mana para Pelaku Upaca Adat dipercaya mampu berkomunikasi dengan dewa dan roh-roh yang menjadi kepercayaan mereka.
Kepercayaan ini juga mempengaruhi sistem dan hukum adat yang berlaku, di mana hukuman atas tidakan pelanggaran dibagi menjadi menjadi dua. Pertama
yaitu hukuman langsung berupa denda materil dan atau bisa berupa pencabutan atas hak-hak yang dijatuhkan oleh dewan adat. Kedua, yaitu hukuman tidak
langsung atas pelanggaran yang dilakukan terhadap lingkungan sektar atau kepada anggota masyarakat lainnya, di mana kesalahan tidak memiliki cukup
bukti bagi dewan adat untuk menjatuhkan sanksi, maka hukuman yang akan diterima oleh yang bersangkutan adalah langsung oleh para roh dan dewa
kepercayaan Suku Dayak Tunjung.
C. Jenis tumbuh-tumbuhan yang digunakan dalam proses pelaksanaan
Upacara Adat Suku Dayak Tunjung
Dalam proses penelitian dilapangan, penelitian ini berhasil mendata 78 jenis tumbuhan yang digunakan oleh Suku Dayak Tunjung dalam kegiatan upacara
adat Tabel 4.1. Untuk mendapatkan data jenis-jenis tumbuhan yang digunakan dalam proses upacara adat, peneliti melakukan wawancara terhdapat 7 informan
primer,dari 7 informan primer tersebut 5 diantaranya adalah pelaku upacara adat dan sisanya merupakan pemuka adat Suku Dayak Tunjung. Untuk memperkuat
keakuratan data, peneliti juga melakukan wawancara terhadap 50 informan sekunder, yang merupakan masyarakat Suku Dayak Tunjung yang memiliki
pemahaman tentang proses upacara adat ataupun sering terlibat dalam pelaksanaan upacara adat.
Terdapat beberapa tumbuhan yang identik, yang digunakan dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, namun fungsi dari tumbuhan tersebut dalam upacara
tidak dapat digantikan satu dengan yang lain. Dari 78 jenis tumbuhan yang berhasil di data, 71 tumbuhan merupakan
bagian dari divisi Magnoliophyta, dan 1 tumbuhan dari devisi Pteridophyta. Devisi Magnoliophyta terdiri dari dua kelas, yaitu kelas Magnoliopsida dengan
36 jenis tumbuhan, dan kelas Liliopsida terdiri dari 35 jenis tumbuhan. Devisi Pteridophyta terdiri dari 1 kelas yaitu Pteridopsida. Jenis tumbuhan yang
berhasil diidentifikasi dalam penelitian ini terdiri dari Dari 23 ordo yang berbeda, 72 jenis tumbuhan berhasil identifikasi hingga tingkat famili Tabel
4.1, 53 jenis tumbuhan berhasil di indentifikasi hingga tingkat spesies. Tidak semua jenis tumbuhan berhasil didata hingga tingkat spesies, hal ini disebabkan
minimnya data tentang tumbuhan tersebut.
Tabel 4.1 Jumlah Famili Yang Teridentifikasi
No FAMILI
Jumlah 1.
Musaceae 3
2. Cannabaceae
2
3.
Moraceae 5
4.
Zingiberaceae 6
5.
Agavaceae 1
6. Euphorbiaceae
3
7. Arecoideae
1
8. Poaceae
9
9. Lauraceae
1
10. Urtiaceae
1
11. Rubiaceae
3
12. Apocynaceae
2
13. Fabaceae
1
14. Arecaceae
11
15.
Acanthaceae 1
16.
Polypodiaceae 2
17.
Asteraceae 2
18.
Melastomataceae 1
19. Cyperaceae
1
20. Piperaceae
2
21. Meliaceae
1
22. Sapindaceae
2
23. Leguminosae
2
24. Rhizophoraceae
1
25. Bromeliaceae
1
26. Lamiaceae
2
27.
Moreceae 1
28.
Loranthaceae 1
29.
Marantaceae 2
30.
Menispermaceae 1
31. Tidak teridentifikasi
6 Total
78
Tabel 4.2 Data tumbuhan yang digunakan dalam Upacara Adat Suku Dayak Tunjung
Istilah dalam proses upacara dan jenis dari masing-masing proses upacara adat dapat dilihat pada lampiran 3 dan 4
No Nama
Famili Organ yang
digunakan Cara penggunaan
Jenis dan sumber
perolehan Ketersediaan
di lapangan Jenis upacara
Tujuan Upacara Daerah
Umum Ilmiah
1. Jojot
Pisang hutan Musa balbisiana
Musaceae Daun, Batang,
Akar Dijadikan patung, pembungkus
sesaji, dan juga media penyampaian mantra.
Liar Melimpah
Papat Penyembuhan, hajatan
2. Sempat
- -
Zingiberacea e
Batang dan akar Dijadikan patung
Liar Melimpah
Beliant Loangan Mantir
Penyembuhan 3.
Juangk Hanjuang
Merah Cordyline
terminalis L
Agavaceae Daun
- Dijadikan media penyampian
mantra dalam upacara adat -
Dijadikan Pengumak Budiadaya
Kurang Beliant Semur,
Beliant Ba wo, Beliant Sentiu,
Beliant Kencong Penyembuhan dan hajatan
4. Jeloq
Pisang Musa acuminata
Musaceae Daun, Batang,
Akar Dijadikan patung, pembungkus
sesaji, dan juga media penyampaian mantra.
Budidaya Melimpah
Semua Upacara Adat
- 5.
Nancangk Mahang
Macaranga mappa
Euphorbiacea e
Batang, Kulit batang dan Daun
Batang dijadikan bahan pembuat balai, kulit batang dijadikan
ancak, daun sebagai alas dalam meletakan sesaji pada balai.
Liar Melimpah
Timeq, Papat Penyembuhan
6. Nyoo
Kelapa Cocos nucifera
Arecoideae Buah dan Daun
Buah dijadikan alat dalam upacara, sedangkan daun selain
sebagai alat juga dijadikan pembungkus makanan wajib
dalam upacara seperti ketupat dll. Budidaya
Melimpah Semua Upacara
Adat -
7. Tabak
- -
Poaceae Akar
Dibakar dan dijadikan media perantara antara pelaku upacara
dengan alam sekitar. Budidayaliar
Kurang Semua Upacara
Adat -
8. Lutuq
Bambu Bambusa Sp
Poaceae Batang
Dijadikan media tempat memasak sesaji, dan dijadikan media dalam
upacara adat Liar
Melimpah Semua Upacara
Adat -
9. Gaka
malongk -
- -
Batang Dijadikan tali pengikat dalam
pembuatan alat-alat upacara Liar
Melimpah Papat, Pakant
Talunt Penyembuhan, permintaan
pertolongan kpd alam, penebusan kesalahan dan
permintaan maaf kpd alam
No Nama
Famili Organ yang
digunakan Cara penggunaan
Jenis dan sumber
perolehan Ketersediaan
di lapangan Jenis upacara
Tujuan Upacara Daerah
Umum Ilmiah
10. Cahai
Kunyit Curcuma
domestica Zingiberacea
e Umbi
Dijadikan pewarna dalam pembuatan media upacara adat
Budidaya Melimpah
Semua Upacara Adat
- 11.
Lejaq Jahe
Zingiber officinale
Zingiberacea e
Umbi Dijadikan bumbu dalam
pembuatan sesaji upacara Budidaya
Melimpah Papat
Penyembuhan, permintaan perlindungan
keselamatan 12.
Teliant Ulin
Eusideroxylon zwageri
Lauraceae Batang
Dijadikan patung dan juga tiang balai dalam upacara adat
Liar Langka
Papat, Ha jat Penyembuhan, Permintaan
akan suatu tujuan kpd alam 13.
Ntugaq -
- -
Batang dan Daun Dijadikan patung dan juga tempat
menggantungkan ancak disetiap sudut balai
Liar Melimpah
Papat Penyembuhan, permintaan
perlindungan keselamatan
14. Tempera
- -
Urtiaceae Daun, Batang
Dijadikan tali pengikat dalam pembuaran media upacara, jeak.
Liar Melimpah
Papat, Pakant Talunt.
Dll. -
15. Tokongk
- Amomum
aculeatum Zingiberacea
e Batang dan akar
Dijadikan bahan pembuatan Balai,
rempah sesaji. Liar
Melimpah Banyungk
Penyembuhan 16.
Kuayant Bambu
Bambusa arundinacea
Poaceae Batang
Dijadikan Balai atau Pantiq Liar
Melimpah Upacara Adat Kenu
Pentabisan dan perkenalan dengan alam
17. Tuuq
Tebu Saccharum sp.
Poaceae Batang
Dijadikan Tiang pusat tari upacara
Budidaya Melimpah
Timeq, Gugu Taont Penyembuhan,
pemeliharaan hubungan dengan alam
18. PangirBung
aq -
Morinda sp. Rubiaceae
Bunga Media dalam menyampaikan
“berkat” upacara kepada objek upacara
LiarBudidaya Kurang
Semua Upacara Adat
- 19.
Pujaq -
- Apocynaceae
Daun Digunakan sebagai pewarna
atribut upacara LiarBudidaya
Langka Semua Upacara
Adat -
20. Ami
Gambir Uncaria gambir
Rubiaceae Daun
Dijadikan Jampiq LiarBudidaya
Langka Papat, Kenu,
Banyungk Penyembuhan, permintaan,
perkenalam dengan alam 21.
Gaka kedot Liana
- Fabaceae
Batang Digunakan untuk mengikat dalam
pembuatan balai Liar
Melimpah Banyungk
Penyembuhan 22.
Gai pelas Rotan
Calamus penicillatus
Roxb Arecaceae
Batang Digunakan untuk
menggantungkan subbai Liar
Kurang Melas
Pentabisan perkenalam kpd alam
23. Harump
- -
Acanthaceae Daun
Digantung pada Longan Bayat LiarBudidaya
Kurang Beliant Mantir
Penyembuhan 24.
Komat Puring hijau
Codiaeum variegatum.
Euphorbiacea e
Daun dan Batang Dijadikan pengasi
LiarBudidaya Melimpah
Beliant Semur Penyembuhan
No Nama
Famili Organ yang
digunakan Cara penggunaan
Jenis dan sumber
perolehan Ketersediaan
di lapangan Jenis upacara
Tujuan Upacara Daerah
Umum Ilmiah
25. Ngkapaq
Paku sarang burung
Asplenium nidus Polypodiacea
e Daun
Dijadikan anjat dalam upacara adat
Liar Melimpah
Beliant Ba wo Penyembuhan
26. MuungkHe
mungk Sembung
Blumea balsamifera
Asteraceae Daun dan Batang
Dijadikan pengasi Liar
Melimpah Beliant Semur
Penyembuhan 27.
Kuncengk Heredong
Melastoma affine
Melastomata ceae
Bunga Dijadikan minuman bagi pelaku
upacara yang mengalami kesurupan.
Liar Melimpah
Beliant Sentiu Penyembuhan
28. Peridangk
Rumput Teki Cyperus
rotundus Cyperaceae
Daun Digunakan menjadi jeak
Lair Melimpah
Banyungk Penyembuhan
29. Paatn
Pinang Areca catechu
Arecaceae Daun, Bunga,
Buah, Batang Digunakan menjadi Kabungk
Budidaya, Liar Melimpah
Banyungk dan
haampir semua upacara adat Suku
Dayak Tunjung -
30. Sarap
Aren Arenga pinnata
Arecaceae Daun Muda
Kabungk Budiaya, Liar
Melimpah Timeq, Beliant
Bawo, Semur, Sentiu
Penyembuhan 31.
Rakap Sirih
Piper betle Piperaceae
Daun Bahan pembuatan Jampi
Budidaya, Liar Melimpah
Hampir semua upacara adat
- 32.
Wangunt -
- Meliaceae
Batang Untuk Rautan Reff, diletakan
pada Benawingk Liar
Melimpah Melas
Perkenalan dengan alam sekitar
33. Nyelutui
Kayu Gabus Alstoniae cortex
Apocynaceae Batang
Dijadikan patung dengan jenis kelamin wanita
Liar Melimpah
Beliant Semur Penyembuhan
34. Pengoq
- -
Sapindaceae Daun
Dijadikan Jeak Liar
Melimpah Semua Upacara
Adat -
35. Pengoq peai
- -
Piperaceae Daun
Dijadikan Jeak Liar
Melimpah Semua Upacara
Adat -
36. Sewet
Pisang Hutan Musa Sp
Musaceae Jantung buah,
Daun, Batang Batang dijadikan patung, daun
dijadikan media penyampaian matra dan pembungkus sesaji,
jantung dijadikan alat upacara Liar
Melimpah Beliant Nyenturuh
Bukur Penyembuhan, penebusan
atas suatu kesalahan yang dilakukan kepada alam
37. Mawa
- -
Cannabaceae Daun, Kulit
batang Daun dijadikan Jeak, Kulit batang
dijadikan Ancak Liar
Melimpah Hampir semua
Upacara Adat -
38. Puant
Keledang Artocarpus
lanceifolius Roxb
Moraceae Daun
Dijadikan Jeak Liar
Kurang Semua Upacara
Adat -
39. Jiee
- -
- Daun
Dijadikan Jeak Liar
Melimpah Semua Upacara
Adat -
No Nama
Famili Organ yang
digunakan Cara penggunaan
Jenis dan sumber
perolehan Ketersediaan
di lapangan Jenis upacara
Tujuan Upacara Daerah
Umum Ilmiah
40. Persiah
- -
Poaceae Daun
Dijadikan Jeak Liar
Melimpah Semua Upacara
Adat -
41. Paku-paramp
- Polypodium
vulgare Polypodiacea
e Daun
Dijadikan Jeak Liar
Melimpah Semua Upacara
Adat -
42. Tu-tawa
- Costus speciosus
Zingiberacea e
Daun Dijadikan Jeak
Liar Melimpah
Semua Upacara Adat
- 43.
MemaliqSm eneo
- -
- Daun
Dijadikan Jeak Liar
Melimpah Semua Upacara
Adat -
44. Gaka
Ngelagit -
- Leguminosae
Batang, daun Batang dijadikan patung, Daun
dijadikan Jeak Liar
Melimpah Melas
Perkenalan dengan alam sekitar
45. Lempung
ngayo Liana
- Rhizophorac
eae Daun
Daun dijadikan Jeak Liar
Melimpah Melas
Perkenalan dengan alam sekitar
46. Rekep
- -
Sapindaceae Batang
Untuk menyandarkan Benawingk Budidaya, Liar
Kurang Melas
Perkenalan dengan alam sekitar
47. Gai syi’it
Rotan Calamus
balingensis Furtado
Arecaceae Semua organ
tumbuhan utuh Wuint awoi digunakan utuh dari
akar sampai daun Lair
Langka Timeq
Penyembuhan 48.
