USAHA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE JIGSAW PADA SISWA KELAS IVA SD FRANSISKUS 2 RAWA LAUT BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Bahasa Indonesia memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial,
dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta
didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan
gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan
bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analisis dan
imajinatif yang ada dalam dirinya.

Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan
peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan
benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap
hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Standar kompetensi mata pelajaran
Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang
menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa dan sastra
Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk
memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional dan global.


Ada beberapa aspek keterampilan berbahasa yang harus terus dibina untuk
meningkatkan mutu pembelajaran bahasa sekarang ini. Kita mengenal ada ber bagai macam atau beberapa macam cabang dari keterampilan berbahasa, mulai
dari tingkat paling sederhana yakni menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis. Keterampilan berbahasa tidak dapat diperoleh hanya melalui kegiatan

2

menghafalkan, melainkan diperoleh melalui latihan menggunakan bahasa secara
terus menerus, tetapi hal itu belum mencukupi untuk menjadikan seorang teram pil berbahasa. Selain latihan, siswa perlu dibawa ke pengalaman melakukan
kegiatan berbahasa dalam kontek yang sesungguhnya.

Kegiatan bercerita sebagai bagian dari keterampilan berbahasa sangat penting,
baik di dalam pengajaran bahasa maupun dalam kehidupan sehari-hari. Oleh
karena itu penguasaan keterampilan berbicara harus dimiliki oleh setiap orang.
Berkomunikasi secara lisan dengan teman, mengikuti pelajaran, kuliah, diskusi,
seminar, menuntut kemahiran seseorang untuk berbicara (Henry Guntur Tarigan,
1986:21) Disadari atau tidak, kegiatan berbahasa kedua yang dilakukan manusia
adalah kegiatan bercerita.

Sehubungan dengan kenyataan di atas, di dalam kegiatan belajar dan mengajar di

Sekolah Dasar keterampilan bercerita menjadi salah satu bagian keterampilan
berbahasa yang harus diajarkan kepada siswa dan dikuasai oleh siswa.
Keterampilan bercerita memiliki beberapa manfaat bagi siswa (khususnya siswa
Sekolah Dasar) yaitu untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi dengan baik, membentuk karakter siswa, memberikan sentuhan
manusiawi, dan mengembangkan keterampilan siswa dalam berbahasa. Namun
berdasarkan dari hasil survey awal yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan
bahwa kualitas pembelajaran bercerita dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia
pada siswa SD Fransiskus 2 Bandar Lampung masih tergolong rendah.
Rendahnya keterampilan berbicara khususnya bercerita siswa disebabkan oleh
beberapa faktor, yaitu:

3

1. Siswa kurang berminat pada pembelajaran keterampilan bercerita. Sebagian
besar siswa menyatakan bahwa pembelajaran bercerita merupakan materi
yang tidak menyenangkan. Menurut mereka, cara mengajar guru dalam
pembelajaran bercerita kurang menarik.
2. Guru mengalami kesulitan untuk membangkitkan minat siswa dalam pembelajaran keterampilan bercerita. Guru mengeluhkan bahwa konsentrasi seba gian besar siswa pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung tidak
terfokus pada pelajaran. Pada umumnya, hanya siswa yang duduk di tempat
duduk deretan depan yang dengan seksama memperhatikan penjelasan guru,

sementara itu siswa yang duduk di tempat duduk deretan tengah dan
belakang lebih banyak melakukan aktivitas lain selain memperhatikan materi
yang disampaikan guru seperti berbicara dengan teman sebangku atau saling
melempar kertas atau alat tulis dengan teman yang lain.
3. Sebagian besar siswa mengalami kesulitan dan tampak takut untuk mengungkapkan pendapat dengan bahasa yang baik dan benar ketika guru memberi
pertanyaan atau meminta siswa untuk tampil di depan kelas, serta siswa
kurang aktif dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
4. Guru mengalami kesulitan untuk menemukan alternatif metode dan media
pembelajaran yang tepat untuk mengajarkan keterampilan bercerita kepada
siswa selain buku teks Bahasa Indonesia.
Merefleksi fenomena di atas peneliti menetapkan untuk menerapkan metode
kooperatif tipe jigsaw pada kegiatan pengajaran keterampilan bercerita dalam
bentuk penelitian tindakan kelas. Adapun alasan pemilihan strategi tersebut
adalah sebagai berikut, metode jigsaw merupakan salah satu unit dari metode
cooperative

learning. Sifat belajar cooperative learning tidak sama dengan

4


belajar kelompok atau belajar bekerja sama biasa. Dalam kerja kelompok guru
biasanya membentuk kelompok lalu memberikan tugas kelompok tanpa
rancangan tertentu yang dapat membuat setiap siswa menjadi aktif. Akibatnya
siswa ada yang bekerja aktif tetapi ada juga yang pasif atau bahkan ada yang
main-main atau ngobrol. Dalam pembelajaran cooperative learning, setiap siswa
dituntut untuk bekerja dalam kelompok melalui rancangan-rancangan tertentu
yang sudah dipersiapkan oleh guru sehingga seluruh siswa harus bekerja aktif.
Salah satu alasan penting mengapa pembelajaran kooperatif peneliti pilih adalah
bahwa para guru pada umumnya menggunakan metode persaingan yang sering
digunakan di dalam kelas, hal ini berdampak negatif bagi para siswa. Pada
kenyataannya jika diatur dengan baik persaingan di antara para pesaing yang
sesuai dapat menjadi sarana yang efektif dan memotivasi siswa melakukan yang
terbaik. Langkah tersebut diambil karena dengan menggunakan metode belajar
kooperatif, siswa akan termotivasi untuk dapat mengungkapkan ide dalam wadah
kelompok. Dengan kata lain mereka memiliki tempat untuk curah pendapat
dengan teman mereka, selain itu tujuan pembelajaran kooperatif menciptakan
sebuah situasi di mana satu-satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan
pribadi mereka adalah jika kelompok mereka bisa sukses dapat mendorong
mereka untuk melakukan usaha maksimal. Pada akhirnya, dengan menerapkan
metode jigsaw di dalam proses pembelajaran keterampilan bercerita, konsentrasi

