EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI HIDROLISIS GARAM DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKLASIFIKASI DAN PENGUASAAN KONSEP

(1)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu kimia adalah cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang secara khusus mempelajari tentang struktur, susunan, sifat dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi. Ilmu kimia terdiri dari banyak konsep, hukum, dan azas, dari yang sederhana sampai yang kompleks. Sebagian besar ilmu kimia bersifat abstrak, sehingga sulit untuk dipahami siswa. Untuk dapat memahami ha-kikat IPA secara utuh yakni IPA sebagai proses, produk, dan aplikasi, siswa harus memiliki kemampuan Keterampilan Proses Sains (KPS). KPS adalah semua kete-rampilan yang terlibat pada saat berlangsungnya sains. KPS penting dimiliki guru agar digunakan sebagai jembatan untuk menyampaikan pengetahuan atau infor-masi baru kepada siswa atau mengembangkan pengetahuan atau inforinfor-masi yang telah dimiliki siswa. KPS sangat cocok diaplikasikan pada kegiatan praktikum. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas XI IPA SMAN 1 Way Jepara, pembelajaran kimia masih dominan menggunakan metode ceramah, se-dangkan diskusi serta praktikum jarang dilakukan. Dalam kegiatan pembelajaran, guru menjelaskan materi dari buku paket, sementara siswa pasif mendengarkan penjelasan guru. Usai berceramah, guru meminta siswa mengerjakan latihan soal dari buku paket, kemudian membahas bersama-sama. Sarana dan prasarana


(2)

laboratorium kimia juga cukup memadai, namun guru kurang memaksimalkan penggunaan laboratorium selama kegiatan pembelajaran. Praktikum hanya dilakukan pada beberapa materi saja, itupun dilakukan hanya untuk membuktikan konsep, bukan bertujuan untuk menemukan konsep. Siswa cenderung didoktrin dengan teori dan tidak dibimbing untuk menemukan sendiri konsep materi yang dipelajari.

Pembelajaran konvensional ini kurang efektif, karena tidak sesuai dengan tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang menghendaki siswa memiliki keterampilan proses sains, yaitu keterampilan dasar yang harus dimiliki siswa se-bagai peserta didik. Pembejaran ini cenderung membuat siswa kurang tertarik pa-da pelajaran kimia. Siswa sulit untuk menghubungkan konsep ilmu kimia dengan kehidupan sehari-hari. Siswa belum menyadari bahwa ilmu kimia sangat dekat dengan kehidupan mereka, setiap saat mereka berhubungan dengan kimia, maka-nan yang mereka konsumsi, pakaian yang mereka kenakan setiap hari pada hake-katnya berkaitan dengan ilmu kimia. Siswa tidak dihadapkan pada suatu perma-salahan yang harus dikaji dan digali untuk dipecahkan bersama-sama. Sudah menjadi tugas guru untuk dapat menciptakan suatu proses pembelajaran yang efektif dan menyenangkan bagi siswa, sehingga tidak hanya penguasaan konsep saja yang siswa dapatkan, tetapi juga kebermanfaatan ilmu tersebut bagi kehidu-pan mereka sehari-hari.

Menurut teori kontruktivisme, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa harus membangun sendiri pengetahuan itu. Guru dapat


(3)

memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, meng-ajar siswa menjadi cerdas dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar serta memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri.

Keberhasilan pendidikan tidak lepas kaitannya dengan keterampilan guru-guru dalam mengelola kelas selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Untuk itu diperlukan kreativitas guru dalam menerapkan model pembelajaran yang variatif. Salah satu model pembelajaran yang dilandasi oleh filosofi konstruktivisme ada-lah pembelajaran melalui model pembelajaran problem solving, yaitu model pem-belajaran yang menitikberatkan pada keaktivan siswa dan mengharuskan siswa membangun pengetahuannya sendiri, yang merupakan inti dari kegiatan pembela-jaran. Model pembelajaran problem solving memiliki ciri-ciri yaitu pembelajaran yang dimulai dengan adanya pemberian masalah. Biasanya masalah memiliki konteks dengan dunia nyata, siswa secara berkelompok kecil aktif mengidentifika-si masalah yang ada, mempelajari dan mencari sendiri materi yang terkait dengan masalah dan kemudian mencari solusi dari masalah tersebut, sedangkan guru lebih banyak memfasilitasi saja. Meskipun bukanlah model yang sama sekali baru, pe-nerapan model tersebut mengalami kemajuan yang pesat di banyak sekolah dan perguruan tinggi dari berbagai disiplin ilmu di negara-negara maju.

Hasil penelitian Purwani (2009), yang dilakukan pada siswa SMA kelas X di SMAN 1 Jombang, menunjukkan bahwa pembelajaran dengan melalui strategi


(4)

ke-mampuan berpikir siswa. Pada kegiatan pembelajaran dengan mengaplikasikan model problem solving ini, siswa diharapkan terbiasa untuk melihat berbagai pilihan yang terbuka luas dalam memecahkan masalah. Dengan memiliki lebih banyak opsi solusi kemungkinan untuk berhasil mengatasi masalah juga akan semakin besar. Dalam proses pembelajaran yang menggunakan model ini, diha-rapkan siswa dapat menyeimbangkan pemanfaatan otak kanan dan otak kirinya. Mereka belajar untuk tidak hanya memanfaatkan otak kirinya yang berpikir kon-vergen, dimana hanya ada satu solusi yang benar. Mereka juga terlatih berpikir secara divergen yang melihat berbagai kemungkinan solusi, sebelum akhirnya melakukan analisis untuk sebuah solusi terbaik. Dalam hal ini siswa dituntut untuk berperan aktif mencari solusi dan menganalisisnya untuk mendapatkan kesimpulan jawaban dari masalah yang dihadapi.

Pembelajaran kimia dapat dikaitkan dengan kondisi atau masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari, seperti pada materi hidrolisis garam. Setiap hari manusia menggunakan garam dapur (NaCl) sebagai pemberi rasa asin pada makanan. Da-lam hal ini garam dapur bersifat netral. Para petani menggunakan pupuk yang mengandung garam (NaHCO3) untuk menetralkan pH tanah yang besifat asam. Dalam hal ini garam bersifat basa. Pada materi pokok hidrolisis garam, siswa dituntut untuk melakukan eksperimen terlebih dahulu agar dapat memecahkan masalah serta dapat menyimpulkan pengertian hidrolisis garam. Dalam eksperi-men ini, siswa diarahkan untuk dapat eksperi-menentukan perbedaan larutan garam yang terhidrolisis dan tidak terhidrolisis, mengelompokkan kekuatan asam dan basa pembentuknya, menentukan sifat larutan garam yang bersifat asam, basa, dan netral, serta mampu menentukan dasar penggolongannya.


