PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 01 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2015/2016

(1)

MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 01 BANDAR LAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh

LEO ISKANDAR

Permasalahan dalam penelitian ini adalah “apakah layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan komunikasi interpersonal pada siswa kelas VIII SMP Negeri 01 Bandar Lampung Tahun pelajaran 2015/2016?”. Tujuan penelitian untuk mengetahui penggunaan layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan komunikasi interpersonal. Penelitian ini menggunakan metode pre-eksperimental designs dengan desain one group pretest-posttest design. Subjek penelitian sebanyak 11 siswa yang memiliki komunikasi interpersonal. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi. Setelah mengikuti layanan bimbingan kelompok terdapat peningkatkan komunikasi interpersonal, hal ini ditunjukkan dari hasil analisis data dengan menggunakan uji Wilcoxon, berdasarkan gain score diperoleh Z hitung = -2,935 < Z tabel = 1,645 maka, H0 ditolak dan Ha diterima.

Kata kunci :bimbingan konseling, bimbingan kelompok, komunikasi interpersonal.


(2)

PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA

SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 01 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Oleh LEO ISKANDAR

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Bimbingan Dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

UNIVERSITAS LAMPUNG 2015


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Leo Iskandar lahir tanggal 1 Desember 1992 di Desa Purajaya, Kecamatan Kebun Tebu, Kabupaten Lampung Barat, Lampung sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak M. Amin dan Ibu Hiryana.

Pendidikan Sekolah Dasar SD Negeri 1 Purajaya diselesaikan tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama SMP Negeri 2 Sumberjaya diselesaikan tahun 2008, dan Sekolah Menengah Kejuruan SMK Negeri 1 Kebun Tebu diselesaikan tahun 2011. Pada tahun 2011 terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi S1 Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Pada tahun 2014 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Pekon Sidomulyo Kecamatan Pagar Dewa Kabupaten Lampung Barat dan Praktik Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah (PLBK-S) di SMA Negeri 1 Pagar Dewa, dan melakukan penelitian di SMP Negeri 1 Bandar Lampung.

Selain menjadi mahasiswa, Leo Iskandar juga aktif di beberapa organisasi kampus, diantaranya menjadi Wakil Ketua Umum FORMABIKA pada periode tahun 2012/2015, Anggota Dewan Perwakilan Mahasiswa FKIP ( DPM-FKIP ) pada periode tahun 2013/2014.


(7)

PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmnirrahim..

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT atas

terselesaikannya skripsi ini, kupersembahkan karya kecilku ini

kepada :

Teristimewa untuk Ayahanda M. Amin dan Ibunda Hiryana yang sudah

memberikan dan mengorbankan segalanya. Terimakasih Abah dan terimakasih

Umak dengan jerih payah kalian aku dapat mencapai semua ini.

Kepada Kakakku Tuti Apriyani dan Adikku Edo Dinata, yang

s

enantiasa mendukung dan mendo’

akanKu.

Almamaterku tercinta.


(8)

Moto

Allah Tidak Akan Memberikan Suatu Cobaan Di Luar Batas Kemampuan

Manusia”

(Q.S Al Baqarah : 286)

Sesungguhnya Allah Tidak Akan Mengubah Nasib Suatu Kaum Kecuali

Kaum Itu Sendiri Yang Mengubah Apa-apa Yang Pada Diri Mereka ”


(9)

Puji Syukur kehadirat ALLAH SWT, atas segala nikmat dan karunia-NYA sehingga dapat terselesainya skripsi ini sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan.

Skripsi yang berjudul “Penggunaan Layanan Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Komunikasi Interpersonal Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 01 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2015/2016”. Penulis menyadari dalam pennyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

2. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

3. Bapak Drs. Yusmansyah, M.Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling sekaligus dosen Penguji. Terima kasih atas bimbingan, saran, dan masukannya kepada penulis;

4. Bapak Drs.Giyono, M.Pd. selaku Pembimbing Utama. Terima kasih atas bimbingan, kesabaran, saran, masukan, dan kritik yang telah diberikan kepada penulis;

5. Ibu Ratna Widiastuti, S.Psi., M.A., Psi. selaku Pembimbing Pembantu dan selaku Pembimbing Akademik penulis yang telah memberikan motivasi,


(10)

6. Bapak dan Ibu Dosen Bimbingan dan Konseling FKIP UNILA terima kasih untuk semua bimbingan dan pelajaran yang begitu berharga yang telah kalian berikan untukku selama perkuliahan;

7. Bapak dan Ibu Staff Administrasi FKIP UNILA, terima kasih atas bantuannya selama ini dalam membantu menyelesaikan keperluan administrasi;

8. Bapak Drs. Hi. Haryanto M.Si, selaku kepala SMP Negeri 1 Bandar Lampung, beserta guru Bimbingan Konseling dan para staff yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian;

9. Sahabat terbaikku, M. Nurul Iman, M Fiqri Alexander, Eko Ariyadi, Fadilla Manggalana yang selalu memberikanKu asupan semangat, do‟a, dukungan, dan nasehat. Terima kasih untuk segalanya;

10. 3 Angel, Nes, Nur dan Icut yang sudah menemaniku dan membantu dalam keadaan apapun. Terima kasih untuk kebersamaan kita yang indah, tidak akan terlupakan. Kalian keluargaku;

11. Keluarga KKN-KT 2011 Heru Sean, Anwar, Andi, Robin, Ria Uyet, Vinta, Syahda, Ani, Lia, Fanny, Agnes. Terima kasih kepada kalian yang telah memberikan warna dalam hidupku di desa Srengit;

12. Kakak terhebat Ikhwan Nurhakim, Aditya, Zulfajri, Ki Awan yang selalu meluangkan waktu mengajari, membimbing, mengarahkan penulis selama ini hingga menyelesaikan skripsi ini;


(11)

14. Kakak tingkat dan adik tingkat Bimbingan dan konseling. Terima kasih untuk kebersamaannya selama ini;

15. Almamaterku tercinta

Terimakasih atas bantuan, dukungan, kerjasama, kebersamaan, canda tawa dan kegilaan yang selama ini pernah terjalin. Semoga ALLAH SWT senantiasa memberikan kita kebahagiaan di dunia maupun di akhirat kelak. Akhir kata penulis menyadari skripsi ini jauh dari kesempurnaan, dan penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat untuk kita semua. Aamiin

Bandar Lampung, Desember 2015 Penulis


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah ... 1

1. Latar Belakang ... 1

2. Identifikasi Masalah... 9

3. Batasan Masalah ... 10

4. Rumusan Masalah ... 10

B. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 10

1. Tujuan Penelitian ... 10

2. Manfaat Penelitian ... 10

C. Ruang Lingkup ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Interpersonal ... 13

1. Komunikasi Interpersonal dalam Bimbingan Pribadi-Sosial 13 2. Pengertian Komunikasi ... 17

3. Pengertian Komunikasi Interpersonal... 18

4. Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal ... 20

5. Pentingnya Komunikasi Interpersonal ... 23

6. Fungsi Komunikasi Intertpersonal ... 23

7. Komunikasi Interpersonal dalam Bimbingan dan Konseling 26 B. Bimbingan Kelompok ... 28

1. Pendekatan Behavioral ... 28

2. Pengertian Bimbingan Kelompok ... 30

3. Tujuan Bimbingan Kelompok ... 31

4. Azas-azas Bimbingan Kelompok ... 33

5. Komponen-komponen Bimbingan Kelompok ... 34

6. Dinamika Kelompok ... 37

7. Tahap-tahap Bimbingan Kelompok ... 39

8. Teknik – teknik Pelaksanaan Bimbingan Kelompok... 48

C. Penggunaan Layanan Bimbingan Kelompok Dalam Meningkatkan Komunikasi Interpersonal... 54

D. Kerangka Pikir ... 58


(13)

III. METODELOGI PENELITAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 63

B. Metode Penelitian ... 63

C. Desain Penelitian ... 64

D. Subjek Penelitian ... 65

E. Variabel dan Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 67

F. Teknik Pengumpulan Data ... 69

G. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 71

H. Teknik Analisis Data ... 73

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian ... 75

1. Gambaran Subjek Penelitian sebelum diberikan perlakuan layanan bimbingan kelompok ... 75

2. Deskripsi data ... 76

3. Pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok ... 79

4. Data hasil penelitian ... 84

5. Analisis data hasil penelitian ... 115

6. Uji hipotesis ... 116

B. Pembahasan ... 117

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 123

B. Saran ... 123

DAFTAR PUSTAKA ... 125


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran

1. Kisi-kisi observasi penelitian ... 128

2. Lembar observasi ... 129

3. Hasil uji ahli (judgment expert) ... 131

4. Penghitungan hasil uji ahli dengan CVR ... 133

5. Hasil uji reliabilitas ... 136

6. Modul layanan bimbingan kelompok... 139

7. Satlan ... 157

8. Jadwal penelitian ... 165

9. Hasil pretest ... 166

10.Hasil posttest ... 167

11.Perhitungan manual uji wilcoxon... 169

12.Tabel distribusi Z ... 171


(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 alur kerangka pikir ... 60

Gambar 3.1 One Group Pretest-Posttest Design ... 64

Gambar 4.1 grafik perubahan komunikasi interpersonal sebelum dan sesudah perlakuan ... 86

Gambar 4.2 grafik perubahan komunikasi interpersonal Faradibba ... 89

Gambar 4.3 grafik perubahan komunikasi interpersonal Igo ... 91

Gambar 4.4 grafik perubahan komunikasi interpersonal Ihsan ... 94

Gambar 4.5 grafik perubahan komunikasi interpersonal Kelvin ... 96

Gambar 4.6 grafik perubahan komunikasi interpersonal Irgi ... 99

Gambar 4.7 grafik perubahan komunikasi interpersonal Nadya ... 101

Gambar 4.8 grafik perubahan komunikasi interpersonal Putri ... 104

Gambar 4.9 grafik perubahan komunikasi interpersonal Rafly ... 106

Gambar 4.10 grafik perubahan komunikasi interpersonal Rhesita ... 109

Gambar 4.11 grafik perubahan komunikasi interpersonal Trindari ... 112


(16)

I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang dan Masalah

1. Latar Belakang Masalah

Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial. Jadi pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri dan untuk melakukan sesuatu sudah pasti membutuhkan orang lain. Setiap aktivitas yang dilakukan sehari-hari, manusia membutuhkan orang lain untuk menunjang aktivitas tersebut. Dalam menjalin hubungan dengan orang lain, setiap manusia memerlukan kemampuan komunikasi.

