STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM PENANGGULANGAN GIZI BURUK
commit to user
STRATEGI DINAS KESEHATAN
KABUPATEN KLATEN DALAM
PENANGGULANGAN GIZI BURUK
SKRIPSI
Disusun Guna Memenuhi Syarat-syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Ilmu Administrasi
Disusun oleh :
DESTI SURYANING AYUD 0106113
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
(2)
commit to user
i
STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN
DALAM PENANGGULANGAN
GIZI BURUK
SKRIPSI
Disusun Guna Memenuhi Syarat-syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Ilmu Administrasi
Disusun oleh :
DESTI SURYANING AYU D 0106113
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
(3)
commit to user
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah diuji dan Disahkan oleh Panitia Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada Hari : Tanggal :
Panitia Penguji :
1. Drs. H. Sakur, M.S ( )
NIP. 194902051980121001 Ketua Penguji
2. Dra. Retno Suryawati, M.Si ( )
NIP. 196001061987022001 Sekretaris Penguji
3. Herwan Parwiyanto, S.Sos,MSi ( ) NIP. 197505052008011033 Penguji
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Drs. Supriyadi, SN., SU
(4)
commit to user
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Disetujui Untuk Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pembimbing
Herwan Parwiyanto, S.Sos,MSi
(5)
commit to user
iv
MOTTO
“Lakukanlah apa yang dapat dilakukan dan buatlah dapat dilakukan apa yang tidak dapat dilakukan”
(Alexander Graham Bell)
Inspirasi akan selalu bernyanyi kerana
inspirasi tidak pernah menjelaskan
( Khalil Ghibran )
Jika belajar hidup maka berusahalah untuk bisa menerima kenyataan
Tapi jika belajar ilmu maka berusahalah untuk bisa menyempurnakan
(6)
commit to user
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan untuk :
à Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan hal yang terbaik di dalam hidupku
à Ibuku Endang Purwanti dan adikku Devi Ratna Mayasari atas semua doa, kasih sayang dan pengorbanan yang diberikan kepadaku.
à Keluarga besarku atas doa dan dukungan yang diberikan
à Keluarga Bapak Haryanto, atas doa dan dukungan yang diberikan sehingga saya bisa menghadapi berbagai tantangan dalam menggapai mimpiku.
à Sahabatku dimasa kuliah masa-masa empat tahun ini sangat berarti, senang dapat bertemu dan bersama-sama melewati masa perkuliahan dengan kalian.
à Sahabatku mbak yuli, mas bayu, mbak sion, mbak rury, lewy, fendy, yoyok, hary, yang telah menyemangatiku dalam pembuatan skripsi ini.
à Almamaterku Administrasi Negara 2006
à Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam proses penyusunan skripsi ini.
(7)
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr, Wb,
Dengan mengucap syukur kepada Tuhan yang telah melimpahkan kasih karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten Dalam Penanggulangan Gizi Buruk”. Penyusunan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Program Studi Administrasi Negara, Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak, maka pada kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan khusus kepada:
1. Bapak Herwan Parwiyanto, S.Sos,MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Dra. Sri Yuliani, M.Si. selaku pembimbing akademis, atas bimbingan akademis yang telah diberikan selama ini.
3. Drs. Sudarto, M.Si. dan Drs. Agung Priyono, M.Si. selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. Supriyadi SN., SU. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
(8)
commit to user
vii
5. Ibu Sri Hastuti Suprihandini, S.Km selaku Ketua Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten
6. Ibu Anis Sihretno, S.Sit, Ibu Sri Sunarti, S.KM,Msi, Ibu Yayuk Sri Indarti, S.Km,MSi yang telah bersedia menjadi informan dalam penyusunan skripsi ini.
7. Ibu Suminten selaku Ketua Posyandu Lestari yang telah bersedia menjadi informan dalam penyusunan skripsi ini.
8. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam proses penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini jauh dari kesempurnaan hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu kritik dan saran yang menuju kearah perbaikan skripsi ini akan penulis perhatikan. Sebagai kata penutup, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan Program Studi Ilmu Administrasi Negara, serta bagi pihak-pihak yang memerlukannya.
Surakarta, Januari 2011
(9)
commit to user
viii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL……….
HALAMAN PENGESAHAN………...…... HALAMAN PERSETUJUAN………...…….. HALAMAN MOTTO………..….…… HALAMAN PERSEMBAHAN………..….….... KATA PENGANTAR……….. DAFTAR ISI………. DAFTAR TABEL………. DAFTAR GAMBAR………... ABSTRAK………..…….………..…… ABSTRACT... BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……….………..
B. Rumusan Masalah……….………...
C. Tujuan Penelitian……...……….………..
D. Manfaat Penelitian………
I ii iii iv v vi viii
xi xii xiii
xv
1 8 8 8
(10)
commit to user
ix
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori..………...
B. Kerangka Pemikiran………. BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian……… ... ... B. Lokasi Penelitian ... C. Sumber Data ………...……… D. Teknik Pengambilan Sampel………... E. Teknik Pengumpulan Data……… F. Teknik Analisis Data……….. G. Validitas Data…..………..
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Dinas Kesehatan Kabupaten
Klaten……... B. Strategi Dinkes Kabupaten Klaten dalam Penanggulangan
Gizi Buruk………..……….. 1. Program Keluarga Sadar Gizi ( KADARZI ) ... 2. Indikator Program Keluarga Sadar Gizi ( KADARZI ) C. Upaya Dinkes dalam Penanggulangan Gizi Buruk Terkait
Program KADARZI ...
9 31
35 35 36 37 38 40 43
46
60
61 66
(11)
commit to user
x
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………. B. Saran ..………
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
114 117
(12)
commit to user
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Tabel Halaman
1.1 Status Gizi Balita dan Jumlah Kecamatan Rawan Gizi
Kabupaten Klaten Tahun 2008 ... 5
2.1 Pengertian Indikator Status Gizi ... 21
2.2 Indikator Penilaian Gizi ... 23
4.1 Penilaian Indikator Kadarzi Berdasarkan Kriteria Keluarga ... 62
4.2 Jumlah Bayi yang Diberi ASI Eklsklusif Kabupaten Klaten 2008 ... 83
4.3 Pemberian Vitamin A 2008-2009 ... 92
4.4 Jumlah Keluarga Sadar Gizi Tahun 2008 ... 97
4.5 Status Gizi Balita dan Jumlah Kecamatan Rawan Gizi Kabupaten Klaten Tahun 2009 ... 102
4.6 Pembagian Sampel dan Cluster KADARZI Tahun 2010 ... 107
(13)
commit to user
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Gambar Halaman
2.1
3.1 3.2
Bagan Kerangka Berfikir Strategi Dinas Kehatan Kabupatenn Klaten Dalam Penanggulangan Gizi Buruk……….
Model Analisis Interaktif …………...……….. Bagan Triangulasi Data ………
34
43 45
(14)
commit to user
xiii
ABSTRAK
DESTI SURYANING AYU. D0106113. STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM PENANGGULANGAN GIZI BURUK. Skripsi. Program Studi Administrasi Negara. Jurusan Ilmu Administrasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 2011. 119 Hal.
Angka status gizi buruk di Kabupaten Klaten relatif masih tinggi, pada tahun 2008 terdapat 116 balita yang mengalami gizi buruk. Kecamatan yang paling banyak balita yang mengalami gizi buruk pada tahun 2008 yaitu Kecamatan Bayat dan Kecamatan Juwiring yang masing- masing terdapat 9 balita yang mengalami gizi buruk. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan strategi penanggulangan gizi buruk yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara dengan narasumber dan arsip/ dokumen yang berkaitan dengan penelitian. Teknik penarikan sampel menggunakan purposive sampling. Purposive sampling digunakan ketika peneliti menetapkan narasumber yaitu pegawai di bidang gizi Dinkes Kabupaten Klaten. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan wawancara, observasi, dan telaah dokumen. Validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode triangulasi data. Analisis data pada penelitian ini dengan menggunakan model analisis interaktif.
Hasil penelitian yang dilakukan di Dinkes Kabupaten Klaten dapat diketahui bahwa Dinkes Kabupaten Klaten telah melaksanakan program untuk menanggulangi gizi buruk yaitu program Keluarga Sadar Gizi ( KADARZI ) yang terdiri dari 5 antara lain :
1. Menimbang berat badan bayi secara teratur
2. Memberikan ASI saja kepada bayi sejak umur 0 – 6 bulan 3. Makan beraneka ragam
4. Menggunakan garam yodium 5. Minum suplemen gizi.
Hasil pengamatan masih banyak terdapat ibu balita yang bekerja sehingga pemberian ASI ekslusif belum bisa dikatakan berhasil, selain itu penganekargaman makanan juga belum bisa dikatakan berhasil disebabkan pendapatan masyarakat yang minim mempengaruhi pola konsumsi makan masyarakat
Dari kegiatan KADARZI adapun strategi yang dijalankan oleh Dinas Kesehatan agar program KADARZI dapat berjalan yaitu dengan mengeluarkan Perda No 7 Tahun 2008 tentang Inisiasi Menyususi dan ASI Ekslusif, penimbangan balita dengan antropometri, memberikan penyuluhan akan
(15)
commit to user
xiv
pentingnya makan beaneka ragam dan penggunaan garam yodium sesuai dengan UU No 64 Tahun 1994 tentang pengadaan garam yodium. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten dapat diketahui upaya penanggulangan gizi buruk yaitu penimbangan anak balita menggunakan Kartu Menuju Sehat ( KMS ) setiap bulan, memberikan pendidikan gizi dan kesehatan bagi ibu yang memiliki balita, memberikan vitamin A kepada bayi dan balita, dan meningkatkan pelayanan gizi, selain itu adanya pelatihan kader Posyandu atau petugas Puskesmas.
(16)
commit to user
xv
ABSTRACT
DESTI SURYANING AYU. D0106113. THE STRATEGY IN KLATEN DISTRICT HEALTH OFFICE IN THE PREVENTION MALNUTRITION. Thesis. Government administration Study Program. Administration Department. Social and Politic Faculty. Sebelas Maret University. Surakarta. 2011. 119 pages.
Malnutrition States rates in Klaten Regency is high, in 2008 there are 116 children under five years (babies) which is plague striken malnutrition. The sub district which has the most babies that plague striken bad nutrient is Bayat and Juwiring there are 9 babies in every sub district that plague striken malnutriton. The purpose of this research to describe the strategy of tackling malnutition that has done by Klaten Distric Health Office.
Research method that used in this research is descriptive-qualitative research. Data source in this research was found by informant interview and archives/ document related to the research. The technique of drawing this sample use purposive sampling. Purposive sampling used when the researcher determine the informant as a employee in nutrient sector Klaten District Health Office. Technique of data collecting used in this research are interview, observation and research document. The validity data used in this research is triangulation technique date. Data analyze in this research is interactive analyze model.
