwa aktivitas di sekolah cukup kompleks dan bervariasi. Kalau berbagai macam kegiatan tersebut dapat diciptakan disekolah, tentu sekolah-sekolah akan lebih dinamis, tidak membosankan dan benar-benar menjadi pusat aktivitas belajar yang maksimal.

Proses pembelajaran IPS yang dilakukan oleh guru SMP Negeri 1 Raja Basa masih menggunakan model pembelajaran langsung yatu guru menjelaskan materi pelajaran didepan kelas, memberikan contoh soal, latihan soal, dan diakhiri dengan pemberian pekerjaan rumah (PR). Dalam pembelajaran langsung, kegiatan pembelajaran dikelas masih didonimasi oleh guru sehingga siswa lebih banyak bersikap pasif dari proses pembelejaran. Pada saat guru menyampaikan mata pelajaran, hanya sebagaian siswa saja yang mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru. Siswa hanya mau bertanya apabila memberi stimulasi kepada siswa. Apabila guru tidak memberi stimulasi terlebih dahulu siswa tidak akan mau atau mempunyai inisiatif sendiri untuk bertanya. Hal ini menujukan bahwa aktivitas siswa kelas VIII A masih rendah.

Tabel 3. Hasil Rekapitulasi Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa

Kriteria Jumlah Siswa Persentase (%)

Siswa yang aktif 15 42,86

Siswa yang belum aktif 20 57,14


(10)

Berdasarkan Tabel 3 di atas, dapat dilihat siswa yang aktif sebanyak 15 siswa dari 35 siswa (42,86%) dan siswa yang belum aktif sebanyak 20 siswa dari 35 siswa (57,14%). Hasil pengamatan tersebut, dapat dinyatakan bahwa tingkat aktivitas siswa masih rendah.

Rendahnya aktivitas siswa untuk mengikuti pelajaran IPS dikarenakan proses pembelajaran yang selama ini dilakukan oleh guru kurang bervariasi atau dengan kata lain hanya menggunakan metode yang sama dalam jangka waktu yang cukup lama. Rasa bosan yang menyepelekan inilah yang membuat siswa kurang berminat untuk mengikuti pelajaran IPS dan pada akhirnya mempengaruhi nilai yang berdampak pada hasil belajar yang diperoleh siswa. Banyaknya upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa, akan tetapi belum sepenuhnya mencapai hasil yang maksimal. Hal ini ditunjukan dari beberap siswa yang berprestasi belajar belum mengalami perubahan yang berarti. Berdasarkan penjelasan tersebut, rendahnya hasil dan aktivitas belajar siswa di kelas diduga karena guru menggunakan model pembelajaran yang kurang tepat dalam proses pembelajaran dan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor yang berasal dari luar siswa ( faktor eksternal) meliputi: orang tua keadaan rumah, dukungan dari oaring tua, kesehatan, intelegensi, minat bakat, kreativitas dan lain-lain. Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil kerja siswa. Salah satu pembelajaran yang berkembang adalah pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Pemebelajaran kooperatif


(11)

5

secara konseptual dapat melibatkan siswa secara baik di dalam kelompok-kelompok kecil sehingga diharapkan siswa bekerjasama untuk sampai pada pengalaman belajar yang optimal. Model pembelajaran yang diharapkan mampu mengatasi masalah tersebut adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Divisions).

Keunggualan dari STAD adalah meningkatkan rasa tanggung jawab kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan siswa terhadap pembelajaran dan pemudahan guru dalam menerapkannya karena metode pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe pembelajaran yang paling sederhana sehingga cocok bagi guru yang baru memulai menggunakan pembelajaran kooperatif.

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model pembelajaran yang membagi siswa kedalam beberapa kelompok kecil, tipe-tipe kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang yang memiliki kemampuan berbeda untuk saling bekerja sama dengan proses pembelajaran. Dengan adanya kerjasama dalam kelompok, diharapkan siswa lebih dekat dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat menigkat (Lie, 2007: 45).

Agar pembelajaran kooperatif dapat berjalan dengan baik siswa terlebih dahulu dilatih keterampilan-keterampilan koperatif sebelum pembelajaran kooperatif itu digunakan. Hal ini dilakukan agar siswa telah memiliki keterampilan yang diperlukan untuk satuan tujuan tertentu. Keterampilan kooperatif yang dilatih seperti mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan/menanggapi, menyampaikan ide/pendapat, mendengarkan secara aktif, berada dalam tugas, dan sebagainya.


(12)

Supaya tujuan pembelajaran mencapai sasaran dengan baik seperti tercantum dalam kurikulum, selain digunakan model pembelajran yang sesuai perlu adanya perangkat pembelajran yang sesuai pula. Perangkat yang digunakan dalam penelitianini adalah perangkat pembelajaran yang dirancang oleh peneliti yang memuat informasi yang berharga yang dibutuhkan guru, khususnya berbagai macam strategi dan metode serta sumber belajar. Keunggulan perangkat dalam penelitian ini dibandingkan dengan perangkat pembelajaran yang digunakan disekolah.

Hasil belajar pada satu sisi adalah tindakan guru, suatu pencapaian tujuan pembelajaran. Pada sisi lain, merupakan meningkatkan kemampuan mental siswa. Hasil belajar dapat dibedakan menjadi dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak tersebut sangat berguna bagi guru dan juga siswa. Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat diukur, seperti tertuang dalam angka rapor, angka dalam ijasah, atau kemampuan meloncat setelah latihan. Sedangkan dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan dibidang lain.

Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk mengambil judul Laporan Penelitian Tindakan Kelas “Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelejaran Student Team Achievement Divisions (STAD) pada Mata Pelajaran IPS Di Kelas VIII A Semester Genap Pada SMP Negeri 1 Raja Basa Tahun Pelajaran 2012/2013”.


(13)

7

B. Identiffikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Guru sebagian besar masih menggunakan metode belajar dengan ceramah yang tidak disiasati, proses pembelajaran masih terpusat pada guru (teacher centered), siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru sehingga tidak ada interaksi antara guru dan siswa.

2. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran masih sangat rendah.

3. Guru cenderung menggunakan model ceramah dalam memberikan materi pembelajaran.

4. Pembelajaran masih berpusat pada guru ( teacher centered).

5. Partisipasi siswa secara aktif dalam proses pembelajaran masih rendah. 6. Aktivitas belajar siswa di kelas belum optimal.

7. Proses belajar mengajar masih cenderung pasif, dimana guru menjelaskan pelajaran dan siswa memperhatikan penjelasan dari guru.

8. Sekolah masih memberi tekanan kepada Pengetahuan (kognitif) tetapi kurang menekankan pada sikap (afektif) dan psikomotorik (keterampilan). 9. Hasil belajar siswa masih rendah.

C.Pembatasan Masalah

Berdasarkan kurikulum SMP saat ini, pelajaran ekonomi masuk kedalam pelajaran IPS terpadu. Oleh karena itu untuk menghidari kesalah pahaman terhadap penelitian ini, maka penelitian ini akan dibatasi pada implementasi


(14)

model pembelajaran tipe STAD untuk meningkatkan aktifitas dan hasil belajar IPS saja.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar IPS siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Raja Basa Tahun Pelajaran 2012/2013?

2. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Raja Basa Tahun Pelajaran 2012/2013?

E.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sebagai berikut.

1. Peningkatan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran IPS di kelas VIII F SMP Negeri 1 Raja Basa Tahun Pelajaran 2012/2013.

2. Peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran IPS di kelas VIII A SMP Negeri 1 Raja Basa Tahun Pelajaran 2012/2013.

F. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini secara teoritis dapat berguna sebagai masukan bagaimana langkah dapat menetapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.


(15)

9

Selain daripada itu, hasil penelitian ini dpat memberikan sumbangan pemikiran kepada guru dan calon guru tentang implementasi pemebelajaran kooperatif tipe STAD.

2. Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi sebagai berikut. 1. Bagi Guru

Dapat memeberikan pengetahuan tambahan tentang variasi model pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil belajar dengan penerapan pembelajaran kooperatif.

2. Bagi Siswa

a. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. b. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

c. Dapat memberikan variasi dalam proses pembelajaran. 3. Sekolah

Memberikan sumbangan pemikiran untuk perbaikan modal dan stratego pembelajaran di sekolah yang inovatif, kreatif, dan produktif.

G. Ruang Lingkup Penelitian 1. Objek Penelitian

Penerapan model pembelajaran STAD untuk mengetahui aktivitas dan hasil Belajar IPS.


(16)

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII A yang diajarkan menggunakan model pembelajaran STAD.

3. Wilayah Penelitian

SMP Negeri 1 Raja Basa Tahun Pelajaran 2012/ 2013.

4. Waktu Penelitian


(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

A.Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Tentang Pendekatan Kooperatif STAD

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Students Teams Achievement Divisions) dikembangkan oleh Robert E. Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin, dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Pembelajaran kooperatif tipe STAD dicirikan oleh suatu struktur tugas, tujuan dan penghargaan kooperatif. STAD merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan pendekatan yang paling baik untuk guru yang mulai menerapkan model pembelajaran kooperatif dalam kelas, selain itu, STAD merupakan suatu model pembelajaran yang efektif .

Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari lima komponen utama, yaitu: penyajian kelas, belajar kelompok, kuis, skor perkembangan, dan penghargaan kelompok (Pradnyo Wijayanti, 2002: 2). Selain itu STAD juga terdiri dari siklus kegiatan pengajaran yang teratur, yaitu sebagai berikut.


(18)

1. Pengajaran

Tujuan utama dari pengajaran ini adalah guru menyajikan materi pelajaran sesuai dengan yang direncanakan. Setiap awal pembelajaran kooperatif tipe STAD selalu dimulai dengan penyajian kelas. Penyajian tersebut mencakup pembukaan, pengembangan, dan latihan terbimbing dari keseluruhan pelajaran. Penekanan dalam penyajian materi pelajaran adalah sebagai berikut.

a. Pembukaan

1) Katakanlah pada siswa apa yang akan dipelajari dan mengapa hal itu penting. Timbulkan rasa ingin tahu siswa dengan demonstrasi yang menimbulkan teka-teki, masalah kehidupan nyata, atau cara lain.

2) Guru menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk “menemukan” konsep atau merangsang keinginan mereka pada pelajaran tersebut.

3) Ulangi secara singkat keterampilan atau informasi yang merupakan syarat mutlak.

b. Pengembangan

1) Kembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok.

2) Pembelajaran kooperatif menekankan bahwa belajar adalah memahami makna dan bukan hafalan.

3) Mengontrol pemahaman siswa sesering mungkin dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan.


(19)

13

5) Beralihlah pada konsep yang lain, jika siswa telah memahami pokok masalahnya.

c. Latihan Terbimbing

1) Menyuruh semua siswa mengerjakan soal atas pertanyaan yang diberikan.

2) Memanggil anak secara acak untuk mengerjakan atau menyelesaikan soal. Hal ini bertujuan agar semua siswa selalu siap mempersiapkan diri sebaik mungkin.

3) Pemberian tugas kelas tidak boleh menyita waktu yang terlalu lama. Sebaiknya siswa mengerjakan satu atau dua masalah (soal) dan langsung diberikan umpan balik.

2. Belajar Kelompok

Selama belajar kelompok, tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang diberikan guru dan membantu teman satu kelompok untuk menguasai materi tersebut. Siswa diberi lembar jawaban yang dapat digunakan untuk melatih keterampilan yang sedang diajarkan untuk mengevaluasi diri mereka dan teman satu kelompok.

Saat pertama kali menggunakan pembelajaran kooperatif, guru perlu mengamati kegiatan pembelajaran secara seksama. Guru juga perlu memberi bantuan dengan cara memperjelas perintah, mereview konsep, atau menjawab pertanyaan. Selain itu guru juga memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan


(20)

pada saat kegiatan belajar kelompok berlansung. Selanjutnya langkah-langkah guru sebagai berikut.

1) Mintalah anggota kelompok memindahkan meja/bangku mereka bersama- sama dan pindah ke meja kelompok.

2) Berikan waktu kurang lebih 10 menit untuk memilih nama kelompok. Kelompok manapun yang tidak dapat menyepakati nama kelompok pada saat itu boleh memilih kemudian.

3) Bagikan lembar kegiatan siswa.

4) Serahkanlah pada siswa untuk bekerjasama dalam pasangan, bertiga, atau satu kelompok utuh, tergantung pada tujuan yang sedang dipelajari. Jika mengerjakan soal, masing-masing siswa harus mengerjakan soalnya sendirian dan kemudian dicocokkan dengan temanya. Jika salah satu tidak dapat mengerjakan suatu pertanyaan, teman satu kelompok bertanggungjawab menjelaskannya. Jika siswa mengerjakan pertanyaan dengan jawaban pendek, maka mereka lebih sering bertanya, dan kemudian antara teman saling bergantian memegang lembar kegiatan dan berusaha menjawab pertanyaan itu.

5) Tekankan pada siswa bahwa mereka belum selesai belajar sampai mereka yakin teman-teman satu kelompok dapat mencapai nilai 100 pada kuis. Pastikan siswa mengerti bahwa lembar kegiatan tersebut untuk belajar tidak hanya untuk diisi dan diserahkan. Jadi, penting bagi siswa agar mempunyai lembar kegiatan untuk mengecek diri mereka dan teman sekelompok mereka pada saat mereka belajar. Ingatkan siswa jika mereka mempunyai pertanyaan,


(21)

15

mereka seharusnya menanyakan terlebih dahulu pada teman-teman sekelompok, sebelum bertanya kepada guru.

6) Sementara siswa bekerja dalam kelompok guru berkeliling dalam kelas. Guru sebaiknya memuji kelompok yang anggotanya bekerja dengan baik, yang anggotanya duduk dalam kelompoknya untuk mendengarkan bagaimana anggota lain bekerja, dan sebagainya.

3. Kuis

Kuis dikerjakan siswa secara mandiri. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan apa yang telah diperoleh siswa selama belajar dalam kelompok. Hasil kuis digunakan sebagai nilai pertimbangan individu dan disumbangkan dalam nilai perkembangan kelompok. Nilai perkembangan kelompok diperoleh dari nilai perkembangan individu tiap anggota kelompok. Nilai awal diambil dari nilai kinerja rata-rata siswa pada kuis serupa sebelumnya.

Perhitungan skor perkembangan (Mohammad Nur, 2005: 36) didapat melalui kriteria berikut.

Tabel 2.1 Perhitungan Skor Perkembangan

Skor kuis Poin

Perkembangan

Lebih dari 10 poin dibawah skor awal 0

10 poin sampai dengan dibawah skor awal 10 Skor awal sampai dengan 10 poin diatas skor awal 20

Lebih dari 10 poin dari skor awal 30


(22)

Tiga tingkatan diberikan pada kelompok yang memperoleh nilai perkembangan yang dihitung dari nilai rata-rata poin perkembangan yangdiperoleh dari anggota kelompok. Kriteria ketiga kelompok tersebut adalah sebagai berikut.

Tabel 2.2 Tingkat Penghargaan Kelompok

Rata-rata poin perkembangan Penghargaan team

15 – 19 Good Team

20 – 24 Great Team

25 – 30 Super Team

4. Skor Perkembangan

Setiap siswa dapat menyumbang poin maksimum kepada kelompoknya dalam sistem penskoran, namun tidak seorang siswapun dapat melakukan seperti itu tanpa menunjukkan perbaikan atas kinerja masa lalu. Setiap siswa diberikan skor dasar, yang dihitung dari kinerja rata-rata siswa pada kuis serupa sebelumnya. Kemudian siswa memperoleh poin untuk timnya didasarkan pada berapa banyak skor kuis mereka melampaui skor dasar mereka.

5. Penghargaan Kelompok

Kegiatan ini dilakukan pada setiap akhir pertemuan kegiatan belajar mengajar. Guru memberikan penghargaan berupa pujian atau barang yang berbentuk makanan kecil kepada kelompok yang teraktif, terkompak, dan termaju. Langkah tersebut dilakukan untuk memberikan motivasi kepada siswa agar lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar.


(23)

17

Menurut Nur, (2005: 56), kebaikan dari pembelajaran kooperatif tipe STAD ini sebagai berikut.

1. Menumbuhkan rasa percaya diri dan memotivasi siswa untuk selalu berusaha mendapat nilai baik, karena mereka sadar kesuksesan akademik yang diperoleh merupakan usaha mereka sendiri.

2. Member kesempatan bagi siswa yang kemampuan belajarnya kurang berinteraksi di dalam kelas.

3. Dapat membantu siswa menganalisis, mensisntesis, menyelesaikan maslah, dan bahkan belajar mengajar sesuatu.

Sedangkan kelemahanya sebagai berikut.

1. Karena siswa berbicara dan bekerja dalam kelompok kecil, jika banyak siswa dalam kelompok yang berbicara menyebabkan pelaksanaan tugas kelompok terhambat, disamping itu dapat menggangu guru kelas lain

2. Perhatikan yang kurang oleh guru dalam pelaksanaan tugas kelompok dan kurang mengertinya siswa tentang apa yang harus dilakukannya didalam kelas menyebabkan tujuan tidak tercapai (Nur, 2005: 56).

Menurut Slavin (1995:50), terdapat dua aspek yang melandasi keberhasilan pembelajaran kooperatif yaitu: aspek motivasi dan aspek kog nitif. Dua hal yang harus muncul dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD (student team achievement divisions) sebab dua hal inilah yang menjadi rol pembelajaran ini. Tanpa adanya dua hal tersebut pembelajaran kooperatif tipe STAD (student team achievement divisions) tidak berjalan sebagaimana mestinya.

a. Student Team Achievement Divisions (STAD)

Salah satu metode mengajar yang digunakan dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa adalah metode kooperatif tipe STAD. Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi kegiatan kelompok, kuis dan penghargaan kelompok. STAD (student team achievement divisions) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa


(24)

ditempatakan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang heterogen. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk masyarakat bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa diberikan kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu.