Melalui komunikasi kita menciptakan dan mengelola hubungan kita. Tanpa komunikasi hubungan tidak akan terjadi. Hubungan dimulai atau terjadi apabila anda pertama kali berinteraksi dengan seseorang. Sedangkan menurut Verderber ( Liliweri, 2014:37 ), komunikasi interpersonal merupakan proses dimana orang menciptakan dan mengelola hubungan mereka, melaksanakan tanggung jawab secara timbal balik dalam menciptakan makna. Oleh karena itu kemampuan komunikasi yang baik sangat dibutuhkan agar setiap individu dapat menjalin hubungan antar manusia dengan baik pula dan tidak terisolir di lingkungan masyarakat dimana dia tinggal.


(17)

Komunikasi interpersonal sangat penting bagi kebahagiaan hidup kita. Johnson (Supratiknya, 1995:9) menunjukkan beberapa peranan yang di sumbangkan oleh komunikasi interpersonal dalam rangka menciptakan kebahagiaan hidup manusia. Komunikasi interpersonal membantu perkembangan intelektual dan social kita. Perkembangan kita sejak masa bayi sampai masa dewasa mengikuti pola semakin meluasnya ketergantungan kita pada orang tua. Bersamaan proses itu, perkembangan intelektual dan social kita sangat ditentukan oleh kualitas komunikasi kita dengan orang lain itu. Identitas atau jati diri kita terbentuk dalam dan lewat komunikasi dengan orang lain.

Selama berkomunikasi dengan orang lain, secara sadar maupun tidak sadar kita mengamati, memperhatikan dan mencatat dalam hati semua tanggapan yang diberikan oleh orang lain terhadap diri kita. Berkat pertolongan komunikasi dengan orang lain kita dapat menemukan diri, yaitu mengetahui siapa diri kita sebenarnya. Selain itu kesehatan mental kita sebagian besar juga ditentukan oleh kualitas komunikasi atau hubungan kita dengan orang lain, jadi kita membutuhkan konfirmasi dari orang lain , yakni pengakuan berupa tanggapan dari orang lain yang menunjukkan bahwa diri kita normal, sehat dan berharga. Lawan dari konfirmasi adalah diskonfirmasi, yakni, penolakan dari orang lain berupa tanggapan yang menunjukkan bahwa diri kita abnormal, tidak sehat dan tidak berharga, semuanya itu hanya kita peroleh lewat komunikasi interpersonal, komunikasi dengan orang lain.


(18)

Ada beberapa masalah yang sering ditemui saat ini adalah masih banyaknya siswa-siswa yang memiliki kesulitan dalam hal komunikasi interpersonal. Hal ini dapat dilihat berdasarkan observasi yang peneliti lakukan yang menggambarkan banyak siswa yang bersikap malu dalam menyampaikan pendapatnya ketika ditanya ataupun bertanya, hanya diam saja ketika diberikan kesempatan bertanya dan bahkan ada yang gugup dalam menyampaikan pendapatnya, ada juga yang hanya diam pada saat berdiskusi kelompok, serta memiliki perilaku komunikasi yang kurang baik dengan siswa lain atau teman satu sekolah dan masih banyak lagi permasalahan yang muncul karena kurangnya kemampuan komunikasi interpersonal sedangkan di lingkungan sekolah siswa dituntut mampu berkomunikasi dengan baik dengan warga sekolah yakni guru, staf tata usaha dan teman sebaya, maupun personil sekolah lainnya.

Menurut Supraktinya (1995:128) menunjukkan salah satu peran komunikasi interpersonal dalam hidup yaitu membantu perkembangan intelektual dan social, jadi siswa yang memiliki kemampuan komunikasi interpersonal yang rendah akan menghambat perkembangan social dan intelektualnya. Komunikasi interpersonal mempunyai dampak yang cukup besar bagi kehidupan siswa. Penelitian Packard (Budiamin, 2011:302) ” bila seseorang mengalami kegagalan dalam melakukan komunikasi interpersonal dengan orang lain ia akan menjadi agresif, senang berkhayal, „dingin‟ sakit fisik dan


(19)

mental, dan mengalami ‘flight syndrome’ (ingin melarikan diri dari lingkungannya)”.

Siswa yang memiliki kesulitan dalam melakukan komunikasi interpersoanl akan sulit menyesuaikan diri, seringkali marah, cenderung memaksakan kehendak, egois dan mau menang sendiri sehingga mudah terlibat dalam perselisihan. Keterampilan komunikasi interpersonal pada siswa ini menjadi sangat penting karena dalam bergaul dengan teman sebayanya siswa seringkali dihadapkan dengan hal-hal yang membuatnya harus mampu menyatakan pendapat pribadinya tanpa disertai emosi, marah atau sikap kasar, bahkan siswa harus bisa mencoba menetralisasi keadaan apabila terjadi suatu konflik. Siswa yang memiliki perilaku komunikasi interpersonal yang baik akan mudah bersosialisasi dan lancar dalam memperoleh pemahaman dari guru dan sumber belajar di sekolah.

Melihat betapa pentingnya kemampuan komunikasi interpersonal bagi siswa dalam kehidupannya dan mengingat tujuan khusus dari layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah membantu peserta didik agar mampu memahami tentang siapa sebenarnya dirinya dan tahu akan potensinya, serta peserta didik mampu memecahkan berbagai kesulitan yang dihadapi secara mandiri, hidup tergantung atau menggantungkan kepada orang lain, guru BK


(20)

atau Konselor sekolah harus memahami besarnya pengaruh rasa percaya diri dalam berkomunikasi ini terhadap perkembangan pada diri peserta didik.

Seperti yang dijelaskan diatas, kurangnya kemampuan dalam berkomunikasi akan berdampak cukup besar terhadap masa depan siswa dalam menjalani sisa hidupnya oleh karena itu kemampuan berkomunikasi harus di tumbuhkan dalam diri anak sedini mungkin. Dan dalam hal ini ditemukan kasus kurangnya kemampuan dalam berkomunikasi interpersonal di tempat penelitian yaitu SMP Negeri 01 Bandar Lampung.

Secara umum program bimbingan disekolah dimaksudkan untuk membantu siswa agar dapat berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan, bakat, minat dan nilai-nilai yang dianutnya. Layanan bimbingan dan konseling disekolah lebih ditekankan kepada fungsi pencegahan dan pengembangan Untuk membantu dalam meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa, dapat dilakukan layanan bimbingan dan konseling. Layanan bimbingan dan konseling yang diberikan kepada siswa bisa bermacam macam sesuai dengan kebutuhannya. Menurut Prayitno (1995:39) layanan bimbingan dan konseling dibagi menjadi beberapa layanan, yaitu layanan informasi, orientasi, penempatan dan penyaluran, pembelajaran, konseling individual, dan bimbingan kelompok. Dalam memberikan layanan ada yang bersifat individu ada juga yang bersifat kelompok.


(21)

Bimbingan konseling memiliki berbagai layanan yang dapat digunakan untuk membantu siswa. Salah satunya yaitu dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok. Layanan bimbingan kelompok merupakan kegiatan informasi kepada sekelompok siswa untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat, informasi yang diberikan adalah informasi untuk kebutuhan tertentu anggota kelompok. Jadi secara umum layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bersosialisasi, khususnya kemampuan berkomunikasi secara interpersonal.

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi siswa mengenai komunikasi interpersonal maka perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi agar tercapai komunikasi interpersonal yang diharapkan dengan menggunakan bimbingan kelompok. Prayitno (Sukardi, 2008:37) bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada individu atau sekelompok orang agar mereka itu dapat berkembang menjadi pribadi-pribadi yang mendiri. Kemandirian itu mencakup lima fungsi pokok yang hendaknya dijalankan oleh pribadi yang mandiri, yaitu : (a) mengenal diri sendiri dan lingkungannya, (b) menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis, (c) mengambil keputusan, (d) mengarahkan diri, dan (e) perwujudan diri.


(22)

Secara umum tujuan penyelenggaraan bantuan pelayanan bimbingan dan konseling adalah berupaya membantu siswa menemukan pribadinya, dalam hal mengenai kekuatan dan kelemahan dirinya, serta menerima dirinya secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut. Dalam hal ini, Prayitno dan Erman (1994:18) menjelaskan bimbingan dan konseling sangat berperan dalam membantu meningkatkan perkembangan peserta didik di sekolah baik dalam bidang pribadi, sosial, belajar, dan karier.

Bimbingan dan konseling di sekolah memiliki berbagai layanan untuk mengoptimalkan perkembangan siswa dalam hal ini yaitu kemampuan komunikasi interpersonalnya yang rendah, diantaranya adalah: (1) layanan orientasi, (2) layanan informasi, (3) layanan penempatan dan penyaluran, (4) layanan konseling individu, (5) layanan konseling kelompok, (6) layanan bimbingan kelompok, (7) layanan konsultasi dan (8) layanan mediasi.

Winkel (1991:124) mengatakan bahwa bilamana isi bimbingan terutama mengenai hal-hal yang menyangkut keadaan batinnya sendiri dan kejasmaniannya sendiri, atau mengenai hal-hal yang menyangkut hubungan dengan orang lain dalam hal ini adalah komunikasi interpersonal dapat digunakan bimbingan pribadi-sosial.


(23)

Berdasarkan teori tersebut dapat diketahui bahwa selain untuk membantu individu mandiri secara pribadinya, bimbingan juga dapat membantu individu dalam menghadapi lingkungan sosialnya. Komunikasi interpersonal merupakan masalah individu yang berkaitan dengan lingkungan terutama lingkungan sosialnya. Artinya bimbingan kelompok dapat membantu meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal.

Layanan bimbingan kelompok merupakan kegiatan informasi kepada sekelompok siswa untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat, informasi yang diberikan adalah informasi untuk kebutuhan tertentu anggota kelompok. Tohirin (2009:172) mengatakan bahwa secara umum layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk pengembangan kemampuan bersosialisasi, khususnya kemampuan berkomunikasi secara interpersonal.

Prayitno (1995:178) mengemukakan bahwa Bimbingan kelompok adalah Suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Artinya, semua peserta dalam kegiatan kelompok saling berinteraksi dan berkomunikasi, bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran, dan lain-lain sebagainya; apa yang dibicarakan itu semuanya bermanfaat untuk diri peserta yang bersangkutan sendiri dan untuk peserta lainnya khususnya dalam masalah ini adalah berkaitan dengan komunikasi interpersonal pada siswa.


(24)

Sementara Romlah (2006:3) mendefinisikan bahwa bimbingan kelompok merupakan salah satu teknik bimbingan yang berusaha membantu individu agar dapat mencapai perkembangan secara optimal sesuai dengan kemampuan, bakat, minat serta nilai-nilai yang dianutnya dan dilaksanakan dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok ditujukan untuk mencegah timbulnya masalah pada siswa dan mengembangkan potensi siswa.

