PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kedelai Glycine max L. sampai saat ini diduga berasal dari kedelai liar Cina, Manchuria dan Korea. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak
yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar Glycine ururiencis merupakan kedelai yang menurunkan berbagai kedelai yang kita kenal sekarang. Penyebaran tanaman
kedelai ke Indonesia berasal dari daerah Manshukuo Cina Utara menyebar ke daerah Mansuria, Jepang dan ke negara-negara lain di Amerika dan Afrika
Andrianto dan Indarto, 2004. Kedelai merupakan tanaman sumber protein yang penting di Indonesia.
Berdasarkan luas panen di Indonesia kedelai menempati urutan ke-3 sebagai tanaman palawija setelah jagung dan ubi kayu. Rata-rata luas pertanaman per
tahun sekitar 703.878 ha dengan total produksi 518.204 ton Suprapto, 2001. Kedelai bernilai gizi tinggi dengan kadar protein sekitar 40. Kandungan
asam amino penting yang terdapat dalam kedelai yaitu isoleucine, leucine, lysine, methionine, phenylalanine, threonin, tryptophane, dan valine yang rata-rata
tinggi, kecuali methionine dan phenylalanine. Di samping itu kedelai mengandung kalsium, fosfor, besi, vitamin A dan B yang berguna bagi pertumbuhan manusia.
Biji kedelai juga dapat dipakai sebagai bahan baku industri seperti minyak goreng dan mentega. Minyak dari kedelai dapat digunakan untuk bermacam tujuan
perindustrian. Ini mencakup pembuatan gycerine, insektisida, cat, dan lain sebagainya Suprapto, 2001.
Universitas Sumatera Utara
Penyebab rendahnya hasil kedelai di Indonesia antara lain adalah gangguan hama dan penyakit tanaman. Penyakit yang sering merusak tanaman
kedelai adalah penyakit karat daun P. pachyrhizi Syd. penurunan hasil oleh penyakit ini berkisar antara 30-60. Selain menurunkan hasil penyakit karat daun
juga berpotensi untuk menurunkan kualitas biji kedelai. Tanaman kedelai yang tertular penyakit ini memiliki biji lebih kecil Sumarno, dkk, 1990.
Penyakit terpenting pada kedelai adalah karat daun. Di daerah endemik karat daun, pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan menanam varietas
toleran yaitu Wilis, Kerinci, Dempo, Merbabu dan Rinjani. Pengendalian menggunakan fungisida dilakukan bila gejala penyakit karat daun timbul sebelum
tanaman berbunga. Penyakit karat daun yang timbul saat pengisian polong hampir penuh umur 60-80 hari tidak mempengaruhi hasil biji. Bila terjadi serangan
karat pada tanaman muda. Kehilangan hasil karena serangan karat daun antara 30- 60 Adie dan Krisnawati, 2008.
Banyaknya, lamanya atau berulangnya kelembaban yang tinggi, apakah dalam bentuk hujan, embun atau kelembaban udara relatif, adalah faktor-faktor
dominandalam perkembangan kebanyakan epidemi penyakit yang disebabkan oleh jaur seperti karat daun, bercak daun, hawar dll. Kelembaban tidak hanya
mendukung pertumbuhan tanaman yang sukulen dan rentan, tetapi lebih penting lagi akan meningatkan sporulasi jamur, pelepasan spora. Adanya tingkat
kelembababan yang tinggi memungkinkan semua kejadian yang mendukung terjadinya penyakit untuk berada dalam keadaan konstan dan berulang dan
memungkinkan timbulnya epidemi Abadi, 2003.
