Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria sebagai sumber pelayanan suster-suster FCIM di Indonesia - USD Repository

  

SPIRITUALITAS HATI KUDUS YESUS DAN MARIA

SEBAGAI SUMBER PELAYANAN

SUSTER - SUSTER FCJM

DI INDONESIA

  

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh :

  

Lamria Gultom

NIM : 061124036

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN

KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

SPIRITUALITAS HATI KUDUS YESUS DAN MARIA

SEBAGAI SUMBER PELAYANAN

SUSTER - SUSTER FCJM

DI INDONESIA

  

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh :

  

Lamria Gultom

NIM : 061124036

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN

KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini kupersembahkan kepada Kongregasi Suster-Suster Fransiskan Puteri-Puteri Hati Kudus Yesus dan Maria di Indonesia

  

MOTTO

  ”Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu akan dibukakan”.

  (Mat 7:7-8)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak membuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 6 Desember 2010 Penulis,

  Lamria Gultom

  

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta:

  Nama : Lamria Gultom NIM : 061124036

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul SPIRITUALITAS

HATI KUDUS YESUS DAN MARIASEBAGAI SUMBER PELAYANAN

  

SUSTER - SUSTER FCJM DI INDONESIA beserta perangkat yang

  diperlukan. Dengan demikian saya memberikan hak kepada Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain demi kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

  Yogyakarta, 6 Desember 2010 Hormat saya, Lamria Gultom

  

ABSTRAK

  Judul skripsi ini adalah SPIRITUALITAS HATI KUDUS YESUS DAN

MARIA SEBAGAI SUMBER PELAYANAN SUSTER-SUSTER FCJM DI

  

INDONESIA. Penulis memilih judul ini dengan harapan agar para Suster FCJM

  semakin memahami dan mendalami Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria sebagai sumber pelayanan mereka, dengan demikian nilai-nilai Hati Kudus Yesus dan Maria dapat dihayati dalam melaksanakan pelayanannya dengan semangat yang berkobar-kobar, taat terhadap Pimpinan Kongregasi atau sesama suster dan memiliki semangat juang yang tinggi demi pelayanan yang penuh kasih terutama bagi yatim-piatu, miskin dan terlantar.

  Hati Kudus Yesus, penuh cinta kepada semua orang, merupakan ungkapan ketaatan Yesus sebagai utusan Bapa, Dia rela menanggung sengsara dan wafat di kayu salib. Pada waktu lambung-Nya ditikam, hati-Nya mengalirkan darah dan air. Lambung Yesus yang ditikam menyatakan kasih-Nya yang luar biasa kepada umat manusia. Di dalam lambung Yesus yang tertikam oleh tombak, terdapat Hati-Nya yang penuh cinta bagi umat manusia. Hati Yesus yang tertikam oleh tombak dosa manusia, menjadi tanda kasih yang begitu besar dan terus-menerus berkobar demi cinta-Nya kepada umat manusia. Maria adalah murid yang paling setia mengikuti Yesus, dengan iman yang teguh ia berdiri di bawah kaki salib- Nya. Maria setia dan penuh iman mengikuti Putranya. Maria menerima penyaliban Yesus sebagai kenyataan hidup satu-satunya, yakni jalan penebusan demi kasih-Nya yang setuntas-tuntasnya kepada umat manusia.

  Para Suster FCJM menimba semangat dan kekuatan dari Hati Kudus Yesus dan Maria, serta menghormatinya secara khusus melalui doa Sembah Sujud di hadapan Sakramen Mahakudus secara terus menerus. Mereka berusaha membentuk hatinya menyerupai Hati Kudus Yesus dan Maria, sehingga mereka menjadi sumber berkat dalam setiap pelayanannya yang penuh dengan kasih.

  Untuk membantu para Suster FCJM, agar semakin memahami dan mendalami Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria sebagai sumber pelayanannya, maka penulis menawarkan katekese dengan model Pengalaman Hidup. Melalui katekese ini para Suster dapat merefleksikan dan membagikan pengalaman imannya dalam menghayati Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria, sehingga nilai-nilai Hati Kudus Yesus dan Maria dapat terwujud dalam setiap pelayanannya dan mereka dapat saling menyemangati serta semakin termotivasi dalam mewujudkan pelayanan yang penuh kasih bagi semua orang yang membutuhkannya secara khusus bagi anak yatim-piatu, miskin dan terlantar. Para Suster FCJM di Indonesia diharapkan menjadi saksi dan saluran kasih dari Hati Kudus Yesus dan Maria dalam setiap pelayanan yang telah dipercayakan oleh Kongregasi kepada masing-masing suster.

  ABSTRACT

  This undergraduate thesis is entitled “THE SPIRITUALITY OF THE SACRED HEART OF JESUS AND MARY AS THE SOURCE OF THE MINISTRY SPIRIT FOR FCJM NUNS IN INDONESIA”. This title has been chosen with the hope that FCJM nuns better understand and deepen their knowledge on the spirituality of the Sacred Heart of Jesus and Mary as the source of their ministry spirit. Hence, the virtues and the Sacred Heart of Jesus and May can be internalized in performing their ministry service so that they will perform their service with strong spirit and full obedience to their Congregation leader or fellows sisters and that they will posses high struggling spirit in their loving service, particularly for the orphans, the poor, and the neglected.