Dari fenomena yang terjadi di SMP Negeri 01 Bandar Lampung dan berbagai penjelasan di atas, maka peneliti berupaya untuk membantu siswa dalam meningkatkan komunikasi interpersonal siswa dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok. Melihat keadaan ini, penulis tertarik untuk mengangkat judul penelitian yaitu “ Penggunaan Layanan Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Komunikasi Interpersonal Pada Siswa Kelas VIII Di SMP Negeri 01 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2015/2016”.

2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah-masalah yang ada dalam penelitian ini dapat di identifikasi sebagai berikut :

1. Terdapat siswa yang malu dalam menyampaikan pendapat;

2. Ada siswa yang hanya diam saja ketika diberi kesempatan untuk bertanya pada saat proses pembelajaran di dalam kelas

3. Didapati beberapa siswa yang gugup dalam menyampaikan pendapat; 4. Terdapat siswa yang diam saja pada saat proses diskusi kelompok;


(25)

3. Batasan Masalah

Mengingat luasnya ruang lingkup permasalahan dalam penelitian ini, maka permasalahan dalam penelitian ini dibatasi hanya mengkaji tentang “Penggunaan Layanan Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Komunikasi Interpersonal Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 01 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2015/2016”.

4. Rumusan Masalah

Masalah dalam penelitian ini adalah kemampuan komunikasi interpersonal siswa, adapun permasalahannya adalah apakah layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa?

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa layanan bimbingan kelompok dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa atau tidak.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Secara teoritis.


(26)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya konsep-konsep tentang Layanan Bimbingan Kelompok, khususnya penggunaannya untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal.

2. Secara praktis.

a. Bahan masukan guru bimbingan dan konseling agar dapat dengan tepat dalam memberikan bantuan kepada siswa yang memiliki permasalahan dalam komunikasi interpersonal.

b. Dapat dijadikan suatu sumbangan informasi kepada peneliti lain.

C. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam hal ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian ini agar penelitian ini lebih jelas dan tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan, diantaranya adalah:

1. Ruang lingkup ilmu

Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup ilmu bimbingan dan konseling.

2. Ruang lingkup objek

Ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah Penggunaan Layanan Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Komunikasi Interpersonal Siswa.


(27)

3. Ruang lingkup subjek

Subjek dalam penelitian ini adalah Siswa Kelas VIII SMP Negeri 01 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2015/2016 yang kemampuan komunikasi interpersonalnya rendah.

4. Ruang lingkup wilayah

Ruang lingkup wilayah dalam penelitian ini adalah SMP Negeri 01 Bandar Lampung.

5. Ruang lingkup waktu

Ruang lingkup waktu dalam penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016.


(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Komunikasi Interpersonal

1. Komunikasi Interpersonal dalam Bimbingan Pribadi-Sosial

Dalam bidang bimbingan pribadi, membantu siswa menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mantap dan mandiri serta sehat jasmani dan rohani. Dalam bidang bimbingan sosial, membantu siswa mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sosial yang dilandasi budi pekerti luhur, tanggung jawab kemasyarakatan dan kenegaraan. Bimbingan pribadi-sosial berarti bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi pergumulan-pergumulan dalam hatinya sendiri dalam mengatur dirinya sendiri dibidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual dan sebagainya, serta bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama diberbagai lingkungan (pergaulan sosial). (Winkel, 1991:127).

Bidang ini dapat dirinci menjadi pokok-pokok berikut:

a. Pemantapan sikap dan kebiasaan serta pengembangan wawasan dalam beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.


(29)

b. Pemantapan pemahaman tentang kekuatan diri dan pengembangannya untuk kegiatan-kegiatan yang kreatif liar, dan produktif, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk peranannya dimasa depan.

c. Pemantapan pemahaman tentang kelemahan diri dan usaha penanggulangannya

d. Pemantapan kemampuan mengambil keputusan

e. Pemantapan kemampuan mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang telah diambilnya.

f. Pemantapan dalam perencanaan dan penyelenggaraan hidup sehat, baik secara rohaniah maupun jasmaniah.

g. Pemantapan kemampuan berkomunikasi, baik melalui ragam lisan maupun tulisan secara efektif.

h. Pemantapan kemampuan menerima dan menyampaikan isi pendapat serta berargumentasi secara dinamis, kreatif, dan produktif.

i. Pemantapan kemampuan bertingkah laku dan berhubungan sosial, baik di rumah, di sekolah maupun di masyarakat luas dengan menjunjung tinggi tat krama, sopan santun, serta nilai-nilai agama, adat, hukum, ilmu, dan kebiasaan yang berlaku.

j. Pemantapan hubungan yang dinamis, harmonis, dan produktif dengan teman sebaya, baik di sekolah yang sama, di sekolah yang lain, di luar sekolah, maupun dimasyarakat pada umumnya.

k. Pemantapan pemahaman kondisi dan peraturan sekolah serta upaya pelaksanaannya secara dinamis dan bertanggung jawab.


(30)

l. Orientasi tentang hidup berkeluarga.

Bidang bimbingan pribadi, pelayanan bimbingan dan konseling membantu siswa menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mantap dan mandiri, sehat jasmani dan rohani. Bidang ini dapat dirinci menjadi pokok-pokok berikut:

1. Pemantapan sikap dan kebiasaan serta pengembangan wawasan dalam beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

2. Pemantapan pemahaman tentang kekuatan diri dan pengembangannya untuk kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk peranannya dimasa depan.

3. Pemantapan pemahaman tentang bakat dan minat pribadi serta penyaluran dan pengembangannya melalui kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif. 4. Pemantapan pemahaman tentang kelemahan diri dan usaha-usaha

penanggulangannya.

5. Pemantapan kemampuan mengambil keputusan.

6. Pemantapan kemampuan mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang telah diambilnya.

7. Pemantapan dalam perencanaan dan penyelenggaraan hidup sehat, baik secara rohaniah maupun jasmaniah.


(31)

Bidang bimbingan sosial, pelayanan dan konseling membantu siswa mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sosialnya yang dilandasi budi pekerti luhur, bertanggung jawab kemasyarakatan dan kenegaraan. Bidang ini dapat dirinci menjadi pokok-pokok berikut:

1. Pemantapan kemampuan berkomunikasi, baik melalui ragam lisan maupun tulisan secara efektif.

2. Pemantapan kemampuan menerima dan menyampaikan pendapat serta berargumentasi secara dinamis, kreatif dan produktif.

3. Pemantapan kemampuan bertingkah laku dan berhubungan sosial baik di rumah, di sekolah, maupun dimasyarakat luas dengan menjunjung tinggi tata krama, sopan santun, serta nilai-nilai agama, adat, hukum, ilmu, dan kebiasaan yang berlaku.

4. Pemantapan hubungan yang dinamis, harmonis, dan produktif dengan teman sebaya, baik di sekolah yang sama, disekolah yang lain, di luar sekolah, maupun dimasyarakat pada umumnya.

5. Pemantapan pemahaman kondisi dan peraturan sekolah serta upaya pelaksanaannya secara dinamis dan bertanggung jawab.

6. Orientasi tentang hidup berkeluarga.

Dari bebrapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa masalah komunikasi interpersonal itu berkaitan dengan bimbingan konseling yaitu dalam bidang bimbingan pribadi-sosial. Karena pada dasarnya manusia itu adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri, berarti dalam


(32)

pergaulannya individu satu dengan individu yang lainnya itu dibutuhkan dan tidak lepas dari kontak sosial.

2. Pengertian Komunikasi

Pada dasarnya, secara etimologis kata komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu Communication yang bersumber pada kata communis berarti milik bersama atau merupakan suatu proses yang bertujuan untuk membangun pengertian dan kebersamaan sedangkan secara terminologis, kata komunikasi merujuk pada proses penyampaian suatu pernyataan oleh pihak satu kepada pihak lain. Pengertian Komunikasi merupakan suatu proses ketika seseorang dengan orang lain saling menyampaikan informasi dari satu pihak ke pihak lain atau banyak pihak agar dapat terhubung dengan lingkungan sekitarnya.

Menurut Walhstrom (Liliweri, 2014:55) Komunikasi adalah pertukaran pesan-pesan yang tertulis atau pesan-pesan-pesan-pesan dalam percakapan bahkan pesan-pesan-pesan-pesan yang dikirim melalui imanjinasi, pertukaran informasi atau hiburan dengan kata-kata melalui percakapan atau dengan metode lain, pengalihan informasi dari seseorang kepada orang lain, pertukaran makna antarpribadi dengan sistem simbol, dan proses pengalihan pesan melalui saluran tertentu kepada orang lain dengan efek tertentu.

Selain itu, Sudarmo (2014:39) menyatakan bahwa komunikasi adalah proses sosial. Dalam komunikasi ada interaksi, ada saling pengaruh, dan ada relasi


(33)

kekuasaan antar komponen yang terlibat. Apapun jenis komunikasinya senantiasa melibatkan aspek-aspek sosial.

Pada dasarnya, komunikasi dilakukan secara verbal oleh kedua belah pihak agar dapat dimengerti. Komunikasi dapat terjadi apabila ada persamaan antara penyampaian pesan dengan penerima pesan. Tanpa adanya bahasa verbal antara kedua belah pihak, komunikasi masih dapat digunakan dengan pergerakan badan dan menunjukkan sikap tertentu, seperti menggelengkan kepala, mengangkat bahu dan tersenyum. Cara ini biasanya disebut dengan komunikasi nonverbal.

3. Pengertian Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi maupun pada kerumunan orang. Komunikasi Interpersonal adalah interaksi orang ke orang, dua arah, verbal dan non verbal. Saling berbagi informasi dan perasaan antara individu dengan individu atau antar individu di dalam kelompok kecil.

Komunikasi interpersonal atau antar pribadi adalah komunikasi tatap muka yang melibatkan dua orang dalam situasi tertentu. komunikasi dapat terjadi secara tatap muka baik secara verbal atau nonverbal dan dapat juga dengan menggunakan media tertentu, seperti telepon atau surat.


(34)

Verderber (Liliweri, 2014:37), komunikasi interpersonal merupakan proses dimana orang menciptakan dan mengelola hubungan mereka, melaksanakan tanggung jawab secara timbal balik dalam menciptakan makna. Oleh karena itu kemampuan komunikasi yang baik sangat dibutuhkan agar setiap individu dapat menjalin hubungan antar manusia dengan baik pula dan tidak terisolir di lingkungan masyarakat dimana dia tinggal. Komunikasi interpersonal sangat penting bagi kebahagiaan hidup kita. Johnson (Supratiknya, 1995:9-10) menunjukkan beberapa peranan yang di sumbangkan oleh komunikasi interpersonal dalam rangka menciptakan kebahagiaan hidup manusia. Komunikasi interpersonal membantu perkembangan intelektual dan social kita.