Universitas Sumatera Utara
Epidemi sering terjadi pada suhu tinggi atau suhu rendah dibandingkan dengan suhuyang optimum untuk pertumbuhan tanaman karena pada suhu
optimum ini tingkat ketahanan horizontal pada tanaman akan berkurang. Pada tingkat tertentu, suhu mungkin mengurangiatau menghilangkan ketahanan vertikal
tanaman inang. Tanaman yang tumbuh pada suhu semacam ini menjadi stress dan mudah terserang patogen Abadi, 2003
Pedoman waktu tanam yang baik untuk kedelai disesuaikan dengan kemungkinan adanya resiko yang paling kecil dan biaya pemeliharaan yang dapat
ditekan. Penanaman yang dilaksanaan pada musim hujan yang berlebihan, akan mengalami gangguan yang merugikan pertumbuhan terutama disebabkan karena
serangan penyakit dan hambatan dalam pengolahan lepas panen Suprapto, 2001. Ketahanan dapat mempunyai beberapa macam bentuk. Suatu tanaman
dapat tahan terhadap infeksi suatu patogen , sebaliknya tanaman yang tahan itu dapat juga terinfeksi oleh pathogen. Tanaman yang tahan dapat membatasi
aktivitas pathogen penyebab penyakit sehingga tidak dapat membiak dengan bebas dan tidak dapat menyebabkan kerusakan berat yang menimbulkan kerugian
yang berarti. Jika pembiakan patogen terhambat , patogen tidak dapat meluas , sehingga pertanaman relatif bebas dari penyakit. Dalam praktek dilapangan pada
umumnya penanaman dilapangan cukup mengurangi kerugian sampai sekecil mungkin, dan biasanya tidak perlu tindakan pengendalian Semangun, 1996.
Universitas Sumatera Utara
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui Ketahanan Beberapa Verietas Kedelai Glycine max L. Di Luar Musim Tanam Terhadap Penyakit Karat Daun P. pachyrhizi Syd.
Di lapangan.
Hipotesa Penelitian
Beberapa varietas tanaman kedelai { Varietas anjasmoro, ijen, Kaba, Sinabung, Detam 2 dan Seulawah} di luar Musim Tanam Mempunyai Ketahanan
Yang Berbeda Terhadap Penyakit Karat Daun P. pachyrhizi Syd. Di lapangan.
Kegunaan Penelitian
• Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Pertanian
di Departemen Hama Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
• Sebagai sumber informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
Sistematika dan Biologi Tanaman Kedelai
Menurut Sharma 2002, kacang kedelai diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Family : Leguminoceae
Genus : Glycine
Species : Glycine max L. Merril.
Tanaman kedelai berbentuk perdu dengan tinggi lebih kurang 20-100 cm. Pertumbuhan akar tunggang lurus masuk ke dalam tanah dan mempunyai banyak
akar cabang. Pada setiap akar cabang tersebut terdapat bintil-bintil akar yang mampu mengikat Nitrogen N
2
dari udara dengan bantuan bakteri Rhyzobium japonicum yang mempunyai kemampuan mengikat N
2
dari udara yang berguna untuk menyuburkan tanah Snyder, 1987.
Batang kedelai berwarna ungu atau hijau dan pada umur yang masih muda terbagi atas hipokotil dan epikotil. Berdasarkan tipe pertumbuhan batangnya,
kedelai dibagi menjadi tiga tipe, yaitu tipe determinate, indeterminate, dan semi determinate. Danarti dan Najiyati, 1999.
Universitas Sumatera Utara
Daunnya merupakan daun majemuk yang terdiri dari tiga helai anak daun dan umumnya berwarna hijau muda atau hijau kekuningan, bentuknya ada yang
oval dan ada yang segi tiga. Warna bunga putih bersih atau ungu muda. Bunga tumbuh di ketiak daun dan pada ketiak daun terdapat 3-15 kuntum, namun hanya
sebagian membentuk kolom Adisarwanto, 2005. Di dalam polong terdapat biji yang berjumlah 2-3 biji yang berwarna
kuning atau hijau transparan sampai yang berwarna kecoklatan atau hitam. Setiap biji kedelai mempunyai ukuran bervariasi, mulai dari kecil sekitar 7-9 g100 biji,
sedang 10-13 g100 biji, dan besar 13 g100 biji. Bentuk biji bervariasi, tergantung pada varietas tanaman, yaitu bulat, agak gepeng, dan bulat telur.
Adisarwanto, 2005. Kedelai tumbuh baik pada tanah bertekstur gembur, lembab, tidak
tergenang air dan memiliki pH 6-6,8. pada pH 5,5 kedelai masih dapat berproduksi, meskipun tidak sebaik pada pH 6-6,8. pada pH 5,5 pertumbuhannya
sangat terhambat karena keracunan aluminium. Untuk mengatasinya lahan perlu dikapur Danarti dan Najiyati, 1999.