(5)

Kemampuan-kemampuan ini merupakan indikator keterampilan mengklasifikasi. Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian yang berjudul: “Efektivitas Model Pem-belajaran Problem solving pada Materi Hidrolisis Garam dalam Meningkatkan Keterampilan Mengklasifikasi dan Penguasaan Konsep.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah penerapan model pembelajaran Problem Solving pada materi pokok

hidrolisis garam efektif dalam meningkatkan keterampilan mengklasifikasi? 2. Apakah penerapan model pembelajaran Problem Solving pada materi pokok

hidrolisis garam efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep? C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Efektivitas model pembelajaran Problem Solving pada materi pokok hidro-lisis garam dalam meningkatkan keterampilan mengklasifikasi pada siswa SMAN 1 Way Jepara.

2. Efektivitas model pembelajaran Problem Solving pada materi pokok hidro-lisis garam dalam meningkatkan penguasaan konsep pada siswa SMAN 1 Way Jepara.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:


(6)

mempelajari kimia, terutama materi hidrolisis garam. Karena siswa diarahkan untuk mengaitkan teori kimia dengan fakta yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

2. Sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan guru di sekolah. Agar guru lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya dalam proses pembelajaran, karena siswa juga dapat dijadikan sebagai sumber ilmu.

3. Dapat dijadikan bahan atau informasi bagi peneliti-peneliti lain yang melaku-kan penelitian serupa dimasa yang amelaku-kan datang.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa, apa-bila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol (ditunjukan dengan n-gain yang signifikan).

2. Keterampilan proses sains yang diamati dalam penelitian ini adalah keteram-pilan mengklasifikasi dengan indikator menentukan perbedaan, mencari kesamaan, membandingkan, dan menentukan dasar penggolongan terhadap suatu objek.

3. Penguasaan konsep hidrolisis garam berupa nilai siswa pada materi pokok reaksi larutan penyangga yang diperoleh melalui pretes, danpada materi hidrolisis garam melalui postes.


(7)

4. Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang umumnya diguna-kan di SMA Negeri 1 Way Jepara. Pembelajaran konvensional yang diterap-kan menggunaditerap-kan metode ceramah, tanya jawab, penugasan serta eksperimen untuk membuktikan konsep pada materi tertentu.

5. Dalam melaksanakan pembelajaran dengan problem solving, terdapat lima strategi yang mendasarinya. Pertama, siswa dihadapkan pada permasalahan. Kedua, siswa menerapkan konsep yang sesuai untuk menyelesaikan perma-salahan tersebut. Ketiga, menyusun langkah-langkah logis untuk menyelesai-kan masalah. Keempat, melaksanamenyelesai-kan langkah-langkah yang telah direncana-kan. Kelima, melakukan evaluasi terhadap penyelesaian masalah (Heller & Heller, 1999).


(8)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Konstruktivisme

Konstruktivisme merupakan salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Pengetahuan bukanlah suatu imitasi dari kenyataan (realitas). Von Glasersfeld menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan. Pengetahuan bukanlah gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Tetapi pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang. Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Paul Suparno (1997), antara lain: (1) pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif; (2) tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa; (3) mengajar adalah membantu siswa belajar; (4) tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir; (5) kurikulum me-nekankan partisipasi siswa; dan (6) guru adalah fasilitator.

Ciri atau prinsip dalam belajar menurut Paul Suparno (1997) sebagai berikut : 1. Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa

yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami.

2. Konstruksi makna adalah proses yang terus menerus.

3. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan pe-ngembangan pemikiran dengan membuat pengertian baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan tetapi perkembangan itu sendiri.

4. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya.


(9)

5. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, si subjek belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari.

Pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat ditransfer dari orang yang mempunyai pengetahuan kepada orang yang belum mempunyai pengetahuan. Setiap orang membangun pengetahuannya sendiri, sehingga transfer pengetahuan akan sangat sulit terjadi. Bahkan, bila seorang guru bermaksud mentransfer konsep, ide, dan pengertiannya kepada siswa, pemindahan itu harus

diinterpretasikan dan dikonstruksikan oleh siswa itu lewat pengalamannya (Trianto, 2007).

B. Model Problem Solving

Masalah pada hakikatnya merupakan bagian dalam kehidupan manusia. Masalah yang sederhana dapat dijawab melalui proses berpikir yang sederhana, sedangkan masalah yang rumit memerlukan langkah-langkah pemecahan yang rumit pula. Masalah pada hakikatnya adalah suatu pertanyaan yang mengandung jawaban. Suatu pertanyaan mempunyai peluang tertentu untuk dijawab dengan tepat, bila pertanyaan itu dirumuskan dengan baik dan sistematis. Ini berarti, pemecahan suatu masalah menuntut kemampuan tertentu pada diri individu yang hendak me-mecahkan masalah tersebut.

Pemecahan masalah adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan suatu masalah dan memecahkannya berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat. Proses pemecahan masalah memberikan kesempatan peserta didik berperan aktif dalam mempelajari, mencari, dan menemukan sendiri informasi untuk diolah menjadi konsep, prinsip,


(10)

teori, atau kesimpulan. Dengan kata lain, pemecahan masalah menuntut kemam-puan memproses informasi untuk membuat keputusan tertentu (Hidayati, 2006). Menurut Sudjana (2002) problem solving bukan hanya sekedar model mengajar tetapi juga merupakan salah satu model berpikir, sebab dalam problem solving

dapat menggunakan metode-metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai kepada penarikan kesimpulan.

Berhasil tidaknya suatu pengajaran bergantung kepada suatu tujuan yang hendak dicapai. Tujuan dari pembelajaran problem solving adalah seperti apa yang dike-mukakan oleh Hudojo (2001), yaitu sebagai berikut:

1) Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan kemudian menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya.

2) Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah intrinsik bagi siswa.

3) Potensi intelektual siswa meningkat.

4) Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan penemuan.

5) Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan penemuan.

Sanjaya (2007) berpendapat bahwa: “Hakikat masalah adalah kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi yang diharapkan, atau antara kenyataan yang terjadi dengan apa yang diharapkan.” Menurut Sanjaya, terdapat tiga ciri utama dari pembelajaran problem solving yaitu:

Pertama, merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, dalam pembelajaran ini tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi siswa belajar berfikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkan.

Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah.

Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berfikir secara ilmiah. Proses berfikir yang dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berfikir ilmiah dilakukan melalui tahap-tahap


(11)

tertentu, sedangkan empiris adalah proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.

Sanjaya mengatakan bahwa pembelajaran problem solving dapat diterapkan apabila:

1) Guru menginginkan agar siswa tidak hanya sekedar dapat mengingat materi pelajaran, akan tetapi menguasai dan memahaminya secara pe-nuh.

2) Guru bermaksud untuk mengembangkan keterampilan berpikir rasional siswa, yaitu kemampuan menganalisis, menerapkan pengetahuan yang mereka miliki, mengenal adanya perbedaan antara fakta dan pendapat, serta mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah serta membuat tantangan intelektual siswa.

