Latar Belakang Uji Ketahanan Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L.) Di Luar Musim Tanam Terhadap Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi Syd.) Di Lapangan

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kedelai Glycine max L. sampai saat ini diduga berasal dari kedelai liar Cina, Manchuria dan Korea. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar Glycine ururiencis merupakan kedelai yang menurunkan berbagai kedelai yang kita kenal sekarang. Penyebaran tanaman kedelai ke Indonesia berasal dari daerah Manshukuo Cina Utara menyebar ke daerah Mansuria, Jepang dan ke negara-negara lain di Amerika dan Afrika Andrianto dan Indarto, 2004. Kedelai merupakan tanaman sumber protein yang penting di Indonesia. Berdasarkan luas panen di Indonesia kedelai menempati urutan ke-3 sebagai tanaman palawija setelah jagung dan ubi kayu. Rata-rata luas pertanaman per tahun sekitar 703.878 ha dengan total produksi 518.204 ton Suprapto, 2001. Kedelai bernilai gizi tinggi dengan kadar protein sekitar 40. Kandungan asam amino penting yang terdapat dalam kedelai yaitu isoleucine, leucine, lysine, methionine, phenylalanine, threonin, tryptophane, dan valine yang rata-rata tinggi, kecuali methionine dan phenylalanine. Di samping itu kedelai mengandung kalsium, fosfor, besi, vitamin A dan B yang berguna bagi pertumbuhan manusia. Biji kedelai juga dapat dipakai sebagai bahan baku industri seperti minyak goreng dan mentega. Minyak dari kedelai dapat digunakan untuk bermacam tujuan perindustrian. Ini mencakup pembuatan gycerine, insektisida, cat, dan lain sebagainya Suprapto, 2001. Universitas Sumatera Utara Penyebab rendahnya hasil kedelai di Indonesia antara lain adalah gangguan hama dan penyakit tanaman. Penyakit yang sering merusak tanaman kedelai adalah penyakit karat daun P. pachyrhizi Syd. penurunan hasil oleh penyakit ini berkisar antara 30-60. Selain menurunkan hasil penyakit karat daun juga berpotensi untuk menurunkan kualitas biji kedelai. Tanaman kedelai yang tertular penyakit ini memiliki biji lebih kecil Sumarno, dkk, 1990. Penyakit terpenting pada kedelai adalah karat daun. Di daerah endemik karat daun, pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan menanam varietas toleran yaitu Wilis, Kerinci, Dempo, Merbabu dan Rinjani. Pengendalian menggunakan fungisida dilakukan bila gejala penyakit karat daun timbul sebelum tanaman berbunga. Penyakit karat daun yang timbul saat pengisian polong hampir penuh umur 60-80 hari tidak mempengaruhi hasil biji. Bila terjadi serangan karat pada tanaman muda. Kehilangan hasil karena serangan karat daun antara 30- 60 Adie dan Krisnawati, 2008. Banyaknya, lamanya atau berulangnya kelembaban yang tinggi, apakah dalam bentuk hujan, embun atau kelembaban udara relatif, adalah faktor-faktor dominandalam perkembangan kebanyakan epidemi penyakit yang disebabkan oleh jaur seperti karat daun, bercak daun, hawar dll. Kelembaban tidak hanya mendukung pertumbuhan tanaman yang sukulen dan rentan, tetapi lebih penting lagi akan meningatkan sporulasi jamur, pelepasan spora. Adanya tingkat kelembababan yang tinggi memungkinkan semua kejadian yang mendukung terjadinya penyakit untuk berada dalam keadaan konstan dan berulang dan memungkinkan timbulnya epidemi Abadi, 2003. Universitas Sumatera Utara Epidemi sering terjadi pada suhu tinggi atau suhu rendah dibandingkan dengan suhuyang optimum untuk pertumbuhan tanaman karena pada suhu optimum ini tingkat ketahanan horizontal pada tanaman akan berkurang. Pada tingkat tertentu, suhu mungkin mengurangiatau menghilangkan ketahanan vertikal tanaman inang. Tanaman yang tumbuh pada suhu semacam ini menjadi stress dan mudah terserang patogen Abadi, 2003 Pedoman waktu tanam yang baik untuk kedelai disesuaikan dengan kemungkinan adanya resiko yang paling kecil dan biaya pemeliharaan yang dapat ditekan. Penanaman yang dilaksanaan pada musim hujan yang berlebihan, akan mengalami gangguan yang merugikan pertumbuhan terutama disebabkan karena serangan penyakit dan hambatan dalam pengolahan lepas panen Suprapto, 2001. Ketahanan dapat mempunyai beberapa macam bentuk. Suatu tanaman dapat tahan