EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI HIDROLISIS GARAM DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBERIKAN PENJELASAN SEDERHANA DAN MENERAPKAN KONSEP YANG DAPAT DITERIMA

(1)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI HIDROLISIS GARAM DALAM MENINGKATKAN

KETERAMPILAN MEMBERIKAN PENJELASAN SEDERHANA DAN MENERAPKAN KONSEP

YANG DAPAT DITERIMA

Oleh RIA SEPTIANA

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi hidrolisis garam dalam meningkatkan keterampilan memberi-kan penjelasan sederhana dan menerapmemberi-kan konsep yang dapat diterima siswa SMAN 1 Gadingrejo. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Gadingrejo kelas XI IPA3 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA4 sebagai kelas kontrol semester Genap Tahun Ajaran 2011-2012 yang memiliki karakteristik hampir sama. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan Non EquivalentControl Group Design. Analisis data menggunakan uji-t dari n-Gain yang signifikan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata n-Gain keterampilan memberikan pen-jelasan sederhana kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu 0,44 dan 0,12; thitung (2,88) > ttabel (1,67). Rata-rata n-Gain keterampilan menerapkan konsep yang dapat diterima kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu 0,42 dan 0,20; thitung (2,23) > ttabel (1,67). Disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi hidrolisis


(2)

garam efektif dalam meningkatkan keterampilan memberikan penjelasan sederhana dan menerapkan konsep yang dapat diterima oleh siswa.

Kata kunci: model pembelajaran inkuiri terbimbing, meteri hidrolisis garam keteram-pilan memberikan penjelasan sederhana dan menerapkan konsep yang dapat diterima.


(3)

x DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Alur penelitian... 29 2. Diagram rata-rata n-Gain keterampilan memberikan penjelasan sederhana dan menerapkan konsep yang dapat diterima siswa kelas ekperimen dan kelas kontrol... 37


(4)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar belakang ... 1

B. Rumusan masalah ... 5

C. Tujuan penelitian ... 6

D. Manfaat penelitian ... 6

E. Ruang lingkup penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Teori belajar konstruktivisme ... 9

B. Model pembelajaran inkuiri terbimbing. ... 11

C. Keterampilan berpikir kritis……… ... 14

D. Kerangka berpikir ... .. 20

E. Anggapan dasar ... 21

F. Hipotesis umum ... 22

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 23

A. Populasi dan sampel penelitian ... . 23


(5)

vii

C. Data penelitian ... 24

D. Rancangan penelitian... 24

E. Instrumen penelitian ... 25

F. Prosedur pelaksanaan penelitian ... 26

G. Teknik analisis data ... 29

1. Perhitungan n-Gain... 30

2. Uji normalitas ... 30

3. Uji homogenitas dua varians ... 31

4. Pengujian hipotesis ... 32

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Hasil penelitian dan analisis data ... 35

B. Pembahasan... 41

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 49

A. Simpulan ... 49

B. Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 51

LAMPIRAN 1. Silabus kelas eksperimen ... 53

2. RPP kelas eksperimen... 65

3. Lembar kerja siswa kelas eksperimen... 78

4. Soal pretes... 107

5. Soal postes... 108

6. Kisi-kisi dan rubrik penilaian pretes... 109

7. Kisi-kisi dan rubrik penilaian postes ... 119


(6)

viii

9. Nilai keterampilan menerapkan konsep yang dapat diterima ... 135

10. Perhitungan ... 136

11. Surat keterangan penelitian ... 160

12. Lembar penilaian aktivitas... 161


(7)

MOTTO

Tidak ada harga atas waktu, tapi waktu sangat berharga. Memiliki waktu

tidak menjadikan kita kaya. Tetapi menggunakannya dengan baik adalah

sumber dari semua

kekayaan.

(Mario Teguh)

Perlakukanlah setiap orang dengan kebaikan hati dan rasa hormat, meski

mereka berlaku buruk pada kamu, ingatlah bahwa kamu menunjukkan

penghargaan pada orang lain bukan karena siapa mereka tapi karena siapakah

diri kamu.

(Andrew T. Somers)

Tidak ada masalah yang terlalu besar untuk dihadapi, tidak ada langkah yang

terlalu panjang untuk dijalani, dan tidak ada orang yang terlalu sulit untuk

dihadapi ketika kita mampu menyikapi setiap peristiwa yang terjadi dengan

hati yang jernih dan fikiran yang tenang

(Heni Isticharoh)


(8)

PERSEMBAHAN

Dengan ketulusan serta kerendahan hati persembahan karya sederhana ini Kupersembahkan untuk

Kedua orang tuaku Bapak Heri Suwarsono M.E. dan Ibu Aminah S.E.tercinta yang sangat aku sayangi dan aku hormati, yang selalu jadi kekuatan dalam hidupku, yang tak pernah henti memberikan cinta dan kasih sayangnya untukku dan yang selalu berdoa dan

berharap di setiap tetes keringatnya untuk keberhasilanku

Kakek dan Nenekku yang selalu mendoakan dan menantikan keberhasilanku

Adikku tersayang, Ari Yunansyah yang selalu mendoakan dan mendukungku

Sahabat-sahabatku yang mungkin tidak cukup disebutkan namanya satu per satu. Terima kasih untuk semua dukungan, semangat dan kenangan yang

telah kalian berikan selama ini

Teman-teman Pendidikan Kimia angkatan 2008, terima kasih atas kebersaman dan kepeduliannya selama ini. Serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini terima kasih atas dukungan, bantuan serta semangat yang

kalian berikan

Para pendidik yang aku hormati


(9)

Judul Skripsi : EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI

HIDROLISIS GARAM DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBERIKAN PENJELASAN SEDERHANA DAN MENERAPKAN KONSEP YANG DAPAT DITERIMA

Mahasiswa : Ria Septiana Nomor Pokok Mahasiswa : 0813023044 Program Studi : Pendidikan Kimia Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dra. Ila Rosilawati, M.Si. Dr. Noor Fadiawati, M.Si. NIP 19650717 199003 2 001 NIP 19660824 199111 2 001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.


(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 27 September 1990, anak pertama dari dua bersaudara buah hati dari pasangan Bapak Heri Suwarsono M.E. dan Ibu Aminah S.E.

Penulis mengawali pendidikan pada tahun 1994 di Taman Kanak-Kanak Darma Wanita Pringsewu diselesaikan tahun 1996, Sekolah Dasar Negeri 3 Pajaresuk yang diselesaikan tahun 2002. SMP Negeri 1 Pringsewu diselesaikan pada tahun 2005, dan SMA Negeri 1 Pringsewu yang diselesaikan tahun 2008. Kemudian pada tahun 2008 terdaftar sebagai mahasiswa di Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri).

Pada tahun 2011, penulis mengikuti Program Pengalaman Lapangan (PPL) yang terintegrasi dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di SMA 17 Pagelaran, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Pringsewu.


(11)

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim.

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadiran Allah SWT atas segala lim pa-han rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Materi Hidrolisis Garam dalam Me-ningkatkan Keterampilan Memberikan Penjelasan Sederhana dan Menerapkan Konsep yang dapat Diterima” dapat diselesaikan dengan segenap kemampuan dan keterbatasan yang ada. Shalawat serta salam juga semoga selalu tercurah pada Rasullulah Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta umat-Nya yang senantiasa istiqomah di jalan-Nya.

Pada kesempatan ini diucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada : 1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si., selaku pembimbing utama sekaligus pembim-bing akademik.

4. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia serta pembimbing pembantu.

5. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si., selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritikan dalam penyusunan skripsi ini agar menjadi lebih baik lagi.


