Tinjauan Pustaka LANDASAN TEORI

commit to user 6

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tempat Kerja Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 1 ayat 1 yang dimaksud tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut. Oleh karena pada tiap tempat kerja terdapat sumber bahaya maka pemerintah mengatur keselamatan kerja baik di darat, di tanah, di permukaan air, di dalam air, maupun udara yang berada di wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Ketentuan tersebut berlaku dalam tempat kerja dimana : a. Dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat, perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan; b. Dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut, atau disimpan bahan atau barang yang: dapat meledak, mudah terbakar, menggigit, beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi; commit to user 7 c. Dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk bangunan pengairan, saluran atau terowongan di bawah tanah dan sebagainya atau dimana dilakukan pekerjaan persiapan. d. Dilakukan usaha: pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan hutan, pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan dan lapangan kesehatan; e. Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan: emas, perak, logam atau bijih logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak atau mineral lainnya, baik di permukaan atau di dalam bumi, maupun di dasar perairan; f. Dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di darat, melalui terowongan, dipermukaan air, dalam air maupun di udara; g. Dikerjakan bongkar muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga, dok, stasiun atau gudang; h. Dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain di dalam air; i. Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah atau perairan; j. Dilakukan pekerjaan dibawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau rendah; commit to user 8 k. Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan, terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok, hanyut atau terpelanting; l. Dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lubang; m. Terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran; n. Dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah; o. Dilakukan pemancaran, penyiaran atau penerimaan radio, radar, televisi, atau telepon; p. Dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset penelitian yang menggunakan alat teknis; q. Dibangkitkan, dirubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau disalurkan listrik, gas, minyak atau air; r. Diputar film, pertunjukan sandiwara atau diselenggarakan rekreasi lainnya yang memakai peralatan, instalasi listrik atau mekanik. 2. Sumber Bahaya Bahaya Hazard adalah suatu keadaan yang memungkinkan atau berpotensi terhadap terjadinya kecelakaan berupa cidera, penyakit, kematian, kerusakan atau kemampuan melaksanakan fungsi operasional yang telah ditetapkan Tarwaka, 2008. commit to user 9 Secara umum bahaya digolongkan menurut jenisnya sebagai berikut: a. Bahaya fisik yang meliputi kebisingan, intensitas penerangan, temperatur ekstrim baik panas maupun dingin, getaran yang berlebihan, radiasi dan sebagainya b. Bahaya kimia yang meliputi debu, asap, dan bahan kimia lainnya. Bahan-bahan tersebut meliputi bahan yang bersifat racun, merusak, mudah terbakar, penyebab kanker dan oksidator. c. Bahaya biologi yang berkaitan dengan makhluk hidup yang berada di lingkungan kerja seperti virus, bakteri, dan jamur yang dapat menyebabkan penyakit akibat kerja seperti alergi, infeksi dan berbagai penyakit lainnya. d. Bahaya mekanis meliputi