  The Sacred Heart of Jesus, full of love for all people, is an expression of Jesus’ obedience as God the Father’s messenger. He has been willing to voluntarily suffer and die on the cross. When his chest was pierced, blood and water flowed from his Heart. Jesus’ pierced chest expresses His extraordinary love for humankind. In Jesus’ pierced chest was His heart, which is full of love for humankind. Jesus’ heart, which has been pierced with the spear of human sins, is the sign of his immeasurable, continuously burning love for humankind. Mary is Jesus’ most loyal disciple, who with her strong faith stood at the bottom of His cross. Mary has been loyal and faithful in following her son. Mary has accepted the crucifixion of Jesus as the only life reality, namely as the way of human redemption for the sake of His absolute limitless love for humankind.

  FCJM nuns acquire their spirit and strength from the Sacred Heart of Jesus and Mary, and worship them specifically through their continual Worship Prayer in front the sacrament of the Holy Eucharist. They seek to form their hearts to resemble Jesus’ and Mary’s hearts so that they can serve as the sources of blessings in their loving ministry service.

  To help FCJM nuns better understand and deepen their knowledge on the spirituality of the Sacred Heart of Jesus and May as the source of their ministry service, the present researcher offers catechesis with a Life Experience model. Through this catechesis the nuns can reflect and share their faith experience in internalizing the spirituality of the Sacred Heart of Jesus and Mary so that the virtues of the Sacred Heart of Jesus and Mary can be manifested in any of their ministry service, that they can encourage one another, and that they can be more motivated in performing their loving service for the needy, particularly the orphans, the poor and the neglected. FCJM nuns in Indonesia are expected to be the witnesses and the channels of the love of the Sacred Heart of Jesus and Mary in any service that have been entrusted by their congregation to every individual nun.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur kepada Allah Bapa karena kasih-Nya penulis dapat meyelesaikan skripsi yang berjudul SPIRITUALITAS HATI KUDUS YESUS DAN MARIA SEBAGAI SUMBER PELAYANAN SUSTER-SUSTER FCJM DI INDONESIA.

  Penulis Skripsi ini mengamati dan mengalami bahwa Kongregasi FCJM kurang menghayati spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria sebagai sumber pelayanannya. Oleh karena itu penyusunan skripsi ini bertujuan untuk membantu para Suster FCJM di Indonesia memahami dan mendalami Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria, agar nilai-nilai Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria semakin dihayati dalam tugas pelayanannya dengan menggunakan katekese model Pengalaman Hidup.

  Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis dengan tulus hati mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1.

  Dr. J. Darminta, S.J., selaku dosen pembimbing utama yang telah mendampingi penulis dengan penuh kesabaran, membimbing dengan penuh perhatian dan memberikan masukan-masukan serta kritikan-kritikan yang memotivasi penulis untuk menyusun skripsi ini hingga selesai.

  2. Drs. L. Bambang Hendarto Y.,M. Hum., selaku dosen wali dan dosen penguji

  II yang terus-menerus mendampingi penulis selama perkuliahan sampai selesainya penulisan skripsi ini.

  3. Bapak Y. Kristianto, SFK., M. Pd, selaku dosen penguji III yang telah bersedia meluangkan waktu untuk mempelajari seluruh isi skripsi ini.

  4. Segenap Staf Dosen Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Jurusan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, yang telah mendidik, membantu dan mendukung penulis selama belajar hingga selesainya penulisan skripsi ini.

  5. Segenap Staf Sekretariat dan Perpustakaan Prodi IPPAK, dan seluruh karyawan bagian lain yang telah memberi dukungan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

  6. Propinsial FCJM beserta Dewannya, yang telah memberi perhatian kepada penulis berupa materi dan spiritual, memberi waktu dan kesempatan bagi penulis untuk belajar hingga menyelesaikan penulisan skripsi ini.

  7. Pastor Salvador Peruquia, SX, yang telah bersedia membaca dengan teliti mulai awal penulisan skripsi ini, memberi saran dan komentar yang sangat berguna dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini serta memberikan dukungan dan perhatian selama penulis menjalani perkuliahan.

  8. Teman-teman mahasiswa khususnya angkatan 2006 yang senantiasa memberi semangat dan perhatian selama penulis belajar dan menyelesaikan skripsi ini.

  9. Para Suster anggota Komunitas FCJM Yoyakarta yang telah mendukung dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

  10. Ibu dan saudara-saudari yang selalu memberi perhatian dan dukungan berupa doa-doa selama penulis menempuh studi di Yogyakarta sampai berakhirnya penulisan skripsi ini.

  11. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah dengan tulus membantu penulis hingga berakhirnya penulisan skripsi ini.

  Penulis menyadari keterbatasan dan pengetahuan, hingga penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh kerena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

  Penulis

  

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iv MOTTO ............................................................................................................. v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .............................................. vii ABSTRAK ......................................................................................................... viii

  

ABSTRACT ........................................................................................................ ix

  KATA PENGANTAR ....................................................................................... x DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... xvii

  BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1 A. Latar Belakang ................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................ 4 C. Tujuan Penulisan .............................................................................. 4 D. Manfaat Penulisan ............................................................................ 5 E. Metode penulisan ............................................................................. 5 F. Sistimatika Penulisan ....................................................................... 6 BAB II. SPIRITUALITAS HATI KUDUS YESUS ......................................... 8 A. Pengertian Spiritualitas .................................................................... 8 B. Hati Kudus Yesus ............................................................................. 11 C. Timbulnya dan Perkembangan Devosi Hati Kudus Yesus .............. 17 1. Yohanes Eudes ......................................................................... 17

  3. Timotius de Raynier ................................................................. 18 4.

  Jean Jacques Olier (1608-1657) ............................................... 19 5. Santa Margareta Maria Alacoque............................................. 19

  a. Masa Muda Margareta ......................................................... 20

  b. Penampakan-penampakan .................................................... 21

  c. Usaha Margareta Maria Alacoque untuk Menyebarkan Devosi Hati Kudus ........................................................................... 22 c. Isi Perwahyuan kepada Santa Margareta Maria Alacoque ....... 29 d.

