EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI POKOK HIDROLISIS GARAM DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP

(1)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARANPROBLEM SOLVING PADA MATERI POKOK HIDROLISIS GARAM DALAM MENINGKATKAN

KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA SMAN 1 Way Jepara)

Skripsi

Oleh

RIZKI INDAH LESTARI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata kelak di kemudian hari terbukti ada ketidakbenaran dalam per-nyataan saya diatas, maka saya akan bertanggungjawab sepenuhnya.

Bandar Lampung, Agustus 2012

Rizki Indah Lestari NPM 0813023046


(3)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARANPROBLEM SOLVINGPADA MATERI POKOK HIDROLISIS GARAM DALAM MENINGKATKAN

KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP

Oleh

RIZKI INDAH LESTARI

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan efektivitas model pembelajaran problem solvingpada materi pokok hidrolisis garam dalam meningkatkan kete-rampilan inferensi dan penguasaan konsep siswa SMAN 1 Way Jepara. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Way Jepara kelas XI IPA3 seba-gai kelas eksperimen dan kelas XI IPA4sebagai kelas kontrol semester Genap Tahun Ajaran 2011-2012 yang memiliki karakteristik hampir sama. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen denganNon Equivalent Control Group Design. Efektivitas modelproblem solvingditunjukkan dengan uji-t dari n-Gain yang signifikan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata n-Gain keterampilan inferensi kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu 0,66 dan 0,31;t’hitung(5,81) > ttabel(1,70). Rata-rata n-Gain penguasaan konsep kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu 0,62 dan 0,19; thitung(9,44) > ttabel(1,67). Keterampilan inferensi dan penguasaan konsep hidrolisis garam yang diterapkan model pembelajaranproblem solving


(4)

lebih tinggi daripada pembelajaran konvensional. Disimpulkan bahwa model pembelajaran problem solving pada materi pokok hidrolisis garam efektif dalam meningkatkan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep.

Kata kunci: model pembelajaranproblem solving, keterampilan inferensi dan penguasaan konsep.


(5)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARANPROBLEM SOLVING PADA MATERI POKOK HIDROLISIS GARAM DALAM MENINGKATKAN

KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA SMAN 1 Way Jepara)

Oleh

RIZKI INDAH LESTARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(6)

Judul Skripsi : EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN

PROBLEM SOLVINGPADA MATERI POKOK

HIDROLISIS GARAM DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN

PENGUASAAN KONSEP Mahasiswa : Rizki Indah Lestari

Nomor Pokok Mahasiswa : 0813023046 Program Studi : Pendidikan Kimia Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dra. Ila Rosilawati, M.Si. Drs. Tasviri Efkar, M.S. NIP 19650717 199003 2 001 NIP 19581004 198703 1 001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.


(7)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dra. Ila Rosilawati, M.Si. ______________

Sekretaris : Drs. Tasviri Efkar, M.S. ______________

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Noor Fadiawati, M.Si. ______________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 26 September 1989, anak kedua dari tiga bersaudara buah hati dari pasangan Bapak Purnomo dan Ibu Suprapti.

Penulis mengawali pendidikan pada tahun 1994 di Taman Kanak-Kanak Sejahtera IV Kedaton diselesaikan tahun 1995, Sekolah Dasar Sejahtera IV Kedaton yang diselesaikan tahun 2001. SMP Negeri 29 Bandarlampung diselesaikan pada tahun 2004, dan SMA Negeri 5 Bandarlampung yang diselesaikan tahun 2007. Kemu-dian pada tahun 2008 terdaftar sebagai mahasiswa di Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri).

Pada tahun 2011, penulis mengikuti Program Pengalaman Lapangan (PPL) yang terintegrasi dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di SMA Negeri 1 Negeri Besar, Kecamatan Negeri Besar, Kabupaten Way Kanan.


(9)

PERSEMBAHAN

Dengan ketulusan serta kerendahan hati persembahan karya sederhana ini Kupersembahkan untuk

Kedua orang tuaku Bapak Purnomo dan Ibu Suprapti tercinta

yang sangat aku sayangi dan aku hormati, yang selalu jadi kekuatan dalam hidupku, yang tak pernah henti memberikan cinta dan kasih sayangnya untukku dan yang selalu berdoa dan

berharap di setiap tetes keringatnya untuk keberhasilaku

Kakek dan Nenekku, Mbah Kung dan Mbah Ti yang selalu mendoakan dan menantikan keberhasilanku

Mbak dan adikku tersayang, Lina Purwanti dan Agung Ridho Satriyo yang selalu mendoakan dan mendukungku

Seseorang yang insyaallah dijanjikan Allah SWT untukku disaat yang tepat, dengan cara yang indah, untuk berdampingan denganku

bersama meraih Surga.

Para pendidik yang aku hormati


(10)

MOTTO

✁✂✄ ☎✄✂✄✆✄✝✞✄✄✟✄✠✡✄ ☎✟☛ ☞✟✄✌✁✡✄ ☎✟☛ ✠✄✍✞✄✟✎✏ ✝✆✄✝✞✄✑✒✏ ✓✁✔✁☎ ✁✡✄☎✟ ☛ ✟✁ ✂✄☎✓✏ ✍✕✄ ✂ ✁☎✄✍☎✁✟✄☎✄✖✄✑ ✏✟✄✌✁✓✏ ✍✞✞ ☛✍✄ ☎✄✍✍ ✖✄✂✏ ✍✞✄✍✎✄✁☎✄ ✂✄✔✄✆

✠☛✓✎✏ ✝✂✄✝✁✠✏ ✓☛✄☎✏☎✄✖✄✄✍✑

(Mario Teguh)

Dia yang tahu, tidak bicara. Dia yang bicara, tidak Tau.

( Loo Tse )

Perlakukanlah setiap orang dengan kebaikan hati dan rasa hormat, meski

mereka berlaku buruk pada kamu, ingatlah bahwa kamu menunjukkan

penghargaan pada orang lain bukan karena siapa mereka tapi karena siapakah

diri kamu.

(Andrew T. Somers)


(11)

iii SANWACANA

Bismillaahirrahmaanirrahim,

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya dalampenulisan skripsi yang berjudul “Efektivitas Model Problem Solving pada Materi Hidrolisis dalam Meningkatkan Keterampilan Inferensi dan Penguasaan Konsep”ini dapat terselesaikan.

Penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Penu-lis menyadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penuPenu-lis terbatas, maka adanya bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak sangat membantu pe-nulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini pepe-nulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA.

3. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia.

4. Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si., selaku pembimbing I yang telah memberikan masukan, semangat, bimbingan dan membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.


(12)

5. Bapak Drs. Tasviri Efkar, M.S., selaku Pembimbing II dan pembimbing akademik atas segala keikhlasan dan kesabarannya untuk membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.

6. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Pembahas atas segala masukan dan bimbingan, saran, nasehat, dan doa yang diberikan.

7. Seluruh Dosen dan staf di Jurusan PMIPA Universitas Lampung.

8. Bapak Drs. I Nengah Surata, selaku kepala SMA Negeri 1 Way Jepara yang telah memberikan izin penulis untuk melaksanakan penelitian.

9. Ibu Dwi Susiloningtyas, S.Pd, selaku guru mitra atas kerjasama dan bimbingannya.

10. Teristimewa untuk kedua orang tuaku tercinta Bapak Purnomo dan Ibu Suprapti yang telah mendidik, mendukung dan menyayangiku serta selalu berdoa untuk keberhasilanku. Terimakasih atas segala cinta, kasih, dan nasehatnya. Ternyata sabar adalah Kunci hidup.

11. Mbakku Lina dan adikku Idho, yang selalu mendoakan dan mendukungku. Serta Mbah Kungdan Mbah Ti’, yang sudah menjadi sumber inspirasi dan semangat hidupku. Terima kasih untuk segala doa serta dukungan kalian untuk harapan dan keberhasilanku.

12. Untuk Khary Nur Rizky yang telah senantiasa setia menemani keluh kesahku, terima kasih atas kasih sayang, keikhlasan dan dorongan semangat yang tak pernah lelah kau berikan setiap waktu.

13. Sahabat seperjuanganku: Ria, Elsa, Ena, Sinta, Esty, Ika, Devi, Della, Lia, Yuli, Sulis, Mbak Mimi, dan Tri Yulia Sari. Terimakasih atas doa dan dukungannya.“Perjalanan hidup kita masih panjang”sukses buat kalian


(13)

v 14. Teman-temanku: Alan, Andrian, Anggi, Anggun, Ari, Cahya, Diky, Pepin,

Gitche, Indah, Irma, Januar, khususyah, Joni, Lastri, Aulia, Mahfudz, Obed, Pipit, Rely, Rina, Rosma, Susi, Titin, Tohir, Toro, Usep, Vera, dan Vina atas arti persahabatan dan perhatian yang telah terjalin semenjak kita berada di P.Kimia semoga persahabatan kita tidak lekang dimakan oleh usia. Amin. 15. Teman-teman PPL-ku, Santi, Yonda, Milah, Evo, Dita, Aas, Arief, dan Tomi.