terpukul, terbentur, terjepit, tersandung, kejatuhan peralatan atau benda yang berada di lingkungan kerja. e. Bahaya ergonomik yaitu bahaya yang disebabkan oleh ketidaksesuaian interaksi antara manusia, peralatan dan lingkungan yang berkaitan dengan tata letak yang salah, desain pekerjaan yang tidak sempurna, dan manual handling yang tidak sesuai. f. Bahaya psikologis yaitu bahaya yang dapat berhubungan atau menyebabkan timbulnya kodisi psikologis pekerja yang berpengaruh terhadap pekerjaan, seperti bekerja dibawah tekanan, hubungan atasan yang tidak harmonis, dan waktu kerja yang berlebihan. commit to user 10 Setiap sektor industri memiliki potensi bahaya yang berbeda-beda yang tentunya dapat menimbulkan kecelakaan. Kecelakaan tidak terjadi dengan sendirinya melainkan ada faktor penyebab yang dapat ditentukan dan dikendalikan. Sumber-sumber bahaya diantaranya berasal dari: a. ManusiaPekerja Manusia merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap timbulnya suatu kecelakaan kerja. Bahkan ada suatu pendapat bahwa akhirnya langsung atau tidak langsung semua kecelakaan adalah dikarenakan faktor manusia. Kesalahan itu mungkin saja dibuat oleh perencana pabrik, oleh kontraktor yang membangunnya, pembuat mesin-mesin, pengusaha, insinyur, ahli kimia, ahli listrik, pimpinan kelompok, pelaksana atau petugas yang melakukan pemeliharaan . Selain itu bahaya yang ditimbulkan dari pekerja lebih disebabkan oleh pengetahuan yang kurang, kondisi fisik yang tidak memenuhi syarat, sikap kerja yang tidak nyaman dan tidak aman. b. Peralatan Peralatan kerja mempunyai peranan penting dalam memicu timbulnya bahaya karena peralatan yang tidak cocok, perangkat peralatan yang rusak, pearalatan yang tidak lengkap dan tidak adanya sertifikasi dari peralatan. Oleh karena itu penggunaan peralatan harus terlebih dahulu di periksa apakah sesuai prosedur atau tidak. Dalam industri digunakan berbagai peralatan yang mengandung bahaya. Apabila commit to user 11 tidak dipergunakan dengan semestinya serta tidak dilengkapi dengan alat pelindung dan pengaman, peralatan itu bisa menimbulkan macam-macam bahaya seperti : 1 Kebakaran 2 Sengatan listrik 3 Ledakan 4 Cidera Agar peralatan ini aman dipakai maka perlu pengaman yang telah diatur oleh peraturan-peraturan di bidang keselamatan kerja. c. MaterialBahan Tiap-tiap bahanmaterial mempunyai risiko bahaya dengan tingkat yang berbeda-beda sesuai sifat bahan yaitu: 1 Mudah terbakar 2 Mudah meledak 3 Menimbulkan alergi 4 Menimbulkan kerusakan pada kulit dan jaringn tubuh 5 Menyebabkan kanker 6 Bersifat racun 7 Radioaktif Selain resiko bahaya yang berbeda-beda, intensitas atau tingkat bahayanya juga berbeda. Ada yang tingkat bahayanya sangat tinggi dan ada pula yang rendah, misalnya dalam hal bahan beracun, ada yang sangat beracun yang dapat menimbulkan kematian dalam kadar commit to user 12 rendah dan dalam tempo yang singkat dan ada pula yang kurang berbahaya. Disamping itu pengaruhnya ada yang segera dapat dilihat akut tetapi ada juga yang pengaruhnya baru diketahui setelah bertahun-tahun kronis. Sedangkan tingkat bahaya yang ditimbulkan akan tergantung pada : 1 Bentuk atau energi yang dikandung 2 Kuantitas paparan bahan tersebut 3 Lama sesorang terpapar d. Proses Cara Kerja Bahaya dari proses kerja dapat membahayakan kejiwaan orang itu sendiri dan orang lain di sekitarnya. Cara kerja yang demikian antara lain: 1 Cara angakat angkut apabila dilakukan dengan cara yang salah dapat berakibat cidera dan yang paling sering adalah cidera pada tulang punggung. 2 Cara kerja yang mengakibatkan hamburan debu dan serbuk logam, percikan api serta tumpahan bahan berbahaya. 