terhadap infeksi suatu patogen , sebaliknya tanaman yang tahan itu dapat juga terinfeksi oleh pathogen. Tanaman yang tahan dapat membatasi aktivitas pathogen penyebab penyakit sehingga tidak dapat membiak dengan bebas dan tidak dapat menyebabkan kerusakan berat yang menimbulkan kerugian yang berarti. Jika pembiakan patogen terhambat , patogen tidak dapat meluas , sehingga pertanaman relatif bebas dari penyakit. Dalam praktek dilapangan pada umumnya penanaman dilapangan cukup mengurangi kerugian sampai sekecil mungkin, dan biasanya tidak perlu tindakan pengendalian Semangun, 1996. Universitas Sumatera Utara Tujuan Penelitian Untuk mengetahui Ketahanan Beberapa Verietas Kedelai Glycine max L. Di Luar Musim Tanam Terhadap Penyakit Karat Daun P. pachyrhizi Syd. Di lapangan. Hipotesa Penelitian Beberapa varietas tanaman kedelai { Varietas anjasmoro, ijen, Kaba, Sinabung, Detam 2 dan Seulawah} di luar Musim Tanam Mempunyai Ketahanan Yang Berbeda Terhadap Penyakit Karat Daun P. pachyrhizi Syd. Di lapangan. Kegunaan Penelitian • Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Hama Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. • Sebagai sumber informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Universitas Sumatera Utara TINJAUAN PUSTAKA Sistematika dan Biologi Tanaman Kedelai Menurut Sharma 2002, kacang kedelai diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Class : Dicotyledoneae Family : Leguminoceae Genus : Glycine Species : Glycine max L. Merril. Tanaman kedelai berbentuk perdu dengan tinggi lebih kurang 20-100 cm. Pertumbuhan akar tunggang lurus masuk ke dalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Pada setiap akar cabang tersebut terdapat bintil-bintil akar yang mampu mengikat Nitrogen N 2 dari udara dengan bantuan bakteri Rhyzobium japonicum yang mempunyai kemampuan mengikat N 2 dari udara yang berguna untuk menyuburkan tanah Snyder, 1987. Batang kedelai berwarna ungu atau hijau dan pada umur yang masih muda terbagi atas hipokotil dan epikotil. Berdasarkan tipe pertumbuhan batangnya, kedelai dibagi menjadi tiga tipe, yaitu tipe determinate, indeterminate, dan semi determinate. Danarti dan Najiyati, 1999. Universitas Sumatera Utara Daunnya merupakan daun majemuk yang terdiri dari tiga helai anak daun dan umumnya berwarna hijau muda atau hijau kekuningan, bentuknya ada yang oval dan ada yang segi tiga. Warna bunga putih bersih atau ungu muda. Bunga tumbuh di ketiak daun dan pada ketiak daun terdapat 3-15 kuntum, namun hanya sebagian membentuk kolom Adisarwanto, 2005. Di dalam polong terdapat biji yang berjumlah 2-3 biji yang berwarna kuning atau hijau transparan sampai yang berwarna kecoklatan atau hitam. Setiap biji kedelai mempunyai ukuran bervariasi, mulai dari kecil sekitar 7-9 g100 biji, sedang 10-13 g100 biji, dan besar 13 g100 biji. Bentuk biji bervariasi, tergantung pada varietas tanaman, yaitu bulat, agak gepeng, dan bulat telur. Adisarwanto, 2005. Kedelai tumbuh baik pada tanah bertekstur gembur, lembab, tidak tergenang air dan memiliki pH 6-6,8. pada pH 5,5 kedelai masih dapat berproduksi, meskipun tidak sebaik pada pH 6-6,8. pada pH 5,5 pertumbuhannya sangat terhambat karena keracunan aluminium. Untuk mengatasinya lahan perlu dikapur Danarti dan Najiyati, 1999. Iklim kering lebih disukai tanaman kedelai dibanding iklim sangat lembab. Curah hujan optimum antara 100-200 mmbulan Danarti dan Najiyati, 1993. Kedelai tumbuh pada daerah ketinggian kurang dari 400 mdpl. Suhu optimum bagi pertumbuhan kedelai antara 20-30 C dan jika lama penyinaran 12 jam perhari dengan kondisi lingkungan yang baik, maka hampir semua tanaman kedelai dapat berbunga. Tersedianya air tanah selama pertumbuhan tanaman sangat menentukan daya hasil kedelai dan jika kekeringan terjadi pada saat Universitas Sumatera Utara pembungaan dan pengisian polong, maka produksi yang dihasilkan akan rendah Andrianto dan Indarto, 2004. Sesuai dengan kondisi iklim dan pola tanam yang berlaku, maka waktu tanam kedelai pertama adalah bulan september. Penanaman kedelai dapat juga dilaksanakan pada bulan Maret sampai April musim kemarau. Di lahan kering, waktu tanam yang dianjurkan adalah