The result of research that has done Klaten District Health Office can be known that the Klaten District Health Office was implemented the program for tackling malnutrition that is nutrient family aware program Keluarga Sadar Gizi ( KADARZI ) which are consist of 5 indicator they are :
1. Weighing the body of babies regularly
2. Giving breast feeding (ASI) for their baby since 0-6 months 3. Giving variety food
4. Using salt-iodized
5. Drinks nutrient supplement
The observation still there are many mothers who work so that exclusive breastfeeding can not be said to succeed, but it giving variety food also can not say successfully caused minimal incomes affect food consumption patterns of society.
As for the strategy of KADARZI activities run by the Public Health Service for KADARZI to run the program by issuing Regulation No. 7 of 2008 regarding the initiation of breastfeeding and exclusive breastfeeding, child's
(17)
commit to user
xvi
weight with anthropometry, provides counseling on the importance of eating beaneka range and use of iodized salt in accordance with Law No. 64 Year 1994 on the procurement of iodized salt. Based on the result of research that has done in Klaten District Health Office can be known for tackling malnutrition is weighing children under five years use Kartu Menuju Sehat ( KMS ) every moths, giving nutrient and health education for children’s mother, giving vitamin A for the babies and children under five and increasing nutrient service. Besides, there are training of Posyandu or Puskesmas.
(18)
commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan di Indonesia diselenggarakan secara menyeluruh dan berkesinambungan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi – tingginya. Kesehatan merupakan indikator keberhasilan pembangunan yang diselenggarakan oleh suatu negara. Untuk memenuhi kebutuhan kesehatan semua warga negara Indonesia bukanlah hal yang mudah, pemerintah telah mengupayakan pemenuhan kebutuhan yang penting dengan menyediakan sarana dan prasarana yang cukup memadai untuk menunjang kesehatan.
Untuk mengetahui keberhasilan pencapaian visi Indonesia masa depan adalah tercapainya hak atas hidup sehat bagi seluruh lapisan masyarakat melalui sistem kesehatan yang dapat menjamin terlindunginya masyarakat dari berbagai resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan dan tersedianya pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi, ,terjangkau dan merata. Untuk menunjang penyelenggaraan pembangunan kesehatan diperlukan manajemen dan administrasi kesehatan yang memadai, termasuk pula perlu adanya kemampuan perencanaan pembangunan kesehatan yang kuat. Perencanaan pembangunan kesehatan merupakan proses untuk menentukan tindakan masa
(19)
commit to user
depan yang tepat, melalui urutan – urutan pilihan dengan mempertimbangkan sumber daya yang tersedia dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan kesehatan.
Bila ditinjau dengan seksama perkembangan pembangunan kesehatan di Indonesia sebenarnya telah terdapat peningkatan dalam pelayanan kesehatan dasar dan derajat kesehatan di sementara masyarakat. Dalam evaluasi pembangunan kesehatan yang terjadi bahwa pemerataan derajat kesehatan dan berbagai pelayanan kesehatan belum dapat berhasil seperti yang diharapkan. Sementara masyarakat masih merasa kurang berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan sehingga mengakibatkan kurang mandirinya masyarakat dalam menjaga kesehatan.
Pembangunan kesehatan dalam hal ini adalah pembangunan tentang gizi , merupakan hal yang penting dan perlu untuk diperhatikan terutama bagi para balita. Di Indonesia terdapat empat masalah gizi utama, yaitu masalah gizi makro , khususnya Kurang Energi Protein ( KEP ), masalah gizi mikro terutama Kurang Vitamin A ( KVA ) . Anemia Gizi Besi ( AGB ), dan Gangguan Akibat Kurang Yodium ( GAKY ) ( R. Hapsara Habib Rachmat,2004:18 ).
Pada saat ini Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yaitu masalah gizi kurang dan gizi buruk. Masalah gizi kurang pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurang pendidikan pangan, kurang baiknya masalah
(20)
commit to user
lingkungan ( sanitasi ), kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan. Sedangkan masalah gizi buruk penyebabnya sama dengan gizi kurang ditambah karena kemampuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan.
Permasalahan tentang gizi juga terjadi di Kabupaten Klaten, diketahui sebanyak 102 balita mengalami gizi buruk atau mal nutrisi dan 2.183 balita mengalami kekurangan gizi, fakta tersebut merupakan hasil pendataan dari 26 kecamatan yang berada di Kabupaten Klaten. Dalam surat kabar Joglo Semar Kepala Dinas Kesehatan Klaten menuturkan :
“ Joglo Semar, 31 Desember 2009. KLATEN—Sedikitnya 102 Balita (bawah lima tahun) di wilayah Kabupaten Klaten mengalami mal nutrisi atau gizi buruk, sementara 2.183 Balita yang lain mengalami kekurangan gizi. Fakta tersebut merupakan hasil pendataan dari 26 Puskemas di wilayah Kabupaten Klaten. Hasil laporan yang diterima oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Klaten mencatat, kasus kurang gizi dan gizi buruk yang dialami di wilayah Klaten masih cukup tinggi dalam satu tahun terakhir ini. Kepala Dinkes Klaten, Rony Roekminto mengatakan, penderita gizi buruk tersebut tersebar di 26 kecamatan di Klaten. “ Asupan gizinya memang kurang, sehingga terjadi kasus gizi buruk. Kebanyakan dari anak-anak itu berasal dari kalangan keluarga tidak mampu,” kata Rony, Rabu (30/12) kemarin.
Rony menjelaskan terjadinya kekurangan gizi maupun gizi buruk tersebut salah satunya dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan keluarga. “Tingkat pendidikan ini sangat berpengaruh. Karena pengetahuan tentang pentingnya pemenuhan gizi Balita keluarga yang masih kurang,” kata dia. Ironis Rony mengakui kondisi tersebut memang ironis, karena banyaknya penderita kurang gizi dan gizi buruk di Klaten, ternyata tidak diimbangi dengan anggaran dalam APBD 2010. Anggaran dalam APBD sejauh ini belum berpihak kepada kaum lemah, terbukti, Dinas Kesehatan dalam APBD 2010 hanya mendapatkan anggaran Rp 300 juta.“Jumlah sebesar ini jelas tidak mampu untuk mendukung program pengentasan Balita dari kondisi kekurangan gizi,” ujarnya. Akan tetapi, anggapan tersebut justru dibantah oleh anggota Komisi IV DPRD Klaten,
(21)
commit to user
Sri Widodo. Ia mengatakan, meskipun jumlah anggaran untuk Dinkes Klaten terbatas, namun program pemenuhan gizi Balita sudah dipenuhi bantuan dari pemerintah pusat dan pemerintah provinsi.
Sehingga, anggaran pengentasan gizi tahun ini hanya difokuskan untuk distribusi program makanan tambahan (PMT) dan pemantauan kesehatan Balita. Sri Widodo juga membantah bahwa faktor ekonomi dan pengetahuan gizi yang menjadi penyebab utama adanya Balita mengalami gizi buruk. Dari hasil kunjungannya ke beberapa daerah, dirinya menemukan fakta bahwa gizi buruk adalah akibat lanjutan penyakit lain yang diderita balita. “Biasanya, balita itu menderita sakit yang lain, kemudian jadi tidak doyan makan. Karena itulah dia jadi kena gizi buruk,” ujarnya.( www.joglosemar.com )
Berdasarkan kasus tersebut bahwa permasalahan gizi buruk yang ada di Indonesia memang cukup serius tetapi pemerintah terutama badan yang terkait dalam penangganan gizi tidak hanya berdiam diri saja tetapi juga berupaya untuk mengatasi permasalahan gizi yang terjadi pada balita – balita yang ada di Indonesia. Permasalahan tentang balita yang mengalami gizi buruk ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : faktor ekonomi , sehingga orang tuanya tidak mampu untuk membelikan asupan makanan yang bergizi kepada anaknya, faktor pendidikan, tingkat pendidikan yang rendah juga akan mempengaruhi pengetahuan orang tua tentang pentingnya pemberian gizi bagi balitanya. Hal tersebut yang memicu munculnya balita mengalami gizi buruk atau kekurangan gizi. Pada tahun 2008 terdapat balita yang mengalami masalah gizi buruk sebesar 116 balita, dapat diliha pada tabel 1.1.
