Latar Belakang Masalah BAYU SETIAWAN C.9507083

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masalah moral yang tengah di hadapi bangsa Indonesia saat ini adalah ramainya kasus perdagangan anak. Di Indonesia sendiri sudah ada banyak kasus perdagangan anak, faktor ekonomi yang erat kaitannya dengan kemiskinan juga karena faktor gaya hidup yang menjangkiti anak-anak tanpa bekal pendidikan yang baik merupakan pemicu terjadinya banyak perdagangan anak di Indonesia, Seiring berkembangnya kehidupan sosial di Indonesia maka krisis moral ini semakin meningkat terutama di kota-kota besar. Perdagangan anak adalah suatu kegiatan mencari, mengirim, memindahkan, menampung, dan mempekerjakan anak, dengan cara menculik, menipu, memperdaya korban, menyalah gunakan dan memanfatkan ketidaktahuan, dengan tujuan eksploitasi korban. Mungkin karena kurangnya ketegasan pemerintah dalam menanggapi masalah ini dan rasa kesadaran masyarakat terhadap sesama begitu kurang sehingga masalah yang sangat serius ini hanya dipandang sebelah mata saja kurangnya sosialisasi pada masyarakat miskin dan lemahnya moral masyarakat menjadikan masalah ini begitu sulit dihilangkan. Berbagai kasus eksploitasi anak juga semakin marak di Kota Surakarta. 75 dari angka kasus eksploitasi anak merupakan korban perdagangan anak. Berdasarkan data sebuah LSM yang peduli pada masalah perlindungan anak di Surakarta mencatat angka yang sangat mengejutkan dalam kurun waktu 2005-2009 commit to user 2 jumlah kasus yang melibatkan eksploitasi seksual dan kekerasan seksual pada anak ada 111 kasus. 68 kasus eksploitasi seksual anak dan 43 kasus yang melibatkan kekerasan seksual pada anak. Yayasan KAKAK adalah LSM yang peduli pada masalah anak dikota Surakarta yang mengategorikan korban usia anak yakni mereka yang berusia 14 hingga 17 tahun, dan rata-rata korban anak di wilayah Surakarta merupakan pelajar dari SMP hingga SMA. Untuk wilayah Eks Karisidenan Surakarta, kota Surakarta menempati urutan teratas angka korban eksploitasi anak, disusul kemudian Wonogiri dan Sragen, pencegahan yang telah digagas oleh yayasan KAKAK adalah dengan cara melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah. Sekolah di dorong untuk membuat sistem agar korban tidak dijadikan pihak yang terus disalahkan. Selama ini, beberapa sekolah ketika terdapat kasus pornografi anak yang melibatkan peserta didiknya, cenderung memvonis sepihak pada anak, bukan lagi memberi dukungan moril. yayasan KAKAK pernah mendampingi dua kasus pornografi anak, mereka justru dikeluarkan. Sekolah hanya memikirkan reputasi nama baik sekolah tanpa melihat penyebab kasus itu muncul. Padahal sekolah memiliki peranan yang potensial untuk melindungi anak dari eksploitasi yang dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab melalui pendidikan. commit to user 3

B. Rumusan Masalah