Februari sampai Maret musim hujan Adrianto dan Indarto, 2004. Antara suhu dan kelembaban harus selaras atau seimbang. Suhu yang cukup tinggi dan curah hujan yang kurang, atau sebaliknya pada suhu yang rendah dan curah hujan berlebihan menyebabkan turunnya kualitas kedelai yang dihasilkan Suprapto, 2001. Hal yang terpenting pada aspek distribusi curah hujan yaitu jumlahnya merata sehingga kebutuhan air pada tanaman kedelai dapat terpenuhi. Jumlah air yang digunakan oleh tanaman kedelai tergantung pada kondisi iklim, system pengelolaan tanaman, dan lama periode tumbuh. Pada saat perkecambahan, faktor air menjadi sangat penting karena akan berpengaruh pada proses pertumbuhan. Kebutuhan air semakin bertambah seiring dengan bertambahnya umur tanaman. Kebutuhan air paling tinggi terjadi pada saat masa berbunga dan pengisian polong. Kondisi kekeringan menjadi sangat kritis pada saat tanaman kedelai berada pada stadia perkecambahan dan pembentukan polong. Untuk mencegah terjadinya kekeringan pada tanaman kedelai, khususnya pada stadia berbunga dan pembentukan polong, dilakukan dengan waktu tanam yang tepat, yaitu saat kelembaban tanah sudah memadai untuk perkecambahan. Selain itu, juga harus didasarkan pada pola distribusi curah hujan yang terjadi di daerah tersebut. Universitas Sumatera Utara Tanaman kedelai sebenarnya cukup toleran terhadap cekaman kekeringan karena dapat bertahan dan berproduksi bila kondisi cekaman kekeringan maksimal 50 dari kapasitas lapang atau kondisi tanah yang optimal. Selama masa stadia pemasakan biji, tanaman kedelai memerlukan kondisi lingkungan yang kering agar diperoleh kualitas biji yang baik. Kondisi lingkungan yang kering akan mendorong proses pemasakan biji lebih cepat dan bentuk biji yang seragam Suprapto, 2001 Universitas Sumatera Utara Biologi Penyakit Tumbuhan Penyakit karat daun pada tanaman kedelai disebabkan oleh jamur Phakopsora pachyrizi Syd. Agrios, 1996. Menurut Alexopoulus 1996, jamur P. pachyrizi Syd diklasifikasikan sebagai berikut: Division : Mycota Class : basidiomycetes Sub-class : Heterobasidiomycetes Ordo : Uredinales Family : Melampaoraceae Genus : Phakopsora Spesies : Phakopsora pachyrizi Syd Jenis penyakit ini menyerang tanaman kedelai yang umumnya belum tua, dan bisa menyebabkan hampanya polong. Pada serangan yang berat, daun- daunnya rontok. Apabila tanaman yang terserang ini disentuh, sporanya akan beterbangan, kemudian akhirnya hinggap dan menyerang tanaman yang masih sehat. Disamping karena sentuhan, spora tersebut bisa terbawa oleh angin Matnawy, 1989. P. pachyrizi Syd mempunyai uredium pada sisi bawah dan atas daun, coklat muda sampai coklat, bergaris tengah 100-200 µm, sering kali tersebar merata memenuhi permukaan daun. Parafisa pangkalnya bersatu, membentuk penutup yang mirip dengan kubah diatas uredium. Parafisa membengkok berbentuk gada atau mempunyai ujung membengkak, hialin atau berwarna jerami Universitas Sumatera Utara dengan ruang sel sempit. Ujungnya berukuran 7,5-1,5 µm, dengan panjang 20-47 µ m Semangun, 1993. Jamur ini mempunyai uredium pada permukaan daun bagian bawah dan bagian atas, berwarna coklat, berbentuk tonjolan seperti gunung api kecil, dan bergaris tengah 100-200 mikron. Pada bagian atas tonjolannya terdapat lubang yang menjadi jalan keluarnya urediospora Thompson, 2008 Uredium bentuknya seperti piknidium, mirip dengan gunung api kecil. Uredium dibentuk di bawah epidermis, jika dilihat dari atas berbentuk bulat atau jorong. Dipusar bagian uredium yang menonjol terbentuk lubang yang menjadi jalan keluarnya urediospora. Urediospora membulat pendek, bulat telur, atau jorong, hialin sampai coklat kekuningan, 15-34 x 15-24 µm, dengan dinding hialin yang tebalnya 1-1,5 µm, berduri-duri halus gambar 1 Semangun,1993. Gambar 1. Urediospora Phakopsora pachyrizi, penyebab penyakit karat daun kedelai 10x Universitas Sumatera Utara Gejala serangan Gejala umum penyakit ini terjadi pada saat tanaman selesai berbunga. Bintik-bintik coklat lebih banyak Nampak dipermukaan daun bagian bawah. Apabila daun disentuh sporanya menyerupai tepung berwarna coklat bertaburan. Penyakit ini dapat mengurangi fotosintesis. Apabila