  Penyebaran Devosi Hati Kudus Yesus ...................................... 33 1)

  Jen Croisset ........................................................................ 33 2)

  Joseph Francois Galliffet ................................................... 34 3)

  Pimpinan Gereja dan Pesta Hati Kudus ............................. 35 4)

  Ajakan Memahami Devosi dengan Benar dan Menyebarkannya ................................................................ 38

  6. Awam ............................................................................................... 40 A. Hati Kudus Maria ................................................................................... 41 B. Pemahaman Suster-suster FCJM di Indonesia tentang Spiritualitas Hati

  Kudus Yesus dan Maria sebagai Sumber Pelayanannya ........................ 44

  BAB III. HATI KUDUS YESUS DAN MARIA DALAM KONGREGASI FCJM......................................................................... 55 A. Harapan Gereja: Berangkat dari Hati Yesus dan Maria ......................... 53 a. Teguh dalam Iman...................................................................... 55 b. Dengan doa mereka diselamatkan .............................................. 57 c. Memajukan devosi Hati Kudus Yesus ....................................... 61 B. Warisan Pendiri Dalam Konstitusi Awal ............................................... 65 a. Berdoa dengan tidak henti-hentinya untuk Gereja ..................... 67 b. Kesulitan-kesulitan ..................................................................... 69 Pendirian Kongregasi di Olpe .................................................... 70 a. Perpindahan rumah ke Salzkotten ............................... 70

  c.

  Pada waktu Bapak Uskup Dr. Konrad Martin wafat .. 73 d. Pada waktu pelepasan jabatan sebagai Pemimpin

  Kongregasi .................................................................. 74 c. Hidup seturut teladan Bunda Maria ........................................... 77 d.

  Menyatukan Hidup dengan Gereja ............................................ 79 a.

  Sembah Sujud ............................................................. 79 b. Memperhatikan yatim-piatu, miskin dan terlantar ...... 81 C. Konstitusi Awal Diperbaharui ............................................................... 83 a.

  Menyatukan hidup dengan Hati Kudus Yesus dan Maria .......... 83 b.

  Menyatukan hidup dengan Gereja ............................................. 84 c. Melayani orang miskin ............................................................... 86 a.

  Pelayanan di bidang rumah tangga ............................. 87 b. Pelayanan di bidang pendidikan ................................. 88 c. Pelayanan di bidang kesehatan.................................... 89 d. Pelayanan anak-anak Asrama Sekolah........................ 90 e. Pelayanan di bidang Pastoral ...................................... 91 f. Pelayanan terhadap yatim-piatu .................................. 92 g.

  Pelayanan di bidang Sosial ......................................... 93 D. Hati Kudus Yesus dan Maria di Zaman Sekarang ................................. 95 a.

  Hati Yesus dilihat dari segi pengampunan ................................. 95 b.

  Hati Maria dilihat dari segi Hati penuh keibuan ........................ 101

  BAB IV. SUMBANGAN KATEKESE DALAM MENDALAMI SPIRITUALITAS HATI KUDUS YESUS DAN MARIA SEBAGAI SUMBER PELAYANAN SUSTER-SUSTER FCJM DI INDONESIA ................................................................................... 106 A. Pokok-pokok Katekese .......................................................................... 108 1. Pengertian Katekese ................................................................... 108 2. Isi Katekese ................................................................................ 111 3. Tujuan Pokok Katekese ............................................................. 113

  a.

  Introduksi ................................................................................... 115 b.

  Penyajian suatu pengalaman hidup ............................................ 115 c. Pendalaman pengalaman hidup .................................................. 115 d.

  Rangkumanan pendalaman pengalaman hidup .......................... 116 e. Pembacaan dari Kitab Suci atau Tradisi Gereja ......................... 116 f. Pendalaman teks Kitab Suci atau Tradisi ................................... 116 g.

  Rangkuman pendalaman teks Kitab Suci atau Tradisi ............... 117 h. Penerapan dalam hidup kongkret ............................................... 117 i. Penutup ....................................................................................... 117 B. Peranan Katekese Dalam Membantu Mendalami Spiritualitas Hati Kudus

  Yesus Dan Maria Sebagai Sumber Pelayanan Suster-suster FCJM di Indonesia ................................................................................................ 118 C. Program Katekese .................................................................................. 120 1.

  Pengertian Program .................................................................... 120 2. Tujuan Dasar Program Katekese ................................................ 121 3. Pemikiran Dasar Program Katekese ........................................... 122 4. Usulan Tema .............................................................................. 123 5. Penjabaran Program ................................................................... 124 6. Contoh Persiapan Katekese Model ”Pengalaman Hidup” ......... 129 a.

  Identitas .......................................................................... 129 b.

