IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DINAS KESEHATAN DALAM PROGRAM PENGURANGAN ANGKA GIZI BURUK DI KABUPATEN LOMBOK UTARA TAHUN 2014

(1)

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DINAS KESEHATAN DALAM PROGRAM PENGURANGAN ANGKA GIZI BURUK DI KABUPATEN LOMBOK UTARA

TAHUN 2014

Oleh :

ASTO WIRATNO

20110520057

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

i

HALAMAN JUDUL

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DINAS KESEHATAN DALAM PROGRAM PENGURANGAN ANGKA GIZI BURUK DI KABUPATEN LOMBOK UTARA

TAHUN 2014

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Strata 1 Ilmu Pemerintahan Pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh :

ASTO WIRATNO 20110520057

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

ii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Dengan judul :

“IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DINAS KESEHATAN DALAM PROGRAM PENGURANGAN ANGKA GIZI BURUK DI KABUPATEN LOMBOK UTARA

TAHUN 2014” Oleh:

ASTO WIRATNO NIM. 20110520057

Telah di pertahankan dan disahkan di depan tim penguji Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Pada:

Hari dan Tanggal : Kamis 25 Agustus 2016 Tempat : Ruang Ujian IP

Jam : 09.00 – 10.00

SUSUNAN TIM PENGUJI

Ketua.

Drs. Juhari Sasmito Aji, M.Si.

Penguji I Penguji II

Dra. Atik Septi Winarsih, M.Si DR. Zuli Qodir, M.Si

Mengetahui KETUA JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN


(4)

iii

HALAMAN PERNYATAAN

Nama : ASTO WIRATNO Nomor Mahasiswa :

20110520057

Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang saya buat ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri, dan didalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi manapun. Sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya dan atau pendapat orang lain yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Selanjutnya apabila dikemudian hari terbukti terdapat duplikasi, serta ada pihak lain yang merasa dirugikan dan menuntut, maka saya akan bertanggung jawab serta menerima segala konsekuensi yang menyertainya.

Yogyakarta, 2016


(5)

iv

MOTTO

Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap nya, dan Dia

menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah buahan

sebagai rezeki untukmu, karna itu, janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi ALLAH,

padahal kamu mengetahui.

(QS. AL-BAQARAH 22)

Berbaktilah kepada kedua orang tua mu, buat mereka bangga karna sudah melahirkanmu,

istikomah dalam kebaikan, lalu kembalilah kepada penciptamu dalam keadaan yang suci,

sebagaimana kamu suci pada saat kamu di lahirkan oleh Ibumu.


(6)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

ني م ل ع لا ر ه دمح لا

Untuk kedua orang tuaku dan seluruh keluargaku aku cinta kalian semua dan terimakasih yang tak terhingga untuk segalanya yang telah kalian berikan untuk ku, dan utuk sahabat dan teman-temanku saya ucapkan

terimakasih yang setulus dan sebanyak banyaknya karna sudah memberikan warna di hidupku. Semoga kita semua masuk surga.


(7)

vi

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warahmattulahi Wabarakaatuh

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Implementasi Kebijakan Dinas Kesehatan Dalam Program Pengurangan Angka Gizi Buruk Di Kabupaten Lombok Utara Tahun 2014” dapat terselesaikan dengan baik. Tersusunnya Skripsi ini atas bantuan dari beberapa pihak secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Cipto, MA, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Bapak Ali Muhammad, M.A,Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Soisal dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Ibu Dr. Titin Purwaningsih, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

4. Bapak Drs. Juhari Sasmito Aji, M.Si, selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah banyak membantu dan memberikan ide-ide bimbingan serta ilmu-ilmu dalam penyusunan skripsi sehingga skripsi ini dapat selesai.

5. Seluruh Dosen dan Staf di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan ilmu dan telah memberikan yang terbaik untuk Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

6. Kepada Kedua Orang Tuaku, terimakasih banyak atas dukungan kasih sayamg dan doanya sehingga ananda bisa menyelesaikan studi S1 di UMY


(8)

vii

7. Kepada semua Teman-teman IP angkatan 2011, terutama sahabat sahabat dekat saya ucapkan banyak sekali terimakasih dan semoga tuhan membalas semua kebaikan kalian amin.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Yogyakarta, 2016


(9)

viii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... ... ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... .... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... ... iii

HALAMAN MOTTO ... ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... .. vii

DAFTAR ISI ... . viii

DAFTAR TABEl ... ... xi

DAFTAR GAMBAR ... ... xi

DAFTAR GRAFIK ... .. xii

DAFTAR LAMPIRAN ... ... .. xii

SINOPSIS ... ... viii

BAB I : PENDAHULUAN ... .... 1

A. Latar Belakang Masalah ... .... 1

B. Perumusan Masalah ... ... .... 6

C. Tujuan Penelitian ... .... 6

D. Manfaat Penelitian ... .... 7

E. Kerangka Dasar Teori ... .... 7

1. Desentralisasi ... .... 8

2. Pemerintah Daerah ... .. 13

3. Kebijakan Publik ... .. 16

4. Implementasi Kebijakan Publik ... .. 20


(10)

ix

E. Definisi Konseptual ... .. 30

F. Definisi Operasional ... .. 31

G. Metode Penelitian ... .. 33

1. Jenis Penelitian ... .. 33

2. Lokasi Penelitian ... .. 34

3. Tehnik Pengumpulan Data ... .. 34

BAB II : DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN ... .. 37

A. Profil Kabupaten Lombok Utara ... .. 37

1. Jumlah Kecamatan ... .. 39

2. Jumlah Desa dan Dusun ... .. 39

3. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... .. 40

4. Jumlah Rumah Tangga ... .. 40

5. Kepadatan Penduduk ... .. 41

6. Administrasi Pemerintahan ... .. 41

B. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Utara ... .. 42

1. Kedudukan Dinas Kesehatan ... .. 42

2. Tugas Pokok dan Fungsi ... .. 42

a. Tugas Pokok ... .. 42

b. Fungsi ... .. 43

c. Struktur Organisasi ... .. 44

C. Kondisi Masyarakat Kabupaten Lombok Utara ... .. 56

1. Kondisi Kesehatan dan Upaya Pemerintah ... .. 56

2. Kondisi Penderita Gizi Buruk ... .. 61

BAB III : IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DINAS KESEHATAN DALAM PROGRAM PENGURANGAN ANGKA GIZI BURUK DI KABUPATEN LOMBOK UTARA TAHUN 2014 ... .. 63

A. Kebijakan/Program pengurangan angka gizi buruk di Kabupaten Lombok Utara tahun 2014 ... .. 63


(11)

x

B. Implementasi Kebijakan Dinas Kesehatan Dalam Program Pengurangan Angka Gizi Buruk Di Kabupaten Lombok Utara Tahun

2014 ... .. 66

1. Komunikasi ... .. 68

a. Transformasi informasi (transimisi)... .. 69

b. Kejelasan informasi (clarity)... .. 70

c. Konsistensi informasi (consistency)... .. 70

2. Sumberdaya ... .. 70

a. Sumberdaya Manusia ... .. 71

b. Anggaran ... .. 73

c. Fasilitas ... .. 75

d. Informasi dan Kewenangan ... .. 80

3. Disposisi ... .. 82

4. Struktur Birokrasi ... .. 83

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi Implementasi Kebijakan Dinas Kesehatan dalam Program pengurangan angka gizi buruk di Kabupaten Lombok Utara Tahun 2014 ... .. 86

1. Faktor-faktor Pendukung ... .. 86

2. Faktor-faktor Penghambat ... .. 91

BAB IV : PENUTUP ... .. 94

A. Kesimpulan ... .. 94

B. Saran ... .. 95

DAFTAR PUSTAKA ... . xiv


(12)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Data Luas Wilayah, Jumlah Desa dan Dusun, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga, Jumlah Jiwa/Rumah Tangga dan Kepadatan Penduduk

Kabupaten Lombok Utara Tahun 2014 ... ... 38

Tabel 2.2 Luas Wilayah Kabupaten Lombok Utara Tahun 2014 ………... ... 39

Tabel 2.3 Jumlah Desa dan Dusun Menurut Kecamatan Kabupaten Lombok Utara Tahun 2014 ………... ... 39

Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kabupaten Lombok Utara Tahun 2014 ………... ... 40

Tabel 2.5 Data Jumlah Rumah Tangga dan Jumlah Jiwa/Rumah Tangga Kabupaten Lombok Utara Tahun 2014 ... ... 40

Tabel 2.6 Jumlah Penduduk Miskin yang tercakup pelayanan Jamkesmas Kabupaten Lombok Utara tahun 2013 ... ... 58

Tabel 2.7 Jumlah kasus gizi buruk menurut jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas di Kabupaten Lombok Utara tahun 2014 ... ... 62

Tabel 2.8 Jumlah tenaga gizi di fasilitas kesehatan Kabupaten Lombok Utara tahun 2014 ... ... 63

Tabel 3.1 Jumlah Kasus Gizi Buruk di KLU tahun 2012-2014 ... ... 67

Tabel 3.2 Jumlah Tenaga Gizi di Kabupaten Lombok Utara tahun 2014 …... ... 72

Tabel 3.3 Anggaran Kesehatan Kabupaten Lombok Utara tahun 2014 …... ... 74

Tabel 3.4 Data Sarana Kesehatan Kabupaten Lombok Utara Tahun 2014 ... ... 78

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Peta Administrasi Kabupaten Lombok Utara ... .... 38


(13)

xii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 2.1 Grafik Perkembangan Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Lombok Utara Tahun 2012-2014 ... .... 41 Grafik 3.1 Kasus Gizi Buruk dirinci per Kecamatan di Kabupaten Lombok Utara tahun

2010-2014 ... .... 67

DAFTAR LAMPIRAN

1. Poto poto atau dokumen ganbar.

2. Luas wilayah, jumlah desa/kelurahan, jumlah penduduk, jumlah rumah tangga, dan kepadatan penduduk menurut kecamatan Kabupaten Lombok Utara tahun 2014

3. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur Kabupaten Lombok Utara tahun 2014

4. Bayi berat badan lahir rendah menurut jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas Kabupaten Lombok Utara tahun 2014

5. Cakupan pelayanan anak balita menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Lombok Utara tahun 2014

6. Cakupan kasus balita gizi buruk yang mendapatkan perawatan menurut jenis kelamin, kecamatan, dan puskesmas Kabupaten Lombok Utara tahun 2014 7. Cakupan jaminan kesehatan penduduk menurut jenis jaminan dan jenis kelamin