Menurut (Nur, 2005: 78), Langkah-langkah dalam pembelajaran tipe STAD

(student team achievement divisions) adalah sebagai berikut.

1. Membagi siswa kedalam kelompok-kelompok kecil heterogen yang beranggotakan 4-5 orang.

2. Membuat lembar kegiatan kelompok, dapat disertai dengan latihan-latihan (tugas).

3. Guru mempresentasikan materi.

4. Siswa menempati kelompok masing-masing sesuai dengan kelompok yang telah ditentukan.

5. Memberikan tes individu.

6. Menentukan prestasi kelompok berdasarkan nilai tes individu.

Pembelajaran dimulai dengan penjelasan konsep oleh guru. Selanjutnya siswa diminta untuk belajar dan diskusi dalam kelompoknya masing-masing, menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru dalam rangka memantapakan pemahaman terhadap materi yang sudah diberikan setiap individu bertanggung jawab atas anggota kelompoknya dalam memahami materi yang diberikan. Suatu tingkat keberhasilan kelompok dipengaruhi oleh keberhasilan individu, diberikan pula kuis individu untuk menialai keberhasilan ini dilakukan untuk menentukan keberhasilan individu dan kelompok dalam mendapatkan penghargaan.


(25)

19

Menurut Salvin dalam Muslich, Masnur (2007) ada beberapa tahap pelaksanaan pembelajaran tipe STAD sebagai berikut.

1. Persentasi Kelas

Materi pelajaran disampaikan pada persentasi kelas, bisa menggunakan pelajaran langsung atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru. Persentasi kelas dapat menggunakan audiovisual. Siswa harus memperhatikan jalanya diskusi dan diminta proaktif selama persentasi kelas karena dengan demikian akan membantu mereka dalam tes, yaitu dapat meningkatkan aktivitas siswa dan pemahaman siswa.

2. Belajar Kelompok

Kelompok terdiri dari 4-5 anggota dengan memperhatikan perbedaan kemampuanya. Cirri kelompok pemebelajaran tipe STAD (student team achievement divisions) adalah setiap kelompok harus bertanggung jawab atas keberhaislan anggota mereka kelompok. Fungsi utama dari kelompok adalah untuk memastikan bahwa setiap anggota kelompok terlibat dalam kegiatan belajar, dan secara khusus adalah mempersiapkan anggota kelompok agar berhasil baik dalam tesnya.

3. Evaluasi (kuis atau tes)

Setelah melaksanakan 2-3 kali pertemuan atau kegiatan kelompok siswa diberi tes secara individual. Siswa tidak boleh membantu satu sama lain pada saat tes.

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang didasari asas gotong royong dalam kerja sama sesuai dengan kehidupan masyarakat Indonesia yang sangat mengutamakan asas gotong royong atau bersama-sama berarti dan belajar berbagai pikiran, perasaan dan pengalaman kepada orang lain. Banyak ahli yang telah mencoba mengemukakan pengertian pembelajaran kooperatif. Menurut Lie, A (2000).

“Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning adalah system

pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesame siswa dalam tugas terstruktur dimana dalam system ini


(26)

Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima pebedaan pendapat dan kerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya pada pembelajaran kooperatif diajarkan bekerja sama dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan.

Berdasarkan pengertian di atas dapat dianalisis pembelajaran kooperatif adalah salah satu strategi pembelajaran dimana siswa dikelompokan menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4-5 orang atau lebih yang heterogen untuk bekerja sama. Saling membantu diantara anggota kelompok untuk menyelesaikan tugas bersama. Pembelajaran kooperatif mengajarkan siswa untuk berkolaborasi mengembangkan pengetahuan dalam suasana belajar kelompok untuk mencapai potensi yang optimal.

Menurut Kepdiknas (dalam Yasa, 2008: 55) tujuan utama pembelajaran kooperatif tipe STAD (student team achievement divisions) sebagai berikut.

1. Meningkatkan hasil akademik dengan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademiknya siswa lebih mampu akan menjadi nara sumber bagi siswa yang kurang mampu, yang memiliki orientasi dan bahasa lain.

2. Member peluang agar siswa dapat menerima teman-temanya yang mempunyai berbagai latar belakang perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik dan tingkat sosial. 3. Mengembangkan kememampuan keterampilan siswa.

4. Keterampila sosial yang dimaksud antara lain berbagai tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya. Mau menjelaskan idea tau pendapat, bekerja kelompok dan sebagainya.


(27)

21

Pembelajaran kooperatif ada berbagai macam model diantaranya sebagai berikut.

1. Group Investigation (GI)

2. Student Team Achievement Divisions (STAD) 3. Team Assisted Individualization (TAI)

4. Cooperative Integreted and Composition (SIRC) 5. Jigsaw

6. Pelacakan Informasi Secara Tim 7. Learning Togheter

8. Learning tournament 9. The Power Of Two

10. Structure Dyadic Methods 11. Team Quiz

12. Contectual Teaching and Learning (Yasa, 2008: 64).

Beberapa unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif sebagai berikut.

1. Siswa dlam kelompok harus hidup sepenanggungan bersama. 2. Siswa bertanggung jawab dalam kelompoknya.

3. Siswa dalam berkelompok memiliki tujuan yang sama.

4. Siswa membagi tugas dan tanggung jawab yang sama pada setiap anggota. 5. Siswa dikenakan evaluasi dan diberikan penghargaan untuk semua anggota

yang terbaik.

6. Siswa berbagi kepemimpinan dan bertukar keterampilan. 7. Siswa diminta pertanggungjawaban secara individu.

8. Materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif (Yasa, 2008: 75).

Tabel 3. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

FASE Kegiatan Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar

Fase 2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan

Fase 3

Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membantu kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien

Fase 4

Membimbing kelompok

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka


(28)

belajar dan belajar Fase 5

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Fase 6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok Sumber: Slameto (2010: 35)

Berdasarkan Tabel 3 di atas, menjelaskan mengenai langkah-langkah kegiatan pembelajaran kooperatif, dimana pembelajaran mulai dari guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi siswa untuk belajar, kemudian guru menyampaikan informasi, sering kali dengan bacaan atau secara verbal. Selanjutnya siswa dikelompokan kedalam tim-tim belajar. Tahap ini dikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja sama. Fase terakhir meliputi persentasi hasil akhir kerja kelompok dan evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari serta memberikan penghargaan terhadap usaha-asaha kelompok maupun individu.

Seperangkat pembelajaran lainya, pembelajaran kooperatif tipe STAD ini juga membutuhkan persiapan yang memang sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Persiapan-persiapan tersebut antara lain sebagai berikut.

1. Perangkat pembelajaran

Sebelum melaksanakan pembelajaran ini perlu dipersiapkan perangkat pembelajranya, yang meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), buku siswa, Lembar Kegiatan Siswa (LKS) beserta jawabanya (Slameto, 2010: 38).

2. Membentuk kelompok kooperatif

Menentukan anggota kelompok diusahakan agar kemempuan siswa dalam kelompok adalah heterogen dan kemampuan antara satu kelompok dengan kelompok lainya relative homogeny. Apabila memungkinkan kelompok kooperatif perlu memperhatikan ras, agama, jenis kelamin dan latar


(29)

23

belakang yang relative sama, makapembentukan kelompok dapat didasarkan pada prestasi akademik, sebagai berikut.

1. Siswa dalam kelas terlebih dahulu direngking sesuai dengan kepandaian dalam mata pelajaran sains fisika. Tujuanya adalah untuk mengurutkan siswa sesuai dengan kemampuan sains fisikanya dan digunakan untuk mengelompokan siswa ke dalam kelompok.

2. Mentukan tiga kelompok dalam kelas yaitu kelompok atas, kelompok menengah, dan kelompok bawah, kelompok atas sebanyak 25% dari seluruh siswa yang diambil dari seluruh siswa yang diambil dari siswa renking satu, kelompok tengah 50% dari seluruh siswa yang diambil dari siswa yang diambil dari urutan setelah diambil kelompok atas, dan kelompok bawah sebanyak 25% dari seluruh siswa yaitu terdiri dari atas siswa setelah diambil kelompok atas dan kelompok menengah (Slameto, 2010: 38-39).

b. Menetukan skor awal

Sekor awal yang dapat digunakan dalam kelas kooperatif adalah nilai ulangan sebelunya. Skor awal ini dapat berubah setelah ada kuis. Misalnya pada pembelajaran lebih lanjut dan setelah diadakan tes, maka hasil tes masing-masing individu dapat dijadikan skor awal.

c. Pengaturan tempat duduk

Pengaturan tempat duduk dalam kelas kooperatif perlu diatur dengan baik, hal ini dilakukan untuk menunjukan keberhasilan pembelajaran kooperatif apabila tidak ada pengaturan tempat duduk menimbulkan kekacauan yang menyebabkan gagalnya pembelajaran pada kelas kooperatif.

d. Kerja kelompok

Untuk mencegah adanya hambatan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD, terlebih dahulu diadakan latihan kerja sama kelompok. Hal inibertujuan untuk lebih jauh mengenalkan masing-masing individu dalam kelompok.


