Rumusan Masalah Tujuan Penelitian

8

BAB II KAJIAN TEORI

A. Roman Sebagai Karya Sastra

Definisi sastra menurut Schmitt dan Viala 1982: 16 adalah l’ensemble des textes ayant une dimention esthétique Semua teks yang mengandung dimensi keindahan. Sastra digolongkan menjadi prosa, drama, dan puisi, roman termasuk dalam golongan prosa. Dalam roman disajikan cerita panjang yang kompleks dan isinya menggambarkan kehidupan. Reuter 1991: 14 menyatakan bahwa le roman profitera aussi de son aptitude à s’emparer de valeurs nouvelles liées aux mutation social roman juga akan menggunakan kemampuannya untuk memunculkan nilai-nilai dalam cerita lalu dihubungkan dengan perubahan sosial. Setiap nilai dalam karya sastra dapat dilihat dari unsur intrinsik dan unsur ekstrinsiknya setelah dibaca dan diteliti. Berdasarkan definisi sastra dan roman yang telah disebutkan di atas bahwa salah satu fungsi sastra adalah sebagai produk masyarakat yang akan diambil manfaatnya. Berkaitan dengan hal ini, roman memiliki manfaat berbentuk nilai-nilai kehidupan yang diungkapkan dalam rangkaian cerita yang indah. Keindahan tersebut tentu diciptakan oleh pengarang melalui unsur intrinsik yang berupa alur, penokohan, latar, dan tema. Unsur intrinsik yang saling terkait membuat cerita dalam roman seperti benar-benar hidup. Sebagaimana dikatakan oleh Barthes 1966: 18 bahwa le récit, comme objet, est l’enjeu d’une communication seperti objek, karangan roman ditujukkan untuk berkomunikasi. Dengan adanya bentuk komunikasi yang bervariasi, maka nilai-nilai yang membelajarkan manusia akan tersampaikan dengan baik kepada banyak orang.

B. Analisis Struktural Roman

Teeuw berpendapat bahwa analisis struktural bertujuan membongkar dan memaparkan dengan cermat keterkaitan semua anasir karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh. Struktur adalah susunan, dan susunan dalam roman adalah anasir atau unsur Jabrohim, 2001: 56. Teeuw 2015: 99 dalam bukunya yang berjudul Sastra dan Ilmu Sastra, menambahkan bahwa dalam penelitian bahasa harus mendahulukan bahasa sebagai sistem yang sinkronik; makna dan fungsi unsur-unsurnya hanya dapat dipahami dalam keterkaitannya dengan unsur-unsur lain. Kedua pendapat tersebut mengarah pada keterkaitan unsur-unsur karya sastra dalam memunculkan keutuhan makna. Unsur-unsur yang dimaksud yaitu alur, penokohan, latar, dan tema, keempat unsur tersebut termasuk dalam unsur intrinsik roman. Berdasarkan kutipan-kutipan di atas, keterkaitan antarunsur intrinsik merupakan hal penting dalam mengkaji roman. Keutuhan makna yang terkandung di dalam roman akan terlihat dengan melakukan analisis terhadap unsur-unsur itu sendiri dan keterkaitan antarunsurnya. Pemahaman terhadap isi serta makna yang terdapat di dalam roman akan mudah dilakukan setelah proses analisis berlangsung. Sebagaimana Reuter 2005: 118