Iklim kering lebih disukai tanaman kedelai dibanding iklim sangat lembab. Curah hujan optimum antara 100-200 mmbulan Danarti dan Najiyati, 1993.
Kedelai tumbuh pada daerah ketinggian kurang dari 400 mdpl. Suhu optimum bagi pertumbuhan kedelai antara 20-30
C dan jika lama penyinaran 12 jam perhari dengan kondisi lingkungan yang baik, maka hampir semua tanaman
kedelai dapat berbunga. Tersedianya air tanah selama pertumbuhan tanaman sangat menentukan daya hasil kedelai dan jika kekeringan terjadi pada saat
Universitas Sumatera Utara
pembungaan dan pengisian polong, maka produksi yang dihasilkan akan rendah Andrianto dan Indarto, 2004.
Sesuai dengan kondisi iklim dan pola tanam yang berlaku, maka waktu tanam kedelai pertama adalah bulan september. Penanaman kedelai dapat juga
dilaksanakan pada bulan Maret sampai April musim kemarau. Di lahan kering, waktu tanam yang dianjurkan adalah Februari sampai Maret musim hujan
Adrianto dan Indarto, 2004. Antara suhu dan kelembaban harus selaras atau seimbang. Suhu yang
cukup tinggi dan curah hujan yang kurang, atau sebaliknya pada suhu yang rendah dan curah hujan berlebihan menyebabkan turunnya kualitas kedelai yang
dihasilkan Suprapto, 2001. Hal yang terpenting pada aspek distribusi curah hujan yaitu jumlahnya
merata sehingga kebutuhan air pada tanaman kedelai dapat terpenuhi. Jumlah air yang digunakan oleh tanaman kedelai tergantung pada kondisi iklim, system
pengelolaan tanaman, dan lama periode tumbuh. Pada saat perkecambahan, faktor air menjadi sangat penting karena akan berpengaruh pada proses pertumbuhan.
Kebutuhan air semakin bertambah seiring dengan bertambahnya umur tanaman. Kebutuhan air paling tinggi terjadi pada saat masa berbunga dan pengisian
polong. Kondisi kekeringan menjadi sangat kritis pada saat tanaman kedelai berada pada stadia perkecambahan dan pembentukan polong. Untuk mencegah
terjadinya kekeringan pada tanaman kedelai, khususnya pada stadia berbunga dan pembentukan polong, dilakukan dengan waktu tanam yang tepat, yaitu saat
kelembaban tanah sudah memadai untuk perkecambahan. Selain itu, juga harus didasarkan pada pola distribusi curah hujan yang terjadi di daerah tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Tanaman kedelai sebenarnya cukup toleran terhadap cekaman kekeringan karena dapat bertahan dan berproduksi bila kondisi cekaman kekeringan maksimal 50
dari kapasitas lapang atau kondisi tanah yang optimal. Selama masa stadia pemasakan biji, tanaman kedelai memerlukan kondisi lingkungan yang kering
agar diperoleh kualitas biji yang baik. Kondisi lingkungan yang kering akan mendorong proses pemasakan biji lebih cepat dan bentuk biji yang seragam
Suprapto, 2001
Universitas Sumatera Utara
Biologi Penyakit Tumbuhan
Penyakit karat daun pada tanaman kedelai disebabkan oleh jamur Phakopsora pachyrizi Syd. Agrios, 1996.