Kabupaten Lombok Utara tahun 2014

8. Presentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Lombok Utara tahun 2014

9. Presentase rumah sehat menurut kecamatan dan puskesmas Kabupaten Lombok Utara tahun 2014

10.Jumlah sarana kesehatan menurut kepemilikan Kabupaten Lombok Utara tahun 2014

11.Jumlah posyandu menurut strata, kecamatan dan puskesmas Kabupaten Lombok Utara tahun 2014

12.Jumlah upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat menurut kecamatan Kabupaten Lombok Utara tahun 2014

13.Jumlah tenaga kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan di fasilits kesehatan Kabupaten Lombok Utara tahun 2014

14.Jumlah tenaga gizi di fasilitas kesehatan Kabupaten Lombok Utara tahun 2014 15.Jumlah tenaga kesehatan lain di fasilitas kesehatan Kabupaten Lombok Utara

tahun 2014


(14)

ii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Dengan judul :

“IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DINAS KESEHATAN DALAM PROGRAM PENGURANGAN ANGKA GIZI BURUK DI KABUPATEN LOMBOK UTARA

TAHUN 2014” Oleh:

ASTO WIRATNO NIM. 20110520057

Telah di pertahankan dan disahkan di depan tim penguji Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Pada:

Hari dan Tanggal : Kamis 25 Agustus 2016 Tempat : Ruang Ujian IP

Jam : 09.00 – 10.00

SUSUNAN TIM PENGUJI

Ketua.

Drs. Juhari Sasmito Aji, M.Si.

Penguji I Penguji II

Dra. Atik Septi Winarsih, M.Si DR. Zuli Qodir, M.Si

Mengetahui KETUA JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN


(15)

xiii SINOPSIS

Skripsi ini mengambil judul “Implementasi Kebijakan Dinas Kesehatan Dalam Program Pengurangan Angka Gizi Buruk Di Kabupaten Lombok Utara Tahun 2014” dimana yang diketahui bahwa anak merupakan generasi penerus bangsa tetapi yang terjadi bahwa masih tingginya jumlah kasus gizi buruk yang ada di Indonesia, khususnya di Kabupaten Lombok Utara. Penelitian ini dilakukan di Dinas esehatan Kabupaten Lombok Utara. Studi ini merupakan deskripsi dan analisis terkait pelaksanaan dari program pengurangan angka gizi buruk di Kabupaten Lombok Utara tahun 2014.

Dalam skripsi ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif yang akan berusaha mengungkapkan fakta-fakta yang menjelaskan bagaimana implementasi Kebijakan Dinas Kesehatan dalam program pengurangan angka gizi buruk di Kabupaten Lombok Utara. Adapun data yang dipakai dalam skripsi ini adalah data primer dan data sekunder, sedangkan metode pengumpulan data yang digunakan dalam skripsi ini adalah interview atau wawancara dan dokumentasi. Teknik analisa data dengan cara mendeskripsikan data yang ada dengan kata -kata yang ada dengan sistematis.

Hasil penelitian bahwa implementasi kebijakan program pengurangan angka gizi buruk di Kabupaten Lombok Utara tahun 2014 sudah dilaksanakan sesuai dengan prosedur, dimana hal ini ditunjukkan dengan sudah menurunnya jumlah kasus gizi buruk di Kabupaten Lombok Utara. Hal ini didukung oleh komunikasi yang terarah, sumberdaya yang memenuhi antara lain adanya anggaran yang mencukupi, sarana dan prasarana yang memadai di Dinas Kesehatan maupun disemua tempat pelayanan kesehatan, informasi yang diterima jelas, adanya dukungan dari para pemimpin dan struktur organisasi yang jelas terkait dengan tugas pokok dan fungsinya. Tetapi dalam pelaksanaan program ini ada beberapa hambatan dalam mencapai tujuan yaitu kurangnya tenaga medis termasuk tenaga ahli gizi untuk melayani masyarakat dan kurangnya kesadaran masyarakat (ibu) dalam memberikan gizi yang cukup kepada anak mereka.

Saran yang diberikan peneliti kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Utara adalah perlunya menambah kuantitas Sumber daya manusia (tenaga medis), dan mengupayakan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kebutuhan gizi bagi tubuh dan anak mereka dengan cara meningkatkan sosialisasi kepada seluruh masyarakat Kabupaten Lombok Utara.


(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejalan dengan pertumbuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, desentralisasi dan otonomi daerah secara terus menerus mengalami perkembangan dengan didasari oleh berbagai dinamika yang terjadi di daerah, baik dinamika politik, ekonomi, sosial maupun budaya. Sebagai tonggak awal peraturan perundang-undangan Negara Kesatuan Republik mengatur mengenai

keberadaan Komite Nasional Daerah adalah Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1945.1

Tujuan pembentukan daerah otonom baru adalah untuk mendukung terwujudnya efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintah daerah dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya kepada daerah disertai

dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara. Suatu daerah dapat dimekarkan apabila memenuhi kriteria pemekaran yang dirumuskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007 tentang tatacara

1

Undang-Undang No 1 Tahun 1945 Negara Kesatuan Republik Indonesia yang mengatur mengenai Keberadaan Komite Nasional Daerah.


(17)

2

pembentukan, penghapusan, dan penggabungan daerah. 2

Otonomi daerah telah digulirkan oleh Pemerintah Pusat dengan program desentralisasi. Kebijakan tersebut menuntut pengendalian yang lebih kuat dalam artian perumusan perangkat peraturan yang dapat mengendalikan dan mengarahkan arah pembangunan masyarakat serta dibentuknya daerah otonom, kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah tersebut menuntut pengendalian yang lebih kuat dalam artian perumusan perangkat peraturan yang dapat mengendalikan dan mengarahkan arah pembangunan masyarakat secara umum.

Urusan Wajib dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah adalah salah satunya tentang Kesehatan Masyarakat. Pemerintah mempunyai fungsi untuk menjamin kesehatan seluruh masyarakatnya. Akan tetapi Indonesia saat ini masih dihantui dengan banyaknya masalah yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat. Salah satu dari permasalah itu adalah masalah gizi buruk.

Masalah gizi sendiri adalah termasuk ke dalam masalah yang sangat mendasar bagi kehidupan, karena bila ada seseorang mengalami masalah gizi maka dampaknya akan sangat luas. Hal itu terjadi karena anak yang mengalami kekurangan gizi menyebabkan pertumbuhan dan perkembangannya terhambat dan nantinya akan menurunkan kualitasnya sebagai sumberdaya manusia

2

Peraturan pemerintah nomor 27 tentang tata cara pembentukan, penghapusan, dan penggabungan daerah.


(18)

3

secara luas, yang selanjutnya dapat menurunkan kemampuan produktif suatu bangsa di masa yang akan datang.

Gizi Buruk merupakan keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari

-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama. Gizi buruk biasanya menyerang balita dan anak-anak. Tanda-tanda klinis dari gizi buruk secara garis besar

dapat dibedakan maramus, kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor. 3

Gizi buruk biasanya terjadi pada anak balita (bawah lima tahun) dan ditampakkan oleh membusungnya perut (busung lapar). Gizi buruk dapat berpengaruh kepada pertumbuhan dan perkembangan anak, juga kecerdasan anak. Pada tingkat yang lebih parah, jika dikombinasikan dengan perawatan yang buruk, sanitasi yang buruk, dan munculnya penyakit lain, gizi buruk dapat menyebabkan kematian.

Secara langsung gizi buruk disebabkan oleh kurangnya asupan makanan dan adanya penyakit infeksi, sementara itu keadaan masyarakat di Indonesia yang masih banyak dalam keadaan kurang mampu (hampir 40 juta penduduk hidup dibawah garis kemiskinan) sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan gizi untuk anak mereka. Separuh dari total rumah tangga masyarakat Indonesia mengkonsumsi makanan kurang dari kebutuhan sehari-hari. Lima juta balita

berstatus kurang gizi dan lebih dari 100 juta penduduk beresiko terhadap

3


(19)

4

berbagai masalah kurang gizi. Hal ini menjadi gambaran sederhana tingkat kesejahteraan rakyat Indonesia yang mencerminkan rendahnya kesadaran gizi di kalangan masyarakat.

Selain hal ini, keterbatasannya pengetahuan tentang gizi, cara pemberian makanan yang tidak tepat kepada anak, pola pengasuhan anak, kondisi kesehatan dan lingkungan serta ketersediaan pangan ditingkat rumah tangga merupakan faktor penyebab terjadinya gizi buruk. Lingkungan yang tidak sehat juga menjadi faktor terjadinya masalah gizi buruk ini.

Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional mencatat lebih dari 8 juta anak Indonesia mengalami kekurangan gizi. Prevalensi rata-rata

Indonesia masih rendah dan berada pada posisi buruk. Saat ini Indonesia masih menjadi penyumbang angka pendek dan kurang gizi didunia, yang jumlah totalnya mencapai 165 juta. Anak kurang gizi dapat dilihat dari ukuran badan yang pendek dan berat badan yang rendah. Anak-anak yang kurang gizi

biasanya lahir dengan berat badan dibawah 2,5 kilogram.4

Pada tahun 2012, Indonesia merupakan Negara kekurangan gizi nomor 5 di dunia. Indonesia mendapatkan Peringkat kelima karena jumlah penduduk Indonesia juga di urutan ke empat terbesar dunia. Jumlah balita yang kekurangan gizi di Indonesia saat ini sekitar 900 ribu jiwa. Jumlah tersebut merupakan 4,5 persen dari jumlah balita Indonesia, yakni 23 juta jiwa. Daerah

4Nasional.tempo.co


(20)

5

yang kekurangan gizi tersebar di seluruh Indonesia, tidak hanya didaerah bagian timur Indonesia saja. Melainkan di provinsi NTB juga merupakan daerah penderita gizi buruk tertingi ke dua di indonesia.5

Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah daerah yang paling tinggi jumlah penderita Gizi Buruk setelah Nusa Tenggara Timur. Menurut Infosketsa, Pada tahun 2006-2007 sebanyak 3,45% dan 62 anak meninggal dunia, pada tahun

2008 sebanyak 3,18% dan ada 45 orang meninggal dari 127 penderita, dan tahun 2009 sebanyak 4,5% dan 44 orang meninggal dari 926 penderita. Pada data tersebut pada tahun 2008 terdapat penurunan jumlah penderita gizi buruk, tetapi tidak terlalu signifikan, hanya 0,27%. Sedangkan pada tahun selanjutnya yaitu tahun 2009 angka penderita gizi buruk mengalami peningkatan sebanyak 4,5% dan mempunyai selisih sebesar 1,32% dengan tahun sebelumnya.6

Menurut Laporan Pemantauan Status Gizi Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2012, angka gizi buruk di Provinsi Nusa Tenggara Barat pada Tahun 2012 (Data khusus Gizi Buruk, data gizi kurang, gizi baik, gizi lebih tidak dimasukkan) yaitu Kota Mataram dengan jumlah presentase 2,03%, Lombok Barat 2,79%, Kabupaten Lombok Utara adalah 5,7%, Kabupaten Lombok Tengah 2,69%, Kabupaten Lombok Timur 3,5%, Kabupaten Sumbawa Besar 1,31%, Sumbawa sebanyak 2,73%, Kabupaten Dompu 4,46%, Kota Bima 5,19%, dan Kabupaten Bima sebanyak 5,16%.