(22)
commit to user Tabel 1.1
STATUS GIZI BALITA DAN JUMLAH KECAMATAN RAWAN GIZI
KABUPATEN/ KOTA KLATEN
TAHUN 2008
NO Kecamatan Puskesmas
Jumlah Balita % BALITA Kec. Bebas Rawa n Gizi Balita yang ada Ditimba ng BB
Naik BGM
Gizi Buruk
Ditimba
ng BB Naik BGM
Gizi Buruk
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 Prambanan Prambanan 1,592 1,415 1,098 21 1 88.88 77.60 1.48 0.07 +
Kebondalem Lor 1,903 1,324 812 59 4 69.57 61.33 4.46 0.30 +
2 Gantiwarno Gantiwarno 2,556 2,148 1,344 104 4 84.04 62.57 4.84 0.19 +
3 Wedi Wedi 3,456 3,290 2,584 58 1 95.20 78.54 1.76 0.03 +
4 Bayat Bayat 4,443 3,899 3,355 141 9 87.76 86.05 3.62 0.23 +
5 Cawas Cawas I 1,780 1,421 1,045 19 5 79.83 73.54 1.34 0.35 +
Cawas II 1,856 1,645 1,455 25 3 88.63 88.45 1.52 0.18 +
6 Trucuk Trucuk I 2,691 2,200 1,197 30 1 81.75 54.41 1.36 0.05 +
Trucuk II 2,827 2,827 1,831 98 5 100.00 64.77 3.47 0.18 +
7 Kalikotes Kalikotes 2,743 2,043 1,320 137 7 74,48 64.61 6.71 0.34 +
8 Kebonarum Kebonarum 1,363 1,158 1,006 13 5 84.96 86.87 1.12 0.43 +
9 Jogonalan Jogonalan I 2,159 1,648 1,406 32 3 76.33 85.32 1.94 0.18 +
Jogonalan II 1,712 1,546 1,313 121 2 90.30 84.93 7.83 0.13 +
10 Manisrenggo Manisrenggo 3,037 2,460 1,514 92 4 81.00 61.54 3.74 0.16 +
11 Karangnongko Karangnongko 2,545 2,371 1,968 73 2 93.16 83.00 3.08 0.08 +
12 Ngawen Ngawen 3,024 2,568 2,209 84 4 84.92 86.02 3.27 0.16 +
13 Ceper Ceper 2,487 2,049 1,714 27 2 82.93 83.65 1.32 0.10 +
Jambukulon 2,018 1,229 1,044 47 1 60.90 84.95 3.82 0.08 +
14 Pedan Pedan 3,209 2,847 2,501 28 1 88.72 87.85 0.98 0.04 +
(23)
commit to user
16 Juwiring Juwiring 4,100 3,246 2,486 110 9 79.17 76.59 3.39 0.28 +
17 Wonosari Wonosari I 2,026 1,815 1,513 44 4 89.59 83.36 2.42 0.22 +
Wonosari II 2,571 2,195 1,813 60 1 85.38 82.60 2.73 0.05 +
18 Delanggu Delanggu 3,193 2,955 2,801 22 2 92.55 94.79 0.74 0.07 +
19 Polanharjo Polanharjo 2,715 2,017 1,267 51 4 74.29 62.82 2.53 0.20 +
20 Karanganom Karanganom 2,907 1,947 854 9 5 66.98 43.86 0.46 0.26 +
21 Tulung Tulung 1,948 1,714 1,267 4 1 87.99 73.92 0.23 0.06 +
Majegan 1,693 1,135 811 28 6 67.04 71.45 2.47 0.53 +
22 Jatinom Jatinom 2,094 1,665 1,122 56 1 79.51 67.39 3.36 0.06 +
Kayumas 2,043 1,646 1,365 46 3 80.57 82.93 2.79 0.18 +
23 Kemalang Kemalang 2,669 2,056 1,564 4 4 77.03 76.07 0.19 0.19 +
24 Klaten selatan Klaten selatan 2,878 3,849 1,474 35 2 133.74 38.30 0.91 0.05 +
25 Klaten tengah Klaten tengah 3,012 2,583 2,023 25 2 85.76 78.32 0.97 0.08 +
26 Klaten utara Klaten utara 2,984 2,283 1,608 57 4 76.51 70.43 2.50 0.18 +
JUMLAH ( KAB/ KOTA ) 87,141 73,.774 54,510 1.808 116 84.66 73.89 2.45 0.16 +
Sumber : Bidang Kesehatan Masyarakat
Pada kolom bertanda daerah bebas rawan gizi diisi tanda ( + )
Keadaan gizi atau status gizi balita dapat dipantau berdasarkan hasil pencatatan dan pelaporan program perbaikan gizi masyarakat yang tercermin dalam hasil penimbangan balita setiap bulan di Posyandu yang dapat di lihat dalam data status gizi balita diatas. Pada tahun 2008 jumlah anak balita sebanyak 87.141 balita, dari jumlah tersebut balita yang ditimbang adalah sejumlah 73.774 anak ( 84,66%). Dari sejumlah balita yang ditimbang tersebut , ditemukan berat badan naik sejumlah 54.510 (73,89%), berat badan di bawah garis merah sejumlah 1.808 balita ( 2,45%) , dan gizi buruk sejumlah 116 balita ( 0,16%) , daerah yang
(24)
commit to user
mengalami tingkat gizi buruk yang tinggi yaitu di Kecamatan Bayat terdapat 9 balita dan Kecamatan Juwiring juga terdapat 9 balita. (Profil Dinkes 2008 ).
Investasi dari pemberian makanan tambahan pemulihan yang diprioritaskan kepada seluruh sasaran keluarga miskin diharapkan dapat mencegah terjadinya ancaman loss generation akibat terjadinya booming balita kurang gizi. Kegiatan lainnya yang dilakukan khususnya terhadap kasus gizi buruk antara lain adalah pelacakan kasus yang bertujuan untuk melakukan analisis tentang faktor – faktor yang berkaitan dengan gizi buruk serta upaya alternative penanggulangannya ( Profil Kesehatan Dinkes Klaten 2008 ).
Akan tetapi Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten belum merasa puas akan penurunan yang terjadi, sehingga mereka berupaya untuk melakukan analisis tentang faktor – faktor yang berkaitan dengan gizi buruk serta upaya alternative cara penanggulangannya. Dari permasalahan tentang bagaimana faktor – faktor yang berkaitan dengan gizi buruk dan cara penanggulangan gizi buruk di Kabupaten Klaten maka penulis mengambil judul :
“ STRATEGI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DALAM PENANGGULANGAN GIZI BURUK “
(25)
commit to user B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
yaitu :
Bagaimana strategi yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten dalam penanggulangan gizi buruk ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Operasional
Untuk mengetahui startegi Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten dalam penanggulangan gizi buruk di Kabupaten Klaten.
2. Tujuan Individual
Untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
D. Manfaat Penelitian
a. Agar hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten khususnya dan Dinas Kesehatan Kabupaten lain pada umumnya sebagai bahan pertimbangan yang konstruktif bagi peningkatan gizi.
b. Sebagai bahan pertimbangan dan pengembangan penelitian dengan tema,lokasi ataupun kajian yang sama di masa mendatang.
(26)
commit to user
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.1 Pengertian Strategi
Kata strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu strategos, atau strategus
dengan kata jamak strategi. Strategos berarti Jenderal tetapi dalam Yunani Kuno berarti Perwira Negara dengan fungsi luas ( Salusu,1996:85 ).
Menurut Chandler (1966 ) strategi adalah penetapan dari tujuan dan sasaran jangka panjang suatu organisasi serta penggunaan serangkaian tindakan dan alokasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Ada tiga komponen dalam definisi Chandler yaitu adanya tujuan dan sasaran, adanya cara bertindak, dan alokasi sumber daya untuk mencapai tujuan itu ( Salusu,1996:88 ).
Strategi adalah suatu proses yang dirancang secara sistematis untuk meneruskan strategi, dan mengevaluasi strategi dalam rangka menyediakan nilai yang terbaik bagi seluruh pelanggan untuk mewujudkan visi organisasi ( Bambang Hariadi.2005:3 ). Dalam penyusunan strategi ada beberapa tahapan menurut Bambang Hariadi adalah :
1. Menetapkan upaya yang akan dijalankan dan cita – cita atau harapan apa yang diinginkan pada masa depan
(27)
commit to user
2. Menerjemahkan visi dan misi ke dalam suatu tujuan strategi yang ditentukan dari berbagai target kinerja yang harus dicapai
3. Menyusun strategi yang tepat untuk mencapai tujuan dan target dalam penyusunan strategi diikuti pula dengan penetapan kebijakan yang akan menjadi jembatan terhadap implementasi
4. Menjalankan implementasi strategi yang terpilih dan melakukan berbagai keputusan taktis dengan efisien dan efektif
5. Melakukan evaluasi terhadap kinerja dan jika perlu melakukan berbagai penyusunan terhadap arah tujuan strategi dan pelaksanaan sesuai situasi
Learned, Cristensen, Andrews mengatakan strategi adalah pola tujuan, maksud, sasaran, dan kebijaksanaan umum serta rencana – rencana untuk mencapai tujuan – tujuan tersebut. Steiner dan Miner mengatakan bahwa strategi tidak hanya menunjuk pada “ misi, tujuan, dan sasaran organisasi yang mendasar,” tetapi juga pada “ strategi kebijaksanaan dan program” serta pada metode yang diperlukan untuk menjamin bahwa strategi itu dilaksanakan guna mencapai tujuan organisasi (Salusu,1996:90 ).
Menurut Hax dan Majluf (dalam Salusu 1996:100 ) rumusan komprehensif tentang strategi sebagai berikut :
a. Ialah suatu pola keputusan yang konsisiten, menyatu dan integral.
b. Menentukan dan menampilkan tujuan organisasi dalam arti sasaran jangka panjang, program bertindak, dan prioritas alokasi sumber daya.
(28)
commit to user
d. Mencoba mendapatkan keuntungan yang mampu bertahan lama, dengan memberikan respon yang tepat terhadap peluang dan ancaman dari lingkungan eksternal organisasi, dan kekuatan serta kelemahannya.
e. Melibatkan semua tingkat hierarki dari organisasi.
Kotten (dalam Salusu, 1998 : 105) mencoba menjelaskan mengenai tipe-tipe strategi. Tipe-tipe strategi yang yang ia kemukakan berikut ini sering pula dianggap sebagai suatu hierarki. Tipe-tipe strategi yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a. Corporate Strategy (strategi organisasi)
Strategi ini berkaitan dengan perumusan misi, tujuan, nilai-nilai dan inisiatif-inisiatif stratejik yang baru. Pembatasan-pembatasan diperlukan, yaitu apa yang dilakukan dan untuk siapa.
b. Program Strategy (strategi program)
Strategi ini lebih memberikan perhatian kepada implikasi-implikasi stratejik dari program tertentu. Apa kira-kira dampaknya apabila program tertentu diperkenalkan, apa dampaknya bagi sasaran organisasi.
c. Resource Support Strategy (strategi pendukung sumber daya)
Strategi ini memusatkan perhatian pada memaksimalkan sumber-sumber daya esensial yang tersedia guna meningkatkan kualitas kinerja organisasi. Sumber daya itu dapat berupa tenaga, keuangan, teknologi dan sebagainya.
(29)
commit to user
d. Institutional Strategy (strategi kelembagaan)
Fokus dari strategi ini adalah mengembangkan kemampuan organisasi untuk melaksanakan inisiatif-inisiatif stratejik.
Koteen (dalam Salusu, 1998 : 105) juga menambahkan bahwa terlepas dari pendekatan yang digunakan dalam membagi strategi itu ke dalam beberapa kategori, kita cukup diberi petunjuk bahwa strategi organisasi tidak hanya satu. Disamping itu tiap-tiap strategi ini saling menopang sehingga merupakan satu kesatuan kokoh yang mampu menjadikan organisasi sebagai suatu lembaga yang kokoh pula, mampu bertahan dalam kondisi lingkungan yang tidak menentu.
Setiap strategi yang telah dirumuskan, diharapkan dapat secepatnya untuk di implementasikan. Tidak hanya dapat diimplementasikan, akan tetapi juga dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Menurut Hatten dan Hatten (dalam Salusu, 1998 : 107) ada beberapa prinsip agar strategi bisa sukses, yaitu:
a. Strategi haruslah konsisten dengan lingkungannya b. Setiap organisasi tidak hanya membuat satu strategi
c. Strategi yang efektif hendaknya memfokuskan dan menyatukan semua sumberdaya tidak menceraiberaikan satu dengan yang lainnya
d. Strategi hendaknya memusatkan perhatian pada apa yang merupakan kekuatannya dan tidak pada titik-titik yang justru adalah kelemahannya e. Sumberdaya adalah sesuatu yang kritis
(30)
commit to user
g. Strategi hendaknya di susun di atas landasan keberhasilan yang telah dicapai
h. Tanda-tanda dari suksesnya strategi ditampakkan dengan adanya dukungan dari pihak-pihak yang terkait, dan terutama dari para eksekutif, dari semua pimpinan unit kerja dalam organisasi
Suatu strategi hendaknya mampu memberikan informasi kepada pembacanya, yang sekaligus berarti mudah dipahami oleh setiap anggota manajemen puncak dan setiap karyawan organisasi. Ada enam informasi yang tidak boleh dilupakan dalam suatu strategi (Donnelly dalam Salusu, 1998 : 109) yaitu
(1) Apa yang akan dilakukan
(2) Mengapa demikian, suatu uraian tentang alasan yang dipakai dalam menentukan apa di atas
(3) Siapa yang akan bertanggung jawab untuk mengoperasionalkan strategi (4) Berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan untuk menyukseskan strategi (5) Berapa lama waktu diperlukan operasionalisasi strategi tersebut
(6) Hasil apa yang diperoleh dari strategi itu.