(12)

6. Seluruh Dosen dan staf di Jurusan Pendidikan MIPA khususnya Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Lampung.

7. Ibu Dra. Hermin Budiarsi, MPd., selaku kepala SMAN 1 Gadingrejo yang telah memberikan izin penulis untuk melaksanakan penelitian.

8. Ibu Itin Setyaningsih, S.Pd., selaku guru mitra atas kerjasama dan bimbingan-nya selama penulis melakukan penelitian.

9. Teristimewa untuk kedua orang tuaku tercinta Bapak Heri Suwarsono, M.E. dan Ibu Aminah, S.E. yang telah mendidik, mendukung dan menyayangiku serta selalu berdoa untuk keberhasilanku. Terimakasih atas segala cinta, kasih, dan nasehatnya. Ternyata sabar adalah Kunci hidup.

10.Mbakku Nanda dan adikku Ari, yang selalu mendoakan dan mendukungku. Terima kasih untuk segala doa serta dukungan kalian untuk harapan dan ke-berhasilanku.

11.Sahabat yang selalu mendukungku: Elsa, Ena, Sinta, Esty, Ika, Devi, Della, Kiki, Eva, Ria, Evi. Terimakasih atas doa dan dukungannya. “Perjalanan hidup kita masih panjang” sukses buat kalian.

12.Untuk Deky Saputra yang telah senantiasa setia menemani keluh kesahku, terima kasih atas kasih sayang, keikhlasan dan dorongan semangat yang tak pernah lelah kau berikan setiap waktu.

13.Teman-temanku: Alan, Andrian, Anggi, Anggun, Ari, Cahya, Diky, Pepin, Gitche, Indah, Irma, Januar, khususyah, Joni, Lastri, Aulia, Mahfudz, Obed, Pipit, Rely, Rina, Rosma, Susi, Titin, Tohir, Toro, Usep, Vera, dan Vina atas arti persahabatan dan perhatian yang telah terjalin semenjak kita berada di P.Kimia semoga persahabatan kita tidak lekang dimakan oleh usia. Amin.


(13)

Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta berkenan membalas semua budi baik yang diberikan. Disadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, namun diharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, 5 November 2012 Penulis,


(14)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu pengetahuan alam berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga me-rupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wa-hana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari (BSNP, 2006).

Ilmu kimia adalah cabang dari IPA yang secara khusus mempelajari tentang struk-tur, susunan, sifat dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi. Ilmu kimia terdiri dari banyak konsep, hukum, dan azas, dari yang seder-hana sampai yang kompleks. Pembelajaran kimia di SMA dan MA memiliki tuju-an dtuju-an fungsi tertentu, dituju-antartuju-anya adalah untuk memupuk sikap ilmiah ytuju-ang mencakup sikap kritis, jujur, objektif, serta memahami konsep-konsep kimia dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. (BSNP, 2006)

Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mencapai keberhasilan tujuan pem-belajaran kimia adalah dengan menerapkan pola pikir berpikir kritis. Pola pikir


(15)

2

dengan berpikir kritis perlu dikembangkan karena kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat essensial untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya. Menurut Halpen (1996), berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui setelah menentukan tujuan, memper-timbangkan, dan mengacu langsung kepada sasaran. Hal ini merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah, merumus-kan kesimpulan, mengumpulmerumus-kan berbagai kemungkinan, dan membuat keputusan ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat. Berpikir kritis juga merupakan kegiatan mengevaluasi dan mempertimbangkan kesimpulan yang akan diambil manakala menentukan bebe-rapa faktor pendukung untuk membuat keputusan.

Beberapa hal yang tidak terlepas dari indikator bepikir kritis adalah keterampilan memberikan penjelasan sederhana dan menerapkan konsep yang dapat diterima. Pada keterampilan memberikan penjelasan sederhana ini siswa diminta untuk mengungkapkan gagasan awal yang mereka miliki terhadap suatu permasalahan. Sedangkan keterampilan menerapkan konsep yang dapat diterima contohnya sis-wa diminta mengaplikasikan konsep yang sudah dipelajari untuk menyelesaikan suatu permasalahan.

Keterampilan berpikir kritis siswa dapat dilatih dengan menerapkan model pem-belajaran yang berfilosofi konstruktivisme, yakni pempem-belajaran yang menitikbe-ratkan pada keaktifan siswa dan mengharuskan siswa membangun pengetahuan-nya sendiri. Salah satu model pembelajaran yang selaras dengan pendekatan


(16)

3

konstruktivisme adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing. Inkuiri dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukannya. (Ibrahim, 2000).

Model inkuiri terbimbing diduga dapat memacu dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. Hal ini diperkuat dengan beberapa hasil penelitian yang mengkaji penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Salah satunya ada-lah hasil penelitian yang dilakukan oleh Redjeki dan Pullaila (2007) yang mene-liti model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk meningkatkan penguasaaan dan keterampilan berpikir kreatif siswa SMA Negeri 1 Rambah pada materi suhu dan kalor. Dari perhitungan n-Gain menunjukkan bahwa peningkatan penguasaaan suhu dan kalor, bagi siswa yang memperoleh pembelajaran inkuiri terbimbing le-bih tinggi jika dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran labora-torium verifikasi.

Pembelajaran inkuiri terbimbing dapat membentuk dan mengembangkan ” Self-Concept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik, membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru, mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka, situasi proses belajar menjadi lebih terangsang, dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu, memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri (Roestiyah, 1998).

Lebih lanjut menurut Gulo dalam (Trianto, 2010), pembelajaran inkuiri terbim-bing dapat dimulai dengan memberikan pertanyaan atau masalah untuk diselesai-kan oleh siswa. Setelah masalah diungkapdiselesai-kan, siswa mengembangdiselesai-kan


(17)

pendapat-4

nya dalam bentuk hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Langkah selanjutnya siswa mengumpulkan data-data dengan melakukan percobaan dan telaah literatur. Siswa kemudian menganalisis data dan menarik kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan.

Salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa kelas XI semester genap adalah menentukan jenis garam yang mengalami hidrolisis dalam air dan pH laru-tan garam tersebut. Untuk mencapai kompetensi tersebut pengalaman belajar ha-rus relevan yaitu apabila dalam pembelajaran siswa diajak untuk melihat keeratan hubungan antara konsep yang dipelajari dengan fakta-fakta dalam kehidupan hari. Pentingnya menghubungkan materi kimia dengan kehidupan sehari-hari sebagai landasan pendekatan pembelajaran yang ditujukan untuk memotivasi belajar siswa, melatih berpikir kritis dan kreatif, serta mengembangkan keteram-pilan proses. Dipilih materi hidrolisis garam karena pada umumnya materi pem-belajaran kimia di semester genap khususnya hidrolisis garam kurang dilatihkan keterampilan berpikir kritis, proses pembelajaran pada materi ini tidak membutuh-kan waktu yang lama sehingga memungkinmembutuh-kan untuk dilaksanamembutuh-kan tepat waktu, selain itu materi hidrolisis garam juga sesuai dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di SMA Negeri 1 Gadingrejo pada se-mester ganjil tahun pelajaran 2011/2012, menunjukkan bahwa pembelajaran kimia masih menggunakan metode ceramah yang disertai tanya jawab dan latihan soal. Siswa tidak dibimbing untuk menemukan konsep, serta praktikum hanya mem-buktikan konsep. Kurikulum yang digunakan di SMA Negeri 1 Gadingrejo yaitu


(18)

5

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP yang dalam proses pembel-ajarannya menghendaki siswa ditempatkan sebagai pusat pembelajaran. Guru ha-nya berperan sebagai fasilitator dan motivator. Namun pada keha-nyataaha-nya para-digma lama yaitu guru merupakan pusat kegiatan belajar di kelas (teacher center) masih dipertahankan dengan alasan pembelajaran seperti ini adalah yang paling praktis dan tidak menyita banyak waktu. Cara pembelajaran seperti itu menye-babkan keterampilan berpikir kritis siswa kurang terlatih.