3) Guru menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah serta membuat tantangan intelektual siswa.

4) Guru ingin mendorong siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajarnya.

5) Guru ingin agar siswa memahami hubungan antara apa yang dipelajari dengan kenyataan dalam kehidupan.

John Dewey (Sanjaya, 2009) menjelaskan enam langkah pembelajaran problem solving, yaitu:

1) Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan.

2) Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang.

3) Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. 4) Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan

informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.

5) Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.

6) Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.


(12)

Sanjaya (2009) mengemukakan keunggulan dan kelemahan problem solving, antara lain:

1. Keunggulan:

a. Problem solving merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.

b. Problem solving dapat menantang kemampuan siswaserta memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi siswa.

c. Problem solving dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa. d. Problem solving dapat membantu siswa bagaimana mentransfer

pengetahuan mereka untuk memahami masalah.

e. Dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.

f.Dapat memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara berfikir dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa bukan sekedar belajar dari guru atau buku.

g. Dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.

h. Dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki.

i.Dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.

2. Kelemahan:

a. Manakala siswa yang tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.

b. Membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.

c. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.

Dikemukakan Heller & Heller (1999) yang menyatakan bahwa:

Dalam melaksanakan pembelajaran dengan problem solving, terdapat lima strategi yang mendasarinya. Pertama, siswa dihadapkan pada permasalahan. Kedua, siswa menerapkan konsep yang sesuai untuk menyelesaikan perma-salahan tersebut. Ketiga, menyusun langkah-langkah logis untuk menyele-saikan masalah. Keempat, melaksanakan langkah-langkah yang telah diren-canakan. Kelima, melakukan evaluasi terhadap penyelesaian masalah. Dari penjelasan di atas dapat dijabarkan bahwa pada tahap pertama siswa dihadap-kan pada suatu permasalahan dalam pembelajaran yang diberidihadap-kan. Sehingga diharapkan siswa secara teliti mengidentifikasi masalah yang dihadapi dan


(13)

mencari sebanyak mungkin informasi apa saja yang diperlukan terkait dengan permasalahan yang dihadapi baik melalui kajian pustaka atau berdasarkan

pengalaman yang pernah dijumpai. Dari masalah tersebut diharapkan siswa dapat menggambarkan masalah yang sedang dihadapi tersebut. Tahap kedua, berdasar-kan informasi-informasi yang telah dikumpulberdasar-kan, siswa diharapberdasar-kan sudah dapat menentukan konsep mana yang sesuai untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Pada tahap ini siswa juga harus dapat menerjemahkan permasalahan yang dihadapi ke dalam konteks hidrolisis garam dan mulai melakukan prediksi bagaimana konsep tersebut diterapkan untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Ketiga, pada tahap ini siswa membangun kerangka pemikiran be-rupa langkah-langkah kerja yang akan dilaksanakan dalam menyelesaikan masa-lah. Selain itu, pada tahap ini, siswa juga memungkinkan untuk memasukkan perhitungan matematis sebagai salah satu langkah dalam membuat penyelesaian masalah. Keempat, siswa mulai menjalankan semua langkah-langkah yang telah direncanakannya. Kelima, siswa mulai membuat analisis mengenai langkah-lang-kah penyelesaian masalah yang telah ditempuhnya, apalangkah-lang-kah telah sesuai dengan prediksi yang telah ditetapkan diawal atau terdapat ketidaksesuaian. Pada tahap ini juga siswa membuat kesimpulan terhadap problem atau masalah yang telah dilakukannya.

Menurut Heller and Heller dalam bukunya Cooperative Group Problem Solving in Physics university, pembelajaran dengan menggunakan problem solving sebaik-nya menggunakan pembelajaran problem solving yang meliputi tiga tahap, yaitu:

modeling, coaching, and scaffolding (membimbing dan merancah), dan fading


(14)

mengatasi isu dan masalah dalam lingkungan. Guru memberikan demonstrasi dengan tahapan problem solving. Coaching dan scaffolding dilakukan dalam ben-tuk diskusi kelompok kooperatif dan eksperimen unben-tuk menyelesaikan masalah menggunakan tahapan problem solving. Guru memberikan sangat sedikit bim-bingan. Maka dalam penelitian ini akan digunakan strategi pembelajaran problem solving dengan menggunakan tiga tahap tersebut.

C. Keterampilan Proses Sains (KPS)

Menurut Moedjiono dan Dimyati (2006), KPS dapat diartikan sebagai keteram-pilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang terkait dengan kemampuan-kemampuan mendasar yang telah ada dalam diri siswa.

Funk (Dimyati dan Mudjiono, 2006) membagi keterampilan proses menjadi dua kelompok besar yaitu keterampilan dasar dan keterampilan terintegrasi. Keteram-pilan dasar (basic skill) terdiri dari enam keterampilan, yakni: mengamati, meng-klasifikasi, memprediksi, mengukur, mengkomunikasikan, dan menyimpulkan. Sedangkan keterampilan terintegrasi (grated skill) terdiri dari sepuluh keterampil-an, yakni: mengidentifikasi variabel, membuat tabel data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antarvariabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisis penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan va-riabel secara operasional, merancang penelitian, dan melaksanakan eksperimen. Mengklasifikasi merupakan keterampilan proses untuk memilah berbagai objek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khususnya, sehingga didapatkan golongan atau kelompok sejenis dari objek peristiwa yang dimaksud. Contohnya antara lain:


(15)

mengklasifikasi cat berdasarkan warna, mengklasifikasi binatang menjadi bina-tang beranak dan bertelur, dan lain-lain.

KPS dibutuhkan untuk menggunakan dan memahami sains, Gagne (Hartono, 2007). Untuk dapat memahami hakikat IPA secara utuh yakni IPA sebagai pro-ses, produk, dan aplikasi, siswa harus memiliki kemampuan KPS. KPS adalah semua keterampilan yang terlibat pada saat berlangsungnya sains. KPS terdiri dari beberapa keterampilan yang satu sama lain berkaitan dengan sebagai prasya-rat. KPS penting dimiliki guru untuk digunakan sebagai jembatan untuk menyam-paikan pengetahuan atau informasi baru kepada siswa atau mengembangkan pengetahuan atau informasi yang telah dimiliki siswa. KPS ini dapat diaplika-sikan misalnya pada kegiatan praktikum.

Menurut Esler dan Esler (Hartono, 2007), KPS dikelompokkan menjadi 2 yaitu keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terpadu.