Terimakasih atas dukungan dan semangatnya.

16. Kakak dan adik tingkat di Pendidikan Kimia, serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini terima kasih atas dukungan, bantuan serta semangat yang kalian berikan.

Semoga bantuan, bimbingan, dorongan yang diberikan kepada penulis mendapat Ridho dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak sekali kekurangan, tetapi harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, Agustus 2012 Penulis,


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Pembelajaran Konstruktivisme ... 7

B. ModelProblem Solving... 9

C. Pembelajaran Konvensional ... 13

D. Keterampilan Proses Sains ... 13

E. Penguasaan Konsep ... 16

F. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 17

G. Kerangka Pikir ... 19

H. Anggapan Dasar ... 21


(15)

vii

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 22

A. Penentuan Populasi dan Sampel Penelitian ... 22

B. Jenis dan Sumber data ... 23

C. Desain dan Metode Penelitian ... 23

D. Variabel Penelitian ... 25

E. Instrumen Penelitian dan Validitasnya ... 25

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 27

G. Teknik Analisis Data... 28

1. Perhitungan n-Gain Ternormalisasi ... 29

2. Uji Normalitas... 29

3. Uji Homogenitas Dua Varians... 30

4. Pengujian Hipotesis... 31

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 35

B. Pembahasan ... 44

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 56

A. Simpulan ... 56

B. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Silabus Kelas Eksperimen ... 59

2. Silabus Kelas Kontrol ... 65

3. RPP Kelas Eksperimen ... 68

4. RPP Kelas Kontrol ... 95


(16)

6. Soal Pretes ... 135

7. Soal Postes ... 140

8. Kisi-kisi, Pedoman Penskoran dan Rubrik Penilaian Pretes ... 143

9. Kisi-kisi, Pedoman Penskoran dan Rubrik Penilaian Postes ... 154

10. Nilai Keterampilan Inferensi ... 163

11. Nilai Penguasaan Konsep ... 164

12. Perhitungan ... 165

13. Surat Keterangan Penelitian ... 190

14. Lembar Penilaian Afektif ... 191


(17)

vi DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Indikator Keterampilan Proses Sains Dasar ... 18

2. Desain Penelitian ... 27

3. Rata-rata n-Gain keterampilan inferensi siswa kelas Eksperimen dan kelas kontrol... 41

4. Rata-ratan-Gain penguasaan konsep siswa kelas ekperimen dan kelas kontrol... ... 42

5. Nilai Chi-kuadrat ( χ2) untuk distribusi n-Gain keterampilan inferensi... 44

6. Nilai Chi-kuadrat ( χ2) untuk distribusi n-Gain penguasaan konsep... ... 44

7. Nilai varians n-Gain keterampilan inferensi... 45

8. Nilai varians n-Gain keterampilan penguasaan konsep... 46

9. Nilaiuji hipotesis (uji-t’) keterampilan inferensi... 46


(18)

(19)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu kimia merupakan cabang dari IPA yang mempelajari struktur, susunan, sifat, dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi. Ilmu kimia dibangun melalui pengembangan keterampilan-keterampilan proses sains seperti mengamati (observasi), inferensi, mengelompokkan, menafsirkan (interpretasi), meramalkan (prediksi), dan mengkomunikasikan. Keterampilan proses sains (KPS) pada pembelajaran sains lebih menekankan pembentukan keterampilan un-tuk memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan hasilnya. Melatihkan KPS dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Penting seorang guru melatihkan KPS kepada siswa, karena dapat membekali sis-wa dengan suatu keterampilan berpikir dan bertindak melalui sains untuk menye-lesaikan masalah serta menjelaskan fenomena-fenomena yang ada dalam kehidup-annya sehari-hari.

Faktanya, pembelajaran kimia di sekolah cenderung hanya menghadirkan konsep-konsep, hukum-hukum, dan teori-teori saja, tanpa menyuguhkan bagaimana pro-ses ditemukannya konsep, hukum, dan teori tersebut; sehingga tidak tumbuh sikap ilmiah dalam diri siswa. Akibatnya pembelajaran kimia menjadi kehilangan daya tariknya dan lepas relevansinya dengan dunia nyata yang seharusnya menjadi ob-jek ilmu pengetahuan tersebut (Depdiknas, 2008).


(20)

2

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan di SMA Negeri 1 Way Jepara, materi hidrolisis garam disampaikan dengan pembelajaran konven-sional, yaitu pembelajaran dengan metode ceramah, tanya jawab, latihan ataupun penugasan. Melalui ceramah, guru lebih berperan aktif sehingga siswa kurang da-pat berkembang dan menggali potensi dirinya. Seperti halnya pada materi pokok reaksi hidrolisis garam ini yang cenderung untuk dihafal oleh siswa tanpa mem-perhatikan bahwa konsep yang diperoleh siswa dapat saja kurang bermanfaat bah-kan tidak bermanfaat sama sekali kalau hal tersebut hanya dikomunikasibah-kan oleh guru kepada siswa melalui satu arah, hal ini menyebabkan aktivitas belajar siswa rendah dan mengakibatkan hasil belajar siswa juga masih rendah. Oleh karena i-tu, sudah menjadi tugas guru untuk memilih model pembelajaran yang tepat bagi siswa, sehingga siswa tidak hanya mendapatkan penguasaan konsep saja, tetapi juga manfaat dari ilmu kimia tersebut bagi kehidupan mereka sehari-hari.

Hasil penelitian Purwani (2009), yang dilakukan pada siswa SMA kelas X di SMAN 1 Jombang, menunjukkan bahwa pembelajaran dengan melalui strategi problem solvingmemberikan kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan ke-mampuan berpikir siswa. Model pembelajaranproblem solvingadalah salah satu model pembelajaran yang dilandasi oleh filosofi konstruktivisme, yang menitikbe-ratkan pada keaktifan siswa dan mengharuskan siswa membangun pengetahuan-nya sendiri, yang merupakan inti dari kegiatan pembelajaran. Model pembelajar-anproblem solvingmemiliki ciri-ciri seperti pembelajaran yang dimulai dengan adanya pemberian masalah. Biasanya masalah memiliki konteks dengan dunia nyata, siswa secara berkelompok kecil aktif mengidentifikasi masalah yang ada,


(21)

3

kemudian mencari solusi dari masalah tersebut, sedangkan guru lebih banyak memfasilitasi saja. Meskipun bukanlah model yang sama sekali baru, penerapan model tersebut mengalami kemajuan yang pesat di banyak sekolah dan perguruan tinggi dari berbagai disiplin ilmu di negara-negara maju. (Tan, 2003)

Dalam pembelajaran ini, siswa diharuskan melakukan penyelidikan otentik untuk mencari penyelesaian terhadap masalah yang diberikan. Mereka menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan dan menga-nalisis informasi, membuat referensi dan merumuskan kesimpulan.

Dalam melaksanakan pembelajaran, model pembelajaranproblem solvingterdiri dari lima tahap. Tahap satu yaitu mengorientasikan siswa pada masalah, tahap dua yaitu mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah, tahap tiga yaitu menetapkan jawaban sementara dari masalah, tahap em-pat yaitu menguji kebenaran jawaban sementara, dan tahap lima yaitu menarik kesimpulan. (Depdiknas, 2008)

Pada tahap lima model pembelajaranproblem solvingini siswa membuat analisis mengenai langkah-langkah penyelesaian masalah yang telah ditempuhnya, apakah telah sesuai dengan prediksi yang telah ditetapkan diawal atau terdapat ketidakse-suaian. Pada tahap ini juga siswa membuat kesimpulan terhadapproblematau masalah yang telah dilakukannya, sehingga diharapkan guru dapat melatihkan ke-terampilan inferensi kepada siswa sebagai salah satu komponen dalam Keteram-pilan Proses Sains (KPS).


(22)

4

KPS dimaksudkan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan intelektual atau kemampuan berfikir siswa. Selain itu juga mengembangkan sikap-sikap il-miah dan kemampuan siswa untuk menemukan dan mengembangkan fakta, kon-sep, dan prinsip ilmu atau pengetahuan. Selanjutnya dapat digunakan untuk me-nyelesaikan masalah-masalah. Pembelajaran dengan keterampilan proses berarti memberi kesempatan kepada siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak seke-dar menceritakan atau mendengarkan cerita tentang ilmu pengetahuan.