siswa menjadi lebih fokus terhadap proses pembelajaran, motivasi dan minat
siswa terhadap pembelajaran berbicara dapat lebih ditingkatkan, mendorong
peningkatan kualitas proses pembelajaran keterampilan bercerita, serta kualitas
hasil pembelajaran keterampilan bercerita semakin meningkat.

5

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merasa perlu untuk meneliti
penerapan metode kooperatif jigsaw sebagai sarana untuk meningkatkan
keterampilan bercerita. Oleh sebab itu, penelitian ini akan mengkaji tentang
peningkatan keterampilan bercerita dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
dengan menggunakan metode kooperatif jigsaw.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka penelitian ini dilakukan
dengan rumusan masalah sebagai berikut:
Apakah penerapan metode jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar Bahasa
Indonesia Pada Siswa Kelas IVA semester 2 SD Fransiskus 2 Rawa Laut Bandar
Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012 ?


C. Ttujaun Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui efektivitas metode jigsaw dalam menigkatkan prestasi belajar
Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas IVA semester 2 SD Fransiskus 2 Rawa Laut
Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa
Bagi siswa, penelitian ini melatih siswa untuk berpartisipasi dan berinteraksi
secara aktif dalam proses pembelajaran baik antara siswa dengan siswa
maupun siswa dengan guru, dan meningkatkan prestasi belajarnya.

6

2. Bagi peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan dalam meningkatkan kualitas
pendidikan mata pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas IVA semester 2 SD
Fransiskus 2 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012 dengan strategi
pembelajaran teknik jigsaw, dan pada Sekolah Dasar pada umumnya.


3. Bagi Guru Sekolah
Penelitian ini dapat dijadikan pedoman dalam mengajarkan dan menambah
pengetahuan dan wawasan guru dalam upaya meningkatkan prestasi belajar
siswa di Sekolahnya.

7

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi belajar
Prestasi belajar berasal dari kata prestasi dan belajar, prestasi berarti hasil
yang telah dicapai dari yang dilakukan, dikerjakan. Sedangkan pengertian
belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Dalam kamus
besar Bahasa Indonesia, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan prestasi
belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembang kan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka
nilai yang diberikan guru.
Menurut S. Nasution (1996: 17). Prestasi belajar adalah kesempurnaan yang
dicapai seseorang dalam berpikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar
dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, afektif dan

psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang
belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.
Purwanto (1986:28): memberikan pengertian prestasi belajar yaitu hasil yang
dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan
dalam rapor. Sedangkan menurut Poerwadarminta dalam Kamus Umum
Bahasa Indonesia (1987: 108,768) pengertian prestasi belajar adalah suatu
hasil yang dicapai atau dikerjakan siswa dalam belajar atau usaha untuk
memperoleh suatu kepandaian. Belajar sangat erat hubungannya dengan
prestasi belajar. Karena prestasi itu sendiri merupakan hasil belajar yang
biasanya dinyatakan dengan nilai.

8

Dari pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
adalah suatu hasil belajar yang dicapai dalam aktivitas untuk mendapat suatu
kepandaian atau sebuah tingkah laku yang lebih baik dari sebelumnya.
2. Faktor-faktor yang memengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Slameto (2010:54-72) faktor-faktor yang yang memengaruhi pres tasi belajar ada dua macam yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal adalah faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar
seperti:

1. Faktor jasmaniah meliputi:
a. Faktor kesehatan
Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang
terganggu, selain itu juga akan cepat lelah, kurang bersemangat,
mudah pusing, mengantuk, kurang darah atau gangguan fungsi alat
indra.
b. Cacat tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau
kurang sempurna mengenai tubuh /badan (Slameto 2010: 55) Cacat
tubuh ini dapat berupa buta, setengah buta, tuli, setengah tuli, patah
kaki dan patah tangan, lumpuh dan lain-lain.
c. Faktor psikologis meliputi:
1. Intelegensi
Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu
kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi
yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan
konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan
mempelajarinya dengan cepat (Slameto 2010: 56). Siswa yang

9


mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil
daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.
Siswa yang mempunyai intelegensi tinggi dapat berhasil dengan
baik dalam belajarnya dikarenakan belajar dengan menerapkan
metode belajar yang efisien. Sedangkan yang mempunyai intele gensi rendah perlu mendapatkan pendidikan khusus.
2. Perhatian
Perhatian adalah keaktifan jiwa yang tinggi yang semata-mata tertuju kepada suatu obyek benda/hal atau sekumpulan objek (Gazali
dalam buku Slameto 2010: 56). Untuk dapat menjamin hasil
belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian
terhadap bahan yang dipelajarinya.
3. Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan (Hilgard dalam buku Slameto
2010: 57). Bahan pelajaran yang menarik minat siswa lebih
mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan
belajar.
4. Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan ini baru
akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar

atau berlatih (Hilgard dalam buku Slameto 2010: 57)
5. Motivasi
Seseorang akan berhasil dalam belajarnya bila mempunyai
penggerak atau pendorong untuk mencapai tujuan. Penggerak
atau pendorong inilah yang disebut dengan motivasi.