serangannya berat mengakibatkan banyak polong yang tidak terisi penuh Suprapto, 2001. Gejala tampak pada daun, tangkai dan kadang-kadang pada batang. Mula- mula disini terjadi bercak-bercak kecil kelabu atau bercak yang sedikit demi sedikit berubah menjadi coklat atau coklat tua. Bercak-bercak karat terlihat sebelum bisul-bisul pustule pecah. Bercak tampak bersudut-sudut, karena dibatasi oleh tulang-tulang daun di dekat tempat terjadinya infeksi. Pada perkembangan tanaman berikutnya, setelah tanaman mulai berbunga, bercak- bercak menjadi lebih besar atau kadang-kadang bersatu dan menjadi coklat tua bahkan hitam. Pada umumnya gejala karat mula-mula tampak pada daun-daun bawah, yang lalu berkembang ke daun-daun yang lebih muda. Bercak-bercak meskipun umumnya terdapat pada sisi bawah, dapat juga terbentuk pada sisi atas daun Semangun, 1993. Gambar 2. gejala karat daun P. pachyrizi Universitas Sumatera Utara Daun berbercak-bercak kecil berwarna coklat kelabu dan sedikit demi sedikit berubah warna menjadi coklat tua. Karena dibatasi oleh tulang-tulang daun disekitar tempat infeksi, bercak tersebut tampak bersudut-sudut. Bercak-bercak dapat membesar dan menyatu, terutama setelah tanaman berbunga. Bercak-bercak ini umumnya terdapat pada bagian bawah daun, tetapi dapat juga terbentuk pada bagian atas. Gejala ini mula-mula tampak pada daun-daun yang tua kemudian berkembang ke daun-daun yang lebih muda Yuswani dan Sumartini, 2001. Daur Hidup Penyakit Urediospora masuk kedalam tumbuhan melalui stomata. Setelah mencapai mulut daun stomata, ujung pembuluh kecambah membesar dan membentuk apresorium. Alat ini membentuk lubang penetrasi yang masuk kedalam lubang stomata lalu membengkak menjadi gelembung sub-stomata di dalam ruang udara. Dari gelembung ini tumbuh hifa infeksi yang berkembang ke semua arah dan membentuk hausterium yang mengisap makanan dari sel-sel tumbuhan inang Semangun, 1996. Urediospora yang pertama dapat dihasilkan sejak 9 hari setelah terjadinya infeksi, dan produksi spora dapat berlanjut sampai 3 minggu kedepan. Uredium dapat berkembang sampai minggu ke 5 setelah inokulasi tunggal, uredium sekunder akan menginfeksi sampai minggu ke 8 sejak awal infeksi. Dengan begitu, dari awal infeksi timbulnya karat daun Pustul generasi pertama yang mengalami sporulasi sampai ke 15. Hal ini juga dipengaruhi oleh kondisi kering yang memperluas kapasitas sporulasi yang menghasilkan pathogen yang menjadi inokulum tetap. Urediospora yang baru dapat menginfeksi tanaman yang sehat Universitas Sumatera Utara dan tanaman inang lainnya. Urediospora ini disebarkan oleh angin, apabila kondisinya sesuai pathogen ini akan berkecambah. Agrios, 1997. Siklus hidup penyakit karat daun dapat dilihat pada gambar 3 di bawah ini sumber : Dow agroscience, 2009 Factor Yang Mempengaruhi Urediospora dapat berkecambah pada suhu optimum 15-25 C. oleh sebab itu, kedelai sering terinfeksi pada suhu 20-25 C dengan cuaca berembun selama 10-12 jam Semangun, 1996. Suhu optimum untuk perkecambahan urediospora adalah 15-25 C. pada kedelai infeksi paling banyak terjadi pada suhu 20-25 C dengan embun selama 10-12 jam, pada suhu 15-17 diperlukan embun selama 16-18 jam. Masa berembun terpendek untuk terjadinya infeksi pada suhu 20-25 C adalah 6 jam, sedang pada suhu 15-17 C adalah 8-10 jam. Infeksi terjadi bila suhu lebih tinggi dari 27,5 C, inkubas Satu pustule dapat menghasilkan + 10.000 spora dalam 3 minggu Infeksi terjadi pada suhu 60 F – 80 F, enam jam setelah inokulasi lingkungan Tanaman inang patogen Penetrasi langsung melalui stomata daun Gejala awal tampak antara 2-10 hari 6-7 hari setelah gejala , spora bermunculan dari karat Perkecambahan dan penetrasi terjadi didalam daun.. Perkecambahan terjadi pada suhu 60 F-80 F Universitas Sumatera Utara bakal uredium mulai tampak5-7 hari setelah inokulasi, dan pembentukan spora terjadi 2-4 hari kemudian. Penyakit karat yang lebih berat terjadi pada pertanaman kedelai musim hujan Semangun, 1993. Pengendalian Penyakit Beberapa hama atau penyakit cukup sulit dikendalikan apabila sudah terlanjur menyerang tanaman. Untuk itu, disarankan untuk mengadakan pencegahan dengan