B. Tumbuhan upacara adat
Indonesia merupakan negara yang kaya dengan keanekaragaman hayati dan juga keanekaragaman kultural dan pengetahuan tradisionalnya. Keankeragaman
hayati dan juga pengetahuan tradisional ini dipadu menjadi suatu budaya yang khas bagi setiap suku di Indonesia. Setiap daerah memiliki jenis tumbuhan khas
setempat yang tidak terdapat di daerah lain, sehingga jenis pemanfaatannya pun khas dan hanya terdapat pada daerah tersebut. Dalam hal ini adalah pemanfaatan
tumbuh-tumbuhan sebagai sarana atau alat dalam upacara adat. Wahyuni, 2011 menyatakan bahwa tumbuhan upcara adat merupakan
tumbuhan yang digunakan dalam setiap upacara adat, jenis tumbuhan yang digunakan berbeda-beda, baik spesies dan juga organ tumbuhan yang digunakan.
Jenis upacara adat berbeda-beda setiap daerahnya tergantung dari kultur buadaya yang lahir, dipercaya dan dijalankan di daerah tersebut. Dan setiap daerah
memiliki lebih dari satu jenis upacara adat dengan tujuan yang berbeda pula, dalam setiap upacara adat jenis tumbuhan yang digunakan bisa berbeda-beda
dan juga tidak menutup kemungkinan tumbuhan yang sama digunakan dalam jenis upacara dengan tujuan yang berbeda.
Organ tumbuhan yang digunakan dalam upcara adat tidak terbatas pada satu organ tumbuhan saja,tergantung dari jenis upcara dan bagaimana keyakinan
masyarakat setempat tentang tata cara pembuatan alat-alat upacara tersebut. Tidak ada data tertulis tentang bagaimana awalnya tumbuh-tumbuhan tersebut
digunakan dalam suatu kegiatan upacara adat, semua pengetahuan tentang
upacara adat diwariskan turun-temurun secara lisan. Sedangkan Wahyudi Pantja Sunjata, 1997 menyatakan fungsi dari setiap tumbuh-tumbuhan yang
digunakan dalam upacara tidak dapat digantikan, karena sudah terikat dengan hukum adat yang apabila dilanggar akan medapatkan sangsi dari dewan adat
baik langsung maupun tidak langsung. Upacara adat merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok
masyarakat atau individu atas dasar keyakinan yang diwariskan secara turun- temurun dengan sebuah tujuan tertentu baik tujuan nyata maupun tidak nyata,
yang dengan sangsi langsung berdasarkan peraturan adat yang berlaku juga sangsi tidak langsung berupa ancaman dari kepercayaan yang dianut berupa
nasib buruk jika proses upacara tidak dilaksanakan. Upacara adat sendiri memiliki banyak tujuan seperti untuk menyembuhkan penyakit yang diderita
seseorang, penghormatan terhadap roh nenek-moyang yang telah meninggal dunia, permintaan akan keselamatan dan lain-lain.
Upacara pada umumnya memiliki nilai sakral oleh masyarakat pendukung kebudayaan tersebut Wahyudi Pantja Sunjata, 1997: 1. Walapun jenis dan
tujuan dari upacara adat tesebut adalah sama, namun tata cara pelaksanaan dan juga bahan-bahan yang digunakan akan berbeda setiap daerahnya. Dan apa saja
alat yang dibutuhkan dalam setiap upacara adat tidak semua masyarakat pelaku adat mengetahuinya secara menyeluruh. Hanya para pemimpin dan pelaku
adatlah yang mengetahui secara detail apa saja alat dan bahan yang dibutuhkan dalam setiap pelaksanaan upacara adat. Orang-orang yang terlibat dalam
pelaksanaan upacara adalah mereka yang bertindak sebagai pemimpin jalanya
upacara dan beberapa orang yang paham dalam ritual upacara adat Koentjaraningrat, 1967: 241
C. Suku Dayak Tunjung