(30)

Model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal hingga akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Model-model pembelajaran bertujuan untuk membantu guru dalam menciptakan lingkungan yang sesuai guna mencapai tujuan pengajaran.

Menurut Bruce Joyce dan Marsha Weil (2010: 56-57), terdapat 4 modifikasi tingkah laku model pembelajaran sebagai berikut.

1. Model interaksi sosial

Model ini menekankan pentingnya hubungan sosial yang berkembang dengan proses interaksi social diantara individu. Model interaksi social adalah dimaksudkan sebagai upaya memperbaiki hubungan-hubungan interpersonal melalui prosedur demokrasi.

2. Model pengelolaan informasi

Model ini menekankan pada cara siswa memperoleh informasi. Tujuan utama dari model ini adalah membantu siswa mengembangkan metode atau cara-cara memproses informasi yang diperoleh dari lingkunganya. Model-model ini juga menjelaskan cara memperoleh informasi dengan pendekatan yang berbeda.

3. Model personal humanistik

Model ini memusatkan perhatianya pada individu dan kebutuhanya. Individu dibantu melalui upaya menciptakan lingkungan merangsang agar individu terebut nyaman untuk melaksanakan tugas-tugasnya dan mengembangkan kemampuanya sampai pada tingkat yang optimum bagi kesejahteraan masyarakat. Keseluruhan model-model tersebut berusaha memahami sifat-sifat individu guna meingkatkan pribadi dan kemampuan serta menghubungkan dengan hal-hal produktif lainya,

4. Model modifikasi tingkah laku

Menurut B.T Skiner prilaku itu adalah sesuatu yang dialami dan sah yang dipengaruhi variable-variabel eksternal. Tugas guru dalam model ini adalah menetapkan perilaku kelas tersebut di bawah pengendalian gambaran khusus umum.

3. Aktivitas Belajar

Salah satu faktor yang penting dalam proses pendidikan adalah belajar. Dengan belajar manusia akan dapat meningkatkan kemampuanya baik dibidang pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang dapat bermanfaat bagi dirinya


(31)

25

dalam masyarakat. Kegiatan atau tingkah laku belajar terdiri dari kegiatan psikhis dan fisik yang saling bekerjasama secara terpadu dan komprehensif integral. Sejalan dengan itu, belajar dapat dipahami sebagai berusaha atau berlatih supaya mendapat suatu kepandaian. Hal ini sesuai dengan pendapat Roestyah dalam

Wiarsana (2003:5) “belajar adalah suatu proses untuk memperoleh modifikasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. Belajar adalah

pengetahuan keterampilan yang diperoleh dari intruksi”.

Proses dalam belajar dituntut adanya suatu aktivitas yang harus dilakukan oleh siswa sebagai usaha untuk meningkatkan hasil belajar. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hamalik (2004: 171) yang menyatakan “pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan siswa belajar sendiri

atau melakukan aktivitas.”

Aktivitas belajar tiedak hanya mencatat dan mendengar seperti lazimnya terdapat pada pengajaran tradisional. Pengajaran modern tidak menolak seluruhnya pendapat tersebut namun menitikberatkan pada aktivitas atau keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran akan menumbuhkan kegiatan dalam belajar sendiri. Aktivitas belajar diartikan sebagai pengembangan diri melalui pengalaman bertumpu pada kemampuan diri belajar dibawah bimbingan tenaga pengajar. Menurut (Sadirman, A.M. 2006: 99) “tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas”.

Belajar tidak terjadi secara kebetulan tetapi belajar merupakan suatu proses atau aktivitas pemikiran maupun aktivitas fisik, sebagai suatu proses dalam belajar dituntut adanya suatu aktivitas yang harus dilakukan oleh siswa sebagai usaha


(32)

untuk meningkatkan hasil belajar. Menurut Jarome Bruner dalam Trianto (2009:38) belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberi hasil yang lebih baik.

Selain dari usaha yang dilakukan oleh siswa, peran serta guru sangat dibutuhkan agar selama proses pembelajaran aktivitas siswa meningkat, yaitu dengan cara memberikan arahan-arahan dan selanjutnya secara bertahap siswa melakukan kegiatan secara mandiri dengan penuh kesadaran akan pentingnya belajar.

Menurut Winkel dalam Wiyarsana (2003:6) “aktivitas belajar adalah suatu

kegiatan yang direncanakan dan disadari untuk mencapai suatu kegiatan tujuan belajar yaitu perubahan sikap, pengetahuan dan keterampilan pada siswa yang melakukan kegiatan belajar”. Berdasarkan perdapat tersebut, jelas bahwa manusia dengan belajar dapat merubah tingkah laku, pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap yang diperoleh dan aktivitas mental dan berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungannya.

Menurut Paul D. Dieriech dalam Hamalik (2001 : 172), aktivitas belajar dapat digolongkan menjadi delapan jenis sebagai berikut.

1. Visual Activities, misalnya: membaca, memperhatikan gambar demontrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

2. Oral Activities, masalnya: mengemukakan suatu fakta, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, mamberi saran, mengemukan pendapat. 3. Listening Activities, misalnya: mendengarkan penyajian bahan, percakapan,

diskusi, musik dan pidato.

4. Writing Activities, misalnya: menulis cerita, karangan, laporan dan angket. 5. Drawing Activities, antara lain: menggambar, membuat grafik, chart, peta,

diagram.

6. Motor Activities, seperti: melakukan percoban, membuat kontruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, berternak.

7. Mental Activities, seperti: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan dan mengambil keputusan.


(33)

27

8. Emotional Activities, misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Menurut Momes (2001: 36), terdapat indikator terhadap aktivitas yang relevan dalam pembelajaran meliputi sebagai berikut.

1. Interaksi anak dalam mengikuti Proses Belajar Mengajar (PBM) dalam kelompok meliputi kegiatan berdiskusi dan bekerjasama dalam menyelesaikan maslah,

2. Keberanian anak dalam bertanya/mengemukakan pendpat,

3. Partisipasi anak dalam Proses Belajar Mengajar (melihat dan aktif dalam diskusi),

4. Motivasi dan kegairahan anak dalam mengikuti Proses Belajar Mengajar (menyelesaikan tugas dan aktif dalam memecahkan masalah),

5. Hubungan anak dengan anak selama Proses Belajar Mengajar, 6. Hubungan anak dengan guru selama Proses Belajar Mengajar.

Prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku dan tindakan yang dialami oleh siswa itu sendiri. Dimyati dan Mudjiono (2002:7) menyatakan bahwa belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri.

Belajar merupakan bagian dari aktivitas. Tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya mendengarkan dan mencatat saja. Aktivitas belajar harus dilakukan siswa sebagai usaha untuk meningkatkan hasil belajar. Seiring dengan itu, Djamarah (2006: 67) menyatakan

bahwa “belajar sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi anak didik, sebab kesan yang didapatkan oleh anak didik lebih tahan lama

tersimpan didalam benak anak didik”.

Menurut Sardiman, A.M. (2006:100) menyatakan bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik (jasmani) maupun mental (rohani). Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus saling terkait. Oleh karenanya Ahmad Rohani


(34)

(2004:6) menjelaskan bahwa belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, aktivitas belajar dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan fisik maupun mental yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan adanya perubahan dalam dirinya banyak yang tampak maupun yang tidak tampak diamati, sehingga tercapainya aktivitas siswa secara aktif dan tercapainya hasil belajar yang optimal.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan prestasi yang dicapai siswa setelah mengikuti proses pembelajaran yang diperoleh dari penilaian hasil belajar. Hasil belajar tersebut berupa nilai yang berbentuk angka dan merupakan nilai hasil dari kegiatan yang dilakukan disekolah. Hasil belajar merupakan bukti dari usaha yanga telah dilakukan seseorang dalam kegiatan belajar. Hasil belajar siswa setelah mengalami pembelajaran kooperatif padaeksperimen menggunakan bahasa sehari-hari dapat diketahui dengan mengadakan tes hasil belajar (Yasa, 2008: 41).

Pembelajaran IPS dengan model kooperatif tipe STAD merupakan pembelajaran kooperatif dimana model pembelajaran siswa belajar dalam kelompok kecil yang anggota kelompoknya bersifat heterogen dan saling membantu dalam memahami materi pembelajaran. Menurut beberapa pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah pemebelajaran yang menurut siswa untuk dapat bekerja sama dalam kelompoknya agar mendapatkan hasil belajar yang lebih baik.

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan utama sebagai berikut.


(35)

29

2. Perbedaan terhadap individu 3. Pengembangan keterampilan sosial

Peserta didik dapat berhasil belajar diperlukan persyratan tertentu antara lain seperti dikemikakan sebagai berikut.

a. Kemampuan berfikir yang tinggi bagi para siswa, hal ini ditentukan dengan berfikir kritis, logis, sistematis, dan objektif.

b. Menimbulkan minat yang tinggi kepada mata pelajaran

c. Bakat dan minat yang khusus para siswa dapat dikembangkan sesuai dengan potensinya

d. Menguasai bahan-bahan dasar yang diperlukan untuk meneruskan pelajaran disekolah yang menjadi lanjutanya (Yasa, 2008: 42).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan model pembelajaran kooperatif tidak hanya tertuju untuk mencapai hasil belajar yang baik saja tetapi, pada pembelajaran ini diharapkan setiap siswa dapat bekerja sama dan berkolaborasi antar sesame siswa tanpa memandang status dan latar belakang.