Dengan demikian diharapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat dijadi-kan salah satu alternatif pembelajaran yang juga dapat mengembangdijadi-kan keteram-pilan berpikir kritis siswa khususnya untuk keteramketeram-pilan memberikan penjelasan sederhana dan menerapkan konsep yang dapat diterima. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian kuasi eksperimen dengan judul “Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Materi Hidrolisis Garam da-lam Meningkatkan Keterampilan Memberikan Penjelasan Sederhana dan Menerapkan Konsep yang dapat Diterima”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi hidrolisis garam efektif dalam meningkatkan keterampilan memberikan penjelasan sederhana dan menerapkan konsep yang dapat diterima?


(19)

6

2. Bagaimana karakteristik model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi hidrolisis garam dalam meningkatkan keterampilan memberikan penjelasan sederhana dan menerapkan konsep yang dapat diterima?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menentukan keefektifan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi hidrolisis garam dalam meningkatkan keterampilan memberikan penjelasan sederhana dan menerapkan konsep yang dapat diterima.

2. Mendeskripsikan karakteristik model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi hidrolisis garam dalam meningkatkan keterampilan memberikan penjelasan sederhana dan menerapkan konsep yang dapat diterima.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa, guru, dan sekolah yaitu :

1. Memudahkan siswa dalam memahami konsep pada materi hidrolisis garam selama pembelajaran inkuiri terbimbing.

2. Dapat memberikan pengalaman belajar secara langsung kepada siswa, mem-permudah siswa dalam mengkonstruksi konsep pada materi hidrolisis garam. 3. Model pembelajaran inkuiri terbimbing menjadi salah satu alternatif strategi

pembelajaran yang inovatif, kreatif, dan produktif bagi guru dalam memilih model pembelajaran sebagai upaya mengembangkan keterampilan berpikir


(20)

7

kritis siswa khususnya untuk sub indikator memberikan penjelasan sederhana dan menerapkan konsep yang dapat diterima.

4. Sumbangan pemikiran dan informasi dalam upaya meningkatkan mutu pem-belajaran kimia di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Lokasi penelitian di SMAN 1 Gadingrejo.

2. Pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaaan yang signifikan antara pemahaman awal sebelum pembelajaran dan pemahaman setelah pembelajaran (gain yang signifikan). (Wicaksono, 2008).

3. Model pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang selama ini digunakan di SMAN 1 Gadingrejo. Pembelajaran konvensional yang diterap-kan menggunaditerap-kan metode ceramah, tanya jawab, latihan, dan praktikum pa-da materi-materi tertentu hanya untuk membuktikan konsep.

4. Model pembelajaran inkuiri terbimbing menurut Gulo (Trianto, 2010) meru-pakan model pembelajaran yang terdiri dari tahap-tahap, yaitu : (1) mengaju-kan permasalahan, (2) merumusmengaju-kan hipotesis, (3) mengumpulmengaju-kan data, (4) analisis data, dan (5) membuat kesimpulan.

5. Keterampilan berpikir kritis yang akan diteliti adalah memberikan penjelasan sederhana dengan indikator bertanya dan menjawab pertanyaan yang berfo-kus pada sub indikator memberikan penjelasan sederhana; menyimpulkan


(21)

de-8

ngan indikator membuat dan menentukan hasil pertimbangan yang berfokus pada sub indikator menerapkan konsep yang dapat diterima.


(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Belajar Konstruktivisme

Teori belajar konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri. Konstruktivisme menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001) "konstruktivisme juga menyatakan bahwa semua pe-ngetahuan yang kita peroleh adalah hasil konstruksi sendiri, maka sangat kecil ke-mungkinan adanya transfer pengetahuan dari seseorang kepada yang lain”.

Menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001), agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan, maka diperlukan:

1. Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali penga-laman. Kemampuan untuk mengingat dan mengungkapkan kembali pe-ngalaman sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasarkan inte-raksi individu siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut.

2. Kemampuan siswa untuk membandingkan, dan mengambil keputusan me-ngenai persamaan dan perbedaan suatu hal. Kemampuan membandingkan sangat penting agar siswa mampu menarik sifat yang lebih umum dari pe-ngalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbedaannya untuk selanjutnya membuat klasifikasi dan mengkonstruksi pengetahuan-nya.

3. Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang lain (selective conscience). Melalui “suka dan tidak suka” inilah muncul penilaian siswa terhadap pengalaman, dan menjadi landasan bagi pemben- tukan pengetahuannya.


(23)

10

Menurut Trianto (2007):

Setiap orang membangun pengetahuannya sendiri, sehingga transfer penge-tahuan akan sangat mustahil terjadi. Pengepenge-tahuan bukanlah suatu barang yang dapat ditransfer dari orang yang mempunyai pengetahuan kepada ora-ng yaora-ng belum mempunyai peora-ngetahuan. Bahkan, bila seoraora-ng guru ber-maksud mentransfer konsep, ide, dan pengertiannya kepada siswa, pemin-dahan itu harus diinterpretasikan dan dikonstruksikan oleh siswa itu lewat pengalamannya.

Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Suparno (1997), antara lain:

1). Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif; 2). Tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa; 3). Mengajar adalah membantu siswa belajar; 4). Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir; 5). Kurikulum menekankan partisipasi siswa; dan 6). Guru adalah fasilitator. Ciri atau prinsip dalam belajar menurut Suparno (1997) sebagai berikut :

1. Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami.

2. Konstruksi makna adalah proses yang terus menerus.

3. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan pe-ngembangan pemikiran dengan membuat pengertian baru. Belajar bu-kanlah hasil perkembangan tetapi perkembangan itu sendiri.

4. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya.

5. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, si subjek belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari.

Jadi menurut teori konstruktivisme, belajar adalah kegiatan yang aktif di mana siswa membangun sendiri pengetahuannya. Siswa juga mencari sendiri makana dari sesuatu yang mereka pelajari.

Menurut Sagala (2003) konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pendekatan kontekstual, yaitu pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak dengan tiba-tiba. Landasan berfikir konstruktivisme adalah lebih menekankan pada strategi memperoleh dan mengingat pengetahuan


(24)

11

B. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Model pembelajaran inkuiri terbimbing selaras dengan pendekatan konstruktivis-me. Inkuiri dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukannya. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah (Ibrahim, 2000).

Gulo dalam Trianto (2010) menyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:

1. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan

Kegiatan metode pembelajaran inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis.

2. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi perma-salahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru membimbing siswa menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan.

3. Mengumpulkan data

Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Guru membimbing siswa untuk menentukan langkah-langkah pengumpulan data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel atau grafik.

4. Analisis data

Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Setelah memperoleh kesimpulan, dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai dengan proses inkuiri yang telah

dilakukannya.

5. Membuat kesimpulan

Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh siswa.