3 Pemakaian alat pelindung diri yang tidak semestinya dan cara memakai yang salah. e. Lingkungan Kerja Bahaya dari lingkungan kerja, dapat digolongkan atas berbagai jenis bahaya yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja maupun commit to user 13 gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja serta penurunan tingkat produktivitas. Bahaya-bahaya tersebut adalah : 1 Bahaya yang bersifat fisik seperti bising, getaran, pencahayaan yang kurang, suhu yang terlalu panas ataupun terlalu dingin, radiasi. 2 Bahaya yang bersifat kimia yang berasal dari bahan-bahan yang digunakan maupun bahan yang dihasilkan selama produksi 3 Bahaya biologik diseabakan oleh virus, bakteri, dan gangguan serangga maupun binatang lain yang ada di tempat kerja. 4 Bahaya yang bersifat psikologis seperti gangguan jiwa yang dapat terjadi karena lingkungan sosial tempat kerja yang tidak sesuai dan menimbulkan ketegangan jiwa pada karyawan, seperti keharusan mencapai target produksi yang terlalu tinggi di luar kemampuan, hubungan atasan dan bawahan yang tidak serasi. 5 Bahaya yang bersifat ergonomi semisal karena beban kerja yang berat, ketidaksesuaian mesin dan pekerja. 3. Kecelakaan Kerja a. Pengertian Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan sering kali tidak terduga yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau properti maupun korban jiwa yang terjadi di commit to user 14 dalam suatu proses kerja industri atau yang berkaitan dengannya. Oleh karena itu kecelakaan mengandung unsur-unsur sebagai berikut : 1 Tidak diduga semula, oleh karena dibelakang peristiwa kecelakaan tidak terdapat unsur kesengajaan dan perencanaan 2 Tidak diinginkan atau diharapkan karena setiap peristiwa kecelakaan selalu disertai kerugian baik fisik maupun mental 3 Selalu menimbulkan kerugian dan kerusakan yang sekurang- kurangnya menyebabkan gangguan proses kerja Tarwaka, 2008. Adapun kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hal ini dapat berarti bahwa kecelakaan yang terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melakukan pekerjaan. Selain itu kecelakaan pada tenaga kerja yang terjadi pada saat perjalanan ke dan dari tempat kerja juga digolongkan dalam kecelakaan kerja Sumamur, 1996. b. Kalsifikasi Kecelakaan Klasifikasi kecelakaan akibat kerja menurut International Labour Organization ILO dalam Tarwaka, 2008 adalah sebagai berikut : 1 Klasifikasi menurut jenis kecelakaan 2 Klasifikasi menurut agen penyebabnya 3 Klasifikasi menurut jenis luka dan cederanya 4 Klasifikasi menurut lokasi bagian tubuh yang terluka Sedangkan menurut Keputusan Menteri Pertambangan Dan Energi Nomor 555.K26M.PE1995 tentang Keselamatan dan Kesehatan commit to user 15 Kerja Pertambangan Umum pasal 39 yang menyebutkan bahwa kecelakaan tambang harus memenuhi 5 lima unsur sebagai berikut : 1 Benar benar terjadi; 2 Mengakibatkan cidera pekerja tambang atau orang yang diberi izin oleh Kepala Teknik Tambang; 3 Akibat kegiatan usaha pertambangan; 4 Terjadi pada jam kerja pekerja tambang yang mendapat cidera atau setiap saat orang yang diberi izin dan 5 Terjadi di dalam wilayah kegiatan usaha pertambangan atau wilayah proyek. c. Pencegahan Kecelakaan Pencegahan kecelakaan kerja pada umumnya adalah upaya untuk mencari penyebab dari suatu kecelakaan dan bukan mencari siapa yang salah Tarwaka, 2008. Pencegahan kecelakaan merupakan upaya untuk menghambat terjadinya suatu kecelakaan dengan mencari sumber kecelakaan. Cara penelusuran penyebab kecelakaan sesuai dengan urutan Domino yang digunakan pada cara berpikir modern dalam perinsip pencegahan kecelakaan. Teori ini menyatakan bahwa kecelakaan tidak datang dengan sendirinya, teapi ada serangkaian peristiwa sebelumnya