Strategi selayaknya merupakan respon terhadap harapan-harapan masyarakat dan apa yang menjadi prioritas dalam kelompok masyarakat yang dilayani. Harapan dan kepentingan masyarakat itu diseimbangkan dengan harapan dan kepentingan dari para eksekutif dan para karyawan organisasi. Jadi, diperlukan keserasian atau harmoni antara kepentingan organisasi dan kepentingan masyarakat. Strategi yang mengabaikan kepentingan masyarakat
(31)
commit to user
tidak akan memberikan hasil yang memuaskan dan dikehendaki oleh para eksekutif (Salusu, 1998 : 110).
Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten sebagai unsur pelaksana kebijakan pembinaan dan pengurusan masalah gizi buruk, bertugas untuk melaksanakan berbagai strategi untuk menangani gizi buruk yang ada di lingkungan Pemerintah Kabupaten Klaten.
Untuk menjelaskan strategi Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten dalam penanganan masalah gizi buruk, pada penelitian ini mengacu pada teori Kotten (dalam Salusu, 1998 : 105) yang menjelaskan mengenai tipe-tipe strategi. Berbagai strategi ini saling menopang sehingga merupakan satu kesatuan kokoh yang mampu menjadikan organisasi sebagai suatu lembaga yang kokoh pula. Tipe-tipe strategi yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a. Corporate Strategy (strategi organisasi)
Strategi ini berkaitan dengan perumusan misi, tujuan, nilai-nilai dan inisiatif-inisiatif stratejik oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten dalam menanggulangi masalah gizi buruk. Strategi penanggulangan masalah gizi buruk difokuskan pada balita yang mengalami gizi buruk di daerah yang tingkat gizi buruknya paling banyak. Dengan tujuan untuk mengurangi tingkat gizi buruk yang ada di Kabupaten Klaten.
b. Program Strategy (strategi program)
Strategi ini berkaitan dengan program-progam yang di dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten dalam penanggulangan masalah gizi buruk. Strategi ini lebih memberikan
(32)
commit to user
perhatian kepada implikasi-implikasi stratejik dari program yang dilaksanakan. Sehingga program-program yang dilaksanakan dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
c. Resource Support Strategy (strategi pendukung sumber daya)
Strategi ini memusatkan perhatian pada memaksimalkan sumber-sumber daya esensial yang tersedia guna meningkatkan kualitas kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten dalam penanggulangan masalah gizi buruk. Sumber daya itu dapat berupa tenaga, keuangan, teknologi dan sebagainya. Dengan dukungan sumber-sumber daya yang memadai akan sangat membantu tercapainya keberhasilan suatu strategi.
d. Institutional Strategy (strategi kelembagaan)
Strategi ini terfokus untuk mengembangkan kemampuan Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten untuk melaksanakan inisiatif-inisiatif stratejik dalam penanggulangan gizi buruk. Strategi ini berkaitan dengan kegiatan penguatan kelembagaan.
Pada penelitian ini terfokus pada Program Strategy (strategi program).
Program Strategy (strategi program) digunakan karena pada dasarnya keempat strategi di atas saling berhubungan, walaupun pada penelitian ini terfokus pada strategi program bukan berarti mengabaikan strategi yang lainnya. Terlebih lagi dalam penanggulangan masalah gizi buruk yang lebih menekankan pada program-program yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten, sehingga dapat menggambarkan implikasi-implikasi terhadap balita – balita yang mengalami gizi buruk. Alasan berikutnya karena
(33)
commit to user
keberadaan sebuah kantor dalam lingkungan pemerintah kabupaten atau kota pada dasarnya merupakan unsur pelaksana tugas tertentu (khusus), maka dari itu dalam tugas pokok dan fungsinya lebih terfokus pada program-program.
Dengan demikian pada penelitian ini terfokus pada Program Strategy
(strategi program) Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten dalam menanggulangi masalah gizi buruk. Sehingga akan dijelaskan mengenai hal-hal, seperti : Program-program yang dilaksanakan, Lembaga-lembaga yang terkait dengan program tersebut, dan Sumber daya (tenaga, keuangan, dan teknologi) yang digunakan, serta implikasi-implikasinya terhadap masyarakat.
A.2 Pengertian Gizi
Istilah gizi dikenal pada tahun 1950 –an berasal dari bahasa inggris yaitu nutrition. Kata gizi sendiri berasal dari bahasa ghidza dalam bahasa arab yang berarti makanan, kata ghidza dalam dialek mesir dibaca gizi, sementara itu ada yang menerjemahkan kata nutrition menjadi nutrisi (Deddy Muchtadi.2009:1 )
Gizi buruk adalah kondisi gizi kurang berlangsung lama, mereka akan berakibat semakin berat tingkat kekurangannya. Pada kondisi ini dapat menjadi kwashiorkor dan maramus yang biasanya disertai penyakit lain seperti diare, penyakit pencernaan, infeksi saluran pernapasan bagian atas, anemia dan lain – lain (Yuyun Rumdasih dkk,2005:46 ).
Dalam bukunya Djiteng Roedjito (1989:11 ), Masalah gizi memang masalah yang komplek, merupakan kombinasi dari beberapa faktor yang
(34)
commit to user
menjadi penyebabnya. Penyebab utama dari kelaparan adalah kekurangan untuk makanan yang mencukupi kebutuhan pangan keluarga, ketidak cukupan dengan faktor sosial, kepercayaan, proses pembagian dalam keluarga dan distribusinya, sanitasi, dan efek lain dari kemiskinan. Ketajaman fluktuasi pangan dan harga diri merupakan masalah lain yang menyebabkan kelaparan dan kurang gizi. Masalah lain yang menyebabkan kurang gizi adalah tidak ada atau lemahnya kebijakan untuk membantu memaksimumkan pengadaan makanan yang cukup untuk memperbaiki gizi. Ada 5 bagian kegiatan yang difokuskan dalam meneliti masalah kurang pangan dan gizi antara lain :
1. Organisasi dan pembiayaan program gizi
a. Siapa pembuat kebijakan dan pelaksanaanya b. Pemilihan prosedur dan pelaksanaan program c. Pembiayaan dan sarana program gizi
d. Komponen proses pelaksanaan di tingkat nasional, regional dan lokal e. Peranan partisipasi masyarakat
2. Program pelengkap untuk ibu dan anak a. Tipe dan waktu pemberian makanan
b. Kapan makanan tambahan diberikan kepada wanita hamil dan anak- anak
c. Makanan tambahan untuk bayi yang sudah disapih 3. Evaluasi kebijakan dan program gizi
Biasanya dibuat kebijakan ekonomi dan prioritas alokasi, program pengembangan wilayah dan pertumbuhan ekonomi.
(35)
commit to user
a. Pengaruh kebijakan harga pangan dan sisitem distribusi konsumsi pangan
b. Penelitian pertanian dan produk pertanian yang dapat mempengaruhi status gizi
c. Taksiran rencana kebijakan 4. Penyebab kurang gizi secara alami
a. Kebiasaan makan dan pemberian makanan praktis pada anak selama menyusui dan disapih
b. Perubahan status gizi ibu dan anak c. Masa menyusui yang tidak cukup
d. Keputusan dan distribusi pangan keluarga 5. Dimensi masalah gizi
Dimensi masalah gizi yaitu bagaimana masalah gizi menjadi lebih baik, jelas, tepat dan mendekati standar gizi, serta menambah pengertian antara interaksi kesehatan dan status gizi. Faktor – faktor masalah gizi antara lain a. Faktor ekologi yang menyebabkan kekurangan gizi
Kurang gizi penyebabnya komplek dan tidak merupakan satu faktor saja, keadaan lingkungan juga menentukan masalah gizi yang ada.
b. Penilaian masalah
Kurang gizi merupakan bidang yang perlu diteliti, untuk melakukan penelitian ini tidak cukup hanya menggunakan satu metode pengukuran. Sehingga masih perlu banyak penelitian menggenai
(36)
commit to user
metode penilaian status gizi dan interpretasinya, selain metode antrometri, penilaian klinis, penilaian biokimia, dan penelitian biofisik.
c. Pendidikan informasi gizi
Informasi dan pendidikan merupakan kampanye gizi yang utama. Melalui studi tentang sifat- sifat dari target yang dibutuhkan: (a) pesan apa yang mereka butuhkan. (b) media apa yang paling cocok untuk menyampaikan pesan.
d. Survai dan pemantauan gizi
Dibutuhkan suatu cara dan pengawasan yang efektif untuk menilai keberhasilan dari program gizi.
e. Partisipasi masyarakat
Suatu pertimbangan dasar dalam perumusan setiap perencanaan dan kebijakan perlu masukan dari masyarakat, juga penting untuk menentukan sektor dalam masyarakat yang berpengaruh terhadap situasi gizi lokal dan perlengkapan untuk keberhasilan program gizi tersebut.
f. Kebijakan penelitian
Kebijakan penelitian bertujuan untuk menentukan hubungan antar kebijakan dengan pengaruh program itu sendiri. Kemudian diperlukan usaha mempelajari seluruh bidang ini pada lembaga yang paling berwenang serta individu yang beroperasi tanpa memperhatikan dampak yang mungkin terjadi pada aspek gizi dan masyarakat.
(37)
commit to user
g. Intervensi gizi
Pendekatan penanggulangan masalah gizi merupakan suatu keharusan dalam rangka memperbaiki keadaan gizi dalam jangka pendek maupun panjang. Penelitian melalui cara penanggulangan harus menggunakan strategi yang tepat, efisien dan dengan biaya murah.