Gai sokak Rotan
Calamus caesius Arecaceae
Batang Dijadikan tali pengikat
Budidaya, Liar Melimpah
Timeq Penyembuhan
49. Daun biruq
- Livistona sp
Arecaceae Daun
Daun dijadikan Wuint awooiy Liar
Kurang Timeq
Penyembuhan 50.
Terincingk Nanas
Ananas comosus Bromeliaceae
Batang, Daun, Buah
Dijadikan pencawangk Budidaya, Liar
Melimpah Beliant Ba wo
Penyembuhan 51.
KumarLemp ucant
- Eleiodoxa
conferta Arecaceae
Daun dan Batang Digunakan sebagai pencawangk
Budidaya, Liar Kurang
Ngawat Penyembuhan diagnosa
penyakit 52.
Telasih Selasih
Ocimum basilicum
Lamiaceae Daun
Dijadikan pengasi Budidaya, Liar
Kuarang Beliant Semur,
Beliant Ba wo Penyembuhan
53. Katapuq
- Thymus vulgaris
Lamiaceae Daun
Dijadikan pengasi Budidaya, Liar
Kuarang Beliant Semur,
Beliant Ba wo Penyembuhan
54. Pegangk Lau
Ilalang Imperata
brevifolia Poaceae
Daun Dijadikan Jeak
Liar Melimpah
Timeq Penyembuhan
55. Bunglew
- -
Moraceae Daun
Daun dijadikan Jeak Liar
Melimpah Melas
Perkenalan dengan alam 56.
Deraya -
- -
Batang Dijadikan patung dengan jenis
kelamin laki-laki Liar
Melimpah Papat
Penyembuhan, permintaan 57.
Peringk Taliq
- Bambusa sp.
Poaceae Batang
Dijadikan Benakak Liar
Melimpah Melas
Perkenalan dengan alam 58.
Kuayant -
Bambusa Poaceae
Batang Digunakan untuk melakukan
Lair Melimpah
Ritual Kenu, Penyembuhan
No Nama
Famili Organ yang
digunakan Cara penggunaan
Jenis dan sumber
perolehan Ketersediaan
di lapangan Jenis upacara
Tujuan Upacara Daerah
Umum Ilmiah
Kuning vulgaris Schard
ritual jika ada kesalahan dalam melakukan upacara.
Beliant Semur 59.
Nturui -
Artocarpus.sp Moreceae
Daun Dijadikan Jeak
Liar Kurang
Timeq Penyembuhan
60. Lunuk
Beringin Ficus benjamina
Moraceae Daun
Dijadikan Jeak Liar
Melimpah Timeq, Beliant
Rantau Perangk, Melas
Penyembuhan dan perkenalan dengan alam
lingkungan 61.
Raja Pengalah
Benalu Loranthus sp.
Loranthaceae Daun
Daun dijadikan Jeak Liar
Melimpah Melas
Penyembuhan dan perkenalan dengan alam
lingkungan 62.
Pentar -
Ficus carica Moraceae
Daun Dijadikan makanan patung
Kernyamp Lair
Melimpah Banyungk
Penyembuhan 63.
Nggkuduq Mengkudu
Morinda citrifolia
Rubiaceae Daun
Dijadikan makanan patung Kernyamp
Lair Melimpah
Banyungk Penyembuhan
64. Lancingk
senit Langusei
Ficus minahassae
Moraceae Daun dan Batang
Dijadikan jeak pada batang dijadikan patung
Liar Melimpah
Melas Penyembuhan dan
perkenalan dengan alam lingkungan
65. Mermungk
- -
- Buah
Dijadikan sebagai sumpit dalam uapcara adat
Lair Kurang
Rantau perangk Penyembuhan
66. Engkehuyo
- Chromolaena
odorata Asteraceae
Daun Jeak
Lair Melimpah
Pejeak Menghilangkan aura
negatif dari lingkungan 67.
Tuq salah Tebu
Saccharum officinarum
L Poaceae
Batang dan daun Jeak
Budidaya, Lair Kurang
Pejeak Menghilangkan aura
negatif dari lingkungan 68.
geriq Kemiri
Aleurites moluccana
Euphorbiacea e
Buah Buah digunakan sambil
membacakan mantra digunakan dalam tempurung
kelapa Budidaya, Liar
Melimpah Beliant semur
banci Penyembuhan
69. Isak-isik
- Ctenanthe sp.
Marantaceae Daum
Dijadikan jeak Liar
Melimpah Melas, Timeq
Penyembuhan, perkenalna dengan alam
70. Akar
Liana -
Leguminosae Batang
Dijadikan sampo dalam ritual membersihkan diri sebelum
upacara Lair
Kurang Semua jenis
upacara adat -
71. Ukor
- -
Arecaceae Batang, daun,
buah Digunakan sebagai pencawangk
Liar Kurang
Beliant Ngawat Pencarian jenis penyakit,
Penyembuhan 72.
Bemant Bemban
Donax canniformis
Marantaceae Batang
Dianyam menjadi Kelangkangk burung
Liar Melimpah
Beliant kencong Penyembuhan
No Nama
Famili Organ yang
digunakan Cara penggunaan
Jenis dan sumber
perolehan Ketersediaan
di lapangan Jenis upacara
Tujuan Upacara Daerah
Umum Ilmiah
73. Botoq
Ramban Trema orientalis
Cannabaceae Batang dan Daun
DijadikanTempusoq dan pondasi pada Balai
Liar Melimpah
Beliant Rantau Perangk
Penyembuhan 74.
Niungk -
- Arecaceae
Tulang Daun Dijadikan “pancing” dalam
uapcara adat Liar
Kurang Timeq
Penyembuhan 75.
Jauq -
- Arecaceae
Buah dan Daun Digantung pada Longan Bayat
Liar Kurang
Nalint taont, timeq Pemeliharaan hubungan
dengan alam, Penyembuhan
76. Belayant
- Tinospora
crispa Menispermac
eae Batang dan Daun
Dililitkan mengelilingi Lonngan Liar
Melimpah Beliant Nyumangk
Penyembuhan 77.
Ntrarant -
Amomum sp. Zingiberacea
e Batang
Dijadikan longan Liar
Kurang Beliant Bawo
Penyembuhan 78.
Biruq Torungk
- Livistona sp
Arecaceae Semua organ
tumbuhan secara utuh
Dijadikan tongkat atau Alu penumbuk dalam upacara adat
Liar Kurang
Nalint taont Pemeliharaan hubungan
dengan alam
Dari hasil penelitian dilapangan, diketahui bahwa Suku Dayak Tunjung memiliki kemampuan untuk mengenali tumbuhan berdasarkan habitat, bentuk
dan warna daun, warna dan jenis batang, jenis akar tumbuhan, warna bunga dan juga aroma dari tumbuhan tersebut. Kemampuan mengenali tumbuhan yang
dimiliki oleh Suku Dayak Tunjung, lahir dari proses interaksi antara Suku Dayak Tunjung dengan alam dalam kehidupan sehari-hari. Tumbuh-tumbuhan yang
telah dikenali kemudian diberi nama, dan nama tersebut diturunkan dari generasi ke generasi secara lisan.
Penamaan tumbuhan dalam kehidupan Suku Dayak Tunjung didasari oleh beberapa faktor, diantaranya adalah karakteristik morfologi tumbuhan dan
habitatnya, selain itu penamaan tumbuhan bisa dipengaruhi oleh fungsi tumbuhan tersebut dan dampak yang ditimbulkan oleh tumbuhan terhadap
makhluk hidup atau tumbuhan lain. Selain dua faktor di atas, penamaan tumbuhan dalam kehidupan Suku Dayak Tunjung juga bisa dipengaruhi oleh
faktor kesamaan bentuk tumbuhan tersebut dengan makhluk hidup lain. Contoh penamaan tumbuhan yang dipengaruhi oleh ciri mofologi salah
satunya adalah pada tumbuhan Gaka ngelagit. Kata „
Gaka
’ dalam dalam bahasa Tunjung adalah sebutan untuk tumbuhan liar, khususnya yang memiliki batang
semu panjang dan lurus dengan ukuran maksimal 20 cm, sedangkan „
Ngelagit
’ berasal dari kata „
Agit
’ yang berarti alat pengait. Jadi nama Gaka ngelagit merupakan penamaan untuk salah satu spesies tumbuhan dengan batang semu
yang panjang dan memiliki alat pengait gambar 4.47.
Contoh penaman tumbuhan berdasarkan fungsi tumbuhan tersebut dan dampak yang ditumbulkan oleh tumbuhan terhadap makhluk hidup atau
tumbuhan lain adalah pada penamaan Raja pengalah pada tumbuhan benalu. Kata „
Raja
’ dalam bahasa Dayak Tunjung sama dengan arti kata raja dalam bahasa Indonesia, yang dapat diartikan memiliki kekuatan atau kekuasaan lebih
dibandingkan dengan yang lain dalam ruang lingkup yang sama dengan dirinya, sedangkan kata „
Pengalah
’ dalam bahasa Indonesia memiliki arti Penakluk. Berdasarkan penjelasan ini maka spesies tumbuhan dengan nama Raja pengalah
menunjuk pada sauatu tumbuhan yang memiliki kemampuan menguasai atau mengalakan tumbuhan lainnya.
Dalam kehidupan masyarakat Suku Dayak Tunjung, sering dijumpai penamaan tumbuhan yang identik. Sebagai contoh penamaan tumbuhan Pengoq
peay dan Pengoq. Dari pembahasan tumbuhan nomor 34 dan 35 jelas kedua tumbuhan ini merupakan tumbuhan yang berbeda, penamaan yang identik ini
berdasarkan organ tumbuhan yang paling menonjol. Pengoq peay dan pengoq memiliki buah dengan warna dan bentuk morfologi yang hampir sama, hanya
saja ukuran buah pengoq peay lebih kecil dari pengoq, hal inilah yang menjadi dasar pemberian nama yang identik terhadap kedua tumbuhan tersebut.
Deskripsi dari tumbuh-tumbuhan yang digunakan dalam Upacara Adat Suku Dayak Tunjung seperti yang terdapat pada tabel 4.1, adalah sebagai berikut :
1. Jojot
Musa sp
Jojot atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama pisang hutan
Musa sp,
merupakan jenis pisang yang tumbuh liar dihutan Kalimantan, khususnya di wilayah Kabupaten Kutai Barat.
Daun dan buah:
Jojot sekilas mirip seperti pisang pada umumnya, hal yang membedakan adalah buahnya yang berukuran kecil dan banyak terdapat
berbiji, pada daun jojot muda teradapat banyak bintik berwarna merah.
Batang:
Jojot umumnya tumbuh tegak jika dibandingkan dengan jenis pisang yang ditanam pada umumnya, tinggi dapat mencapat 3,5 meter, dengan
diameter batang jojot dewasa berkisar antara 14 sampai 25 centi meter.
Gambar 4.3
Daun Jojot muda Musa balbisiana
Penggunaan dalam upacara adat:
Dalam segala jenis Upacara adat Suku Dayak Tunjung, jojot merupakan komponen yang selalu ada. Bagian dari
tumbuhan yang dimanfaatkan berupa batang, akar, daun dan bahkan tumbuhan ini secara utuh diambil dan gunakan dalam upacara. Batang beserta
akar digunakan sebagai patung yang melambangkan manusia ataupun rohdewa yang dipuja dalam upacara tersebut. Daun Jojot digunakan sebagai
pembungkus sesaji, alas peralatan upacara dan juga dapat digunakan sebagai
jampi,
yaitu alat untuk menyampaikan mantra kepada subjek upacara adat. Jojot dapat digunakan secara utuh dalam upacara adat suku Dayak Tunjung,
jojot yang digunakan biasanya jojot muda dengan diameter batang 5 hingga 8 cm.
2. Sempat
Sempat merupakan spesies tumbuhan dari famili
Zingibera ceae,
tumbuh disemua tempat dan digolongkan sebagai tanaman liar. Sempat memiliki
kemiripan dengan kecombrang, daun dan batang identik dengan kecombarang.
Batang dan akar:
Tumbuhan ini dapat tumbuh dengan ketinggian 1 hingga 3,5 meter, memiliki batang semu tegak dengan diameter 2 hingga 4 cm.
Tumbuhan ini tumbuh bergerombol, dan membentuk akar rimpang yang kemudian berbuah dari akar rimpang tersebut.
Daun:
Sempat berdaun tunggal, berbentuk lanset memanjang dengan lebar berkisar antara 40-50 cm, lebar daun berkisar antara 8-10 cm. ujung dan
pangkal daun runcing, berwarna hijau.
Penggunaan dalam upacara adat:
Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, sempat digunakana sebagai patung, sama halnya dengan batang
pisang hutan, di mana bagian dari tumbuhan ini yang digunakan adalah pangkal batang.
Gambar 4.4
Tumbuhan Sempat dan Buahnya
3. Juangk
Cordyline terminalis
Juangk atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama hanjuang merah
Cordyline terminalis
, tanaman ini pertama kali ditemukan di asia timur.
Daun:
Juangk dapat dikenali dengan ciri-ciri di mana daun berupa daun tunggal, berbentuk lanset lebar, berwarna merah tua, merah muda ataupun
bisa berwarna hijau. Daun Juangk memili panjang antara 15-30 cm, dengan lebar berkisar antara 14-15 cm.
Buanga dan Buah:
Bunga berbentuk malai, panjang berkisar antara 25 sampai 30 cm, berwarna hijau keunguan atau kuning muda. Buah berbentuk
bola, berwarna merah mengkilat.
Batang:
Tumbuhan Juangk memiliki batang semu tidak berkayu, tidak memiliki kambium. Lebar batang antara 2 hingga 8 cm.
Gambar 4.5 Hanjuang merah
Cordyline terminalis
L
Penggunaan dalam upacara adat:
Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, Hanjuang merah digunakan sebagai alat penyampaian mantra.
Bagian dari tumbuhan yang digunakan adalah daun dan batang. Tanaman ini sudah dikenal hampir diseluruh wilayah Indonesia, di mana
pemanfaatan tanaman ini sebagian besar adalah sebagai tanaman hias, tanaman pagar, dan ada juga yang memanfaatkan tanaman ini sebagai tanaman obat.
4. Jeloq
Musa sp
Jeloq atau juga yang dikenal nangan nama umum pisang dalam bahasa Indonesia merupakan tumbuhan dari Famili Musaceae. Tumbuhan terna ini
menghasilkan buah yang baik untuk konsumsi, sehingga menghasilkan nilai ekonomis dalam perannya bagi kehidupan manusia, sehingga pisang pun
dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia pada umumnya dan masyarakat Kutai Barat khususnya.