Langkah awal pembelajaran inkuiri terbimbing ialah mengajukan permasalahan, siswa diberikan masalah atau pertanyaan dari guru kemudian siswa bekerja untuk


(25)

12

menemukan jawaban terhadap masalah tersebut di bawah bimbingan yang intensif dari guru. Setelah masalah diungkapkan, siswa mengembangkan dalam bentuk hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Kemampuan yang dituntut dalam mengembangkan hipotesis. Setelah siswa mengembangkan hipotesis, langkah se-lanjutnya siswa mengumpulkan data-data dengan melakukan percobaan dan telaah literatur. Siswa kemudian menganalisis data dari hasil pengumpulan data. Ter-akhir siswa dapat menarik kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan.

Pada penelitian ini tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang digunakan mengadaptasi dari tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang dikemukakan oleh Gulo dalam Trianto (2010). Tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing terse-but dapat dije-laskan pada Tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1. Tahap pembelajaran inkuiri terbimbing

No. Fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1. Mengajukan

perta-nyaan atau permasalahan

Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah. Membagi siswa dalam kelmpok

Siswa mengidentifikasi masalah dan siswa duduk dalam kelompoknya masing-masing. 2. Membuat hipotesis Guru memberikan

ke-sempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membuat hipotesis. Membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan

hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan.

Siswa memberikan pendapat dan menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan.


(26)

13

Lanjutan Tabel 1.

3. Mengumpulkan data Guru membimbing siswa mendapatkan informasi atau data-data melalui percobaan maupun telaah literatur

Siswa melakukan per-cobaan maupun telaah literatur untuk menda-patkan data-data atau informasi

4. Menganalisis data Guru memberi kesem-patan pada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul

Siswa mengumpulkan dan menganalisi data serta menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul

5. Membuat kesimpulan

Guru membimbing siswa dalam membuat

kesimpulan

Siswa membuat kesim-pulan

Menurut Roestiyah (1998), inquiry memiliki keunggulan yang dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Dapat membentuk dan mengembangkan ”Self-Concept” pada diri sis-wa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik.

2. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.

3. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka.

4. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.

5. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. 6. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.

7. Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.

Sedangkan kelemahan dari model pembelajaran inquiry antara lain:

1. Guru harus tepat memilih masalah yang akan dikemukan untuk mem-bantu siswa menemukan konsep.

2. Guru dituntut menyesuaikan diri terhadap gaya belajar siswa-siswanya. 3. Guru sebagai fasilitator diharapkan kreatif dalam mengembangkan

pertanyaan-pertanyaan.

Untuk mengatasi kelemahan tersebut maka guru harus memiliki kreativitas yang tinggi dalam memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa. Guru harus lebih


(27)

14

banyak mengaitkan meteri pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari yang se-ring dijumpai siswa sehingga siswa lebih mudah mnemukan konsep pembelajaran itu sendiri. Guru juga dituntut untuk tidak monoton dalam proses pembelajaran sehingga tidak menimbulkan kejenuhan pada diri siswa.

Model pembelajaran inkuiri dianggap mampu meningkatkan keterampilan berpi-kir pada diri siswa. Seperti yang diungkapkan oleh Sanjaya (2009) bahwa pem-belajaran melalui strategi inkuiri adalah menolong siswa untuk mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar ingin tahu mereka. Hal senada diungkapkan Savage dan Amstrong dalam (Sapria, 2009) yang menyatakan bahwa mengembangan pendekatan inkuiri sebagai salah satu upaya guru dalam memban-tu siswa meningkatkan kemampuan berpikir.

C. Keterampilan Berpikir Kritis

Keterampilan adalah kecakapan untuk melaksanakan tugas, dimana keterampilan tidak hanya meliputi gerakan motorik, tetapi juga melibatkan fungsi mental yang bersifat kognitif, yaitu suatu tindakan mental dalam usaha memperoleh pengeta-huan. Proses berpikir berhubungan dengan pola perilaku yang lain dan membu-tuhkan keterlibatan aktif pemikir. Presseisen dalam Costa (1985) menyatakan bahwa berpikir adalah upaya yang kompleks dan reflektif bahkan suatu pengala-man yang kreatif

Berpikir membuat seseorang dapat mengolah informasi yang diterima dan mengembangkannya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Arifin dalam


(28)

15

Saputra (2012) menyatakan bahwa berpikir merupakan proses mental yang dapat menghasilkan pengetahuan. Berpikir juga merupakan kemampuan jiwa taraf ting-gi yang dapat dicapai dan dimiliki oleh manusia. Adanya kemampuan berpikir pada manusia merupakan pembeda yang khas antara manusia dengan binatang. Melalui berpikir, manusia dapat mencapai kemajuan yang luar biasa dan selalu berkembang dalam peradaban dan kebudayaan.

Presseisen dalam Costa (1985) menyatakan bahwa berpikir dianggap suatu proses kognitif, suatu proses mental untuk memperoleh pengetahuan. Walaupun demi-kian, aspek kognitif berkaitan dengan cara-cara bagaimana mengenal sesuatu se-perti persepsi, penalaran, dan intuisi. Kemampuan berpikir menitikberatkan pada penalaran sebagai fokus utama dalam aspek kognitif. Kemudian Sugiarto dalam Amri (2010) mengkategorikan proses berpikir kompleks atau berpikir tingkat tinggi ke dalam empat kelompok yang meliputi pemecahan masalah (problem solving), pengambilan keputusan (decision making), berpikir kritis (critical thinking), dan berpikir kreatif (creative thinking). Berpikir kritis diperlukan da-lam kehidupan karena dada-lam kehidupan di masyarakat, manusia selalu dihadap-kan pada permasalahan yang memerludihadap-kan pemecahan. Untuk memecahdihadap-kan suatu permasalahan tertentu diperlukan data-data agar dapat dibuat keputusan yang lo-gis, dan untuk membuat suatu keputusan yang tepat, diperlukan kemampuan kritis yang baik. Ennis (1985) menyatakan bahwa berpikir kritis merupakan suatu pro-ses berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputu-san, sebagai apa yang harus dipercaya atau dilakukan.


(29)

16

Menurut kamus Webster’s dalam Amri (2010) menyatakan, “Kritis” (critical) adalah “Menerapkan atau mempraktikan penilaian yang teliti dan obyektif” se -hingga “berpikir kritis” dapat diartikan sebagai berpikir yang membutuhkan ke-cermatan dalam membuat keputusan. Pengertian yang lain diberikan oleh Suryanti dalam Amri (2010) yaitu: berpikir kritis merupakan proses yang bertu-juan untuk membuat keputusan yang masuk akal mengenai apa yang kita percayai dan apa yang kita kerjakan. Berpikir kritis merupakan salah satu tahapan berpikir tingkat tinggi.

Seorang siswa tidak akan dapat mengembangkan berpikir kritis dengan baik, tan-pa ditantang untuk berlatih menggunakannya dalam konteks berbagai bidang studi yang dipelajarinya. Berpikir kritis dalam ilmu kimia tidak dapat dilakukan de-ngan cara mengingat dan menghafal konsep-konsep, tetapi mengintegrasikan dan mengaplikasikan konsep-konsep yang telah dimiliki. Terdapat enam kompo-nen/unsur dari berpikir kritis menurut Ennis (1985) yang disingkat menjadi FRISCO, seperti yang tertera pada tabel 2.

Tabel 2. Unsur-Unsur Kemampuan Berpikir Kritis

No Unsur Keterangan

1 Focus Memfokuskan pemikiran, menggambarkan poin-poin utama, isu, pertanyaan, atau permasalahan. Hal-hal pokok dituangkan di dalam argumen dan pada akhirnya didapat kesimpulan dari suatu isu, pertanyaan, atau permasalahan tersebut. 2 Reasoning Ketika suatu argumen dibentuk, maka harus

disertai dengan alasan (reasoning). Alasan dari argumen yang diajukan harus dapat mendukung kesimpulan dan pada akhirnya alasan tersebut dapat diterima sebelum membuat keputusan akhir.