Status gizi anak merupakan indikator dalam kesehatan masyarakat. Saptawati Bardosono, Sastroamidjojo Soemilah, Widjaja Lukito (2007:1-3) dalam Determinants of child malnutrition during the 1999 economic crisis in selected poor areas of Indonesia: Asia Pacific Journal of Clinical Nutrition
menegaskan bahwa :
“ The nutritional status of under-five children that can be used as a public health indicator, and, especially in developing countries, can be assessed by monitoring child growth. In situations such as monetary crisis or natural disaster, to estimate the need for intervention, nutrition surveys are necessary. Most frequently these include food intake and/or an anthropometrical survey. The importance of the nutritional status of the individual, particularly the vulnerable, such as under-five children, is that it affects physical, mental, social and intellectual growth beginning with fetal life, infancy and childhood extending to adolescence and adulthood. Status gizi balita yang dapat digunakan sebagai indikator kesehatan masyarakat, dan, khususnya di negara berkembang, dapat dinilai melalui pemantauan pertumbuhan anak. Dalam situasi seperti krisis moneter atau bencana alam, memperkirakan kebutuhan untuk intervensi, survei gizi yang diperlukan. Paling sering ini termasuk asupan makanan dan / atau survei antropometris. Pentingnya status gizi individu, khususnya rentan, seperti anak- anak balita, adalah bahwa hal itu mempengaruhi awal pertumbuhan fisik, mental, sosial dan intelektual dengan janin, bayi hidup dan anak-anak memanjang sampai masa remaja dan tua.
Di dalam ilmu gizi, status gizi tidak hanya diketahui dengan mengukur BB (Berat Badan ) atau TB ( Tinggi Badan ) sesuai dengan umur ( U ) secara sendiri- sendiri, tetapi juga dalam bentuk indikator yang dapat merupakan
(38)
commit to user
kombinasi antara ketiganya. Masing- masing indikator mempunyai makna sendiri- sendiri. Misalnya kombinasi BB dan U membentuk indikator BB dengan U yang disimbolkan “BB/U”, kombinasi antara TB dan U membentuk indicator TB dengan U yang disimbolkan “TB/U”, dan kombinasi antara BB dan TB membentuk indicator BB dengan TB yang disimbolkan “BB/TB”. Indikator BB/U menunjukkan secara sensitif status gizi saat ini karena mudah berubah. Namun indikator BB/U tidak spesifik karena berat badan selain dipengaruhi oleh U juga dipengaruhi oleh TB. Indikator TB/U menggambarkan status gizi masa lalu, dan indikator BB/TB menggambarkan secara sensitif dan spesifik status gizi saat ini ( Soekirman.2000:66 ).
Tabel 2.1
Pengertian Indikator Status Gizi
Indikator BB/U Indikator TB/U Indikator BB/TB Kesimpulan
1. Rendah Rendah Normal Keadaan gizi anak saat ini baik,
tetapi anak tersebut mengalami
masalah gizi kronis. BB anak
proporsional dengan TB-nya
2. Normal Rendah Lebih Anak mengalami masalah gizi
kronis dan pada saat ini anak
menderita kegemukan karena BB
lebih proporsional terhadap TB-nya
3. Rendah Rendah Rendah Anak mengalami kurang gizi berat
dan kronis artinya pada saat ini
keadaan gizi anak tidak baik dan
riwayat masa lalunya juga tidak
baik
4. Normal Normal Normal Keadaan gizi anak baik pada saat
(39)
commit to user
5. Rendah Normal Rendah Anak mengalami kurang gizi yang
berat
6. Normal Normal Rendah Keadaan gizi anak secara umum
baik tetapi berat badannya kurang
proporsional terhadap TB-nya
karena tubuh anak jangkung
Sumber : Soekiman ( 2000: 70 )
Penilaian status gizi balita dengan penilaian Antropometri ( Djiteng Roedjito.1989:66,73,75 )
1. Baku rujukan dalam pemantauan gizi menurut indikator BB dan U yaitu a. Skor 0 : 90 – 100 % baku = Normal
b. Skor 1 : 80 – 90 % baku = Gizi baik c. Skor 2 : 70 – 80 % baku = Gizi sedang d. Skor 3 : 60 – 70 % baku = Gizi kurang e. Skor 4 : ≤ 60 % baku = Gizi buruk
2. Baku rujukan dalam pemantauan gizi menurut indikator TB dan U yaitu a. Skor 0 : 90 – 100 % baku = Normal
b. Skor 1 : 85 – 90 % baku = Gizi baik c. Skor 2 : 80 – 85 % baku = Gizi sedang d. Skor 3 ; 70 – 80 % baku = Gizi kurang e. Skor 4 : ≤ 70 % baku = Gizi buruk
(40)
commit to user
3. Baku rujukan dalam pemantauan gizi menurut indikator BB/TB yaitu a. Skor 0 : 0.160 = Normal
b. Skor 1 : 0.150 – 0.160 = Gizi baik c. Skor 2 : 0.145 – 0.150 = Gizi sedang d. Skor 3 : 0.40 – 0.145 = Gizi kurang e. Skor 4 : di bawah 0.140 = Gizi buruk
Tabel 2.2 Indikator Penilaian Gizi
No Indikator Pejelasan
1 Demografi Subindikatornya adalah umur, suku bangsa,perbedaan jenis kelamin, kepadatan penduduk, angka kelahiran, angka kematian dan tingkat ketergantungan
2 Sosial ekonomi
Subindikator adalah pendapatan, dimana pendapatan ini dapat mempengaruhi tingkat gizi, keadaan perumahan, status sosial, pendidikan, pengeluaran untuk makan dan sebagainya. Ada dua stratifikasi yang menggambarkan sosial masyarakat yang digunakan dalam menentukan tingkat kemiskinan penduduk dan stratifikasi yang digunakan untuk menilai setiap individu.
(41)
commit to user
kesehatan Kematian orang dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain karena kurang gizi. Data statistik kesehatan biasanya berisi jumlah, kematian bayi, keguguran dan lahir mati, jumlah wanita yang melahirkan, jumlah kematian akibat penyakit jantung, TBC, darah tinggi, diabetes, dan penyakit infeksi lainnya.
4 Prasarana Kesehatan
Sarana disini diartikan ahli medis , tokoh pelayanan kesehatan masyarakat, fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas. Subindikator yang digunakan tersedia atau tidak ahli medis , ahli gizi , pendidik kesehatan, pengajar gizi, BKIA, sarana dan fasilitas rumah sakit atau Puskesmas untuk menanggulangi masalah gizi, program gizi seperti rehabilitasi penderita, Taman Gizi, paket Gizi. 5 Kesehatan
Gigi
Kesehatan gigi dipengaruhi oleh zat gigi dari makanan yang masuk ke dalam tubuh. Pemeliharaan gigi bersifat universal tidak terbatas pada umur. Program kesehatan gigi perlu diberikan di sekolah, kantor, dan lembaga kesehatan. Hal yang perlu dipertimbangkan adalah kadar atau pemakaiannya di dalam air minum sehari – hari. 6 Kebudayaan
Masyarakat
Tingkat gizi masyarakat sangat dipengaruhi oleh corak hidup dan kebiasaan makan dalam kelompok sosial tertentu. Untuk memperbaiki kebiasaan yang salah, perlu diperhatikan tradisi yang berlaku dan tujuan hidup
(42)
commit to user
masyarakat yang akan diamati. 7 Organisasi
Sosial
Untuk dapat menerapkan program dalam suatu kelompok masyarakat, haruslah mengetahui pola kebiasaan dan organisasi sosial yang ada dalam masyarakat, bagaimana kepemimpinan yang ada bagaimana hubungan antara pemimpin dengan anggota masyarakat.
8 Perumahan Penduduk
Data perumahan perlu dalam menilai status gizi masyarakat, karena rumah dapat digunakan sebagai indikator sosial ekonomi seseorang dan rumah juga dapat digunakan untuk mengetahui keadaan keluarga itu. Subindikator yang dipakai antara lain sanitasi rumah, perlengkapan rumah tangga, fasilitas air bersih, sumber penerangan.
9 Persediaan Pangan
Untuk mengetahui jenis pangan apa yang tersedia, potensi konsumsi, pasaran, penyimpanan dan lain- lain. Subindikator yang dipakai adalah : a) harga bahan pangan, b) standar makanan, untuk dapat membandingkan sampai berapa jauh dapat tercukupi, apa yang kurang dan perlu fortifikasi misalnya, c) sumber bahan pangan setempat, terutama jenis- jenis yang ada sudah dimanfaatkan atau belum, apa sebab, mengapa tidak mengetahui dan sebagainya, terutama yang mempunyai potensi untuk dapat dikembangkan sebagai
(43)
commit to user
makanan baru. 10 Program Gizi
Sekolah
Subindikatornya dapat dilihat bagaimana program gizi menjadi mata ajaran yang diberikan di sekolah- sekolah dan sampai sejauh mana program kesehatan sekolah diberikan.
11 Program Kesejahteraan Sosial
Dapat dilihat bagaimana distribusi makanan pada setiap keluarga, bagaimana alokasi biaya untuk mencukupi kebutuhan pangan yang memenuhi syarat kesehatan, bagaimana penggunaan sumber daya yang ada dan bagaimana kualitas menu makanan sehari- hari.
12 Transportasi Sistem pengakuan atau transportasi sangat penting dalam menggambarkan siklus pangan antara lain : a) melancarkan usaha agar bahan pangan selalu tersedia di daerah yang bersangkutan; b) melancarkan aktivitas penduduk dan pelayanan bahan pangan, dan c) menghilangkan hambatan berkomunikasi sesame manusia. Subindikator yang dipakai antara lain jumlah kendaraan angkutan umum, kendaraan angkutan barang, sarana infrastruktur, jumlah bahan pangan yang diangkut, distribusi, cara kemasan, perbungkusan, penyimpanan, dan sebagainya.
13 Pendidikan Semua usaha perbaikan gizi, program pendidikan kader, dapat gagal jika tidak berorientasi pada dasar- dasar
(44)
commit to user
pendidikan. Faktor utama adalah bahan pengantar. Subindikator adalah sejauh mana tingkat pendidikan yang ada, sejumlah sekolah- sekolah, murid, jenis bahasa pengantar,tingkat pendidikan guru yang ada, dan lain-lain.
14 Data Mata Pencaharian
Data mata pencaharian penduduk, jumlah buruh yang mengganggur dapat digunakan secara langsung untuk mengetahui keadaan gizi masyarakat.
