Pergulatan dalam Pembinaan Yunior Bruder MSC

30 Tantangan yang dihadapi juga adalah merasa tidak mampu menjalankan tugas perutusan tarekat walaupun sudah berusaha sekuat tenaga. Hal seperti ini menimbulkan keraguan dalam diri. Tantangan lain juga jika melihat anggota yang lebih senoir mampu menjalankan tugas perutusan dengan penuh semangat dan kegembiraan sedangkan diri sendiri tidak mampu untuk melakukan seperti annggota yang lain sehingga menimbulkan sifat minder karena tidak sanggup melakukan apa-apa. Tantangan-tantangan seperti ini sering dijumpai dalam diri para anggota yunior karena merasa belum dapat berbuat sesuatu untuk tarekat.

E. Pergulatan dalam Pembinaan Yunior Bruder MSC

1. Program Pembinaan Belum Efektif

Setiap tempat pembinaan pasti memiliki program pembinaan masing- masing yang disesuaikan dengan keadaan tarekat. Program ini disusun begitu baik dan ada hasil yang nantinya akan dicapai. Program disusun oleh orang-orang yang mempunyai keahlian dan pengalaman dalam pembinaan. Dalam Konstitusi MSC art. 78 dikatakan bahwa, pemimpin propinsi dan Dewannya akan memandang sebagai salah satu kewajiban mereka yang lebih penting untuk menjamin bahwa program-program pembinaan disusun dengan baik dan isinya sesuai dengan kebutuhan para anggota pada masing-masing tingkat pembinaan mereka. Semua program pembinaan berfungsi untuk mempersiapkan para yunior dalam menghadapi hidup dan permasalahannya. Para yunior diharapkan mampu menjadi orang yang bertanggungjawab, mandiri, sederhana, berbelaskasih terhadap siapa saja. Namun terkadang program yang sudah ada tidak berjalan 31 sebagaimana yang telah dibuat. Ada beberapa kendala yang membuat program tidak berjalan. a. Faktor pertama adalah team pembina. Di bawah akan disampaikan tentang faktor tenaga pembina tetapi secara umum dapat dikatakan bahwa team pembina juga merupakan satu pergulatan yang besar. Di dalam yuniorat sudah ada team pembina namun team ini tidak berjalan dengan baik karena team yang terbentuk masih memegang jabatan lain sehingga fokus terhadap pembinaan kurang. Waktu untuk pembinaan terbagi-bagi menyebabkan program ada namun belum berjalan baik. b. Faktor kedua adalah faktor jarak antara pembina dan yunior. Tarekat MSC berkarya hampir di semua pulau di Indonesia dengan demikian tidak menutup kemungkinan para bruder yuniorpun diutus dimana tarekat berkarya. Setelah mereka berkarya otomatis mereka berada jauh dari tempat pembinaan yuniorat. Padahal mereka masih dalam pembinaan walaupun setelah mereka dikaryakan yang menjadi pembina adalah pemimpin komunitas setempat. Tidak mudah mempertemukan para yunior yang tersebar untuk mendapat pembinaan bersama-sama. c. Faktor ketiga adalah komunikasi antara bruder yunior yang sedang studi dengan pembina. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa dengan kemajuan teknologi semua bisa diatasi namun dalam pembinaan, kemajuan teknologi tidak bisa dipakai semuanya. Misalnya dalam bimbingan tidak hanya cukup lewat Hp handphone atau media elektronik lain email. Si yunior harus behadapan langsung dengan pembina sehingga banyak hal yang bisa 32 diungkapkan. Kontak antara yunior dengan pembina juga kurang. Selama ini jarang pembina datang ke rumah studi ataupun kalau yunior yang pergi ke yuniorat, pembinanya tidak ada ataupun kalau ada bukan maksud untuk bertemu. Dengan kata lain saling menunggu panggilan dari pembina atau pembina menunggu yunior datang. Faktor-faktor di atas merupakan suatu pengalaman yang dialami dan dilihat langsung oleh penulis tentang yuniorat. Hal ini bukan berarti melihat dari segi negatifnya tetapi kiranya menjadi suatu masukan untuk pembina dalam menjalankan programnya agar mampu menjangkau semua yunior.