Tabel 1. Keterampilan proses dasar dan proses terpadu

Keterampilan Proses Dasar Keterampilan Proses Terpadu Mengamati (Observasi)

Mengkomunikasikan (Klasifikasi) Melakukan Pengukuran

Berkomunikasi Menarik Kesimpulan Memprediksi

Merumuskan Hipotesis Menyatakan Variabel Mengontrol Variabel Mendefinisikan Operasional Eksperimen

Menginterpretasi Data Penyelidikan

Aplikasi Konsep

Dimyati dan Mudjiono (2002) memuat alasan mengenai pendekatan KPS yang diambil dari pendapat Funk dalam Hartono (2007) sebagai berikut:


(16)

1. Pendekatan KPS dapat mengembangkan hakikat ilmu pengetahuan siswa. Siswa terdorong untuk memperoleh ilmu pengetahuan dengan baik karena lebih memahami fakta dan konsep ilmu pengetahuan.

2. Pembelajaran melalui KPS akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak hanya menceritakan, dan atau mendengarkan sejarah ilmu pengetahuan.

3. KPS dapat digunakan untuk belajar proses dan sekaligus produk ilmu pengetahuan. Pendekatan KPS memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara bertindak sebagai seorang ilmuan (Dimyati dan Mudjiono, 2002).

Tabel 2. Indikator keterampilan dasar

Keterampilan Dasar

Indikator

Observasi Mampu menggunakan semua indera (penglihatan, pembau, pendengaran, pengecap, dan peraba) untuk mengamati, mengidentifikasi, dan memahami sifat benda dan kejadian secara teliti dari hasil pengamatan

Klasifikasi Mampu menentukan perbedaan, mencari kesamaan, dan menentukan dasar penggolongan terhadap suatu objek Pengukuran Mampu memilih dan menggunakan peralatan untuk

menen-tukan secara kuantitatif dan kualitatif ukuran suatu benda secara benar yang sesuai untuk panjang, luas, volume, waktu, berat, dan lain-lain. Mampu mendemonstrasikan perubahan suatu satuan pengukuran ke satuan pengukuran lain

Komunikasi Mampu membaca dan mengkompilasi informasi dalam gra-fik atau diagram, menggambar data empiris dengan gragra-fik, tabel, atau diagram, menjelaskan hasil percobaan, menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis dan jelas Menarik Mampu membuat suatu kesimpulan tentang suatu benda


(17)

Kesimpulan atau fenomena setelah mengumpulkan, menginterpretasi data dan informasi

Tabel 3. Indikator keterampilan proses sains terpadu

Keterampilan Terpadu Indikator

Merumuskan Hipotesis

(Formulating Hypotheses)

Mampu menyatakan hubungan antara 2 variabel, mengajukan perkiraan penyebab suatu hal terjadi dengan mengungkapkan bagaimana cara

melakukan pemecahan masalah Menamai Variabel

(Naming Variable)

Mampu mendefiniskan semua variabel jika digunakan dalam percobaan

Mengontrol Variabel

(Controlling Variabel)

Mampu mengidentifikasikan variabel yang mempengaruhi hasil percobaan menjaga kekons-tanannya selagi memanipulasi variabel bebas Membuat Definisi

Operasioal

(Making Operational Definition)

Mampu menyatakan bagaimana mengukur semua faktor atau variabel dalam suatu eksperimen Melakukan Eksperimen

(Experimenting)

Mampu melakukan kegiatan mengajukan pertanyaan yang sesuai, menyatakan hipotesis, mengidentifikasi dan mengontrol variabel, mendefinisikan secara operasional variabel-variabel, mendesain sebuah eksperimen yang jujur, menginterpretasi hasil eksperimen Interpretasi

(Interpretting)

Mampu menghubung-hubungkan hasil

pengamatan terhadap obyek, menarik kesimpulan, menemukan pola atau keteraturan yang dituliskan (misalkan dalam tabel) suatu fenomena


(18)

Merancang Penyelidikan

(Investigating)

Mampu menentukan alat dan bahan yang

diperlukan dalam suatu penyelidikan, menentukan variabel kontrol, variabel bebas, menentukan apa yang akan diamati, diukur dan ditulis, dan

menentukan cara dan langkah kerja yang mengarah pada pencapaian kebenaran ilmiah Aplikasi Konsep

(Appling Concepts)

Mampu menjelaskan peristiwa baru dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki dan mampu menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru

D. Penguasaan Konsep

Ranah kognitif berkaitan dengan kemampuan berpikir siswa. Ranah kognitif meliputi kemampuaan menghafal, kemampuan memahami, kemampuan menerap-kan, kemampuan menganalisis, kemampuan mensintesis, dan kemampuan meng-evaluasi. Hasil belajar ranah kognitif, yaitu penguasaan konsep siswa setelah pro-ses pembelajaran. Penguasaan konsep merupakan dasar dari penguasaan prinsip-prinsip teori, artinya untuk dapat menguasai prinsip-prinsip dan teori harus dikuasai ter-lebih dahulu konsep-konsep yang menyusun prinsip dan teori yang bersangkutan. Untuk mengetahui penguasaan konsep keberhasilan siswa, maka diperlukan tes yang akan dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai tertentu. Penguasaan konsep juga merupakan suatu upaya ke arah pemahaman siswa untuk memahami hal-hal lain di luar pengetahuan sebelumnya. Jadi, siswa dituntut untuk menguasai ma-teri-materi pelajaran selanjutnya.

Mengenai konsep, Dahar (1998) mengemukakan bahwa:

Konsep adalah suatu abstraksi yang memiliki suatu kelas objek-objek, keja-dian-kejadian, kegiatan-kegiatan, hubungan-hubungan yang mempunyai


(19)

atribut yang lama. Setiap konsep tidak berdiri sendiri melainkan berhu-bungan satu sama lain. Oleh karena itu, siswa dituntut tidak hanya meng-hafal konsep saja, tetapi hendaknya memperhatikan hubungan antara satu konsep dengan konsep yang lainnya.

Posner (Suparno, 1991) menyatakan bahwa dalam proses belajar terdapat dua tahap perubahan konsep, yaitu tahap asimilasi dan akomodasi. Pada tahap asimi-lasi, siswa menggunakan konsep-konsep yang telah mereka miliki untuk berhada-pan dengan fenomena yang baru. Pada tahap akomodasi, siswa meng-ubah kon-sepnya yang tidak cocok lagi dengan fenomena baru yang mereka hadapi. Dalam hal ini, guru sebagai pengajar harus memiliki kemampuan untuk menciptakan kondisi yang kondusif agar siswa dapat menemukan dan memahami konsep yang diajarkan.

