commit to user
11
2. Perkembangan Komik di Indonesia
Komik diketahui muncul di Indonesia pada tahun 1930-an di media-media cetak. Pada masa itu, ada dua macam komik yang menonjol yaitu komik barat dan
komik timur. Komik barat merupakan komik yang bersasal dari Eropa dan Amerika Serikat dan biasanya bergenre superhero dan action. Sedangkan komik
timur berasal dari negara-negara di Asia terutama Cina pada masa itu. Beberapa surat kabar juga mulai memuat komik strip. Seperti surat kabar
berbahasa Melayu, Sin Po, yang memuat komik strip dengan tokoh jenaka Put On, karya Kho Wang Gie, pada tahun 1930 sampai pada 1960. Ada pula kelompok
media Melayu Tionghoa, Keng Po, yang menerbitkan komik strip dengan tokoh serupa, Si Tolol, di mingguan Star Magazine pada tahun 1939-1942. Ada juga
mingguan Star Weekly yang memunculkan tokoh Oh Koen. Namun di antara ketiga komik itu, yang paling populer adalah Put On karena mampu bertahan
hingga 30-an tahun.
Gambar 2.3 : Komik “Put On”
Sumber : www.raniariana.com
Lain lagi dengan surat kabar dari Belanda, De Java Bode, yang memunculkan komik berjudul Flippie Flink karya Clinge Doorenbos yang
commit to user
12
ditujukan kepada anak-anak. Selain itu ada juga mingguan De Orient yang memuat komik petualangan luar angkasa terkenal, Flash Gordon.
Pada masa penjajahan Jepang, banyak pers yang dicekal dan dimanfaatkan untuk kepentingan propaganda. Masa ini merupakan masa yang suram bagi
industri komik di Asia, termasuk Indonesia. Kejadian ini berlangsung dari tahun 1942-1950.
Pada tahun 1950, komik-komik karya seniman lokal mulai bermunculan. Seperti Nasroen AS dari Solo, membuat komik strip berjudul
“Mentjari Poetri Hidjaoe
” dalam mingguan Ratu Timur. Ada pula Abdulsalam yang menerbitkan komik strip heroiknya di harian Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta, salah satunya
berjudul “Kisah Pendudukan Jogja” yang kemudian dibukukan oleh harian Pikiran Rakyat dari Bandung. Ini merupakan buku komik pertama karya seniman
Indonesia. Setelah tahun 1950-an, komik-komik bergenre superhero dan action dari
Amerika mulai mendominasi industri komik di Indonesia. Antara lain adalah Flash Gordon, Tarzan, Rip Kirby, Phantom, dan Johny Hazard. Masa ini
merupakan masa kejayaan komik-komik superhero Amerika dan merupakan masa mulai diterbitkannya komik-komik dalam bentuk buku.
commit to user
13 Gambar 2.4:
Sampul salah satu komik Amerika “Flash Gordon” Sumber : www.keefestudios.com
Menjamurnya komik-komik
superhero Amerika
di Indonesia
mempengaruhi komikus lokal. RA Kosasih memunculkan komik superhero versi lokal yaitu Sri Asih yang diterbitkan oleh Penerbit Melodie pada tahun 1954.
Namun pada masa itu yang merupakan masa-masa nasionalisme sedang digalakkan, banyak kritikan pada Sri Asih yang dianggap tidak mendidik,
terutama untuk anak-anak.
Gambar 2.5: Sampul salah satu Komik Sri Asih karya RA Kosasih Sumber : www.internationalhero.co.uk
commit to user
14
Karena banyak kritikan yang muncul, maka RA Kosasih bersama Penerbit Melodie dan Keng Po mencari orientasi baru dengan melihat kembali khazanah
kebudayaan nasional. Hasilnya cerita yang diambil bertemakan Wayang Sunda dan Jawa. Karya komik dari RA Kosasih yang terkenal adalah komik wayang
Mahabharata. RA Kosasih juga manerbitkan komik Majapahit di media cetak koran dan majalah. Komik wayang pun menjadi populer di kalangan masyarakat
hingga mampu menandingi kepopuleran komik-komik dari Barat. Masa ini berlangsung hingga tahun 1960. Setelah itu, minat masyarakat terhadap komik
wayang menurun. Sampai tahun 1968, komik-komik yang terbit merupakan edisi cetak ulang.