2. Kurangnya Tenaga Pembina

Pembinaan anggota adalah suatu karya yang sangat penting, karena lewat pembinaan maka anggota tarekat akan semakin menjadi orang yang sungguh memahami tarekatnya dan juga anggota akan semakin menjadi orang yang lebih dewasa, matang dan bijaksana. Dalam pembinaan juga diharapkan akan hadirnya orang-orang yang berkualitas dalam menangani karya-karya tarekat. Dalam Konstitusi Tarekat MSC art. 77 dikatakan bahwa, anggota-anggota yang diberi kepercayaan untuk melakssanakan pembinaan pada segala tingkatannya harus sudah berkaul kekal dan diangkat oleh Pemimpin Propinsi bersama Dewan. Mereka dipilih berdasarkan kemampuan dan dipersiapkan secara memadai untuk tugas mereka. Namun pada kenyataanya tidak banyak orang yang mau terlibat dalam pembinaan. Tidak jarang terjadi yang mau tidak mampu tapi yang mampu tidak 33 mau. Sebenarnya masalah ini dapat diatasi karena setiap biarawan mengikrarkan kaul ketaatan maka sudah sepantasnyalah setiap anggota untuk taat pada perutusan tarekat. Namun demikian jika sipembina mampu ia tidak hanya diberi kepercayaan sebagai tenaga pembina. Ia masih harus merangkap jabatan lain misalnya masih menangani karya atau duduk dalam dewan propinsi. Hal ini tidak bisa dihindari karena tidak ada orang lain yang mau. Tugas pembinaan biasanya lebih dihindari daripada dicari. Anggota lebih menghindari untuk menjadi seorang pembina karena merasa tidak mampu. Hal lain juga yaitu ada yang bisa menjadi pembina tetapi mengundurkan diri dari tarekat sehingga makin berkurang anggota untuk menjadi pembina yang handal. Selain itu faktor kejenuhan dalam pembinaan. Karena hanya hal-hal dalam pembinaan yang dihadapi sehingga merasa jenuh. Jika sampai pada titik kejenuhan maka ia akan segera untuk pergi meninggalkan tempat pembinaan dan mencari karya lain.

3. Pengintegrasian antara Pembinaan dan Karya

Pembinaan dan karya tidak bisa dipisahkan satu sama lain karena antara pembinaan dan karya sangat berkaitan. Seorang anggota tarekat sebelum berkarya akan melewati masa-masa pembinaan awal untuk memperkuat diri dan sebagai bekal dalam menghadapi suka duka dalam karya. Dalam Konstitusi Tarekat MSC art. 145.2 mengatakan kegiatan kerasulan termasuk inti hakekat kita sebagai Tarekat yang dibaktikan kepada karya-karya kerasulan. Itulah sebabnya seluruh 34 hidup kita harus diresapi oleh suatu semangat kerasulan, sama seperti seluruh kegiatan kerasulan kita harus dijiwai oleh suatu semangat religius. Pembinaaan hanya bersifat teori saja tetapi praktek sesungguhnya ada dalam karya. Mungkin seorang anggota tarekat dalam pembinaan begitu baik dan bersemangat tetapi setelah terjun dalam karya berubah menjadi orang yang tidak bersemangat dan pesimistis. Hal ini mungkin saja terjadi karena apa yang dialami dan didapatkan dalam pembinaan berbeda dengan yang dialami dalam karya. Belum lagi faktor komunitas yang ikut mempengaharui anggota dalam karya. Komunitas yang baik dan kondusif akan mendukung karya yang baik tapi sebaliknya akan membuat karya dan bahkan anggotanya tidak betah dan mundur dari karya yang dijalani. Maka dalam pembinaan perlu dimasukan program yang menunjang karya tarekat dan mulai melibatkan subjek bina dalam pengenalan akan karya tarekat bisa bisa seperti live-in atau ekspousure. Sehingga anggota tarekat mulai mengenal dari awal yang menjadi karya tarekat sehingga mereka tidak ragu dalam menjalankan karya tarekat setelah berkarya.

F. Upaya Mengatasi Tantangan - tantangan dalam Pembinaan