  Pemikiran dasar .............................................................. 130 c. Pengembangan langkah-langkah .................................... 133

  BAB V. PENUTUP ............................................................................................ 153 A. Kesimpulan ............................................................................................ 153 B. ............................................................................................. 158 Saran DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 160 LAMPIRAN: 1. Doa kepada Hati Kudus Yesus 2. Doa kepada Hati Kudus Maria

DAFTAR SINGKATAN A.

  Singkatan Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci

  Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/ 1985, hal. 8.

  B.

  Singkatan Dokumen Resmi Gereja CT : Catechesi Trandende, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada para Uskup, Klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979.

  VC : Vita Consecrata (Hidup Bakti).

  C.

  Singkatan lain.

  Art : Artikel. FCJM : Fransiscanae Filiae sanctissimae Cordis Jesus et Mariae (Suster- Suster Fransiskan Puteri-Puteri Hati Kudus Yesus dan Maria).

  LAI : Lembaga Alkitab Indonesia. LBI : Lembaga Biblika Indonesia. Konst : Konstitusi. No : Nomor. PAK : Pendidikan Agama Katolik.

  PPL : Program Pengalaman Lapangan. PKK : Pembinaan Kesejahteraan Keluarga. PKKI : Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia. SCP : Shared Christian Praxis. SJ : Serikat Yesus. SX : Serikat Saxerian.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berdasarkan kenyataan pada zaman ini, perkembangan hidup membiara

  mengalami kemajuan. Hal itu dapat dilihat dari dua segi, yaitu segi kuantitas biarawan-biarawati dan perkembangan karya. Pertama, dari segi kuantitas jelas bahwa jumlah anggota biarawan-biarawati semakin banyak. Kedua, dari segi perkembangan karya juga ditemukan bahwa ada banyak karya misioner yang ditangani dan dikembangkan oleh para biarawan-biarawati; misalnya karya di bidang pendidikan, kesehatan, rumah tangga, sosial, dan karya pastoral.

  Melihat kenyataan di atas, pertanyaannya adalah bagaimana dengan situasi dan kondisi Kongregasi Suster-suster FCJM dilihat dari dua segi itu? Kalau dilihat dari dua segi tersebut, ditemukan ada kesamaan. Berdasarkan daftar anggota Kongregasi FCJM seluruh Indonesia, jumlah anggota yang masuk Kongregasi Suster-suster FCJM dari tahun ke tahun terjadi peningkatan; begitu pula dengan perkembangan karya pelayanan yang ada di Kongregasi FCJM. Ada banyak karya pelayanan yang ditangani para Suster FCJM di Indonesia; misalnya karya pendidikan, kesehatan, rumah tangga, sosial, rehabilitasi untuk anak-anak cacat fisik, asrama untuk anak-anak sekolah dan karya pastoral (Siringo-ringo, 2005: 359-381).

  Perlu diketahui bahwa karya-karya para Suster FCJM tersebut di atas disemangati ataupun dihidupi oleh tiga Spiritualitas. Ketiga Spiritualitas itu adalah Spiritualitas St. Fransiskus dari Assisi, Spiritualitas pendiri Kongregasi FCJM: Muder Maria Clara Pfander, dan Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria. Yang dimaksudkan dengan Spiritualitas St. Fransiskus dari Assisi adalah persaudaraan, kemiskinan, kedinaan, dan kesederhanaan. Spiritualitas Pendiri Kongregasi FCJM: Muder Maria Clara Pfander adalah Sembah Sujud abadi di hadapan Sakramen Maha Kudus, saling mengasihi, dan berpihak kepada orang-orang miskin secara khusus bagi anak-anak yatim-piatu. Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria adalah semangat yang berkobar dalam tugas pelayanan dan ketaatan terhadap sesama anggota Kongregasi atau di antara para Suster FCJM. Mereka melayani Tuhan sendiri, dalam setiap pelayanan yang dipercayakan kepada masing-masing suster (Martin, 1860: 11).

  Dari ketiga Spiritualitas yang dihayati Kongregasi FCJM itu, muncul pertanyaan: Mengapa Kongregasi FCJM memilih tiga Spiritualitas sekaligus dan mengapa tidak memilih salah satu dari tiga Spiritualitas di atas? Alasannya adalah ketiga Spiritualitas itu dapat memperkaya pengalaman rohani (iman) para Suster FCJM dalam hidup panggilan dan religiusitasnya. Selain itu, ketiga Spiritualitas tersebut menjadi suatu tantangan bagi Para Suster FCJM dalam karya pelayanan mereka, khususnya dalam hal penghayatan akan Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria sebagai sumber pelayanannya. Dengan kata lain, bagaimana Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria, diperdalam oleh para Suster FCJM di Indonesia sebagai sumber pelayanannya?

  Sejauh pengamatan dan pengalaman penulis selama hidup dalam Kongregasi FCJM, serta melalui Rapat Tahunan para Ibu Komunitas pada tanggal

  21 sampai dengan 23 September 2009, bersama Dewan Pimpinan, mengungkapkan bahwa Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria masih kurang didalami para Suster FCJM sebagai sumber pelayanannya. Hal itu disebabkan kurangnya pemahaman akan Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria oleh para Suster FCJM. Dari situ dapatlah dikatakan bahwa para Suster FCJM di Indonesia masih kurang memahami dan menghayati secara mendalam Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria. Akibatnya, para Suster FCJM di Indonesia masih kurang menghayati nilai-nilai Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria dalam pelayanan mereka, misalnya semangat yang berkobar-kobar dalam tugas pelayanan dan ketaatan terhadap sesama anggota Kongregasi atau di antara para Suster FCJM.

