ANALISIS KEUNGGULAN KOMPETITIF DAN KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHATANI KAKAO (Theobroma cacao, L.) DI KECAMATAN LIMAU KABUPATEN TANGGAMUS

ABSTRAK
ANALISIS KEUNGGULAN KOMPETITIF DAN KEUNGGULAN KOMPARATIF
USAHATANI KAKAO (Theobroma cacao, L.)
DI KECAMATAN LIMAU KABUPATEN TANGGAMUS
Oleh
Indra Jati Wasono1, Agus Imron2, Eka Kasymir2
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Menganalisis keunggulan kompetitif dan keunggulan
komparatif usahatani kakao di Kecamatan Limau Kabupaten Tanggamus. 2) Menganalisis
kepekaan keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif usahatani kakao di Kecamatan
Limau Kabupaten Tanggamus terhadap perubahan harga input dan output.
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Pekon Ampai dan Pekon Pariaman Kecamatan Limau
Kabupaten Tanggamus. Penelitian ini dilakukan dengan metode survey dan wawancara
kepada petani dengan menggunakan kuisioner (daftar pertanyaan) yang telah dipersiapkan.
Responden dalam penelitian ini adalah petani kakao di Kecamatan Limau Kabupaten
Tanggamus sebanyak 43 petani yang dipilih dengan metode acak sederhana (simple random
sampling). Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang diperoleh
melalui wawancara secara langsung dan dinas atau instansi terkait. Untuk menjawab tujuan
pertama digunakan analisis Policy Analysis Matrix (PAM), dan untuk menjawab tujuan
kedua digunakan analisis sensitivitas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Usahatani kakao di Kecamatan Limau Kabupaten
Tanggamus memiliki keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif dengan nilai PCR

(Private Cost Ratio) sebesar 0,24139 dan nilai DRC (Domestic Resource Cost) sebesar
0,16749 sehingga layak dan mengguntungkan untuk diusahakan. 2) Keunggulan kompetitif
dan komparatif usahatani kakao di Kecamatan Limau Kabupaten Tanggamus peka terhadap
perubahan harga output pada harga privat dan pada harga sosial. Kenaikan ataupun
penurunan dari harga kakao akan mempengaruhi keunggulan kompetitif dan keunggulan
komparatif usahatani kakao di Kecamatan Limau Kabupaten Tanggamus.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa :
1. Usahatani kakao di Kecamatan Limau Kabupaten Tanggamus memiliki keunggulan kompetitif dan
keunggulan komparatif dengan nilai PCR (Private Cost Ratio) sebesar 0,24139 dan nilai DRC
(Domestic Resource Cost) sebesar 0,16749 sehingga layak dan mengguntungkan untuk diusahakan.
2. Keunggulan kompetitif dan komparatif usahatani kakao di Kecamatan Limau Kabupaten
Tanggamus peka terhadap perubahan harga output pada harga privat dan pada harga sosial. Kenaikan
ataupun penurunan dari harga kakao akan mempengaruhi keunggulan kompetitif dan keunggulan
komparatif usahatani kakao di Kecamatan Limau Kabupaten Tanggamus.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan peneliti dari hasil penelitian ini adalah :
1. Petani sebagai produsen kakao, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usahatani kakao di
Kecamatan Limau Kabupaten Tanggamus memiliki keunggulan kompetitif dan keunggulan
komparatif sehingga layak dan

menguntungkan untuk diusahakan. Petani diharapkan memiliki sistem pemeliharaan kebun yang baik
untuk dapat meningkatkan produksi agar dapat memenuhi permintaan biji kakao dan melakukan
perbaikan mutu biji kakao melalui teknologi fermentasi.
2. Pemerintah selaku pembuat kebijakan, dengan keunggulan kompetitif dan komparatif yang
dimiliki komoditas kakao diharapkan dapat menerapkan kebijakan yang sifatnya menstimulus
peningkatan produktivitas, pengembangan areal perkebunan kakao dan perbaikan mutu biji kakao;
serta melakukan koreksi dan solusi atas kegagalan pasar yang terjadi.
3. Peneliti lain, sebaiknya melakukan penelitian perbandingan pada biji kakao fermentasi dan non
fermentasi, pada produk dasar dan produk olahan kakao, dan mengkaji aspek kelembagaan
pemasaran dan struktur pemasaran kakao sehingga secara komprehensif dapat diketahui keunggulan
kompetitif dan komparatif usahatani kakao.

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertanian merupakan sektor yang paling penting di hampir semua negara berkembang. Sektor

pertanian di Negara Indonesia mempunyai peran yang strategis antara lain; sebagai sumber
devisa, penyedia utama lapangan kerja dan pendapatan untuk mayoritas penduduknya, dan
merupakan penyokong pertumbuhan dan stabilitas ekonomi nasional. Salah satu faktor
penting yang perlu diperhatikan dalam menunjang pertumbuhan dan stabilitas ekonomi
nasional dan peningkatan devisa negara adalah penguatan peranan perdagangan ekspor yang
diharapkan akan selalu mengalami peningkatan.
Dewasa ini, di era perdagangan bebas berbagai kebijakan proteksi secara internasional akan
dihapuskan. Penghapusan kebijakan proteksi secara internasional akan membuka peluang
pasar yang lebih besar bagi produk-produk pertanian. Indonesia sebenarnya mempunyai
kesempatan untuk memanfaatkan peluang-peluang pasar produk pertanian. Subsektor
perkebunan merupakan salah satu subsektor yang berpeluang untuk menguasai pasar
internasional. Hal ini dikarenakan komoditas perkebunan pada umumnya merupakan
komoditas ekspor. Alasan lain yang menunjang peryataan tersebut adalah Indonesia memiliki
keunggulan komparatif dalam banyak komoditas perkebunan.