Gambar 4.6
Pisang Musa sp
Pengunaan pisang dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung adalah sebagai media penyampaian mantra, pembungkus sesaji dan alas alat-alat
upacara dan juga bisa digunakan sebagai atribut upacara. Bagian dari tumbuhan yang digunakan adalah daun, batang, dan tandan beserta buah dan jantung
pisang.
5. Nancangk
Nancangk atau yang juga dikenal dengan nama mahang
Macaranga mappa
dalam bahasa Indonesia, merupakan tumbuhan dari keluarga Euphorbiaceae. Daerah penyebaran mahang di Indonesia meliputi Jawa, Sumatera dan
Kalimantan Kartasujana dan Martawijaya, 1979
dalam
Damiri
dkk
, 2009.
Batang:
Mahang dapat tumbuh dengan ketinggian 10 hingga 35 meter,
batang bulat dan lurus, berwarna coklat abu-abu hingga keputih-putihan. Mahang muda memiliki batang berongga pada bagian tengah, rongga ini di isi
oleh semut.
Daun:
Mahang berdaun tunggal berbentuk bulat telur, melebar dan pada bagian ujung bercabang tiga meruncing pada bagian ujung. Permukaan bawah
daun putih, berbuku halus dengan urat daun menjari, sedangkan bagian atas daun berwarna hijau.
Gambar 4.7
Pohong mahang muda Macarangan mappa
Penggunaan dalam upacara adat:
Mahang dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung digunakan dalam pembuatan
Balai, Ancak
dan pembungkus sesaji, di mana sesaji yang dibungkus biasanya berupa nasi dan daging, atau bisa
juga dalam bentuk lainnya. Batang dijadikan bahan pembuat balai, kulit batang dijadikan ancak, daun sebagai alas untuk meletakan sesaji pada balai.
Pemanfaatan lebih jauh dari kayu mahang dalam kehidupan Suku Dayak Tunjung adalah sebagai material untuk membangun pondok.
6. Nyookelapa
Cocos nucifera
Nyoo atau juga yang kita kenal dengan kelapa merupakan tumbuhan dari famili Arecoideae, yang telah dikenal luas oleh masyarakat dunia.
Batang dan akar:
Kelapa memiliki batang tunggal, namun tidak menutup kemungkinan bisa bercabang karena pengaruh lingkungan. Kelapa, yang
merupakan tumbuhan monokotil memiliki akar tipe akar serabut.
Daun:
Daun kelapa merupakan tipe daun mejemuk menyirip, dengan penampang melintang pipih, unjung daun meruncing dengan panjang daun
hingga 110 Cm. Tulang daun sejajar, daging daun tipis dan cukup kaku, permukaan daun licin dan berwarna hijau.
Gambar 4.8
Kelapa Cocos nucifera
Penggunaan dalam upacara adat:
Nyoo atau kelapa digunakan sebagai media upacara, ataupun pembungkus makanan dan atribut upacara. Buah
dijadikan alat dalam upacara, sedangkan daun selain sebagai alat juga dijadikan pembungkus makanan wajib dalam upacara seperti ketupat dan
sebagainya. Hampir semua jenis upacara adat Suku Dayak Tunjung melibatkan organ dari kelapa, baik daun, buah ataupun bunga yang biasa
disebut
Lancangk.
7.
Tabak
Tabak merupakan tumbuhan dari famili Poaceae, dapat dijumpai di daerah yang memiliki kontur tanah kering.
Batang:
Batang tumbuhan tabak merupakan batang semu, batang tersusun atas helaian daun.
Daun:
Tabak memiliki daun berwarna hijau, dengan tekstur permukaan daun lembut. Tulang daun sejajar, penampang melintang pipih, daging daun tipis.
Tumbuhan tabak memiliki daun dengan lebar 2 hingga 3,5 cm, dengan panjang daun berkisar antara 30 sampai 45 cm.
Akar:
Tumbuhan tabak memiliki sistem perakaran tipe akar serabut.
Penggunaan dalam upacara adat:
Tabak adalah salah satu tumbuhan penting dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung, dimana tabak wajib
ada dalam setiap proses upacara adat. Bagian dari tumbuhan ini yang dimanfaatkan adalah akarnya, di mana akar tabak yang dibakar menghasilkan
aroma khas yang menjadi penghubung dari proses upacara atau pelaku upacara beserta mantranya dengan rohdewa yang dipuja dalam upacara
tersebut. Sebuah upacra harus dimulai dengan pembakaran akar tabak, jika tidak, dipercaya tujuan dari upacara tersebut tidak akan tercapai dan proses
upacara menjadi sia-sia.
Gambar 4.9
Tabak
8. Lutuq Bambu
Bambusa Sp
Gambar 4.10 Bambu
Bambusa sp
Bambu adalah tumbuhan dari famili poaceae, tumbuh dan membentuk rumpun, tumbuh dapat mencapai ketinggian 10 sampai 21 meter.
Batang:
Batang bambu berbentuk lurus, terdapat internodus yang berjarak 10-45 cm, permukaan batang bambu berwarna hijau, dilapisi lilin berwarna
putih.
Daun:
Daun bambu berwarna hijau, berbentuk segitiga lebar broadly triangular. panjang daun bambu berkisar antara 21 sampai 35 cm dan lebar
5-6 cm, dengan ujung rucing.
Akar:
Bambu memiliki jenis akar serabut, perakaran dan rizomanya berada dibawah tanah dan kemudia menghasilkan tunas untuk berkembang.
Penggunaan dalam upacara adat:
Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, bambu digunakan untuk perabotan membuat
Balai
,
Telusuq,
Lemang, Tara,
tongkat dan lain-lain. Hampir semua jenis upacara adat Suku Dayak Tunjung melibatkan komponen dari bambu dalam pelaksanaannya.
Setelah melaksakan upacara, pihak yang mengadakan upacara, pelaku upacara dan semua yang menerima
Burai,
tidak dapat menyentuh bambu untuk beberapa hari. Hal ini disebabkan bambu memiliki miang yang terasa
gatal apabila terkena kulit, hal ini menyebabkan penurunan makna atau bahkan kegagalan pencapaian tujuan upacara yang dilaksanakan.
9. Gaka malongk
Gaka malongk merupakan tumbuhan jenis tumbuhan merambat yang tumbuh dan merambat pada pohon-pohon besar di dalam hutan, khusunya hutan hujan
tropis Kalimantan Timur. Gaka malongk tumbuh dan berkembang diatas pepohonan yang menjadi inang perkembangbiakannya, di mana gaka malongk
memiliki dua sumber makanan, pertama adalah dari tumbuhan inangnya dan dari tanah.
Pada gaka malongk tua akan tumbuh batang semu yang merupakan percabangan dari batang utamanya, batang semu ini akan menghasilkan tunas
gaka malongk baru. Batang semu gaka malongk akan bertumbuh menuju tanah dari atas pohon inangnnya, di mana pada bagian ujung batang yang telah
mencapai tanah akan tumbuh akar, akar yang tumbuh adalah tipe akar serabut yang kemudian digunakan untuk mendapatkan makan.
Batang:
Batang semu gaka malongk memiliki panjang yang tidak terbatas, tergantung tinggi pohon inang yang di tempatinya dengan tanah. Batang ini
dilapisi oleh kulit batang berwarna coklat, teradapat lapisan kambium pada
batang gaka malongk. Batang gaka malongk tidak tampak lapisan usia, dengan tekstur sangat lentur dan kuat menjadikan batang semu ini cocok
dijadikan tali untuk mengikat. Diameter dari batang gaka malongk bervariasi, batang terbesar bisa mencapai 9 cm.
Gambar 4.11:
Gaka malongk
Daun:
Daun gaka malongk berbentuk bundar dan meruncing pada ujungnya, dengan tulang daun melengkung, berwarna hijau gelap.
Akar:
Sistem perakaran akar serabut
Penggunaan dalam upacara adat:
Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung gaka malongk digunakan untuk mengikat alat-alat upacara, yang juga dikenal
dengan nama
Ruyaq
.
10. CahaiKunyit
Curcuma domestica
Kunyit merupakan tanaman rempah-rempah yang telah dikenal diseluruh dunia, kunyit merupakan tanaman asli Asia Tenggara, yang kemudian menyebar
ke seluruh Dunia.
Batang:
Kunyit memiliki batang semu, memiliki akar rimpang yang tumbuh membesar menjadi umbi pada bagian pangkal batang. Umbi bagian luar
berwarna cokelat, dan bagian dalam berwarna kekuningan.
Daun dan Bunga:
Memiliki daun tunggal berbentuk bulat telur lanset, memanjang hingga 40 cm, dengan lebar berkisar antara 7-14 cm, pertulangan
daun menyirip dan berwarna hijau. Memiliki bunga majemuk, dengan warna putih kekuningan.
Gambar 4.12 :
Kunyit Curcuma domestica
Penggunaan dalam upacara adat:
Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, kunyit dimanfaatkan sebagai pewarna kuning pada sesaji dan juga
antribut upacara. Istilah mewarnai dalam Upacara Adat ini sering disebut dengan istilah
Noccou
. Kunyit adalah bahan mutlak dalam proses pewarnaan
atribut dan bahan upacara, tidak dapat digantikan dengan zat-zat pewarna buatan.
11. LejaqJahe Zingiber officinale
Seperti halnya kunyit, jahe merupakan tanaman yang dimanfaatkan sebagai bumbu masakan, dengan demikian maka jahe sangat dibutuhkan dalam kehidupan
sehari-hari dan sudah dikenal secara luas oleh masyarakat dunia.
Batang:
Jahe merupakan tanaman berbatang semu, berbentuk silindris dengan tinggi tanaman berkisar antara 30 hingga70 cm. Memiliki rimpang
berwarna putih, putih kekuningan atau jingga, rimpang inlah yang kemudian dimanfaatkan sebagai rempah atau bumbu dapur.
Daun:
Memiliki daun berpasangan tersusun berseling-seling secara teratur dengan panjang 15
– 23 cm, lebar 1– 3 cm, dengan panjang tangkai daun berkisar 2
–4 mm. Tulang daun sejajar, permukaan daun bagian atas berbulu putih. Ujung daun berbentuk runcing yang membulat pada bagian pangkal.
Penggunaan dalam upacara adat:
Jahe digunakan oleh Suku Dayak Tunjung dalam upacara adat mereka sebagai rempah sesaji, di mana hewan
korban yang dipotong akan diambil hatinya untuk sesaji, sesaji ini dalam pembuatannya diberi jahe dan garam kemudian panggang hingga setengah
matang.
Gambar 4.13 : Jahe
Zingiber officinale
12. Teliant Kayu Ulin
Eusideroxylon zwageri
Kayu ulin merupakan tumbuhan khas dari Kalimantan dan Sumatra bagian
selatan, memiliki tekstur batang yang keras, padat dan berat membuat kayu ini menjadi pilihan utama untuk bahan konstruksi bangunan, karena mampu
bertahan dalma waktu yang cukup lama bahkan dalam kondisi basah atau berada di dalam tanah sekalipun. Kayu ulin dapat tumbuh hingga mencapai 80 meter,
dengan lebar pohon hinngga 3 meter. Pohon ulin dengan batang mencapai diameter lebih dari 1 meter akan berlubang pada bagian tengahnya.
Batang:
Pohon ulin memiliki batang dengan kulit luar berwarna merah kecolatan, dengan permukaan halus.
Daun dan Buah:
Tulang daun kayu ulin menyirip, bentuk daun oval dengan panjang 6 -20 cm, dan lebar berkisar antara 8-14 cm. Daun kayu ulin
berwarna hijau, di mana ulin muda akan memiliki daun yang lebar, senakin tua kayu ulin, semakin kecil daun yng ia miliki. Buah ulin dapat bertahan dari
segala kondisi lingkungan, hal ini disebabkan buah kayu ulin memiliki tiga lapisan.
Gambar 4.14 : Kayu Ulin
Eusideroxylon zwageri
Lapisan terluar adalah kulit buah yang kemudian dilanjutkan dengan lapisan dari zat yang sangat keras, yang melindungi inti buah dari kerusakan,
kemudian inti buah. Buah kayu ulin memiliki diameter kurang lebih 7 cm, dengan panjang hingga 15 cm.
Penggunaan dalam upacara adat:
Penggunaan kayu ulin dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung adalah sebagai patung dan juga bahan pondasi dari
Balai.
13. Ntugaq
Gambar 4.15 : Cabang kayu entugaq dan daunnya
Batang:
Ntugaq adalah jenis kayu endemik daerah Kalimantan, khususnya Kutai Barat. Entugaq adalah jenis kayu berbatang keras, terdapat kambium,
kulit batang tipis dan berwarna hitam abu-abu dan terdapat corak keputih- putihan. Batang entugaq dapat tumbuh dan berkembang mencapai ketinggian
10 meter, dengan lebar hingga 40 cm, setelah itu entugaq akan mati.
Daun:
Memiliki bunga lengkap, daun berwarna hijau sedangkan daun muda berwarna merah atau ungu, lebar daun berkisar antara 4 sampai 7 cm, dengan
panjang 10 sampai 14 cm. Tulang daun dan urat daun sejajar, dengan bagian atas daun halus dengan tekstur keras serta licin, ujung daun meruncing.
Penggunaan dalam upacara adat:
Penggunaan entugaq dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung adalah sebagai
Reef, Tempusoq
dan juga digunakan sebagai tiang
Ancakq.
14. Tempera
Gambar 4.16 : Tempera
Daun:
Tempera merupaka tumbuhan merambat yang tumbuh di daerah yang memiliki tanah dengan kandungan air yang sedikit. Tumbuhan ini memiliki
daun tunggal dengan tulang daun menjari sejajar. Daun lebar dengan bagian ujung meruncing serta bergerigi pada bagian tepi. Memiliki daun dengan
lebar berkisar antara 11-17 cm, sengan panjang dapat mencapai 26 cm, bagian bawah daun kasar dan berbulu. Bagian atas daun licin dan bergelombang.
Batang dan Akar:
Memiliki batang semu yang cukup lentur dengan dan kuat, batang dilapisi kulit luar berwarna merah, bagian dalam putih dengan batang
pokok berserat. Memiliki akar tipe akar tunggang.
Penggunaan dalam upacara adat:
Dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung, Tempera digunakan sebagai bahan pengikat atribut upacara atau
bisa juga digunakan sebagai
Jeak
. Bagian yang digunakan adalah batang semu dan daun, daun bisa juga digunakan untuk mencuci alat upacara, di
mana fungsinya adalah sebagai pengganti spons.
15. Tokongk
Tokongk, merupakan tumbuhan dari famili Zingiberaceae, tumbuh dengan batang semu, sekilas sangat mirip dengan tumbuhan kecombrang dan sempat.
Gambar 4.17 : Bunga tokongk
Amomum aceleatum
Batang:
Tokongk tumbuh dengan batang semu dengan ketinggian dapat mencapai 2 meter, diameter batang berkisar antara 2,5 hingga 4,5 cm.