G. Kerangka Berpikir

Model problem solving ini membiasakan kita untuk tidak terjebak pada solusi atas pikiran yang sempit melainkan membiasakan kita untuk melihat opsi-opsi yang terbuka luas. Dengan memiliki lebih banyak opsi solusi kemungkinan untuk ber-hasil mengatasi masalah juga akan semakin besar. Dalam proses pembelajaran yang menggunakan model ini, siswa dapat menyeimbangkan pemanfaatan otak kanan dan otak kirinya. Dalam model pembelajaran problem solving terdapat lima strategi yang mendasarinya. Pertama, siswa dihadapkan pada permasalahan. Pada tahap ini siswa diharapkan secara teliti mengidentifikasi masalah yang diha-dapi dan mencari sebanyak mungkin informasi apa saja yang diperlukan terkait dengan permasalahan yang dihadapi baik melalui kajian pustaka atau berdasarkan pengalaman yang pernah dijumpai. Dari masalah tersebut diharapkan siswa dapat menggambarkan masalah yang sedang dihadapi tersebut. Pada tahap kedua, siswa


(20)

menerapkan konsep yang sesuai untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Berdasarkan informasi-informasi yang telah dikumpulkan, siswa diharapkan su-dah dapat menentukan konsep mana yang sesuai untuk menyelesaikan permasa-lahan yang dihadapi. Siswa juga harus dapat menerjemahkan permasapermasa-lahan yang dihadapi ke dalam konteks hidrolisis garam dan mulai melakukan prediksi bagai-mana konsep tersebut diterapkan untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.

Pada tahap ketiga, siswa menyusun langkah-langkah logis untuk menyelesaikan masalah. Siswa membangun kerangka pemikiran berupa langkah-langkah kerja yang akan dilaksanakan dalam menyelesaikan masalah. Selain itu, pada tahap ini, siswa juga memungkinkan untuk memasukkan perhitungan matematis sebagai salah satu langkah dalam membuat penyelesaian masalah. Pada tahap keempat, siswa melaksanakan langkah-langkah yang telah direncanakan. Siswa mulai men-jalankan semua langkah-langkah yang telah direncanakannya. Pada tahap kelima, siswa melakukan evaluasi terhadap penyelesaian masalah. Pada tahap ini siswa mulai membuat analisis mengenai langkah-langkah penyelesaian masalah yang telah ditempuhnya, apakah telah sesuai dengan prediksi yang telah ditetapkan di awal atau terdapat ketidaksesuaian. Pada tahap ini siswa membuat kesimpulan terhadap problem atau masalah yang telah dilakukannya.

Dengan demikian, model pembelajaran ini memberikan kesempatan untuk me-ngembangkan berbagai kemampuan siswa, diantaranya kemampuan mengamati dan menafsirkan pengamatan terhadap fenomena alam, mencari, mengumpulkan dan mengklasifikasi, mengidentifikasi dan memilih informasi yang tepat,


(21)

mem-prediksi, menggunakan alat/bahan, menerapkan konsep, merencanakan penelitian, berkomunikasi, dan mengajukan pertanyaan. Kemampuan-kemampuan ini tidak lain merupakan aspek-aspek yang ada dalam keterampilan proses sains. Dengan kata lain, pembelajaran ini sekaligus mampu meningkatkan keterampilan proses sains terutama keterampilan mengklasifikasi.

H. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Siswa-siswa kelas XI IPA semester genap SMAN 1 Way Jepara tahun ajaran 2011-2012 yang menjadi subjek penelitian mempunyai kemampuan dasar yang sama dalam penguasaan konsep kimia.

2. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi peningkatan keterampilan mengklasifikasi dan penguasaan konsep materi hidrolisis garam siswa kelas XI semester genap SMAN 1 Way Jepara tahun ajaran 2011-2012 diabaikan. I. Hipotesis Umum

Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah model pembelajaran problem solving

pada materi hidrolisis garam efektif dalam meningkatkan keterampilan mengklasi-fikasi dan penguasaan konsep.


(22)

III. METODE PENELITIAN

A. Penentuan Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMAN 1 Way Jepara tahun ajaran 2011-2012 yang tersebar dalam empat kelas. Sampel peneli-tian ini adalah bagian dari populasi yang memiliki karakteristik yang sama dengan populasi.

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Dalam hal ini pertimbangan pengambilan sampel yang digunakan adalah tingkat kognitif kedua kelas harus sama. Dari data rata-rata nilai hasil Ujian Semester Ganjil pada mata pelajaran kimia, kelas XI IPA 3 dan XI IPA 4 memiliki rata-rata nilai yang tidak jauh berbeda. Sehingga ditentukan kelas XI IPA 3 dan XI IPA 4 sebagai sampel. Penentuan kelas eksperimen dilakukan secara acak, kelas XI IPA 3 sebagai kelas eksperimen yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran problem solving, sedangkan kelas XI IPA 4 sebagai kelas kontrol dengan pembelajaran konven-sional.

B. Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kuali-tatif. Data kuantitatif berupa data hasil tes sebelum pembelajaran diterapkan


(23)

(pretes) dan hasil tes setelah pembelajaran diterapkan (postes) siswa. Sedangkan data kualitatif berupa data penilaian afektif siswa.

C. Variabel Penelitian

Variabel bebas pada penelitian ini adalah model pembelajaran yang digunakan, yaitu model pembelajaran problem solving dan pembelajaran konvensional. Se-dangkan variabel terikat adalah keterampilan mengklasifikasi dan penguasaan konsep pada materi hidrolisis garam siswa SMA N 1 Way Jepara.

D. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan Non Equivalent Control Group Design yaitu desain kuasi eksperimen dengan melihat perbedaan pretes maupun postes antara kelas eksperimen dan kelas kontrol (Creswell, 1997).

Tabel 4. Desain penelitian

Pretes Perlakuan Postes

Kelas kontrol O1 - O2

Kelas eksperimen O1 X O2

Keterangan:

X: Pembelajaran kimia dengan menggunakan model pembelajaran problem solving

O1: Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi pretes O2: Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi postes


(24)

Penelitian ini adalah kuasi eksperimen, dalam memperoleh informasi, dilakukan pretes dan postes sebagai sumber data primer yang digunakan untuk analisis pengujian hipotesis.

1. Pretes

Pretes merupakan uji awal sebelum dilakukan eksperimen pada sampel pe-nelitian. Pretes terdiri dari 20 soal pilihan jamak dan 4 soal esai.

2. Postes

Postesmerupakan uji akhir atau tes akhir, yaitu tes yang dilaksanakan sete-lah perlakuan. Dengan soal postes terdiri dari 20 soal pilihan jamak dan 3 soal esai.

E. Instrumen dan Validitas Penelitian

Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan berupa soal-soal pretes dan postes. Terdiri dari soal-soal pilihan jamak untuk penguasaan konsep dan soal-soal esai untuk keterampilan mengklasifikasi. Dalam pelaksanaannya kelas kontrol dan kelas eksperimen diberikan soal yang sama. Soal pretes adalah materi sebelum-nya yaitu larutan pesebelum-nyangga, terdiri dari 20 butir soal pilihan jamak untuk pengu-asaan konsep dan 4 soal esai untuk keterampilan mengklasifikasi. Sedangkan soal postes adalah materi pokok hidrolisis garam yang terdiri dari 20 butir soal pilihan jamak untuk penguasaan konsep dan 3 soal esai untuk keterampilan mengklasifi-kasi. Dilakukan pengujian terhadap butir soal pretes dan postes yang akan digu-nakan, agar data yang diperoleh sahih dan dapat dipercaya, maka. Sebuah ins-trumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Dalam konteks


(25)

pengujian kevalidan instrumen dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu cara judgment atau penilaian, dan cara pengujian empirik. Instrumen ini menggu-nakan validitas isi dengan cara judgment. Dalam hal ini pengujian dilakukan de-ngan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indikator, dan butir-butir pertanyaannya. Bila antara unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa instrumen dianggap valid untuk digunakan dalam mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang ber-sangkutan.