Menurut Alexopoulus 1996, jamur P. pachyrizi Syd diklasifikasikan sebagai berikut:
Division :
Mycota Class
: basidiomycetes
Sub-class :
Heterobasidiomycetes Ordo
: Uredinales
Family :
Melampaoraceae Genus
: Phakopsora
Spesies :
Phakopsora pachyrizi Syd Jenis penyakit ini menyerang tanaman kedelai yang umumnya belum tua,
dan bisa menyebabkan hampanya polong. Pada serangan yang berat, daun- daunnya rontok. Apabila tanaman yang terserang ini disentuh, sporanya akan
beterbangan, kemudian akhirnya hinggap dan menyerang tanaman yang masih sehat. Disamping karena sentuhan, spora tersebut bisa terbawa oleh angin
Matnawy, 1989. P. pachyrizi Syd mempunyai uredium pada sisi bawah dan atas daun,
coklat muda sampai coklat, bergaris tengah 100-200 µm, sering kali tersebar merata memenuhi permukaan daun. Parafisa pangkalnya bersatu, membentuk
penutup yang mirip dengan kubah diatas uredium. Parafisa membengkok berbentuk gada atau mempunyai ujung membengkak, hialin atau berwarna jerami
Universitas Sumatera Utara
dengan ruang sel sempit. Ujungnya berukuran 7,5-1,5 µm, dengan panjang 20-47 µ m Semangun, 1993.
Jamur ini mempunyai uredium pada permukaan daun bagian bawah dan bagian atas, berwarna coklat, berbentuk tonjolan seperti gunung api kecil, dan
bergaris tengah 100-200 mikron. Pada bagian atas tonjolannya terdapat lubang yang menjadi jalan keluarnya urediospora Thompson, 2008
Uredium bentuknya seperti piknidium, mirip dengan gunung api kecil. Uredium dibentuk di bawah epidermis, jika dilihat dari atas berbentuk bulat atau
jorong. Dipusar bagian uredium yang menonjol terbentuk lubang yang menjadi jalan keluarnya urediospora. Urediospora membulat pendek, bulat telur, atau
jorong, hialin sampai coklat kekuningan, 15-34 x 15-24 µm, dengan dinding hialin yang tebalnya 1-1,5 µm, berduri-duri halus gambar 1 Semangun,1993.
Gambar 1. Urediospora Phakopsora pachyrizi, penyebab penyakit karat daun kedelai 10x
Universitas Sumatera Utara
Gejala serangan
Gejala umum penyakit ini terjadi pada saat tanaman selesai berbunga. Bintik-bintik coklat lebih banyak Nampak dipermukaan daun bagian bawah.
Apabila daun disentuh sporanya menyerupai tepung berwarna coklat bertaburan. Penyakit ini dapat mengurangi fotosintesis. Apabila serangannya berat
mengakibatkan banyak polong yang tidak terisi penuh Suprapto, 2001. Gejala tampak pada daun, tangkai dan kadang-kadang pada batang. Mula-
mula disini terjadi bercak-bercak kecil kelabu atau bercak yang sedikit demi sedikit berubah menjadi coklat atau coklat tua. Bercak-bercak karat terlihat
sebelum bisul-bisul pustule pecah. Bercak tampak bersudut-sudut, karena dibatasi oleh tulang-tulang daun di dekat tempat terjadinya infeksi. Pada
perkembangan tanaman berikutnya, setelah tanaman mulai berbunga, bercak- bercak menjadi lebih besar atau kadang-kadang bersatu dan menjadi coklat tua
bahkan hitam. Pada umumnya gejala karat mula-mula tampak pada daun-daun bawah, yang lalu berkembang ke daun-daun yang lebih muda. Bercak-bercak
meskipun umumnya terdapat pada sisi bawah, dapat juga terbentuk pada sisi atas daun Semangun, 1993.
Gambar 2. gejala karat daun P. pachyrizi
Universitas Sumatera Utara
Daun berbercak-bercak kecil berwarna coklat kelabu dan sedikit demi sedikit berubah warna menjadi coklat tua. Karena dibatasi oleh tulang-tulang daun
disekitar tempat infeksi, bercak tersebut tampak bersudut-sudut. Bercak-bercak dapat membesar dan menyatu, terutama setelah tanaman berbunga. Bercak-bercak
ini umumnya terdapat pada bagian bawah daun, tetapi dapat juga terbentuk pada bagian atas. Gejala ini mula-mula tampak pada daun-daun yang tua kemudian
berkembang ke daun-daun yang lebih muda Yuswani dan Sumartini, 2001. Daur Hidup Penyakit
Urediospora masuk kedalam tumbuhan melalui stomata. Setelah mencapai mulut daun stomata, ujung pembuluh kecambah membesar dan membentuk
apresorium. Alat ini membentuk lubang penetrasi yang masuk kedalam lubang stomata lalu membengkak menjadi gelembung sub-stomata di dalam ruang udara.