3 Inference Ketika alasan yang telah dikemukakan benar, apakah hal tersebut dapat diterima dan dapat mendukung kesimpulan.


(30)

17

Lanjutan Tabel 2.

4 Situation Ketika proses berpikir terjadi, hal tersebut dipengaruhi oleh situasi atau keadaan baik (keadaan lingkungan, fisik, maupun sosial).

5 Clarity Ketika mengungkapkan suatu pikiran atau pendapat, diperlukan kejelasan untuk membuat orang lain memahami apa yang diungkapkan

6 Overview Suatu proses untuk meninjau kembali apa yang telah kita temukan, putuskan, pertimbangkan, pelajari, dan simpulkan.

Menurut Ennis (1985) terdapat 12 indikator keterampilan berpikir kritis yang di-kelompokkan dalam lima kelompok keterampilan berpikir. Kelima kelompok keterampilan tersebut adalah: memberikan penjelasan sederhana (elementary cla-rification), membangun keterampilan dasar (basic support), menyimpulkan ( inter-ference), membuat penjelasan lebih lanjut (advance clarification), serta strategi dan taktik (strategy and tactics). Adapun kedua belasindikator tersebut adalah:

1. Memfokuskan pertanyaan. 2. Menganalisis argumen.

3. Bertanya dan menjawab pertanyaan. 4. Mempertimbangkan kredibilitas sumber.

5. Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi. 6. Membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi. 7. Membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi. 8. Membuat dan mempertimbangkan hasil keputusan. 9. Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi. 10.Mengidentifikasi asumsi.

11.Memutuskan suatu tindakan. 12.Berinteraksi dengan orang lain

Tabel 3. Keterampilan Berpikir Kritis Menurut Ennis No. Kelompok Indikator Sub Indikator

Memfokuskan pertanyaan

a. Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan

b. Mengidentifikasi atau merumuskan untuk mempertimbangkan

kemungkinan jawaban c. Menjaga kondisi berpikir


(31)

18

Lanjutan Tabel 3.

1. Memberikan penjelasan sederhana Menganalisis argumen

a. Mengidentifikasi kesimpulan b. Mengidentifikasi kalimat-kalimat

pertanyaan

c. Mengidentifikasi kalimat-kalimat bukan bukan pertanyaan

d. Mengidentifikasi dan menangani ketidaktepatan

e. Melihat struktur dari suatu argumen

Membuat ringkasan

Bertanya dan

menjawab pertanyaan

a. Menyebutkan contoh

b. Memberikan penjelasan sederhana ( Mengapa? Apa ide utamamu? Apa yang anda maksud..? Apa

yang membuat perbedaan....? ) c. Memberikan penjelasan lanjut

2. Membangun keterampilan dasar Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak

a. Mempertimbangkan keahlian b. Mempertimbangkan kemenarikan

konflik

c. Mempertimbangkan kesesuaian sumber

d. Mempertimbangkan reputasi e. Mempertimbangkan penggunaan

prosedur yang tepat

f. Mempertimbangkan resiko untuk reputasi

f. Kemampuan untuk memberikan alasan.

g. Kebiasaan berhati-hati. Mengobservasi dan

mempertimbangkan laporan observasi

a. Melibatkan sedikit dugaan b. Menggunakan waktu yang singkat

antara observasi dan laporan. c. Melaporkan hasil observasi d. Merekam hasil observasi e. Menggunakan bukti-bukti yang

benar

f. Menggunakan akses yang baik g. Menggunakan teknologi h. Mempertanggungjawaban hasil


(32)

19

Lanjutan Tabel 3.

3. Menyimpulkan

Mendeduksi dan mempertimbang-kan hasil deduksi

a. Siklus logika-Euler b. Mengkondisikan logika c. Menyatakan tafsiran

Menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi

a. Mengemukakan hal yang umum b. Mengemukakan kesimpulan dan

hipotesis Membuat dan

menentukan hasil pertimbangan

a. Mengemukakan hal yang umum b. Mengemukakan kesimpulan dan

hipotesis

c. Mengemukakan hal yang umum d. Mengemukakan kesimpulan dan

hipotesis

e. Membuat dan menentukan hasil pertimbangan sesuai latar belakang fakta-fakta

f. Membuat dan menentukan hasil pertimbangan berdasarkan akibat g. Menerapkan konsep yang dapat

diterima

h. Membuat dan menentukan hasil pertimbangan keseimbangan masalah. 4. Memberikan penjelasan lanjut Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi

a. Membuat bentuk definisi(sinonim, klasifikasi, rentang ekivalen, rasional, contoh, bukan contoh) b. Strategi membuat definisi c. Membuat isi definisi Mengidentifikasi

asumsi-asumsi

a. Penjelasan bukan pernyataan b. Mengkonstruksi argumen

5. Mengatur strategi dan taktik Menentukan suatu tindakan

a. Mengungkap masalah b. Memilih kriteria untuk

mempertimbangkan solusi yang mungkin

c. Merumuskan solusi alternatif d. Menentukan tindakan sementara e. Mengulang kembali

f. Mengamati penerapannya Berinteraksi dengan

orang lain

a. Menggunakan argumen b. Menggunakan strategi logika c. Menggunakan strategi retorika d. Menunjukkan posisi, orasi, atau


(33)

20

Pada penelitian ini, keterampilan berpikir kritis yang dikembangkan adalah : 1. Memberikan penjelasan sederhana dengan indikator bertanya dan menjawab

pertanyaan, sub indikator memberikan penjelasan sederhana.

2. Menyimpulkan dengan indikator membuat dan menentukan hasil pertimba-ngan, sub indikator menerapkan konsep yang dapat diterima.

D. Kerangka Berpikir

Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekan-kan bahwa pengetahuan kita merupamenekan-kan hasil konstruksi (bentumenekan-kan) kita sendiri. Model pembelajaran inkuiri terbimbing selaras dengan pendekatan konstruktivis-me. Pembelajaraninkuiri terbimbing, adalah pembelajaran yang mana siswa di-beri kesempatan untuk menganalisis hasil dan mengambil kesimpulan secara mandiri, sedangkan topik, pertanyaan dan bahan penunjang ditentukan oleh guru.

Pembelajaran inkuiri terbimbing terdiri dari 5 tahap, tahap pertama yaitu tahap mengajukan pertanyaan atau permasalahan. Pada tahap ini guru memberikan per-masalahan agar siswa mampu menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru berdasarkan pengetahuan awal siswa. Tahap kedua yaitu tahap merumuskan hipo-tesis, pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk merumus-kan hipotesis secara bebas dari permasalahan yang diberimerumus-kan berdasarmerumus-kan pengeta-huan awal mereka. Pada tahap inilah siswa diharapkan mampu melatih keteram-pilan berpikir kritis yaitu keteramketeram-pilan memberikan penjelasan sederhana.


(34)

21

Tahap selanjutnya yaitu tahap mengumpulkan data, dimana guru membimbing siswa untuk mengumpulkan data yang dapat diperoleh dari melakukan percobaan atau telaah literatur. Pada tahap ini siswa diharapkan mampu mengumpulkan data semaksimal mungkin untuk mendukung jawaban hipotesis yang dituliskan. Tahap keempat yaitu tahap menganalisis data, pada tahap ini guru membimbing siswa menganalis data dari hasil percobaan yang telah dilakukan atau telaah literatur, siswa berdiskusi dalam kelompoknya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada LKS. Pada tahap ini bertujuan untuk mengembangkan ke-mampuan siswa berpikir rasional bahwa kebenaran jawaban bukan hanya berda-sarkan argumentasi tetapi didukung oleh data yang ditemukan dan dapat diper-tanggungjawabkan.