Daun:
Daun tunggal, berbentuk lanset memanjang dengan panjang 40-50 cm, lebar 8-10 cm, ujung dan pangkal daun runcing, memiliki daun tunggal
dengan tulang daun menjari.
Akar, Bunga, Buah:
Tokongk memiliki akar rimpang dalam tanah yang cukup banyak, dengan panjang dapat mencapai 2 hingga 3 meter. Akar
rimpang ini dapat menghasilkan bunga yang mucul ke permukaan tanah, bunga dari tumbuhan tokongk termasuk bunga majemuk.
Gambar 4.18 : Tokongk
Amomum aceleatum
, tumbuh dan berkembang menjadi koloni yang dominan
Penggunaan dalam upacara adat:
Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, tokongk digunakan sebagai bahan baku pembuatan
Balai,
di mana bagian dari tumbuhan yang digunakan adalah batang semu dari tokongk.
16. Kuayant
Kuayant adalah bambu hijau dengan ukuran lingkar batang lebih besar dari bambu hijau biasa.
Batang:
Kuayant dapat dikenali dengan ukuran batangnya yang lebih besar dari bambu pada umumnya dengan jarak internodus berkisar antara 30-50 cm,
kuayant memiliki diameter batang rata-rata 17 hingga 20 cm, dengan lebar daging batang berkisar antara 1 hingga 1,5 cm.
Daun:
Daun lurus, berbentuk segitiga lebar broadly triangular, panjang 4-7 cm dengan lebar maksimal 5cm, ujung daun meruncing, berambut pada
kedua permukaan daun, daun berwarna hijau pucat keputih-putihan.
Gambar 4.19 : Batang kuayant
Bambusa sp
Akar:
Akar serabut
Penggunaan dalam upacara adat:
Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, kuayant dimanfaatkan sebagai
Balai
atau
Pantiq,
di mana bagian yang dimanfaatkan adalah batang dari kuayant. Meskipun bambu memiliki
banyak jenis, dalam upacara adat telah ditentukan fungsi dan bahan dari alat- alat yang digunakan sehingga tidak dapat diganti dengan bambu dari jenis
lainnya. Selain dalam upacara adat, kuayant juga banyak dimanfaatkan dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat Suku Dayak Tunjung, mengingat tebalnya daging batang yang dimiliki, sehingga mampu bertahan dalam waktu yang
relatif lama.
17. TuuqTebu
Saccharum sp
Tebu merupakan tumbuhan yang termasuk kedalam kelas rumput-rumputan, dan hanya mampu tumbuh dan berkembang di daerah yang beriklim tropis.
Tumbuhan ini banyak dibudidayakan sebagai tanaman industri, hal ini tidak terlepas dari batang semu tebu yang banyak mengandung glukosa.
Biji dan Akar:
Tebu merupakan tumbuhan biji berkeping satu, sehingga memiliki sistem perakaran akar serabut.
Batang:
Batang tumbuh tegak lurus beruas-ruas dan dapat mencapai ketinggian hingga 3,8 meter, permukaan batang dilapisi lilin yang berwarna
putih keabu-abuan. Batang memiliki warna yang bervariasi, mulai dari hijau, kuning hingga ungu, hal ini tergantung dari jenis spesies tebu itu sendiri.
Daun:
Daun tebu berbentuk lanset atau pita, dengan panjang dapat mecapai 1,5 meter dan lebar 5 sampai 7 cm. Daun tebu memiliki pelepah yang
menutupi sebagian batangnya, tulang daun sejajar dan bagian tengahnnya berlekuk midrip.
Gambar 4. 20 :
Tebu Saccharum sp
Penggunaan dalam upacara adat:
Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, tebu digunakan sebagai tiang pusat upacara, dimana pelaku upacara
yang menjalankan ritual, akan mengelilingi tiang ini melakukan beberapa tarian.
18. Pangirbungaq
Pangir atau bungaq merupakan tumbuhan termasuk dalam famili rubiaceae, tumbuhan ini memiliki bunga merah berkelompok dalam 1 tangkai bunga.
Batang:
Pangir memiliki batang yang keras dan berkambium, kulit batang halus dan berwarna coklat atau abu-abu. Pangir dapat tumbuh hingga
mencapai ketinggian 5 meter, dan lebar batang hingga 25 cm.
Gambar 4.21 : Tumbuan pangir
Morinda sp
Daun:
Daun pangir berwarna hijau dengan pertulangan daun menyirip, meruncing pada bagian ujung dan pangkal, bagian tepi daun rata. Lebar daun
berkisar antara 15 hingga 18 cm, dan panjang hingga 21 cm.
Bunga:
Bunga pangir berwarna merah, kelopak bunga merupakan perpaduan warna merah dan putih, termasuk kedalam jenis bunga sejati.
Penggunaan dalam upacara adat:
Suku Dayak Tunjung menggunakan bunga pangir dalam upacara adat sebagai media untuk menyampaikan berkat
upacara terhadap orang atau barang yang menjadi objek upacara.
19. Pujaq
Batang:
Pujaq adalah tumbuhan semak dengan batang berkayu, batang berwarna hijau, ukuran batang maksimal 0,4 cm.
Bunga:
Bunga banci berwarna merah, kelopak bunga berwarna merah atau merah muda.
Daun:
Daun tunggal berulang sejajar, dengan lebar daun 3-5 cm dan panjag berkisar antara 6 sampai 8 cm. pinggir daun datar, permukaan daun halus
dengan tekstur keras namun daun secara keseluruhan lentur. hingga 0,6 cm. Daun berwarna hijau, daun duduk berhadapan.
Gambar 4.22 : Tumbuhan pujaq
Penggunaan dalam upacara adat:
Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, pujaq digunakan untuk mewarnai daun kelapa yang dikenal dengan
istilah
Noccou.
Organ tumbuhan yang digunakan adalah daun, di mana daun pujaq dapat menghasilkan warna merah dari sari-sari daun yang telah
dihancurkan dan dicampurkan dengan air.
20. Ami
Uncaria gambir
Gambir
Uncaria gambir
secara tradisional digunakan untuk menyirih, mengandung senyawa katekin yang digunakan di industri kesehatan untuk
berbagai keperluan, industri kosmetik, industri minuman dan makanan serta sebagai pewarna alami. Bagian dari tumbuhan yang digunakan adalah daun dan
ranting. Gambir tumbuh pada ketinggian 200 hingga 900 meter diatas permukaan laut, termasuk jenis tumbuhan perdu yang memiliki batang keras.
Gambar 4.23 : Tumbuhan gambir
Uncaria gambir
Batang:
Batang tegak, bulat, percabangan simpodial, warna cokelat pucat.
Daun:
Daun tunggal, berhadapan, bentuk lonjong, tepi bergerigi, pangkal bulat, ujung meruncing, panjang 8 - 13 cm, lebar 4-7 cm, warna hijau dengan
tulang daun sejajar.
Bunga:
Bunga majemuk, bentuk lonceng, terletak di ketiak daun, panjang kurang lebih 5 cm, mahkota bunga 5 helai berbentuk lonjong, berwarna warna
ungu.
Buah:
Buah gambir berbentuk polong semu berpenampang dengan ukuran 2 cm dan penuh dengan biji-bijian halus yang berukuran rata-rata 1-2 mm. Pada
bagian luarnya terdapat sayap yang memungkinkan biji gambir tersebar cukup jauh dari pohonnya karena dibawa oleh angin.
Penggunaan dalam upacara adat:
Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, gambir digunakan untuk membuat urapan upacara atau yang dikenal
dengan istilah
Jampiq.
21. Gaka Kedot
Gaka dalam bahasa Suku Dayak Tunjung berarti tumbuhan merambat yang memiliki batang semu, batang lentur dan tidak berkayu, hidup dengan membelit
tumbuhan lain untuk mendapatkan sinar matahari. Gaka kedot termasuk kedalam jenis tumbuhan liana, dimana gaka kedot membelikan batang semunya dan
merambat melalui batang bohon untuk mencapai kenopi hutan hujan tropis, hal ini supaya gaka kedot mendapatkan cahaya yang cukup untuk mengolah
makanan.
Gambar 4.24 : Gaka kedot
Daun:
Gaka kedot memiliki daun yang lebar dengan pertulangan daun menyirip, lebar daun dapat mencapai 15 cm dan panjang 21 cm. daun
merucing pada bagian ujung dan pangkal, tepi daun rata, berwarna biru, memiliki tangkai daun dengan panjang rata-rata 15 cm.
Batang:
Gaka kedot memiliki batang berupa serat dengan alur seperti tali pada bagian dalamnya, alur ini bersifat lentur dan kuat, alur inilah yang
dimanfaatkan sebagai tali pengikat atribut upacara. Batang gaka kedot memiliki kulit luar berwarna coklat, bagian dalam putih kekuningan.
22. Gai pelas
Calamus pinicillatus Roxb
Gai
dalam bahasa Dayak Tunjung berarti rotan, sedangkan
Pelas
berasal dari kata
Melas
, mengacu pada upacara pengukuhan atau peresmian, bisa juga
diartikan sebagai penabisan. Gai pelas adalah jenis rotan yang digunakan dalam acara
Melas.
Batang:
Rotan ini dikenali dengan ciri-ciri berbatang kecil, dengan ukuran batang 0,4 cm, dan panjang dapat mencapai 40 meter.
Gambar 4.25 : Gai pelas
Calamus pinicillatus Roxb
Daun:
Gai pelas memiliki daun berbentuk lanset, dengan lebar daun berkisar antara 4-7 cm dan panjang daun berkisar anatara 18 hingga 22 cm, tulang
daun sejajar, bagian tepi dan bawah daun berduri, tulang daun pada bagian ujung daun memanjang membentuk alam pembelit dengan panjang hingga 1
meter, dengan duri-duri kecil dan kokoh.
Penggunaan dalam upacara adat:
Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, gai pelas digunakan untuk menggantungkan
Subbai.
23. Harump
Batang:
Harump merupakan tumbuhan dari famili Acanthaceae, memiliki batang berkayu, dapat tumbuh hingga 1,7 meter dan berwarna ungu
kehitaman.
Daun dan Bunga:
Berdaun tunggal, tangkai daun pendek, bentuk tangkai daun bulat,
pertulangan daun menyirip, permukaan atas daun mengkilap dan licin, tepi daun rata dan berwarna ungu, bunga harup merupakan bunga
majemuk.
Gambar 4.26 : Harump
Penggunaan dalam upacara adat:
Dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung, harump digunakan seagai alat upacara, di mana harump digantung
pada
Longan bayat.
24. Komatpuring hijau
Puring merupakan tanaman asli Indonesia, termasuk kedalam jenis tumbuhan perdu dengan ketinggian bisa mencapai 2 meter.
Batang:
Puring memiliki batang bulat berkayu, memiliki kulit batang dan kambium, kulit batang puring berwarna coklat.
Gambar 4.27 : Puring hijau
Condieaum variegatum
Daun:
Puring hijau memiliki daun dengan bintik kuning pada permukaan daun, tulang daun menyirip dan bagian tepi daun rata serta meruncing pada
bagian pangkal dan ujung daun. Tumbuhan dari famili Euphorbiaceae ini
memiliki daun dengan lebar 5 hingga 7 cm, dan panjang daun berkisar antara 10 hingga 17 cm.
Penggunaan dalam upacara adat:
Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, puring hijau dijadikan
Pengasi
, di mana bagian tumbuhan yang digunakan adalah daun hingga sebagian batang.
25. Engkapaq paku sarang burung
Asplenium nidus
Merupakan jenis tumbuhan paku yang sering dijadikan sebagai tanaman hias halaman. Tumbuhan ini memiliki ental frond, dengan panjang dapat mencapai
1,5 meter, yang berguna untuk menyimpan cadangan air.
Daun, Spora:
Tulang daun menyirip tunggal, warna helai daun hijau cerah, dan menguning bila terkena cahaya matahari langsung. Spora terletak di sisi
bawah helai daun, atau pada urat-urat daun bagian bawah. Sorus dilindungi oleh semacam kantung dengan bentuk memanjang.
Gambar 4.28 : Paku sarang burung
Asplenium nidus
Penggunaan dalam upacara adat:
Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, paku sarang burung dijadikan
AnjatBakeq
, yang penggunaannya secara simbolis sebagai tas bagi pelaku upacara dalam melaksanaan jalannya
ritual upacara.
26. MuungkHemuungk
Blumea balsamifera
Muungk dalam bahasa Indonesia juga dikenal dengan nama sembung, adalah tumbuhan jenis perdu yang bisa digunakan sebagai obat-obatan.
Gambar 4.29 : Tumbuhan sembung
Blumea balsamifera
Batang:
Sembung memiliki batang dengan tinggi dapat mencapai 2 meter, batang tegak, bagian atas batang berbulu, warna hijau abu-abu.
Daun:
Daun tunggal, tersebar, helai daun lonjong, pangkal dan ujung meruncing, tepi bergerigi, permukaan daun bagian atas dan bawah berbulu,
berdaun lebar, lebar daun 14-16cm, panjang daun 21-24 cm, dengan pertulangan daun menjari.
Bunga dan Biji:
Bunga berbentuk tandan, tumbuh diketiak daun dan ujung batang, mahkota berwarna putih kekuningan. Buah kotak, bentuk silindris,
berambut warna putih kecokelatan. Biji pipih dan berwarna warna putih.
Penggunaan dalam upacara adat:
Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, sembung digunakan sebagai
pengasi.
27. KuncengkHeredong
Melastoma polyanthum
Tanaman ini merupakan tanaman perdu yang tumbuh liar di dataran tinggi yang banyak mendapat paparan sinar matahari.
Batang:
Batang heredong berkayu, berbentuk bulat dan berbulu, percabangan batang simpodial dan batang heredong berwarna coklat.
Daun:
Heredong berdaun tunggal, berbentuk bulat telur dengan panjang panjang 2-20 cm, lebar daun kerang lebih 1-8 cm, duduk daun berhadapan,
ujung dan pangkal daun runcing, tepi rata, permukaan atas dan bawah daun berbulu,daun bagian atas berwarna hijau, bagian bawah berwarna hijau pucat
dan abu-abu.
Gambar 4.30 : Bungabuah Heredong
Melastoma polyanthum
Bunga:
Bunga heredong majemuk, kelopak bunga berlekatan, memiliki daun pelindung, berwarana ungu kemerahan, benang sari 8 sampai 12, panjang
kurang lebih 3 cm berwarna merah muda, memiliki satu putik, kepala putik berbintik hijau, bakal buah beruang empat sampai enam, mahkota lima buah
berbentuk bulat telur berwarna ungu.
Penggunaan dalam upacara adat:
Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, heredong digunakan sebagai ramuan untuk diminum pelaku upacara
ketika proses upacara berlangsung dan pelaku upacara mengalami kerasukan.