5

www.indonesiafightpoverty.com

6


(21)

6

Dari data di atas, terlihat bahwa Kabupaten Lombok Utara merupakan daerah tertinggi di Nusa Tenggara Barat yang menderita gizi buruk dengan jumlah presentase 5,7%. Untuk mengatasi hal ini, maka sangat diperlukan peran dari Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Utara dalam mengurangi angka Gizi Buruk di Kabupaten Lombok Utara.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian tersebut diatas maka penulis menarik suatu rumusan masalah yaitu :

1. Bagaimana Implementasi Kebijakan Dinas Kesehatan dalam Program

pengurangan angka gizi buruk di Kabupaten Lombok Utara Tahun 2014?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi Implementasi Kebijakan

Dinas Kesehatan dalam Program pengurangan angka gizi buruk di Kabupaten Lombok Utara Tahun 2014?

C. TujuanPenelitian

1. Untuk mengetahui Implementasi Kebijakan Dinas Kesehatan dalam

Program pengurangan angka gizi buruk di Kabupaten Lombok Utara Tahun 2014.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Implementasi

Kebijakan Dinas Kesehatan dalam Program pengurangan angka gizi buruk di Kabupaten Lombok Utara Tahun 2014.


(22)

7

D. Manfaat Penelitian

Selain dari tujuan di atas, diharapkan penelitian tersebut dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini nantinya diharapkan mampu memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, khususnya yang berkaitan dengan mengurangi angka gizi Buruk.Selain itu hasil penelitian yang dilakukan nantinya diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai tambahan referensi bagi penelitian lebih lanjut.

2.Manfaat Praktis

Sebagai bahan masukan dan evaluasi bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Utara dalam mengurangi angka gizi buruk di Kabupaten Lombok Utara diperiode berikutnya agarlebih baik.

E.Kerangka Dasar Teori

Kerangka dasar teori dimaksudkan adalah teori-teori yang digunakan dalam melaksanakan penelitian sehingga kegiatan menjadi jelas, sistematis, dan ilmiah.

Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, abstrak, definisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial atau fenomena alami yang menjadi pusat perhatian.7 Untuk memperoleh kesatuan penafsiran terhadap istilah-istilah yang terkandung dalam skripsi ini, Dengan demikian dalam penelitian ini

7


(23)

8

dasar teori yang akan dikemukakan adalah sebagai berikut: 1. Desentralisasi

Definisi desentralisasi Dari sudut pandang etimologi, desentralisasi berasal dari bahasa latin, yaitu De yang artinya lepas dan Centrum yang artinya pusat. Sedangkan dari sudut pandang terminologi, desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.8Dengan demikian desentralisasi berarti melepaskan diri dari pusat. Kondisi ini mencerminkan adanya kewenangan dari bagian atau bawahannya untuk melaksanakan sesuatu yang diserahkan dari pusat, dengan tetap adanya hubungan antara pusat dan bagian bawahannya (daerah).9

Pengertian desentralisasi menurut Cheema dan Rondinelli, Mereka dalam memberikan batasan mencangkup juga persfektif administratif dan persfektif politik. Dalam konteks itu mereka mengartikan desentralisasi mencangkup: Dekonsentrasi, delegasi, devolusi, dan privatisasi atau debirokratisasi.10

Desentralisasi merupakan sebuah mekanisme penyelenggaraan pemerintahan yang menyangkut pola hubungan antara pemerintahan

8

B.N. Marbun. 2005. Otonomi Daerah 1945-2005 dan Realita, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, hal 195.

9

Tjahya Supriatna, 1996. Sistem Administrasi Pemerintah di Daerah, Jakarta: Bumi Aksara, hal 1

10

Lili Romli, 2007. Potret otonomi Daerah dan Wakil Rakyat di Tingkat Lokal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hal 5


(24)

9

nasional melimpahkan kewenangan kepada pemerintah dan masyarakat setempat untuk menyelenggarakan rumah tangganya sendiri guna meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat.

Ada empat bentuk desentralisasi, antara lain :

a. Dekonsentrasi yaitu pengalihan beberapa kewenangan atau tanggung jawab administrasi (Internal) dari suatu kementrian atau jawatan. Bawahan menjalankan kewenangan atasannya dan bertanggungjawab kepada atasannya.

b. Delegasi yaitu transfer (pelimpahan) tanggung jawab fungsi-fungsi tertentu kepada organisasi diluar struktur birokrasi pemerintah dan dikontrol secara tidak langsung oleh pemerintah pusat.

c. Devolusi yaitu pembentukan dan pemberdayaan unit-unit pemerintahan ditingkat lokal oleh pemerintah pusat dengan kontrol pusat seinimal mungkin dan terbatas pada bidang-bidang tertentu. d. Privatisasi/debirokratisasi yaitu pelepasan semua tanggung jawab

fungsi-fungsi kepada organisasi-organisasi pemerintahan atau perusahaan swasta.

Didalam Undang-undang terbaru (UU No. 32 tahun 2004) pasal 1 angka (7) desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada pemerintah daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Secara umum desentralisasi terbagi menjadi dua yaitu


(25)

10

desentralisasi teritorial dan desentralisasi fungsional.

Desentralisasi teritorial berarti pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada wilayah di alam Negara. Desentralisasi fungsional berarti pelimpahan wewenang kepada organisasi fungsional (teknis) yang secara langsung berhubungan dengan masyarakat. Dengan demikian desentralisasi adalah prinsip pendelegasian wewenang dari pusat ke bagian-bagiannya, baik bersifat kewilayahan maupun fungsional.

Bila desentralisasi dipahami berdasarkan persfektif Hubungan Negara-Masyarakat, maka akan diketahui bahwa sesungguhnya keberadaan desentralisasi tidak lain adalah untuk mendekatkan pemerintah kepada masyarakat sedemikian rupa, sehingga antara keduanya dapat tercipta interaksi yang dinamis, baik pada proses pengambilan keputusan maupun dalam implementasi kebijakan. Secara implisit juga mengindikasikan bahwa tujuan utama hendak dicapai melalui desentalisasi meliputi, terwujudnya demokrasi di tingkat lokal, terciptanya efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemeritahan daerah dan pembangunan ekonomi di daerah.11

Dalam hal tujuan, negara-negara yang menerapkan kebijakan desentralisasi, menurut pandangan Smith, berdasarkan beberapa tujuan. Pertama, desentralisasi diterapkan dalam upaya untuk pendidikan politik. Kedua, untuk latihan kepemimpinan politik. Ketiga, untuk memelihara

11


(26)

11

stabilitas politik. Keempat, untuk mencegah konsentrasi kekuasaan di Pusat. Kelima, untuk memperkuat akuntabilitas publik. Keenam, untuk meningkatkan kepekaan elit terhadap kebutuhan masyarakat.12

Dalam dunia sekarang ini, sesuatu hanya akan berjalan lebih baik jika mereka yang bekerja di organisasi publik mempunyai otoritas untuk mengambil keputusan sendiri. Menurut David Osborne, lembaga yang terdesentralisasi mempunyai sejumlah keunggulan. 13 Pertama, lembaga yang terdesentralisasi jauh lebih fleksibel, lembaga tersebut dapat memberi respon dengan cepat terhadap lingkungan dan kebutuhan pelanggan. Kedua, lembaga terdesentralisasi jauh lebih efektif daripada yang tersentralisasi. Ketiga, lembaga yang terdesentralisasi jauh lebih inovatif daripada yang tersentralisasi. Keempat, lembaga yang terdesentralisasi menghasilkan semangat kerja yang lebih tinggi, lebih banyak komitmen dan lebih produktivitas.

Menurut Nelson Kasfir, alasan menerapkan desentralisasi lebih didasarkan pada pertimbangan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan dan mempercepat proses pembangunan ekonomi daerah.14 Ada tiga alasan mengapa kebijakan desentralisasi yang dipilih, yaitu: Pertama, untuk menciptakan efisiensi penyelenggaraan administrasi pemerintahan. Kedua, untuk memperluas

12

Ibid. hal 7-8

13David Osborne. 1996. Mewirausahakan Birokrasi. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo. hal 282-284

14


(27)

12

otonomi daerah. Ketiga, untuk beberapa kasus sebagai strategi untuk mengatasi instabilitas politik.

Ada dua kendala yang tentang desentalisasi.15 Pertama, berkaitan dengan skala besaran wilayah operasi pemerintah daerah yang mengakibatkan penyelenggaraan pemerintah daerah menjadi kurang efektif, utamanya dalam menangani berbagai persoalan sosial dan ekonomi. Kedua, adanya ketidaktulusan dikalangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk mendudukan partisipasi masyarakt sebagai elemen penting dalam proses pengambilan keputusan.

Menurut pendapat The Liang Gie yang dikutip Josep Kaho tentang alasan dianutnya desentralisasi adalah sebagai berikut:16

a. Dilihat dari sudut politik sebagai permainan kekuasaan, desentralisasi dimaksud untuk mencegah penumpukan kekuasaan pada satu pihak saja yang akhirnya dapat menimbulkan tirani.

b. Dalam bidang politik penyelenggaraan desentralisasi di anggap sebagai tindakan pendemokrasian, untuk menarik rakyat ikut serta dalam pemerintahan dan melatih diri dalam mempergunkana hak-hak demokrasi.

c. Dari sudut teknik organisatoris pemerintahan, alasan mengadakan desentralisasi adalah untuk mencapai suatu pemerintahan yang efisien.