15 Keadaan Geografi dan Lingkungan
Data geografi dan lingkungan hidup dapat digunakan di negara- negara yang belum berkembang dan daerah pedesaan untuk tujuan utama yaitu produksi bahan pangan ( terutama pertanian ). Untuk memproduksi , mereka sangat tergantung pada tanah dan iklim ( seperti curah hujan, intensitas cahaya, kelembaban, dan lain= lain ). Produksi dapat gagal jika iklim buruk dan adanya bencana alam. Lingkungan juga dapat berubah karena ulah manusia misalnya populasi air, udara, makanan, dan lain- lain. Subindikator yang dipakai adalah tinggi tempat, iklim, jenis tanah, jenis vegetasi, dan lain- lain. 16 Aspek – aspek
lain
Terutama yang menyangkut : a) kesadaran masyarakat, b) rencana pemberian bantuan pada keadaan darurat. Dan c) aktivitas lembaga atau organisasi yang ada di masyarakat. Sumber : Djiteng Roedjito ( 1989: 91 )
(45)
commit to user
Gizi buruk adalah keadaan yang kronis dan membuat cemas bagi pembangunan bangsa berbagai negara. Kekurangan gizi ini bersifat multidisiplinner dan harus mempertimbangkan beberapa faktor secara simulator antara lain : mobilitas sosial, kebijakan ekonomi dan sosial, perbaikan pertanian, dan perbaikan gizi yang merupakann suatu rangkaian kegiatan.
Kekurangann gizi dapat disebabkan oleh komsumsi pangan kurang baik, jumlah dan mutu, kekurangan salah satu atau lebih zat gizi yang dapat menimbulkan beberapa penyakit defisiensi antara lain maramus, pellagra, skurri polio, dan anemia gizi. Hal tersebut dapat terjadi karena menderita sakit, faktor keturunan atau karena lingkungan yang menyebabkan gangguan penyerapan zat gizi, selain itu karena konsumsi pangan berlebihan sehingga berakibat timbulnya beberapa penyakit gizi lebih.
Masalah gizi buruk mempengaruhi perkembangan pertumbuhan balita. Afita A Usfar, Endang L Achadi, Reynaldo Martorell, Hamam Hadi ( 2009 ) dalam
Food Fortification with Iron, Zinc and Calcium Pros and Cons from a Nutritional and Technological Point of View: Asia Pasific Jurnal Nutrition Critical
menjelaskan bahwa :
“Children who fail to grow well also interact poorly with their environment and have fewer and less productive learning experiences. Poor nutrition also affects brain development directly. The long-term consequences of undernutrition in children are now better documented. They include short adult height and reduced lean body mass, characteristics that place women at greater risk of having newborns of low birth weight as well as increased risk of delivery complications and possibly death. These body size characteristics also lead to reduced work capacity and earnings. Long-term studies document strong relationships between stunting in early childhood and compromised measures of human
(46)
commit to user
capital such as school achievement, reading ability and intelligence, even after controlling for parental education and early life socioeconomic status. Anak-anak yang gagal tumbuh dengan baik buruk juga berinteraksi dengan lingkungan mereka dan memiliki pengalaman belajar yang lebih sedikit dan kurang produktif. Gizi buruk juga mempengaruhi perkembangan otak secara langsung. Konsekuensi jangka panjang dari gizi buruk pada anak-anak sekarang lebih baik didokumentasikan. Mereka termasuk tinggi dewasa pendek dan mengurangi massa tubuh ramping, karakteristik yang menempatkan perempuan pada risiko yang lebih besar memiliki bayi yang baru lahir dengan berat lahir rendah serta peningkatan risiko komplikasi persalinan dan mungkin kematian. Karakteristik ukuran tubuh ini juga mengakibatkan kapasitas kerja berkurang dan pendapatan. Jangka panjang dokumen studi hubungan kuat antara pengerdilan pada anak usia dini dan langkah-langkah dikompromikan modal manusia seperti prestasi sekolah, kemampuan membaca dan kecerdasan, bahkan setelah pengendalian untuk pendidikan orangtua dan status awal kehidupan sosial ekonomi.”
Dalam bukunya Suhardjo, golongan rawan gizi adalah bayi, anak – anak balita, wanita hamil dan ibu menyusui. Pada bayi, protein merupakan bagian penting selama masa pertumbuhannya dan masa perkembangan tubuhnya, misal untuk tulang otot dan organ tubuh luar. Anak – anak yang dilahirkan dari ibu yang mengalami kurang gizi, umumnya lahir prematur, kecil, dan cenderung banyak kelemahan ( 2003:86 ).
Masalah gizi kurang atau gizi buruk memang menjadi suatu kegelisahan, penanggulangan masalah gizi ini perlu dilakukan secara terpadu antardepartemen dan kelompok profesi, melalui upaya – upaya peningkatan pengadaan pangan, penganekaragaman produksi dan konsumsi pangan, peningkatan teknologi hasil pertanian dan teknologi pangan. Semua upaya tersebut bertujuan untuk memperoleh perbaikan pola konsumsi pangan masyarakat yang beraneka ragam, dan seimbang dalam mutu gizi. Upaya penanggulangan masalah gizi yang dilakukan secara terpadu antara lain ( Sunita Almatsier.2001:306 ) :
(47)
commit to user
a. Upaya pemenuhan persediaan pangan nasional terutama melalui peningkatan produksi beranekaragam pangan.
b. Peningkatan usaha perbaikan gizi keluarga yang diarahkan pada pemberdayaan keluarga untuk meningkatkan ketahanan pangan tingkat rumah tangga.
c. Peningkatan upaya pelayanan gizi terpadu dan sisitem rujukan dimulai dari tingkat Pos Pelayanan Terpadu ( Posyandu ), hingga puskesmas dan Rumah Sakit.
d. Peningkatan upaya keamanan pangan dan gizi melalui Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi ( SKPG ).
e. Peningkatan komunikasi, informasi, dan edukasi dibidang pangan dan gizi masyarakat.
f. Peningkatan teknologi pangan untuk mengembangkan berbagai produk pangan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat luas.
g. Intervensi langsung kepada sasaran melalui pemberian makanan tambahan, distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi, tablet, dan sirup besi serta kapsul minyak beryodium.
h. Peningkatan kesehatan lingkungan.
i. Upaya fortifikasi bahan pangan dengan vitamin A, iodium, dan zat besi j. Upaya pengawasan makanan dan minuman
(48)
commit to user B. KERANGKA PEMIKIRAN
Zat gizi merupakan suatu hal yang penting dalam pertumbuhan seseorang karena zat gizi sangat penting untuk proses pertumbuhan manusia. Jika seseorang merasa sudah terpenuhi zat makanan yang bergizi pastilah mempunyai badan yang sehat, akan tetapi jika seseorang kekurangan akan zat gizi maka tubuhnya juga akan lemas bahkan akan menimbulkan suatu penyakit yang nantinya dapat berakibat seorang atau balita mengalami gizi buruk.
Di Kabupaten Klaten masih terdapat daerah yang mempunyai balita berstatus gizi buruk, balita yang mengalami gizi buruk ini menyebar di 26 kecamatan yang ada di Kabupaten Klaten, Kecamatan yang masih banyak balita yang mengalami gizi buruk antara lain di Kecamatan Juwiring dan Kecamatan Bayat. Kebanyakan balita yang mengalami gizi buruk disebabkan oleh pengetahuan masyarakat terutama ibu tentang asupan gizi yang diberikan kepada anak- anaknya masih kurang, perekonomian yang masih rendah sehingga konsumsi pangan yang kurang baik jumlah dan mutu pangan, dan adanya kelanjutan suatu penyakit yang diderita balita sehingga dapat menyebabkan gizi buruk.
Masalah gizi buruk yang ada di setiap Kabupaten merupakan permasalahan yang penting, apalagi sejak diberlakukannya otonomi daerah seperti sekarang ini. Oleh karena itu setiap kabupaten berusaha untuk mengatasi permasalahan gizi buruk tersebut. Masalah gizi buruk di wilayah
(49)
commit to user
kabupaten merupakan tanggung jawab instansi daerah dalam hal ini adalah Dinas Kesehatan (DinKes).
Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten merupakan suatu unsur pemerintahan yang bertanggung jawab terhadap permasalahan gizi buruk yang ada di Kabupaten Klaten. Dalam mewujudkan Klaten sehat dan sejahtera , Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten mengalami permasalahan balita yang mengalami gizi buruk. Balita yang mengalami gizi buruk tersebar di 26 kecamatan di Kabupaten Klaten. Maka Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten membuat strategi untuk menanggulangi permasalahan gizi buruk yang terjadi. Di harapkan setelah berbagai strategi tersebut di implementasikan, akan dapat mengurangi jumlah balita yang mengalami gizi buruk dan meningkatkan kesehatan balita terutama pemenuhan gizi di Klaten. Akan tetapi dalam pelaksanaan strategi tersebut masih terdapat hambatan-hambatan yang dapat mengganggu terwujudnya tujuan bersama. Sehingga perlu segera dicarikan solusi untuk mengatasi hambatan tersebut.
Untuk menggambarkan strategi Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten dalam penanggulangan gizi buruk, mengacu pada teori Kotten (dalam Salusu, 1988 : 105) yang menjelaskan mengenai tipe-tipe strategi. Tipe-tipe strategi itu antara lain Corporate Strategy (strategi organisasi), Program Strategy (strategi program), Resource Support Strategy (strategi pendukung sumber daya) dan
Institutional Strategy (strategi kelembagaan).
Pada penelitian ini, terfokus pada Program Strategy (strategi program).
(50)
commit to user
strategi di atas saling berhubungan, walaupun pada penelitian ini terfokus pada strategi program bukan berarti mengabaikan strategi yang lainnya. Dalam penanggulangan gizi buruk ini cenderung menekankan pada program-program yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten sehingga dapat menggambarkan implikasi-implikasi terhadap balita yang mengalami gizi buruk. Selain itu karena keberadaan sebuah Dinas dalam lingkungan pemerintah merupakan suatu unsur yang tugas pokok dan fungsinya lebih terfokus pada program-program. Program yang dilakukan untuk menanggulangi gizi buruk adalah program Keluarga Sadar Gizi ( KADARZI ), yang memiliki 5 indikator antara lain :
1. Menimbang berat badan secara teratur
2. Memberikan ASI kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan 3. Makan beranekaragam
4. Menggunakan garam beryodium 5. Minum suplemen gizi
Sehingga Program KADARZI dapat membantu tingkat status gizi buruk di Kabupaten Klaten dapat terus berkurang dan balita atau bayi di Kabupaten Klaten dapat tumbuh dengan baik sesuai dengan Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten yaitu Klaten sehat dan sejahtera.