Oleh karena dalam melakukan judgment diperlukan ketelitian dan keahlian peni-lai, maka diminta ahli untuk melakukannya, yang dalam hal ini dosen pembim-bing penelitian untuk menilainya.

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang digunakan penelitian ini adalah: 1. Observasi Pendahuluan

Observasi pendahuluan yang dilakukan yaitu:

a. Peneliti menentukan pokok bahasan yang akan diteliti berdasarkan karakte-ristik materi yang sesuai untuk diterapkan pembelajaran problem solving.

b. Peneliti menentukan populasi dan sampel penelitian sebanyak 2 kelas. 2. Pelaksanaan Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu: a. Tahap persiapan

Peneliti menyusun silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang disesuaikan dengan tahapan pembelajaran


(26)

dan keterampilan mengklasifikasi yang diharapkan dapat dicapai pada kelas eksperimen, dan instrumen tes.

b. Tahap pelaksanaan di luar jam pembelajaran meliputi:

1) Peneliti menjelaskan model pembelajaran problem solving serta cara penilaian.

2) Peneliti menjelaskan adanya postes di akhir pembelajaran. c. Tahap pelaksanaan proses pembelajaran pada kelas sampel.

1) Melakukan pretes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

2) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada materi pokok hidrolisis garam sesuai dengan model pembelajaran yang telah ditetapkan di masing-masing kelas.

3) Melakukan postes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.


(27)

Alur pelaksanaan penelitian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut :

Gambar 1. Alur Penelitian G. Teknik Analisis Data

Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

Menyusun instrumen problem solving & konvensional

(pro

Menentukan Populasi dan Sampel

Kelas Kontrol Pretest Kelas Eksperimen

Posttest problem solvingPembelajaran

Pembelajaran konvensional

Tabulasi dan Analisis Data Kesimpulan Validasi instrumen Observasi Pendahuluan


(28)

1. Perhitungan nilai pretes dan postes

Nilai pretes dan postes dirumuskan sebagai berikut:

Nilai siswa =

Data yang diperoleh kemudian dicari gain ternormalisasinya kemudian dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas dua varians.

2. Perhitungan n-gain ternormalisasi

Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran model problem solving dalam me-ningkatkan keterampilan mengklasifikasi dan penguasaan konsep siswa, maka dilakukan analisis skor gain ternormalisasi. Perhitungan ini bertujuan untuk me-ngetahui peningkatan nilai pretes dan postes dari kedua kelas.

N-gain dirumuskan sebagai berikut:

Data gain ternormalisasi yang diperoleh kemudian diuji normalitasnya. 3. Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data penelitian berdistribusi normal atau tidak. Hipotesis untuk uji normalitas adalah:

Ho = data penelitian berdistribusi normal H1 = data penelitian berdistribusi tidak normal

Untuk uji normalitas data digunakan rumus sebagai berikut :

...(1)


(29)

=

Keterangan :

= uji Chi- kuadrat

fo = frekuensi observasi

fe = frekuensi harapan

Kriteria uji: Terima Ho jika hitung  tabel 4. Uji homogenitas dua varians

Uji homogenitas dua varians digunakan untuk mengetahui apakah dua kelompok sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak. Untuk uji homogenitas dua varians ini, rumusan hipotesisnya adalah :

H0: σ12= σ22 Data gain kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang homogen.

H1 : σ12≠ σ22 Data gain kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang tidak homogen.

Keterangan:

σ12= varians skor kelompok I σ22= varians skor kelompok II dimana dk1 = (n1-1) dan dk2 = (n2-1)

Untuk menguji homogenitas kedua varians kelas sampel, digunakan uji kesamaan dua varians, dengan rumusan statistik :

Keterangan :

...(4) ...(3)


(30)

varians terbesar varians terkecil

Kriteria uji: Terima H0 jika Fhitung < Ftabel, dan tolak sebaliknya (Sudjana, 2005). 5. Pengujian hipotesis

Untuk data sampel yang berasal dari populasi berdistribusi normal, maka uji hipo-tesis yang digunakan adalah uji parametik (Sudjana, 2005). Teknik pengujian hi-potesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik, hihi-potesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1). Pengujian hipotesis disini dilakukan dengan menggunakan rumusan statistik uji kesamaan dua rata-rata. Rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut :

1) Hipotesis 1 (keterampilan mengklasifikasi)

H0 : µ1x≤ µ2yx Rata-rata keterampilan mengklasifikasi yang diterapkan model pembelajaran problem solving lebih rendah atau sama dengan pembelajaran konvensional pada siswa SMAN 1 Way Jepara. H1 : µ1x> µ2x Rata-rata keterampilan mengklasifikasi yang diterapkan model

pembelajaran problem solving lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa SMAN 1 Way Jepara.

2) Hipotesis 2 (penguasaan konsep)

H0 : µ1y≤ µ2y Rata-rata penguasaan konsep yang diterapkan model pembel-ajaran problem solving lebih rendah atau sama dengan penguasaan konsep pembelajaran konvensional pada siswa SMAN 1 Way Jepara.


(31)

...(5) H1: µ1x> µ2x Rata-rata penguasaan konsep yang diterapkan model

pembel-ajaran problem solving lebih tinggi dibandingkan dengan yang diberi pembelajaran konvensional pada siswa SMAN 1 Way Jepara.

Keterangan:

µ1 : Rata-rata (x,y) pada materi hidrolisis garam pada kelas yang diterapkan model pembelajaran problem solving

µ2 : Rata-rata (x,y) pada materi hidrolisis garam pada kelas dengan pembelajaran konvensional

x: keterampilan mengklasifikasi y : penguasaan konsep

Dalam penelitian ini digunakan uji-t, yakni uji perbedaan dua rata–rata. Rumus statistik yang digunakan adalah:

a) Jika σ12= σ22 (sampel mempunyai varians yang homogen), maka:

dengan

Keterangan:

= Rata-rata gain penguasaan konsep hidrolisis garam/keterampilan mengklasifikasi yang diterapkan model pembelajaran problem solving

= Rata-rata gain penguasaan konsep hidrolisis garam/ keterampilan mengklasifikasi yang diterapkan pembelajaran konvensional = Simpangan baku gabungan


(32)

= Jumlah siswa pada kelas yang diterapkan model pembelajaran problem solving

= Jumlah siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional

= Simpangan baku siswa yang diterapkan model pembelajaran problem solving

= Simpangan baku siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional Kriteria uji :Tolak H0 jika dan terima H0 jika sebaliknya.