Tahap kelima yaitu tahap membuat kesimpulan, pada tahap ini guru membimbing siswa membuat kesimpulan berdasarkan hasil percobaan dan analisis data yang telah diperoleh. Tahap ini diharapkan mampu membantu siswa dalam upaya mengembangkan kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang diberikan, sampai pada akhirnya kemampuan mereka berkembang secara utuh. Dengan demikian pada tahap ini keterampilan menerapkan konsep yang dapat diterima diharapkan mampu dilatihkan kepada siswa.

Dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada pembelajaran kimia di kelas diharapkan siswa dapat meningkatkan keterampilan memberikan penjelasan sederhana dan menerapkan konsep yang dapat diterima, serta penca-paian kompetensi ini akan lebih baik bila dibandingkan dengan keterampilan


(35)

22

memberikan penjelasan sederhana dan menerapkan konsep yang dapat diterima yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional.

E. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Siswa SMAN 1 Gadingrejo kelas XI IPA semester genap tahun pelajaran 2011-2012 mempunyai kemampuan awal yang sama.

2. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan keterampilan memberikan penjelasan sederhana dan menerapkan konsep yang dapat diterima pada materi hidrolisis garam siswa SMAN 1 Gadingrejo kelas XI IPA semester genap tahun pelajaran 2011-2012 diabaikan.

F. Hipotesis Umum

Sebagai pemandu dalam melakukan analisis maka perlu disusun hipotesis umum dengan perumusan sebagai berikut:

Pembelajaran model inkuiri terbimbing pada materi pokok hidrolisis garam lebih efektif dalam meningkatkan keterampilan memberikan penjelasan sederhana dan menerapkan konsep yang dapat diterima daripada pembelajaran konvensional.


(36)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Gadingrejo tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 128 siswa dan tersebar dalam empat kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel didasarkan pada pertimbangan perorangan atau peneliti, yaitu ingin mendapatkan sampel dengan kemampuan akademik relatif sama. Berdasarkan kemampuan akademik yang relatif sama dilihat dari nilai rata-rata uji blok kesetimbangan kimia yang hampir sama, diambil dua kelas sebagai sampel yaitu kelas XI IPA3 dan XI IPA4. Kelas XI IPA3 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA4 sebagai kelas kontrol.

B. Variabel Penelitian.

Variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan model pembelajaran konvensional.

2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan memberikan penjelasan sederhana dan menerapkan konsep yang dapat diterima.


(37)

24

C. Data Penelitian

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat kuantita-tif. Data kuantitatif diperoleh dari tes hasil belajar. Sumber data dibagi menjadi dua yaitu:

1. Data primer yang meliputi data hasil pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol

2. Data sekunder yang meliputi data lembar kinerja guru dan lembar aktivitas siswa

D. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen dengan desain Non

Equivalent Control Group Design (Sugiyono, 2002) yang mana terdapat langkah-langkah yang menunjukkan suatu urutan kegiatan penelitian yaitu:

Tabel 3.Desain penelitian

Kelas Pretest Perlakuan Postest

Kelas eksperimen O1 X1 O2

Kelas kontrol O1 - O2

Keterangan:

X1: Pembelajaran kimia dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

O1: Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi pretest O2: Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi posttest


(38)

25

Di dalam penelitian ini tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Tes yang dilakukan sebelum perlakuan disebut pretest dan sesudah perlakuan disebut posttest.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang berfungsi untuk mempermudah pelaksanaan sesuatu. Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data (Arikunto, 1997). Bentuk instrumen pada penelitian ini adalah:

1. LKS Kimia berbasis keterampilan berpikir kritis materi pokok hidrolisis. Sejumlah tiga LKS, dengan rincian :

a. LKS 1 berisi sub materi sifat-sifat larutan garam. b. LKS 2 berisi sub materi konsep hidrolisis. c. LKS 3 berisi sub materi pH larutan garam.

2. Soal pretest dan posttest yang masing-masing terdiri dari dua bagian, yaitu soal keterampilan memberikan penjelasan sederhana dan menerapkan konsep yang dapat diterima dalam bentuk soal uraian.

3. Lembar afektif siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang meliputi aktivitas siswa.

Soal uraian pretest dan posttest menggunakan validitas isi, yaitu dengan cara judgment. Dalam hal ini dilakukan oleh 2 dosen pembimbing penelitian untuk menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan penguku-ran, indikator, dan butir-butir pertanyaannya. .


(39)

26

Pretest pada penelitian ini adalah materi sebelumnya yaitu larutan penyangga yang terdiri dari 4 butir soal uraian. Sedangkan soal posttest adalah materi hidrolisis garam yang terdiri dari 4 butir soal uraian.

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang digunakan penelitian ini adalah: 1. Observasi pendahuluan

Tujuan observasi pendahuluan:

a. Meminta izin kepada Kepala SMAN 1 Gadingrejo untuk melaksanakan penelitian.

b. Menentukan populasi dan sampel penelitian. 2. Pelaksanaan penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu: a. Tahap persiapan

Yaitu menyiapkan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan instrumen tes.

b. Tahap penelitian

Pada tahap pelaksanaannya, penelitian dilakukan dalam dua kelas di kelas, yaitu kelas eksperimen yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing dan kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional.

Urutan prosedur pelaksanaannya sebagai berikut:

a) Melakukan pretest dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.


(40)

27

b) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada materi pokok laju reaksi sesuai dengan model pembelajaran yang telah ditetapkan di masing-masing kelas.

(1) Kelas eksperimen

Sebelum dilakukan kegiatan pembelajaran, guru mengelompokkan siswa dalam 4 kelompok secara heterogen berdasarkan kemampuan kognitif siswa yang telah ter-amati berdasarkan nilai UAS semester ganjil.

a) Tahap 1: Mengajukan pertanyaan atau permasalahan

Guru menggali pengetahuan awal siswa dengan pertanyaan sebagai langkah permasalahan bagi siswa.

b) Tahap 2: Merumuskan hipotesis

Guru membimbing siswa untuk mengembangkan pendapatnya dalam bentuk hipotesis.

c) Tahap 3: Mengumpulkan data

1) Guru membimbing siswa dalam melakukan percobaan bersama dengan teman sekelompoknya

2) Memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam membuat tabel hasil pengamatan.

d) Tahap 4: Menganalisis data

1) Guru membimbing siswa dalam melakukan percobaan bersama dengan teman sekelompoknya. Meminta siswa pada setiap kelompok untuk mempersentasikan hasil dikusi dan pengamatannya.


(41)

28

2) Guru membimbing siswa dalam diskusi kelompok.

3) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan pendapat dan melengkapi jawaban.

e) Tahap 5 : Membuat kesimpulan

1) Guru membimbing siswa dalam menarik kesimpulan berdasarkan hasil diskusi siswa dan guru.

2) Guru memberikan penguatan dari kesimpulan siswa tentang materi yang telah dipelajari.

(2) Kelas kontrol

a) Kegiatan awal

1) Guru membuka pelajaran dan menyampaikan tujuan pembelajaran b) Kegiatan inti

1) Guru memberikan uraian materi dan penjelasan kepada siswa.

2) Siswa mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang penting. 3) Guru meminta siswa untuk mengerjakan latihan soal.

4) Siswa mengerjakan latihan soal yang diberikan guru. 5) Guru bersama siswa membahas latihan tersebut.

c) Kegiatan akhir

1) Guru meminta siswa untuk menyimpulkan materi yang baru saja mereka dapatkan.