10

6. Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan
seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru (Slameto 2010: 59). Belajar akan berhasil
bila anak sudah siap (matang).
7. Kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberikan respon atau
bereaksi (Jamies Drever dalam buku Slameto 2010:59) Kesiapan
ini perlu diperhatikan dalam proses belajar mengajar karena jika
siswa sudah memiliki kesiapan dalam belajar maka hasil belajarnya akan lebih baik.
d. Faktor kelelahan
Kelelahan dibedakan menjadi dua macam yaitu kelelahan jasmani dan
kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglai,
sedangkan kelelahan rohani terlihat dengan kelesuan dan kebosanan.
Faktor Eksternal meliputi:
1. Keadaan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan utama dalam proses belajar. Keadaan yang
ada dalam keluarga mempunyai pengaruh yang besar dalam pencapaian
prestasi belajar, misalnya cara orang tua mendidik, relasi anggota keluarga,
suasana rumah tangga, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar
belakang kebudayaan.
2. Keadaan Sekolah
Lingkungan sekolah adalah lingkungan di mana siswa belajar secara sistematis.

Kondisi ini meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan

11

siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, metode
mengajar dan fasilitas yang mendukung lainnya.
3. Keadaan masyarakat
Siswa akan mudah kena pengaruh lingkungan masyarakat karena keberadaan
nya dalam lingkungan tersebut. Kegiatan siswa dalam masyarakat , mass
media, teman bergaul, lingkungan tetangga merupakan hal-hal yang positif
untuk mendukung belajar siswa.
Dari faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar
siswa, maka peneliti mengkaji prestasi belajar dan metode pembelajaran.

B. Metode Jigsaw
1. Definisi jigsaw
Model jigsaw adalah suatu teknik belajar kelompok yang digambarkan
sebagai berikut:
a. Satu kelas dibagi dalam kelompok-kelompok kecil banyaknya anggota
kelompok disesuaikan dengan banyaknya masalah atau problem yang
ditawarkan guru.
b. Setiap anggota home group diberi problem yang berbeda-beda, tapi
masing-masing home group diberi persoalan yang sama. Dengan batasan
waktu tertentu masing-masing anggota menyelesaikan problem secara
individu.
c. Anggota home group akan berpencar dan membentuk kelompok baru
yang membawa persoalan yang sama. Kelompok ini disebut expert
group (kelompok ahli). Di kelompok inilah mereka berdiskusi untuk
menyamakan persepsi atas jawaban mereka.

12

d. Setelah selesai mereka kembali ke home group dan anggota-anggota akan
mensosialisasikan hasil atau jawaban dari kelompok ahli. Teknik jigsaw
merupakan salah satu strategi pembelajaran kooperatif yang
dilaksanakan di sekolah-sekolah. Menurut Suryanto (1999), pembelajaran
kooperatif /jigsaw adalah salah satu jenis belajar kelompok dengan kekhususan
sebagai berikut:
a.

kelompok terdiri atas anggota yang heterogen,

b.

ada ketergantungan positif diantara anggota kelompok, karena masingmasing individu memiliki rasa tanggung jawab,

c.

kepemimpinan dipegang bersama,

d.

guru mengamati kerja kelompok dan melakukan intervensi bila perlu, dan,

e. setiap anggota kelompok harus siap menyajikan hasil kerja kelompok,
2. Karakteristik Teknik Jigsaw.
a. Tinjauan Kurikulum.
Tujuan Teknik jigsaw

Relevansi pada kurikulum

A

Memperkaya variasi teknik
Pembelajaran

B

Memupuk rasa ketergantungan
positif dalam kelompok

Pemilihan pendekatan/ metode, Media
dan sumber belajar hendaknya disesuaikan dengan karakteristik materi.
Strategi yang melibatkan siswa aktif
belajar baik secara mental, fisik ataupun
sosial.

Memberi kesempatan berlatih
memahami konsep dengan temanC
temannya
D

Berlatih menyampaikan informasi Sikap kritis, terbuka dan konsisten
kepada temannya

13

b. Tinjauan Praktik
Secara praktik keberhasilan dan kegagalan belajar dapat dilihat dari nilai yang
diperoleh siswa. Ditinjau dari komponen-komponen penilaian, hampir seluruhnya diambil dari faktor kognitif siswa. Sebaiknya penerapan jigsaw bertujuan
tidak hanya melatih kognitif saja, tetapi juga afektif dan psikomotor.
Menurut Ibrahim (2000), bahwa manfaat pembelajaran kooperatif termasuk
teknik jigsaw adalah:
1. meningkatkan pencurahan waktu pada tugas,
2. menghargai diri menjadi lebih tinggi,
3. memperbaiki sikap terhadap pelajaran Bahasa Indonesia,
4. memperbaiki kehadiran,
5. penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar,
6. prilaku mengganggu lebih kecil,
7. konflik antar pribadi berkurang dan
8 .meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.
Untuk mengukur kemajuan belajar siswa tersebut, tampaknya pedoman penilaian untuk rapor belum dapat mencakup semua aspek secara keseluruhan.
Satu-satunya peluang untuk memasukkan nilai kemajuan belajar siswa adalah
dari hasil pengamatan teknik jigsaw adalah nilai tugas. Bila diperhatikan rumusrumus tadi, peranan nilai tugas sangat kecil, sehingga kemajuan-kemajuan
belajar yang bukan bersifat kognitif cenderung diabaikan pada penilaian rapor.

c. Tinjauan Pengalaman
Pelaksanaan teknik jigsaw dapat meningkatkan partisipasi siswa di dalam proses
pembelajaran. Beberapa prilaku siswa yang terjadi pada saat proses pembela-

14

jaran antara lain: (a) motivasi belajar lebih tinggi, (b) kepedulian terhadap
teman meningkat, (c) memperbaiki kehadiran, (d) berusaha sampai dapat
memahami tugasnya, dan (e) sedikit demi sedikit mau membuka diri. Setelah
akhir pembelajaran dilakukan ulangan harian yang ternyata hasilnya menunjukkan peningkatan yang signifikan jika dibanding dengan pembelajaran klasikal.