15

Ibid. hal 8

16B.N. Marbun, 2005. Otonomi Daerah. 1945-2005 dan Realita, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, hal 182-183


(28)

13

d. Dari sudut kultural, desentralisasi perlu diadakannya supaya perhatian dapat sepenuhnya ditumpahkan kekhususan suatu daerah, seperti geografi, keadaan penduduk, kegiatan ekonomi watak kebudayaan, atau latar belakang sejarahnya.

e. Dari suduut pembangunan ekonomi, desentralisasi diperlukan karena pemerintah daerah dapat lebih banyak dan langsung membantu pembangunan tersebut.

Desentralisasi diharapkan akan menghasilkan dua manfaat nyata, yaitu: Pertama, mendorong peningkatan partisipasi, prakarsa dan kreativitas serta kemandirian masyarakt daerah. Kedua, memperbaiki alokasi sumber daya produktif melalui pergeseran peran pengambilan keputusan publik ke tingkat pemerintah paling rendah yang memiliki informasi paling lengkap. 2. Pemerintah Daerah

Berdasarkan ketentuan pasal 1 huruf (a) Undang-Undang nomor 32 tahun

2004 adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintah Negara Republik Indonesia sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan berdasarkan ketentuan pasal 1 huruf (b) Undang-undang otonomi daerah No 32 tahun 2004, Pemerintah Daerah

adalah gubernur, bupati atau walikota, dan perangkat daerah sebagaimana unsur penyelenggara pemerintah daerah. Penyelenggaraan urusan pemerintah oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan


(29)

14

dengan prinsip otonom seluas-luasnya dalam system dan prinsip Negara Kesatuan

Republik Indonesia tahun 1945.

Pemerintah daerah adalah Organ elit yang memiliki kewenangan dan legitimasi untuk mengatur rakyat dan daerah. Kewenangan daerah Kabupaten meliputi kawasan pelabuhan, Kawasan Bandar udara, kawasan perumahan, kawasan industry, kawasan perkebunan, kawasan pertambangan, kawasan kehutanan, kawasan pariwisata, kawasan jalan bebas hambatan dan kawasan lain yang sejenis.17

Berdasarkan Undang-Undang No. 32 tahun 2004 pasal 2 dan 3 Pemerintah

Daerah mempunyai fungsi dan tugas mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi seluas-luasnya, kecuali dalam urusan

pemerintahan yang menjadi urusan pemerintah, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah.

Prinsip penyelenggaraan Pemerintah Daerah, adalah :

a. Digunakannya asas desentralisasi, dekonsentralisasi dan tugas

pembantuan.

b. Penyelenggara asas desentralisasi secara utuh dan bulat yang

dilaksanakan di Daerah Kabupaten dan Daerah Kota.

c. Asas tugas pembantuan yang dapat dilaksanakan di Daerah Provinsi,

Daerah Kabupaten, Daerah Kota dan Desa

Dalam rangka untuk menyelenggarakan fungsi-fungsi pemerintahan,

17

Bratakusumah Deddy Supriadi dan Dadang Solihin, Otonomi Penyelenggara Pemerintah Daerah, gramedia, Jakarta. 2001.hal 13.


(30)

15

pemerintah daerah dibekali dengan hak dan kewajiban yaitu :

1. Hak-hak pemerintah daerah, sebagai berikut :18

a. Mengatur dan mengurusi sendiri urusan pemerintahannya b. Memilih Pemimpin Daerah

c. Mengelola aparatur daerah d. Mengelola Kekayaan daerah

e. Memungut pajak daerah dan retribusi daerah

f. Mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan

sumberdaya lainnya yang berada di daerah

g. Mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah

h. Mendapatkan hak lainnya yang di atur dalam peraturan perundang

-undangan.

2. Kewajiban pemerintah daerah, sebagai berikut :

a. Melindungi Masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan, dan

kerukunan nasional, serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

b. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat c. Mengembangkan kehidupan demokrasi d. Mewujudkan keadilan dan pemerataan e. Meningkatkan pelayanan dasar pendidikan f. Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan

18

Rozali Abdullah, Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung, rajawali Pers, Jakarta, 2005, hal 28-30.


(31)

16

g. Menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak h. Mengembangkan sistem jaminan sosial

i. Menyusun perencanaan dan tata ruang daerah j. Mengembangkan sumber daya produktif didaerah k. Melestarikan lingkungan hidup

l. Mengelola administrasi kepedudukan m.Melestarikan nilai sosial budaya

n. Membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai

dengan kewenangannya

o. Kewajiban lainnya yang di atur dalam peraturan perundang

-undangan.

3. Kebijakan Publik

Secara umum istilah Kebijakan atau policy digunakan untuk menunjuk perilaku seorang aktor (misalnya seorang pejabat, suatu kelompok, maupun suatu lembaga pemerintah) atau sejumlah aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu.19 Pada dasarnya terdapat banyak batasan atau definisi mengenai apa yang dimaksud dengan kebijakan publik (public policy) dalam literatur-litaratur politik. Masing-masing definisi tersbut memberi penekanan yang berbeda-beda. Perbedaan ini timbul karena masing-masing ahli mempunyai latar belakang yang berbeda-beda.

19


(32)

17

Salah satu definisi mengenai kebijakan publik diberikan oleh Robert Eyestone, mengatakan bahwa secara luas kebijakan publik dapat didefinisikan sebagai hubungan suatu unit pemerintah dengan lingkungannya. Konsep yang diberikan oleh Eyestone mengandung pengertian yang sangat luas dan kurang pasti karena apa yang dimaksud dengan kebijakn publik dapat mencangkup banyak hal. Batasan yang lain diberikan oleh Thomas R.Dye yang mengatakan bahwa kebijakan publik adalah apapun yang dipilih oleh peemerintah untuk dilakukan dan tidak dilakukan.20

Masing-masing definisi tersebut cukup memuaskan untuk menjelaskan satu aspek, namun besar kemungkinan gagal dalam menjelaskan aspek yang lain. Oleh karena itu, proposisi yang menyatakan bahwa kebijakan publik merupakan kebijakan yang dikembangkan oleh lembaga-lembaga pemerintah dan pejabat-pejabat pemerintah harus mendapat perhatian sebaik-baiknya agar bisa membedakan kebijakan publik dengan bentuk-bentuk kebijakan yang lain.

Kebijakan publik merupakan arah tindakan yang dilakukan oleh pemerintah, meliputi segala tindakan yang dilakukan pemerintah dan mempunyai pengaruh terhadap kepentingan masyarakat secara luas, seperti misalnya kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan menyangkut wajib belajar sembilan tahun dan bidang kesehatan menyangkut kesehatan terhadap seluruh masyarakat.


(33)

18

Kebijakan publik secara garis besar mencangkup tahap-tahap perumusan masalah kebijakan, implementasi kebijakn dan evaluasi kebijakan. Proses pembuatan kebijakan publik merupakan proses kompleks karena melibatkan banyak variabel yang harus dikaji. Oleh karena itu, beberapa ahli politik menaruh minat untuk mengkaji kebijakan publik membagi proses-proses penyusunan kebijakan publik ke dalam beberapa tahap. Tujuan pembagian seperti ini adalah untuk memudahkan dalam mengkaji kebijakan publik.21 Tahap-tahap kebijakan publik adalah sebagai berikut:22

a. Tahap penyusunan Agenda

Para pejabat yang dipilih dan di angkat menempatkan masalah pada agenda publik. Sebelumnya masalah-masalah berkompetisi terlebih dahulu untuk dapat masuk kedalam agenda kebijakan. Pada akhirnya, beberapa masalah masuk ke agenda kebijakan para perumus kebijakan. Pada tahap ini seuatu masalah mungkin tidak disentuh sama sekali, sementara masalah yang lain ditetapkan menjadi fokus pembahasan, atau ada pula masalah karena alasan-alasan tertentu ditunda untuk waktu yang lama.

b. Tahap Formulasi Kebijakan

Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian di cari pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut

21

Charles Lindblom. 1986. Proses Penetapan Kebijakan Publik. Edisi Kedua. Penerjemah Ardian Syamsudin. Jakarta: Airlangga. Hal 3.

22


(34)

19

berasal dari berbagai alternatif atau pilihan kebijakan (policy alternatives/policy options) yang ada. Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk kedalam agenda kebijakan, dalam tahap perumusahn kebijakan masing-masing alterntif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang di ambil untuk memecahkan masalah. Pada tahap ini, masing-masing aktor akan bermain untuk mengusulkan pemecahan masalah terbaik.

c. Tahap Adopsi Kebijakan

Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan tersebut diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur lembaga atau keputusan peradilan.

d. Tahap Implementasi Kebijakan

Suatu program kebijakan hanya akan mnjadi catatan-catatan elit, jika program tersebut tidak diimplementasikan. Oleh karena itu, keputusan program kebijakan yang telah di ambil sebagai alternatif pemecahan masalah harus diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan administrasi maupun agen-agen pemerintah di tingkat bawah. Kebijakan yang telah di ambil dilaksanakan oleh unit-unit administasi yang memobilisasikan sumberdaya finansial dan manusia. Pada tahap implementasi ini berbagai kepentingan akan saling bersaing. Beberapa


(35)

20

implementasi kebijakan mendapat dukungan para pelaksana (implementors), namun beberapa lain mungkin akan ditentang oleh para pelaksana.

e. Tahap Evaluasi Kebijakan

Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi, untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat telah mampu memecahkan masalah. Kebijakan publik pada dasarnya dibuat untuk meraih dampak yang diinginkan. Dalam hal ini, memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat. Oleh karena itu, ditentukanlah ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria yang menjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan publik telah meraih dampak yang diinginkan.

4. Implementasi Kebijakan Publik

Menurut Nakamura dan Smallwod pertanyaan pokok yang harus dijawab oleh study implementasi adalah mengapa suatu kebijakan atau program mengalami kegagalan.23

Sedangkan menurut Mc Clintock keberhasilan implementasi belum menjadi lahan studi karena jumlahnya relative terbatas, baik untuk Negara berkembang maupun negara-negara kapitalis maju. Kedua pendapat itu

menunjukkan bahwa studi implementasi sebenarnya lebih fokus pada pencarian akar masalah mengapa sebuah kebijakan gagal atau tidak efektif diimplementasikan.