Dari gelembung ini tumbuh hifa infeksi yang berkembang ke semua arah dan membentuk hausterium yang mengisap makanan dari sel-sel tumbuhan inang
Semangun, 1996. Urediospora yang pertama dapat dihasilkan sejak 9 hari setelah terjadinya
infeksi, dan produksi spora dapat berlanjut sampai 3 minggu kedepan. Uredium dapat berkembang sampai minggu ke 5 setelah inokulasi tunggal, uredium
sekunder akan menginfeksi sampai minggu ke 8 sejak awal infeksi. Dengan begitu, dari awal infeksi timbulnya karat daun Pustul generasi pertama yang
mengalami sporulasi sampai ke 15. Hal ini juga dipengaruhi oleh kondisi kering yang memperluas kapasitas sporulasi yang menghasilkan pathogen yang menjadi
inokulum tetap. Urediospora yang baru dapat menginfeksi tanaman yang sehat
Universitas Sumatera Utara
dan tanaman inang lainnya. Urediospora ini disebarkan oleh angin, apabila kondisinya sesuai pathogen
ini akan
berkecambah. Agrios, 1997. Siklus hidup penyakit karat daun dapat dilihat pada gambar 3 di bawah ini
sumber : Dow agroscience, 2009
Factor Yang Mempengaruhi
Urediospora dapat berkecambah pada suhu optimum 15-25 C. oleh sebab
itu, kedelai sering terinfeksi pada suhu 20-25 C dengan cuaca berembun selama
10-12 jam Semangun, 1996. Suhu optimum untuk perkecambahan urediospora adalah 15-25
C. pada kedelai infeksi paling banyak terjadi pada suhu 20-25
C dengan embun selama 10-12 jam, pada suhu 15-17 diperlukan embun selama 16-18 jam. Masa berembun
terpendek untuk terjadinya infeksi pada suhu 20-25 C adalah 6 jam, sedang pada
suhu 15-17 C adalah 8-10 jam. Infeksi terjadi bila suhu lebih tinggi dari 27,5
C,
inkubas
Satu pustule dapat menghasilkan + 10.000
spora dalam 3 minggu Infeksi terjadi pada suhu 60 F –
80 F, enam jam setelah inokulasi
lingkungan Tanaman inang
patogen
Penetrasi langsung melalui stomata daun
Gejala awal tampak antara 2-10 hari
6-7 hari setelah gejala , spora bermunculan
dari karat
Perkecambahan dan penetrasi terjadi
didalam daun.. Perkecambahan terjadi
pada suhu 60 F-80 F
Universitas Sumatera Utara
bakal uredium mulai tampak5-7 hari setelah inokulasi, dan pembentukan spora terjadi 2-4 hari kemudian. Penyakit karat yang lebih berat terjadi pada pertanaman
kedelai musim hujan Semangun, 1993.
Pengendalian Penyakit
Beberapa hama atau penyakit cukup sulit dikendalikan apabila sudah terlanjur menyerang tanaman. Untuk itu, disarankan untuk mengadakan
pencegahan dengan cara sebagai berikut: •
Menanam varietas tahan •
Penanaman yang serentak •
Pergiliran tanaman •
Sanitasi lahan dari gulma •
Benih di campur dengan fungisida Benlate T 20 •
Tanaman disemprot dengan fungisida Danarti dan Najiyati, 1999.
Pengendaliannya dapat dilakukan dengan menggunakan fungisida Dithane mankozeb atau Benlate Benomyl dengan dosis 2 grliter bisa lebih efektif jika
fungisida ini diberikan pada serangan belum begitu berat Suprapto, 2001.