B.Kerangka Pikir

Model pembelajaran merupakan suatu setrategi pembelajaran dimana dalam pembelajaran itu akan mengajak peserta didik untuk belajar lebih aktif. Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktivitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide peokok dari materi pelajaran, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari dalam kehidupan nyata.dengan pembelajaran aktif ini, pesrta didik diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental tetapi juga melibatkan fisik.


(36)

Model Pembelajaran STAD yaitu, guru menjelaskan materi sebagai pengantar, kemudian guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok untuk mendiskusikan materi yang diberikan. Kemudian setiap kelompok diminta untuk melakukan presentasi secara suka rela. Dan kelompok mengirimkan anggota mereka untuk membagikan hasil diskusi kelompok mereka. Kemudian kembali pada keadaan semula dan materi diakhiri dengan membuat kesimpulan yang dipandu oleh guru. Pada dasarnya model pembelajaran apapun lebih mudah diterapkan pada siswa yang memiliki tingkat aktivitas, intelegensi dan motivasi yang tinggi. Pada Model Pembelajaran STAD dimana peserta didik diberikan kebebasan untuk mengutarakan pendapat, maka yang terjadi ialah siswa yang memiliki aktivitas lebihlah yang akan mendominasi kelas itu.

Berdasarkan penelitian tersebut maka dapat di gambarkan paradigma penelitian ini sebagai berikut.

Gambar 2. Bagan Kerangka Pikir Model Kooperatif

Tipe STAD (student team achievement divisions)

Aktivitas Belajar Meningkat

Hasil belajar meningkat


(37)

31

C.Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Ada peningkatan aktivitas belajar setelah menggunakan Model Pembelajaran STAD pada siswa kelas VIII A semester genap SMP Negeri 1 Raja Basa Tahun Pelajaran 2012/ 2013.

2. Ada peningkatan hasil belajar setelah menggunakan Model Pembelajaran STAD pada siswa kelas VIII A semester ganjil SMP Negeri 1 Raja Basa Tahun Pelajaran 2012/ 2013.


(38)

III. METODE PENELITIAN

A.Setting Penelitian

Pendekatan penelitian tindakan kelas ini adalah pendekatan dan struktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga penelitian akan memperoleh jawaban untuk pertanyaan penelitiannya. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS pada siswa Kelas VIII.A semester genap pada SMP Negeri 1 Raja Basa Tahun Pelajaran 2012/ 2013 dengan menerapkam model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD), sesuai dengan tujuan penelitian, rancangan penelitian tindakan kelas atau class room action research, Penelitian tindakan kelas ini didesain untuk memecahkan masalah masalah yang diaplikasikan secara langsung didalam ajang kelas atau dunia kerja. Dalam penelitian ini masalah yang dimaksud adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar IPS pada siswa kelas VIII.A semester genap pada SMP Negeri 1 Raja Basa Tahun Pelajaran 2012/ 2013. Alternatif untuk pemecahan masalahnya yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai metode pembelajaran pada pelajaran IPS untuk siswa kelas VIII.A semester genap pada SMP Negeri 1 Raja Basa Tahun Pelajaran 2012/ 2013. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dimaksudkan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS pada siswa praktisi dengan mengambil latar alamiah di kelas.


(39)

33 1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dirancang sebagai suatu Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan dalam 3 siklus, setiap siklus merupakan alur kegiatan yang pelaksanaannya meliputi empat (4) tahap yaitu : (1) perencanaan; (2) pelaksanaan; (3) pengamatan; (4) refleksi. Proses kegiatan yang mencakup 4 tahap tersebut disebut satu siklus. Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada setiap siklus adalah sebagal berikut.

Rangkaian rencana penelitian tindakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Berdasarkan Gambar 2 di atas dapat dipaparkan kegiatan sebagai berikut. a. Perencanaan Tindakan

Dalam kegiatan ini meliputi identifikasi ialah melalui observasi awal, analisis penyebab masalah dan menetapkan intervensi.

b. Pelaksanaan Tindakan

Tindakan Pelaksanaan merupakan suatu kegiatan di laksanakannya skenario pembelajaran yang telah direncanakan.

Gambar 2. Proses Penelitian Tindakan Perencanaan Siklus I, II dan III

Pelaksanaan

Pengamatan Refleksi


(40)

c. Pengamatan/ Observasi

Tindakan pengamatan adalah suatu kegiatan mengamati jalannya tindakan untuk memantau sejauh mana tindakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran IPS. Pengumpulan data dilakukan pada tahap ini.

Berdasarkan gambar di atas maka dapat dijabarkan penjelasan untuk setiap siklusnya, sebagai berikut.

a. Siklus I

1) Perencanaan (Planning)

Persiapan yang dilakukan pada siklus I meliputi sebagai berikut.

a. Peneliti menentukan materi yang akan diajarkakn pada siklus I b. Menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran sesuai kompetensi

dasar yang ingin dicapai.

c. Menyusun skenario pembelajaran melalui model pembelajaran STAD yang meliputi rencana pembelajaran, contoh soal, latihan soal, dan evaluasi.

d. Menyiapkan model pembelajaran STAD berupa lembar soal yang digunakan untuk mengerjakan prosedur siklus.

e. Menyiapkan sumber belajar berupa buku paket IPS kelas VII.

f. Mempersiapkan lembar pengamatan (observasi) untuk melihat bagaimana keaktifanan Siswa dalam pembelajaran melalui model pembelajaran STAD.


(41)

35 2) Pelaksanaan (Acting)

Pembelajaran IPS siklus I dikelas VII dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan, dua kali pembelajaran dan satu pertemuan untuk uji tes hasil siklus pertama. Pertemuan pertama dan pertemuan kedua dilaksanakan setiap pertemuan 2x40 menit.

3) Observasi (observating)

Observasi adalah proses mencermati jalanya pelaksanaan tindakan.

4) Refleksi (Reflecting)

Refleksi adalah langkah mengingat kembali kegiatan yang sudah lampau yang dilakukan oleh guru maupun siswa.

b. Siklus II

1. Perencanaan (Planning)

Persiapan yang dilakukan pada siklus I meliputi sebagai berikut.

a. Peneliti menentukan materi yang akan diajarkakn pada siklus I b. Menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran sesuai kompetensi

dasar yang ingin dicapai.

c. Menyusun skenario pembelajaran melalui model pembelajaran STAD yang meliputi rencana pembelajaran, contoh soal, latihan soal, dan evaluasi.

d. Menyiapkan model pembelajaran STAD berupa lembar soal yang digunakan untuk mengerjakan prosedur siklus.


(42)

f. Mempersiapkan lembar pengamatan (observasi) untuk melihat bagaimana keaktifanan Siswa dalam pembelajaran melalui model pembelajaran STAD.

g. Mempersiapkan perangkat.

2. Pelaksanaan (Acting)

Pembelajaran IPS siklus II dikelas VIII dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan, dua kali pembelajaran dan satu pertemuan untuk uji tes hasil siklus pertama. Pertemuan pertama dan pertemuan kedua dilaksanakan setiap pertemuan 2x40 menit.

3. Observasi (observating)

Observasi adalah proses mencermati jalanya pelaksanaan tindakan.

4. Refleksi (Reflecting)

Refleksi adalah langkah mengingat kembali kegiatan yang sudah lampau yang dilakukan oleh guru maupun siswa.

c. Siklus III

1. Perencanaan (Planning)

Persiapan yang dilakukan pada siklus II meliputi:

a. Peneliti menentukan materi yang akan diajarkakn pada siklus II b. Menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran sesuai kompetensi


(43)

37 c. Menyusun skenario pembelajaran melalui model pembelajaran STAD yang meliputi rencana pembelajaran, contoh soal, latihan soal, dan evaluasi.

d. Menyiapkan model pembelajaran STAD berupa lembar soal yang digunakan untuk mengerjakan prosedur siklus.

e. Menyiapkan sumber belajar berupa buku paket IPS kelas VII. f. Mempersiapkan lembar pengamatan (observasi) untuk melihat

bagaimana keaktifanan Siswa dalam pembelajaran melalui model pembelajaran STAD.

g. Mempersiapkan perangkat. 2. Pelaksanaan (Acting)

Pembelajaran IPS siklus III dikelas VII dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan, dua kali pembelajaran dan satu pertemuan untuk uji tes hasil siklus pertama. Pertemuan pertama dan pertemuan kedua dilaksanakan setiap pertemuan 2x40 menit.

3. Observasi (observating)

Observasi adalah proses mencermati jalanya pelaksanaan tindakan.

4. Refleksi (Reflecting)

Refleksi adalah langkah mengingat kembali kegiatan yang sudah lampau yang dilakukan oleh guru maupun siswa.