23

Paul A Sabatier and Daniel Mazmanian, Top down and Butoom Up Approaches to Implementation Researdch, in journal of public policy, 1986 hal 29


(36)

21

Implementasi merupakan tahapan yang menghubungkan antara rencana dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain Implementasi merupakan proses penerjemah pernyataan kebijakan (policy Statement) ke dalam aksi kebijakan (policy action). Sedangkan Ripley mengartikan implementasi sebagai proses yang terjadi setelah sebuah produk hukum dikeluarkan yang memberikan otoritas terhadap suatu kebijakan program atau output tertentu.24 Dengan demikian implementasi merujuk pada serangkaian

aktifitas yang dijalankan oleh pemerintah yang mengikuti arahan tertentu tentang tujuan dan hasil yang diharapkan. Implementasi meliputi tindakan

-tindakan dan non -tindakan oleh berbagai aktor, terutama birokrasi yang sengaja didesain untuk menghasilkan efek tertentu demi tercapainya tujuan.

Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan. Menurut Gridle menyatakan, implementasi merupakan proses umum tindakan administratif yang dapat diteliti pada tingkat program tertentu. Sedangkan Van Meter dan Horn, menyatakan bahwa implementasi kebijakan merupakan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah dan swasta baik secara individu maupun secara kelompok yang dimaksutkan untuk mencapai tujuan.25

Grindle menambahkan bahwa proses implementasi baru akan dimulai apabila tujuan dan sasaran telah ditetapkan, program kegiatan telah tersusun, dana telah siap dan telah disalurkan untuk mencapai sasaran.

24

Randall B Ripley, political analisys in political sciences, Chicago: Nelson Hill 1985 hal 30

25

Haedar Akib dan Antonius Tarigan. Artikulasi Konsep Kebijakan: Perspektif, Model dan Kriteria Pengukurannya. Jurnal. 2008


(37)

22

Menurut Lane dalam implementasi sebagai konsep dapat dibagi kedalam dua bagian. Pertama, implementation = F (Intention, Output, Outcome). Sesuai definisi tersebut, implementasi merupakan fungsi yang terdiri dari maksud dan tujuan, hasil sebagai produk dan hasil dari akibat. Kedua, implementasi merupakan persamaan fungsi dari Implementation = F (Policy, Formator, Implementator, Initiator, Time). Penekanan utama dua fungsi ini adalah kepada kebijakan itu sendiri, kemudian hasil yang dicapai dan dilaksanakan oleh Implementator dalam kurun waktu tertentu.26

Implementasi kebijakan menghubungkan antara tujuan kebijakan dan realisasinya dengan hasil kegiatan pemerintah. Hal ini sesuai dengan pandangan Van Meter dan Horn. 27 bahwa tugas implementasi adalah

membangun jaringan yang memungkinkan tujuan kebijakan publik direalisasikan melalui aktivitas instansi pemerintah yang melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan.

Menurut Supriyono agar kinerjanya optimal, beberapa tahap perlu dilalui dalam implementasi kebijakan, yaitu pembentukan organisasi pelaksana, sosialisasi program, pelaksanaan program, evaluasi pelaksanaan, dan rekomendasi pelaksanaan

Keberhasilan implementasi kebijakan akan ditentukan oleh banyak variabel atau faktor, dan masing-masing. Variabel tersebut saling berhubungan

26Haedar Akib dan Antonius Tarigan. Artikulasi Konsep Kebijakan: Perspektif, Model dan Kriteria Pengukurannya. Jurnal. 2008


(38)

23

satu sama lain. Dalam pandangan Edwards III,28implementasi kebijakan

dipengaruhi oleh empat variabel, yakni :

a. Komunikasi

Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikan . Sementara itu, komunikasi kebijaka berarti proses penyampaian informasi kebijakan dari pembuat kebijakan

(policy makers) kepada pelaksana kebijakan (policy Implementors).29 Widodo kemudian menambahkan bahwa informasi perlu disampaikan kepada pelaku kebijakan agar pelaku kebijakan dapat memahami apa saja yang menjadi isi, tujuan, arah, kelompok sasaran (target group) kebijakan, sehingga pelaku kebijakan dapat mempersiapkan hal-hal apa saja yang

berhubungan dengan pelaksanaan kebijakan, agar proses implementasi kebijakan bisa berjalan dengan efektif serta sesuai dengan tujuan kebijakan itu sendiri.

Komunikasi dalam implementasi kebijakan mencangkup beberapa dimensi penting yaitu transformasi informasi (transimisi), kejelasan informasi (clarity), dan konsistensi informasi (consistency). Dimensi transformasi menghendaki agar informasi tidak hanya disampaikan kepada pelaksana kebijakan tetapi juga kepada kelompok sasaran dan pihak terkait. Dimensi kejelasan menghendaki agar informasi yang jelas dan mudah

28

Edwards III dalam Joko Widodo. 2011. Analisis Kebijakan Publik. Malang: Bayumedia Publishing. hal 98


(39)

24

dipahami, selain itu untuk mengindari kesalahan interpretasi dari pelaksana kebijakan, kelompok sasaran maupun pihak yang terkait dalam implementasi kebijakan. Sedangkan dimensi konsistensi menghendaki agar informasi yang disampaikan harus konsisten sehingga tidak menimbulkan kebingunagan pelaksana kebijakan, kelompok sasaran maupun pihak terkait.

b. Sumber daya

Sumberdaya memiliki peranan penting dalam implementasi kebijakan. Edward III mengemukakan bahwa bagaimanapun jelas dari konsistensinya ketentuan-ketentuan dan aturan-aturan tersebut, jika para pelaksana

kebijakan yang bertanggung jawab untuk melaksanakan kebijakan kurang mempunyai sumber-sumber daya untuk melaksanakan kebijakan secara

efektif maka implementasi kebijakan tersebut tidak akan efektif. 30

Sumberdaya disini berkaitan dengan segala sumber yang dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan implementasi kebijakan.

Sumber daya ini mencangkup sumber daya manusia, anggaran, fasilitas, informasi dan kewenangan yang dijelaskan sebagai berikut :

Sumber daya manusia (staff)

Sumberdaya manusia sangat berpengaruh terhadap keberhasilan implementasi. Implementasi kebijakan tidak akan berhasil tanpa didukung dengan adanya sumber daya manusia yang cukup kualitas dan kuantitasnya. Kualitas sumber daya manusia berkaitan dengan

30

Edwards III dalam Joko Widodo. 2011.Analisis Kebijakan Publik. Malang: Bayumedia Publishing. hal 98


(40)

25

keterampilan, dedikasi, profesionalitas, dan kompetensi dibidangnya, sedangkan kuantitas berkaitan dengan jumlah sumber daya manusia apakah sudah cukup untuk melingkup seluruh kelompok sasaran.

Anggaran (Budgetary)

Dalam implementasi kebijakan, anggaran berkaitan dengan kecukupan modal atau investasi atas suatu program atau kebijakan untuk menjamin terlaksananya kebijakan, Sebab tanpa dukungan anggaran yang memadai, kebijakan tidak akan berjalan dengan efektif dalam pencapaian tujuan dan sasaran.

Fasilitas (Facility)

Fasilitas atau sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam implementasi kebijakan. Pengadaan fasilitas yang layak, seperti gedung, tanah dan peralatan perkantoran akan menunjang dalam keberhasilan implementasi suatu program atau kebijakan.

Informasi dan Kewenangan (Information and Authority)

Informasi juga menjadi faktor penting dalam implementasi kebijakan, terutama informasi yang relevan dan cukup, terkait bagaimana mengimplementasikan suatu kebiajkan.Sementara wewenang berperan penting terutama untuk meyakinkan dan menjamin bahwa kebijakan yang dilaksanakan sesuai dengan yang dikehendaki.


(41)

26

Disposisi adalah watak atau karakteristik yang dimiliki oleh Implementor, seperti komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis. Salah satu faktor yang mempengaruhi efektivitas implementasi kebijakan adalah sikap implementor. Jika implementor setuju dengan bagian-bagian isi dari kebijakan

maka mereka akan melaksanakan dengan senang hati tetapi jika pandangan mereka berbeda dengan pembuat kebijakan maka proses implementasi akan mengalami banyak masalah.

Ada tiga bentuk sifat atau respon implementor terhadap kebijakan, kesadaran pelaksana, petunjuk/arahan pelaksana untuk merespon program kearah penerimaan atau penolakan, dan intensitas dari respon tersebut.Para pelaksana mungkin memahami maksud dan sasaran program namun seringkali mengalami kegagalan dalam melaksanakan program secara tepat karena mereka menolak tujuan yang ada didalamnya sehingga secara sembunyi mengalihkan dan menghindari implementasi program. Disamping itu dukungan para pejabat pelaksana sangat dibutuhkan dalam mencapai sasaran program.

Dukungan dari pimpinan sangat mempengaruhi pelaksanaan program dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Wujud dari dukungan pimpinan ini adalah Menempatkan kebijakn menjadi prioritas program, penempatan pelaksana dengan orang-orang yang mendukung program,

memperhatikan keseimbangan daerah, agama, suku, jenis kelamin, dan karakteristik demografi yang lain. Disamping itu penyediaan dana yang cukup guna memberikan insentif bagi para pelaksana program agar mereka


(42)

27

mendukung dan bekerja secara total dalam melaksanakan kebijakan/program.

d. Struktur organisasi

Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu dari aspek struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi yang standar (standard operating procedures atau SOP).SOP

menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak.

Struktur organisasi yang panjang akan cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan red-tape yaitu prosedur birokrasi yang rumit

dan kompleks. Ini pada gilirannya menyebabkan aktivitas organisasi tidak fleksibel.

5. Gizi Buruk

Gizi Buruk merupakan keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama. Tanda-tanda klinis dari gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan maramus, kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor.31

Gizi buruk biasanya terjadi pada anak balita (bawah lima tahun) dan ditampakkan oleh membusungnya perut (busung lapar). Gizi buruk dapat berpengaruh kepada pertumbuhan dan perkembangan anak, juga kecerdasan anak. Pada tingkat yang lebih parah, jika dikombinasikan dengan perawatan yang buruk, sanitasi yang buruk dan munculnya penyakit lain, gizi buruk dapat menyebabkan

31


(43)

28

kematian.