Menurut Supraktinya (1995:9) menunjukkan salah satu peran komunikasi interpersonal dalam hidup yaitu membantu perkembangan intelektual dan social, jadi siswa yang memiliki kemampuan komunikasi interpersonal yang rendah akan menghambat perkembangan social dan intelektualnya. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal atau nonverbal. Komunikasi interpersonal ini adalah komunikasi yang hanya dua orang, seperti suami istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid dan sebagainya.


(35)

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal adalah proses komunikasi yang terjadi antara dua orang atau lebih secara langsung (tatap muka). Hal tersebut merupakan proses dimana orang menciptakan dan mengelola hubungan mereka, melaksanakan tanggung jawab secara timbal balik dalam menciptakan makna. Komunikasi interpersonal membantu perkembangan intelektual dan social kita, jadi siswa yang memiliki kemampuan komunikasi interpersonal yang rendah akan menghambat perkembangan social dan intelektualnya.

4. Ciri-Ciri Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal, merupakan jenis komunikasi yang frekuensi terjadinya cukup tinggi dalam kehidupan sehari-hari. Apabila diamati dan dikomparasikan dengan jenis komunikasi lainnya, maka dapat dikemukakan ciri-ciri komunikasi interpersonal, antara lain :

1. Arus pesan dua arah. Komunikasi interpersonal menempatkan sumber pesan

dan penerima dalam posisi yang sejajar, sehingga memicu terjadinya pola penyebaran pesan mengikuti arus dua arah. Artinya, komunikator dan komunikan dapat berganti peran secara cepat.

2. Suasana nonformal. Komunikasi interpersonal biasanya berlangsung dalam

suasana nonformal. Dengan demikian, apabila komunikasi itu berlangsung antara para pejabat di sebuah instansi, maka para pelaku komunikasi itu


(36)

tidak secara kaku berpegang pada hierarki jabatan dan prosedur birokrasi, namun lebih memilih pendekatan secara individu yang bersifat pertemanan. 3. Umpan balik segera. Oleh karena komunikasi interpersonal biasanya

mempertemukan para pelaku komunikasi secara bertatap muka, maka dapat segera. Seorang komunikator dapat segera memperoleh balikan atas pesan yang disampaikan dari komunikan, baik secara verbal maupun nonverbal. 4. Peserta komunikasi berada dalam jarak yang dekat. Komunikasi

interpersonal merupakan metode komunikasi antarindividu yang menuntut agar peserta komunikasi berada dalam jarak dekat, baik jarak dalam arti fisik maupun psikologis. Jarak dalam arti fisik, artinya para pelaku saling bertatap muka, berada pada satu lokasi tempat tertentu. Sedangkan jarak yang dekat secara psikologis menunjukan keintiman hubungan antar individu.

5. Peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan

spontan, baik secara verbal maupun nonverbal. Untuk meningkatkan keefektifan komunikasi interpersonal, peserta komunikasi dapat memberdayakan pemanfaatan kekuatan pesan verbal maupun nonverbal secara simultan. Peserta komunikasi berupaya saling meyakinkan, dengan mengoptimalkan penggunaan pesan verbal maupun nonverbal secara bersamaan, saling mengisi, saling memperkuat sesuai tujuan komunikasi.

Komunikasi interpersonal bersifat dialogis, dalam arti arus balik antara komunikator dengan komunikan terjadi langsung, sehingga pada saat itu juga komunikator dapat mengetahui secara langsung tanggapan dari komunikan, dan


(37)

secara pasti akan mengetahui apakah komunikasinya positif, negatif dan berhasil atau tidak. Apabila tidak berhasil, maka komunikator dapat memberi kesempatan kepada komunikan untuk bertanya seluas-luasnya.

Menurut Alvonco (2014:289) Komunikasi interpersonal dapat efektif apabila di dalamnya ada unsur-unsur, sebagai berikut:

a. Keterbukaan (openess), yaitu kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan interpersonal. b. Saling mendukung (supportiveness),

c. Rasa positif (positivenes)

d. Empati (empathy), yaitu merasakan apa yang dirasakan orang lain. e. Berada dalam kesetaraan (equality)

Situasi yang demikian membuat kedua belah pihak akan berada dalamsituasi yang nyaman dan mendorong terjadinya komunikasi secara lebih intensif dan kondusif.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal dapat menjadi efektif apabila dalam berkomunikasi memiliki unsur-unsur keterbukaan (openess) yaitu adanya rasa percaya untuk tebuka dengan orang lain karena keterbukaan seseorang akan membuat orang lain juga terbuka terhadap kita, saling mendukung (suppotiveness), Rasa positif (positiveness) yaitu memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, Empati (empathy), yaitu merasakan apa yang dirasakan orang lain, dan berada dalam Kesetaraan (equality) artinya dalam berkomunikasi tidak mempertegas perbedaan.


(38)

5. Pentingnya Komunikasi Interpersonal

Sebagai makhluk sosial, komunikasi interpersonal sangat penting bagi kebahagiaan hidup kita. Jhonson (Supratiknya, 1995:9) menunjukkan beberapa peranan yang disumbangkan oleh komunikasi interpersonal dalam rangka menciptakan kebahagiaan hidup manusia, yaitu sebagai berikut :

1. Komunikasi interpersonal membantu perkembangan intelektual dan sosial kita;

2. Identitas dan jati diri kita terbentuk dalam dan lewat komunikasi dengan orang lain;

3. Dalam rangka menguji realitas disekeliling kita serta menguji kebenaran kesan-kesan dan pengertian yang kita miliki tentang di dunia disekitar kita, kita perlu membandingkannya dengan kesan-kesan dan pengertian orang lain tentang realitas yang sama;

4. Kesehatan mental kita sebagian besar juga ditentukan oleh kualitas komunikasi atau hubungan kita dengan orang lain, lebih-lebih orang-orang yang merupakan tokoh-tokoh signifikan (significant figure) dalam hidup kita.

Jadi, secara tidak langsung dengan berkomunikasi individu akan mengenali jati dirinya. Komunikasi juga memberikan berbagai informasi yang dapat membantu individu untuk belajar dan mengembangkan kemampuan intelektualnya. Kondisi mental seseorang juga dipengaruhi oleh kualitas komunikasinya. Oleh karena itu, sebagai makhluk sosial komunikasi interpersonal merupakan hal yang penting bagi individu.

6. Fungsi Komunikasi Interpersonal

Menurut Gorden (Alvonco, 2014:16-18) mengungkapkan 4 fungsi komunikasi, yaitu:


(39)

a. Fungsi sosial, sebagai sarana membangun interaksi sosial, komunikasi penting untuk membangun konsep diri (melalui informasi yang disampaikan orang lain, seseorang dapat mengenali dirinya dan membangun penilaian atas pemahaman dirinya tersebut), pernyataan eksistensi diri (melalui komunikasi yang dilakukan orang menunjukkan siapa dirinya), menjaga kelangsungan hidu, memperoleh kebahagiaan serta terhindar dari tekanan dan ketegangan (melalui komunikasi, orang saling terkait satu sama lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan emosinya).

Hal ini sejalan dengan Budyatna dan Leila (2012:27) yang menyatakan fungsi utama komunikasi ialah mengendalikan lingkungan. Keberhasilan yang relatif dalam melakukan pengendalian lingkungan melalui komunikasi menambah kemungkinan menjadi bahagia, kehidupan pribadi yang produktif. Kegalalan relatif mengarah kepada ketidakbahagiaan akhirnya bisa terjadi krisis identitas diri.

b. Fungsi Ekspresif, dengan komunikasi seseorang menyampaikan perasaan-perasaannya, baik yang disampaikan secara verbal (melalui kata-kata) maupun nonverbal (membelai, menyentuh, memandang, mengepalkan tangan, dan lain-lain)

c. Fungsi ritual, fungsi ini berkaitan dengan fungsi ekspresif. Dalam fungsi ritual, orang secara bersama-sama atau kolektif mengucapkan kata-kata atau melakukan tindakana yang bersifat simbolis


(40)

d. Fungsi instrumental, mengandung makna bahwa komunikasi dapat digunakan sebagai suatu alat untuk mencapai tujuan tertentu.

Selain fungsi komunikasi yang telah diuraikan di atas, Johnson (Supratiknya, 1995:9-10) menunjukkan beberapa peranan yang disumbangkan oleh komunikasi interpersonal dalam rangka menciptakan kebahagiaan hidup manusia, yaitu:

1. Komunikasi interpersonal membantu perkembangan intelektual dan sosial 2. Identitas atau jati diri kita terbentuk dalam dan lewat komunikasi dengan

orang lain

3. Dalam rangka memahami realitas disekililing kita serta menguji kebenaran kesan-kesan dan pegertian yang kita miliki tentang dunia sekitar, kita perlu membandingkan dengan kesan-kesan dan pengertian orang lain tentang realitas yang sama. Tentu saja, pembandingan (social comparison) semacam itu hanya dapat kita lakukan dengan komunikasi dengan orang lain.

4. Kesehatan mental kita sebagian besar juga ditentukan oleh kualitas komunikasi atau hubungan kita dengan orang lain.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa keberhasilan dalam komunikasi interpersonal akan membuat seseorang akan bahagia, dan komunikasi interpersonal yang baik akan membuat kita sehat secara mental dikarenakan hubungan baik dengan orang lain yang kita ciptakan dari komunikasi akan memberikan kebahagiaan dan kepuasan dalam diri kita. Hal ini membantu perkembangan intelektual dan sosial.


(41)

7. Komunikasi Interpersonal dalam Bimbingan dan Konseling

Bimbingan konseling merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari dunia pendidikan. Prayitno (Sukardi 2008: 37) menyatakan bahwa:

Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada seseorang atau sekelompok orang agar mereka itu dpat berkembang menjadi pribadi-pribadi yang mandiri. Kemandirian ini mencakup lima fungsi pokok yanh hendaknya dijalankan oleh pribadi mandiri, yaitu: (a) mengenal diri sendiri dan lingkungannya,(b) menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis, (c) mengambil keputusan, (d) mengarahkan diri, dan (e) mewujudkan diri.