Universitas Sumatera Utara
Ketahanan
Ketahanan atau resistensi tanaman merupakan pengertian yang bersifat relatif, karena untuk melihat ketahanan suatu tanaman, sifat tanaman yang tahan
atau dibandingkan dengan sifat tanaman yang tidak tahan atau peka. Tanaman tahan adalah tanaman menderita kerusakan lebih sedikit bila dibandingkan dengan
tanaman yang lain. Sifat ketahanan yang dimiliki oleh tanaman dapat merupakan sifat asli atau terbawa keturunan faktor genetik, tetapi dapat juga karena keadaan
lingkungan yang menyebabkan tanaman menjadi tahan Untung, 2006. Ketahanan varietas turut mempengaruhi produksi dari suatu tanaman.
Selain itu produksi juga dipengaruhi oleh bentuk morfologis daun seperti luas permukaan daun, kelengkungan daun, serta kandungan klorofil daun yang
mengakibatkan perbedaan penerimaan sinar matahari dan perbedaan dalam sintesa protein dan juga karbohidrat Untung, 2006.
Ada tiga macam ketahanan terhadap penyakit , yaitu ketahanan mekanis, ketahanan kimiawi, dan ketahanan fungsional. Ketahanan mekanis terdiri atas
ketahanan mekanis pasif dan ketahanan mekanis aktif. Tumbuhan yang mempunyai ketahanan mekanis pasif mempunyai struktur morfologi yang
menyebabkan sulit diinfeksi oleh patogen. Misalnya tumbuhan mempunyai epidermis yang berkutikula tebal, adanya lapisan lilin dan mempunyai mulut kulit
yang sedikit, sedangkan mekanisme ketahanan mekanis aktif bekerja setelah patogen menginvasi inang, yang merupakan hasil interaksi antara sistem genetik
tumbuhan inang dengan patogen. Ketahanan kimiawi terdiri atas ketahanan kimia pasif dan aktif. Ketahanan kimia pasif, parasit hanya dapat menyerang tumbuhan
yang mempunyai isi sel yang susunan kimianya cocok baginya. Pada ketahanan
Universitas Sumatera Utara
kimia aktif terbentuk zat-zat kimia atau senyawa penangkal seperti phytoalexyn. Pada ketahanan fungsional tumbuhan tidak terserang patogen, bukan kerena
adanya struktur morfologis atau zat-zat kimia, melainkan karena pertumbuhannya sedemikian rupa sehingga dapat menghindari penyakit, meskipun sebenarnya
tumbuhan itu rentan. Tumbuhan melewati fase rentannya ketika tidak ada patogen Semangun, 1996.
Universitas Sumatera Utara
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dilahan percobaan UPT.BBI Palawija Dinas Pertanian Sumatera Utara, Tanjung Selamat Deli Serdang. Dengan ketinggian
tempat + 25 m dpl. Penelitian ini dirancanakan dilaksanakan mulai bulan Mei 2009 sampai selesai.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kacang kedelai { Varietas anjasmoro, varietas ijen, Varietas Kaba, Varietas Sinabung, varietas
Detam 2 dan varietas Seulawah }, kompos, pupuk urea, TSP, dan KCL. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah papan nama, cangkul,
tugal, gembor, meteran, timbangan, hansprayer, kuas, buku data, alat tulis, dan kalkulator.
Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan rancangan acak kelompok RAK non-factorial yang terdiri dari 6 perlakuan varietas V.
Adapun Varietas yang diuji yaitu:
V1 : Varietas anjasmoro
V2 : varietas ijen
V3 : Varietas Kaba
V4 : Varietas Sinabung
V5 : Varietas Detam 2
V6 : Varietas Seulawah
Jumlah perlakuan t = 6
Universitas Sumatera Utara
Untuk ulangan perlakuan perlakuan dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
t - 1 r - 1 15 6 – 1 r -1 15
5r – 5 15 5r 20
r 4 Jumlah ulangan r = 4
Model linear yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Yij
= µ + γi + αj + εij
Keterangan : Yij
= data percobaan µ
= efek nilai tambah γi
= efek blok dari taraf ke-i αj
= efek perlakuan dari taraf ke-j εij
= efek error Jika sidik ragam menunjukkan hasil yang nyata, maka dilanjutkan dengan
uji jarak Duncan DMRT Hanafiah, 2003.
IV. Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan Areal Penelitian