Pada penelitian ini, selain untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi reaksi hidrolisis garam, juga akan diteliti keterampilan proses sains siswa, yaitu keterampilan inferensi dengan indikator yang diamati adalah menjelaskan data hasil pengamatan dan menyimpulkan dari fakta yang terbatas. Keterampilan inferensi dapat dikembangkan dan dilatihkan kepada siswa dengan menggunakan media lembar kerja siswa (LKS).

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian yang berjudul “EfektivitasProblem Solvingpada Materi Pokok Hidrolisis Garam dalam Meningkatkan Keterampilan Inferensi dan Penguasaan Konsep”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah penerapan model pembelajaranproblem solvingpada materi pokok hidrolisis garam efektif dalam meningkatkan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep?


(23)

5

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: Menentukan efektivitas model pembelajaranproblem solvingpada materi pokok hidrolisis garam dalam meningkatkan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep siswa SMAN 1 Way Jepara.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Siswa akan lebih mudah memahami materi pokok hidrolisis garam dengan model pembelajaranproblem solving.

2. Melalui kegiatan eksperimen yang dilakukan, siswa dapat melatih keterampil-an menggunakketerampil-an alat-alat eksperimen kimia. Selain itu, siswa dapat mening-katkan kemampuan berpikir dan kemampuan menyelesaikan masalah terkait materi hidrolisis garam.

3. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi guru dan calon guru untuk tidak mendominasi dalam penyampaian ilmu pengetahuan. Agar guru lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya dalam proses pembelajaran, karena siswa juga dapat dijadikan sebagai sum-ber ilmu.

4. Dapat dijadikan bahan/informasi bagi peneliti-peneliti lain yang melakukan penelitian serupa dimasa yang akan datang.


(24)

6

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada:

1. Model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apa-bila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signifi-kan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran (ditun-jukkan dengan n-Gain yang signifikan). (Wicaksono, 2008)

2. Keterampilan proses sains yang diamati dalam penelitian ini adalah keteram-pilan inferensi dengan indikator menjelaskan data hasil pengamatan dan me-nyimpulkan dari fakta yang terbatas.

3. Penguasaan konsep hidrolisis garam berupa nilai siswa pada materi pokok larutan penyangga yang diperoleh melaluipretest, dan pada materi hidrolisis garam melaluiposttest.

4. Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang umumnya diguna-kan di SMA Negeri 1 Way Jepara. Pembelajaran konvensional yang diterap-kan menggunaditerap-kan metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan.

5. Model pembelajaranproblem solvingterdiri dari lima tahap. Tahap satu yaitu mengorientasikan siswa pada masalah, tahap dua yaitu mencari data atau ke-terangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah, tahap tiga yaitu menetapkan jawaban sementara dari masalah, tahap empat yaitu menguji ke-benaran jawaban sementara, dan tahap lima yaitu menarik kesimpulan. (Depdiknas, 2008)


(25)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Konstruktivisme

Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana terjadi-nya belajar atau bagaimana informasi diproses di dalam pikiran siswa itu. Berda-sarkan suatu teori belajar, diharapkan suatu pembelajaran dapat lebih meningkat-kan perolehan siswa sebagai hasil belajar. Teori-teori baru dalam psikologi pendi-dikan dikelompokkan dalam teori pembelajaran konstruktivis(constructivist theories of learning). Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus me-nemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek infor-masi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu ti-dak lagi sesuai. Menurut Slavin (Nur, 1996) bagi siswa agar benar-benar mehami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan ma-salah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah de-ngan ide-ide. Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pem-rosesan informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner.

Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang a-nak dengan kegiatan asimilasi, akomodasi dan ekuilibrasi. Asimilasi ialah pema-duan data baru dengan stuktur kognitif yang ada. Akomodasi ialah penyesuaian stuktur kognitif terhadap situasi baru, dan equilibrasi ialah penyesuaian kembali yang terus dilakukan antara asimilasi dan akomodasi (Bell, 1994).


(26)

8

Prespektif kognitif-konstruktivis, yang menjadi landasan pembelajaranproblem solving, banyak meminjam pendapat Piaget (1954,1963). Prespektif ini mengata-kan, seperti yang dikatakan Piaget, bahwa pelajar dengan umur berapapun terlibat secara aktif dalam proses mendapatkan informasi dan mengonstruksikan pengeta-huannya sendiri. Pengetahuan tidak statis, tetapi berevolusi dan berubah secara konstan selama pelajar mengonstruksikan pengalaman-pengalaman baru yang me-maksa mereka untuk mendasarkan diri pada dan memodifikasi pengetahuan sebe-lumnya.

Keyakinan Piaget ini berbeda dengan keyakinan Vygotsky dalam beberapa hal penting. Bila Piaget memfokuskan pada tahap-tahap perkembangan intelektual yang dilalui anak terlepas dari konteks sosial atau kulturalnya, Vygot-sky mene-kankan pentingnya aspek sosial belajar. Vygotsky percaya bahwa interaksi sosial dengan orang lain memacu pengonstruksian ide-ide baru dan meningkatkan per-kembangan intelektual pelajar. Salah satu ide kunci yang berasal dari minat Vygotsky pada aspek sosial pembelajaran adalah konsepnya tentangzone of proximal development.

Menurut Vygotsky, pelajar memiliki dua tingkat perkembangan yang berbeda yakni tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial. Tingkat perkembangan aktual, menentukan fungsi intelektual individu saat ini dan ke-mampuannya untuk mempelajari sendiri hal-hal tertentu. Individu juga memiliki tingkat perkembangan potensial, yang oleh Vygotsky didefinisikan sebagai ting-kat yang dapat difungsikan atau dicapai oleh individu dengan bantuan orang lain, misalnya guru, orang tua, atau teman sebayanya yang lebih maju. Zona yang


(27)

9

terletak diantara kedua tingkat perkembangan inilah yang disebutnya sebagaizone of proximal development(Arends, 2007).

Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Paul Suparno (1997), antara lain: (1) pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif; (2) tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa; (3) mengajar adalah membantu siswa belajar; (4) tekanan da-lam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir; (5) kurikulum mene-kankan partisipasi siswa; dan (6) guru adalah fasilitator.

Ciri atau prinsip dalam belajar menurut Paul Suparno (1997) sebagai berikut : 1. Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa

yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami.

2. Konstruksi makna adalah proses yang terus menerus.

3. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan pe-ngembangan pemikiran dengan membuat pengertian baru. Belajar bu-kanlah hasil perkembangan tetapi perkembangan itu sendiri.

4. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya.

5. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, si subjek belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari.

Jadi menurut teori konstruktivisme, belajar adalah kegiatan yang aktif di mana si subjek belajar membangun sendiri pengetahuannya. Subjek belajar juga mencari sendiri makana dari sesuatu yang mereka pelajari.

B. ModelProblem Solving

Problemsecara umum orang memahami sebagai masalah. Sanjaya (2009) ber-pendapat bahwa: “hakikat masalah adalah kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi yang diharapkan, atau antara kenyataan yang terjadi dengan apa yang di-harapkan”. Sedangkan menurut Sudjana (2005)problem solvingbukan hanya


(28)

10

sekedar model mengajar tetapi juga merupakan salah satu model berpikir, sebab dalamproblem solvingdapat menggunakan metometode lainnya dimulai de-ngan mencari data sampai kepada penarikan kesimpulan.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwaproblem solvingadalah sua-tu kegiatan pembelajaran dengan melatih siswa menghadapi berbagai masalah da-lam suatu pelajaran baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah ke-lompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Orientasi pembela-jarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.

Berhasil tidaknya suatu pengajaran bergantung kepada suatu tujuan yang hendak dicapai. Tujuan dari pembelajaranproblem solvingadalah seperti apa yang dike-mukakan oleh Hudojo (2001), yaitu sebagai berikut:

1. Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan kemudian menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya.

2. Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah intrinsik bagi siswa.

3. Potensi intelektual siswa meningkat.

4. Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan penemuan.

5. Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan penemuan.

Pembelajaranproblem solvingdapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembe-lajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah.


(29)

11

Menurut Sanjaya (2009), terdapat tiga ciri utama dari pembelajaranproblem solvingyaitu:

Pertama,merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, dalam pembelajar-an ini tidak mengharapkpembelajar-an siswa hpembelajar-anya sekedar mendengarkpembelajar-an, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi siswa belajar berfikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkan. Kedua,aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Ketiga,pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berfikir secara ilmiah. Proses berfikir yang dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berfikir ilmiah dilakukan melalui tahap-ta-hap tertentu, sedangkan empiris adalah proses penyelesaian masalah dida-sarkan pada data dan fakta yang jelas.