Berdasarkan teori tersebut dapat diketahui bahwa selain untuk membantu individu mandiri secara pribadinya, bimbingan juga dapat membantu individu dalam menghadapi lingkungan sosialnya. Dalam bimbingan dan konseling, selain istilah bimbingan yang telah dipaparkan sebelumnya, ada satu istilah lagi yang sangat erat kaitannya dengan bimbingan yakni konseling. Keduannya baik bimbingan maupun konseling merupakan bagian integral dari bimbingan bahkan menjadi inti dari keseluruhan layanan bimbingan. Proses konseling merupakan bagian penting dalam upaya membantu siswa. Sukardi (2008: 38) menjelaskan bahwa:

Konseling merupakan suatu upaya bantuan yang dilakukan dengan tatap muka antara konselor dan klien yang berisi usaha yang laras, unik, manusiawi, yang dilakukan dalam suasana keahlian yang didasarkan atas norma yang berlaku, agar klien memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri dalam memperbaiki tingkah lakunya pada saat ini dan mungkin pada masa yang akan datang.

Menurut Sukardi (2008:52) secara umum tujuan penyelenggaraan bantuan pelayanan bimbingan dan konseling adalah berupaya membantu siswa menemukan pribadinya, dalam hal mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya,


(42)

serta menerima dirinya secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut. Secara khusus layanan bimbingan dan konseling disekolah bertujuan untuk membantu siswa agar mereka dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan yang meliputi aspek pribadi sosial, belajar dan karir. Komunikasi intepersonal erat kaitannya dengan bidang pribadi-sosial. Bidang ini memiliki banyak hal pokok yang ingin dicapai, diantaranya:

1. Pemantapan tentang kelemahan diri dan usaha-usaha penanggulangannya; 2. Pemantapan kemampuan berkomunikasi baik melalui ragam lisan maupun

tulisan secara efektif;

3. Pemantapan kemampuan bertingkah laku dan berhubungan sosial baik dirumah, disekolah, maupun dimasyarkat luas dengan menjunjung tinggi tata krama, sopan santun, serta nilai-nilai agama, adat, hukum, ilmu dan kebiasaan yang berlaku;

4. Pemantapan kemampuan menerima dan menyampaikan pendapat serta berargumentasi secara dinamis, kretaif dan produktif.

Dalam hubungannya dengan komunikasi interpersonal siswa, siswa yang memiliki komunikasi interpersonal yang rendah, akan mengalami hambatan dalam pemenuhan kebutuhan sosialnya. Hambatan tersebut nantinya akan berpengaruh kepada keberhasilan individu tersebut dalam proses penyesuaian dirinya sekarang dan dimasa yang akan dating. Jadi, disinilah bimbingan dan konseling khusunya bidang pribadi-sosial berperan.


(43)

B. Bimbingan Kelompok 1. Pendekatan Behavioral

Pendekatan konseling behavioral adalah pendekatan yang berfokus pada tingkah laku klien yang luas cakupannya. Sering kali seseorang mengalami kesulitan karena tingkah laku yang kurang atau berlebihan dari kelaziman. Konselor yang mengambil pendekatan tingkah laku berupaya membantu klien mempelajari cara bertindak yang baru dan tepat, atau membantunya mengubah atau menghilangkan tindakan yang berlebihan. Selain itu bahwa pendekatan behavioral juga berguna dalam menangani kesulitan yang berhubungan dengan kegelisahan, stres, kepercayaan diri, hubungan dengan orang tua, dan interaksi sosial. Pada dasarnya, pendekatan behavioral diarahkan pada tujuan-tujuan memperoleh tingkah laku baru, penghapusan tingkah laku yang maladaptif, serta memperkuat dan mempertahankan tingkah laku yang diinginkan. Seorang konselor dapat mengambil beberapa peranan, bergantung pada orientasi tingkah lakunya dan tujuan klien. Bagaimanapun juga umumnya konselor yang menggunakan pendekatan behavioral, aktif di dalam sesi konseling. Sebagai hasilnya, klien belajar, tidak belajar, atau mempelajari ulang cara berperilaku yang spesifik. Dalam proses itu, konselor berfungsi sebagai konsultan, guru, penasihat, fasilitator, dan pendukung.

Konselor behavioral memberikan instruksi atau memberikan tenaga pendukung di lingkungan klien yang membantu proses perubahan. Konselor behavioral yang efektif bekerja dari suatu perspektif yang luas dan melibatkan klien di dalam


(44)

setiap tahapan konseling. Pada dasarnya konselor ingin membantu klien untuk menyesuaikan diri dengan baik terhadap kondisi kehidupannya, dan mencapai tujuan pribadi dan profesionalnya. Langkah besar dalam pendekatan behavioral adalah bahwa konselor dan klien mencapai tujuan yang telah disepakati bersama.

Satu aspek yang penting dari peran klien dalam pendekatan behavioral adalah klien didorong untuk bereksperimen dengan tingkah laku baru dengan maksud memperluas perbendaharaan tingkah laku adaptifnya. Pada pelaksanaan, klien dibantu untuk menggeneralisasikan dan mentransfer belajar yang diperoleh di dalam situasi konseling ke dalam situasi di luar konseling. konseling ini belum lengkap apabila verbalisasi-verbalisasi tidak atau belum diikuti oleh tindakan-tindakan.

Klien harus berbuat lebih dari sekedar memperoleh pemahaman-pemahaman, sebab dalam pendekatan ini klien harus bersedia mengambil resiko. Masalah-masalah dalam kehidupan nyata harus dipecahkan dengan tingkah laku baru di luar konseling,berarti fase tindakan merupakan hal yang esensial. Keberhasilan dan kegagalan usaha-usaha menjalankan tingkah laku baru adalah bagian yang vital dari perjalanan konseling.


(45)

2. Pengertian Bimbingan Kelompok

Bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan yang diberikan pada individu dalam situasi kelompok (Romlah, 2006:3). Sedangkan Winkel (1991:71) mengatakan bahwa “bimbingan adalah proses membantu orang -perorangan dalam memahami dirinya sendiri dan lingkungannya”. Bimbingan kelompok menekankan bahwa kegiatan bimbingan kelompok lebih pada proses pemahaman diri dan lingkungannya yang dilakukan oleh satu orang atau lebih yang disebut kelompok. Apabila konseling perorangan menunjukkan layanan kepada individu atau klien orang perorang, maka bimbingan kelompok mengarahkan layanan kepada sekelompok individu. Sedangkan menurut Gazda (Romlah, 2006:3) “bimbingan kelompok merupakan kegiatan pemberian informasi tentang pendidikan, karier, pribadi, dan social”. Informasi tersebut diberikan dengan tujuan untuk memperbaiki dan mengembangkan pemahaman diri individu dan pemahaman terhadap orang lain.

Sukardi (2002: 48) menjelaskan bahwa:

“layanan bimbingan kelompok adalah layanan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh bahan dari narasumber tertentu (terutama guru pembimbing atau konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupan sehari-hari baik individu sebagai pelajar,anggota keluarga, dan masyarakat serta untuk mempertimbangkan dalam pengambilan keputusan”.

Sedangkan Prayitno (2004:309) menjelaskan bahwa” bimbingan kelompok di sekolah merupakan kegiatan informasi kepada sekelompok siswa untuk


(46)

membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat. Prayitno juga mengatakan syarat-syarat pembentukan kelompok terdiri atas 8-10 orang, sehingga secara aktif mengembangkan dinamika kelompok”.

Dari berbagai penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu dalam situasi kelompok dimana dalam satu kelompok terdiri dari 8 sampai 10 oran. Peserta yang saling bertukar informasi, menyusun suatu rencana dan saling membantu dalam pengambilan keputusan yang tepat. Bimbingan kelompok juga bertujuan mencegah timbulnya masalah dan mengembangkan potensi anggotanya dengan mengembangkan dinamika kelompok.

3. Tujuan Bimbingan Kelompok

Tujuan bimbingan kelompok yang dikemukakan oleh Prayitno (2004: 2-3) adalah sebagai berikut :

1) Tujuan Umum

Tujuan umum kegiatan bimbingan kelompok adalah berkembangnya kemampuan sosialisasi siswa, khususnya kemampuan komunikasi anggota kelompok.

2) Tujuan Khusus

Secara khusus, bimbingan kelompok bertujuan untuk membahas topik-topik tertentu yang mengandung permasalahan aktual (hangat) dan menjadi perhatian peserta.


(47)

Melalui dinamika kelompok yang intensif, pembahasan topik-topik itu mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan, sikap yang menunjang diwujudkanya tingkah laku yang lebih efektif.

Teori di atas sejalan dengan pendapat yang di kemukakan oleh Bennett (Romlah, 2006: 14-15) tujuan bimbingan kelompok yaitu :

1) Memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar hal-hal penting yang berguna bagi pengarahan dirinya yang berkaitan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan sosial. Tujuan ini dapat dicapai melalui kegiatan-kegiatan:

a. mempelajari masalah hubungan antarpribadi yang terjadi dalam kelompok dalam kehidupan sekolah yang dapat mengubah perilaku individu dan kelompok dalam cara yang dapat diterima oleh masyarakat.

b. mempelajari secara kelompok masalah pertumbuhan dan perkembangan, belajar menyesuaikan diri dalam kehidupan orang dewasa, dan menerapkan pola hidup yang sehat.

c. mempelajari secara kelompok dan menerapkan metode pemahaman diri mengenai sikap, minat, kemampuan, kepribadian dan kecenderungan-kecenderungan sifat, serta penyesuaian pribadi serta sosial.

d. bantuan untuk mengembangkan patokan-patokan nilai untuk membuat pilihan–pilihan dalam berbagai bidang kehidupan dan dalam mengembangkan filsafat hidup.

2) Memberikan layanan-layanan penyembuhan melalui kegiatan kelompok dengan:

a. mempelajari masalah-masalah manusia pada umumnya.

b. menghilangkan ketegangan emosi, menambah pengertian mengenai dinamika kepribadian, dan mengarahkan kembali untuk memecahkan masalah tersebut dalam suasana yang positif.

3) Untuk mencapai tujuan bimbingan secara lebih ekonomis dan efektif daripada melalui kegiatan bimbingan individual,


(48)

Berdasarkan pendapat di atas, diketahui bahwa tujuan dari bimbingan kelompok adalah memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar hal-hal yang berguna bagi pengarahan dirinya dengan melalui kegiatan kelompok. Selain itu dengan adanya bimbingan kelompok, pelaksanaan bimbingan dan konseling akan menjadi lebih ekonomis dan efektif dibandingkan kegiatan bimbingan secara individual.

4. Azas-Azas Bimbingan Kelompok

Keberhasilan bimbingan kelompok sangat ditentukan oleh diwujudkannya asas-asas dalam bimbingan kelompok. Seperti diungkapkan oleh Prayitno (2004:13) mengemukakan bahwa ”dalam pelaksanaan layanan bimbingan kelompok terdapat asas-asas yang diperlukan untuk memperlancar pelaksanaan dan lebih menjamin keberhasilan kegiatan bimbingan kelompok sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan”. Berikut ini beberapa asas-asas bimbingan kelompok menurut Prayitno yaitu:

1) asas kerahasiaan, yaitu para anggota harus menyimpan dan merahasiakan informasi apa yang dibahas dalam kelompok, terutama hal-hal yang tidak layak diketahui orang lain.