2) Guru memberikan tugas kepada siswa.

3) Melakukan posttest dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.


(42)

29

4) Analisis data

5) Penulisan pembahasan dan simpulan

Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut :

Gambar 1. Prosedur pelaksanaan penelitian

G. Teknik Analisis Data

Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

Mempersiapkan instrumen dan perangkat pembelajaran Menentukan Populasi

dan Sampel

Kelas Eksperimen Pretest Kelas Kontrol

Posttest Pembelajaran

konvensional Pembelajaran inkuiri

terbimbing

Analisis Data

Pembahasan dan simpulan Validasi instrumen Observasi Pendahuluan


(43)

30

Nilai pretest dan posttest dirumuskan sebagai berikut:

Nilai siswa = ya wa

a

x

Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menghitung N-Gain yang selan-jutnya digunakan untuk menguji kenormalan dan homogenitas dua varians.

1. Perhitungan n-Gain

Untuk mengetahui efektivitas inkuiri terbimbing dalam meningkatkan keterampi-lan memberikan penjelasan sederhana dan menerapkan konsep yang dapat diteri-ma, maka dilakukan analisis nilai gain ternormalisasi. Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan nilai pretest dan posttest dari kedua kelas. Rumus N-gain menurut Meltzer adalah sebagai berikut :

N

-

Gain g =

a aa a - aa

- a

2. Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data dari kedua kelompok ter-distribusi normal atau tidak dan untuk menentukan uji selanjutnya apakah mema-kai statistik parametrik atau non parametrik. Pasangan hipotesis yang akan diuji adalah :

H0 : data berdistribusi normal H1 : data tidak berdistribusi normal

Kenormalan data dihitung dengan menggunakan uji chi kuadrat (χ2) dengan


(44)

31

   K i i i i E E O 1 2

2 ( )

Keterangan:

χ2 = uji Chi- kuadrat Oi = frekuensi observasi Ei = frekuensi harapan

Data akan berdistribusi normal jika χ2 hitung ≤ χ2 tabel dengan taraf signifikan 5%

dan derajat kebebasan dk = k – 3 (Sudjana, 2002).

3. Uji homogenitas

Karena pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumusan statistik uji kesamaan dua rata-rata uji satu pihak, yakni uji pihak kanan, maka untuk uji sta-tistik ini diperlukan pengujian homogenitas kedua varians kelas sampel.

Untuk uji homogenitas dua varians ini rumusan hipotesisnya adalah:

H0 :σ12= σ22 Data n-Gain kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang homogen.

H1 : σ12≠ σ22 Data n-Gain kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians

yang tidak homogen.

Sedangkan untuk uji homogenitas kedua varians kelas sampel, digunakan uji ke-samaan dua varians, dengan rumusan statistik :

F =�

dengan S = ∑ �−�̅

�−

Keterangan:


(45)

32

x = n-Gain siswa �̅ = rata-rata n-Gain n = jumlah siswa

Dengan kriteria uji:

Terima H0 jika Fhitung < Ftabel, dan tolak sebaliknya (Sudjana, 2005).

4. Pengujian hipotesis statistik

Rumusan hipotesis adalah sebagai berikut:

1) Hipotesis pertama (keterampilan memberikan penjelasan sederhana) H0 µ1y≤ µ2y : Rata-rata n-Gain keterampilan memberikan penjelasan

sederhana siswa di kelas yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing lebih kecil sama dengan siswa di kelas dengan pembelajaran konvensional.

H1

:

μ 1y > μ 2y

:

Rata-rata n-Gain keterampilan memberikan penjelasan sederhana yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi daripada pembelajaran konvensional.

2) Hipotesis kedua (menerapkan konsep yang dapat diterima)

H0

:

μ1x ≤μ 2x : Rata-rata n-Gain keterampilan menerapkan konsep yang dapat diterima siswa di kelas yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing lebih kecil sama dengan keterampilan menerapkan konsep yang dapat diterima siswa dikelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.


(46)

33

H1

:

μ 1x > μ 2x

:

Rata-rata n-Gain keterampilan menerapkan konsep yang dapat diterima siswa di kelas yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi daripada pembelajaran konvensional.

Keterangan:

µ1 : Rata-rata n-Gain (x,y) pada materi hidolisis garam siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing

µ2 : Rata-rata n-Gain (x,y) pada materi hidrolisis garam siswa pada kelas dengan pembelajaran konvensional

x: keterampilan memberikan penjelasan sederhana y : menerapkan konsep yang dapat diterima

Dalam penelitian ini digunakan uji-t, yakni uji perbedaan dua rata-rata. Rumus statistik yang digunakan adalah:

a) Jika � = � (Sampel mempunyai varians yang homogen), maka :

t = �̅̅̅̅−�̅̅̅̅

��√ +

dengan

�� = � − � + � − �� + � −

Keterangan:

�̅̅̅= Rata-rata gain memberikan penjelasan sederhana hidrolisis garam/ke-terampilan menerapkan konsep yang dapat diterima yang diterapkan pembelajaran model inkuiri terbimbing.

�̅̅̅= Rata-rata gain memberikan penjelasan sederhana hidrolisis garam/ke-terampilan menerapkan konsep yang dapat diterima yang diterapkan pembelajaran konvensional.

...(5)


(47)

34

�� = Simpangan baku gabungan.

� = Jumlah siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran model inkuiri terbimbing.

� = Jumlah siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. � = Simpangan baku siswa yang diterapkan pembelajaran model inkuiri

terbimbing.

� = Simpangan baku siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Dengan kriteria uji :

Terima H0 jika thitung < t(1-α) dan tolak sebaliknya.(sudjana, 2002)

b) Mencari harga t tabel pada tabel distribusi t dengan level signifikan 0,05 dan 2

-n n

dk 12 untuk 2 2 2 1 

  , sedangkan level signifikan 0,05 dan dk masing-masing

n1-1

dan

n2-1

untuk 22

2 1 

  .


(48)

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: 1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi hidrolisis garam efektif

dalam meningkatkan keterampilan memberikan penjelasan sederhana dan me-nerapkan konsep yang dapat diterima oleh siswa.

2. Pada setiap tahap pembelajaran inkuiri terbimbing dapat melatih dan mengem-bangkan keterampilan memberikan penjelasan sederhana dan menerapkan kon-sep yang dapat diterima, terutama pada tahap merumuskan hipotesis, siswa di-latih untuk mengungkapkan pendapat atau penjelasan sederhana dari pengeta-huan awal yang mereka miliki. Pada tahap menarik kesimpulan, siswa dilatih untuk menerapkan konsep yang telah mereka miliki untuk menyelesaikan per-masalahan yang diberikan.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Pembelajaran inkuiri terbimbing hendaknya diterapkan dalam pembelajaran ki-mia, terutama pada materi hidrolisis garam karena terbukti efektif dalam me-ningkatkan keterampilan memberikan penjelasan sederhana dan menerapkan konsep yang dapat diterima siswa.


(49)

50

2. Agar penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing berjalan efektif, hendaknya guru menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran, serta guru harus memiliki kreativitas dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Amri, S. 2010. Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas. Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya. Jakarta.

Arikunto, S. 2004. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Burrowes. 2003. Pendekatan Pembelajaran. http.Edukasi.kompasiana.com.

/2009/12/20 pendekatan/pembelajaran/ konvensional.html. Tanggal akses: 27-01-2012.