Gizi buruk berbeda dengan kelaparan. Orang yang menderita kelaparan biasanya karena tidak mendapat cukup makanan dan kelaparan yang diderita dalam jangka panjang dapat menuju ke arah gizi buruk. Walaupun demikian, orang yang banyak makan tanpa didasari gizi yang cukupjuga bisa menderita gizi buruk apabila mereka tidak makan makanan yang mengandung nutrisi, vitamin, dan mineral secara mencukupi. Jadi gizi buruk sebenarnya dapat dialami oleh siapa saja, tanpa mengenal struktur sosial dan faktor ekonomi.

Gejala Klinis kurang Energi Protein (KEP) dari maramus adalah : a. Wajah seperti orang tua

b. Sering disertai : Peny.Infeksi (diare, umumnya kronis berulang, TBC) c. Tampak sangat kurus (tulang terbungkus kulit)

d. Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada e. Perut cekung

f. Iga gambang

g. Diare kronik atau konstipas

h. Mudah menangis/cengeng dan rewel

Gejala Teknis Kurang Energi Protein (KEP) dari kwasiokor adalah : a. Mudah terkena infeksi seperti infeksi saluran nafas dan diare

b. Edema, umumnya seluruh tubuh membulat dan lembab c. Pandangan mata sayu


(44)

29

tanpa sakit dan mudah rontok.

e. Terjadi perubahan status mental menjadi apatis dan rewel f. Terjadi pembesaran hati

g. Otot mengecil, lebih nyata bila periksa pada posisi berdiri atau duduk

h. Terdapat kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman lalu terkelupas

i. Sering disertai penyakit infeksi yang umumnya akut. Dampak gizi buruk pada anak terutama balita yaitu:

a. Pertumbuhan badan dan perkembangan mental anak terhambat b. Mudah terkena penyakit ispa, diare, dan yang lebih sering terjadi c. Bisa menyebabkan kematian bila tidak dirawat secara intensif.

Berikut adalah beberapa cara untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada anak:

a. Memberikan Asi eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan. Setelah itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai dengan tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun. b. Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya : untuk lemak minimal 10% dari total kalori yang dibutuhkan,sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat.

c. Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program Posyandu. Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di ats.


(45)

30

Jika tidak sesuai, segera konsultasikan halitu kedokter.

d. Jika anak dirawat dirumah sakit karena gizi buruk, bisa ditanyakan kepada petugas pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah sakit.

e. Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula.

Sedangkatan untuk pengobatan gizi buruk bisa dilakukan dengan cara perbaikan gizi (jika pada stadium ringan), dan jika pada stadium berat, penderita sebaiknya dirawat di Rumah Sakit untuk mendapat pergatian medis secara penuh.

F. Definisi Konseptual

Definisi konseptual dimaksudkan sebagai gambaran yang jelas untuk menghindari kesalahpahaman terhadap pengertian atau batasan tentang istilah yang ada dalam pokok permasalahan. Adapun batas pengertian konsepsional dalam bahasan ini adalah :

1. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, baik berupa teritorial (kewilayahan) maupun fungsional (teknis) dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Pemerintah Daerah merupakan aparatur negara yang bertugas atau berwenang

disalah satu daerah kesatuan batas hukum wilayah tertentu, yang memiliki hak dan kewajiban mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.

3. Kebijakan Publik merupakan arah tindakan yang dilakukan oleh pemerintah, meliputi segala tindakan yang dilakukan pemerintah dan mempunyai


(46)

31

pengaruh terhadap kepentingan masyarakat secara luas.

4. Implementasi Kebijakan publik, yaitu pelaksanaan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah berdasarkan otoritas formal dalam mengambil pilihan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam mengatur kehidupan bermasyarakat guna menciptakan ketertiban politik di ruang publik.Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan, yaitu publik.Faktor-faktor-publik.Faktor-faktor yang

jika ditangani dengan baik, maka sifatnya “mendukung”, sementara jika sebaliknya, maka sifatnya “menghambat” Implementasi Kebijakan Dinas

Kesehatan dalam Program pengurangan angka gizi buruk di Kabupaten Lombok Utara Tahun 2014.

5. Gizi Buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein (KEP) tingkat

berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama.Ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB) dan atau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala

maramus, kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor.

G. Definisi Operasional

Pengertian definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberikan informasi tentang bagaimana cara mengukur suatu variable atau semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana cara mengukur untuk mempermudah dalam penelitian. Menurut Saifudin Anwar definisi operasional adalah bahasa atau definisi suatu variable agar tidak terjadi ambiguous yakni memiliki makna ganda


(47)

32 atau tidak menunjukan indikator jelas.32

Untuk memudahkan dalam menganalisis data maka perlu diberikan batasan

-batasan dan gejala-gejala yang diidentifikasikan dengan tujuan untuk menjawab

masalah penelitian. Definisi Operasional untuk Implementasi Kebijakan Dinas Kesehatan dalam Program pengurangan angka gizi buruk di Kabupaten Lombok Utara Tahun 2014.

1. Variabel Implementasi Kebijakan Dinas Kesehatan dalam Program

pengurangan angka gizi buruk di Kabupaten Lombok Utara Tahun 2014. Hal ini dapat diukur dari beberapa indikator, antara lain :

a) Komunikasi

i. Transformasi informasi ii. Kejelasan informasi iii. Konsistensi informasi b) Sumberdaya

i. Sumber daya manusia

ii. Anggaran

iii. Fasilitas

iv. Informasi dan kewenangan c) Disposisi

d) Struktur organisasi

2. Variabel faktor-faktor yang mempengaruhi Implementasi Kebijakan Dinas

32


(48)

33

Kesehatan dalam Program pengurangan angka gizi buruk di Kabupaten Lombok Utara Tahun 2014.

H. Metode Penelitian

Untuk mendapatkan kebenaran yang dapat dipercaya, maka suatu penelitian harus dilakukan dengan metode yang benar dan tepat.

1. Jenis Penelitian

Sesuai dengan judul dan permasalahan yang ingin diteliti maka jenis penelitian yang akan digunakan adalah jenis penelitian deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan atau melukiskan keadaan obyek penelitian pada saat sekarang sebagaimana adanya berdasarkan fakta-fakta.

Penelitian yang digunakan masuk dalam jenis penelitian kualitatif karena adanya situasi dan fenomena yang diteliti, peneliti terlibat dengan orang, data yang dimiliki secara detail, deskripsi yang padat, serta adanya sistem yang dinamis dengan perhatian pada proses dan perubahan. Digunakannya jenis penelitian ini, dikarenakan keunggulan yang dimiliki yaitu, berusaha berinteraksi dengan informannya secara alamiah, tidak menonjol, dan dengan cara yang tidak memaksa.33 Pertama, peneliti meneliti orang dalam setting alamiah mereka. Peneliti masuk ke lapangan, mengamati apa yang terjadi, berinteraksi kepada mereka dengan membuatnya nyaman dan bersikap bersahabat. Hal ini dilakukan agar peneliti tidak terlihat menonjol kepada informannya. Kedua, dengan

33


(49)

34

keadaan yang seperti ini, maka dengan mudah para informan akan memberikan informasinya secara mengalir tanpa ada perasaan yang seolah-olah sedang dipaksa oleh peneliti.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Utara Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan tujuan untuk mengetahui Implementasi Kebijakan Dinas Kesehatan dalam Program pengurangan angka gizi buruk di Kabupaten Lombok Utara Tahun 2014.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Studi kepustakaan atau dokumentasi

Yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mempelajari bahan-bahan tertulis berupa buku-buku, dokumen-dokumen resmi, peraturan perundang-undangan serta sumber tertulis lainnya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

b. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan mewancarai subyek penelitian (yaitu mereka responden atau informan), sedangkan yang dimaksud wawancara adalah “sebagai suatu proses tanya jawab secara lisan dimana seseorang atau beberapa orang saling berhadap-hadapan secara langsung merupakan alat pengumpul data atau informasi yang langsung tentang berbagai jenis data sosial yang


(50)

35

terpendam maupun manifest.34 c. Observasi Langsung

Selain menggunakan kedua teknik diatas, penulis juga menggunakan teknik observasi. yaitu memperoleh data dengan pengamatan dan penggalian data kemudian dilakukan pencatatan secara sistematis.

d. Jenis Data

Karena yang digunakan adalah metode deskriptif maka yang dibutuhkan adalah data primer dan data sekunder, Kedua tipe sumber ini akan saling melengkapi satu sama lain sebagai rangkaian data.

1) Data primer

Menurut Prastowo “Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber yang diamati dan dicatat untuk pertama kalinya” yang didapat melalui wawancara dan observasi. Data ini didapat melalui hasil wawancara dari berbagai pihak yang mengetahui dan memahami tentang Implementasi Kebijakan Dinas Kesehatan dalam Program pengurangan angka gizi buruk di Kabupaten Lombok Utara Tahun 2014.

2) Data Sekunder

Data Sekunder merupakan sumber tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data seperti lewat orang lain atau dokumen,

34


(51)

36

data sekunder yang penulis pakai adalah dokumen, arsip, dan buku-buku yang relevan dengan penelitian ini.

e. Teknik Analisis Data

Dalam melakukan analisis data yang diperoleh, peneliti menggunakan analisis data secara kualitatif. Penelitian ini guna menunjang gambaran situasi secara sistematis mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan

fenomena yang diselidiki tanpa menggunakan perhitungan statistik. Jadi dengan analisa data yang diperoleh, maka akan memberikan gambaran secara deskriptif tentang aspek-aspek yang menjadi fokuspenelitian,

sehingga akan memberikan jawaban atas masalah yang akan diteliti. Selanjutnya data tersebut dapat dianalisa dan diinterpretasikan kebenarannya.

Langkah yang perlu dilakukan dalam proses analisa data menurut Moleong adalah dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber. 35 Setelah dibaca, dipelajari dan ditelaah, langkah

selanjutnya mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi atau rangkuman inti, kemudian menyusun dalamsatuan-satuan.

Satuan-satuan ini kemudian dikategorikan sambil membuat koding. Tahapan

terakhir dari analisis data adalah mengadakan keabsahan data.