Keunggulan komparatif dari subsektor perkebunan dibandingkan dengan sektor nonmigas
lainnya disebabkan antara lain oleh adanya lahan yang belum dimanfaatkan secara optimal
dan berada dikawasan dengan iklim yang menunjang serta adanya tenaga kerja yang cukup
tersedia dan melimpah sehingga bisa secara kompetitif dimanfaatkan. Kondisi tersebut
merupakan suatu hal yang dapat memperkuat daya saing harga produk produk perkebunan

Indonesia di pasaran dunia (Bank Indonesia, 2009).
Kakao (Theobroma cacao, L.) merupakan salah satu komoditi unggulan perkebunan yang
mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia, khususnya penyedia lapangan
kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Pada saat ini sebagian besar produksi kakao
Indonesia diekspor dan hanya sebagian kecil yang dikonsumsi di dalam negeri. Produk yang
diekspor sebagian besar dalam bentuk biji kering. Perkebunan kakao yang didominasi oleh
perkebunan rakyat pada umumnya kurang dikelola dengan baik, hal ini tentunya membawa
konsekuensi terhadap mutu kakao yang dihasilkan. Permasalahan lain yang dihadapi
usahatani kakao Indonesia adalah serangan hama penggerek buah kakao yang menurunkan
produksi dan rendahnya kualitas biji kakao asal Indonesia karena tidak melakukan
fermentasi.
Situasi pasar kakao dunia saat ini sedang mengalami defisit produksi, dalam beberapa tahun
terakhir pertumbuhan volume produksi kakao dunia hanya 2,5 persen pertahun, sedangkan
permintaan konsumsi masyarakat dunia tumbuh sampai 3,5 persen pertahun. Kondisi ini
menyebabkan harga biji kakao di pasar dunia akan bertahan di atas US$2.000-US$3.000 per
ton dan

diperkirakan harga biji kakao cenderung naik sampai beberapa tahun ke depan. Kondisi ini
dikhawatirkan akan memicu terjadinya lonjakan harga kakao dunia yang tidak terkendali
pada masa mendatang (Askindo, 2009).

Meningkatnya konsumsi kakao masyarakat dunia diduga karena adanya pergeseran persepsi
masyarakat konsumen yang dahulu menganggap makanan berbahan baku cokelat
menimbulkan ancaman kolesterol tinggi karena kandungan kadar lemaknya. Padahal
berdasarkan penelitian ilmiah yang bahwa kandungan flavanol yang tinggi pada biji kakao
baik untuk kesehatan jantung. Fakta-fakta dan semakin variatifnya makanan dan minuman
yang menggunakan bahan baku cokelat menyebabkan konsumsi kakao dunia mengalami
pertumbuhan cukup tinggi per tahunnya.
Indonesia yang juga dikenal sebagai eksportir utama kakao selain Pantai Gading dan Ghana
secara langsung turut merasakan manfaat yang dihasilkan oleh positifnya tren harga kakao.
Pada tahun 2009 volume produksi kakao dunia mencapai 3,3 juta ton per tahun yang
sebagian besar dipasok oleh negara Pantai Gading sebesar 1,3 juta ton pertahun, Ghana
sebesar 740 ribu ton, dan disusul Indonesia yang baru mampu memproduksi pertahunya
sekitar 590 ribu ton. Indonesia ditargetkan dapat menjadi produsen biji kakao terbesar kedua
di dunia pada tahun 2012 tentunya dengan catatan dukungan yang serius dari pemerintah
untuk mendorong petani memeprbaiki tatakelola usaha pertanian kakaonya (Askindo, 2009).

Besar kecilnya peluang kakao Indonesia di pasar Internasional, tergantung dari kemampuan
produsen kakao Indonesia dalam memenuhi permintaan konsumen kakao. Tingkat konsumsi
kakao dunia yang menunjukkan trend yang terus meningkat merupakan suatu pertanda bahwa
prospek kakao dunia kedepan akan terus membaik. Produsen kakao Indonesia tentunya harus

mampu bersaing dengan produsen kakao dari negara-negara lain untuk menguasai pasar
dunia. Kemampuan bersaing tidak hanya dalam segi kuantitas produksi, tetapi juga berbagi
faktor lainnya yang salah satunya adalah mutu atau kualitas dari kakao yang diproduksi.
Propinsi Lampung sebagai salah satu produsen kakao di Indonesia memiliki potensi yang
cukup besar untuk mengembangkan usahatani kakao. Potensi ini didukung oleh luas areal
perkebunan kakao yang dimiliki oleh Propinsi Lampung yang dapat di lihat pada tabel 1
berikut.
Tabel 1. Perkembangan luas areal, produksi, dan produktivitas perkebunan kakao
rakyat Propinsi Lampung tahun 2003-2007.
Tahun
Luas areal (Ha) Produksi (Ton)
Produktivitas
(Ton/Ha/Th)
TBM
TM
TR
Total
2003
10.264
15.109

817
26.190
14.199
0,94
2004
11.876
16.863
827
29.566
18.200
1,08
2005
14.551
21.209
958
36.718
18.947
0,89
2006
14.263

21.379
955
36.597
21.548
1,01
2007
13.913
20.100
932
34.945
20.603
1,03