b) Jika σ12≠ σ22 (Sampel mempunyai varians yang tidak homogen), maka :

dengan

Keterangan: t’ = Koefisien t

= Rata-rata gain penguasaan konsep hidrolisis garam / keterampilan mengklasifikasi yang diterapkan model pembelajaran problem solving

= Rata-rata gain penguasaan konsep hidrolisis garam / keterampilan mengklasifikasi yang diterapkan pembelajaran konvensional

i

x = Gain kelas kontrol/eksperimen

= Jumlah siswa pada kelas yang diterapkan model pembelajaran problem solving

= Jumlah siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional

2 i

s = Simpangan baku kelas eksperimen/kontrol

...(7)


(33)

2 1

s = Simpangan baku siswa yang diterapkan model pembelajaran problem solving

2 2

s = Simpangan baku siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional

Kriteria uji : tolak H0 jika

Terima H0 jika sebaliknya, dengan :

c) Mencari harga t tabel pada tabel distribusi t dengan level signifikan 0,05 dan

2 -n n

dk 12 untuk 2 2 2

1 

  , sedangkan level signifikan 0,05 dan dk masing-masing

n1-1

dan

n2-1

untuk

2 2 2

1 

  .


(34)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan dalam pene-litian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Pembelajaran problem solving pada materi hidrolisis garam efektif dalam meningkatkan keterampilan mengklasifikasi.

2. Pembelajaran problem solving pada materi hidrolisis garam efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep.

B.Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Pembelajaran problem solving hendaknya diterapkan dalam pembelajaran kimia, terutama pada materi hidrolisis garam karena terbukti efektif dalam meningkatkan keterampilan mengklasifikasi dan penguasaan konsep. 2. Agar penerapan pembelajaran problem solving berjalan efektif, hendaknya

guru menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran, serta guru harus memiliki kreativitas dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran. 3. Agar penerapan pembelajaran problem solving berjalan maksimal, hendaknya


(35)

yang akan dilakukan siswa dan lebih memperhatikan pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran.


(36)

DAFTAR PUSTAKA

Andrian, S. 2012. Efektivitas Model Pembelajaran Problem Solving Pada Materi Pokok Kesetimbangan Kimia dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Skripsi. Universitas Lampung. Bandarlampung.

Dahar, R.W. 1989. Teori–teori Belajar. Erlangga. Jakarta.

Depdiknas. 2008. Rambu – Rambu Pengakuan Pengalaman Kerja dan Hasil Belajar (PPKHB). Depdiknas. Jakarta.

Hartono. 2007. Profil Keterampilan Proses Saisns Mahasiswa Program

Pendidikan Jarak Jauh SI PGSD Universitas Sriwijaya. Seminar Proseeding of The International Seminar of Science Education, 27 Oktober 2007. Bandung.

Hudojo, H. 2001. Pembelajaran Menurut Pandangan Konstruktivisme. Makalah Semlok Konstruktivisme sebagai Rangkaian Kegiatan Piloting JICA. FMIPA Universitas Negeri Malang. 9 Juli 2001.

Ismail. 2003. Media Pembelajaran (Model-model Pembelajaran). Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Priyanto dan Harnoko.1997. Perangkat Pembelajaran. Depdikbud. Jakarta. Purba, M. 2006. KIMIA SMA Kelas XI. Erlangga. Jakarta.

Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses Pembelajaran. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Sudjana, N. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung. Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta. Tim Penyusun. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Badan Standar Nasional Pendidikan. Jakarta.


(37)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI HIDROLISIS GARAM DALAM MENINGKATKAN

KETERAMPILAN MENGKLASIFIKASI DAN PENGUASAAN KONSEP

(Skripsi)

Oleh

ESTY INDRIYANI SAFITRI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(38)

(39)

PERNYATAAN

Dengan ini Saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan Saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata kelak dikemudian hari terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan Saya di atas, maka Saya akan bertanggung jawab sepenuhnya.

Bandar Lampung, Oktober 2012

Esty Indriyani Safitri NPM 0813023026


(40)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI HIDROLISIS GARAM DALAM MENINGKATKAN

KETERAMPILAN MENGKLASIFIKASI DAN PENGUASAAN KONSEP

Oleh

ESTY INDRIYANI SAFITRI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(41)

Judul Skripsi : EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM SOLVING

PADA MATERI HIDROLISIS GARAM DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN

MENGKLASIFIKASI DAN PENGUASAAN KONSEP

Mahasiswa : Esty Indriyani Safitri Nomor Pokok Mahasiswa : 0813023026

Program Studi : Pendidikan Kimia Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dra. Ila Rosilawati, M.Si. Drs. Tasviri Efkar, M. S. NIP 19650717 199003 2 001 NIP 19581004 198703 1 001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.


(42)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dra. Ila Rosilawati, M.Si. ______________

Sekretaris : Drs. Tasviri Efkar, M.S. ______________

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Noor Fadiawati, M.Si. ______________ 2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(43)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lampung Timur, pada tanggal 9 November 1989, anak kedua dari empat bersaudara, pasangan Bapak Supardi, S.Pd.I dan Ibu Fitrah Miyati.

Penulis mengawali pendidikan pada tahun 1994 di Taman Kanak-Kanak Ibnu Sina Braja Selebah diselesaikan tahun 1996, Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Ulum Braja Selebah diselesaikan tahun 2002. SMP Al-Kautsar Bandarlampung, pada tahun kedua berpindah ke SMP Negeri 1 Way Jepara yang diselesaikan pada tahun 2005, dan SMA Negeri 1 Way Jepara yang diselesaikan tahun 2008. Kemu-dian penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri).

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam Lembaga Pers Mahasiswa yaitu Unit Kegiatan Penerbitan Mahasiswa (UKPM) Teknokra Universitas Lampung, dengan jabatan terakhir sebagai Kepala Kesekretariatan. Pada bulan Juli 2011 penulis terpilih menjadi kafilah MTQ Nasional mewakili Universitas Lampung ke Makassar, Sulawesi Selatan. Pada tahun yang sama, penulis mengikuti Program Pengalaman Lapangan (PPL) yang terintegrasi dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di SMA Negeri 1 Gedongtataan, Kabupaten Pesawaran.


(44)

SANWACANA

Bismillaahirrahmaanirrahim,

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, penu-lisan skripsi ini dapat terselesaikan. Penupenu-lisan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fakultas Kegutuan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung.

Adanya bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak sangat membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, diucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA.

3. Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia dan Pembahas dalam skripsi ini.