35


(52)

37 BAB II

DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN A. Profil Kabupaten Lombok Utara

Secara geografis wilayah Kabupaten Lombok Utara bila digambarkan mempunyai wilayah yang berbukit dan pegunungan, berjarak 40 Km arah Utara Kota Mataram Ibu Kota Propinsi NTB. Kabupaten Lombok Utara adalah salah satu dari kabupaten yang ada di NTB dan disahkan sesuai dengan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2008. Tentang Pembentukan Kabupaten Lombok Utara di Provinsi Nusa Tenggara Barat sekitar akhir tahun 2008. Kabupaten Lombok Utara di Resmikan Terpisah dari Kabupaten Lombok Barat.

Wilayah Kabupaten Lombok Utara secara geografis terletak antara (115⁰46’-115⁰28’) Bujur Timur dan antara (8⁰120’- 8⁰550’) Lintang Selatan.

Total luas daratan Kabupaten Lombok Utara mencapai 809,53 Km2 dan luas perairan laut mencapai 503,24 km2, dengan batas-batas wilayah sebelah utara

berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Sambelia Kabupaten Lombok Timur, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Gunungsari, Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat; Kecamatan Batukliang Kabupaten Lombok Tengah dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Batulayar Kabupaten Lombok Barat.


(53)

38

Gambar 2.1

Peta Administrasi Kabupaten Lombok Utara

Sumber : Bappeda Kabupaten Lombok Utara Tahun 2014

Tabel 2.1.

Data Luas Wilayah, Jumlah Desa dan Dusun, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga, Jumlah Jiwa/Rumah Tangga dan Kepadatan Penduduk

Kabupaten Lombok Utara Tahun 2014.

NO KECAMATAN Luas Wilayah (Km2)

JUMLAH

Jumlah Penddk

Jumlah Rumah Tangga (KK)

Rata -rata Jiwa/ Rumah Tangga

Kepadatan Pendd (Km2)

Desa Dusun

1 Bayan 329,10 9 80 48.214 13.851 3 147

2 Kayangan 126,35 8 72 40.206 12.782 3 318

3 Gangga 157,35 5 54 43.608 12.782 3 277

4 Tanjung 115,64 7 70 48.126 15.207 3 416

5 Pemenang 81,90 4 37 35.364 10.680 3 432

JUMLAH 810,34 33 312 215.518 65.166 3 266


(54)

39

1. Jumlah Kecamatan

Kabupaten Lombok Utara terbagi ke 5 wilayah Kecamatan, yaitu : Kecamatan Pemenang, Tanjung, Gangga, Kayangan dan Bayan.

Tabel 2.2

Luas Wilayah Kabupaten Lombok Utara Tahun 2014 NO Kecamatan Luas Areal

( KM2)

1 Pemenang 81,90

2 Tanjung 115,64

3 Gangga 157,35

4 Kayangan 126,35

5 Bayan 329,10

Total 810,34

Sumber : Bappeda Kabupaten Lombok Utara Tahun 2014

2. Jumlah Desa dan Dusun

Kabupaten Lombok Utara mempunyai 33 Desa di 5 Kecamatan, daftar desa perkecamatan adalah sebagai berikut

Tabel 2.3

Jumlah Desa dan Dusun

Menurut Kecamatan Kabupaten Lombok Utara Tahun 2014

No Kecamatan Jumlah Desa Jumlah Dusun

1 Pemenang 4 37

2 Tanjung 7 70

3 Gangga 5 54

4 Kayangan 8 72

5 Bayan 9 80

Jumlah 33 312


(55)

40

3. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Jumlah Penduduk Kabupaten Lombok Utara Tahun 2014 adalah 215.518 jiwa dengan jumlah 103.643 jiwa penduduk laki-laki dan 111.875 jiwa

penduduk perempuan.

Tabel 2.4

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kabupaten Lombok Utara Tahun 2014

No Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki-laki 103.643 Jiwa

2 Perempuan 111.875 Jiwa

Jumlah 215.518 Jiwa

Sumber : Bappeda Kabupaten Lombok Utara Tahun 2014

4. Jumlah Rumah Tangga

Jumlah Rumah Tangga yang ada di Kabupaten Lombok Utara Tahun 2014 adalah 65.166, dimana Kecamatan Tanjung memiliki jumlah rumah tangga yang berjumlah 15.207 dan kecamatan Pemenang memiliki jumlah rumah tangga terendah dengan jumlah 10.680.

Tabel 2.5

Data Jumlah Rumah Tangga dan Jumlah Jiwa/Rumah Tangga Kabupaten Lombok Utara Tahun 2014

No Kecamatan Jumlah Rumah

Tangga Jiwa/Rumah Rata-rata Tangga

1 Pemenang 10.680 3

2 Tanjung 15.207 3

3 Gangga 12.782 3

4 Kayangan 12.782 3

5 Bayan 13.851 3

Jumlah 65.166 312


(56)

41

5. Kepadatan Penduduk

Kepadatan Penduduk di Kabupaten Lombok Utara adalah 266 jiwa/Km2 meningkat dari jumlah tahun 2014 yang tercatat 254 jiwa/km2, kecamatan terpadat adalah Kecamatan Pemenang dengan angka kepadatan 432 jiwa/Km2. Bayan adalah Kecamatan terendah kepadatan penduduknya 147 jiwa/Km2.

Grafik 2.1

Grafik Perkembangan Penduduk

Per Kecamatan di Kabupaten Lombok Utara Tahun 2012-2014

Sumber : Bappeda Kabupaten Lombok Utara Tahun 2014

6. Administrasi Pemerintahan

Kabupaten Lombok Utara adalah daerah otonom baru hasil pemekaran Kabupaten Lombok Barat yang terbentuk berdasarkan Undang-undang Nomor

26 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Lombok Utara di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Lima Kecamatan yaitu Kecamatan Pemenang, Tanjung,

BAYAN KAYANGAN GANGGA TANJUNG PEMENANG 45,284 39,109 43,225 45,284 32,934 47,098 39,275 42,598 47,012 34,545 48,214 40,206 43,608 48,126 35,364 2014 2013 2012


(57)

42

Gangga, Kayangan dan Bayan yang sebelumnya menjadi wilayah Kabupaten Lombok Barat dengan terbitnya Undang-Undang tersebut membentuk

Kabupaten Lombok Utara dengan ibukota kabupaten di Kecamatan Tanjung. Secara administrasi Pemerintahan Kabupaten Lombok Utara terdiri dari 33 Desa, 312 Dusun dan 33 BPD. Seimbang dengan luas wilayah masing

-masing kecamatan dan peran salah satu kecamatan sebagai ibukota Kabupaten, jumlah desa masing-masing kecamatan tersebar di kecamatan Pemenang

sebanyak 4 desa, Kecamatan tanjung 7 Desa, Kecamatan Gangga 5 Desa, Kecamatan Kayangan 8 Desa dan Kecamatan Bayan 9 Desa.

B. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten lombok Utara 1. Kedudukan Dinas Kesehatan

a. Dinas merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah, dibidang Kesehatan. b. Dinas dipimpin oleh kepala dinas yang berkedudukan dibawah dan

bertanggung jawab kepada Bupati melalui Seretaris Daerah.

2. Tugas Pokok dan Fungsi a. Tugas Pokok

Dinas Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah dibidang kesehatan.

b. Fungsi

Dinas Kesehatan dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Dinas Kesehatan mempunyai fungsi :


(58)

43

b. Perumusan kebijakan teknis bidang Kesehatan

c. Pelaksanaan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang pelayanan

kesehatan, pencegahan penyakit dan penyehatan lingkungan

d. Pembinaan, pengendalian, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan

bidang kesehatan

e. Pembinaan terhadap Unit Pelaksana Teknis Dinas dibidang kesehatan f. Pelaksanaan kegiatan penata usahaan dinas kesehatan

g. pelaksaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas pokok


(59)

44

c. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi Dinas Kesehatan

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Utara KEPALA DINAS

DR BENY NUGROHO .S

SUHARDI, SKM SEKRETARIS -. JABATAN FUNGSIONAL UPTD SUB BAGIAN PROGRAM DAN PELAPORAN SUB BAGIAN KEUANGAN SEKSI PENGENDALIAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT TIDAK MENULAR BIDANG PELAYANAN KESEHATAN DR.H. ABDUL KADIR

SEKSI KESEHATAN KELUARGA SEKSI GIZI SEKSI PELAYANAN MEDIK DAN KUALITAS PELAYANAN SUB BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN BIDANG PENCEGAHAN PENYAKIT NASPUDIN, SKM BIDANG PENYEHATAN LINGKUNGAN SAMSUL BAHRI, S.SOS,

MM

BIDANG SARANA DAN PRASARANA SAHRUDIN, ST SEKSI PENGENDALIAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR SEKSI PENANGGULANGAN KEJADIAN LUAR BIASA

DAN BENCANA SEKSI JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT (JPKM) SEKSI FARMASI KESEHATAN MAKANAN DAN MINUMAN SEKSI PENYEHATAN LINGKUNGAN DAN PROMOSI KESEHATAN SEKSI SISTEM INFORMASI KESEHATAN DAERAH (SIKDA) SEKSI PUSKESMAS


(60)

45

Rincian Tugas Pokok dan fungsi Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Utara (Sesuai Peraturan Bupati Lombok Utara No 28 tahun 2009)

1. Kepala Dinas

a. Kepala Dinas mempunyai tugas pokok memimpin, merencanakan,

membina, mengawasi, mengedalikan dan mengkoordinasikan

penyelenggaraan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat khusus dibidang Kesehatan.

b. Kepala Dinas mempunyai fungsi :

a. Perumusan dan penetapan visi, misi dan rencana strategis serta program

kerja Dinas;

b. Perumusan kebijakan teknis bidang Kesehatan;

c. Pengkoordinasian penyusunan Rencana Kerja Tahunan, Rencana Kerja

Anggaran / Dokumen Pelaksanaan Anggaran ( RKA/DPA ) dan penetapan kinerja Dinas;

d. Pelaksanaan pembinaan dan pengembangan SDM Dinas;

e. Pelaksanaan pembinaan manajemen kepegawaian lingkup Dinas; f. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi di Dinas;

g. Pelaporan pelaksanaan tugas kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah; h. Pelaksanaan tugas – tugas lain yang dilimpahkan oleh Bupati sesuai

dengan bidang tugasnya

c. Tata Kerja


(61)

46

Cabang Dinas dan UPTD serta Jabatan Fungsional wajib melakukan prinsip – prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi secara vertikal dan horizontal dalam lingkungan dinas dengan instansi terkait sesuai bidang tugas masing – masing.

b. Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengawasi bawahannya

masing–masing dan bila terjadi penyimpangan agar mengambil langkah

-langkah yang diperlukan sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku.

c. Setiap pimpinan satuan organisasi bertanggung jawab memimpin dan

mengkoordinasikan bawahan masing-masing dan memberikan

beimbingan serta petinjuk bagi pelaksanaan tugas bawahannya.