Lebih lanjut, Sanjaya (2009) mengatakan bahwa pembelajaranproblem solving dapat diterapkan apabila:

1. Guru menginginkan agar siswa tidak hanya sekedar dapat mengingat materi pelajaran, akan tetapi menguasai dan memahaminya secara pe-nuh.

2. Guru bermaksud untuk mengembangkan keterampilan berfikir rasional siswa, yaitu kemampuan menganalisis, menerapkan pengetahuan yang mereka miliki, mengenal adanya perbedaan antara fakta dan pendapat, serta mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah serta membuat tantangan intelektual siswa.

3. Guru menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah serta membuat tantangan intelektual siswa.

4. Guru ingin mendorong siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajarnya.

5. Guru ingin agar siswa memahami hubungan antara apa yang dipelajari dengan kenyataan dalam kehidupan.

Tahap-tahap model pembelajaranproblem solving(Depdiknas, 2008) yaitu meli-puti :

1. Ada masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.

2. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecah-kan masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya dan lain-lain.

3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawa-ban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada tahap kedua di atas.


(30)

12

4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam tahap ini sis-wa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut itu betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji ke-benaran jawaban ini tentu saja diperlukan model-model lainnya seperti demonstrasi, tugas, diskusi, dan lain-lain.

5. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.

Kelebihan dan kekurangan pembelajaranproblem solvingmenurut Djamarah dan Zain (2002) adalah sebagai berikut.

1. Kelebihan pembelajaranproblem solving

a. Membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan ke-hidupan.

b. Membiasakan siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil.

c. Model pembelajaran ini merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya siswa banyak menyoroti permasalahan dari berbagai se-gi dalam rangka mencari pemecahannya.

2. Kekurangan pembelajaranproblem solving

a. Memerlukan keterampilan dan kemampuan guru. Hal ini sangat penting karena tanpa keterampilan dan kemampuan guru dalam mengelola kelas pada saat strategi ini digunakan maka tujuan peng-ajaran tidak akan tercapai karena siswa menjadi tidak teratur dan melakukan hal-hal yang tidak diinginkan dalam pembelajaran. b. Memerlukan banyak waktu. Penggunaan model pembelajaran

problem solvinguntuk suatu topik permasalahan tidak akan maksi-mal jika waktunya sedikit, karena bagaimanapun juga akan banyak langkah-langkah yang harus diterapkan terlebih dahulu dimana ma-sing-masing langkah membutuhkan kecekatan siswa dalam berpikir untuk menyelesaikan topik permasalahan yang diberikan dan semu-a itu berhubungsemu-an dengsemu-an kemsemu-ampusemu-an kognitif dsemu-an dsemu-aysemu-a nsemu-alsemu-ar msemu-a- ma-sing-masing siswa.

c. Mengubah kebiasaan siswa belajar dari mendengarkan dan meneri-ma informeneri-masi yang disampaikan guru menjadi belajar dengan ba-nyak berpikir memecahkan masalah sendiri dan kelompok memer-lukan banyak sumber belajar sehingga menjadi kesulitan tersendiri bagi siswa. Sumber-sumber belajar ini bisa di dapat dari berbagai media dan buku-buku lain. Jika sumber-sumber ini tidak ada dan siswa hanya mempunyai satu buku / bahan saja maka topik perma-salahan yang diberikan tidak akan bisa diselesaikan dengan baik.


(31)

13

C. Pembelajaran Konvensional

Metode konvensional merupakan metode pembelajaran yang berpusat pada guru dimana hampir seluruh kegiatan pembelajaran dikendalikan oleh guru. Guru me-megang peranan utama dalam menentukan isi dan proses belajar termasuk dalam menilai kemajuan siswa (Oemar hamalik, 1991). Sedangkan menurut Nurhadi (2002), metode konvensional terlihat pada proses siswa penerima informasi secara pasif, siswa belajar secara individual, hadiah/penghargaan untuk perilaku baik a-dalah pujian atau nilai angka/raport saja, pembelajaran tidak memperhatikan pengalaman siswa, dan hasil belajar diukur hanya dengan tes. Metode yang digu-nakan dalam pembelajaran konvensional adalah metode ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas. Karena menggunakan metode tersebut maka siswa kurang terli-hat aktif dalam proses belajar.

D. Keterampilan Proses Sains

Keterampilan proses adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan-kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemam-puan-kemampuan yang lebih tinggi. Kemamkemam-puan-kemampuan mendasar yang te-lah dikembangkan dan tete-lah terlatih lama-kelamaan akan menjadi suatu keteram-pilan, sedangkan pendekatan keterampilan proses adalah cara memandang anak didik sebagai manusia seutuhnya. Cara memandang ini dijabarkan dalam kegiat-an belajar mengajar memperhatikkegiat-an pengembkegiat-angkegiat-an pengetahukegiat-an, sikap, nilai, serta keterampilan. Ketiga unsur itu menyatu dalam satu individu dan terampil dalam bentuk kreatifitas. (Hariwibowo, 2008)


(32)

14

Hartono (2007) mengemukakan bahwa:

Untuk dapat memahami hakikat IPA secara utuh, yakni IPA sebagai pro-ses, produk dan aplikasi, siswa harus memiliki kemampuan KPS. Dalam pembelajaran IPA, aspek proses perlu ditekankan bukan hanya pada hasil akhir dan berpikir benar lebih penting daripada memperoleh jawaban yang benar. KPS adalah semua keterampilan yang terlibat pada saat ber-langsungnya proses sains. KPS terdiri dari beberapa keterampilan yang satu sama lain berkaitan dan sebagai prasyarat. Namun pada setiap jenis keterampilan proses ada penekanan khusus pada masing-masing jenjang pendidikan.

Hartono (2007) menyusun indikator keterampilan proses sains dasar seperti pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Indikator Keterampilan Proses Sains Dasar Keterampilan

Dasar Indikator

Mengamati (observing)

Mampu menggunakan semua indera (penglihatan, pembau, pendengaran, pengecap, peraba) untuk mengamati, mengidentifikasi, dan menamai sifat benda dan kejadian secara teliti dari hasil

pengamatan. Inferensi

(inferring)

Mampu menjelaskan hasil pengamatan, menyimpul-kan dari fakta yang terbatas.

Klasifikasi (classifying)

Mampu menentukan perbedaan, mengontraskan ciri-ciri, mencari kesamaan, membandingkan dan menen-tukan dasar penggolongan terhadap suatu obyek. Menafsirkan

(predicting)

Mampu mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan fakta dan yang menunjuk-kan suatu, misalmenunjuk-kan memprediksi kecenderungan atau pola yang sudah ada menggunakan grafik untuk menginterpolasi dan mengekstrapolasi dugaan. Meramalkan

(prediksi)

Menggunakan pola/pola hasil pengamatan, menge-mukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati.

Berkomunikasi (Communicating)

memberikan/menggambarkan data empiris hasil per-cobaan atau pengamatan dengan grafik/ tabel/ dia-gram, menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis, menjelaskan hasil percobaan atau peneli-tian, membaca grafik/ tabel/ diagram, mendiskusikan hasil kegiatan suatu masalah atau suatu peristiwa.


(33)

15

Setiawan (Hariwibowo, 2009) mengemukakan empat alasan mengapa pendekatan keterampilan proses harus diwujudkan dalam proses belajar dan pembelajaran, yaitu:

a. Dengan kemajuan yang sangat pesat dalam ilmu pengetahuan dan tek-nologi, guru tidak mungkin lagi mengajarkan semua fakta dan konsep dari sekian mata pelajaran, karena waktunya tidak akan cukup.

b. Siswa-siswa, khususnya dalam usia perkembangan anak, secara psiko-logis lebih mudah memahami konsep,apalagi yang sulit, bila disertai dengan contoh-contoh konkrit, dialami sendiri, sesuai dengan ling-kungan yang dihadapi. J. Piaget mengatakan bahwa intisari pengeta-huan adalah kegiatan atau aktivitas, baik fisik maupun mental. c. Ilmu pengetahuan dapat dikatakan bersifat relatif, artinya suatu

kebe-naran teori pada suatu saat berikutnya bukan kebekebe-naran lagi, tidak se-suai lagi dengan situasi. Suatu teori bisa gugur bila ditemukan teori-teori yang lebih baru dan lebih jitu. Jadi, suatu teori-teori masih dapat di-pertanyakan dan diperbaiki. Oleh karena itu, perlu orang-orang yang kritis, mempunyai sikap ilmiah. Wajar kiranya kalau siswa sejak dini sudah ditanamkan dalam dirinya sikap ilmiah dan sikap kritis ini. De-ngan menggunakan keterampilan proses, maksud tersebut untuk saat ini pantas diterima.

d. Proses belajar dan pembelajaran bertujuan membentuk manusia yang utuh artinya cerdas, terampil dan memiliki sikap dan nilai yang diha-rapkan. Jadi, pengembangan pengetahuan dan sikap harus menyatu. Dengan keterampilan memproses ilmu, diharapkan berlanjut kepemi-likan sikap dan mental.