28. PeridangkRumput teki
Cyperus rotundus
Rumput teki atau yang dikenal dalam bahasa latin adalah
Cyperus rotundus,
merupakan salah satu tumbuhan rumput semi menahun yang tingginya bisa mencapai 10 hingga 95 cm.
Batang:
Rumput teki termasuk jenis tumbuhan terna yang memiliki batang lunak, berbentuk segi tiga dan berwarna warna hijau. Rumput teki
membentuk umbi di pangkal batang, membentuk rimpang panjang yang kemudian dapat membentuk tunas baru, daun-daun terdapat di pangkal
batang.
Gambar 4.31 : Peridangk atau Rumput teki
Cyperus rotundus
Daun:
Daun Rumput teki memiliki pertulangan daun sejajar, permukaan
daun licin dan tidak berambut, warna permukaan atas hijau tua sedangkan permukaan bawah hijau muda, mempunyai parit yang membujur di bagian
tengah, ujung daun meruncing. Daun rumput teki merupakan daun tunggal berbentuk lanset dan berpelepah, pada bagian tepi daun tajan dan rata.
Akar:
Rumput teki memiliki sistem perakaran akar serabut.
Penggunaan dalam upacara adat:
Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung,rumput teki digunakan sebagai
Jeak
dalam upacara
Banyungk
.
29. PaantPinang
Areca catechu
Batang:
Pohon pinang meiliki batang yang lurus dan langsing, pohon pinang dapat mencapai ketinggian 25 m dengan diameter 15 hingga 25cm.
Daun:
Tajuk tidak rimbun, pelepah daun membentuk tabung dengan panjang 80 cm, tangkai daun pendek, helaian daun panjangnya sampai 80 cm, anak
daun 85 x 5 cm, dengan ujung sobek dan bergerigi, bentuk daun lanset dengan pertulangan daun sejajar, sistem perakaran pinang adalah akar
serabut.
Penggunaan dalam upacara adat:
Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, pinang digunakan sebagai
Kabungk
. Hampir semua upacara adat Suku Dayak Tunjung melibatkan organ dari tumbuhan pinang, salah satu
jenis upacara yang menggunakan daun pinang adalah Banyungk. Pinang saat ini dimanfaatkan sebagai tanaman konsumsi, di mana buah
pinang dimakan bersama dengan daun sirih dan kapur. Piang juga dimanfaatkan sebagai tanaman industri, kini pinang dibudidayakan dalam sekala besar sebagai
komoditi ekspor dari Indonesia.
Gambar 4.32 : Pohong pinang
Areca catechu
30. SarapAren
Arenga pinnata
Enau atau aren
Arenga pinnata
, merupakan tumbuhan dari suku Arecaceae. Aren adalah palma yang merupakan tanaman serba guna, penghasil gula dan
juga buah aren dapat dimanfaatkan sebagai makanan, yaitu kolang kaling. Aren dapat tumbuh pada lahan mulai dari tanah liat, tanah berlumpur sampai dengan
berpasir, dengan kesamaan tanah rendah. Tempat tumbuh yang paling baik 500 –
800 m dpl, curah hujan lebih dari 1.200 mmtahun.
Gambar 4.33 : pohon aren
Arenga pinnata
Batang:
Batang aren lurus, tinggi, dan ditutupi ijuk di bagian bawah pelepah daun. Bagian dalam dari batang eran meiliki serat, dengan batang bagian luar
dilindungi oleh lapisan yang keras, batang bagian dalam lunak, batang aren tidak memiliki kambium.
Daun:
Daun aren memiliki tulang daun menyirip, tangkai daun 1-1,5 m dengan pelepah daun pada pangkalnya. Anak daun bentuk lanset, menyirip,
pangkal membulat, ujung runcing, bagian tepi rata, tangkai pendek.
Buah:
Buah aren seperti buah batu, bulat sampai bulat telur dengan panjang 5-8 cm, berdaging, terdiri dari 2 - 3 biji, hitam. Bunga aren jantan dan betina
berpisah, besar, tangkai perbungaan muncul dari batang, dengan panjang berkisar antara 1 hingga 1,2 meter.
Bunga:
Bunga aren memiliki tandan, dengan malai bunga yang menggantung pada tandan tersebut. Bunga tersebut tumbuh pada ketiak-ketiak pelepah atau
ruas-ruas batang bekas tempat tumbuh pelepah. Proses pembentukan bunga mula- mula muncul dari pucuk, kemudian disusul oleh tunas-tunas berikutnya
ke arah bawah pohon. Dalam hal ini bunga aren tumbuh secara basiferal, yaitu bunga yang paling awal terletak di ujung paling atas batang, sedangkan
bunga yang tumbuh belakangan terletak pada tunas berikutnya ke arah bawah. Tandan bunga yang ada di bagian atas terdiri dari bunga betina. Sedangkan
yang di bagian bawah, biasanya terdiri dari bunga jantan. Tandan dari bunga aren ini yang kemudian dimanfaatkan untuk menghasilkan zat cair yang
disebut Nira.
Penggunaan dalam upacara adat:
Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, daun aren digunakan sebagai
Kabungk
, dimana upacara adat yang mengunakan kabungk adalah
Belian Sentiu, Beliant Bawo
dan Belian
Semur.
31. RakapSirih
Piper betle
Piper bettle
tumbuh di daerah hutan yang mempunyai curah hujan 2250 - 4750 mmtahun. Tumbuhan ini dapat ditemukan pada ketinggian 900 m dpl, dan
menyukai tempat yang teduh dan terlindung dari angin, serta pada daerah yang kaya bahan organik dengan pH 7
– 7,5.
Gambar 4.34 RakapSirih
Piper betle
Batang:
Batang sirih umumnya berwarna coklat kehijauan, batang berbentuk bulat, memiliki ruas, pada bagian ruas ini merupakan tempat tumbuhnya akar.
Daun:
Daun sirih berbentuk oval, tunggal, bagian ujung daun runcing, tumbuh berselang seling, setiap daun memiliki tangkai pendek, panjang daun
berkisar 5-8 cm dengan lebar sekitar 2-5 cm.
Bunga dan Akar:
Bunga sirih majemuk berbentuk bulir, memiliki daun pelindung kurang lebih 1 mm dengan bentuk bulat panjang, akar sirih
termasuk kedalam jenis akar serabut atau akar gantung.
Penggunaan dalam upacara adat:
Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, sirih digunakan untuk membuat
Jampiq
, yaitu alat penyampaian mantra upacara. Selain digunakan sebagai jampiq, sirih juga digunakan dalam
kegiatan makan sirih, dimana daun sirih dimakan mentah dicampur dengan kapur sirih, buah pinang dan gambir.
32. Wangun
Merupakan tumbuhan dari famili Meliaceae, tumbuhan ini merupakan jenis tumbuhan berbatang keras, dan menghasilkan aroma yang khas dari daunnya
bila dibakar.
Batang:
Wangun memiliki batang berwarna coklat kehitaman pada bagian luarnya, dengan batang berbentuk bulat, berkambium. Tumbuh lurus dan
jarang memiliki cabang, dapat mencapai tinggi 5 meter, dengan diameter batang dapat mencapai 5 cm.
Daun:
Daun wangun adalah daun majemuk dengan tulang daun menyirip genap, berwarna hijau cerah. Bagian tepi daun rata, meruncing pada bagian
ujung dan pangkal daun, lebar daun berkisar antara 5 sampai 7 cm, dan panjang daun berkisar antara 12 hingga 15 cm.
Gambar 4.35 Tumbuhan Wangun
Penggunaan dalam upacara adat:
Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, wangun digunakan untuk
Reff
, dan diletakan pada
Bena wingk
, di mana bagian tumbuhan yang digunakan adalah batang. Wangun juga
digunakan untuk mengusir hama di ladang, di mana daun wangun dibakar dan menghasilkan aroma yang semerbak, aroma ini tidak disukai oleh hama
wereng dan belalang.
33. NyelutuiKayu gabus
Alstoniae cortex
Merupakan tumbuhan dari famili Apocynaceae, tumbuhan ini tumbuh hampir diseluruh wilayah Indonesia, dan dikenal dengan banyak nama.
Gambar 4.36 Kayu gabus
Alstoniae cortex
Batang:
Kayu gabus dapat ditemukan dari dataran rendah sampai 900 m dpl, memiliki batang dengan warna putih abu-abi pada bagian luar, memiliki getah
berwarna putih, batang lurus dan dapat tumbuh mencapai ketinggian 100 meter dengan lebar batang dapat mencapai 1 hinggi 1,5 meter, memiliki
percabangan menggarpu.
Daun:
Daun tunggal, tersusun melingkar 4 – 9 helai, pertulangan daun
menyirip, bertangkai dengan panjang berkisar antara 7,5 – 15 cm, bentuknya
lanset atau lonjong, permukaan atas licin, permukaan bawah buram, tepi rata, panjang 10
– 23 cm, lebar 3 – 7,5 cm, warna hijau.
Bunga:
Kayu gabus memiliki bunga majemuk tersusun dalam malai yang bergagang panjang, keluar dari ujung tangkai. Bunga wangi berwarna hijau
terang sampai putih kekuningan, berambut halus dan rapat.
Buang:
Buah berupa buah bumbung berbentuk pita yang panjangnya 20 – 50
cm, menggantung. Biji kecil, panjang 1,5 – 2 cm, berambut pada bagian
tepinya dan berjambul pada ujungnya.
Penggunaan dalam upacara adat:
Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, kayu gabus digunakan menjadi patung, bagian yang digunakan
adalah batang, patung dari kayu gabus melambangkan dewa atau manusia laki-laki.
34. Pengoq
Pengoq merupakan tumbuhan dari familli Sapindaceae, yang tumbuh dan berkembang pada hutan hujan tropis. Pengoq dapat tumbuh dan berkembang
dengan ketinggian mencapai 15 meter.
Batang:
Pengoq memiliki batang bulat berkayu keras, tidak berbanir dan memiliki kulit batang dengan tekstur halus berwarna coklat, batang
berkambium dengan diameter dapat mencapai 45 cm.
Daun:
Pengoq memiliki daun berwarna hijau tua dengan pertulangan daun menyirip, bagian tepi daun rata, meruncing pada bagian ujung daun, bagian
bawah daun berwarna hijau pucat, permukaan daun licin dan halus.
Gambar 4.37 pengoq
Penggunaan dalam upacara adat:
Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, pengoq digunakan sebagai
Jeak
, oran tumbuhan yang digunakan adalah daun hingga batang bagian atas. Terdapat dua jenis tumbuhan dengan
nama yang sama dan fungsi yang sama pula, yaitu pengoq dan pengoq peai, namun tumbuhan ini berbeda jika dilihat dari ciri morfologinya. Fungsi
masing-masing tumbuhan dalam upacara adat tidak dapat digantikan satu dengan yang lainnya.
35. Pengoq peai
Batang:
Pengoq peai merupakan tumbuhan dari famili piperaceae, memiliki batang berkayu keras, dengan bagian luar batang berwarna putih, batang lurus
dan memiliki lapisan kambium. Pengoq peai dapat tumbuh hingga 2 meter dengan lebar batang hingga 4 cm.
Daun:
Daun tunggal dengan pertulangan daun melengkung, daun berwarna hijau tua, bagian atas daun licin, bagian tepi daun rata dan bagian ujung daun
meruncing. Daun pengoq peai memiliki lebar 13 cm, dan panjang 17 hingga 20 cm.
Akar dan Bunga:
Pengoq peai memiliki sistem perakaran akar tunggang, bunga banci tanpa hiasan bunga, terletak di ujung batang.
Gambar 4.38 Pengoq peai
Penggunaan dalam upacara adat:
Pengoq peai dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung digunakan
sebagai
Jeak
, yang
berfungai untuk menyingkirkan segala jenis hal-hal negatif yang ada disekitar tempat
berlangsungnya upacara ataupun pengaruh-pengaruh negatif yang timbul dari
proses upacara yang dapat mengganggu kehidupan masyarakat disekitar tempat upacara ataupun pelaku upacara itu sendiri.
36. Sewetpisang hutan
Musa sp
Sewet merupakan jenis pisang liar dari familli Musaceae yang tumbuh subur pada daerah hutan hujan tropis, khususnya pada hutan hujan tropis Kabupaten
Kutai Barat.
Gambar 4.39 Sewet
Musa sp
Sewet dapat dikenali dengan bentuk morfologinya yang tampak kokoh, baik dari batang, pelepah dan juga pertulangan daun serta buah yang besar.
Buah:
Sewet memiliki buah yang cukup besar, dengan diameter buah 2,5 hingga 4 cm dan panjang 12 hingga 14 cm. Buah sewet memiliki biji yang
sangat banyak, sehingga tidak layak untuk dikonsumsi manusia. Buah sewet yang telah matang berwarna kuning, sedangkan buah muda berwarna hijau,
buah sewet yang telah matang memiliki rasa manis jika dikonsumsi.
Batang:
Sewet termasuk dalam golongan terna monokotil tahunan berbentuk pohon yang tersusun atas batang semu. Batang semu ini merupakan
tumpukan pelepah daun yang tersusun secara rapat teratur, pada sewet, diameter batang dapat mencapai 30 cm. Percabangan tanaman bertipe
simpodial dengan meristem ujung memanjang dan membentuk bunga lalu buah. Bagian bawah batang sewet menggembung berupa umbi yang disebut
bonggol.
Daun:
Daun sewet bentuknya lanset memanjang, berbeda dengan daun pisang pada umumnya, daun sewet tidak mudah mudah terkoyak, panjang
1,5-3 m, lebar 30-70 cm, permukaan bawah berlilin, tulang tengah penopang jelas disertai tulang daun yang nyata, tersusun sejajar dan menyirip, warnanya
hijau.
Bunga:
Sewet memiliki bunga majemuk, yang tiap kuncup bunga dibungkus oleh seludang berwarna merah kecoklatan. Seludang akan lepas dan jatuh ke
tanah jika bunga telah membuka. Bunga betina akan berkembang secara normal, sedang bunga jantan yang berada di ujung tandan tidak berkembang
dan tetap tertutup oleh seludang dan disebut sebagai jantung pisang. Jantung pisang ini harus dipangkas setelah selesai berubah. Tiap kelompok bunga
disebut sisir, yang tersusun dalam tandan. Jumlah sisir betina antara 5-15
buah. Akar sewet termasuk dalam jenis akar serabut seperti jenis pisang lainnya.
Penggunaan dalam upacara adat:
Dalam upacara adat suku Dayak Tunjung, sewet digunakan untuk bahan pembuatan patung. Organ tumbuhan yang
digunakan adalah batang, yang kemudia dibentuk menjadi patung manusia. Daun sewet digunakan untuk alas sesaji, pembungkus makanan dan lain-lain.