(51)
commit to user Bagan 2.3
Kerangka Pemikiran
Penyebab Gizi buruk: 1. Kurangnya Pengetahuan tentang asupan gizi 2. Perekonomian masyarakat yang rendah
3. Kelanjutan dari penyakit yang diderita
Strategi Dinkes Kab. Klaten dilihat dari Program Strategi :
Program Keluarga Sadar Gizi ( KADARZI ) :
1. Menimbang berat badan bayi secara teratur
2. Memberikan ASI kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan ( ASI Eksklusif ) 3. Makan beraneka
ragam 4. Menggunakan
garam beryodium 5. Minum suplemen
gizi
Berkurangnya status gizi buruk di Kab. Klaten
Faktor Penghambat dan Faktor pendukung
(52)
commit to user
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah ditentukan diatas, maka jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif, hal ini dikemukakan oleh Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi (1995:4), penelitian deskriptif dimaksudkan untuk pengukuran cermat terhadap fenomena sosial tertentu, peneliti mengembangkan konsep dan menghimpun fakta, tetapi tidak melakukan pengujian hipotesa. Metode deskriptif digunakan dengan cara mengumpulkan data, menyusun, mengklasifikasikan, menganalisis dan menginterpretasikan data tersebut. Metode deskriptif dimaksudkan untuk mengungkap berbagai informasi kualitatif dengan deskripsi yang lebih berharga daripada sekedar jumlah atau frekuensi dalam bentuk angka . Seperti yang disampaikan oleh H.B Sutopo (2002:35) yaitu dengan penelitian deskriptif kualitatif, data yang dikumpulkan terutama berupa kata-kata, kalimat atau gambar memiliki arti lebih dari sekedar angka-angka atau frekuensi.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten. Pemilihan lokasi tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa instansi inilah yang mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan rumah tangga daerah di
(53)
commit to user
bidang kesehatan di lingkungan Kabupaten Klaten termasuk di dalamnya tentang penanggulangan gizi buruk.
C. Sumber Data
Pemahaman mengenai berbagai macam sumber data merupakan bagian yang sangat penting bagi peneliti karena ketepatan memilih dann menentukan jenis sumber data akan menentukan ketepatan dan kekayaan data atau informasi yang diperoleh ( HB. Sutopo,2002:49 )
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terutama merupakan data pokok yaitu data yang paling relevan dengan pokok permasalahan yang diteliti, namun demi kelengkapan dan kebutuhan dari masalah yang diteliti maka akan dikumpulkan pula data pelengkap yang berguna untuk melengkapi data pokok. Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :
1. Data Primer.
Merupakan sejumlah data yang dikumpulkan langsung dari nara sumber penelitian ini adalah mereka yang dianggap mengetahui permasalahan yang diteliti. Dalam penelitian ini informan yang bersangkutan adalah
a. Kepala Seksi Gizi b. Staf bagian Seksi Gizi c. Ketua Posyandu Lestari
(54)
commit to user
2. Data Sekunder.
Merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung, melalui catatan-catatan lapangan hasil observasi di Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten mengenai pengumpulan dokumen-dokumen yang terkait dengan penelitian.
D. Teknik Pengambilan Sampel
Di dalam setiap penelitian, perlu adanya sumber data yang berasal dari nara sumber yang terkait yaitu dengan cara mewawancarainya. Tetapi jika mengingat banyaknya nara sumber yang akan diwawancarai dalam penelitian tersebut maka perlu diambil suatu cara agar populasi yang ada sebagai responden dapat diambil sebagian tetapi mewakili suara informan secara keseluruhan. Oleh karena itu perlu adanya teknik pengambilan sampel. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono,2006:91).
Sedangkan teknik sampling ( cuplikan ) merupakan suatu bentuk khusus atau proses bagi pemusatan sumber data dalam penelitian yang mengarah pada seleksi (Haryono,2008:41). Terkait dengan pengambilan sampel tersebut maka teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling karena dipandang mampu menangkap kelengkapan dan kedalaman data di dalam menghadapi realitas yang tidak tunggal. Pilihan atau sampel diarahkan pada sumber data yang dipandang memiliki data yang penting yang berkaitan dengan permasalahan yang
(55)
commit to user
sedang diteliti. Untuk itu diperlukan pemahaman peneliti mengenai nara sumber yang tersedia, dalam beragam posisinya, karena setiap posisi memiliki akses informasi yang berbeda. Cuplikan ini memberikan kesempatan maksimal pada kemampuan peneliti untuk menyusun teori yang dibentuk dari lapangan (grounded theory) dengan sangat memperhatikan kondisi lokal dengan memperhatikan nilai-nilainya (Haryono,2008:31).
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Wawancara mendalam (in-depth interviewing)
Teknik pengumpulan data yang dikenal dalam penelitian kualitatif pada umumnya pertama adalah wawancara mendalam. Wawancara adalah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. Maksudnya ialah proses memperoleh data untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab tatap muka antara pewawancara dengan nara sumber atau informan (Susanto, 2006:128). Wawancara dilakukan terhadap nara sumber atau informan yang dapat memberikan informasi dan keterangan-keterangan penting yang berkaitan. Wawancara jenis ini bersifat lentur, terbuka, tidak berstruktur ketat, tetapi dengan pertanyaan yang semakin terfokus dan mengarah pada kedalaman informasi. Wawancara ini dilakukan terhadap mereka yang mengetahui permasalahan yang diteliti. Wawancara ini melibatkan
(56)
commit to user
elemen-elemen yang berbeda untuk mendapatkan data yang diinginkan dalam studi. Dalam penelitian ini dilakukan wawancara kepada Kepala Seksi Gizi, Staf Seksi Gizi dan Ketua Posyandu Lestari
2. Observasi langsung
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Observasi berarti peneliti melihat dan mendengarkan (termasuk menggunakan tiga indera yang lain) apa yang dilakukan dan diperbincangkan para nara sumber dalam aktivitas kehidupan sehari-hari terutama yang berkaitan dengan penelitian (Susanto, 2006:126). Observasi dilakukan dalam bentuk observasi partisipasi pasif. Dengan kata lain dalam hal ini peneliti membatasi pada tingkat pengamatan secara pasif, sehingga dapat menjaga peran bukan sebagai ‘orang dalam’. Terhadap beberapa pelaku dan kondisi lingkungan yang relevan, termasuk didalamnya adalah beberapa kegiatan dan proses terkait dengan studi. Peneliti mendatangi secara langsung di Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten untuk melakukan pengamatan dan pencatatan terhadap objek yang diteliti.
3. Pencatatan Dokumen
Yaitu dilakukan dengan mencatat dan mengambil sumber-sumber tertulis yang ada, baik berupa dokumen atau arsip. Dokumen atau arsip merupakan bahan tertulis yang bergayutan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu ( H.B. Sutopo, 2002:54). Peneliti mengumpulkan dan memahami data-data yang diperoleh dari dokumen dan arsip sebagai
(57)
commit to user
pendukung dan pelangkap data penelitian yang ada di Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten.
F. Analisis Data
Dalam proses analisis terdapat tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan dan menentukan hasil akhir, tiga komponen tersebut menurut H. B. Sutopo (2002:91-94) adalah :
a. Reduksi Data
Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisi yang merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan abstraksi data dari fieldnote. Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan penelitian. Bahkan prosesnya diawali sebelum pelaksanaan pengumpulan data. Artinya, reduksi data sudah berlangsung sejak peneliti mengambil keputusan tentang kerangka kerja konseptual, melakukan pemilihan kasus, menyusun pertanyaan penelitian, dan juga waktu cara menentukan cara pengumpulan data yang akan digunakan.
Pada waktu pengumpulan data berlangsung, reduksi data dilakukan dengan membuat ringkasan dari catatan data yang diperoleh dilapangan. Dalam menyusun ringkasan tersebut peneliti juga membuat coding, memusatkan tema dan menentukan batas-batas permasalahan, dan juga menulis memo. Proses reduksi data berlangsung terus sampai laporan akhir penelitian selesai disusun.
(58)
commit to user
b. Penyajian Data
Penyajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian dapat dilakukan. Sajian ini merupakan kalimat yang disusun secara logis dan sistematis, sehingga bila dibaca, akan bias mudah dipahami berbagai hal yang terjadi dan memungkinkan peneliti untuk berbuat sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pemahamannnya tersebut. Sajian data ini harus mengacu pada rumusan masalah yang telah dirumuskan sebagai petanyaan penelitian, sehingga narasi yang tersaji merupakan deskripsi mengenai kondisi yang rinci untuk menceritakan dan menjawab setiap permasalahan yang ada.sajian data ini merupakan narasi yang disusun dengan pertimbangan permasalahannya dengan menggunakan logika penelitiannya. Yang banyak terjadi dimasa lalu, penyajian data tetap berupa kalimat-kalimat panjang atau cerita yang tidak banyak berbeda dengan catatan lengkap yang diperoleh dari lapangan. Hal itu sangat menyulitkan peneliti untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang data keselurtuhan guna menyusun simpulan studi secara cepat dan tepat. Kemampuan manusia terbatas dalam menghadapi catatan lapangan yang mungkin jumlahnya meliputi ribuan halaman. Sajian data yang baik dan jelas sistematikanya, akan banyak menolong peneliti sendiri dalam menyelesaikan pekerjannya. Sajian data selain dalam bentuk narasi kalimat, juga dapat meliputi berbagai jenis matriks, gambar atau skema,
(59)
commit to user
jaringan kerja, kaitan kegiatan, dan juga table sebagai pendukung narasinya.
c. Penarikan Simpulan
Dari awal pengumpulan data, peneliti sudah harus memahami apa arti dari berbagai hal yang dia temui dengan melakukan pencatatan peraturan-peraturan, pola-pola, pernyataan-pernyataan, konfigurasi yang munkin, arahan sebab-akibat, dan berbagai proporsisi. Peneliti yang ahli menangkap berbagai hal tersebut secara kuat, nemun tetap terbuka dan bersifat keptic. Konklusi-konklusi dibiarkan tetap disitu, yang pada waktu awalnya mungkin kurang jelas, kemudian semakin meningkat secara eksplisit, dan juga memiliki landasan yang semakin kuat. Simpulan akhir tidak akan terjadi sampai pada waktu proses pengumpulan data berakhir.
Simpulan perlu diverifikasi agar cukup mantap dan benar-benar bias dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu perlu dilakukan aktivitas pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran data kembali dengan cepat, mungkin sebagai akibat fikiran kedua yang timbul melintas pada peneliti pada waktu menulis sajian data dengan melihat kembali sebentar pada catatan lapangan. Verifikasi juga dapat berupa kegiatan yang dialkukan dengan lebih mengembangkan ketelitian, misalnya dengan cara berdiskusi, atau saling memeriksa antar teman. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode analisis ,yaitu: reduksi data, sajian data, serta penarikan kesimpulan dan verifikasi berjalan bersama pada waktu kegiatan pengumpulan data sebagai satu siklus yang berlangsung sampai
(60)
commit to user
akhir penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat terlihat skema bagan model analisis interaktif berikut ini :
Bagan 3.1
Model Analisis Interaktif (H.B.Sutopo,2002:96)
G. Validitas Data
Djamaludin Ancok mengatakan validitas menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur (dalam Singarimbun dan Effendi,1989:124).