  Kadang-kadang para Suster FCJM kurang bersemangat dalam melaksanakan karya pelayanan di bidang tertentu, kurang memiliki nilai-nilai ketaatan dalam menanggapi tugas yang diberikan oleh Pimpinan Kongregasi, dan semangat juang semakin menipis dalam pribadi sebahagian suster.

  Dari uraian di atas jelas ditemukan adanya permasalahan yang dialami dan yang terjadi di dalam Kongregasi FCJM, yaitu kurangnya pemahaman Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria, oleh para Suster FCJM di Indonesia sebagai sumber pelayanannya. Melihat adanya permasalahan tersebut, maka penulis mengangkat judul: "SPIRITUALITAS HATI KUDUS YESUS DAN

MARIA SEBAGAI SUMBER PELAYANAN SUSTER-SUSTER FCJM DI

  

INDONESIA". Dengan berpijak pada judul itu, diharapkan agar hasil kajian ini

  akan membantu para Suster FCJM di Indonesia untuk semakin memahami dan mendalami Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria dalam pelayanannya.

B. RUMUSAN MASALAH

  Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam kajian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Apakah arti Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria? 2.

  Seberapa besar para Suster FCJM di Indonesia memahami Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria? 3. Usaha apa yang dapat dilakukan bagi para Suster FCJM di Indonesia untuk memperdalam Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria sebagai sumber pelayanannya? C.

TUJUAN PENULISAN

  Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut.

  1. Untuk menguraikan arti Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria.

  2. Untuk menguraikan pemahaman para Suster FCJM di Indonesia tentang Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria.

  3. Untuk mengetahui usaha para Suster FCJM di Indonesia dalam mendalami Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria sebagai sumber pelayanannya.

D. MANFAAT PENULISAN

  Penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Kongregasi Suster-suster FCJM di Indonesia dan bagi para pembaca yang ingin memahami dan mendalami Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria sebagaimana diuraikan berikut.

  1. Manfaat bagi Kongregasi Suster-Suster FCJM di Indonesia Tulisan ini kiranya dapat memberikan masukan yang berguna bagi Kongregasi agar memahami arti Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria serta dapat mengadakan kegiatan-kegiatan pendalaman tentang Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria kepada para Suster FCJM di Indonesia.

  2. Para Suster FCJM di Indonesia Tulisan ini diharapkan dapat mendorong dan memacu semangat para Suster

  FCJM di Indonesia untuk membaca, mencari tahu serta mendalami Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria dengan lebih baik, agar Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria dapat dihayati secara baik dan benar sebagai sumber pelayanannya.

  3. Para pembaca yang ingin memahami dan menghayati Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria. Penulisan ini kiranya dapat membantu bagi para pembaca dalam berdevosi kepada Hati Kudus Yesus dan Maria.

E. METODE PENULISAN

  Penulisan ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif, yakni dengan data-data yang diperoleh dari studi pustaka untuk memperoleh gambaran tentang Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria. Dengan demikian para Suster FCJM di Indonesia semakin memahami dan mendalami Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria sebagai sumber pelayanannya. Penulis menggunakan buku dan sumber lain yang relevan sebagai acuan dalam menggarap dan mendalami skripsi ini.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

  Penulisan skripsi ini terdiri atas lima bab. Berikut akan disampaikan pokok-pokok gagasan dalam kelima bab itu.

  Bab I adalah pendahuluan. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang penulisan skripsi. Latar belakang penulisan skripsi didasarkan pada permasalahan-permasalahan yang ditemukan dalam kehidupan religius, khususnya dalam Kongregasi FCJM di Indonesia. Permasalahan ini ditemukan melalui pengalaman dan pengamatan penulis akan keprihatinan Kongregasi dan penulis sendiri tentang minimnya penghayatan terhadap Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria sebagai sumber pelayanan para Suster FCJM di Indonesia. Dalam bab ini, penulis juga menguraikan rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.

  Bab

  II adalah Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria. Dalam bab ini penulis akan mengkaji beberapa kepustakaan yang berbicara tentang Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria. Adapun gagasan-gagasan pokok yang hendak ditemukan dapat meliputi: pengertian spiritualitas, spiritualitas Hati Kudus Yesus, perkembangan devosi Hati Kudus Yesus, Hati Kudus Maria serta pemahaman Suster-suster FCJM di Indonesia tentang Spiritualitas Hati Kudus dan Maria sebagai sumber pelayanannya.

  Bab III adalah Hati Kudus Yesus dan Maria dalam Kongregasi FCJM. Bab ini dibagi atas empat bagian yaitu: Harapan Gereja Berangkat dari Hati Kudus Yesus dan Maria, Warisan Pendiri dalam Konstitusi Awal, Konstitusi Awal Diperbaharui dan Hati Yesus dan Maria di Zaman Sekarang. Penulisan dalam bab ini berguna untuk mendalami Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria, sehingga mereka mengetahui seberapa dalam penghayatan para Suster terhadap Spiritulaitas Hati Kudus Yesus dan Maria, sehingga nilai-nlai Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria itu menjadi sumber semangat dalam tugas pelayanannya, dengan demikian mereka memiliki semangat yang berkobar-kobar dalam menerima tugas, taat terhadap Pemimpin Kongregasi dan terhadap sesama suster.