37. Mawa
Mawa merupakan tumbuhan dari familli Cannabaceae, tumbuh pada daerah dengan ketinggian 400 hingga 900 dpl.
Gambar 4.40 Mawa
Batang:
Mawa merupakan tumbuhan berbatang keras, memiliki batang lurus dan dapat tumbuh hingga 15 meter, kulit batang berwarna coklat kehitaman
dengan permukaan halus, batang berkambium.
Akar:
Sistem perakaran adalah akar tunggang.
Daun:
Daun mawa berbentuk segitiga, meruncing pada bagian ujung daun. Daun bagian bawah berwarna kekuningan dan memiliki serbuk yang
menyerupai tepung halus, bagian permukaan atas daun berwarna hijau tua dan licin. Tulang daun menjari, bagian tepi rata, lebar daun 10 hingga 14 cm dan
panjang daun 15 hingga 20 cm.
Penggunaan dalam upacara adat:
Dalam upacara adat suku Dayak Tunjung, daun mawa digunakan menjadi
Jeak
, kulit batang dijadikan
Ancakq
.
38. Puantkeledang
Artocarpus lanceifolius Roxb
Batang:
Tumbuhan dengan batang sejati berkayu keras, tinggi tumbuhan ini dapat tumbuh mencapai tinggi 36 m dengan batang lurus; memiliki cabang,
kulit batang berwarna coklat kehitaman dengan permukaan yang kasar, memiliki lateks berwarna putih pucat dan kental. Kayu teras keledang
berwarna cokelat-kekuningan jingga, kadang-kadang dengan kilauan hijau- zaitun, menjadi lebih gelap bila terpapar cahaya.
Gambar 4.41 Keledang
Artocarpus lanceifolius Roxb
Daun:
Keledang memiliki daun tunggal yang tersebar dan memiliki daun penumpu, pertulangan daun menyirip, bagian tepi daun rata dan berbentuk
lanset. Permukaan daun kasar dan berbulu, berwarna hijau, lebar daun 11 hingga 15 cm dengan panjang dapat mencapai 30 cm.
Bunga:
Bunga keledang berkelamin tunggal, tersusun dalam bunga majemuk berbentuk periuk.
Penggunaan dalam upacara adat:
Dalam upacara adat suku Dayak Tunjung, organ tumbuhan keledang yang digunakan adalah daun, daun keledang
difungsikan sebagai
Jeak.
Daun yang digunakan dikenal dengan istilah
Rakas,
hampir semua jenis upacara adat dengan durasi lebih dari 1 hari menggunakan jeak, yang melibatkan daun tumbuhan keledang.
39. Jiee
Jiee merupakan tumbuhan yang memiliki hubungan dengan tumbuhan dari suku paku-pauan, tumbuhan ini berkembang dengan cara bertunas.
Gambar 4.42 Tumbuhan Jiee
Akar dan Batang:
Jiee memiliki sistem perakaran akar serabut, dengan batang keras pada bagian luarnya, bagian dalam lunak. Tumbuhan ini tumbuh
dan berkembang dapat mencapai ketinggian 70 cm. batang berwarna hitam kemerahan, bagian luar batang halus dan licin, sedangkan bagian dalam
batang berlendir jika dipotong, diameter maksimal batang hanya 0,4 cm, menjadikan batang jiee tampak kurus seperti tali.
Daun:
Jiee memiliki daun tunggal berbentuk lanset yang duduk berhadapan, dengan pertulangan daun menyirip, bagian tepi daun berberigi. Permukaan
daun bagian atas rata dan halus, sedangkan bagian bawah akan terasa kasar jika diraba dengan tangan. Daun tumbuhan jiee memiliki lebar 6 cm dan
panjang 20 cm. Tumbuhan jiee tidak memiliki bunga ataupun buah, tumbuhan ini berkembang biak dengan cara bertunas.
Penggunaan dalam upacara adat:
Dalam upacara adat suku Dayak Tunjung jiee digunakan sebagai
Jea k
, oragan tumbuhan yang digunakan adalah daun hingga batang.
40. Persiah
Persiah merupakan tumbuhan dari familli Poaceae, tumbuh dan berkembang dalam koloni-koloni.
Batang dan Akar:
Tumbuhan persiah memiliki batang semu berbuku, dengan sistem perakaran adalah akar serabut. Persiah mampu tumbuh di daerah yang
memiliki tanah kandungan unsur hara sedikit. Tumbuhan ini sekilas mirip dengan rumput gajah, namun ukurannya jauh lebih kecil dari tumput gajah.
Daun:
Persiah memiliki daun berbentuk lanset dengan pertulangan daun sejajar, bagian tepi daun tipis dan tajam. Ujung daun meruncing, permukaan
daun kasar, lebar daun dapat mencapai 3 cm dengan panjang daun 17 hingga 20 cm. Bunga persiah merupakan bunga banci, berukuran kecil dan tidak
menarik.
Penggunaan dalam upacara adat:
Dalam upacara adat suku Dayak Tunjung, persiah digunakan
Jeak
, organ tumbuhan yang digunakan adalah daun beserta batang semu.
Gambar 4.43 Persiah tumbuh pada daerah tandus
41. Paku paramp
Polypodium vulgare
Paku paramp adalah tumbuhan dari jenis paku-pakuan yang tumbuh dan berkembang pada daerah beriklim tropis.
Daun:
Tumbuhan ini memiliki bangun daun linier, pada bagian ujung daun meruncing dan tepi daun beringgit. Ukuran daunnya isofil yakni mempunyai
ukuran sama atau serupa, sekitar kurang lebih 7,5 cm. Terdapat tangkai daun dengan panjang 0,5-2 mm. Warna daun hijau muda, tekstur daun
pada
Polypodium vulgare
berupa helaian, permukaan daun halus dan mempunyai ramenta, urat daun menyirip.
Batang:
Batang
Polypodium vulga re
bulat beralur dan berusuk secara longitudinal. Pada permukaan batang terdapat rambut-rambut atau sisik
berwarna hitam, atau merah kecoklatan. Batangnya sudah memiliki berkas pengankut, tumbuh tegak, rimpang batang saling mengait.
Akar: Polypodium vulgare
memiliki sistem perakaran serabut yang bercabang cabang secara dikotom.
Polypodium vulgare
tumbuh di tanah epifit.
Gambar 4.44 Paku paramp
Polypodium vulgare
Penggunaan dalam upacara adat:
Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, paku paramp digunakan sebagai
Jea k
, organ tumbuhan yang digunakan adalah daun. Dalam proses mendapatkan tumbuhan dari
habitatnya, paku param yang diambil adalah helaian daun yang mengarah pada arah terbitnya matahari timur.
42. Tu-tawa
Tu-tawa merupakan tumbuhan dari familli Commelinaceae yang tumbuh dan berkembang pada daerah dengan kandungan air yang banyak, oleh karena itu
habitat tumbuhan ini adalah hutan hujan tropis dan tumbuh di darah pinggiraan kali atau sungai.
Gambar 4.45 Tu-tawa
Costus speciosus
Batang:
Tu-tawa memiliki batang semu dengan dan berbuku, daun tumbuh dari buku tersebut. Batang tu-tawa memiliki warna hijau, batang bagian luar
halus dan licin, sedangkan bagian dalam batang berbentuk serat-serat.
Daun:
Daun tu-tawa berupa daun tunggal dengan pertulangan daun melengkung berwarna hijau. Daun tebal dan elastis, bagian permukaan daun
sebelah atas halus dan lembut, sedangkan bagian bawahnya lebih kasar. Daun tu-tawa memiliki daging daun yang banyak dan menyerupai daging daun
tumbuhan bakung. Tepi daun rata, daun meruncing pada bagian ujung, lebar daun 10 hingga 13 cm, panjang daun 18-22 cm.
Penggunaan dalam upacara adat:
Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, daun dan batang tu tawa digunakan sebagai
Jeak.
43. Memaliqsemeneo
Memaliq atau juga yang dikenal dengan nama semeneo oleh masyarakat Suku Dayak Tunjung, merupakan tumbuhan yang tumbuh di semak belukar.
Tumbuhan ini bukan merupakan tumbuhan sejjati yang dapat hidup diatas 10 tahun, dan hanya akan tumbuh hingga 5 meter dengan lebar batang 10-15 cm.
Gambar 4.46 MemaliqSemeneo
Batang:
Memaliq memiliki batang yang lurus dengan percabangan semu, cabang atau ranting ini yang merupakan tempat tumbuhnya daun akan mati
dan terlepas dari batang utama pada saat memaliq bertambah tinggi. Batang
memaliq berupa kayu keras, bagian tengah terdapat gabus yang kemudia dimanfaatkan oleh semut sebagai tempat berkembang biak.
Daun:
Memaliq memiliki daun yang lebar, pertulangan daun menyirip dan permukaan atas dan bawah daun kasar. Lebar daun memaliq berkisar antara
14 hingga 17 cm, dan panjang daun 20-22 cm. Permukaan daun berbulu, bagian tepi daun bergerigi.
Akar:
Sistem perakaran memaliq adalah sistem perakaran akar tunggang.
Penggunaan dalam upacara adat:
Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung memaliq digunakan sebagai jeak, bagian tumbuhan yang digunakan adalah
daun.
44. Gaka ngelagit
Gaka ngelagit adalah tumbuhan dari familli Leguminosae, berupa tumbuhan liana yang mebutuhkan wadah atau tumbuhan lain untuk mendapatkan sinar
matahari yang cukup.
Batang:
Gaka ngelagit memiliki batang yang keras dan berkayu, serta memiliki latek. Memiliki kulit batang berwarna putih, memiliki cabang
dengan alat pengait pada ujung batang.
Daun:
Daun gaka ngelagit berupa daun tunggal dengan pertulangan daun menyirip genap. Daun berawarna hijau muda kekuning-kuningan, bagian tepi
daun rata dan meruncing pada bagian ujung daun. Permukaan atas daun gaka ngelagit rata dan halus, sedangkan bagian bawah terasa lebih kasar. Lebar
daun 4-6 cm dan panjang 11-15 cm.
Gambar 4.47 Gaka ngelagit
Akar:
Gaka ngelagit memiliki sistem perakaran akar tunggang.
Penggunaan dalam upacara adat:
Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, oragan dari tumbuhan gaka ngelagit yang dimanfaatkana dalah batang dan
daun yang dijadikan properti
Jeak.
45. Lempung ngayo
Lempung ngayo adalah tumbuhan khas daerah tropis, tumbuhan ini tumbuh di pinggir sungai dan juga diatas bebatuan sungai. Tumbuh pada daerah yang di
tutupi oleh kanopi yang rimbun dan tidak terkena matahari langsung secara terus menerus. Sekilas lempung ngayo sangat idetik secara pisik dengan tumbuhan
bakau, hanya saja ukurannya jauh lebih kecil.
Gambar 4.48 Lempung ngayo
Daun:
Lempung ngayo memiliki daun dengan pertulangan daun sejajar, bagian tepi dain bergerigi dan meruncing pada bagian ujungnnya. Bagian atas
dan bawah daun halus dan sedikit kaku. Lebar daun 3 hingga 5 cm dan panjang 8 hingga 11 cm.
Akar:
Akar tumbuhan lempung ngayo adalah perpaduan dari Akar Pasak
Pneumatophore
, Akar Lutut
Knee root
, Akar Tunjang
Stilt root
, Akar Papan
Buttress root
dan Akar Gantung
aerial root
. Sistem perakaran ini berkembang sedemikian rupa sehingga mampu menembus lapisan kerikil
dasar sungai dan juga menyerap zat-zat yang ada sehingga lempung ngayo mempu bertahan hidup diatas bebatuan sungai.
Batang:
Lempung ngayo memiliki batang berkayu yang sangat keras dan padat, bagian luar batang dilapisi oleh kulit batang yang berwarna putih dan
licin. Tumbuhan ini tumbuh dengan percabangan majemuk sehingga batang tersembunyi oleh rimbunnya dedauan. Lempung ngayo dapat berkembang
hingga mencapai tinggi 1 meter dan lebar batang dapat mencapai 7 cm.
Penggunaan dalam upacara adat:
Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, lempung ngayo digunakan sebagai
Jeak.
46. Rekep
Rekep adalah tumbuhan yang memiliki buah mirip dengan buah rambutan, hanya ukuran buhanya yang lebih kecil dari buah rambutan pada umumnya.
Gambar 4.49 Rekep
Daun:
Rekep memiliki daun tunggal berbentuk lanset, pertulangan daun menyirip genap, pada bagian tepi daun rata dan bagian ujung daun
meruncing. Daun berwarna hijau muda kekuningan, daun muda berwarna merah tua kehitaman. Permukaan daun kasar, daun rekep muda memiliki
lebar 10 cm dan panjang 20 cm, sedangkan rekep yang sudah berbuah daunnya relatip lebih kecil, rekep memiliki daun penumpu.
Buah:
Buah tumbuhan ini sangat identik dengan buah rambutan pada umumnya, namun ukurannya yang kecil dan bulu pada kulit buahnya lebih
kaku dari buah rambutan pada umunnya. Diameter buah rekep berkisar antara 2-2,5 cm, dan panjang 3 cm, berwana merah menyala dan terasa manis jika
dimakan, daging buah sangat tipis, dengan kisaran 0,1 mm.
Batang:
Rekep memiliki batang keras dengan kulit batang berwarna coklat keputihan, memiliki kambium. Tumbuhan ini dapat tumbuh hingga 15 meter.
Sistem perakaran tumbuhan ini adalah sistem perakaran akar tunggang.
Penggunaan dalam upacara adat:
Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, rekep digunakan untuk meletakan atau sebagai sandaran
Bena wingk,
oragan tumbuhan yang digunakan adalah batang tumbuhan.
47. Gai syi’it
Calamus balingensis Furtado
Rotan ini ditemukan soliter, pada daerah kering datar maupun berbukit, pada hutan primer atau sekunder tua. Merupakan tumbuhan yang sanagat sulit
dijumpai pada daerah kecamatan linggang bigung dan kecamatan barong tongkok. Tingkat regenerasi rotan ini membutuhkan waktu yang lama dan tidak
mudah tumbuh pada daerah yang memiliki tanah lembab, merupaka tumbuhan yang langka dari jenisnya.
Batang:
Batang tanpa pelepah diameternya berkisar antara 1-2cm, panjangnya dapat mencapai 40m, atau lebih, berunti, panjang ruas berkisar
antara 10-15cm, berwarna hijau, kecuali batang yang baru terlepas dari
pelepah atau tertutup serasah berwarna putih. Diameter batang dengan pelepah berkisar antara 1,5 hingga 2,3cm, berduri rapat berwarna kecoklatan.
Flagellum panjangnya dapat mencapai 10 m lebih.