2) asas keterbukaan, yaitu para anggota bebas dan terbuka mengemukakan pendapat, ide, saran, tentang apa saja yang yang dirasakan dan dipikirkannya tanpa adanya rasa malu dan ragu-ragu.

3) asas kesukarelaan, yaitu semua anggota dapat menampilkan diri secara spontan tanpa malu atau dipaksa oleh teman lain atau pemimpin kelompok.

4) asas kenormatifan, yaitu semua yang dibicarakan dalam kelompok tidak boleh bertentangan dengan norma-norma dan kebiasaan yang berlaku.


(49)

5) asas kegiatan, yaitu partisipasi semua anggota kelompok dalam mengemukakan pendapat sehingga cepat tercapainya tujuan bimbingan kelompok. (Prayitno, 2004:13-15).

5. Komponen-komponen Bimbingan Kelompok

Prayitno (2004: 4) menjelaskan bahwa dalam bimbingan kelompok terdapat dua pihak yang berperan, yaitu:

1) Pemimpin kelompok

Pemimpin kelompok adalah konselor yang terlatih dan berwenang menyelenggarakan praktik konseling profesional. Sebagaimana untuk jenis layanan konseling lainya, konselor memiliki keterampilan khusus menyelenggarakan bimbingan kelompok. Secara khusus, pemimpin kelompok mampu menciptakan dinamika kelompok sehingga para anggota kelompok dapat belajar bagaimana mengatasi masalah-masalah yang mereka hadapi serta mengarah kepada pencapaian tujuan-tujuan umum dan khusus bimbingan kelompok. Terdapat dua hal yang penting diperhatikan sebagai pemimpin kelompok yaitu keterampilan dan sikap serta peranan pemimpin kelompok.

a. Keterampilan dan Sikap Pemimpin Kelompok

Pemimpin kelompok harus menguasai dan mengembangkan keterampilan dan sikap yang memadai untuk terselenggaranya proses kegiatan bimbingan kelompok secara efektif. Menurut Prayitno (1994: 34-35) keterampilan dan sikap tersebut meliputi :


(50)

a) kehendak dan usaha untuk mengenal dan mempelajari dinamika kelompok, fungsi-fungsi pemimpin kelompok dan hubungan antara anggota di dalam kelompok.

b) kesediaan menerima orang lain, yaitu orang-orang yang menjadi anggota kelompok.

c) upaya menciptakan hubungan yang hangat antara anggota kelompok. d) kesediaan menerima berbagai pendapat dan sikap yang berbeda dan

mungkin berlawanan dengan pandangan pemimpin kelompok.

e) pemusatan perhatian terhadap suasana, sikap, dan perasaan seluruh anggota kelompok.

f) menciptakan dan memelihara hubungan antar anggota kelompok. g) pengarahan demi tercapainya tujuan bersama yang telah disepakati.

b. Peranan Pemimpin Kelompok

Menurut Prayitno (1994 : 35–36) peranan pemimpin kelompok dalam layanan bimbingan kelompok adalah sebagai berikut :

a) pemimpin kelompok dapat memberikan bantuan, pengetahuan atau campur tangan langsung terhadap kegiatan kelompok. Campur tangan ini meliputi hal-hal yang dibicarakan maupun mengenai proses kegiatan itu sendiri

b) pemimpin kelompok memusatkan perhatian pada suasana perasaan yang berkembang dalam kelompok itu, baik perasaan anggota-anggota tertentu maupun keseluruhan anggota-anggota kelompok. Pemimpin kelompok dapat menanyakan perasaan yang dialami anggota kelompok

c) jika kelompok tersebut tampak kurang fokus terhadap kegiatan kelompok, maka pemimpin kelompok perlu menfokuskan kembali d) pemimpin kelompok juga perlu memberikan tanggapan (umpan

balik) tentang berbagai hal yang terjadi dalam kelompok, baik yang bersifat isi maupun proses kegiatan kelompok

e) pemimpin kelompok diharapkan mampu mengatur lalu lintas kegiatan kelompok, pemegang aturan permainan, pendamai dan pendorong kerja sama serta suasana kebersamaan. Selain itu juga pemimpin kelompok diharapkan bertindak sebagai penjaga agar apa pun yang terjadi di dalam kelompok itu tidak merusak atau menyakiti salah satu anggota kelompok

f) pemimpin kelompok juga bertanggung jawab atas segala yang terjadi di dalam kelompok (mampu menjaga rahasia)


(51)

2) Anggota Kelompok

Keanggotan merupakan salah satu unsur pokok dalam proses kehidupan kelompok. Tanpa anggota tidaklah mungkin terbentuk kelompok. Kegiatan kelompok dapat terlaksana atas peranan anggota kelompok. Tujuan kelompok tidak akan terwujud tanpa adanya peran aktif dari anggota. Berikut ini adalah beberapa peranan anggota kelompok menurut Prayitno (1994: 320) :

a) membantu terciptanya suasana keakraban dalam hubungan antar anggota kelompok

b) mencurahkan segenap perasaan untuk melibatkan diri dalam kegiatan kelompok

c) berusaha mewujudkan tujuan bersama

d) membantu tersusunnya peraturan kelompok dan berusaha mematuhinya e) ikut serta secara aktif dalam setiap kegiatan kelompok

f) beusaha membantu anggota kelompok lain

g) memberikan kesempatan pada anggota kelompok lain untuk menjalankan peranannya

h) menyadari pentingnya kegiatan kelompok tersebut i) mampu berkomunikasi secara terbuka

Besarnya kelompok (jumlah anggota kelompok), dan homogenitas atau heterogenitas anggota kelompok dapat mempengaruhi kinerja kelompok. Sebaiknya jumlah anggota kelompok tidak terlalu kecil dan juga tidak terlalu besar. Kekurang efektifan kelompok akan mulai terasa jika jumlah anggota kelompok melebihi sepuluh orang.


(52)

6. Dinamika Kelompok

Selain peran pemimpin kelompok dan anggota kelompok, hal yang tak kalah penting dalam menentukan keberhasilan pelaksanaan layanan bimbingan kelompok adalah dinamika kelompok. Kegiatan bimbingan kelompok sengaja menumbuh kembangkan dinamika kelompok. Dinamika kelompok adalah hubungan interpersonal yang ditandai dengan semangat, kerja sama antar anggota kelompok, saling berbagi pengetahuan, pengalaman dan mencapai tujuan kelompok.

Hubungan yang interpersonal inilah yang nantinya akan mewujudkan rasa kebersamaan di antara anggota kelompok, menyatukan kelompok untuk dapat lebih menerima satu sama lain, lebih saling mendukung dan cenderung untuk membentuk hubungan yang berarti dan bermakna di dalam kelompok.

Seperti yang diungkapkan oleh Shertzer dan Stone (Romlah,2006:32) “dinamika kelompok merupakan kekuatan-kekuatan yang berinteraksi dalam kelompok pada saat kelompok melakukan kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan bimbingan kelompok, kehidupan kelompok dijiwai oleh dinamika kelompok yang akan menentukan gerak dan arah pencapaian tujuan kelompok.”

Berdasarkan pendapat Shertzer dan Stone, itu sejalan dengan yang di kemukakan oleh:

Prayitno (1994:23) mengemukakan bahwa “dinamika kelompok merupakan sinergi dari semua faktor yang ada dalam suatu kelompok; artinya merupakan pengarahan secara serentak semua faktor yang dapat digerakkan dalam kelompok itu. Dengan demikian, dinamika kelompok merupakan jiwa yang menghidupkan dan menghidupi suatu kelompok.”


(53)

Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kehidupan kelompok dijiwai oleh dinamika kelompok yang akan menentukan gerak dan arah pencapaian tujuan kelompok. Bimbingan kelompok memanfaatkan dinamika kelompok sebagai media dalam upaya membimbing anggota kelompok dalam mencapai tujuan. Para anggota melalui bimbingan kelompok memanfatkan dinamika kelompok untuk mengambangkan diri, yaitu mengembangkan kemampuan-kemapuan sosial secara umum yang dikuasai oleh individu yang berkepribadian mantap. Keterampilan berkomunikasi secara efektif, sikap tenggang rasa, memberi dan menerima toleransi, mementingkan musyawarah untuk mencapai mufakat dengan sikap demokratis, dan memiliki tanggung jawab sosial seiring dengan kemandirian yang kuat, merupakan arah pengembangan pribadi yang dapat dijangkau melalui diaktifkannya dinamika kelompok itu.

Dinamika kelompok akan terwujud dengan baik apabila kelompok tersebut, benar-benar hidup dan mengarah kepada tujuan yang ingin dicapai, sehingga dapat membuahkan manfaat bagi masing-masing anggota kelompok. Hal ini juga sangat ditentukan oleh peranan aktif anggota kelompok. Secara khusus dalam penelitian ini, dinamika kelompok dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan komunikasi interpersonal sebagai anggota kelompok, yaitu apabila anggota kelompok difokuskan pada pemecahan masalah ini. Melalui dinamika kelompok yang hidup dan berkembang, masing-masing anggota


(54)

kelompok akan saling bertukar informasi sehingga baik langsung maupun tidak langsung akan dapat meningkatan komunikasi interpersonal.

7. Tahap-Tahap Bimbingan Kelompok

Layanan bimbingan kelompok akan terlaksana dengan baik jika pemimpin kelompok menguasai apa yang akan ia lakukan selama kegiatan layanan tersebut berlangsung. Oleh karena itu pemimpin kelompok perlu memahami dan melaksanakan bimbingan kelompok sesuai dengan tahap-tahap kegiatan bimbingan kelompok dengan baik dan benar yang sudah tersistematis. Menurut Prayitno (1994:40-60) Bimbingan kelompok berlangsung melalui empat tahap, tahap-tahap bimbingan kelompok adalah sebagai berikut:

a) Tahap Pembentukan

Tahap ini adalah tahap pengenalan dan perlibatan diri anggota ke dalam kelompok dengan bertujuan agar anggota memahami maksud bimbingan kelompok. Kegiatan yang dilakukan pada tahap pembentukan antara lain :

1) Pengenalan dan pengungkapan tujuan

Tahap pengenalan dimana semua anggota kelompok dan pemimpin kelompok melibatkan diri ke dalam suatu kelompok. Pada tahap ini biasanya para anggota saling memperkenalkan diri mengungkapkan tujuan dan harapan yang ingin dicapai oleh seluruh anggota kelompok.