3. Tahap Pemantapan / Drill
Pada tahap ini pelaksanaan jigsaw lebih sering dilakukan karena guru lebih mudah
merencanakan problem-problem (kuis). Siswa memiliki informasi selain itu,
motivasi siswa cukup tinggi karena mereka akan menghadapi ulangan harian.
Pelaksanaan teknik jigsaw pada tahap ini siswa lebih aktif, hal ini dapat dilihat dari
meningkatkan frekuensi siswa yang berinteraksi dengan sesama, keterbukaan siswa
juga semakin meningkat, misalnya ada siswa yang mengetahui bahwa dirinya
salah. Meningkatnya kepercayaan diri siswa juga ada. Hal ini terbukti dengan
adanya siswa yang berani menyalahkan hasil kerja siswa lain. Suasana kerja sama
betul-betul tampak saling membantu dan hasil ulangan harian terbukti ada
peningkatan.
Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw.
Melvin L Silberman (2006: 180- 182), menyatakan bahwa belajar ala jigsaw
(menyusun potongan gambar) merupakan teknik yang paling banyak dipraktikkan.
Teknik ini serupa dengan pertukaran kelompok dengan kelompok, namun ada
satu perbedaan penting, yakni setiap siswa mengajarkan sesuatu. Ini merupakan
alternatif menarik bila ada materi belajar yang bisa disegmentasikan atau dibagibagi dan bila bagian-bagiannya harus diajarkan secara berurutan. Tiap siswa mempelajari sesuatu yang, apabila digabungkan dengan materi yang dipelajari oleh
siswa lain, membentuk kumpulan pengetahuan atau keterampilan yang terpadu.

15

Prosedur belajar ala jigsaw adalah sebagai berikut:
1. Pilihlah materi belajar yang bisa dipecahkan menjadi beberapa bagian. Sebuah
bagian bisa sependek kalimat atau sepanjang beberapa paragraf. (Jika materinya
panjang, perintahkan siswa untuk membaca tugas mereka sebelum pelajaran):
contohnya antara lain: (1) modul berisi beberapa poin penting, (2) bagianbagian eksperimen ilmu pengetahuan, (3) sebuah naskah yang memiliki bagian
atau sub judul yang berbeda, (4) sebuah daftar definisi, (5) sejumlah artikel
setebal majalah atau sejenis materi bacaan pendek yang lain.
2. Hitunglah semua bagian yang hendak dipelajari sejumlah siswa.

Bagikan

secara adil berbagai tugas kepada berbagai kelompok siswa, sebagai contoh,
bayangkan sebuah kelas yang terdiri dari 12 siswa, misalkan bahwa anda bisa
membagi materi pelajaran menjadi tiga segmen atau bagian. Selanjutnya dapat
membentuk kuartet (kelompok empat anggota) dengan memberikan segmen 1,
2, atau 3 kepada tiap kelompok. Kemudian perintahkan tiap kuartet atau
kelompok belajar untuk membaca, mendiskusikan, dan mempelajari materi
yang mereka terima. (Jika anda menghendaki anda dapat membentuk dua
pasang rekan belajar terlebih dahulu dan kemudian menggabungkan pasanganpasangan itu menjadi kuartet untuk berkonsultasi dan saling berbagi pendapat)
3. Setelah waktu belajar selesai, bentuklah kelompok-kelompok belajar ala jigsaw.
Kelompok tersebut terdiri dari perwakilan tiap kelompok belajar di kelas.
Dalam contoh yang baru saja diberikan, anggota dari tiap kuartet dapat
berhitung mulai dari 1, 2, 3, dan 4. kemudian bentuklah kelompok belajar
jigsaw dengan jumlah yang sama.

Hasilnya adalah empat kelompok trio.

Dalam masing-masing trio akan ada satu siswa yang telah mempelajari segmen
1, segmen 2, dan segmen 3.

16

4. Perintahkan anggota kelompok jigsaw untuk mengajarkan satu sama lain apa
yang telah mereka pelajari.
5. Perintahkan siswa untuk kembali ke posisi semula dalam rangka membahas
pertanyaan yang masih tersisa guna memastikan pemahaman yang akurat.
Dari beberapa pendapat di atas dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah pemanfaatan kelompok kecil
dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk
memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok
jigsaw, sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan efektif
diantara anggota kelompok.
2. Manfaat model kooperatif tipe Jigsaw adalah dapat membantu siswa dalam
mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di
masyarakat, sehingga dengan bekerja secara bersama-sama diantara sesama
anggota kelompok akan meningkatkan motivasi, produktivitas, aktivitas dan
perolehan belajar.
3. Langkah-langkah dalam kooperatif tipe Jigsaw adalah:
a. Pra pembelajaran:
1. Menetapkan target pembelajaran yang ingin dicapai
2. Memilih materi belajar yang sesuai dengan tipe jigsaw.
3. Membagi materi pembelajaran menjadi beberapa segmen.

b. Inti pembelajaran:
1. Membagi siswa dalam beberapa kelompok asal (4-5 orang).
2. Membagi segmen materi pembelajaran secara adil kepada kelompok asal.
3. Mengajak siswa dalam kelompok asal untuk membaca, mendiskusikan,
dan mempelajari materi yang diterima.