(44)

d. Refleksi

Refleksi disini meliputi kegiatan : analisis, sintesis, penafsiran, menjelaskan dan menyimpulkan. Dalam tahap ini hasil observasi dikumpulkan serta dianalisa. Dengan data observasi guru dapat merefleksi dan apakah dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD telah dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hasil dan refleksi adalah diadakannya revisi terhadap perencanaan yang telah dilaksanakan, yang akan digunakan untuk memperbaiki pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.

Secara ringkas kegiatan penelitian direncanakan dalam tiga siklus. Namun jika pada siklus II indikator keberhasilan sudah tcrcapai, maka kegiatan penelitian akan dihentikan pada siklus II. Demikian pula jika pada siklus III indikator keberhasilan belum tercapai, maka akan dilanjutkan pada siklus berikutnya sampai kreteria penilaian tercapai. Berdasarkan hasil refleksi siklus I, siklus II dan siklus III merupakan modifikasi siklus sebelumnya untuk mendapatkan tujuan pembelajaran yang lebih baik. Alur kegiatan dapat dianalogikan dalam bagan berikut:

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan penelitian tindakan kelas. Dan refleksi pada siklus I terlihat adanya kekurang sempurnaan, maka dilakukan siklus II untuk menyempurnakan siklus I. Begitu juga siklus III dilakukan untuk menyempurnakan siklus II.


(45)

39 2. Prosedur Penelitian

a. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan sebagai berikut. a. Menyusun jadwal penelitian.

b. Menentukan kompetensi dasar (KD) yang akan diajarkan dengan penerapan kontekstual model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

c. Merumuskan alternatif tindakan yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran IPS sebagai upaya untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS.

d. Mendesain bahan ajar dan tugas siswa yang akan digunakan dalam kegiatan belajar IPS.

e. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran IPS dengan penerapan kotekstual model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

f. Menyusun lembar kerja observasi aktivitas belajar siswa.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan terdiri dan tiga kegiatan pokok yaitu pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan kegiatan penutup. Kegiatan siswa mengakomodir aktivitas tanya jawab dengan memgadopsi dan memodifikasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang disesuaikan dengan keadaan siswa dan kelas.


(46)

c. Observasi

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, catatan lapangan dan perangkat tes. Lembar observasi yang digunakan untuk mengamati aktivitas yaitu perilaku yang relevan dengan kegiatan pembelajaran antara lain: Tabel 4. Lembar observasi untuk menganalisis aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran

No Per 40 Menit % Ket

1 2 3 4 5 ……

1 2 3 4 5

Kegiatan yang relevan dalam proses pembelajaran (on Task) 1. Mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru

2. Mencatat penjelasaan guru yang sesuai dengan materi pelajaran 3. Berdiskusi dengan sesama teman yang bernomor sama

4. Berani menyampaikan jawaban dengan tegas sesuai dengan pertanyaan 5. Bertanya kepada guru ketika ada hal yang belum faham

6. Berani memberikan kritik dan saran kepada kelompok yang bernomor lain

Kegiatan yang tidak relevan (Off Task) 1. Tidak memperhatikan penjelasan guru 2. Tidak menulis atau tidak mencatat 3. Mengantuk


(47)

41 5. Mengobrol

6. Bermain-main

d. Refleksi

Refleksi adalah langkah mengingat kembali kegiatan yang sudah lampau yang dilakukan oleh guru maupun siswa.

3. Instrumen tes

a. Uji Syarat lnstrumen Tes 1. lnstrumen Tes (Kognitif)

Uji persyaratan instrumen tes ini diperoleh melalui pemberian tes pilihan ganda pada siswa dengan syarat intrumen tes sebagai berikut:

a. Uji Validitas

Pengujian validasi tiap butir instrument menggunakan analis item, yaitu mengkorelasi skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Dalam memberi interprestasi terhadap koefisien korelasi, item yang mempunyai korelasi positif dengan korelasi yang tinggi menunjukan bahwa item tersebut tidak tinggi pula. Syarat minimal yang di anggap memenuhi yaitu syarat dengan r hitung ≥ r tabel dengan ά = 0,05. Uji validitas menurut Arikunto ( 2006 : 79 ) menggunakan rumus korelasi biserial :

γ pbi = Mp – Mt / Si √p / q

keterangan :


(48)

Mp = Rerata skor dari subjek yang menjawab benar bagi item yang dicari validitasnya. Mt = Rerator skor total

Si = Standar deviasi dari skor total P = Proporsi siswa menjawab benar Q = Proporsi siswa menjawab salah

Dengan kriteria pengujian jika harga rhit rtabel dengan α=0,05 maka alat ukur tersebut dinyatakan valid,dan sebaliknya apabila rhitung rtabel maka alat ukur tersebut dinyatakan tidak valid.

Setelah peneliti melakukan uji tes pada siklus I, siklus II dan III. Maka diperoleha hasil analisis butir soal sebagai berikut.

Tabel 5. Uji Validitas Butir Soal Siklus I

No. Soal r Tabel r Hitung Keterangan

No. 1 0,444 0,489 Valid

No. 2 0,444 0,466 Valid

No. 3 0,444 0,495 Valid

No. 4 0,444 0,489 Valid

No. 5 0,444 0,490 Valid

No. 6 0,444 0,463 Valid

No. 7 0,444 0,461 Valid

No. 8 0,444 0,493 Valid

No. 9 0,444 0,470 Valid

No. 10 0,444 0,301 Tidak Valid

No. 11 0,444 0,549 Valid

No. 12 0,444 0,451 Valid

No. 13 0,444 0,128 Tidak Valid

No. 14 0,444 0,490 Valid

No. 15 0,444 0,303 Tidak Valid No. 16 0,444 0,161 Tidak Valid

No. 17 0,444 0,474 Valid

No. 18 0,444 0,221 Tidak Valid No. 19 0,444 0,141 Tidak Valid No. 20 0,444 0,221 Tidak Valid

Setelah melakukan uji Siklus I dengan jumlah 20 item soal dan terdapat 7 butir soal yang tidak valid, yaitu item soal nomor 10, 13, 15, 16, 18, 19, 20


(49)

43 dengan nilai r hitung < r tabel. r tabel (n=20, α=5%) atau sama dengan 0,444. Untuk soal yang tidak valid, maka peneliti memperbaiki soal tersebut.

Tabel 6. Uji Validitas Butir Soal Siklus II

No. Soal r Tabel r Hitung Keterangan

No. 1 0,444 0,496 Valid

No. 2 0,444 0,475 Valid

No. 3 0,444 0,468 Valid

No. 4 0,444 0,484 Valid

No. 5 0,444 0,446 Valid

No. 6 0,444 0,231 Tidak Valid No. 7 0,444 0,344 Tidak Valid

No. 8 0,444 0,495 Valid

No. 9 0,444 0,126 Tidak Valid No. 10 0,444 0,333 Tidak Valid

No. 11 0,444 0,479 Valid

No. 12 0,444 0,141 Tidak Valid No. 13 0,444 0,030 Tidak Valid No. 14 0,444 -0,078 Tidak Valid No. 15 0,444 0,329 Tidak Valid No. 16 0,444 0,239 Tidak Valid

No. 17 0,444 0,498 Valid

No. 18 0,444 0,458 Valid

No. 19 0,444 0,450 Valid

No. 20 0,444 0,449 Valid

Setelah melakukan uji Siklus II dengan jumlah 20 item soal dan terdapat 9 butir soal yang tidak valid, yaitu item soal nomor 6, 7, 9, 10, 12, 13, 14, 15, 16 dengan nilai r hitung < r tabel. r tabel (n=20, α=5%) atau sama dengan 0,444. Untuk soal yang tidak valid, maka peneliti memperbaiki soal tersebut.

Tabel 7. Uji Validitas Butir Soal Siklus III

No. Soal r Tabel r Hitung Keterangan

No. 1 0,444 0,464 Valid

No. 2 0,444 0,322 Tidak Valid No. 3 0,444 0,112 Tidak Valid

No. 4 0,444 0,452 Valid

No. 5 0,444 0,467 Valid

No. 6 0,444 0,489 Valid

No. 7 0,444 0,449 Valid


(50)

No. 9 0,444 0,434 Valid

No. 10 0,444 0,459 Valid

No. 11 0,444 0,338 Tidak Valid

No. 12 0,444 0,489 Valid

No. 13 0,444 0,465 Valid

No. 14 0,444 0,119 Tidak Valid No. 15 0,444 0,267 Tidak Valid No. 16 0,444 -0,020 Tidak Valid No. 17 0,444 0,128 Tidak Valid

No. 18 0,444 0,465 Valid

No. 19 0,444 -0,158 Tidak Valid

No. 20 0,444 0,453 Valid

Setelah melakukan uji Siklus II dengan jumlah 20 item soal dan terdapat 8 butir soal yang tidak valid, yaitu item soal nomor 2,3,4,5,7,11,16,19 dengan nilai r hitung < r tabel. r tabel (n=20, α=5%) atau sama dengan 0,444. Untuk soal yang tidak valid, maka peneliti memperbaiki soal tersebut.

b. Uji Realibilitas

Reabilitas atau tingkat ketetapan ( consistensi atau keajegan ) adalah tingkat kemampuan intrumen untuk mengumpulkan data secara tetap dari sekelompok individu. Instrumen yang memiliki tingkat reabilitas tinggi cenderung

menghasilkan data yang sama tentang suatu variabel unsur – unsurnya, jika diulang pada waktu berbeda pada kelompok individu yang sama menurut Arikunto (2006 : 101).