  Bab IV adalah sumbangan katekese dalam usaha mendalami Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria sebagai sumber pelayanan Suster-suster FCJM di Indonesia. Bab ini dimulai dengan pokok-pokok katekese yang meliputi: pengertian katekese, isi katekese, tujuan pokok katekese, dan pemilihan model katekese, yaitu katekese pengalaman hidup. Agar katekese ini sungguh bermanfaat bagi Kongregasi FCJM, maka pada bab ini penulis juga mengusulkan program pelaksanaan katekese yang dapat diterapkan melalui rekoleksi untuk membantu pendalaman Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria sebagai sumber pelayanan Suster-suster FCJM di Indonesia

  Bab V adalah penutup. Dalam bab ini penulis membuat kesimpulan dan memberikan saran berdasarkan uraian dari keseluruhan isi skripsi ini. Kesimpulan dan saran berguna sebagai bahan pemikiran bagi Kongregasi FCJM untuk semakin mendalami Spiritualitas Hati Kudus Yesus dan Maria sebagai Sumber Pelayanan Suster-suster FCJM di Indonesia, sehingga para Suster semakin taat terhadap Pemimpin Kongregasi, sesama suster dan memiliki semangat juang yang tinggi serta semakin meningkatkan semangat cinta kasih dalam setiap pelayanannya.

BAB II SPIRITUALITAS HATI KUDUS YESUS DAN MARIA A. Pengertian Spiritualitas Kata spiritualitas berasal dari bahasa Latin, yang berarti kerohanian . Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa spiritualitas ialah cara orang

  menyadari, memikirkan, dan menghayati hidup rohaninya (Harjawiyata, 1979: 20).

  Kata spiritualitas sulit dirumuskan dengan arti yang tepat. Sebab, spiritualitas bukanlah sesuatu yang dirumuskan dengan ketetapan atau ajaran singkat. Namun demikian, boleh dikatakan bahwa spiritualitas adalah kebiasaan hidup suatu Ordo atau Kongregasi, dan hanya dapat dikenal dan dimengerti dari pengalaman hidup itu sendiri. Oleh karena itu, dalam konteks hidup religius, spiritualitas dimengerti sebagai semangat asli Ordo atau Kongregasi.

  Dalam kaitan dengan arti di atas, spiritualitas dapat ditempatkan antara dua pola kehidupan yang kongkret. Pertama, pola Injil Kristus. Pola ini dipandang paling penting sebab hidup membiara mau menyatakan semangat Injil Kristus dalam hidup yang kongkret. Kedua, pola situasi hidup yang kongkret, dengan kebutuhan dan tuntutannya yang khusus. Hubungan antara Injil dan situasi hidup yang kongkret adalah cara orang untuk menghayati semangat Injil dalam situasi yang kongkret. Tentu saja tidak semua orang sama peka terhadap arti keselamatan dari situasi yang kongkret. Untuk itu, seseorang dituntut untuk menanamkan di dalam dirinya semangat Injil dan terbuka terhadap setiap situasi sebagai tanda kehadiran Allah dalam hidup yang kongkret.

  Kepekaan itu boleh disebut suatu karisma istimewa. Karisma istimewa itu terutama dikaruniakan Tuhan kepada Pendiri Ordo dan Kongregasi Kebiaraan.

  Setiap pendiri Ordo atau Kongregasi sungguh merasa dipanggil Allah dalam situasi kongkret, dan mereka menjawab panggilan khusus itu. Kepekaan terhadap situasi kongkret dapat diwujudkannya dalam sikap yang nyata sesuai dengan kebutuhan zaman. Dengan demikian, spiritualitas yang dihayati setiap Pendiri Ordo atau Kongregasi ialah suatu semangat yang didasari pola Injil Kristus yang senantiasa memungkinkan orang untuk menghubungkan penghayatan Injil dengan situasi kongkret dalam bentuk kehidupan nyata (Jacobs, 1980: 32-35).

  Adapun A. Heuken, SJ (2002: 11) mengatakan bahwa spiritualitas adalah istilah agak baru yang mengandalkan kerohanian atau hidup rohani. Kata ini menekankan segi kebersamaan, bila dibandingkan dengan kata yang lebih tua, yaitu kesalehan, yang mengandakan hubungan orang perorangan dengan Allah.

  Selain itu, spiritualitas dapat diterapkan pada aneka bentuk kehidupan rohani, misalnya spiritualitas modern, atau spiritualitas kaum awam. Spiritualitas mencakup dua aspek, yakni aspek askese sebagai usaha berlatih diri secara teratur supaya terbuka dan peka terhadap sapaan Allah, dan aspek mistik sebagai aneka bentuk dan tahap pertemuan pribadi dengan Allah. Askese menandakan jalan dan bentuk spiritualitas sejati yakni Roh (= spiritus; Lat.), yaitu Roh Kristus seperti tampak dalam Injil. Orang yang peka akan mengalami buah kehadiran Roh dalam hatinya (Rom 8: 16).

  Spiritualitas dapat disebut cara mengamalkan seluruh kehidupan sebagai seorang beriman yang berusaha merangsang dan menjalankan hidup ini semata- mata seperti Tuhan menghendaki-Nya. Untuk mencapainya, orang perlu semakin mempererat hubungan dengan Tuhan, antara lain dengan mendengarkan sabda- Nya dalam Injil dan dalam hatinya. Supaya hal tersebut dapat berlangsung dengan tepat, sepatutnya orang (1) memilih orang lain sebagai pendamping atau sebagai bapak/ibu rohani, dan (2) semakin menghidupkan dan meningkatkan cara berdoa.