Gambar 2.6: Sampul buku komik Seri Mahabharata karya RA Kosasih Sumber : wayang.wordpress.com
Selain komik wayang, banyak pula komik-komik yang terbit dengan genre lain, seperti komik silat, komik roman remaja, roman sejarah, superhero, science-
fiction, komik humor, dan komik dongeng. Komik silat yang terkenal pada masa
commit to user
15
itu antara lain serial Si Buta dari Gua Hantu karya Ganes TH, Jaka Sembung karya Djair, Pendekar Pandji Tengkorak karya Hans Jaladara, dan Siluman
Sungai Ular karya Mandala. Ada juga majalah tentang komik bernama Eres yang terbit sejak tahun
1969. Berkat majalah ini, komik mendapat kedudukan yang lebih terhormat. Beberapa komikus secara teratur menyumbangkan naskah untuk majalah tersebut
setiap terbitannya. Namun pada tahun 1971, Eres berhenti terbit. Era 1980-an merupakan masa yang suram bagi industri komik di
Indonesia. Masyarakat banyak beralih ke media hiburan yang mulai muncul seperti radio dan televisi. Ditambah pula banyak penerbit-penerbit lokal yang
tumbang karena kalah dengan para pedagang komik di Bursa Pasar Senen yang mulai menerbitkan komik dan menjualnya dengan harga jauh di bawah harga
pasaran. Selain itu, komik-komik terjemahan dari luar negeri juga mulai mendominasi pasar. Antara lain yang dari Eropa seperti Tin Tin, Asterix Obelix,
Nina Komik Top, Storm, Trigan, Tanguy, dan Laverdue. Kemunculan komik-komik Eropa terus mendominasi hingga masuknya
genre komik baru, yaitu manga, dari Jepang pada tahun 1990-an. Kemunculan komik manga sempat membuat khawatir industri komik di Amerika dan Eropa.
Komik manga dan manhwa dari Korea sangat populer pada masa itu. Salah satu serial komik manga yang terkenal adalah Candy Candy, yang ditulis oleh Kyoko
Mizuki dan digambar oleh Yumiko Iragashi, mulai tahun 1974. Industri komik lokal pun mengalami kekosongan.
commit to user
16
Awal tahun 2000 dimulainya kebebasan informasi lewat internet. Pada masa ini komikus mendapat kesempatan untuk mengeksplorasi gayanya masing-
masing dengan mengacu kepada karya dari luar negeri. Para komikus muda di Indonesia diberi kesempatan untuk mengubah image komik di Indonesia menjadi
lebih segar dan muda. Ada dua gaya yang mendominasi komik modern Indonesia, yaitu gaya Amerika, dan gaya stereotype manga Jepang.
Mulai bermunculan juga komik-komik independen lokal yang mencoba untuk tampil berbeda dengan membuat gambar yang lebih variatif dan
eksperimental. Banyak pula komikus independen yang mengandalkan komunitas dan pameran untuk menyebarluaskan hasil karya mereka. Beberapa studio komik
independen antara lain adalah Badjak Laoet, RED Army, Daging Tumbuh, Bengkel Qomik, dan Akademi Samali.
Pada sekitar tahun 2008 hingga sekarang, banyak komikus-komikus Indonesia yang mulai menerbitkan buku komik dengan tema-tema kehidupan
sehari-hari dibumbui dengan humor-humor yang sedang ngetren. Komik lokal karya komikus Indonesia pun menjadi lebih segar dan jujur. Banyak pula komikus
yang mulai mengandalkan media sosial internet untuk menyebarluaskan karyanya. Ada juga yang menerbitkan komik secara online seperti majalah RE:On dan
Makko.
commit to user
17
3. Format Komik