Power Otot Tungkai pada Tendangan Lambung

23 23 berlatih melakukan gerakan-gerakan yang mirip ketika dia menghadapi lawan yang sebenarnya Ngurah Nala, 1998;296 k. Fase-fase Latihan Training Phases Fase-fase latihan diklasifikasikan kedalam 3 periode . Total training pada atlet kedalam 3 fase, yaitu: off season, pre season, dan in- season. Fase-fase latihan juga biasanya untuk menentukan tujuan dan program latihan dari tahap satu ke tahap lainnya. l. Prinsip penggunaan Energi system Determining the predominant energy system m. Pendinginan Cooling Down Cooling down bertujuan untuk memulihkan kondisi badan kekondisi semula. Tujuan melakukan cooling down menurut Annarino, A.A 1976: 300 yaitu: ……… blood and muscle lachid acid levels decrease more rapidly during exercise – recovery than during rest recovery. This, warm-down would promote faster recovery from fatique. Artinya: …….. darah dan kadar asam laktat otot akan berkurang secara cepat selama istirahat aktif Excerise- recovery dari pada istirahat pasif Rest recovery

5. Power Otot Tungkai pada Tendangan Lambung

Pengertian power otot tungkai menurut M. Furqon H. dan Muchsin Doewes 2002:9 menjelaskan bahwa power diartikan sebagai kekuatan dan frekuensi atau kekuatan yang terbagi dengan waktu, maka 24 24 beban lebih resistif dan temporal harus diberikan. Pada latihan-latihan peningkatan power pliometrik, beban lebih resistifnya berupa perubahan arah yang cepat pada suatu anggota tubuh atau seluruh tubuh, seperti mengatasi gaya akibat terjatuh, naik anak tangga, terpental, meloncat, melangkah lebar atau melompat. Beban lebih temporal dapat dilakukan dengan berkonsentrasi pada pelaksanaan gerakan secepat dan seintensif mungkin. Daya otot adalah sama dengan kekuatan explosive power dari otot tergantung dari dua faktor yang saling berkaitan yaitu: Jadi: Power = kekuatan x kecepatan. = Kekuatan x jarak Waktu M. Sajoto, 2002:22 Pelatihan pliometrik menurut Ngurah Nala 1998: 59, pelatihan pliometrik dianggap sebagaai salah satu pelatihan yang efektif untuk meningkatkan daya ledak, baik pada pelari jarak jauh ataupun pelari jarak pendek, pelompat tinggi, pelompat jauh atau meloncat ketika mensmash shutle cock pada pemain bulu tangkis atau voli. Latihan pliometrik merupakan salah satu usaha yang ditujukan untuk meningkatkan daya ledak explosive dan kecepatan reaksi. Pengembangan ini terbina akibat sebagai adanya perbaikan pada reaksi sistem syaraf serta kekuatan untuk meredam guncangan keseimbagan pendaratan sewaktu kaki menginjak lantai dari melompat. Aktifitas ini sebenarnya merupakan perpaduan antara kontraksi eksentrik yang diikuti segera oleh kontraksi konsentrik otot skeletal. Latihan pliometrik ini disamakan dengan tipe 25 25 latihan ekplosif – reaktif. Gerakannya diawali dengan tekanan eksentrik, tekanan eksentrik terjadi tatkala otot mulai memanjang. Otot diberi beban secara tiba-tiba dan dipaksa meregang sebelum terjadi kontraksi konsentrik dan menghasilkan gerakan. Takaran latihan tergantung pada tujuan latihan, terkait pada bentuk atau jenis latihan yang dipergunakan, umur individu atlet, dan latar belakang atlet, pemula atau profesional, dan sebagainya. Gerakan-gerakan pada permainan sepakbola terdapat gerakan lari, loncat, menendang, menghentakkan, dan menangkap bola bagi penjaga gawang. Semua gerakan tersebut terangkai dalam suatu pola gerak yang diperlukan pemain dalam menjalankan tugasnya dilapangan. Meninjau kembali latihan pliometrik bahwa pelatihan pliometrik adalah cara yang paling efektif untuk meningkatkan daya ledak otot, pelari jarak pendek, pelompat jauh, dan atau peloncat. Komponen-komponen gerak yang digunakan dalam bermain sepakbola lompat, loncat, menghentak yang mana gerakan tersebut membutuhkan power yang maksimal, sehingga latihan pliomterik sangat cocok untuk pemain sepakbola. Power digunakan pada saat bola lepas dari kaki, semakin power otot yang mendukung gerakan tersebut semakin besar pula kecepatan yang dihasilkan. Pelaksanaan tendangan lambung kana menjadi efektif bila pemain memiliki teknik gerakan menendang yang baik dan benar serta didukung kondisi fisik yang dibutuhkan telah terpenuhi, yaitu komponen kondisi fisik power otot tungkai. Metode latihan yang tepat guna meningkatkan power otot tungkai yaitu dengan metode pliometrik. 26 26 Gerakan menendang dibutuhkan gerakan ekplosive dari otot tungkai maka peranan dari pelatihan pliometrik sangat besar guna meningkatkan power otot tungkai. Sebagian besar latihan adalah khusus gerakan tungkai dan pinggul, karena kelompok ini merupakan pusat power gerakan olah raga dan mempunyai peranan utama dengan semua olahraga. Gerakan pliometrik ditujukan kepada tiga kelompok otot besar dalam tubuh, yakni kelompok otot tungkai dan pinggul, kelompok otot bagian tengah tubuh yaitu otot perut, punggung dan kelompok otot dada, bahu, dan lengan. Tetapi, tekanan pelatihannya terutama ditujukan terhadap kelompok otot tungkai dan pinggul M. Furqon dan Muchsin Doewes, 2002:22 dengan cara : 1 Bounding, yaitu loncatan dengan kedua tapak kaki bertumpu pada lantai, melembung maksimum ke atas agar tercapai loncatan horizontal sejauh-jauhnya, 2 Leapping, yaitu meloncat vertikal dan horizontal semaksimum mungkin, dengan dua loncat atau satu lompat tungkai, 3 Hoppping, yaitu loncatan dua tapak kaki vertikal maksimum dengan didahului menekukan tungkai pada lutut, dimana yang dipentingkan adalah luasnya gerakan sendi lutut. 4 Jumping, yaitu meloncat setinggi mungkin tanpa meghiraukan berapa jauhnya loncatan horizontal kedepan. 5 Skepping, yaitu melompat dan melangkah bergantian dengan tujuan baik tinggi lompatan maupun jauhnya jarak lompatan 27 27 horizontal, 6 Ricochet, yaitu meloncat dengan cepat, dimana tinggi dan jauhnya loncatan seminimal mungkin. Latihan pliometrik bertujuan untuk meningkatkan daya ledak otot. Latihan daya ledak otot tungkai pada dasarnya dapat dilakukan dengan berbagai materi latihan dengan latihan pliometrik. Salah satu cara latihan pliometrik tersebut adalah knee tuck jump dan barrier hops.

6. Pedoman Pelaksanaan Pliometrik

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24