  Dalam doa, segala segi kehidupan dan iman seseorang menyatu, lalu dihantarkan kepada Tuhan. Berdoa merupakan kegiatan manusia yang paling mulia. Panggilan pribadi didengar dan dipertajam dalam doa, karena Tuhan memanggil manusia sebagai anak-Nya yang disayangi. Anak itu menyapa Tuhan dengan berterimakasih, mengeluh, memuji atau meminta, namun terutama dengan mendengarkan-Nya dalam hati. Dengan demikian, Tuhan sendirilah yang menuntun manusia melalui berbagai peristiwa yang terjadi dalam hidupnya (Heuken, 2002: 12).

  Dalam kaitan dengan itu, spiritualitas dapat diartikan sebagai kekuatan atau Roh yang memberi daya hidup dan daya tahan kepada seseorang atau kelompok yang mempertahankan, memperkembangkan, dan mewujudkan kehidupannya. Spiritualitas tersebut dapat dimiliki oleh semua kelompok atau golongan yang sedang berjuang untuk mencapai tujuan atau cita-cita mereka. Secara sepintas spiritualitas itu hanya berkaitan dengan kerohanian saja, bahkan dimengerti hanya sebatas aktivitas manusia dalam usaha-usaha memperoleh kesucian atau keselamatan pribadi yang bersifat rohani.

  Namun demikian, spiritualitas sebenarnya mempunyai pengertian yang lebih luas. Spiritualitas sejati terwujud dalam kehidupan sosial budaya, ekonomi, dan politik. Spiritualitas merupakan kesadaran dan sikap hidup manusia untuk tahan uji dan tangguh dalam mewujudkan tujuan dan pengharapan. Spiritualitas dapat menjadi kekuatan dan sumber inspirasi dalam menghadapi kesulitan, penganiayaan, penindasan, dan kegagalan yang dialami oleh orang atau kelompok yang sedang mewujudkan cita-cita atau tujuan hidupnya. Dalam menjalankan tugas perutusan tertentu dibutuhkan kekuatan atau Roh untuk tahan uji, yaitu spiritualitas Kerajaan Allah dimana keadaan kekuasaan, pemerintahan, dan kehendak Allah dinyatakan dalam kehidupan manusia di tengah-tengah dunia (Banawiratma, 1990: 57-58).

B. Hati Kudus Yesus

  Hati Kudus Yesus adalah lambang dan gambar yang nampak dari kasih Kristus yang tanpa batas, yang menggerakkan kita untuk saling mencintai. Oleh karena itu, pantas dan layaklah kalau kita mempersembahkan dan membaktikan diri kita kepada Hati Kudus Yesus yang Mahakudus. Dengan pembaktian ini, masing-masing orang mempersatukan diri dengan Kristus; sebab semua penghormatan, sembah bakti, dan cinta kasih yang dipersembahkan kepada Hati Kudus Yesus sesungguhnya dipersembahkan kepada Yesus sendiri (O

  ’Donnell, 1990a: 4).

  Hati Yesus penuh dengan cinta kepada setiap orang yang dihadapi-Nya, baik itu terhadap yang menghormati-Nya, mempercayai-Nya, mengikuti-Nya, maupun mereka yang memusuhi-Nya. Perhatiaan-Nya terutama terhadap orang- orang kecil: sakit, miskin, berdosa, terlantar, kelaparan, kesepian. Di hadapan mereka, Yesus selalu membuka hati-Nya. Perhatiaan-Nya penuh cinta dan belas kasihan. Hal itu, misalnya yang digambarkan dalam Matius 9: 35-36, bahwa Yesus selalu berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit.

  Melihat orang banyak itu, tergeraklah Hati Yesus oleh belas kasihan sebab mereka lelah, terlantar seperti domba tanpa gembala. Melihat para pendengar-Nya yang setia mengikuti Dia terlantar dan lelah, maka Hati Yesus tergerak oleh belas kasihan terhadap mereka (Purnomo, 2000: 14-15).

  Hati Kudus Yesus merupakan ungkapan kesetiaan-Nya sebagai utusan Bapa, sehingga Dia rela menanggung sengsara, disalibkan dan wafat demi cinta kasih-Nya yang luar biasa dan selimpah-limpahnya kepada umat manusia. Saat seorang prajurit memastikan apakah Yesus sudah mati, dia menusuk lambung Yesus. Lambung adalah tempat hati berdetak. Lambung Yesus robek dan menampakkan Hati-Nya Yang Mahakudus. Hati-Nya mengeluarkan darah dan air, yang merupakan lambang kehidupan bagi manusia. Lambung Yesus ditikam dan ditombak menyatakan belas kasihan-Nya yang luar biasa kepada umat manusia.

  Darah dan air adalah unsur yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Maka ketika St. Yohanes merenungkan peristiwa penyaliban Yesus, terutama ketika menyaksikan lambung-Nya ditikam, ia menemukan arti penebusan yang sepenuhnya bagi umat manusia. Di dalam lambung Yesus yang tertikam oleh tombak, terdapat Hati-Nya yang penuh cinta. Namun kini hati-Nya kembali tertombak karena sikap dan perilaku manusia yang penuh dengan dosa-dosa, serta manusia tiada kunjung bertobat (Purnomo, 2000: 28-30).