cara sebagai berikut: • Menanam varietas tahan • Penanaman yang serentak • Pergiliran tanaman • Sanitasi lahan dari gulma • Benih di campur dengan fungisida Benlate T 20 • Tanaman disemprot dengan fungisida Danarti dan Najiyati, 1999. Pengendaliannya dapat dilakukan dengan menggunakan fungisida Dithane mankozeb atau Benlate Benomyl dengan dosis 2 grliter bisa lebih efektif jika fungisida ini diberikan pada serangan belum begitu berat Suprapto, 2001. Universitas Sumatera Utara Ketahanan Ketahanan atau resistensi tanaman merupakan pengertian yang bersifat relatif, karena untuk melihat ketahanan suatu tanaman, sifat tanaman yang tahan atau dibandingkan dengan sifat tanaman yang tidak tahan atau peka. Tanaman tahan adalah tanaman menderita kerusakan lebih sedikit bila dibandingkan dengan tanaman yang lain. Sifat ketahanan yang dimiliki oleh tanaman dapat merupakan sifat asli atau terbawa keturunan faktor genetik, tetapi dapat juga karena keadaan lingkungan yang menyebabkan tanaman menjadi tahan Untung, 2006. Ketahanan varietas turut mempengaruhi produksi dari suatu tanaman. Selain itu produksi juga dipengaruhi oleh bentuk morfologis daun seperti luas permukaan daun, kelengkungan daun, serta kandungan klorofil daun yang mengakibatkan perbedaan penerimaan sinar matahari dan perbedaan dalam sintesa protein dan juga karbohidrat Untung, 2006. Ada tiga macam ketahanan terhadap penyakit , yaitu ketahanan mekanis, ketahanan kimiawi, dan ketahanan fungsional. Ketahanan mekanis terdiri atas ketahanan mekanis pasif dan ketahanan mekanis aktif. Tumbuhan yang mempunyai ketahanan mekanis pasif mempunyai struktur morfologi yang menyebabkan sulit diinfeksi oleh patogen. Misalnya tumbuhan mempunyai epidermis yang berkutikula tebal, adanya lapisan lilin dan mempunyai mulut kulit yang sedikit, sedangkan mekanisme ketahanan mekanis aktif bekerja setelah patogen menginvasi inang, yang merupakan hasil interaksi antara sistem genetik tumbuhan inang dengan patogen. Ketahanan kimiawi terdiri atas ketahanan kimia pasif dan aktif. Ketahanan kimia pasif, parasit hanya dapat menyerang tumbuhan yang mempunyai isi sel yang susunan kimianya cocok baginya. Pada ketahanan Universitas Sumatera Utara kimia aktif terbentuk zat-zat kimia atau senyawa penangkal seperti phytoalexyn. Pada ketahanan fungsional tumbuhan tidak terserang patogen, bukan kerena adanya struktur morfologis atau zat-zat kimia, melainkan karena pertumbuhannya sedemikian rupa sehingga dapat menghindari penyakit, meskipun sebenarnya tumbuhan itu rentan. Tumbuhan melewati fase rentannya ketika tidak ada patogen Semangun, 1996. Universitas Sumatera Utara BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dilahan percobaan UPT.BBI Palawija Dinas Pertanian Sumatera Utara, Tanjung Selamat Deli Serdang. Dengan ketinggian tempat + 25 m dpl. Penelitian ini dirancanakan dilaksanakan mulai bulan Mei 2009 sampai selesai. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kacang kedelai { Varietas anjasmoro, varietas ijen, Varietas Kaba, Varietas Sinabung, varietas Detam 2 dan varietas Seulawah }, kompos, pupuk urea, TSP, dan KCL. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah papan nama, cangkul, tugal, gembor, meteran, timbangan, hansprayer, kuas, buku data, alat tulis, dan kalkulator. Metode Penelitian Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan rancangan acak kelompok RAK non-factorial yang terdiri dari 6 perlakuan varietas V. Adapun Varietas yang diuji yaitu: V1 : Varietas anjasmoro V2 : varietas ijen V3 : Varietas Kaba V4 : Varietas Sinabung V5 : Varietas Detam 2 V6 : Varietas Seulawah Jumlah perlakuan t = 6 Universitas Sumatera Utara Untuk ulangan perlakuan perlakuan dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut: t - 1 r - 1 15 6 – 1 r -1 15 5r – 5 15 5r 20 r 4 Jumlah ulangan r = 4 Model linear yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Yij = µ + γi + αj + εij Keterangan : Yij = data percobaan µ = efek nilai tambah γi = efek blok dari taraf ke-i αj = efek perlakuan dari taraf ke-j εij = efek error Jika sidik ragam menunjukkan hasil yang nyata, maka dilanjutkan dengan uji jarak Duncan DMRT Hanafiah, 2003.