Gambar 4.50 Gai syi’it
Calamus balingensis Furtado
Daun:
Panjang daun antara 1,5-2,5m panjang tangkai daun 40-50cm, jumlah anak daun berkisar antara 40-50 helai tiap sisi rachis, berhadapan. Panjang
anak daun 25-30 x 1,5-2cm.
Penggunaan dalam upacara adat:
Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung
, Gai syi’it digunakan secara utuh mulai dari ujung daun hingga akar.
Properti dari rotan syi’it ini dinamakan
Wuint a wooiy,
adalah hal wajib dalam upacara adat
Timeq
.
48. Gai sokak
Calamus caesius
Gai sokak
Calamus caesius
merupakan rotan yang paling terkenal diantara semua jenis rotan yang ada di daerah Kabupaten kutai barat. Gai sokak telah
dikenal sejak 100 tahun yang lalu oleh nenek-moyang Suku Dayak Tunjung, gai sokak dimnfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Gai sokak merupakan
rotan yang dimanfaatkan untuk bahan baku pembuatan berbagai macam kerajian tangan, tali, dan juga hiasan pada sarung parang dan dinding rumah. Gai sokak
telah lama dibudidayakan karena memiliki nilai ekonomis tinggi, untuk saat ini gai sokak telah menjadi salah satu rotan yang di ekspor keluar negeri.
Batang:
Gai sokak tumbuh pada daerah basahrawa sampai tanah kering berbukit, berumpun dan tiap rumpun jumlah batangnya bervariasi antara 10
sampai 60 tergantung kesuburan tanah. Panjang batang dapat mencapai 60 meter, sedang diameter tanpa pelepah antara 1 cm sampai 2 cm, berunti
silica yang bila batang dibengkokkan akan terlaepasterlontar dengan mengeluarkan suara “tik-tik”. Diameter batang dengan pelepah antara 1,5 cm
sampai 2,6 cm, berwarna hijau tua, berduri berbentuk segitiga dengan panjang 1 cm dan lebar 0,5 cm meruncing pada bagian ujung.
Gambar 4.51 Gai sokak
Calamus caesius
Warna batang tanpa pelepah yang tua dan terbuka adalah hijau mengkilat, sedang yang pelepahnya baru terbuka atau batang tertutup serasah atau tanah
adalah putih kekuningan mengkilat, panjang ruas 40 sampai 50 cm.
Daun:
Daun gai sokak memiliki panjang 30 hingga 45 cm, terdapat cirrus duri akit diujung daun dengan panjang 50-75 cm.
Buah:
Buah bila masih muda berwarna hijau, setelah tua berwarna putih dengan diameter 1 cm, panjang 1,5 cm, tersusun dalam tangkai yang axiliaris,
buah gai sokak ini dapat dimakan.
Penggunaan dalam upacara adat:
Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, gai sokak dijadikan
Simpai,
dan juga digunakan dalam mengikat berbagai atribut dan alat-alat upacara lainnya.
49. Biruq
Livistona sp
Biruq atau yang juga disebut daun biruq merupakan tumbuhan dari familli Arecaceae, tumbuhan ini hidup dan berkembang pada daerah yang memiliki
suhu lembab dengan tanah yang banyak mengandung unsur hara.
Gambar 4.52 Biruq
Livistona sp
Daun:
Biruq sangat mudah dikenali dari ciri morfologinya, tumbuhan ini memiliki daun yang sangat lebar dan terbentuk seperti kipas. Biruq memiliki
pelebah, berdaun tunggal dengan pertulangan daun sejajar. Bagian tepi daun rata, bagian ujung daun rata dan meruncing pada arah pangkal daun. Duduk
daun tersebar menjari pada pelepah. Daun berwarna hijau tua. Lebar daun 40- 60 cm dan panjang daun 50-70 cm.
Batang:
Batang biruq merupakan batang semua yang tidak berkayu dan ditutupi oleh pelepah daun palem. Tinggi tumbuhan dapat mencapai 50 cm.
Akar:
Sistem perakaran biruq adalah sistem perakaran akar serabut, seperti palem jenis lainnya.
Penggunaan dalam upacara adat:
Dalam upacara adat suku Dayak Tunjung,biruq digunakan untuk
Wuint a wooiy,
organ tumbuhan yang digunakan adalah daun.
50. TerincingkNanas
Ananas comosus
Tanaman nanas tumbuh dan berbentuk semak, hidupnya bersifat tahunan
perennial
. Tanaman nanas terdiri dari akar, batang, daun, batang, bunga, buah dan tunas-tunas.
Akar:
Akar nanas melekat pada pangkal batang dan merupakan tumbuhan berakar serabut. Kedalaman perakaran pada media tumbuh yang baik tidak
lebih dari 50 cm, sedangkan di tanah biasa jarang mencapai kedalaman 30 cm.
Batang:
Batang tanaman berukuran cukup panjang 20-25 cm atau lebih, tebal batang nanas berdiameter 2,0 hingga 3,5 cm, beruas-ruas buku-buku
pendek. Batang sebagai tempat melekatnya akar, daun bunga, tunas dan buah, sehingga secara visual batang tersebut tidak nampak karena
disekelilingnya tertutup oleh daun. Tangkai bunga atau buah merupakan perpanjangan batang .
Daun:
Daun nanas panjang, liat dan tidak mempunyai tulang daun utama. Daun nanans ada yang memiliki duri tajam pada bagian pinggir daun dan ada
yang tidak berduri. Duri nanas tersusun rapi menuju ke satu arah menghadap ujung daun. Bentuk daun nanas lanset, tumbuh memanjang sekitar 130-150
cm, lebar antara 3-5 cm atau lebih, permukaan daun sebelah atas halus mengkilap berwarna hijau tua atau merah tua bergaris atau coklat kemerah-
merahan. Sedangkan permukaan daun bagian bawah berwarna keputih- putihan atau keperak-perakan. Jumlah daun tiap batang tanaman sangat
bervariasi antara 70-80 helai, letaknya spiral, yaitu mengelilingi batang mulai dari bawah hingga atas, dengan arah lingkaran yang jelas, arah kanan dan kiri.
Bunga:
Nanas mempunyai rangkaian bunga majemuk pada ujung batangnya. Bunga bersifat hermaprodit dan berjumlah antara 100-200, masing-masing
berkedudukan di ketiak daun pelindung.
Penggunaan dalam upacara adat:
Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, nanas digunakan untuk
Penca wangk
, organ tumbuhan yang digunakan adalah buah hingga batang.
Gambar 4.53 Nanas
Ananas comosus
51. Kumarlempucant
Eleiodoxa conferta
Kumar atau yang juga dikenal dengan nama daerah lempucant, merupakan tumbuhan dari keluarga salak yang tumbuh liar di dalam hutan hujan tropis.
Kumarlempucan sering juga dikenal dengan nama salak hutan, tumbuhan ini meliki buah yang mirip dengan salak secara morfologi, buah berwarna merah
dengan daging yang terasa asam jika dikonsumsi.
Akar dan Batang:
Tubuhan kumar atau salak hutan berakar serabut dan memiliki batang pohon menyerupai pohon palem dan terlihat seolah-olah
tidak berbatang, karena duduk batang rendah dan tegak dengan tinggi 50 hingga 1,7 meter. Batangnya hampir tidak kelihatan karena tertutup oleh
pelepah daun yang tersusun rapat, pelepah dan tangkai daunnya berduri
panjang. Batang tumbuhan kumar lemah dan mudah rebah, tunas tumbuh dari batang yang memiliki sistem perakaran sendiri sendiri, tunas-tunas tersebut
dapat tumbuh menjadi rumpun tanaman salak hutan.
Gambar 4.54 Kumar Lempucant
Eleiodoxa conferta
Daun:
Kumar memiliki daun majemuk, tersusun roset, menyirip genap terputus-putus, beranak daun gasal, pada bagian ujung 2
– 3 helai anak daun menyatu, duduk daun tersebar berjejal di ujung batang, tangkai daun silinder,
panjang 100 – 200 cm, pada bagian bawah dan tepi tangkai daun berduri
banyak, tajam, pipih dengan panjang 4 – 5 cm, berwarna kelabu sampai
kehitaman, helai daun memiliki panjang 140 – 300 cm, poros daun berduri
temple, anak daun tipis berwarna hijau sampai kelabu, berbentuk garis lanset 50 x 4,5 cm dengan ujung meruncing, dan tepi berduri temple yang halus,
pada bagian bawah daun berlapis lilin.
Bunga, Buah, Biji:
Tumbuhan Kumar berbunga banyak, tersusun dalam tandan rapat dan bersisik dengan tandan bunga jantan dan tandan bunga
betina terletak pada pohon yang berlainan, sebagian tandan bunga terbungkus oleh seludang atau tongkol yang berbentuk seperti perahu yang terletak
diketiak pelepah daun. Tongkol bunga jantan memiliki panjang 50 – 100 cm,
terdiri atas 4 – 12 bulir silindris yang masing-masing panjangnya antara 7 –
15 cm, dengan banyak bunga kemerahan terletak di ketiak sisik-sisik yang tersusun rapat, sedangkan tongkol bunga betina panjangnya antara 20
– 30 cm, bertangkai panjang, terdiri atas 1
– 3 bulir yang panjangnya mencapai 10 cm. Buah kumar muda berwarna hitam kecoklatan dan berwarna merah ketika
masak, daging buah tipis, biji berwarna hitam.
Penggunaan dalam upacara adat:
Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, salak hutan atau kumar dijadikan atribut atau alat upacara yang
biasa dekenal dengan nama
Penca wangk
. Organ dari tumbuhan yang digunakan adalah daun dan batang, tentunya tumbuhan kumar yang diambil
adalah tumbuhan kumar yang masih dalam masa pertumbuhan, karena memiliki ukuran yang relatif lebih kecil.
52. TelasihSelasih
Ocimum basilicum
Tumbuhan selasih dapat ditemukan di tempat lembab dan teduh di dataran
rendah sampai ketinggian 450 m dpl. Tersebar di seluruh pulau di Indonesia, bahkan di Asia, Eropa, dan Amerika Selatan.
Batang:
Selasih merupakan herba tegak, memiliki aroma yang sangat harum, tinggi tumbuhan ini 0,6-1,6 m. Batang cokelat, berbentuk segi empat.
Daun:
Daun tunggal berhadapan, bertangkai, panjang 0,5-2 cm, bulat telur, ujung dan pangkal daun meruncing, permukaan daun halus dan memiliki
bintik-bintik kelenjar, tulang daun menyirip, tepi daun bergerigi, panjang daun 3,5-7,5 cm dan lebar daun 1,5-2,5 cm, warna hijau tua.
Gambar 4.55 Selasih
Ocimum basilicum
Bunga:
Bunga berwarna putih atau lembayung, kelopak sisi luar berambut, bulat telur terbalik dengan tepi mengecil, tumbuhan selasih sepanjang tabung.
Biji keras, cokelat tua, bila dimasukkan dalam air akan mengembang.
Pemanfaatan:
Daun selasih dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan obat- obatan herbal karena kandungan zat-zat yang terkandung di dalamnya. Daun
selasih mengandung asam kafeat, asam kumarat, Myresin, Rutin, Kuersetin. Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, selasih digunakan sebagai
Pengasi
, organ yang dimanfaatkan adalah daun, karena daun selasih memiliki aroma yang sangat harum.
53. Ketapuq
Ketapuq dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama herba timi, tumbuhan ini berkembang secara spontan, terutama di kering dan penuh sinar matahari,
berbatu, pegunungan, dapat tumbuh hingga ketinggian 1.400-1.500 meter dpl. Tumbuhan herba timi dapat tumbuh hingga ketinggian 50 cm, memiliki
percabangan yang banyak sehingga menimbulkan kesan rimbun.
Gambar 4.56 Tumbuhan Herba timi
Daun:
Timi memiliki daun tunggal, pertulangan daun menyirip, panjang daun 4-12 mm, lebar daun 3mm, memiliki tangkai daun yang sangat pendek.
Daun berbentuk lonjong sampai bulat telur. Permukaan daun kasar dan berbulu, bagian tepi daun rata.
Bunga:
Kelopak bunga berwarna putih, sering disertai bintik-bintik ungu, dan berbentuk tubular. Setelah berbunga, tabung kelopak ditutup oleh
mahkota yang panjang dan berambut kaku. Mahkota bunga biasanya berwarna kecoklatan dalam keadaan kering.
Batang:
Batang tumbuhan berurapa batang semu tidak berkayu, tidak memiliki kambium. Diameter batang berkisar antara 0,2 hinga 1 cm.
berwarna hijau.
Penggunaan dalam upacara adat:
Dalam upacara adat suku Dayak Tunjung, herba timi dimanfaatkan mejadi
Penga si
. Organ tumbuhan yang dimanfaatkan adalah daun.
54. Pegangk lau
Imperata brevifolia
Pegangk lau merupakan jenis rumput dari keluarga ilalang, ternasuk jenis rumput menahun dengan tunas panjang dan bersisik, merayap di bawah tanah.
Ujung pucuk tunas yang muncul di tanah runcing tajam, serupa ranjau duri. Batang pendek, menjulang naik ke atas tanah.
Gambar 4.57 Pegangk lau
Imperata brevifolia
Daun:
Helaian daun berbentuk garis pita panjang lanset berujung runcing, dengan pangkal yang menyempit dan berbentuk talang, panjang 12-80 cm,
berbeada dengean ilalang pada umumnya yang memiliki daun bertepi sangat kasar dan bergerigi tajam, pegangk lau memiliki daun dengan permukaan
daun halus dan tepi daun yang hluas pula. Memiliki daun dengan lebar 3 sampai 4 cm, lebih lebar dari daun ilalalng pada umumnya dan lebih lentur.
Daun berambut panjang di pangkalnya, dengan tulang daun yang lebar dan pucat di tengahnya.
Bunga:
Karangan bunga dalam malai, 6-28 cm panjangnya, dengan anak bulir berambut panjang putih dengan panjang 1 cm, sebagai alat melayang
bulir buah bila masak.
Perkembangbiakan:
Pegangk lau dapat tumbuh mencapai 50 sampai 200 cm. Perkembangbiakan pegangk lau sama dengan ilalalang pada umumnya,
berkembang biak secara generatif dengan biji dan secara vegetatif dengan rimpang. Tumbuhan ini dapat menghasilkan 3000 biji per tanaman.
Pembungaan umumnya terjadi pada musim kering atau setelah mengalami stres seperti adanya kebakaran, penebasan atau kekeringan. Bijinya dapat
berkecambah dalam waktu 1 minggu dan mampu bertahan selama 1 tahun. Alang - alang umumnya menyebar dengan rimpang yang di dalam tanah
membentuk tajuk baru setiap panjang rimpang 25-50 cm. Potongan rimpang sepanjang 15 cm dapat menghasilkan 350 alang - alang baru hanya dalam
waktu 6 minggu.