yang mendahului terjadinya kecelakaan tersebut. Terjadinya kecelakaan merupakan hasil dari tindakan dan kondisi yang tidak arnan dan kedua hal tersebut selanjutnya akan tergantung pada seluruh macam faktor. Gabungan dari berbagai commit to user 16 faktor inilah dalam kaitan urut-urutan tertentu akan menyebabkan kecelakaan. Hal ini seperti rangkaian kartu domino, kartu-kartu tersebut diumpamakan sebagai faktor penyebab kecelakaan. Bila salah satu kartu jatuh akan menjatuhkan kartu lain secara beruntun, ini dapat dicegah dengan memindahkan salah satu kartu. Pemindahan kartu dapat diartikan sebagai proses menghilangkan salah satu dari faktor penyebab kecelakaan yang menjadi prinsip pencegahan kecelakaan. Gambar 1. Teori Domino Frank Bird JR, 1967 Berdasarkan gambaran tersebut prinsip pencegahan kecelakaan yang diperoleh menurut Teori Domino antara lain, yaitu : 1 Kurangnya Kontrol Kurangnya kontrol merupakan urutan pertama menuju terjadinya kecelakaan yang dapat mengakibatkan kerugian. Kontrol merupakan salah satu fungsi utama dari manajemen yaitu : Planning, Organizing, dan Controling. Seorang manajer pofesional mengetahui dan melaksanakan program keselamatan 1 2 3 4 5 Tidak memadai: -standar program - pemenuhan standar Kurangnya kontrol Faktor pribadi Faktor pekerjaan Penyebab dasar Tindakan tidak aman Kondisi tidak aman Penyebab langsung Kontak dengan energi atau bahan Kejadian Manusia Harta Benda proses Kerugian commit to user 17 dan pengendalian kerugian, dimana terdapat standar, perencanaan dan pengorganisasian untuk mencapai standar, pengukuran kinerja sendiri dan orang lain, evaluasi hasil dan kebutuhan serta mengadakan koreksi untuk perbaikan kinerja dan apabila fungsi ini tidak dilaksanakan, perusahaan tidak akan mendapatkan bahwa keselamatan kerja dapat mempertinggi profit. Adapun yang menjadi penyebab kurangnya kontrol adalah: a Program tidak ada atau kurang memadai, b Standar program tidak ada atau kurang memadai, c Pemenuhan standar kurang memadai. 2 Penyebab Dasar Adalah penyebab nyata yang dibelakang atau melatarbelakangi penyebab langsung yang mendasari terjadinya kecelakaan, terdiri dari dua unsur : a Faktor personalpribadi yaitu kurang pengetahuan, keterampilan, kurang pengarahan, problem fisik dan mental b Faktor pekerjaan yaitu kepemimpinan dan pengawasan yang tidak memadai, standar kerja yang tidak cukup, alat dan peralatan kurang memadai, pemeliharaan yang tidak memakai standar pembelian yang kurang. commit to user 18 3 Penyebab Langsung Adalah tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman yang secara langsung menyebabkan kecelakaan yang biasanya dapat dilihat dan dirasakan. Penyebab langsung terdiri dari dua unsur yaitu : a Unsafe action tindakan tidak aman yaitu merupakan tindakan berbahaya dari para tenaga kerja yang mungkin dilatarbelakangi oleh berbagai sebab antara lain : 1 Kekurangan pengetahuan dan keterampilan lack of knowledge and skill 2 Ketidakmampuan untuk bekerja secara normal Inadequate Capability 3 Ketidakfungsian tubuh karena cacat yang tidak nampak bodilly defect 4 Kelelahan dan kejenuhan 5 Sikap dan tingkah laku yang tidak aman 6 Kebingungan dan stres karena prosedur kerja yang baru dan belum dipahami 7 Belum menguasaibelum trampil dengan peralatan atau mesin-mesin baru 8 Penurunan konsentrasi dari pekerja saat melakukan pekerjaan 9 Sikap masa bodoh dari tenaga kerja commit to user 19 10 Kurang adanya motivasi kerja dari tenaga kerja 11 Kurang adanya kepuasan kerja 12 Sikap kecenderungan mencelakai diri sendiri. b. Unsafe condition kodisi tidak aman yaitu kondisi tidak aman yang berasal dari : 1 Mesin, peralatan serta pesawat yang sudah tua ataupun