M. Nur (1998) menyebutkan tentang mengapa inferensi penting sebagai salah satu komponen keterampilan proses sains yang harus dimiliki siswa, karena kita mem-punyai apresiasi yang lebih baik terhadap lingkungan apabila kita dapat menafsir-kan dan memahami kejadian-kejadian dan berharap pola semacam itu amenafsir-kan tetap berlaku untuk waktu yang akan datang. Sebagian besar perilaku kita didasarkan pada inferensi yang kita buat. Para ilmuan menyusun hipotesis berdasarkan infe-rensi yang mereka buat terhadap penyelidikannya. Sebagai guru, kita selalu membuat inferensi tentang perilaku siswa-siswa kita. Belajar itu sendiri adalah sebuah inferensi yang dibuat berdasarkan perubahan-perubahan tingkah laku


(34)

16

siswa yang dapat diobservasi. Apabila observasi adalah pengalaman yang diperoleh melalui satu atau lebih dari indera, maka inferensi adalah penafsiran atau penjelasan terhadap hasil observasi tersebut. Dengan demikian, inferensi harus didasarkan pada observasi langsung.

American Association for the Advancement of Science (Devi, 2011) menyebutkan inferensi (menyimpulkan) adalah sebuah pernyataan yang dibuat berdasarkan fak-ta hasil pengamafak-tan. Hasil inferensi dikemukakan sebagai pendapat seorang ter-hadap sesuatu yang diamatinya. Pola pembelajaran untuk melatih keterampilan proses inferensi, sebaiknya menggunakan teori belajar konstruktivisme, sehingga siswa belajar merumuskan sendiri inferensinya.

E. Penguasaan Konsep

Menurut Soetardjo (1998) definisi konsep adalah ide yang menggabungkan ba-nyak fakta menjadi satu kesatuan. Konsep menunjukkan kaitan antara baba-nyak fakta. Perolehan konsep pada umumnya memerlukan keterlibatan aktif dengan obyek-obyek nyata, eksplorasi, mendapatkan fakta-fakta, pemanipulasi ide-ide. Konsep diperlukan untuk memperoleh dan mengkomunikasikan pengetahuan, ka-rena dengan menguasai konsep kemungkinan memperoleh pengetahuan baru tidak terbatas.

Pengertian penguasaan konsep dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) di-artikan sebagai pemahaman atau kesanggupan untuk menggunakan pengetahuan, kepandaian dan sebagainya. Pemahaman bukan saja berati mengetahui yang sifat-nya mengingat (hafalan) saja, tetapi mampu mengungkapkan kembali dalam


(35)

ben-17

tuk lain atau dengan kata-kata sendiri sehingga mudah mengerti makna bahan yang dipelajari, tetapi tidak mengubah arti yang ada di dalamnya.

Seseorang siswa dikatakan telah menguasai konsep apabila ia mampu mendefini-sikan konsep, sehingga dengan kemampuan ini ia bisa membawa konsep dalam bentuk lain yang tidak sama dengan buku teks. Dengan penguasaannya seorang siswa mampu mengenali prosedur atau proses menghitung yang benar dan tidak benar serta mampu menyatakan dan menafsirkan gagasan untuk memberikan ala-san induktif dan deduktif sederhana baik secara liala-san, tertulis dan mendemonstra-sikan (Depdiknas, 2008)

Penguasaan konsep akan mempengaruhi ketercapaian hasil belajar siswa. Suatu proses dikatakan berhasil apabila hasil belajar yang didapatkan meningkat atau mengalami perubahan setelah siswa melakukan aktivitas belajar, pendapat ini di-dukung oleh Djamarah dan Zain (2010) yang mengatakan bahwa belajar pada ha-kikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhir-nya melakukan aktivitas belajar. Proses belajar seseorang sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah pembelajaran yang digunakan guru dalam ke-las, dalam belajar juga dituntut adanya suatu aktivitas yang harus dilakukan siswa sebagai usaha untuk meningkatkan penguasaan materi.

F. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Media pembelajaran adalah alat bantu untuk menyampaikan pesan kepada siswa yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Melalui penggunaan me-dia pembelajaran akan memudahkan bagi guru dalam menyampaikan materi


(36)

pem-18

belajaran. Salah satu bentuk dari media pembelajaran adalah Lembar Kerja Siswa (LKS).

Menurut Ismail (2003), LKS adalah salah satu bentuk program yang berlandaskan atas tugas yang harus diselesaikan dan berfungsi sebagai alat untuk mengalihkan pengetahuan dan keterampilan sehingga mampu mempercepat tumbuhnya minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

Menurut Prianto dan Harnoko (1997), manfaat dan tujuan LKS antara lain : 1. Mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar

2. Membantu siswa dalam mengembangkan konsep

3. Melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan proses bela-jar mengabela-jar

4. Membantu guru dalam menyusun pelajaran

5. Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses pem-belajaran

6. Membantu siswa memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari melalui kegiatan belajar

7. Membantu siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis

Pada proses belajar mengajar, LKS digunakan sebagai sarana pembelajaran untuk menuntun siswa mendalami materi dari suatu materi pokok atau submateri pokok mata pelajaran yang telah atau sedang dijalankan. Melalui LKS siswa harus me-ngemukakan pendapat dan mampu mengambil kesimpulan. Dalam hal ini, LKS digunakan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. LKS yang digunakan dapat berupa LKS eksperimen dan LKS noneksperimen.

1. LKS eksperimen

LKS eksperimen merupakan suatu media pembelajaran yang tersusun secara kronologis yang berisi prosedur kerja, hasil pengamatan, soal-soal yang ber-kaitan dengan kegiatan praktikum yang dapat membantu siswa dalam


(37)

mene-19

mukan konsep klasifikasi zat, serta kesimpulan akhir dari praktikum yang di-lakukan pada materi pokok yang bersangkutan. Pada penelitian ini, LKS eks-perimen digunakan pada materi pembelajaran hidrolisis garam.

2. LKS noneksperimen

LKS noneksperimen digunakan untuk membantu siswa mengkonstruksi kon-sep pada submateri pokok yang tidak dilakukan praktikum. Pada penelitian i-ni, LKS noneksperimen digunakan pada materi pembelajaran pH larutan ga-ram.

G. Kerangka Pemikiran

Modelproblem solvingini membiasakan kita untuk tidak terjebak pada solusi atas pikiran yang sempit melainkan membiasakan kita untuk melihat opsi-opsi yang terbuka luas. Dengan memiliki lebih banyak opsi solusi kemungkinan untuk ber-hasil mengatasi masalah juga akan semakin besar. Dalam proses pembelajaran yang menggunakan model ini, siswa dapat menyeimbangkan pemanfaatan otak kanan dan otak kirinya.

Dalam model pembelajaranproblem solvingterdapat lima tahap. Pertama, meng-orientasikan siswa pada masalah. Pada tahap ini siswa diminta menentukan per-masalahan yang timbul dari fakta-fakta yang diberikan guru. Siswa diharapkan secara teliti mengidentifikasi masalah yang dihadapi dan mencari sebanyak mungkin informasi apa saja yang diperlukan terkait dengan permasalahan yang dihadapi baik melalui kajian pustaka atau berdasarkan pengalaman yang pernah dijumpai. Dari masalah tersebut diharapkan siswa dapat menggambarkan masalah yang sedang dihadapi tersebut.


(38)

20

Pada tahap kedua, siswa mencari data atau keterangan yang dapat digunakan un-tuk memecahkan masalah. Berdasarkan informasi-informasi yang telah dikum-pulkan, siswa diharapkan sudah dapat menentukan konsep mana yang sesuai un-tuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Pada tahap ini siswa juga harus dapat menerjemahkan permasalahan yang dihadapi ke dalam konteks hidrolisis garam dan mulai melakukan prediksi bagaimana konsep tersebut diterapkan untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.