(55)

2) Terbangunnya kebersamaan

Pemimpin kelompok harus menumbuhkan suasana kebersamaan kelompok. Selain itu, pemimpin kelompok juga perlu membangkitkan minat-minat dan kebutuhannya serta rasa berkepentingan para anggota mengikuti kegiatan kelompok yang sedang mulai digerakkan itu.

3) Keaktifan pemimpin kelompok

Peran pemimpin kelompok dalam tahap ini perlu memusatkan pada hal- hal sebagai berikut :

a. penjelasan tentang tujuan kegiatan

b. penumbuhan rasa saling mengenal antar anggotanya c. penumbuhan rasa saling memepercayai dan menerima

d. dimulainya pembahasan tentang tingkah laku dan susunan perasaan dalam kelompok

4) Teknik

Teknik yang dapat dugunakan oleh pemimpin kelompok dalam tahap ini adalah teknik permainan kelompok. Permainan dalam tahap ini bertujuan menciptakan hubungan yang akrab antar anggota kelompok dengan pemimpin kelompok. Ciri-ciri permainan yang dapat menciptakan keakraban antara lain: diikuti oleh semua anggota, menggembirakan, sesuai dengan tingkat perkembangan anggota kelompok, tidak memakan banyak waktu, tidak melelahkan, sederhana, dan mudah.


(56)

Gambar 2.1. Tahap pembentukan dalam bimbingan kelompok TAHAP 1

PEMBENTUKAN

Tema : 1. Pengenalan 2. Pelibatan diri 3. Pemasukan diri

Tujuan :

1. Anggota memahami pengertian dan kegiatan kelompok dalam rangka bimbingan dan konseling 2. Tumbuhnya suasana kelompok 3. Tumbuhnya minat anggota

mengikuti kegiatan kelompok 4. Tumbuhnya saling mengenal,

percaya, menerima, dan membantu diantar para anggota 5. Tumbuhnya suasana bebas dan

terbuka

6. Dimulainya pembatasan tingkah laku dan perasaan dalam kelompok

PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK 1. Menampilkan diri secara utuh dan terbuka

2. Menampilkan penghormatan kepada orang lain, hangat, bersedia membantu, dan penuh empati

3. Sebagai contoh

Kegiatan :

1. Mengungkapkan pengertian dan tujuan kegiatan kelompok dalam rangka pelayanan bimbingan dan konseling 2. Menjelaskan cara-cara dan

asas-asas kegiatan kelompok 3. Saling memperkenalkan dan

mengungkapkan diri 4. Teknik khusus


(57)

b. Tahap Peralihan

Tahap peralihan merupakan tahap transisi dari tahap pembentukan ke tahap kegiatan. Dalam tahap ini dilakukan kegiatan sebagai berikut :

(1) Penjelasan kegiatan kelompok

Dalam kegiatan ini dijelaskan kegiatan apa yang akan dilaksanakan dalam kelompok. Pemimpin kelompok dapat menjelaskan dan menegaskan jenis-jenis kegiatan layanan bimbingan kelompok dan jenis-jenis topic kelompok.

Dalam penyelenggaraan bimbingan kelompok dikenal dua jenis topik kelompok, yaitu kelompok bebas dan kelompok tugas, adapun uraianya sebagai berikut:

a. topik tugas, yaitu topik yang secara langsung dikemukakan oleh pemimpin kelompok (guru pembimbing) dan ditugaskan kepada seluruh anggota kelompok untuk bersama-sama membahasnya.

b. topik bebas, yaitu anggota secara bebas mengemukakan permasalahan yang dihadapi atau yang sedang dirasakannya kemudian dibahas dan ditanggapi satu per satu.

(2) Pengenalan suasana

Dalam kegiatan ini kelompok berusaha mengenali suasana yang berkembang dalam kelompok untuk mengetahui apakah anggota kelompok telah siap atau belum untuk melakukan kegiatan bimbingan kelompok. Jika anggota masih tampak ragu-ragu, tidak mengetahui apa dan bagaimana


(58)

melakukan kegiatannya, maka pemimpin kelompok harus menjelaskan kembali hal-hal yang belum dimengerti oleh anggota kelompok.

(3) Jembatan antara tahap pembentukan dan tahap kegiatan

Pemimpin kelompok berusaha untuk mengingatkan, mengulangi, menegaskan hal-hal yang telah dijelaskan pada tahap pembentukan sebelum melanjutkan ke tahap kegiatan.

Gambar 2.2. Tahap peralihan dalam bimbingan kelompok TAHAP II

PERALIHAN

Tema : Pembangunan jembatan antara tahap pertama dan ketiga

Tujuan :

1. Terbebaskannya anggota dari perasaan atau sikap enggan, ragu, malu atau tidak saling percaya untuk memasuki tahap berikutnya

2. Semakin mantapnya suasana kelompok dan kebersamaan 3. Semakin mantapnya minat

untuk ikut serta dalam kegiatan kelompok

Kegiatan :

1. Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya 2. Mengamati apakah anggota

sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya (tahap ketiga)

3. Membahas suasana yang terjadi 4. Meningkatkan kemampuan

kesukarelaan anggota

5. Jika diperlukan dapat kembali kebeberapa aspek pada tahap pertama

PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK 1. Menerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka

2. Tidak mempergunakan cara-cara yang bersifat langsung atau mengambil alih kekuasaannya


(59)

c. Tahap Kegiatan

Tahap ini merupakan tahap inti dari kegiatan bimbingan kelompok dengan tujuan yang ingin dicapai, yaitu terbahasnya secara tuntas permasalahan yang dihadapi oleh anggota kelompok dan terciptanya suasan untuk mengembangkan diri, baik yang menyangkut pengembangan kemampuan berkomunikasi maupun menyangkut pendapat yang dikemukakan oleh kelompok.

Rangkaian kegiatan yang harus dilakukan dalam tahap ini bergantung kepada jenis bimbingan kelompok yang diselenggarakan, apakah bimbingan kelompok bebas atau tugas.

(1) Bimbingan kelompok bebas

Kegiatan yang dilakukan adalah masing-masing anggota secara bebas mengemukakan topik bahasan; menetapkan topik yang akan dibahas dahulu; kemudian anggota membahas topik secara mendalam dan tuntas, serta diakhiri kegiatan selingan bila perlu.

(2) Bimbingan kelompok tugas

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini untuk topik tugas adalah pemimpin kelompok mengemukakan suatu topik untuk dibahas oleh kelompok; kemudian terjadi tanya jawab antara anggota dan pemimpin kelompok tentang hal-hal yang belum jelas menyangkut topik yang dikemukakan pemimpin kelompok. Selanjutnya anggota membahas topik tersebut secara mendalam dan tuntas, serta dilakukan kegiatan selingan bila diperlukan.


(60)

Gambar 2.3. Tahap kegiatan dalam bimbingan kelompok

Gambar 2.3. Tahap kegiatan dalam bimbingan kelompok TAHAP III

KEGIATAN (kelompok tugas)

Tema : Kegiatan pencapaian tujuan (penyelesaian tugas)

Kegiatan :

1. Pemimpin kelompok mengemukakan topik

2. Tanya jawab antara anggota dan pemimpin kelompok tentang hal-hal yang belum jelas terkait masalah atau topik yang dikemukakan pemimpin kelompok

3. Anggota membahas masalah atau topik tersebut secara mendalam dan tuntas

4. Kegiatan selingan Tujuan :

1. Terbahasnya suatu masalah atau topik yang relevan dengan kehidupan anggota secara mendalam dan tuntas

2. Ikut sertanya seluruh anggota secara aktif dan dinamis dalam pembahasan, baik yang

menyangkut unsur-unsur tingkah laku, pemikiran ataupun perasaan

PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK 1. Sebagai pengatur lalu lintas yang sabar dan terbuka 2. Aktif tetapi tidak banyak bicara


(61)

d. Tahap Pengakhiran

Pada tahap pengakhiran ini terdapat dua kegiatan yaitu penilaian (evaluasi) dan tindak lanjut (follow up). Tahap pengakhiran merupakan tahap penutup dari serangkaian kegiatan layanan bimbingan kelompok dengan tujuan telah tuntasnya topik yang dibahas oleh kelompok tersebut. Dalam kegiatan kelompok yang berpusat pada pembahasan dan penjelasan tentang kemampuan anggota kelompok untuk menetapkan hal-hal yang telah diperoleh melalui layanan bimbingan kelompok dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu pemimpin kelompok sangat berperan dalam memberikan penguatan (reinforcement) terhadap hasil-hasil yang telah dicapai oleh kelompok tersebut.

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap pengakhiran ini adalah pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri; pemimpin kelompok dan anggota kelompok mengemukakan pesan dan kesan serta hasil-hasil kegiatan; membahas kegiatan lanjutan; kemudian mengemukakan pesan dan kesan serta harapan dari anggota kelompok. Dalam membahas kegiatan lanjutan, dilakukan kesepakatan antara seluruh anggota kelompok dan pemimpin kelompok apakah kelompok akan melanjutkan kegiatan lanjutan atau tidak, jika akan dilanjutkan waktu dan tempat bertemu kembali untuk melakukan kegiatan lanjutan dalam layanan bimbingan kelompok harus disepakati bersama oleh anggota kelompok dan pemimpin kelompok.


(62)

Gambar 2.4. Tahap pengakhiran dalam bimbingan kelompok TAHAP IV

PENGAKHIRAN Tema : Penilaian dan tindak lanjut

Tujuan :

1. Terungkapkannya kesan-kesan anggota kelompok tentang pelaksanaan kegiatan

2. Terungkapkannya hasil kegiatan kelompok yang telah dicapai yang dikemukakan secara mendalam dan tuntas 3. Terumuskannya rencana

kegiatan lebih lanjut

4. Tetap dirasakannya hubungan kelompok dan rasa

kebersamaan meskipun kegiatan diakhir.

Kegiatan :

1. Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa

kegiatan kelompok akan segera diakhiri

2. Pemimpin dan anggota kelompok mengungkapkan kesan dan hasil-hasil kegiatan 3. Membahas kegiatan lanjutan 4. Mengemukakan pesan dan

harapan.

PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK

1. Tahap mengusahakan suasana hangat, bebas, dan terbuka

2. Memberikan pernyataaan dan mengungkapkan terima kasih atas kesukarelaan anggota


(63)

8. Teknik–Teknik Pelaksanaan Bimbingan Kelompok

Layanan Bimbingan kelompok merupakan suatu kegiatan yang terarah, dimana selain terdapat tahapan-tahapannya, juga terdapat teknik yang dapat dilakukan agar kegiatan bimbingan kelompok dapat berjalan dengan lebih baik. Penggunaan teknik dalam kegiatan bimbingan kelompok memiliki banyak fungsi, selain dapat lebih menfokuskan kegiatan bimbingan kelompok terhadap tujuan yang ingin dicapai tetapi juga dapat membuat suasana yang lebih bisa membuat anggota kelompok tidak mudah jenuh, seperti yang dikemukakan oleh Romlah (2006:86) menjelaskan bahwa teknik bukan merupakan tujuan tetapi sebagai alat untuk mencapai tujuan.