4. Dra. Nina Kadaritna, M.Si., selaku Pembimbing Akademik. 5. Dra. Ila Rosilawati, M.Si., selaku Pembimbing I.

6. Drs. Tasviri Efkar, M.S., selaku Pembimbing II.

7. Seluruh dosen dan karyawan di Jurusan PMIPA Universitas Lampung. 8. Drs. I Nengah Surata, selaku kepala SMA Negeri 1 Way Jepara. 9. Dwi Susilowaty,S.Pd., selaku guru mitra.

10.Ayah dan Ibu tercinta, Mbak Indah, Adik Ardha dan Dhika atas doa dan kasih sayangnya.


(45)

menguatkan sejak awal melangkah menjadi mahasiswa pendidikan kimia. 12.Angkatan 37 UKPM Teknokra, Reno, Agnes, Dian dan Alvindra, ibarat rupa

warna kita semua berbeda, ingat kelak kita akan rindu berseteru.

13.Kakak dan adik tingkat Pendidikan Kimia, serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah swt. melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta berkenan membalas semua budi baik yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Bandar Lampung, Oktober 2012 Penulis,


(46)

PERSEMBAHAN

Kepada sepasang cinta, ayah & ibu, terima kasih atas cintanya yang

meneduhkan dan menuntun langkahku hingga di jenjang ini

Tuty Indra Safitri, Ardha dan Dhika saudara sekaligus sahabat

yang selalu hadir sebagai penyemangat

Teman-teman angkatan 37 UKPM Teknokra, Reno, Agnes, Dian, Alvindra

merindu kalian dalam canda tawa

UKPM Teknokra, terima kasih telah membawaku mengintip dunia pers

mahasiswa, lalu menggila di dalamnya

Para pendidik yang membesarkanku dengan ilmu


(1)

Judul Skripsi : EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM SOLVING

PADA MATERI HIDROLISIS GARAM DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN

MENGKLASIFIKASI DAN PENGUASAAN KONSEP

Mahasiswa : Esty Indriyani Safitri Nomor Pokok Mahasiswa : 0813023026

Program Studi : Pendidikan Kimia Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dra. Ila Rosilawati, M.Si. Drs. Tasviri Efkar, M. S. NIP 19650717 199003 2 001 NIP 19581004 198703 1 001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.


(2)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dra. Ila Rosilawati, M.Si. ______________

Sekretaris : Drs. Tasviri Efkar, M.S. ______________

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Noor Fadiawati, M.Si. ______________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(3)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lampung Timur, pada tanggal 9 November 1989, anak kedua dari empat bersaudara, pasangan Bapak Supardi, S.Pd.I dan Ibu Fitrah Miyati.

Penulis mengawali pendidikan pada tahun 1994 di Taman Kanak-Kanak Ibnu Sina Braja Selebah diselesaikan tahun 1996, Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Ulum Braja Selebah diselesaikan tahun 2002. SMP Al-Kautsar Bandarlampung, pada tahun kedua berpindah ke SMP Negeri 1 Way Jepara yang diselesaikan pada tahun 2005, dan SMA Negeri 1 Way Jepara yang diselesaikan tahun 2008. Kemu-dian penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri).

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam Lembaga Pers Mahasiswa yaitu Unit Kegiatan Penerbitan Mahasiswa (UKPM) Teknokra Universitas Lampung, dengan jabatan terakhir sebagai Kepala Kesekretariatan. Pada bulan Juli 2011 penulis terpilih menjadi kafilah MTQ Nasional mewakili Universitas Lampung ke Makassar, Sulawesi Selatan. Pada tahun yang sama, penulis mengikuti Program Pengalaman Lapangan (PPL) yang terintegrasi dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di SMA Negeri 1 Gedongtataan, Kabupaten Pesawaran.


(4)

SANWACANA

Bismillaahirrahmaanirrahim,

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, penu-lisan skripsi ini dapat terselesaikan. Penupenu-lisan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fakultas Kegutuan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung.

Adanya bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak sangat membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, diucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA.

3. Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia dan Pembahas dalam skripsi ini.

4. Dra. Nina Kadaritna, M.Si., selaku Pembimbing Akademik. 5. Dra. Ila Rosilawati, M.Si., selaku Pembimbing I.

6. Drs. Tasviri Efkar, M.S., selaku Pembimbing II.

7. Seluruh dosen dan karyawan di Jurusan PMIPA Universitas Lampung. 8. Drs. I Nengah Surata, selaku kepala SMA Negeri 1 Way Jepara. 9. Dwi Susilowaty,S.Pd., selaku guru mitra.

10.Ayah dan Ibu tercinta, Mbak Indah, Adik Ardha dan Dhika atas doa dan kasih sayangnya.


(5)

11.Teman-temanku: Juslia, Elsa, Wirdha, Qiqi, Della, Sinta, Ena, Ika, Devi, Diky, Usep, Janwar, dan Mahfudz, terima kasih atas persahabatan yang saling menguatkan sejak awal melangkah menjadi mahasiswa pendidikan kimia. 12.Angkatan 37 UKPM Teknokra, Reno, Agnes, Dian dan Alvindra, ibarat rupa

warna kita semua berbeda, ingat kelak kita akan rindu berseteru.

13.Kakak dan adik tingkat Pendidikan Kimia, serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah swt. melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta berkenan membalas semua budi baik yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Bandar Lampung, Oktober 2012 Penulis,


(6)

PERSEMBAHAN

Kepada sepasang cinta, ayah & ibu, terima kasih atas cintanya yang

meneduhkan dan menuntun langkahku hingga di jenjang ini

Tuty Indra Safitri, Ardha dan Dhika saudara sekaligus sahabat

yang selalu hadir sebagai penyemangat

Teman-teman angkatan 37 UKPM Teknokra, Reno, Agnes, Dian, Alvindra

merindu kalian dalam canda tawa

UKPM Teknokra, terima kasih telah membawaku mengintip dunia pers

mahasiswa, lalu menggila di dalamnya

Para pendidik yang membesarkanku dengan ilmu


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI DAN MEMPREDIKSI PADA MATERI KOLOID

0 8 43

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN DAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI LARUTAN NONELEKTROLIT DAN ELEKTROLIT SERTA REDOKS

0 3 56

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI POKOK HIDROLISIS GARAM DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP

0 4 56

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN DAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI KOLOID

0 10 74

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA DAN HIDROLISIS DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN OBSERVASI DAN INTERPRETASI

0 5 31

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA DAN HIDROLISIS DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN MENGELOMPOKKAN

0 9 33

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DISERTAI MEDIA ANIMASI PADA MATERI LARUTAN NON-ELEKTROLIT DAN ELEKTROLIT DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMPULKAN DAN PENGUASAAN KONSEP

1 28 56

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMFOKUSKAN PERTANYAAN PADA MATERI GARAM HIDROLISIS

1 11 58

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA DAN MENJAWAB PERTANYAAN PADA MATERI GARAM HIDROLISIS

1 20 59

Efektivitas LKS Problem Solving dalam Meningkatkan Keterampilan Mengklasifikasi pada Materi Asam Basa

0 1 13