2. Sekretaris

a. Sekretaris mempunyai tugas pokok melaksanakan pembinaan dan pelayanan

teknis administrasi kepada seluruh satuan organisasi dalam lingkungan Dinas.

b. Sekretaris mempunyai fungsi :

a. Pelaksanaan penyusun Rencana Strategis, Rencana Kerja Tahunan dan

penetapan Kinerja lingkup Dinas;

b. Pelaksanaan penyusun Rencana Kerja Anggaran / Dokumen pelaksanaan

Anggaran (RKA/DPA) dan program Kerja Dinas;

c. Pelaksanaan pelayananTeknis Administratif kepada seluruh Unit Kerja


(62)

47

d. Perumusan pedoman dan petunjuk tata laksana administrasi umum; e. Pengkoordinasian penyusun Standar Pelayanan Minimal dan Standar

Prosedur Tetap Pelaksanaan kegiatan Lingkup Dinas;

f. Perumusan dan penjabaran kebijakan teknis penyelenggaraan

administrasi umum, perencanaan, keuangan, kepegawaian, dan perlengkapan ;

g. Pengkoordinasian penyusun laporan pelaksanaan tugas Dinas;

h. Pelaksanaan koordinasi, konsultasi dan sinkronisasi penyelenggaraan

tugas kesekretariatan dengan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) dan/atau Instansi terkait;

i. Pelaksanaan pengatur, pembina dan pengelola administrasi umum,

perencanaan, keuangan, kepegawaian dan perlengkapan:

j. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas

kesekretariatan:

k. Pelaksanaan tugas – tugas lain yang dilimpahkan oleh atasan sesuai

dengan bidang tugasnya;

c. Sekretariat terdiri dari :

a. Sub Bagian Program dan Pelaporan; b. Sub Bagian Keuangan:


(1)

92 BAB IV PENUTUP A.Kesimpulan

Implementasi Kebijakan dari Program Pengrangan angka gizi buruk di Kabupaten Lombok Utara pada tahun 2014 sudah mendapat hasil yang memuaskan. Hal ini dibuktikan dengan menurunnya jumlah angka kasus gizi buruk pada tahun 2014. Pada tahun 2012 ada 69 kasus, 2013 ada 36 kasus dan pada tahun 2014 ada 27 kasus gizi buruk. Terjadinya penurunan pada jumlah kasus gizi buruk ini tidak terlepas dari berbagai prosedur yang sudah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Utara.

1. Komunikasi

Komunikasi yang dibangun oleh Dinas Kesehatan beserta para implementator sangatlah terarah, komunikasi bukan hanya dengan diantara implementor tetapi juga antara kelompok sasaran yaitu masyarakat yang terkena gizi buruk. Hal ini dilakukan agar informasi yang diterima jelas dan mudah dipahami. Ada tiga aspek yang harus diperhatikan dalam komunikasi, antara lain :

a. Transformasi informasi (transimisi)

Komunikasi yang dibangun oleh Dinas Kesehatan beserta para implementor sangatlah terarah. Komunikasi yang dibangun bukan hanya diantara para implementor, tetapi juga komunikasi yang dibangun antara kelompok sasaran yaitu masyarakat yang terkena gizi buruk.


(2)

93 b. Kejelasan informasi (clarity)

Pada pelaksanaan program pengurangan angka gizi buruk terkait dengan kejelasan informasi ini, informasi yang diterima oleh para stakeholders sangatlah jelas, hal ini terlihat dari para stakeholders yang mudah memahami setiap informasi yang disampaikan oleh Kepala Dinas maupun disaat melaksanakan rapat.

c. Konsistensi informasi (consistency)

Konsistensi informasi untuk pelaksanaan program pengurangan angka gizi buruk ini bisa dikatakan sangat konsisten. Para stakeholders maupun masyarakat yang menjadi tujuan dari program ini tidak merasa kebingunan terhadap apa yang disampaikan oleh pemerintah.

2. Sumberdaya

a. Sumberdaya manusia

Sumberdaya manusia yang dimiliki oleh Dinas Kesehatan masih kurang, dilihat dari jumlah pegawai khusus bidang gizi hanya ada 8 orang dan tenaga gizi ada 25 orang, padahal Kabupaten Lombok Utara membutuhkan 44 tenaga gizi, yang berarti masih kurang 19 orang lagi. b. Anggaran

Anggaran yang disiapkan oleh Dinas Kesehatan untuk melaksanakan program pengurangan angka gizi buruk ini adalah sebesar Rp 45.000.000. Selain dari Dinas Kesehatan, anggaran untuk program ini juga berasal dari PNPM, GSC, BOK dan Kapitasi JKN.


(3)

94 c. Fasilitas

Fasilitas sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Dinas Pariwisata sudah memenuhi untuk melaksanakan program ini. Dilihat dari terpenuhinya kebutuhan para pegawai yang ada di kantor, adanya mobil dinas dan sudah tersedianya Rumah sakit daerah, adanya puskesmas, Pustu, dan Polindes di setiap kecamatan.

d. Informasi dan Kewenangan

Informasi yang terjalin antara seluruh stakeholder semuanya sama, sehingga program yang dilaksanakan tercapai sesuai dengan yang di cita -citakan. Selain dari aspek informasi, kewenangan dari para pemimpin juga tidak bisa di abaikan. Kepala Dinas Kesehatan sudah mengoptimalkan peran dan kewenangannya dalam melaksakan program ini, hal ini dilakukan agar tujuan yang diinginkan bisa tercapai.

3. Disposisi

Dukungan dari pimpinan dangatlah mempengaruhi pelaksanaan program agar dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Dalam pelaksanaan program, Bupati dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Utara memberikan dukungan kepada seluruh pegawai sehingga semua pegawai bersemangat dalam menjalani tugas mereka dan sangatlah baik dalam menjalankan program karena mereka sangat setuju dengan program ini.


(4)

95 4. Struktur Organisasi

Struktur organisasi yang ada di Dinas Kesehatan sudah terpenuhi dimana sudah adanya para peagwai disetiap bidang dan adanya tupoksi yang jelas sehingga pegawai tidak kesulitan dalam menjalankan tugasnya.

Tercapainya pelaksanaan dari program ini tidak terlepas dari faktor pendukung dan yang menghambat pelaksanaannya. Faktor yang mendukung antara lain sudah rampingnya struktur organisasi dan tidak rumit, adanya anggaran, mendapat dukungan dari Bupati beserta Kepala Dinas sehingga pegawai bersemangat dalam melaksanakan Program, dan terpenuhinya sarana prasarana yang ada di Dinas Kesehatan. Sedangkan yang menghambat adalah kurangnya sumberdaya manusia (tenaga medis) dan kurangnya kesadaran masyarakat untuk memberikan gizi yang cukup bagi kebutuhan anak.

B. Saran

1. Dinas Kesehatan harus mengupayakan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi bagi kebutuhan mereka dan anak dengan cara meningkatkan sosialisasi.

2. Harus meningkatkan jumlah tenaga medis untuk lingkup gizi sehingga lebih banyak lagi yang melayani masyarakat Kabupaten Lombok Utara.


(5)

xiv

DAFTAR PUSTAKA

BUKU:

Abdullah, Rozal. 2005. Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung. Jakarta : rajawali Pers.

Akib, Haedar dan Antonius Tarigan. 2008. Artikulasi Konsep Kebijakan: Perspektif, Model dan Kriteria Pengukurannya. Jurnal.

Dunn, William. 1999. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada Press.

Hadi, Sutrisno. 1994. Metodeologi Research jilid II. Yogyakarta : Andi Lindblom, Charles. 1986. Proses Penetapan Kebijakan Publik. Edisi Kedua.

Penerjemah Ardian Syamsudin. Jakarta: Airlangga.

Marbun, B.N. 2005. Otonomi Daerah 1945-2005 dan Realita. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Moleong, Lexy J. 1999. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Osborne, David. 1996. Mewirausahakan Birokrasi. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo.

Ripley, Randall B. 1985. Political Analisys In Political Sciences. Chicago: Nelson Hill

RI dan WHO. 2000. Rencana Aksi Pangan dan Gizi Nasional 2001- 2005. Jakarta : Agustus

Romli, Lili. 2007. Potret otonomi Daerah dan Wakil Rakyat di Tingkat Lokal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sabatier, paul A and Daniel Mazmanian. 1986. Top down and Butoom Up Approaches to Implementation Researdch, in journal of public policy. Saifudin, Azwar. 2001. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Sofian, Efendi dan Masri. 1989. Metode Penelitian Survey. Jakarta : LP3ESD Supriadi, Bratakusumah Deddy dan Dadang Solihin. 2001. Otonomi

Penyelenggara Pemerintah Daerah. Jakarta : Gramedia.

Supriatna, Tjahya.1996. Sistem Administrasi Pemerintah di Daerah. Jakarta: Bumi Aksara.


(6)

xv

Widodo, Joko. 2011. Analisis Kebijakan Publik. Malang: Bayumedia Publishing.

Winarno, Budi. 2012. Kebijakan Publik (Teori, Proses dan Studi Kasus).

Jakarta: CAPS

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN:

Undang-Undang No 1 Tahun 1945 tentang Peraturan Mengenai Kedudukan Komite Nasional Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan, dan Pengabungan Daerah.

INTERNET:

Infosketsa.com, tentang NTB Belum Mampu Menekan Angka Kematian Gizi Buruk, di akses tanggal 10 Oktober 2015 pukul 19.00

Nasional.tempo.co, tentang 8 Juta Anak Indonesia kekurangan Gizi, di akses tanggal 10 Oktober 2015 Pukul 17.05

www.indonesiafightpoverty.com, tentang RI Negara di Urutan ke % yang warganya Kurang Gizi, di akses tanggal 10 Oktober 2015 pukul 20.00