Costa, A.L. 1985. Developing minds a resource book for teaching thinking. Virginia : Association for supervision and curriculum development. Dahar, R.W. 1989. Teori-teori belajar. Erlangga. Jakarta

Djamarah, S.B. 1996. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Ennis. R. H. 1996. Critical Thingking. Prentice Hall, Inc. New Jersey. Ibrahim, M. 2000. Pembelajaran Inkuiri. Diakses 10 Desember 2011 dari

http://herfis.blogspot.com/2009/07/ pembelajaran-inkuiri.html

Pannen, P., Dina Mustafa, dan Mestika Sekarwinahyu. 2001. Konstruktivisme Dalam Pembelajaran. Jakarta: Dikti.

Pulallaila, A. dan Sri Redjeki. 2007. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Penguasaaan Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Sma Pada Materi Suhu Dan Kalor. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA. Bandung : UPI

Riyanto, E. 2012. Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dalam Meningkatkan Keterampilan Mengkomunikasikan dan Penguasaan Konsep Laju reaksi SMA N 7 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2011-2012. Skripsi. Bandar lampung: Universitas Lampung.


(51)

52

Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran, Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Penerbit Kencana Prenada Media Group.

Sapria. ( 2009 ). Pendidikan IPS. Bandung : PT.Remaja Rosda Karya.

Saputra, A. 2012. Model Pembelajaran Problem solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Pokok Kesetimbangan Kimia. Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Sudjana, N. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. Bandung: PT. Tarsito.

Sukandi, U. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius.

Yogyakarta.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran inovatif Berorientasi konstruktivisme. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Wicaksono. 2008. Efektivitas Pembelajaran. http. Edukasi.kompas.com/2010/12/25/


(1)

H1: μ 1x > μ 2x: Rata-rata n-Gain keterampilan menerapkan konsep yang dapat diterima siswa di kelas yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi daripada pembelajaran konvensional. Keterangan:

µ1 : Rata-rata n-Gain (x,y) pada materi hidolisis garam siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing

µ2 : Rata-rata n-Gain (x,y) pada materi hidrolisis garam siswa pada kelas dengan pembelajaran konvensional

x: keterampilan memberikan penjelasan sederhana y : menerapkan konsep yang dapat diterima

Dalam penelitian ini digunakan uji-t, yakni uji perbedaan dua rata-rata. Rumus statistik yang digunakan adalah:

a) Jika � = � (Sampel mempunyai varians yang homogen), maka :

t = �̅̅̅̅−�̅̅̅̅ ��√ + dengan

�� = � − � + � − �� + � −

Keterangan:

�̅̅̅= Rata-rata gain memberikan penjelasan sederhana hidrolisis garam/ke-terampilan menerapkan konsep yang dapat diterima yang diterapkan pembelajaran model inkuiri terbimbing.

�̅̅̅= Rata-rata gain memberikan penjelasan sederhana hidrolisis garam/ke-terampilan menerapkan konsep yang dapat diterima yang diterapkan pembelajaran konvensional.

...(5)


(2)

34

�� = Simpangan baku gabungan.

� = Jumlah siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran model inkuiri terbimbing.

� = Jumlah siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

� = Simpangan baku siswa yang diterapkan pembelajaran model inkuiri terbimbing.

� = Simpangan baku siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Dengan kriteria uji :

Terima H0 jika thitung < t(1-α) dan tolak sebaliknya.(sudjana, 2002)

b) Mencari harga t tabel pada tabel distribusi t dengan level signifikan 0,05 dan 2

-n n

dk 12 untuk 2 2 2

1 

  , sedangkan level signifikan 0,05 dan dk masing-masing

n1-1

dan

n2-1

untuk 22

2

1 

  .


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: 1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi hidrolisis garam efektif

dalam meningkatkan keterampilan memberikan penjelasan sederhana dan me-nerapkan konsep yang dapat diterima oleh siswa.

2. Pada setiap tahap pembelajaran inkuiri terbimbing dapat melatih dan mengem-bangkan keterampilan memberikan penjelasan sederhana dan menerapkan kon-sep yang dapat diterima, terutama pada tahap merumuskan hipotesis, siswa di-latih untuk mengungkapkan pendapat atau penjelasan sederhana dari pengeta-huan awal yang mereka miliki. Pada tahap menarik kesimpulan, siswa dilatih untuk menerapkan konsep yang telah mereka miliki untuk menyelesaikan per-masalahan yang diberikan.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Pembelajaran inkuiri terbimbing hendaknya diterapkan dalam pembelajaran ki-mia, terutama pada materi hidrolisis garam karena terbukti efektif dalam me-ningkatkan keterampilan memberikan penjelasan sederhana dan menerapkan konsep yang dapat diterima siswa.


(4)

50

2. Agar penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing berjalan efektif, hendaknya guru menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran, serta guru harus memiliki kreativitas dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Amri, S. 2010. Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas. Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya. Jakarta.

Arikunto, S. 2004. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Burrowes. 2003. Pendekatan Pembelajaran. http.Edukasi.kompasiana.com.

/2009/12/20 pendekatan/pembelajaran/ konvensional.html. Tanggal akses: 27-01-2012.

Costa, A.L. 1985. Developing minds a resource book for teaching thinking. Virginia : Association for supervision and curriculum development. Dahar, R.W. 1989. Teori-teori belajar. Erlangga. Jakarta

Djamarah, S.B. 1996. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Ennis. R. H. 1996. Critical Thingking. Prentice Hall, Inc. New Jersey. Ibrahim, M. 2000. Pembelajaran Inkuiri. Diakses 10 Desember 2011 dari

http://herfis.blogspot.com/2009/07/ pembelajaran-inkuiri.html

Pannen, P., Dina Mustafa, dan Mestika Sekarwinahyu. 2001. Konstruktivisme Dalam Pembelajaran. Jakarta: Dikti.

Pulallaila, A. dan Sri Redjeki. 2007. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Penguasaaan Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Sma Pada Materi Suhu Dan Kalor. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA. Bandung : UPI

Riyanto, E. 2012. Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dalam Meningkatkan Keterampilan Mengkomunikasikan dan Penguasaan Konsep Laju reaksi SMA N 7 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2011-2012. Skripsi. Bandar lampung: Universitas Lampung.


(6)

52

Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran, Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Penerbit Kencana Prenada Media Group.

Sapria. ( 2009 ). Pendidikan IPS. Bandung : PT.Remaja Rosda Karya.

Saputra, A. 2012. Model Pembelajaran Problem solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Pokok Kesetimbangan Kimia. Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Sudjana, N. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. Bandung: PT. Tarsito. Sukandi, U. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius.

Yogyakarta.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran inovatif Berorientasi konstruktivisme. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Wicaksono. 2008. Efektivitas Pembelajaran. http.

Edukasi.kompas.com/2010/12/25/


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LAJU REAKSI DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP

0 9 48

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LAJU REAKSI DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PENGUASAAN KONSEP

0 23 51

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN MENGUASAAN KONSEP

5 17 48

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYEBUTKAN CONTOH DAN MENGEMUKAKAN KESIMPULAN SERTA HIPOTESIS PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

0 8 58

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKONSTRUKSI ARGUMEN DAN MEMBERIKAN ALASAN PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

0 5 51

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI HIDROLISIS GARAM DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKLASIFIKASI DAN PENGUASAAN KONSEP

0 8 46

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI POKOK HIDROLISIS GARAM DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP

0 4 56

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI KOLOID DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBERIKAN PENJELASAAN SEDERHANA DAN PENGUASAAN KONSEP

0 2 45

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI ASAM BASA DAN GARAM DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN KLASIFIKASI DAN KOMUNIKASI

0 4 53

PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM.

0 3 22