IV. Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan Areal Penelitian

Dokumen yang terkait

Uji Ketahanan Beberapa Varietas dan Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Penyakit Karat Daun (Puccinia polysora Underw) pada Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Dataran Rendah

2 85 71

Uji Ketahanan Beberapa Varietas Dan Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Penyakit Karat Daun (Puccinia Polysora Underw) Pada Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Di Dataran Rendah

1 47 71

Uji Ketahanan Beberapa Varietas Dan Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Penyakit Karat Daun (Puccinia Polysora Underw) Pada Tanaman Jagung (Zea Mays L.)

2 40 71

Uji Efektivitas Ekstrak Daun Mimba (Azadiractha indica A.Juss) dan Daun Sirih (Piper betle L.) Terhadap Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi Syd.) Pada Kacang Kedelai (Glycine max L.) Di Lapangan

2 41 69

Respon Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L.) Terhadap Jarak Tanam Di Lahan Sawah

0 32 97

Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril)

3 33 98

KARATERISTIK AGRONOMIK EMPAT GENOTIPE KEDELAI (Glicine max, L. Merrill) TAHAN KARAT DAUN (Phakopsora pachyrhizi Syd.)

0 8 34

Jenis Tanaman Inang Phakopsora Pachyrhizi syd. Penyebab Penyakit Karat pada Kedelai

0 7 6

Jenis Tanaman Inang Phakopsora Pachyrhizi Syd. Penyebab Penyakit Karat Pada Kedelai

0 7 6

UJI EFEKTIVITAS AGENS HAYATI (Corynebacterium sp. dan PGPR) UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT KARAT (Phakopsora pachyrhizi Syd.) PADA BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max L.) UMUR SEDANG

0 0 16