17

4. Membentuk kelompok-kelompok kecil menjadi kelompok belajar jigsaw.
5. Mengarahkan anggota kelompok jigsaw untuk mengajarkan satu sama lain
apa yang telah dipelajari pada kelompok kecil.
6. Mengarahkan dan membimbing siswa, dalam memahami materi
pembelajaran.
7. Memberikan pujian dan kritik membangun kepada siswa.
8. Memberikan kesempatan kepada siswa dari masing-masing kelompok
untuk mempresentasikan hasil kerjanya.
9. Mengarahkan dan mengoreksi pengertian dan pemahaman siswa terhadap
materi atau hasil kerja yang telah ditampilkannya.
10. Mengorganisasikan siswa ke posisi semula dalam rangka memastikan
pemahaman yang akurat.
c. Penutup pembelajaran:
1. Mengajak siswa untuk melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran.
2. Melakukan beberapa perbaikan dan pengarahan terhadap ide, saran, dan
kritik yang berkembang.

C. Kerangka Pikir
Mata pelajaran Bahasa Indonesia memiliki peran penting dalam perkembangan
peserta didik dalam menunjang keberhasilan untuk mempelajari semua bidang
studi. Pembelajaran Bahasa Indonesia diharapkan dapat membantu peserta
didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain.
Untuk itu pembelajaran Bahasa Indonesia harus menarik, dan dapat membangkitkan siswa untuk terus dan selalu belajar.

18

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah pada umumnya masih sangat rendah karena masih bersifat klasikal dan menggunakan metode ceramah yang tidak menarik, monoton bahkan
membosankan. Untuk bisa merubah dan memperbaiki keadaan tersebut, maka
penulis menggunakan metode jigsaw dalam proses pembelajaran.
Kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1. Kerangka Pikir Penelitian

Pembelajaran
Bahasa Indonesia
Rendah

Metode Jigsaw

Prestasi Bahasa
Indonesia
Meningkat

D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah:
Metode jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar Bahasa Indonesia Pada Siswa
Kelas IVA semester 2 SD Fransiskus 2 Rawa Laut, Tanjungkarang Timur,
Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012 .

19

III. METODOLOGI

A. Setting Penelitian
1. Waktu penelitian
Penelitian dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012 selama 3
bulan yaitu dari bulan Januari, Februari, dan Maret 2012.
2. Tempat pelelitian:
Penelitian ini dilaksanakan di SD Fransiskus 2 Rawa Laut, Tanjungkarang Timur,
Bandar Lampung.
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IVA SD Fransiskus 2 Rawa Laut,
Tanjungkarang Timur, Bandar Lampung sebanyak 26 orang yang terdiri dari 14
orang siswa laki-laki dan 12 orang siswa perempuan.
C. Prosedur Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian
tindakan kelas yang akan dilakukan dalam 3 (tiga) siklus, setiap siklus dilakukan
satu pertemuan (2 X 35 menit) dan satu kali ulangan harian. Pada setiap siklus akan
dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Tahap persiapan/perencanaan tindakan
Pada tahap ini kegiatannya adalah:
a. Menetapkan waktu pelaksanaan penelitian
b. Menyiapkan perangkat pembelajaran berupa program tahunan, program
semester, silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
c. Membuat instrumen berupa tes ulangan harian
2. Tahap implementasi tindakan.

20

Pada tahap ini guru dan mitra bersama-sama merencanakan skenario
pembelajaran dengan cara:
a. Melaksanakan kegiatan pembelajaran selama 3 siklus, dan untuk setiap
siklus dilakukan satu kali ulangan harian, yakni setelah semua materi
selesai diberikan dengan menggunakan metode jigsaw. Adapun ruang
lingkup materi tes untuk masing-masing siklus adalah sebagai berikut:
Siklus 1 (satu) adalah 5.1. Menyampaikan kembali isi pengumuman yang
dibacakan.
Siklus 2 (dua) adalah 6.2. Menyampaikan pesan yang diterima melalui
telepon sesuai dengan isi pesan dan
Siklus 3 (tiga) adalah 7.1. Menemukan kalimat utama pada tiap paragraf
melalui membaca intensif.
b. Menggunakan metode jigsaw kepada setiap siswa dan mengamati,
mencatat semua peristiwa, kejadian baik yang menghambat maupun yang
dapat meningkatkan motivasi siswa dalam proses pembelajaran.
3. Tahap pemantauan dan evaluasi.
Untuk melihat adanya peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia dengan menggunakan metode jigsaw, maka indikator dalam
penelitian ini adalah:
a. Peningkatan prestasi hasil belajar siswa dilihat dari peningkatan nilai
ulangan harian dari siklus ke siklus yang lainnya. Dikatakan berhasil
apabila pada akhir siklus ketiga siswa memperoleh rata-rata nilai ulangan
harian di atas 63 atau sama dengan 63 (mencapai KKM).
b. Peningkatan ketuntasan belajar secara klasikal dilihat dari peningkatan
persentase ketuntasan siswa yang mendapat nilai di atas 63 atau sama
dengan 63 dari satu siklus ke siklus lainnya. Dikatakan berhasil apabila

21

pada akhir siklus ketiga minimal 85% siswa tuntas atau mendapat nilai di
atas 63 atau sama dengan 63.
4. Tahap analisis dan refleksi
Hasil yang didapat dianalisis kemudian digunakan sebagai acuan untuk
merencanakan siklus berikutnya. Pada tiap siklus dilihat hasil ulangan siswa
apakah sudah dapat memenuhi indikator kinerja (target ketuntasan belajar)
yang telah ditetapkan atau belum. Bila belum memenuhi, dilihat apakah
kendala-kendala yang dihadapi. Untuk selanjutnya, kendala-kendala
tersebut diusahakan bisa diatasi pada siklus-siklus berikutnya.