rusak 2 Bahan kimia berbahaya 3 Lingkungan serta tempat kerja yang terlalu panas, bising, berdebu serta penerangan yang kurang 4 Tenaga kerja yang kurang berpengalaman atau terampil 5 Hubungan antar pekerja yang kurang harmonis 6 Kondisi ekonomi dan politik yang bisa mengganggu konsentrasi 4 Insiden Insiden yang mengakibatkan cedera fisik atau kerusakan harta benda, tipe kecelakaan kerja antara lain : terbentur, terjatuh, terjepit, terperangkap, terpeleset, panas, dingin, radiasi, kebisingan, kontak dengan bahan berbahaya dan beban kerja yang berlebih. 5 Kerugian kerugian yaitu : commit to user 20 a Kerusakan b Kekacauan organisasi c Keluhan dan kesedihan d Kelainan dan cacat e Kematian Pada umumnya kerugian akibat kecelakaan kerja cukup besar dan dapat mempengaruhi upaya peningkatan produktivitas kerja perusahaan Tarwaka, 2008. Secara garis besar kerugian akibat kecelakaan kerja dapat dikelompokan menjadi : a Kerugianbiaya Langsung direct cost Suatu kerugian yang dapat dihitung secara langsung dari mulai terjadinya peristiwa sampai tahap rehabilitasi, seperti : 1 Penderitaan tenaga kerja yang mendapatkan kecelakaan dan juga keluarganya 2 Biaya pertolongan pertama pada kecelakaan 3 Biaya pengobatan dan perawatan 4 Biaya angkut dan biaya rumah sakit 5 Biaya kompenasi pembayaran asuransi kecelakaan 6 Upah selama tidak mampu bekerja 7 Biaya perbaikan peralatan yang rusak commit to user 21 b. Kerugianbiaya Tidak Langsung indirect cost Kerugian berupa biaya yang dikeluarkan dan meliputi suatu yang tidak terlihat pada waktu atau beberapa waktu setelah terjadinya kecelakaan, biaya tidak langsung ini diantaranya mencakup: 1 Hilangnya waktu kerja dari tenaga kerja yang mendapat kecelakaan 2 Hilangnya waktu kerja dari tenaga kerja lain, seperti rasa ingin tahu dan rasa simpati serta setia kawan untuk membantu dan memberikan pertolongan pada korban, mengantar ke rumah sakit 3 Terhentinya proses produksi sementara, kegagalan pencapaian target, kehilangan bonus 4 Kerugian akibat kerusakan mesin, perkakas atau peralatan kerja lainnya 5 Biaya penyelidikan kecelakaan 6 Mengatur dan menunjuk tenaga kerja lain untuk meneruskan pekerjaan dari tenaga kerja yang menderita kecelakaan 7 Biaya merekrut dan melatih tenaga kerja baru Pada umunya kita terfokus pada kerugian langsung, padahal pada kenyataannya kerugian atau biaya-biaya yang tidak langsung dan terselubung jauh lebih besar da mempunyai commit to user 22 dampak yang lebih luas. Hal ini dapat dilihat dari dimana puncak gunung es yang nampak hanya sebagian kecil dibandingkan dengan bagian gunung es yang terpendam di dalamnya dan belum kelihatan pada saat kejadian. Dengan demikian jelas bahwa disamping kerugian langsung akibat kejadian kecelakaan, kerugian yang tidak langsung harus mendapatkan perhatian yang serius karena sangat mempengaruhi kelangsungan proses produksi perusahaan secara keseluruhan Tarwaka, 2008, seperti tersaji pada gambar di bawah ini. A B Gambar 2. Teori Gunung Es Sumber: Bird and German, 1990 Keterangan A : Biaya Langsung B : Biaya Tidak Langsung commit to user 23 Sebagai contoh suatu perusahaan mengalami kecelakaan kerja, misalkan tabrakan antar unit di area kerja. Menurut teori gunung es dampak dari kecelakaan tersebut ialah timbulnya biaya langsung seperti biaya pertolongan pertama pada korban, biaya pengobatan dan perawatan rumah sakit. Sedangkan untuk biaya tidak langsungnya terdiri atas hilangnya waktu kerja, terhentinya proses produksi sementara akibat timbulnya kecelakaan, kerugian akibat kerusakan unit, biaya investigasi kecelakaan, biaya mencari dan merekrut tenaga kerja baru. 4. Manajemen Risiko a. Pengertian Manajemen risiko K3 adalah