Pada tahap ketiga, menetapkan jawaban sementara dari masalah. Pada tahap ini siswa menuliskan dugaan jawaban yang didapat berdasarkan data dan informasi yang didapat pada tahap sebelumnya serta membangun kerangka pemikiran beru-pa langkah-langkah kerja yang akan dilaksanakan dalam menyelesaikan masalah. Selain itu, pada tahap ini, siswa juga memungkinkan untuk memasukkan perhi-tungan matematis sebagai salah satu langkah dalam membuat penyelesaian masa-lah. Pada tahap keempat, siswa menguji kebenaran jawaban sementara. Pada ta-hap ini, siswa mulai menjalankan semua langkah-langkah yang telah direncana-kannya. Dalam tahap ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga tul-betul yakin bahwa jawaban tersebut betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai.

Pada tahap kelima, menarik kesimpulan. Pada tahap ini siswa mulai membuat a-nalisis mengenai langkah-langkah penyelesaian masalah yang telah ditempuhnya, apakah telah sesuai dengan prediksi yang telah ditetapkan diawal atau terdapat ke-tidaksesuaian. Pada tahap ini juga siswa membuat kesimpulan terhadapproblem atau masalah yang telah dilakukannya.


(39)

21

Dengan demikian, model pembelajaran ini memberikan kesempatan untuk me-ngembangkan berbagai kemampuan siswa, diantaranya kemampuan mengamati dan menafsirkan pengamatan terhadap fenomena alam, mencari, mengumpulkan dan mengelompokkan/mengidentifikasi dan memilih informasi yang tepat, mem-prediksi, menggunakan alat/bahan, menerapkan konsep, merencanakan penelitian, berkomunikasi, dan mengajukan pertanyaan. Kemampuan-kemampuan ini tidak lain merupakan aspek-aspek yang ada dalam keterampilan proses sains. Dengan kata lain, pembelajaran ini sekaligus mampu meningkatkan keterampilan proses sains terutama keterampilan inferensi siswa.

H. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Semua siswa kelas XI IPA semester genap SMA Negeri 1 Way Jepara tahun pelajaran 2011/2012 yang menjadi populasi penelitian mempunyai kemampuan awal yang sama dalam penguasaan konsep kimia.

2. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan hasil belajar kimia siswa kelas XI IPAsemester genap SMA Negeri 1 Way Jepara tahun pelajaran 2011/2012 diabaikan.

I. Hipotesis Umum

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Penerapan modelproblem solvingpada materi pokok hidrolisis garam lebih efek-tif dalam meningkatkan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep daripada pembelajaran konvensional.


(40)

22

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Penentuan Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA semester genap SMA Negeri 1 Way Jepara Tahun Pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 124 siswa dan tersebar dalam empat kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengguna-kan teknikpurposive sampling. Purposive samplingdikenal juga sebagai sam-pling pertimbangan,terjadi apabila pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan perorangan atau peneliti. Pada hal ini seorang ahli yang dimintai saran dalam menentukan dua kelas yang akan dijadikan sampel adalah guru kimia yang mengajar di sekolah SMAN 1 Way Jepara.

Merujuk pada pertimbangan dua kelas sampel yang akan diteliti harus memiliki homogenitas kemampuan penguasaan konsep, maka dua kelas yang disarankan adalah kelas XI IPA3dan kelas XI IPA4. Selanjutnya dua kelas sampel tersebut dibagi menjadi kelas eksperimen dimana akan diterapkanproblem solving, dan kelas kontrol dimana akan diterapkan pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil pertimbangan, peneliti menentukan kelas XI IPA3sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA4sebagai kelas kontrol.


(41)

23

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat kuantita-tif yaitu data hasil tes sebelum belajar (pretes) dan hasil tes setelah pembelajaran diterapkan (postes) siswa.

Sumber data dibagi menjadi dua kelompok yaitu :

a. Data primer yang meliputi data hasilpretest danposttestkelas eksperimen dan kelas kontrol

b. Data sekunder yang meliputi data lembar kinerja guru dan lembar aktivitas siswa

C. Desain dan Metode Penelitian

1. Desain penelitian

Penelitian ini menggunakanNon Equivalent Control Group Designyaitu desain kuasi eksperimen dengan melihat perbedaanpretestmaupunposttestantara kelas eksperimen dan kelas kontrol. (Sugiyono, 2010)

Tabel 2. Desain penelitian

Kelas Pretes Perlakuan Postes

Kelas kontrol O1 - O2

Kelas eksperimen O1 X1 O2

Keterangan:

X1: Pembelajaran kimia dengan menggunakan model pembelajaranproblem solving.


(42)

24

O2: Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberiposttest

2. Metode penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen. Dalam memperoleh informasi, dilakukan tahap sebagai berikut:

a. Studi kepustakaan sebagai dasar pijakan untuk membangun landasan teori, ke-rangka berpikir dan hipotesis penelitian.

b. Wawancara, yaitu tanya jawab langsung kepada beberapa orang di sekolah. Dalam hal ini wawancara dilakukan kepada Kepala Sekolah untuk mengetahui keadaan umum sekolah, Wakil Kepala Sekolah bidang kesiswaan untuk me-ngetahui karakteristik pembagian kelas yang diperlukan untuk menentukan sampel penelitian, beberapa guru mata pelajaran untuk mengetahui karakteris-tik dan hasil belajar siswa serta wawancara kepada beberapa siswa untuk me-ngetahui bagaimana pembelajaran yang biasa dilakukan guru kimia di sekolah tersebut.

c. Pretes dan Postes sebagai sumber data primer yang digunakan untuk analisis pengujian hipotesis.

1. Pretes

Pretes merupakan uji awal sebelum dilakukan eksperimen pada sampel pe-nelitian. Pretes terdiri dari 20 soal pilihan jamak dan 4 soal essay.

2. Postes

Postes merupakan uji akhir atau tes akhir, yaitu tes yang dilaksanakan sete-lah perlakuan. Dengan soal postes terdiri dari 20 soal pilihan jamak dan 3 soal esai.


(43)

25

D. Variabel Penelitian

Sebagai variabel bebas adalah model pembelajaran yang digunakan, yaitu model pembelajaranproblem solvingdan pembelajaran konvensional. Sebagai variabel terikat adalah keterampilan inferensi dan penguasaan konsep pada materi hidroli-sis garam hidroli-siswa SMA N 1 Way Jepara.

E. Instrumen Penelitian dan Validitasnya

Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan berupa soal-soal pretes dan postes yang masing-masing soal-soal penguasaan konsep yang berupa pilihan jamak dan soal-soal keterampilan inferensi dalam bentuk esai.

Dalam pelaksanaannya kelas kontrol dan kelas eksperimen diberikan soal yang sa-ma. Soal pretes adalah materi sebelumnya (larutan penyangga) yang terdiri dari 20 butir soal pilihan jamak dan 4 soal esai yang mewakili keterampilan proses sa-ins yaitu keterampilan inferensi. Sedangkan soal postes adalah materi pokok hi-drolisis garam yang terdiri dari 20 butir soal pilihan jamak dan 3 soal esai yang mewakili keterampilan inferensi.

Agar data yang diperoleh sahih dan dapat dipercaya, maka dilakukan pengujian terhadap butir soal pretes dan postes yang akan digunakan. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikata-kan valid apabila mampu mengukur apa yang diingindikata-kan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Dalam konteks pengujian kevalidan instrumen dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu carajudgmentatau pe-nilaian, dan pengujian empirik. Instrumen ini menggunakan validitas isi dengan


(44)

26

carajudgment. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, ter-utama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indikator, dan bu-tir-butir pertanyaannya. Bila antara unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka da-pat dinilai bahwa instrumen dianggap valid untuk digunakan dalam mengumpul-kan data sesuai kepentingan penelitian yang bersangkutan.

Oleh karena dalam melakukanjudgmentdiperlukan ketelitian dan keahlian peni-lai, maka peneliti meminta ahli untuk melakukannya, yang dalam hal ini dosen pembimbing penelitian untuk menilainya.

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang digunakan penelitian ini adalah: 1. Observasi Pendahuluan

a. Meminta izin kepada Kepala SMA Negeri 1 Way Jepara untuk melaksanakan penelitian dengan melampirkan surat izin penelitian yang telah dibuat.

b. Menentukan pokok bahasan yang akan diteliti berdasarkan karakteristik mate-ri yang cocok untuk diterapkan pembelajaranproblem solving.

c. Menentukan populasi dan sampel penelitian sebanyak 2 kelas.