D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam bukunya yang berjudul Prosedur Pelelitian, Suharsimi Arikunto menjelaskan
bahwa data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk
menyusun suatu informasi, sedangkan informasi adalah pengolahan data yang
dipakai untuk suatu keperluan (Suharsimi Arikunto1991: 91- 92).
Dalam penelitian ini pengumpulan data mencakup:
1. Data kualitatif adalah data yang berhubungan dengan kategorisasi, karakteristik
atau sifat variabel atau hasil pengklasifikasian atau penggolongan suatu data,
misalnya jenis kelamin, jenis pendidikan, pekerjaan, tinggi, sedang, rendah dan
sebagainya.
Data kualitatif ini diperoleh dengan cara: observasi
Observasi yaitu kegiatan pengamatan dan pencatatan yang dilakukan oleh guru
dan mitra untuk mengamati aktivitas dan prilaku siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan metode jigsaw. Dengan menggunakan
lembar pengamatan pada tabel 3.1.

22

Tabel 3.1. Belangko Pengamatan Aktivitas dan Prilaku Siswa.

No

Nama

Siswa

1
2
3
4
5

Memperhatikan
penjelasan
guru

Aktivitas

Bertanya
kepada
Guru

Bertanya
kepada
teman

Siswa

Menjawab,
menanggapi
pertanyaan

Membuat
catatan
hasil
diskusi

2. Data kuantitatif adalah data angka-angka baik yang diperoleh dari hasil
pengukuran maupun dari nilai suatu data yang diperoleh dengan jalan mengubah
dari data kualitatif ke data kuantitatif, misalnya skor dari hasil tes atau hasil dari
penghitungan, dan sebagainya.
Data kuantitatif dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan tes.
Tes dilakukan pada akhir proses pembelajaran yang bertujuan untuk mengetahui
hasil belajar siswa setelah diberikan pembelajaran dengan menggunakan metode
jigsaw. Tes akhir selain bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa juga
dimaksudkan untuk mengetahui tingkat efektivitas penggunaan metode jigsaw.
E. Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis data hasil tes siswa ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menghitung jumlah jawaban benar hasil pekerjaan siswa
2. Menentukan nilai siswa dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Skor benar
Nilai = ------------------------ X 100
Skor maksimal
- Jumlah soal

= 20

- Skor per soal

= 1

- Skor maksimum = 20

23

Skor siswa
Nilai siswa = ------------------------ X 100
Skor maksimal
3. Menentukan nilai terendah, nilai tertinggi, nilai rata-rata dan menghitung persen tase tingkat ketuntasan belajar pada setiap siklus.
4. Menyusun data nilai perkembangan hasil belajar siswa siklus 1, 2, dan 3 dalam
tabel 3.2.
Tabel 3.2. Blangko Perkembangan dan Kemajuan Hasil Belajar Siswa dari
Siklus 1, 2, dan 3 .
SIKLUS PERTAMA
N

T
E
R
T
I
N
G
G
I

I

L

A

T
E
R
E
N
D
A
H

I

R
A
T
A
R
A
T
A

Ting
kat
ketun
tasan

N
T
E
R
T
I
N
G
G
I

SIKLUS KEDUA
I

L

A

T
E
R
E
N
D
A
H

I

R
A
T
A
R
A
T
A

Tingkat
ketun
tasan

N

S IKLUS KETIGA

T
E
R
T
I
N
G
G
I

I

L

T
E
R
E
N
D
A
H

A

I

R
A
T
A
R
A
T
A

Tingkat
ketun
tasan

F. Indikator Keberhasilan PTK
PTK pada dasarnya adalah suatu usaha untuk meningkatkan prestasi belajar
siswa. Peningkatan prestasi belajar siswa dilihat dari peningkatan hasil ulangan
harian dari satu siklus ke siklus yang lain. Maka PTK dikatakan berhasil apabila
pada siklus yang diharapkan minimal 85% siswa telah mencapai KKM (kriteria
ketuntasan belajar minimal).
Rerata nilai prestasi Bahasa Indonesia :
< 50 : Kurang sekali
50- 54 : Kurang
55- 65 : Cukup
66-75 : Baik
>75

: Baik sekali.

40

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Observasi
Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti dan mitra selama proses
pembelajaran berlangsung dengan menggunakan metode jigsaw aktivitas dan
prilaku siswa mengalami perubahan dan perkembangan dari siklus yang satu
ke siklus yang lain. Perubahan itu pada umumnya menuju kearah yang lebih
baik seperti yang dapat dilihat pada tabel 5.1.
Tabel 5.1. Perubahan dan Perkembangan Aktivitas dan Prilaku Siswa
dari siklus 1, 2, dan 3
No

Aktivitas siswa

Jumlah

siswa

Siklus 1

Siklus 2

Siklus 3

1

Memperhatikan penjelasan guru

13

19

23

2

Bertanya kepada Guru

5

10

14

3

Bertanya kepada teman

12

15

12

4

Menjawab, menanggapi pertanyaan

10

15

18

5

Membuat catatan hasil diskusi

14

16

24

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran dengan
menggunakan metode jigsaw dapat:
1. Meningkatkan perhatian siswa terhadap penjelasan guru.
2. Membangkitkan keberanian siswa untuk bertanya kepada guru.
3. Melatih siswa untuk tidak malu bertanya kepada teman tentang pelajaran
4. Melatih siswa untuk mandiri dan dapat mengambil kesimpulan sendiri
akan materi yang penting atau tidak penting.