Beberapa teknik pelaksanaan layanan bimbingan kelompok menurut Romlah (2006:87-125) antara lain: teknik pemberian informasi (ekspositori techniques), diskusi kelompok, teknik pemecahan masalah (problem-solving techniques), permainan peranan (roleplaying), teknik permainan simulasi, karyawisata (field trip), dan teknik penciptaan suasana kekeluargaan (homeroom).

a. Teknik Pemberian Informasi (Expository Techniques)

Teknik Pemberian Informasi adalah pemberian penjelasan oleh seorang pembicara dalam hal ini konselor atau pemimpin kelompok kepada sekelompok pendengar anggota kelompok. Namun tidak menutup


(64)

kemungkinan anggota kelompok bisa saling member informasi satu sama lain dengan optimalnya dinamika kelompok.

Teknik pemberian informasi mempunyai keuntungan-keuntungan dan kelemahan-kelemahan tertentu. Menurut Romlah (2006:87) keuntungan dan kelemahan teknik Pemberian Informasi antara lain :

Keuntungan teknik pemberian informasi adalah : (1) Dapat melayani banyak orang

(2) Tidak membutuhkan banyak waktu sehingga efisien

(3) Tidak terlalu banyak memerlukan fasilitas untuk melaksanakannya (4) Mudah dilaksanakan bila dibandingkan dengan teknik yang lain

misalnya diskusi, permainan peranan

(5) Apabila pembicara pandai menggunakan “gambar” dengan kata -kata bahannya akan menjadi menarik.

Kelemahan teknik pemberian informasi adalah :

(1) Sering dilaksanakan secara monolog, sehingga membosankan (2) Individu yang mendengarkan kurang aktif

(3) Memerlukan keterampilan berbicara, supaya penjelasan menjadi menarik.

Berbagai kelemhan dalam teknik pemberian informasi tersebut hendaknya dapat disiasati oleh konselor. Hal ini tentunya berguna untuk optimalisasi laayanan bimbingan kelompok yang akan dilakukan dan agar dapat tercapainya tujuan dari bimbingan kelompok yang akan dilakukan. Menurut Romlah (2006:87) untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dalam teknik pemberian informasi, pada waktu memberikan informasi pemberi informasi perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:


(65)

a) Sebelum memilih teknik pemberian informasi, perlu dipertimbangkan apakah cara tersebut merupakan cara yang paling tepat untuk memenuhi kebutuhan individu-individu yang dibimbing.

b) Perlu menyiapkan bahan informasi sebaik-baiknya.

c) Usahakan untuk menyediakan bahan yang dapat dipelajari sendiri oleh pendengar atau siswa

d) Usahakan berbagai variasi penyampaian supaya pendengar menjadi lebih aktif, misalnya dengan pertanyaan-pertanyaan yang dapat memancing saling tukar-menukar pendapat

e) Gunakan alat bantu yang dapat memperjelas pengertian pendengar terhadap bahan yang disampaikan, misalnya dengan memberikan ilustrasi dengan gambar, bagan, menggunsakan OHP, atau membawa alat peraga.

b. Diskusi Kelompok

Diskusi kelompok adalah percakapan yang sudah direncanakan antara tiga orang atau lebih dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau untuk memperjelas suatu persoalan, di bawah pimpinan seorang pemimpin. Diskusi kelompok merupakan salah satu teknik bimbingan kelompok yang penting, bahkan dapat dikatakan sebagai jantungnya bimbingan kelompok. Hampir semua teknik bimbingan kelompok menggunakan diskusi sebagai cara kerjanya.

Dinkmeyer dan Muno (Romlah, 2006:88) menyatakan tiga macam tujuan diskusi kelompok, yaitu untuk mengembangkan diri sendiri, mengembangkan kesadaran tentang diri, dan mengembangkan pandangan baru mengenai hubungan antar manusia.


(1)

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan isntrumen yang sudah teruji validitas dan reliabilitasnya. Instrumen tersebut adalah metode observasi milik Rizal (2009), indikator yang digunakan oleh peneliti, yaitu:

a. Keterbukaan (openness), yaitu kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan interpersonal.

b. Saling mendukung (supportiveness), c. Rasa positif (positivenes)

d. Empati (empathy), yaitu merasakan apa yang dirasakan orang lain. e. Berada dalam kesetaraan (equality)

Melihat keterkaitan diatas, maka dapat diasumsikan bahwa instrumen Rizal dengan judul Meningkatkan Komunikasi Interpersonal Menggunakan Teknik Assertive Training Pada Siswa Kelas VII Mts Negeri 2 Bandar Lampung bisa dipakai dipenelitian peneliti dengan judul Penggunaan Layanan Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Komunikasi Interpersonal Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 01 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2015/2016.

H. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul (Sugiyono, 2012:166). Analisis data merupakan salah satu langkah yang sangat penting dalam kegiatan penelitian. Dengan analisis data maka akan dapat membuktikan hipotesis.

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan rumus uji Wilcoxon. Alasan peneliti menggunakan uji Wilcoxon karena subjek penelitian kurang dari 25, distribusi datanya dianggap tidak normal. maka statistik yang


(2)

74

digunakan adalah nonparametrik dengan menggunakan Wilcoxon Matched Pairs Test. Penelitian ini akan menguji Pretest dan posttest dengan demikian peneliti dapat melihat perbedaan nilai antara pretest dan posttest melalui uji Wilcoxon ini. Adapun rumus uji Wilcoxon ini adalah sebagai berikut Sugiyono (2010: 242-243)

z = T-µ

T

T Keterangan

T = jumlah rank dengan tanda paling kecil µT = n(n+1)/4 dan

σT = √n(n+1)(2n+1)/24

Menurut Sugiyono (2010: 241) pengambilan keputusan dapat didasarkan pada hasil uji z, yaitu:

Jika statistik hitung (angka z output) > statistik tabel (tabel z), maka H0 diterima (dengan taraf signifikansi 5%)

Jika statistik hitung (angka z output) < statsitik tabel (tabel z), maka H0 ditolak (dengan taraf signifikansi 5%).

Analisis data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah Z output = -2,935 dan Z tabel = 1,645. Maka dari hasil pengambilan keputusan diatas apabila Z output < Z tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya, penggunaan layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan komunikasi interpersonal pada siswa kelas VIII SMP Negeri 01 Bandar Lampung tahun pelajaran 2015/2016.


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data menunjukkan bahwa penggunaan layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan komunikasi interpersonal pada siswa. Hasil perhitungan statistik yang diperoleh yaitu Z hitung= - 2,935, uji dua sisi dan tingkat signifikan (α) = 5%, maka didapat statistik wilcoxon = 1,645. oleh karena Z hitung = -2,935 < Z tabel = 1,645 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Maka kesimpulan penelitian adalah

penggunaan layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan komunikasi interpersonal pada siswa kelas VIII SMP Negeri 01 Bandar Lampung tahun pelajaran 2015/2016.

B. Saran

Adapun saran yang dapat dikemukakan dari penelitian yang telah dilakukan di SMP N 01 Bandar Lampung, adalah:

1. Kepada Siswa SMP Negeri 01 Bandar Lampung

Siswa diharapkan mampu atau lebih berani mengungkapkan pendapat dan lebih aktif dalam diskusi kelompok agar komunikasi interpersonal siswa dapat meningkat.


(4)

124

2. Kepada Guru Bimbingan dan Konseling

Kepada Guru Bimbingan dan Konseling hendaknya dapat menjadikan kegiatan layanan bimbingan kelompok sebagai salah satu program unggulan dalam program Bimbingan Konseling di sekolah.

3. Kepada Peneliti Lain

Kepada peneliti lain hendaknya dalam melakukan penelitian menggunakan observasi juga menggunakan wawancara untuk menunjang hasil observasi.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Alvonco, J. 2014. Practical Communication Skill. Jakarta: Elex Media Komputindo

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Bandung: Rineka Cipta.

_______.2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Budiamin. 2011. Peranan Bimbingan Dan konseling Terhadap Komunikasi Interpersonal Siswa Di Sekolah. Hhtp:// mucerdaspendidikan. wordpress.com. (diakses pada tanggal 24 Desember 2014)

Budyatna, M dan Leila M. 2012. Teori Komunikasi Antar Pribadi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

_____, G. 2009. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT Refika Aditama.

Hartinah, S. 2009. Konsep Dasar Bimbingan dan Kelompok. Bandung: Refika Aditama

Liliweri, A. 2014. Sosiologi dan komunikasi organisasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara Nazir, M.2009. Metode Penelitian. Jakarta:Ghalia Indonesia

Prayitno dan Erman. 1994. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta

Prayitno, 1995. Layanan Bimbingan Dan Konseling Kelompok. Jakarta: Ghalia Indonesia

Prayitno. 2004. Layanan Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok. Padang: Universitas Negeri Padang.

Purwanta, Edi. 2012. Modifikasi Perilaku alternatif Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Pustaka Belajar.


(6)

126

Rizal, A.A. 2014. Meningkatkan Komunikasi Interpersonal Menggunakan Teknik Assertive Training Pada Siswa Kelas VII MTS Negeri 2 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2012/2013. Bandar Lampung. Universitas Lampung.

Romlah, T. 2006. Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Malang: Universitas Malang.

Sudarmo, M. 2014. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: PT Mitra Wacana Media. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitataif dan R&D. Bandung:

Alfabeta

Sukardi, D.K. 2008. Pengantar pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Supratiknya, A. 1995. Tinjauan Psikologis Komunikasi Antarpribadi. Yogyakarta: Kanisius.

Winkel, WS. 1991. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasindo


Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN TEKNIK PERMAINAN DALAM LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP WIYATAMA BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 9 188

PENGGUNAAN TEKNIK PERMAINAN DALAM LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP WIYATAMA BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 8 67

PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KOTAGAJAH LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 5 77

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 8 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 4 62

MENINGKATKAN KONSEP DIRI POSITIF DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 PUNGGUR LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 7 69

HUBUNGAN ANTARA PERCAYA DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2015/2016

4 47 92

PENINGKATAN MINAT BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 11 84

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN COPING ADAPTIF PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 9 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 8 73

PENINGKATAN KETERAMPILAN BELAJAR MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 22 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 11 71

PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 01 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2015/2016

1 5 93