Pengukuran reabilitas instrumen menurut Arikunto ( 2006 : 101 ) dilakukan dengan menggunakan rumus :

K – R.20. Perhitungan dilkukan secara manual. Berikut ini adalah rumus K – R.20.


(51)

45 Keterangan :

R11 = Reabilitas secara keseluruhan

P = Proporsi subjek yang menjawab item soal dengan benar

Q = Proporsi subjek yang menjawab item soal dengan salah ( q = 1 –p ) ∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q

n = Banyaknya item

S = Standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)

Berdasarkan uji siklus yang sudah dilakukan diperoleh reliabilitas soal pada siklus I yaitu 0,66, pada siklus II diperoleh 0,69 dan pada siklus III diperolah 0,82.

c. Tingkat Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Bilangan yang menunjukan mudahnya atau sukarnya suatu soal tersebut disebut dengan indeks kesukaran.

Besarnya indeks kesukaran antara 0,0 sampai 1,0 indeks kesukaran ini menunjukan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukan bahwa soal tersebut terlalu sukar, sebaiknya jika indeks menunjukan 1,0 maka soal tersebut terlalu mudah, sehingga semakin mudah soal tersebut semakin besar bilangan indeksnya. Dalam istilah evaluasi, indeks kesukaran ini diberi simbol P, singkatan dari proporsi”.

Tingkat kesukaran dapat dicari dengan rumus :

P= B / JS

Keterangan :


(52)

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Menurut Arikunto ( 2006: 208 ) ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklafikasikan sebagai berikut :

- Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar - Soal dengan P 0,31 sampai 0,70 adalah soal sedang - Soal dengan P 0,71 sampai 1,00 adalah soal mudah

Berdasarkan analisis butir soal untuk uji kesukaran soal dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 8. Tingkat kesukaran soal siklus I, Siklus II dan Siklus III

SIKLUS I

No. Soal Kesukaran

soal

Kategori

2 0,00 – 0,30 Sukar

1,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,

15,16,17,20 0,31 – 0,70 Sedang

3,14,18,19 0,71 – 1,00 Mudah

SIKLUS II

0,00 – 0,30 Sukar 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,13,15,

17,20

0,31 – 0,70 Sedang 11,12,14,16,18,19 0,71 – 1,00 Mudah

SIKLUS III

0,00 – 0,30 Sukar

1,17 0,31 – 0,70 Sedang

2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13, 14,15,16,18,19,20

0,71 – 1,00 Mudah

d. Daya Beda

Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan yang tinggi) dengan siswa yang bodoh (kemampuan rendah) angka yang menunjukan besarnya daya pembeda tersebut disebut indeks diskriminasa disingkat D. Daya pembeda berkisar


(53)

47 antara 0,00 sampai 1,00 sama halnya dengan indeks kesukaran namun bedanya pada indeks diskriminasi ini ada tanda negative. Tanpa negative pada indeks diskriminasi digunakan jika suatu soal terbalik menunjukan kualitas tes yaitu anak pandai disebut bodoh dan anak bodoh disebut pandai. Suatu soal yang dapat dijawab oleh siswa yang pandai maupun siswa yang bodoh maka soal itu tidak baik karena tidak mempunyai daya pembeda, demikian juga apa bila soal tersebut tidak dapat dijawab benar oleh seluruh siswa pandai maupun siswa baik, maka soal tersebut tidak mempunyai daya beda sehingga soal tersebut tidak baik digunakan untuk tes. Suatu soal yang baik adalah yang dapat dijawab benar oleh siswa yang pandai saja.

Seluruh kelompok tes akan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu:

Kelompok atas dan kelompok bawah dengan jumlah yang sama, jika seluruh kelompok atas bisa menjawab soal dengan benar dan kelompok bawah menjawab dengan salah, maka nilai tersebut memiliki D paling besar yaitu 1,00 sebaliknya jika kelompok semua atas menjawab salah dan kelompok bawah menjawab benar, maka nilai D = 1,00 tetapi jika kelompok atas maupun kelompok bawah sama – sama menjawab benar atau salah maka soa; tersebut mempunyai nilai D = 0,00 karena tidak mempunyai daya beda sama sekali.

Untuk menentukan indeks diskriminasi digunakan rumus sebagai berikut. D = BA / JA – BB / JB = PA – PB

Dimana :

D = Daya pembeda

JA = Banyaknya peserta kelompok atas JB = Banyaknya peserta kelompok bawah


(54)

BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab salah PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab salah Klasifikasi daya pembeda

D = 0,00 – 0,20 = Jelek D = 0,21 – 0,40 = Cukup D = 0,41 – 0,70 = Baik D = 0,71 – 1,00 = Baik Sekali

Negatif, Semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negative sebaiknya dibuang saja. Arikunto ( 2006 : 213 ).

Tabel 9. Hasil Analisis Daya Beda

SIKLUS I

No. Soal Daya Pembeda Kategori

3,4,7,14,16,18,19 0,00 – 0,20 Jelek 2,5,6,8,9,12,13,20 0,21 – 0,40 Cukup

1,10,15 0,41 – 0,70 Baik

11,17 0,71 – 1,00 Baik Sekali

SIKLUS II

6,12,16,19 0,00 – 0,20 Jelek

3,8,9,11,13,18,20 0,21 – 0,40 Cukup 1,2,4,7,10,15,17 0,41 – 0,70 Baik

0,71 – 1,00 Baik Sekali

SIKLUS III

3,8,14 0,00 – 0,20 Jelek

2,5,7,10,11,12,13,15,17, 18

0,21 – 0,40 Cukup

1,4,9,20 0,41 – 0,70 Baik

0,71 – 1,00 Baik Sekali 4. Indikator Keberhasilan Penelitian

Untuk mengetahui efektifitas tindakan, maka ditetapkan indikator keberhasilan dan penelitian. lndikator tersebut berguna sebagai bahan pertimbangan dalan merencanakan tindakan pada siklus berikutnya.

Sekaligus sebagai acuan untuk menentukan jumlah siklus dalam penelitian. Indikator keberhasilan penelitian ini sebagai berikut.


(55)

49 a. Jika sekurang-kurangnya persentase aktivitas belajar siswa 81 %-90% Maka

telah masuk dalam kreteria “tinggi”.

b. Jika sekurang-kurangnya dalam pelaksanaan pembelajaran mencapai 70%

mencapai KKM maka masuk dalam kreteria “Baik”.

5. Sumber data penelitian

Data dalam penelitian ini terdiri sebagai berikut.

1. Data aktivitas siswa, yaitu data yang diperoleh dan hasil observasi terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

2. Data basil belajar siswa, yaitu data hasil belajar siswa diperoleh dan tes hasil belajar siswa yang diberikan pada setiap akhir siklus I, II dan III.

6. Teknik Pengumpulan Data

1. Dalam pengumpulan data untuk penelitian ini, guru menggunakan metode penelitian tindakan kelas yaitu suatu jenis penelitian yang memunculkan adanya tindakan tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar dikelas.

2. Tes Hasil Belajar

Tes dilakukan dengan tujuan unluk mengetahui tingkat keberhasilan siswa setelah diberikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Bentuk tes yang digunakan yaitu tes tertulis yang diberikan pada setiap akhir siklus.


(56)

7. Teknik Analisis Data

1. Analisis Data Aktivitas Belajar Siswa

Analisis data format I rnenggunakan teknik analisis kualitatif. Teknik ini digunakan untuk menganalisis aktivitas belajar siswa. Aktivitas belajar siswa ditentukan dengan mengisi lembar observasi.

2. Analisis dan Hasil Belajar Siswa

Untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran dengan pendekatan koritekstual diambil rata-rata tes formatif yang diberikan pada setiap akhir siklus dengan rumus:

x N N Y

S

 100 %

Keterangan:

Y = Nilai rata-rata kelas

Ns = jumlah nilai tes seluruh siswa N = jumlah siswa


(57)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Ada peningkatan aktivitas belajar setelah menggunakan Model Pembelajaran STAD pada siswa kelas VIII A semester genap SMP Negeri 1 Raja Basa Tahun Pelajaran 2012/ 2013.

2. Ada peningkatan hasil belajar setelah menggunakan Model Pembelajaran STAD pada siswa kelas VIII A semester ganjil SMP Negeri 1 Raja Basa Tahun Pelajaran 2012/ 2013.