41

5. Melatih siswa untuk berbicara dan menanggapi pertanyaan yang diajukan
oleh teman-temannya.
6. Melatih siswa untuk bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan
kepadanya.
7. Mengurangi peluang anak untuk bermain-main pada saat proses
pembelajaran berlangsung.

2. Prestasi belajar siswa
Prestasi belajar siswa dari siklus pertama sampai dengan siklus ketiga dapat
dilihat pada tabel 5.2.
Tabel 5.2. Perkembangan Prestasi Belajar Siswa dari Siklus 1, 2, dan 3
N
T
E
R
T
I
N
G
G
I

85

S I K L U S
I L A I

I

N

S I K L U S
I L A I

II

S I K L U S III
N I L A I

T
E
R
E
N
D
A
H

R
A
T
A
R
A
T
A

Ting
kat
ketun
tasan

T
E
R
T
I
N
G
G
I

T
E
R
E
N
D
A
H

R
A
T
A
R
A
T
A

Tingkat
ketun
tasan

T
E
R
T
I
N
G
G
I

T
E
R
E
N
D
A
H

R
A
T
A
R
A
T
A

Ting
kat
ketun
tasan

45

62,88

58%

90

55

69,80

81%

95

60

73,46

92%

Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa dari siklus pertama ke siklus kedua,
dari siklus kedua ke siklus ketiga terdapat peningkatan: nilai tertinggi, nilai
terendah, nilai rata-rata dan tingkat ketuntasan belajar siswa.

Berdasarkan hasil observasi langsung terhadap aktivitas dan prilaku siswa dalam
proses pembelajaran dan dari hasil tes ulangan siswa dari siklus ke siklus, maka
pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa metode jigsaw dapat memperbaiki
aktivitas dan prilaku siswa dalam proses pembelajaran dan sekaligus dapat

42

meningkatkan prestasi belajar Bahasa Indonesia siswa khususnya siswa kelas
IVA SD Fransiskus 2 Rawa Laut Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012.

Untuk meningkatkan motivasi belajar dan meningkatkan persentase ketuntasan
belajar siswa, selain diperlukan kinerja guru yang baik juga diperlukan metode
pembelajaran yang menarik yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.
Model pembelajaran jigsaw dapat membantu siswa dalam mengembangkan
pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat,
sehingga dengan bekerja secara bersama-sama diantara sesama anggota
kelompok akan meningkatkan aktivitas belajar siswa. Semakin baik kinerja guru
dalam menggunakan metode jigsaw maka semakin meningkat pula aktivitas
belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan yang terjadi dalam proses
pembelajaran dengan menggunakan motode Jigsaw pada siswa kelas IVA SD
Fransiskus 2 Rawa Laut Bandar Lampung Semester 2 Tahun Pelajaran
2011/2012.

B. Saran
1. Metode jigsaw dapat membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman
dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat, maka harus
dilaksanakan dengan memperhatikan prosedur pelaksanaannya.
3. Karena motode jigsaw dapat meningkatkan aktivitas dan prilaku siswa dalam
proses pembelajaran dan sekaligus dapat meningkatkan prestasi belajar
Bahasa Indonesia, maka mata pelajaran dan materi yang memiliki karakteristik yang sama dapat menggunakan metode pembelajaran jigsaw.

PENILAIAN PELAKSANAAN PENELITIAN
PROGRAM MTK S-1 DALAM JABATAN
FKIP UNIVERSITAS LAMPUNG

1.
2.
3.
4.
5.
6.

NAMA GURU
SEKOLAH TEMPAT UJIAN
KELAS
MATA PELAJARAN
WAKTU
TANGGAL

:
:
:
:
:
:

AGATA PUDJI HANDAJANI
SD FRANSISKUS 2 RAWA LAUT
IVA
BAHASA INDONESIA
Pukul. 07.15 – 08.25
15 Februari 2012

NO

ASPEK YANG DINILAI

1

Kejelasan Perumusan Tujuan Pembelajaran (tidak menimbulkan penafsiran
ganda)

2

Pemilihan Materi ajar (sesuai dengan tujuan dan karakteristik peserta didik)

3

Pengorganisasian materi ajar (keruntutan, sistematik materi dan
kesesuaiandengan alokasi waktu)

4

Pemilihan sumber/media pembelajaran (sesuai dengan tujuan, materi dan
karakteristik peserta didik)

5

Kejelasan skenario pembelajaran (langkah-langkah kegiatan pembelajaran :
awal, inti dan penutup)

6

Kerincian skenario pembelajaran (setiap langkah tercermin strategi/metode)

7

Kesesuaian teknik dengan tujuan pembelajaran

8

Kelengkapan instrument (soal, kunci, pedoman penskoran)
SKOR TOTAL
SKOR RATA-RATA F1 = SKOR TOTAL : 8 =