  Dalam Buku Bacaan Khusus Untuk Kongregasi Yesus dan Maria dijelaskan tentang Yesus yang memberikan Hati-Nya. Ia memberikan Hati-Nya kepada kita dan segala hal yang baik yang berasal dari anugerah kehidupan. Ia memberikan kepada kita jagad yang luas, penuh dengan berbagai macam hal untuk memenuhi dan menyediakan kebutuhan-kebutuhan demi kebahagiaan kita. Ia memberikan kepada kita malaikat-malaikat-Nya untuk menjadi pembela dan pengantara kita. Ia juga memberikan Bunda-Nya yang amat suci menjadi ibu kita, memberikan Gereja-Nya bersama semua sakramen dan misteri Gereja-Nya demi keselamatan serta pengudusan kita. Ia memberikan kepada kita Bapa-Nya yang menjadi Bapa yang abadi dan sejati. Ia memberikan kepada kita Roh Kudus-Nya menjadi cahaya dan pembimbing dalam kehidupan kita. Ia memberikan kepada seluruh pikiran, sabda, pekerjaan, misteri-misteri-Nya, seluruh penderitaaan-Nya, hidup-Nya sendiri yang Ia hayati serta dikurbankan bagi kita, sampai titik terakhir Darah-Nya yang sungguh Mulia ( Levesque, 1995: 144-145).

  Lebih lagi, Ia memberikan kepada kita Hati-Nya yang amat pantas dicintai, dasar dan sumber segala anugerah-Nya yang lain. Cinta Hati Ilahi-Nya mendorong-Nya untuk muncul dari haribaan Bapa yang pantas disembah dan datang ke dunia ini agar Ia dapat memberikan kepada kita semua rahmat yang harganya tiada taranya. Bagaimana kita akan membalas Penebus yang penuh cinta itu, yang telah memberikan kasih begitu besar kepada kita? Kita harus membalas cinta dengan cinta. Sebagai balasan Hati-Nya yang Kudus, kita hendaknya menyerahkan hati kita seutuhnya, untuk membalas cinta-Nya. Ia telah memberikan Hati-Nya yang kekal; maka kita harus menyerahkan hati kita untuk selama-lamanya kepada-Nya. Karena Ia telah memberikan Hati-Nya tanpa batas dan tidak puas dengan memberikan kepada kita Hati-Nya sendiri, maka Ia memberikan hati Bapa-Nya yang abadi, Hati Bunda-Nya yang amat Suci dan hati semua para malaikat dan Orang Kudus. Bahkan Ia memberikan kepada kita hati setiap manusia dan mereka semua diperintahkan untuk mencintai kita sebagaimana mereka mencintai diri mereka sendiri, bahkan sebagaimana Ia mencintai kita (Levesque, 1995: 144-145).

  Hati Penyelamat kita adalah perapian cinta yang menyala; cinta yang memurnikan, menerangi menyucikan, mengubah dan menjadikan kita ilahi.

  Cintanya memurnikan; di dalam-Nya hati manusia dimurnikan secara lebih sempurna dari pada emas diperapian; cinta yang menerangi yang menghalau kegelapan neraka yang menyelimuti bumi dan membawa kita masuk ke dalam kecemerlangan surga yang mengagungkan; cinta-Nya yang menyucikan dan menghancurkan dosa dalam jiwa kita untuk menegakkan Kerajaan Allah di sana; cinta yang mengilahikan yang membuat manusia menjadi ilahi, dengan mengijinkan mereka ambil bagian dalam kesucian Allah, kemurahan hati-Nya, kesabaran-Nya, kelembutan-Nya, cinta-Nya, kasih-Nya, dan kesempurnaan- kesempurnaan Ilahi-Nya. Hati Kudus Yesus adalah perapian cinta yang menyebarkan nyala-Nya yang hebat ke segala arah, di surga, di bumi dan keseluruh jagat raya. Nyala-Nya yang besar sudah akan membakar hati para Serafim dan menerangi semua hati di dunia ini, seandainya kebekuan dosa yang mengerikan tidak masuk ke dunia. Yesus memiliki cinta yang sangat istimewa kepada manusia yang baik maupun yang jahat, sahabat-sahabat maupun musuh- musuh-Nya. Ia mencintai mereka itu dengan begitu hebat bahkan banjir dan bandang dosa-dosa mereka yang tak terbilang tidak mampu memadamkannya, seperti terdapat dalam Kid 8: 7: Air yang banyak tak dapat memadamkan cinta, sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya (Levesque, 1995: 154).

  Dalam Hati Yesus, cinta Tuhan terasa menyapa kita. Dari Hati-Nya timbul tanggapan sempurna cinta manusiawi kepada Bapa. Yesus menginginkan supaya cinta-Nya yang melimpah ruah membanjiri hati umat manusia. Dengan demikian menjadikan kita berperan serta dalam cinta Tritunggal Allah yang hadir dan tampak nyata dalam Hati Kudus-Nya. Dalam Hati Kudus Yesus terungkap cinta dan kerahiman Tuhan bagi penyelamatan seluruh umat manusia. Hati Kudus Yesus mengisahkan tentang kebesaran cinta Allah kepada kita, sekaligus betapa mengharukan lubuk hati kita yang terdalam, dan bagi seluruh dunia bila cinta itu ditolak. Cinta Yesus yang menyelamatkan, ingin menyentuh dan mengubah kita agar menjadi terang dunia dan umat baru dengan hubungan-hubungan yang sehat.

  Mereka yang tertangkap oleh cinta Hati Yesus berdukacita atas dosa-dosa dunia yang mendambakan pemulihan (Haring, 2002: 2).