suatu upaya mengelola risiko K3 untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara komprehensif, terencana dan tersrtuktur dalam suatu kesisteman yang baik Ramli, 2009. Manajemen risiko merupakan suatu proses atau perencanaan identifikasi, penilaian, dan prioritas risiko diikuti dengan koordinasi dan aplikasi ekonomis sumber daya yang ada untuk mengurangi, memonitor, dan mengendalikan probabilitas dan atau dampak dari tingkat keparahan atau untuk memaksimalkan realisasi peluang. Risiko bisa terjadi dikarenakan adanya peluang terjadinya insiden yang akan berpengaruh terhadap tujuan dan risiko terukur dari kemungkinan terjadi dan konsekwensi yang ditimbulkan ASNZS 4360,1995 dalam Ramli, 2009. commit to user 24 b. Tahap Manajemen Risiko 1 Penentuan konteks Langkah awal mengembangkan manajemen risiko adalah menentukan konteks yang diperlukan karena manjemen risiko sangat luas dan bermacam-macam aplikasinya salah satu diantaranya adalah manajemen risiko K3. Untuk manajemen risiko K3 sendiri juga diperlukan penentuan konteks yang akan dikembangkan misalnya menyangkut risiko kesehatan kerja, kebakaran, hygine dan industri. 2 Identifikasi Bahaya Tahap selanjutnya adalah melakukan identifikasi bahaya yang terdapat dalam suatu kegiatan atau proses. Ada 3 pertanyaan yang dapat dipakai sebagai pendahuluan a Apakah ada sumber untuk menimbulkan cedera? b Target apa saja yang terkenaterpengaruh bahaya? c Bagaimana mekanisme cederaloss dapat timbul? Alat bantu yang yang dapat digunakan untuk mengidntifikasi bahaya di tempat kerja diantaranya observasi, inspeksi, pemantauan monitoring, audit, kuisioner, data statistik, wawancara dengan pekerja, HAZOP Hazard Operability Study. commit to user 25 3 Penilaian Risiko a Analisa Risiko Analisa risiko dilakukan dengan mempertimbangkan 2 aspek penting yaitu kemungkinan probability, keparahan severity. Keduanya berbanding lurus dengan nilai resiko itu sendiri, artinya semakin tinggi nilai kemungkinan dan keparahan maka nilai resikopun semakin tinggi. 1 Kemungkinan probability PT Telen Orbit Prima menetapkan 5 skala kualitatif untuk mewakili nilai kemungkinan terjadinya kecelakaan sesuai tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Nilai Kemungkinan Nilai Description Description Frekuensi Probabilitas terjadi 1 Jarang Kejadian hanya terjadi dalam kondisi luar biasa Terjadi dalam kasus khusus 10 2 Kemungkinan kecil Kejadian dapat terjadi suatu kali Terjadi setiap 10 tahun 10 - 20 3 Sedang Kejadian terjadi dalam beberapa kasus Terjadi setiap 3 tahun 20 - 55 4 Kemungkinan terjadi Hampir selalu terjadi Terjadi setiap tahun 55 - 90 bersambung commit to user 26 5 Hampir pasti terjadi Selalu terjadi Terjadi setiap saat 90 - 100 Sumber : PT Telen Orbit Prima, 2011 2 Keparahan severity Severity menunjukan tingkat keparahan yang harus diderita jika kecelakaan benar-benar terjadi, baik terhadap manusia, alat dan lingkungan. Nilai severity yang ditetapkan PT Telen Orbit Prima dalam operasi bisnisnya dapat dilihat dalam tabel 2 berikut. Tabel 2. Nilai keparahan No Deskripsi Nilai uang Kesehatan Keselamatan 1 Tidak penting Rp. 100 ribu Tidak ada luka Tidak ada gangguan kesehatan 2 Ringan Rp 100 ribu Rp 1 juta Luka ringan Gangguan kesehatan ringan 3 Sedang Rp. 1 juta Rp. 10 juta Luka LTI sd Permanen Dampak kesehatan jangka pendek Occupational Illness 4 Berat Rp. 10 juta Rp. 100 juta Fatalitas tunggal atau luka menyebabkan cacat dampak kesehatan jangka panjang Occupational Illness 5 Bencana Rp. 100 juta Multiple fatality Sumber : PT Telen Orbit Prima, 2011 sambungan commit to user 27 QUALITATIVE RISK ANAL YSIS LEVEL OF RISK 5 A lm o st C ertain M 5 H 10 H 15 E 20 E 25 4 L