SKOR

PENILAIAN PELAKSANAAN PENELITIAN
PROGRAM PTK S-1 DALAM JABATAN
FKIP UNIVERSITAS LAMPUNG

1. NAMA GURU

: AGATA PUDJI HANDAJANI

2. SEKOLAH TEMPAT UJIAN

: SD FRANSISKUS 2 RAWA LAUT

3. KELAS

: IVA

4. MATA PELAJARAN

: BAHASA INDONESIA

5. W A K T U

: Pukul. 07.15 – 08. 25

6. TANGGAL

: 15 Februari 2012
INDIKATOR/ASPEK YANG DIAMATI

NO

I

PRA PEMBELAJARAN

1

Mempersiapkan siswa untuk belajar

2

Melakukan kegiatan apersepsi

II

KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN

A

Penguasaan Materi Pelajaran

3

Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran

4

Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan

5

Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai dengan hirarki belajar dan
karakteristik siswa

B

Pendekatan/Strategi Pembelajaran

6

Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan
dicapai dan karakteristik siswa

7

Melaksanakan pembelajaran secara runtut

8

Menguasai kelas

9

Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual

SKOR

10

Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan
positif

11

Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang telah
direncanakan

C

Pemanfaatan Sumber Belajar/Media Pembelajaran

12

Menggunakan media secara efektif dan efisien

13

Menghasilkan pesan yang menarik

14

Melibatkan siswa dalam memanfaatkan media

D

Pembelajaran yang Memicu dan Memelihara Keterlibatan Siswa

15

Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran

16

Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme dalam belajar

E

Penilaian Proses dan Hasil Belajar

17

Memantau kemajuan belajar selama proses

18

Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan)

F

Penggunaan Bahasa

19

Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik dan benar

20

Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai

III

PENUTUP

21

Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa

22

Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan atau kegiatan atau
tugas sebagai bagian remidi/pengayaan
SKOR TOTAL
SKOR RATA-RATA F2 = SKOR TOTAL : 22 =

Keterangan :
Nilai 76 – 100

= Sangat Baik

Nilai 66 – 75

= Baik

Nilai 56 – 65

= Kurang Baik

Nilai 50 – 55

= Tidak Baik

Nilai 10 – 49

= Sangat Kurang

NA = (SKOR RATA-RATA F1 + SKOR RATA-RATA F2) : 2 =……….HURUF MUTU
Bandar Lampung, 18 Januari 2012
Supervisor,

CHRISTINA SUDARMI, S. Pd

Judul Tugas Akhir

: USAHA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR

BAHASA INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN
METODE JIGSAW PADA SISWA KELAS IVA SD
FRANSISKUS 2 RAWA LAUT BANDAR LAMPUNG
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Nama Mahasiswa

: Agata Pudji Handajani

Nomor Pokok Mahasiswa

: 0913069003

Jangka Waktu

: 3 Bulan (Januari, Februari, Maret)

Bentuk Kegiatan

: Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Program Studi

: S-1 PGSD Dalam Jabatan

Jurusan

: IlmuPendidikan

Fakultas

: Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

Ketua Jurusan,

Dosen Pembimbing,

Drs. Baharuddin Risyak, M. Pd.
NIP 195105071981031002

Dr. Ngadimun HD, M. Pd.
NIP 194904061977031001

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Menguji

: Dr. Ngadimun HD, M. Pd.

Penguji
Bukan Pembimbing

: Drs. Djalaluddin Genap, M. Si. _____________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M. Si.
NIP 196003151985031003

Tanggal Lulus Ujian Tugas Akhir: 25 April 2012

________________

LEMBAR PENGESAHAN

Nama Mahasiswa

: Agata Pudji Handajani

NPM

: 0913069003

Prodi / Jurusan

: S1 PGSD Dalam Jabatan / Ilmu Pendidikan

Judul Penelitian

: Usaha Meningkatkan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia

Dengan
Menggunakan Metode Jigsaw Pada Siswa Kelas IVA SD
Fransiskus 2 Rawa Laut, Bandar Lampung Tahun 2011/2012
Jenis Penelitian

: PTK

Lokasi Penelitian

: SD Fransiskus 2 Rawa Laut, Bandar Lampung

Lama Penelitian

: 3 bulan

Bandar Lampung,

Januari 2012

Mahasiswa yang bersangkutan,

Agata Pudji Handajani
NPM. 0913069003

Mengetahui,

Pembahas,

Drs. Djalaluddin Genap, M. Si
NIP 194904061977031001

Pembimbing,

Dr. Ngadimun HD, M. Pd
NIP 195001071977101001

USAHA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BAHASA
INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE JIGSAW
PADA SISWA KELAS IVA SD FRANSISKUS 2 RAWA LAUT
BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh
AGATA PUDJI HANDAJANI
Tugas Akhir
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2012

USAHA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BAHASA
INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE JIGSAW
PADA SISWA KELAS IVA SD FRANSISKUS 2 RAWA LAUT
BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Tugas Akhir

Oleh

✁ TA PUDJI HANDAJANI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2012

Dokumen yang terkait

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR BAHASA INGGRIS DENGAN MENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 10 82

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR BAHASA INGGRIS DENGAN MENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 12 76

EFEKTIVITAS GERAK DASAR PASSING BAWAH DENGAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS IVA SD NEGERI 2 SUKAJAWA BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2011/2012

2 16 61

USAHA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE JIGSAW PADA SISWA KELAS IVA SD FRANSISKUS 2 RAWA LAUT BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 10 37

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR TEMATIK MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS II SDN 2 GULAK-GALIK หกฟห BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 8 45

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 WAY KANDIS BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 11 15

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS IV SD N 2 TAMBAHREJO KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 4 39

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS IV SD N 2 TAMBAHREJO KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 23 109

PENGGUNAAN MEDIA KARTU GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS 3 SD NEGERI 2 GUNUNG TERANG BANDAR LAMPUNG

4 26 44

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS V SDN 2 SUMBEREJO BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 12 42