B. Saran

Berdasarkan hasil analsis dan penelitian yang telah dilaksanakan terdapat beberapa saran yang dapat dipertimbangkan dalam meningkatkan hasil belajar Siswa maka penulis menyarankan:

1. Siswa hendaknya diberi wawasan atau tekanan untuk tidak sering alpa atau tidak masuk sekolah, karena hal ini akan sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa. Selain itu siswa hendaknya dituntut untuk menguasai sejumlah informasi yang berkaitan dengan materi pelajaran, sehingga di


(58)

dalam kelompok siswa tidak bingung untuk mendiskusikan materi baginya, lebih dari pada itu siswa akan mampu mengembangkan kalimat dan potensinya secara mandiri. Diharapkan kemudian hari siswa tidak hanya berkembang intelektualnya saja tetapi mampu meningkatkan seluruh pribadi siswa termasuk sikap mental yang dimiliki.

2. Upaya peningkatan hasil belajar Siswa guru harus menyiapkan perencanaan pembelajaran, absen, dan model pembelajaran yang cocok dengan pelajaran IPS diantaranya Model Pembelajaran STAD.


(59)

DAFTAR PUSTAKA

Ani, Sardiman. 2009. Interaksi dan Motivasi belajar. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi(2010), Penelitian Tindakan, Yogyakarta: Aditya Media. Arikunto, Suharsimi, Prof. Suharjono, Prof. Supardi (2009), Penelitian Tindakan

Kelas, Jakarta: Bumi Aksara.

Dimyati, Mudjiono.2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif.

Rineka cipta. Jakarta

Lie, Anita. 2007. Cooperative Learning. Mempraktikan Learning di ruang-ruang kelas. Gramedia. Jakarta

Nasution, S. 2005. Berbagai pendekatan dalam proses belajar dan mengajar. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Sugiono (2009), Metode Penelitian Pendidikan, Bandung:Alfabeta. Sujana, 1996. Metode Statistik. Tarsito. Bandung.

Suyatno ( 2008 ). Model-model Pembelajaran Inovatif untuk Digunakan Guru. http://garduguru.blogspot.com/


(1)

48 BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab salah PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab salah Klasifikasi daya pembeda

D = 0,00 – 0,20 = Jelek D = 0,21 – 0,40 = Cukup D = 0,41 – 0,70 = Baik D = 0,71 – 1,00 = Baik Sekali

Negatif, Semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negative sebaiknya dibuang saja. Arikunto ( 2006 : 213 ).

Tabel 9. Hasil Analisis Daya Beda

SIKLUS I

No. Soal Daya Pembeda Kategori

3,4,7,14,16,18,19 0,00 – 0,20 Jelek 2,5,6,8,9,12,13,20 0,21 – 0,40 Cukup

1,10,15 0,41 – 0,70 Baik

11,17 0,71 – 1,00 Baik Sekali

SIKLUS II

6,12,16,19 0,00 – 0,20 Jelek

3,8,9,11,13,18,20 0,21 – 0,40 Cukup 1,2,4,7,10,15,17 0,41 – 0,70 Baik

0,71 – 1,00 Baik Sekali

SIKLUS III

3,8,14 0,00 – 0,20 Jelek

2,5,7,10,11,12,13,15,17, 18

0,21 – 0,40 Cukup

1,4,9,20 0,41 – 0,70 Baik

0,71 – 1,00 Baik Sekali 4. Indikator Keberhasilan Penelitian

Untuk mengetahui efektifitas tindakan, maka ditetapkan indikator keberhasilan dan penelitian. lndikator tersebut berguna sebagai bahan pertimbangan dalan merencanakan tindakan pada siklus berikutnya.

Sekaligus sebagai acuan untuk menentukan jumlah siklus dalam penelitian. Indikator keberhasilan penelitian ini sebagai berikut.


(2)

49 a. Jika sekurang-kurangnya persentase aktivitas belajar siswa 81 %-90% Maka

telah masuk dalam kreteria “tinggi”.

b. Jika sekurang-kurangnya dalam pelaksanaan pembelajaran mencapai 70% mencapai KKM maka masuk dalam kreteria “Baik”.

5. Sumber data penelitian

Data dalam penelitian ini terdiri sebagai berikut.

1. Data aktivitas siswa, yaitu data yang diperoleh dan hasil observasi terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

2. Data basil belajar siswa, yaitu data hasil belajar siswa diperoleh dan tes hasil belajar siswa yang diberikan pada setiap akhir siklus I, II dan III.

6. Teknik Pengumpulan Data

1. Dalam pengumpulan data untuk penelitian ini, guru menggunakan metode penelitian tindakan kelas yaitu suatu jenis penelitian yang memunculkan adanya tindakan tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar dikelas.

2. Tes Hasil Belajar

Tes dilakukan dengan tujuan unluk mengetahui tingkat keberhasilan siswa setelah diberikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Bentuk tes yang digunakan yaitu tes tertulis yang diberikan pada setiap akhir siklus.


(3)

50 7. Teknik Analisis Data

1. Analisis Data Aktivitas Belajar Siswa

Analisis data format I rnenggunakan teknik analisis kualitatif. Teknik ini digunakan untuk menganalisis aktivitas belajar siswa. Aktivitas belajar siswa ditentukan dengan mengisi lembar observasi.

2. Analisis dan Hasil Belajar Siswa

Untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran dengan pendekatan koritekstual diambil rata-rata tes formatif yang diberikan pada setiap akhir siklus dengan rumus:

x N N Y

S

 100 %

Keterangan:

Y = Nilai rata-rata kelas

Ns = jumlah nilai tes seluruh siswa N = jumlah siswa


(4)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Ada peningkatan aktivitas belajar setelah menggunakan Model Pembelajaran STAD pada siswa kelas VIII A semester genap SMP Negeri 1 Raja Basa Tahun Pelajaran 2012/ 2013.

2. Ada peningkatan hasil belajar setelah menggunakan Model Pembelajaran STAD pada siswa kelas VIII A semester ganjil SMP Negeri 1 Raja Basa Tahun Pelajaran 2012/ 2013.

B. Saran

Berdasarkan hasil analsis dan penelitian yang telah dilaksanakan terdapat beberapa saran yang dapat dipertimbangkan dalam meningkatkan hasil belajar Siswa maka penulis menyarankan:

1. Siswa hendaknya diberi wawasan atau tekanan untuk tidak sering alpa atau tidak masuk sekolah, karena hal ini akan sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa. Selain itu siswa hendaknya dituntut untuk menguasai sejumlah informasi yang berkaitan dengan materi pelajaran, sehingga di


(5)

81

dalam kelompok siswa tidak bingung untuk mendiskusikan materi baginya, lebih dari pada itu siswa akan mampu mengembangkan kalimat dan potensinya secara mandiri. Diharapkan kemudian hari siswa tidak hanya berkembang intelektualnya saja tetapi mampu meningkatkan seluruh pribadi siswa termasuk sikap mental yang dimiliki.

2. Upaya peningkatan hasil belajar Siswa guru harus menyiapkan perencanaan pembelajaran, absen, dan model pembelajaran yang cocok dengan pelajaran IPS diantaranya Model Pembelajaran STAD.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Ani, Sardiman. 2009. Interaksi dan Motivasi belajar. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi(2010), Penelitian Tindakan, Yogyakarta: Aditya Media. Arikunto, Suharsimi, Prof. Suharjono, Prof. Supardi (2009), Penelitian Tindakan

Kelas, Jakarta: Bumi Aksara.

Dimyati, Mudjiono.2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif.

Rineka cipta. Jakarta

Lie, Anita. 2007. Cooperative Learning. Mempraktikan Learning di ruang-ruang kelas. Gramedia. Jakarta

Nasution, S. 2005. Berbagai pendekatan dalam proses belajar dan mengajar. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Sugiono (2009), Metode Penelitian Pendidikan, Bandung:Alfabeta. Sujana, 1996. Metode Statistik. Tarsito. Bandung.

Suyatno ( 2008 ). Model-model Pembelajaran Inovatif untuk Digunakan Guru. http://garduguru.blogspot.com/


Dokumen yang terkait

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENTS TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP SMP NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 7 82

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NHT PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VII 1 SEMESTER GENAP SMP NEGERI 1 RAJABASA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 26 71

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NHT PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VII 1 SEMESTER GENAP SMP NEGERI 1 RAJABASA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 7 70

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN DISKUSI PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS IX.2 SEMESTER GENAP SMP PGRI BATANGHARI TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 62

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENTS TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA PELAJARAN IPS DI KELAS VIII A SEMESTER GENAP SMP NEGERI 1 RAJABASA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 7 59

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON EXAMPLE PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VIII.7 SEMESTER GENAP SMP NEGERI 4 PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 55

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN DISKUSI PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS IX.2 SEMESTER GENAP SMP PGRI BATANGHARI TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 63

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENTS TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA PELAJARAN IPS DI KELAS VIII A SEMESTER GENAP SMP NEGERI 1 RAJABASA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 60

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON EXAMPLE PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VIII.7 SEMESTER GENAP SMP NEGERI 4 PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2012/2013

2 10 56

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM-BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VII.D SEMESTER GENAP PADA SMP NEGERI 1 PULAU PANGGUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 36