Penggunaan dalam upacara adat:
Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, pegangk lau digunalan sebagai
Jea k,
dalam upacara adat
Timeq.
Organ tumbuhan yang digunakan adalah daun beserta batang.
55. Bunglew
Bunglew adalah jenis tumbuhan dari famili moraceae yang tumbuh dan berkembang di hutan hujan tropis kalimantan. Ciri utama tumbuhan ini adalah
pada bagian ujung ranting memiliki bagian yang memanjang seperti tali, mirip alat pengait pada tumbuhan liana. Organ tumbuhan ini memanjanghingga 1
meter, dan diameter 0,5cm, merupakan bagian dari modifikasi batang.
Gambar 4.58 Bunglew
Batang dan Akar:
Bunglew memiliki batang berkayu keras, berkambium dan dapat tumbuh hingga ketinggian 15 meter, dengan diameter batang 20 hingga 30
cm. Kulit batang berwarna hitam atau coklat, berbulu dan memiliki latek berwarna putih. Tumbuhan ini memiliki sistem perakaran akar tunggang, dengan
sebagian akar gantung pada batangnya yang kemudian menghasilkan buah. Buah bunglew berwarna merah, tumbuh pada akar gantung dan sebagian berada di
tanah.
Daun:
Daun bunglew berbentuk lonjong, pertulangan daun menyirip, berwarna hijau. Lebar daun bunglew berkisar antara 8 hingga 10 cm, panajng
daun berkisar antara 23 hingga 27 cm. bagian tepi daun rata, meruncing pada bagian ujung dan pangkal daun. Permukaan daun bagian atas dan bawah kasar
dan berbulu tipis.
Penggunaan dalam upacara adat:
Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, bunglew dimanfaatkan sebagai
Jeak
dalam upacara
Melas
, oragan tumbuhan yang dimanfaatkan adalah daun.
56. Deraya
Deraya merupakan tumbuhan hutan hujan tropis yang tumbuh pada daerah- daerah yang memiliki curah hujan yang cukup tinggi dalam satu tahun.
Tumbuhan ini tumbuh pada daerah-daerah yang memiliki tanah dengan kandungan unsur hara yang banyak.
Penggunaan dalam upacara adat:
Deraya dalam upacara adat suku Dayak Tunjung digunakan menjadi patung yang melambangkan laki-laki. Tumbuhan
ini merupakan bahan untuk pembuatan patung karena memiliki getah atau latek berwarna merah. Patung yang dihasilkan dari organ tumbuhan deraya
akan disandingkan dengan patung yang dibuat dari tumbuhan kayu gabus yang memiliki latek berwarna putih.
Batang:
Deraya dapat tumbuh dan berkembang mencapai tinggi 20 meter, dengan lebar batang 30 hingga 40 cm. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan
berkayu keras, berkambium. Deraya memiliki kulit batang halus, berwarna hitam kecoklatan, permukaan kulit batang halus dan memiliki lajur
menyerupai parit. Batang muda dan daerah ujung percabangan yang ditumbuhi daun memiliki bulu-bulu halus yang lembut berwarna putih.
Gambar 4.59 Deraya
Daun:
Deraya memiliki daun lebar berwarna hijau tua, daun deraya memiliki lebar 18 hingga 22 cm dan panjang daun gingga 25 cm. permukaan daun
sangat kasar dan berbulu halus, tepi daun rata dan meruncing pada bagian pangkal dan ujung daun. Tangkai daun berwarna merah kehitaman dengan
panjang 3 hingga 5 cm, pertulangan daun menyirip.
57. Peringk taliq
Bambusa sp
Batang:
Peringk taliq merupakan tumbuhan dari famili poaceae, tumbuh dan membentuk rumpun, tumbuh dapat mencapai ketinggian 10 sampai 15 meter.
Batang peringk taliq berbentuk lurus, terdapat internodus yang berjarak 10-45 cm, permukaan batang peringk taliq berwarna hijau, dilapisi lilin berwarna
putih. Dalam bahasa Dayak Tunjung, kata
Taliq
berarti tali atau tambang. Penamaan peringk taliq kepada jenis bambu ini adalah karena bentuk
morfologi batangnnya yang kecil dan panjang menyerupai tali. Bambu
peringk taliq memiliki batang bulat dengan diameter 2 hingga 3 meter, bagian dalam batang berongga seperti bambu pada umumnya. Daging batang peringk
taliq memiliki tebal 0,8 hingga 1 cm.
Daun:
Daun berwarna hijau, berbentuk segitiga lebar broadly triangular. panjang daun berkisar antara 18 sampai 25 cm dan lebar 4 hingga 6 cm,
dengan ujung rucing.
Akar:
Peringk taliq memiliki jenis akar serabut, perakaran dan rizomanya berada dibawah tanah dan kemudia menghasilkan tunas untuk berkembang.
Gambar 4.60 Peringk taliq
Bambusa sp
Penggunaan dalam upacara adat:
Penggunaan peringk taliq dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung adalah sebagai
Benakak
.
58. Kuayant kuning
Bambusa sp
Kuayant kuning adalah bambu dengan ukuran lingkar batang lebih besar dari bambu hijau biasa.
Gambar 4.61 Kuayant kuning
Bambusa sp
Batang:
Kuayant kuning dapat dikenali dengan ukuran batangnya yang lebih besatr dari bambu pada umumnya dan dengan jarak internodus berkisar antara
30-50 cm, kuayant memiliki diameter batang rata-rata 17 hingga 20 cm, dengan lebar daging batang berkisar antara 1 hingga 1,5 cm.
Daun:
Daun lurus, berbentuk segitiga lebar broadly triangular, panjang 4-7 cm dengan lebar maksimal 4 cm, ujung daun meruncing, berambut pada
kedua permukaan daun, daun berwarna hijau pucat keputih-putihan. Batang kuayant kuning berwarna kuning seperti namanya.
Penggunaan dalam upacara adat:
Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, organ tumbuhan bambu kuayant kuning yang digunakan adalah
batang. Batang bambu kuayant kuning dignakan sebagai
Balai
.
59. Nturui
Artrocarpus sp
Nturui adalah salah satu jenis tanaman dari famili moraceae yang tumbuh
secara liar pada hutan hujan tropis. Buahnya biasa dimanfaatkan pada waktu masih muda sebagai bahan sayur.
Gambar 4.62 Nturui
Artrocarpus sp
Akar:
Akar tumbuhan nturui berkayu, merupakan jenis akar tunjang, berbentuk bulat, berwarna cokelat kehitam-hitaman. Kulit relatif mudah
terkelupas, beraroma spesifik, dan mudah mengeluarkan getah atau katek berwarna putih. Nturui yang berasal dari perbanyakan generatif maupun
vegetatif membentuk suatu forma perakaran yang kuat menebus dan melekat
pada tanah. Oleh karena itu, tanaman Nturui mampu tumbuh ditempat yang kurang ideal, antara lain ditebing-tebing dan sungai.
Batang:
Tumbuhan nturui berkayu dengan warna kulit putih abu-abu, kulit bertekstur keras dan tidak beraroma spesifik. Tinggi tanaman dapat mencapai
10 hingga 20 m. lebar tajuk pohon lebih dari 5 meter. Tumbuhan nturui pada umumnya telah membentuk percabangan sejak ketinggian 50 cm dari atas
tanah.
Daun:
Pada ujung cabang dan ranting tumbuhan tumbuh tunas pucuk sepanjang 10-20 cm. pucuk tersebut tertutup oleh selaput contong atau
seludang. Setelah tunas pucuk mekar, akan muncul daun muda, yang kemudian tumbuh mencapai ukuran maksimal. Daun-daun nturui terletak
pada cabang atau ranting dengan teratur secara spiral, berjarak antara 2-10 cm. tangkai daun ranting dengan panjang antara 3-5 cm. daun tebal seperti
belulang, kaku, berwarna hijau tua, mengkilat di bagian atasnya dan berwarna hijau pucat serta kasar karena berbulu di bagian bawahnya. Daun nturui
memiliki bulu berwarna putih, terletak di atas dan bawah daun tulang daun. Ukuran daun bermacam-macam, panjang daun berkisar antara 30-60 cm da
lebar daun berkisar antara 20 hingga 40 cm, memiliki 7-9 lekuk dalam dengan ujung yang menyempit. Pangkal daun utuh, dengan tulang daun menonjol.
Pertulangan daun nturui adalah jenis pertulangan daun menjari.
Bunga:
Bunga tumbuhan nturui berumah satu. tandan bunga jantan dan bunga betina masing-masing terletak pada ketiak daun, bunga jantan
menyerupai busa, panjang mencapai 25 cm atau lebih, berwarna kuning,
mirip ekor kucing, terkulai ke bawah. Tandan bunga jantan tersebut terdiri atas kumpulan bunga kecil dengan stamen tunggal. Bunga betina berbentuk
bulat atau bulat telur, berwarna hijua. Bunga betina terletak tegak kaku, pada tangkai tebal, yang memiliki panjang antara 4-8 cm. Bunga betina terdiri dari
kumpulan bunga kecil yang terletak pada dasar bunga dengn kelopak berbentuk tabung. Bunga nturui berkembang dengan pernyerbukan silang dari
pohon yang sama.
Buah:
Buah nturui merupakan buah majemuk, berbentuk tandan, dengan garis tengah antara 10-20 cm, berduri pendek, dan berwarna hijau dan kuning
pada saat matang. Di dalam buah terdapat biji berbentuk ginjal, panjang 3-5 cm, berwarna cokelat kehitaman.
Penggunaan dalam upacara adat:
Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, nturui digunakan sebagai
Jeak
, organ tumbuhan yang digunakan adalah daun yang telah mati. Daun yang telah mati ini dikenal dengan nama
Rakas
.
60. Lunuk
Ficus benjamina
Lunuk atau beringin
Ficus benjamina
adalah tumbuhan yang memulai hidupnya sebagai epifit ketika bijinya bersemai di celah atau retakan pohon
induknya atau struktur seperti bangunan dan jembatan. Biji beringin disebarkan oleh burung pemakan buah. Bijinya tumbuh dan akarnya
berkembang pada kulit tumbuhan induknya menuju tanah dan dapat menyelubungi sebagian pohon inang atau struktur bangunan dengan akarnya,
memberikan kesan sebagai pohon pencekik.
Gambar 4.63 Lunuk
Ficus benjamina
Batang dan Daun:
Sifat percabangannya adalah monopodial dengan arah tumbuh batang tegak lurus, batangnya berbentuk bulat dengan permukaan
yang kasar. Bagian batang yang masih muda berwarna merah, daun penumpu tunggal, bentuk lanset, bertangkai cukup panjang dan ujung meruncing, tepi
rata, permukaan bagian atas hijau tua dan mengkilat, permukaan daun bagian bawah lebih muda dan buram berbintik-bintik.
Buah:
Buah Ficus kerapkali duduk berpasangan, pada permulaannya tertutup dengan selundang, berwarna kuning kehijauan.
Penggunaan dalam upacara adat:
Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, lunuk dihunakan sebagai
Jeak
. organ tumbuhan yang digunakan adalah daun. Selain digunakan sebagai Jeak, lunuk juga merupakan pohon
yang sering dijadikan objek pemujaan ataupun tempat dilangsungkannya suatu upacara adat.
61. Raja pengalah
Loranthus sp
Benalu atau Raja pengalah dalam bahasa Suku Dayak Tunjung merupakan tumbuhan parasit obligat yang hidup tumbuh di batang atau dahan tumbuhan
lain. Sebagai tumbuhan parasit, benalu hidup dengan mengambil nutrisi dasar yang dimiliki oleh inang untuk selanjutnya diolah menjadi makanan dan energi
guna kepentingan tumbuh benalu tersebut.
Daun:
Benalu merupakan tumbuhan perdu yang bercabang banyak, memiliki ranting dengan ruas yang membesar. Daun bertangkai pendek, eliptis sampai
bentuk lanset,kadang-kadang bulat telur, permukaan daun bagian atas dan bawah gundul dengan panjang 3,5 hingga 17 cm, dan lebar 1,5-7 cm, ujung
daun meruncing, permukaan daun mengkilat berwarna hijau. Karangan bunga 5 hingga 7 di ketiak, kadang-kadang dalam berkas pada ruas yang tua.
Tangkai bunga pendek, tabung kelopak elipsoid, panjang lingkaran 3 mm, pinggiran mahkota sangat pendek.
Bunga:
Mahkota sebagai tunas dewasa memiliki panjang 1 hingga 1,5 cm, bagian bawah melebar, bungan berwarna kuning atau hijau kekuningan,
kuning sampai merah pada ujung. Taju mahkota pada akhirnya melengkung jauh kembali dan terpuntir. Bagian yang bebas dari benang sari panjangnya 3-
5 mm. Kepala putik bentuk gada.
Gambar 4.64 Benalu
Loranthus sp
Buah:
Buah bulat peluru, panjang 6mm, akhirnya coklat violet tua . Tumbuh di atas berbagai jenis pohon.Tumbuh di dataran menengah sampai
pegunungan dari ketinggian 800-2300 meter diatas permukaan laut. Berbunga pada bulan Juni hingga September.
Penggunaan dalam upacara adat:
Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, organ tumbuhan benalu yang digunakan adalah batang dan daun,
organ ini digunakan sebagai
Jeak.
62. Pentar
Ficus carica
Pentar adalah tumbuhan dari familli moraceae, merupakan tumbuhan yang tumbuh dan berkembang pada semak belukar yang memiliki cukup sinar
matahari.
Gambar 4.65 Pentar
Ficus carica
Batang:
Tumbuhan pentar memiliki batang berkayu lunak dengan bagian tengah batang bergabus. Pentar memiliki latek berwarna putih atau putih
kekuningan, dengan kulit kayu berwarna merah atau kecoklatan hingga kehijau-hijauan. Batang lurus dan memiliki ruas-ruas yang kemudian menjadi
tempat munculnya buah pentar.
Buah:
Buah pentar tersembunyi di ketiak daun, dan tumbuh hingga pertengahan batang. Bentuk buah bulat hingga bulat lonjong berwarna hijau
dan berwarna kuning hingga merah pada saat buah matang. Buah pentar pada umumnya merupakan makanan bagi burung dan serangga, buah pentar baik
dimakan dan terasa manis. Buah memiliki panjang sekitar 1,5 hingga 2 cm, dan lebar 1 hingga 1,5 cm.
Daun:
Daun pentar lebar dan berbentul palmate, pertulangan daun menjari. Permukaan daun bagian atas kasar dan meiliki bulu-bulu halus, bagian bawah
halus. Daun berwarna hijau dan bagian ujung daun meruncing, tepi daun rata. Panjang daun 17 hingga 20 cm, dan lebar daun 15 hingga 17 cm. memiliki
tanggkai daun berwarna kecoklatan hingga merah gelap dengan panjang antara 5 hingga 8 cm.