ik e ly L 4 M 8 H 12 H 16 E 20 3 M o d er ate L 3 M 6 M 9 H 12 H 15 2 U n lik ely L 2 L 4 M 6 M 8 H 10 1 R ar e L 1 L 2 L 3 L 4 M 5 1 In s ig n if ica nt 2 M in o r 3 M o d er ate 4 M a jo r 5 C ata stro p h ic IM PA C T R A TIN G b Evaluasi Risiko Setelah dilakukan penilaian risiko dengan bantuan tabel-tabel diatas, kemudian dilakukan evaluasi risiko untuk menentukan risiko yang dapat diterima dan risiko yang tidak dapat diterima atau aspek penting dengan mempertimbangkan tindakan pengendalian sebelumnya. Jika risiko dapt diterima maka aktivitas dapat diteruskan. Jika risiko termasuk aspek penting, perlu dilakukan langkah pengendalian untuk menekan tingkat risiko. . Penggolongan nilai risiko di PT Telen Orbit Prima adalah sebagai berikut: Gambar 3. Matrik Risiko Sumber : PT Telen Orbit Prima, 2011 4 Pengendalian Risiko Dapat dipastikah bahwa semua tenaga kerja tidak menginginkan kecelakaan atau mengalami kerusakan pada harta benda. commit to user 28 Kebanyakan tenaga kerja dengan sadar melakukan hal-hal yang menyerempet bahaya, meskipun mereka tidak menginginkan terjadinya kecelakaan. Berkaitan dengan risiko K3 pengendalian Risiko dilakukan dengan mengurangi kemungkinan atau keparahan dengan mengikuti hirarki sebagai berikut Ramli, 2009 : a. Eliminasi Eliminasi adalah teknik pengendalian dengan menghilangkan sumber bahaya misalnya lubang jalan ditutup, ceceran minyak dibersihkan. Cara itu sangat efektif karena sumber bahaya di eliminasi sehingga potensi risiko dapat dihilangkan. Karena itu, teknik ini menjadi pilihan utama dalam hirarki pengendalian risiko. b. Substitusi Substitusi adalah teknik pengendalian bahaya dengan mengganti alat, bahan, sistem atau prosedur yang berbahaya dengan yang lebih aman atau lebih rendah bahayanya, misalnya bahan kimia berbahaya dalam proses produksi diganti dengan bahan kimia lain yang lebih aman. c Enginering Control Pengendalian Teknis Sumber bahaya biasanya berasal dari peralatan atau sarana teknis yang ada dilingkungan kerja. Karena itu, pengendalian bahaya dapat dilakukan melalui perbaikan pada desain, penambahan peralatan dan pemasangan peralatan pengaman. commit to user 29 d Pengendalian Administrasi Pengendalian dengan cara administrasi dapat dilakukan misalnya dengan rotasi kerja, waktu istirahat, cara kerja atau prosedur kerja yang lebih aman dan nyaman. e Alat Pelindung Diri APD Pilihan terakhir untuk pengendalian bahaya adalah dengan memakai alat pelindung diri misalnya helm, sarung tangan, sepatu pelindung, dan alat pelindung lainnya Dalam melakukan pengendalian risiko, maka dapat ditentukan jenis pengendalian dengan mempertimbangkan tingkat paling atas dari hirarki pengendalian, jika tingkat atas tidak dapat dipenuhi maka melakukan upaya tingkat pengendalian selanjutnya, demikian seterusnya sehingga pengendalian risiko kecelakaan dilakukan berdasarkan hirarki pengendalian. 5 Komunikasi dan Konsultasi Memberikan informasi kepada pekerja mengenai risiko yang ada di tempat kerja, meminta saran kepada pekerja yang terlibat langsung di area kerja tentang idntifikasi bahaya. Setelah itu memastikan pekerja memahami dan menerima strategi pengendalian yang ditetapkan. 6 Pemantauan dan Tinjauan Ulang Setelah rencana tindakan pengendalian risiko dilakukan maka selanjutnya perlu dipantau ulang apakah tindakan tersebut sudah commit to user 30 efektif atau belum. Bentuk pemantauannya antara lain inspeksi, pemantauan lingkungan, dan audit. Selain itu fungsi pengawas operasional juga termasuk salah satu cara pemantauan dan tinjauan ulang apakah penerapan manjemen risiko benar-benar telah dilaksanakan sepenuhnya ataukah belum. commit to user 31

B. Kerangka Pemikiran