Data yang telah berhasil digali, dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan penelitian, harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya. Oleh karena itu setiap peneliti harus bisa memilih dan menentukan cara yang
Pengumpulan Data
Penyajian Data
Penarikan Simpulan / Verifikasi Reduksi Data
(61)
commit to user
tepat untuk mengembangkan validitas data yang diperolenya. Cara pengumpulan data dengan beragam tekniknya harus benar-benar sesuai dan tepat untuk menggali data yang benar-benar diperlukan bagi penelitiannya. Ketepatan data tersebut tidak hanya tergantung dari ketepatan memilih sumber data dan teknik pengumpulannya, tetapi juga diperlukan teknik pengembangan validitas datanya ( HB.Sutopo,2002:77-78).
Dalam penelitian kuakitatif model validitas data yang sering digunakan adalah model triangulasi. Menurut Paton (1984), menyatakan bahwa terdapat empat macam teknik triangulasi (dalam HB. Sutopo,2002:78-82):
a. Triangulasi data (sumber)
Di dalam pengumpulan data, peneliti wajib menggunakan beragam sumber data yang tersedia. Artinya, data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya, bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda.
b. Triangulasi metode
Teknik ini dilakukan dengan mengumpulkan data sejenis, tetapi dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda.
c. Triangulasi peneliti
Hasil penelitian baik data ataupun simpulan mengenai bagian tertentu atau simpulannya bisa diuji validitasnya dari berbagai macam peneliti.
(62)
commit to user
d. Triangulasi teori
Teknik ini menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan-permasalahan yang dikaji.
Dari berbagai macam kesimpulan mengenai metode triangulasi diatas maka dalam penelitian ini model triangulasi yang digunakan adalah triangulasi data ( sumber ). Menurut Moeloeng penelitian yang menggunakan teknik pemeriksaan melalui sumbernya artinya membandingkan atau mengecek ulang derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda (dalam Iskandar, 2008:230).
Bagan 3.2
Bagan Triangulasi data (sumber : HB. Sutopo,2002:80 )
DATA
AKTIVITAS DOKUMEN
/ARSIP INFORMAN
OBSERVASI CONTENT ANALYSIS WAWANCARA
(63)
commit to user
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi
1. Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten
Negara bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan dan keadilan bagi masyarakatnya. Kesejahteraan dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu kondisi dimana kebutuhan lahir maupun batin dapat terpenuhi dengan baik. Salah satunya adalah terpenuhinya kebutuhan kesehatan. Maka negara berkewajiban mewujudkan atau memenuhi kebutuhan warga negaranya akan kesehatan dalam hal ini dalam pemenuhan gizi masyarakat. Seperti yang telah diamanatkan pada pembukaan Undang-undang Dasar Republik Indonesia yang merupakan tujuan negara yang salah satunya adalah mewujudkan kesejahteraan umum bagi seluruh rakyat Indonesia. Kesejahteraan tersebut salah satunya diwujudkan dengan adanya jaminan kesehatan bagi seluruh warga negara Indonesia.
Dasar pembangunan kesehatan adalah nilai kebenaran dan aturan pokok yang menjadi landasan pokok untuk berfikir dan bertindak dalam penyelenggaraan Pembangunan Kesehatan. Dasar – dasar berikut ini merupakan landasan penyusunan Visi, Misi, dan Strategi serta sebagai petunjuk pokok pelaksanaan pembangunan kesehatan yaitu
a. Dasar- dasar penyusunan Visi, Misi, Strategi dan petunjuk pokok pelaksanaan pembangunan kesehatan yaitu
(1)
commit to user
BAB V
PENUTUP
A.Kesimpulan
1. Di Kabupaten Klaten masih terdapat balita yang mengalami gizi buruk. Pada tahun 2008, balita yang banyak mengalami gizi buruk yaitu di kecamatan Bayat dan Juwiring.
2. Untuk menangani kasus gizi buruk ini,maka terdapat program
Keluarga Sadar Gizi ( KADARZI ), yang di dalam program tersebut terdapat 5 indikator antara lain :
a. Memantau berat badan bayi secara teratur
Kegiatan yang dilakukan pada saat penimbangan berat badan yang berhubungan dengan pengukuran status gizi balita antara lain dengan metode pengukuran antropometri. Strategi dalam indikator ini adalah dengan adanya penyuluhan pentingnya penimbangan balita, pengontrolan dan pencatatan kondisi balita oleh petugas Puskesmas yang datang setiap bulan ke Posyandu- Posyandu, selain itu dengan pengecekan kembali balita yang mengalami berat badan dibawah garis merah. Hambatan dari indikator ini yaitu kurangnya kesadaran ibu akan pentingnya penimbangan balita, tetapi setelah diadakan pendekatan dari kader Posyandu hambatan tersebut dapat berkurang.
(2)
commit to user
b. Makan beraneka ragam
Strategi yang dilakukan dalam indikator ini adalah dengan
mengadakan penyuluha karena keterbatasan dana untuk
membantu masyarakat dalam ketersediaan bahan pangan yang beraneka ragam. Hambatan dalam indikator ini karena keterbatasan dana yang dugunakan untuk menunjang program penganeka ragaman makanan, sehingga pihak Dinas Kesehatan hanya memberikan penyuluhan dan batuan biskuit kepada balita dari keluarga miskin.
c. Hanya mengkonsumsi garam beryodium
Strategi yang dilakukan dengan mengadakan penyuluhan garam yodium dengan memberikan contoh merk garam beryodium karena disesuaikan dengan UU No 64 Tahun 1994 tentang pengadaan garam beryodium.
d. Memberikan ASI Ekslusif pada bayi berumur 0 – 6 bulan
strategi dalam pemberian ASI ekslusif yaitu dengan mengeluarkan Perda No 7 Tahun 2008 tentang Inisiasi Menyusui Dini dan ASI ekslusif di Kabupaten Klaten serta UU No 36 Tahun 2009 tentang pemberian ASI ekslusif. Hambatan yang didapat dari indikator ini dikarenakan ibu bayi bekerja sehingga kurang dalam memberikan ASI ekslusif kepada bayinya.
(3)
commit to user
e. Mendapatkan dan memberikan suplementasi gizi bagi anggota keluarga yang membutuhkan
Strategi yang dilakukan dengan memberikan bantuan berupa MP-ASI kepada balita dari keluarga miskin yang berat badannya dibawah garis merah. Hambatan dalam indikator ini yaitu keterbatasan dana untuk ibu memberikan suplemen gizi kepada anaknya dan kesadaran ibu dalam pemberian suplemen gizi, karena balita hanya mendapatkan suplemen gizi pada saat ada kegiatan Posyandu.
3. Program KADARZI ini dilaksanakan di 26 Kecamatan yang ada di Kabupaten Klaten. Program KADARZI pelaksanaanya sesuai dengan Keputusan Mentri Kesehatan No.747/MenKes/SK/VI/2007 tentang Pedoman Operasional Keluarga Sadar Gizi. Di Kabupaten Klaten program ini pada tahun 2008 belum bisa mencapai target capaian program KADARZI karena hanya sejumlah 23,53 %, padahal capaian KADARZI adalah 80% sehingga dianggap belum berhasil. Program KADARZI ini memiliki hambatan, hambatan tersebut berasal dari masyarakat yang kurang mengetahui bagaimana memberikan asupan gizi yang baik bagi balita, kurang paham tentang bahan makanan yang mereka makan, adanya bayi yang berumur 0 – 6 bulan sudah diberikan makanan tambahan, sehingga Program KADARZI di Kabupaten Klaten belum bisa dikatakan berhasil. Sedangkan pada tahun 2009
(4)
commit to user
program KADARZI di Kabupaten Klaten tidak ada karena tidak adanya dana dari provinsi untuk melaksanakan program tersebut. 4. Upaya dalam penaggulangan status gizi buruk di Kabupaten Klaten
yaitu dengan penimbangan anak balita menggunakan KMS setiap bulan, memberikan pendidikan gizi dan kesehatan bagi ibu yang memiliki balita, memberikan vitamin A kepada bayi, dan meningkatkan pelayanan gizi. Selain terkait dengan program KADARZI adapun upaya lain yang dilakukan yaitu pelatihan kader Posyandu atau petugas Puskesmas, pelatihan ulang petugas dan kader, pembinaan dan pendampingan kader dan penggunaan sarana KMS.
B. Saran
1. Menurut hasil pengamatan, bahwa pemberian penyuluhan tentang pemberian ASI saja kepada bayi kurang efektif disebabkan masih banyak ibu bayi yang bekerja sehingga bayi kurang diberikan ASI secara ekslusif, dengan adanya permasalahan ini pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten seharusnya memberikan penyuluhan lebih aktif lagi kepada kadernya atau dapat terjun langsung ke Posyandu- Posyandu untuk lebih menekankan ibu- ibu yang mempunyai bayi untuk menyusui bayinya dengan ASI saja selama 6 bulan, memberikan solusi kepada ibu- ibu yang mempunyai bayi bagaimana cara memberikan ASI ekslusif kepada bayinya misalnya
(5)
commit to user
di dalam botol dan di simpan di kulkas atau pun tempat yang tidak secara langsung terkena sinar matahari jika tidak memiliki kulkas, cara seperti ini dapat efektif untuk bayi tetap selalu mendapatkan ASI ekslusif walaupun ibu bayi tetap bekerja asalkan tidak lebih dari 24 jam.
2. Dari hasil pengamatan ditemukan masih banyak masyarakat yang belum bisa memenuhi keanekaragaman pangan,, mereka hanya dapat mengkonsumsim makanan seadanya menurut pendaptan mereka, hal inilah yang memicu kegagalan kegiatan makan beraneka ragam,. Penyuluhan yang diberikan oleh Dinas Kesehatan memang kurang efektif karena penyebab masyarakat kurang makan aneka ragam makanan yaitu pendapatan yang diperoleh mereka sehingga kebutuhan akan pangan kurang tercukupi, dari permasalahan itu pihak Dinas Kesehatan seharusnya tidak hanya memberikan penyuluhan saja tetapi dapat memberikan bantuan berupa bibit tanaman kepada masyarakat untuk mereka dapat meningkatkan kegiatan makan makanan beraneka ragam, kemungkinan dengan adanya pemberian bantuan tersebut kegiatan ini dapat berhasil misalnya dengan bantuan bibit tersebut warga dapat menanam apotik hidup ataupun warung hidup sendiri, karena biasanya warga yang tinggal di desa tanah pekarangan yang mereka miliki luas sehingga dapat menanam berbagai macam sayur- sayuran, jika warga yang tidak mempunyai pekarangan dapat melakukannya dengan hidroponik atau dengan istilah tanaman organik.
(6)
commit to user
Jika warga belum mengetahui bagaimana cara menanam tanaman dengan media pot dapat diberikan penjelasan tentang bagaimana menanam tanaman di media pot dengan baik.