2. Pelaksanaan Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu: a. Tahap persiapan

Menyusun analisis konsep, silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang disesuaikan dengan tahapan


(45)

27

pembelajaran dan keterampilan inferensi yang diharapkan dapat dicapai pada kelas eksperimen, dan instrumen tes.

b. Tahap pelaksanaan di luar jam pembelajaran meliputi:

1) Menjelaskan model pembelajaranproblem solvingserta cara penilaian. 2) Menjelaskan adanya postes di akhir pembelajaran.

c. Tahap pelaksanaan proses pembelajaran pada kelas sampel.

1) Melakukanpretestdengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

2) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada materi pokok hidrolisis ga-ram sesuai dengan model pembelajaran yang telah ditetapkan di masing-masing kelas.

3) Melakukanposttestdengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

4) Tabulasi dan Analisis Data

Adapun langkah-langkah penelitian tersebut ditunjukkan pada alur penelitian, seperti ditunjukkan pada alur berikut:


(46)

28

Gambar 1. Alur Penelitian

G. Teknik Analisis Data

Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

Analisis konsep-konsep pada materi hidrolisis garam

Penyusunan perangkat pembelajaranproblem

solving 1. Penyusunan kisi-kisi butir soal

(pretes dan postes)

2. Butir soal tes (pretes dan postes) Penyusunan perangkat

pembelajaran konvensional

Validasi pretes dan postes

Kelas eksperimen Kelas kontrol

Pretes

Pembelajaran problem solving

Pretes

Pembelajaran konvensional

Postes Postes

Tabulasi dan analisis data


(47)

29

Nilai pretes dan postes dirumuskan sebagai berikut:

Nilai siswa= 100

Data yang diperoleh kemudian dicari gain ternormalisasinya kemudian dianalisis menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas dua varians.

1. Perhitungan n-Gain Ternormalisasi

Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran modelproblem solvingdalam me-ningkatkan keterampilan mengelompokkan dan penguasaan konsep siswa, maka dilakukan analisis skor gain ternormalisasi. Perhitungan ini bertujuan untuk me-ngetahui peningkatan nilaipretesdanpostesdari kedua kelas.

n-Gain dirumuskan sebagai berikut :

=

Kriteria interpertasi gain yang dikemukakan oleh Hake, yaitu: g≥ 0,7 (tinggi)

0,3≤ g < 0,7 (sedang) g < 0,3 (rendah)

Data gain ternormalisasi yang diperoleh kemudian diuji homogenitasnya yang ke-mudian digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis penelitian.

2. Uji normalitas

Hipotesis untuk uji normalitas :

Ho = data penelitian berdistribusi normal H1= data penelitian berdistribusi tidak normal

...(2) ...(1)


(48)

30

Untuk uji normalitas data digunakan rumus sebagai berikut :

= ( )

Keterangan :

x2= uji Chi- kuadrat fo= frekuensi observasi fe= frekuensi harapan

Kriteria : Terima H0jikax2hitung  x2tabel

3. Uji homogenitas dua varians

Uji homogenitas dua varians digunakan untuk mengetahui apakah dua kelompok sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak. Untuk uji homogenitas dua varians ini, rumusan hipotesisnya adalah :

H0: σ12= σ22 Data gain kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang homogen.

H1: σ12≠ σ22 Data gain kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang tidak homogen.

Keterangan:

=varians skor kelompok I

=varians skor kelompok II dimana dk1= (n1-1) dan dk2= (n2-1)

Untuk menguji homogenitas kedua varians kelas sampel, digunakan uji kesamaan dua varians, dengan rumusan statistik :


(49)

31

Keterangan :

S = varians terbesar

S = varians terkecil

Dengan kriteria uji

Terima H0jika Fhitung< Ftabel, dan tolak sebaliknya (Sudjana, 2005).

4. Pengujian hipotesis

Untuk data sampel yang berasal dari populasi berdistribusi normal, maka uji hipo-tesis yang digunakan adalah uji parametik (Sudjana, 2005). Teknik pengujian hi-potesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik, hihi-potesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1). Pengujian hipotesis disini dilakukan dengan menggunakan rumusan statistik uji kesamaan dua rata-rata. Rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut :

1) Hipotesis 1 (keterampilan inferensi)

H0 µ1x≤ µ2yx: rata-rata n-Gain keterampilan inferensi yang diterapkan pem-belajaran dengan modelproblem solvinglebih rendah atau sa-ma dengan pembelajaran konvensional

H1 µ1x> µ2x: rata-rata n-Gain keterampilan inferensi yang diterapkan pem-belajaran dengan modelproblem solvinglebih tinggi daripada pembelajaran konvensional


(50)

32

2) Hipotesis 2 (penguasaan konsep)

H0 µ1y≤ µ2y : Rata-rata n-Gain penguasaan konsep yang diterapkan pem-belajaran dengan modelproblem solvinglebih rendah atau sa-ma dengan penguasaan konsep pembelajaran konvensional H1µ1x> µ2x : Rata-rata n-Gain penguasaan konsep yang diterapkan

pembel-ajaran dengan modelproblem solvinglebih tinggi daripada de-ngan yang diberi pembelajaran konvensional

Keterangan:

µ1 :Rata-rata n-Gain (x,y) pada materi hidrolisis garam pada kelas yang di-terapkan pembelajaran dengan modelproblem solving

µ2 :Rata-rata n-Gain (x,y) pada materi hidrolisis garam pada kelas dengan pembelajaran konvensional

x: keterampilan inferensi y : penguasaan konsep

Dalam penelitian ini digunakan uji-t, yakni uji perbedaan dua rata–rata. Rumus statistik yang digunakan adalah:

a) Jika = (Sampel mempunyai varians yang homogen), maka :

=

+

dengan

=( 1) + ( 1)

+ 2

...(5)


(51)

33

Keterangan:

= Rata-rata gain penguasaan konsep hidrolisis garam/keterampilan inferensi yang diterapkan pembelajaran modelproblem solving.

= Rata-rata gain penguasaan konsep hidrolisis garam/ keterampilan inferen-si yang diterapkan pembelajaran konveninferen-sional.

= Simpangan baku gabungan

= Jumlah siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran modelproblem solving

= Jumlah siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. = Simpangan baku siswa yang diterapkan pembelajaran modelproblem

solving

= Simpangan baku siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Dengan kriteria uji :

Tolak H0jika ( )dan terima H0jika sebaliknya.

b) Jika (Sampel mempunyai varians yang tidak homogen), maka :

= +

dengan

= ( ) ( 1)

Keterangan: t’ = Koefisien t

= Rata-rata gain penguasaan konsep hidrolisis garam / keterampilan inferen-si yang diterapkan pembelajaran modelproblem solving

...(8) ...(7)


(52)

34

= Rata-rata gain penguasaan konsep hidrolisis garam/keterampilan inferensi yang diterapkan pembelajaran konvensional.

i

x = Gain kelas kontrol/eksperimen

= Jumlah siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran modelproblem solving

= Jumlah siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. = Simpangan baku kelas eksperimen/kontrol

= Simpangan baku siswa yang diterapkan pembelajaran modelproblem solving

= Simpangan baku siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Dengan kriteria uji : tolak H0jika

+ +

Dan terimaH0jika sebaliknya, dengan :

=

=

= ( ),( )

= ( ),( )

c) Mencari harga t tabel pada tabel distribusitdengan level signifikan 0,05 dan

2 -n n

dk 12 untuk 2 2 2

1 σ

σ  , sedangkan level signifikan 0,05 dan dk masing-masing

n1-1

dan

n2-1

untuk 22

2

1 σ


(53)

56

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan dalam pene-litian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Keterampilan inferensi dan penguasaan konsep hidrolisis garam yang diterap-kan model pembelajaranproblem solvinglebih tinggi daripada pembelajaran konvensional.

2. Pembelajaranproblem solvingpada materi pokok hidrolisis garam efektif da-lam meningkatkan keterampilan inferensi siswa dan penguasaan konsep dari-pada pembelajaran konvensional.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Pembelajaranproblem solvinghendaknya diterapkan dalam pembelajaran kimia, terutama pada materi hidrolisis garam karena terbukti efektif dalam meningkatkan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep siswa. 2. Agar penerapan pembelajaranproblem solvingberjalan efektif, hendaknya

guru menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran, serta guru harus memiliki kreativitas dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran.


(54)

57

3. Agar penerapan pembelajaranproblem solvingberjalan maksimal, hendaknya guru mempersiapkan lebih awal hal-hal yang menunjang proses pembelajaran yang akan dilakukan siswa dan lebih memperhatikan pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran.


(55)

58

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R.I. 2007.Learning To Teach.Edisi VII. Pustaka pelajar. Yogyakarta. Bell, G. M. E. 1994.Belajar dan Membelajarkan. PT Raja Grafindo Persada.

Jakarta.

Depdiknas. 2008.RambuRambu Pengakuan Pengalaman Kerja dan Hasil Belajar (PPKHB). Depdiknas. Jakarta.

Djajadisastra, J. 1990.Metode-Metode Mengajar. Angkasa. Bandung.

Djamarah, S.B. dan Aswan Zein. 2000.Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Hamalik, O. 1991. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Hariwibowo, K., R. Febrianto, A. Rengganis, dan Hera. Makalah Pembelajaran-Proses: Pendekatan Keterampilan Proses. [online] http://lubisgrafura.word-press.com/2009/05/26/

makalah-pembelajaran-proses-pendekatan-keterampilan-proses/. Diakses pukul 09.22am tanggal 15 November 2011. Hartono. 2007. Profil Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Program

Pendidikan Jarak Jauh SI PGSD Universitas Sriwijaya. Seminar Proseeding of The International Seminar of Science Education, 27 Oktober 2007. Bandung.

Ismail. 2003. Media Pembelajaran (Model-model Pembelajaran). Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Priyanto dan Harnoko.1997.Perangkat Pembelajaran. Depdikbud. Jakarta. Purba, M. 2006.Kimia SMA Kelas XI. Erlangga. Jakarta.

Purwani, E dan Martini. 2009. Implementasi Hasil-Hasil Penelitian untuk Peningkatan Profesionalisme di Bidang Kimia dan Pendidikan Kimia (Prosiding). Unesa University Press. Surabaya.

Putri, D. 2012. Efektivitas Model PembelajaranLearning Cycle 3Epada Materi Kesetimbangan Kimia dalam Meningkatkan Keterampilan Inferensi dan Prediksi Siswa.Skripsi. Universitas Lampung. Bandarlampung.


(56)

59

Sanjaya, W. 2009.Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses Pembelajaran. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Saputra, A. 2012. Efektivitas Model PembelajaranProblem SolvingPada Materi Pokok Kesetimbangan Kimia dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa.Skripsi. Universitas Lampung. Bandarlampung.

Soetardjo. 1998. Proses Belajar Mengajar Dengan Metode Pendekatan Keterampilan Proses. SIC. Surabaya.

Sudjana. 2005. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung. Sugiyono. 2010.Statistika untuk Penelitian. CV Alfabeta. Bandung.

Suparno, P. 1997.Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta. Tan, O. 2003. Using Problem To Power Learning In 21stCentury. Thompson

Learning. Singapore.

Tim Penyusun. 2006.Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.Badan Standar Nasional Pendidikan. Jakarta.

Trianto. 2007.Model-model Pembelajaran inovatif Berorientasi konstruktivisme. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta.

Hudojo, H. 2001. Pembelajaran Menurut Pandangan Konstruktivisme. Makalah Semlok Konstruktivisme sebagai Rangkaian Kegiatan Piloting JICA. FMIPA Universitas Negeri Malang. 9 Juli 2001.

Wicaksono, A. 2008. Efektitifitas Pembelajaran. Agung (Ed). 5 April 2008. 20 Juni 2012 http://agung.smkn1pml.sch.id/wordpress/?p=119.


(1)

Keterangan:

= Rata-rata gain penguasaan konsep hidrolisis garam/keterampilan inferensi yang diterapkan pembelajaran modelproblem solving.

= Rata-rata gain penguasaan konsep hidrolisis garam/ keterampilan inferen-si yang diterapkan pembelajaran konveninferen-sional.

= Simpangan baku gabungan

= Jumlah siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran modelproblem solving

= Jumlah siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. = Simpangan baku siswa yang diterapkan pembelajaran modelproblem

solving

= Simpangan baku siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Dengan kriteria uji :

Tolak H0jika ( )dan terima H0jika sebaliknya.

b) Jika (Sampel mempunyai varians yang tidak homogen), maka :

= +

dengan

= ( )

( 1)

Keterangan:

t’ = Koefisien t

= Rata-rata gain penguasaan konsep hidrolisis garam / keterampilan inferen-si yang diterapkan pembelajaran modelproblem solving

...(8) ...(7)


(2)

i

x = Gain kelas kontrol/eksperimen

= Jumlah siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran modelproblem solving

= Jumlah siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. = Simpangan baku kelas eksperimen/kontrol

= Simpangan baku siswa yang diterapkan pembelajaran modelproblem solving

= Simpangan baku siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Dengan kriteria uji : tolak H0jika

+ +

Dan terimaH0jika sebaliknya, dengan :

=

=

= ( ),( )

= ( ),( )

c) Mencari harga t tabel pada tabel distribusitdengan level signifikan 0,05 dan

2 -n n

dk 12 untuk 2 2 2 1 σ

σ  , sedangkan level signifikan 0,05 dan dk masing-masing

n1-1

dan

n2-1

untuk 22

2 1 σ

σ  .


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan dalam pene-litian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Keterampilan inferensi dan penguasaan konsep hidrolisis garam yang diterap-kan model pembelajaranproblem solvinglebih tinggi daripada pembelajaran konvensional.

2. Pembelajaranproblem solvingpada materi pokok hidrolisis garam efektif da-lam meningkatkan keterampilan inferensi siswa dan penguasaan konsep dari-pada pembelajaran konvensional.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Pembelajaranproblem solvinghendaknya diterapkan dalam pembelajaran kimia, terutama pada materi hidrolisis garam karena terbukti efektif dalam meningkatkan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep siswa. 2. Agar penerapan pembelajaranproblem solvingberjalan efektif, hendaknya

guru menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran, serta guru harus memiliki kreativitas dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran.


(4)

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R.I. 2007.Learning To Teach.Edisi VII. Pustaka pelajar. Yogyakarta. Bell, G. M. E. 1994.Belajar dan Membelajarkan. PT Raja Grafindo Persada.

Jakarta.

Depdiknas. 2008.RambuRambu Pengakuan Pengalaman Kerja dan Hasil Belajar (PPKHB). Depdiknas. Jakarta.

Djajadisastra, J. 1990.Metode-Metode Mengajar. Angkasa. Bandung.

Djamarah, S.B. dan Aswan Zein. 2000.Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Hamalik, O. 1991. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Hariwibowo, K., R. Febrianto, A. Rengganis, dan Hera. Makalah Pembelajaran-Proses: Pendekatan Keterampilan Proses. [online] http://lubisgrafura.word-press.com/2009/05/26/

makalah-pembelajaran-proses-pendekatan-keterampilan-proses/. Diakses pukul 09.22am tanggal 15 November 2011. Hartono. 2007. Profil Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Program

Pendidikan Jarak Jauh SI PGSD Universitas Sriwijaya. Seminar Proseeding of The International Seminar of Science Education, 27 Oktober 2007. Bandung.

Ismail. 2003. Media Pembelajaran (Model-model Pembelajaran). Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Priyanto dan Harnoko.1997.Perangkat Pembelajaran. Depdikbud. Jakarta. Purba, M. 2006.Kimia SMA Kelas XI. Erlangga. Jakarta.

Purwani, E dan Martini. 2009. Implementasi Hasil-Hasil Penelitian untuk Peningkatan Profesionalisme di Bidang Kimia dan Pendidikan Kimia (Prosiding). Unesa University Press. Surabaya.

Putri, D. 2012. Efektivitas Model PembelajaranLearning Cycle 3Epada Materi Kesetimbangan Kimia dalam Meningkatkan Keterampilan Inferensi dan Prediksi Siswa.Skripsi. Universitas Lampung. Bandarlampung.


(6)

Kritis Siswa.Skripsi. Universitas Lampung. Bandarlampung. Soetardjo. 1998. Proses Belajar Mengajar Dengan Metode Pendekatan

Keterampilan Proses. SIC. Surabaya.

Sudjana. 2005. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung. Sugiyono. 2010.Statistika untuk Penelitian. CV Alfabeta. Bandung.

Suparno, P. 1997.Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta. Tan, O. 2003. Using Problem To Power Learning In 21stCentury. Thompson

Learning. Singapore.

Tim Penyusun. 2006.Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.Badan Standar Nasional Pendidikan. Jakarta.

Trianto. 2007.Model-model Pembelajaran inovatif Berorientasi konstruktivisme. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta.

Hudojo, H. 2001. Pembelajaran Menurut Pandangan Konstruktivisme. Makalah Semlok Konstruktivisme sebagai Rangkaian Kegiatan Piloting JICA. FMIPA Universitas Negeri Malang. 9 Juli 2001.

Wicaksono, A. 2008. Efektitifitas Pembelajaran. Agung (Ed). 5 April 2008. 20 Juni 2012 http://agung.smkn1pml.sch.id/wordpress/?p=119.